Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST SECTIO

CAESAREA DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MAWAR I


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :

ATNATIKA WIJAYA

NIM. P.14008

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST SECTIO
CAESAREA DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MAWAR I
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma D3 Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ATNATIKA WIJAYA

NIM. P.14008

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Atnatika Wijaya

NIM : P14008

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul KTI : “Asuhan Keperawatan pada Klien Post Sectio Caesarea

dengan Nyeri Akut di Ruang Mawar I Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Moewardi”.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 20 Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

ATNATIKA WIJAYA
P14008

ii
MOTTO

THIS TASK TO BE DONE, NOT TO COMPLAIN

(Tugas Ini Untuk Dikerjakan, Bukan Untuk Dikeluhkan)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST SECTIO CAESAREA
DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. MOEWARDI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)

Oleh :

ATNATIKA WIJAYA
P14008

Surakarta, 20 Juli 2017

Menyetujui,

Pembimbing

Muthiah Rissa Pratiwi, SST, M.Kes


NIK. 201487131

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :

7 Agustus 2017

Dewan Penguji :

Ketua :

1. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., M.P.H


NIK. 201690157

(..............................)

Anggota :

1. Muthiah Rissa Pratiwi, SST, M.Kes


NIK. 201487131

(..............................)

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Post Sectio Caesarea
dengan Nyeri Akut di Ruang Mawar I Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
2. Rumah Sakit Dr. Moewardi yang telah memberikan kesempatan untuk
menimba ilmu dan melakukan penelitian karya tulis ilmiah.
3. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi
D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
5. Muthiah Rissa Pratiwi, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., M.P.H, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspiratif,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.

vii
7. Semua dosen Program studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
8. Bapak Amrih Raharjo dan Ibu Marni Raharjo, selaku kedua orang tuaku yang
selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan
pendidikan.
9. Novita Tri Pratiwi, Nisa Purwanti, Mia Putri Sari, Suliatik, Ignatia Ery
Permatasari, Heri Prasetio selaku teman seperjuangan yang ikut melancarkan
dan membantu ketika saya sedih ataupun senang.
10. Arghesta Dixy Pratama dan Adi Dharma selaku sahabat yang menemani saya
dalam mencari referensi hingga larut malam.
11. Eko Murdiyono selaku kakak motivator yang selalu memberikan semangat
boosternya untuk saya.
12. Teman-teman Mahasiswa Program D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang
memberikan support serta semangatnya.
Semoga karya tulis ilmiah studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 20 Juli 2017


Penulis

Atnatika Wijaya
P14008

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii
MOTTO ....................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ......................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah .................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.4 Tujuan ................................................................................. 4
1.5 Manfaat ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ..................................................................... 7
2.1.1 Masa Nifas ................................................................ 7
2.1.2 Pre-Eklamsi Berat .................................................... 9
2.1.3 Sectio Caesarea ........................................................ 12
2.1.4 Asuhan Keperawatan ............................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................. 41
3.2 Batasan Istilah ..................................................................... 41
3.3 Partisipan ............................................................................. 42
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 42
3.5 Pengumpulan Data .............................................................. 42

ix
3.6 Uji Keabsahan Data ............................................................. 44
3.7 Analisa Data ........................................................................ 45
BAB IV HASIL
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data .................................. 47
4.2 Pengkajian ........................................................................... 47
4.3 Analisa Data ........................................................................ 57
4.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 59
4.5 Intervensi .............................................................................. 59
4.6 Implementasi ....................................................................... 61
4.6 Evaluasi ............................................................................... 67
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian ............................................................................ 70
5.2 Diagnosa Keperawatan......................................................... 72
5.3 Intervensi Keperawatan ........................................................ 74
5.4 Implementasi Keperawatan .................................................. 75
5.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................... 79
6.2 Saran ..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skala Nilai Numerik

Gambar 1.2 Pain Assessment Tool

Gambar 1.3 Skala Analog Visual

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi KTI

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan

Lampiran 3. Lembar Konsultasi Asuhan Keperawatan

Lampiran 4. Jurnal

Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan dengan lancar dan

dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu

persalinan lewat vagina yang lebih dikenal persalinan alami dan persalinan

sectio caesarea. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah suatu persalinan

buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 500 gram (Wiknjosastro et al, 2007).

Angka kejadian sectio caesarea di dunia pada tahun 2010

berdasarkan World Health Organization (WHO) mencapai 10% sampai 15%

per 1.000 proses persalinan. Di negara maju angka persalinan sectio caesarea

mencapai 15% dari sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di negara

berkembang seperti Kanada angka sectio caesarea mencapai 21% dari

seluruh persalinan (Husna, 2012). Di Indonesia angka kejadian sectio

caesarea dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dari 5% menjadi 20% pada

tahun 2010. Di Jawa Tengah persalinan dengan sectio caesarea pada tahun

2010 sebesar 11,8% (Depkes, 2010). Berdasarkan data rekam medis klien

pada tahun 2016 di RSUD Dr. Moewardi didapatkan ibu hamil dengan

emergency section caesarea sebanyak 426 klien dan ibu hamil dengan section

caesarea,unspecified sebanyak 274 klien.

1
2

Tindakan sectio caesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis

untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi dilakukannya

tindakan sectio caesarea yaitu tumor-tumor jalan lahir yang membuat

obtruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa, disproporsi

sefalopelvik, ruptur uteri membakat, kelainan letak, gawat janin dan

prolapsus plasenta (Rasjidi, 2009). Bila muncul indikasi tersebut dalam

persalinan secara vagina dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu dan

anak sehingga perlu dilakukan alternatif lain yaitu dengan membuat sayatan

pada dinding perut yang disebut sectio caesarea (Muchtar, 2008).

Sayatan yang dibuat dalam pembedahan sectio caesarea adalah

pembedahan bersih dan seharusnya memiliki angka infeksi tidak lebih dari

2%. Oleh karena itu, perawatan luka post sectio caesarea sangat dianjurkan

(Boyle, 2009). Prinsip utama dalam perawatan luka adalah pembersihan,

penutupan, dan perlindungan luka (Sjamsuhidajat, 2010). Perawatan luka

yang diberikan dapat membantu dalam menurunkan nyeri.

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul

bila ada jaringan rusak dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan

cara memindahkan stimulus nyeri (Tazkiyah, 2014). Nyeri yang dirasakan

klien merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi sectio caesarea

yang dilakukan. Sekitar 60% klien menderita nyeri hebat, 25% nyeri sedang

dan 15% nyeri ringan (Nugroho, 2010). Masalah nyeri tersebut, maka

seseorang akan cenderung malas dan takut untuk beraktivitas, apabila hal

tersebut tidak segera ditangani dapat menyebabkan deep vein thrombosis

potensi penurunan kekuatan otot-otot perut, penurunan kemampuan


3

fungsional dikarenakan adanya nyeri dan kondisi ibu yang masih lemah

(Basuki, 2007).

Penatalaksanaan nyeri dalam menangani klien dengan post sectio

caesarea adalah dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi.

Penatalaksanaan dengan farmakologi yaitu dengan pemberian analgesik.

Sedangkan, penatalaksanaan dengan non farmakologi yaitu terdiri dari

berbagai tindakan mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan

agen-agen fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit,

akupuntur dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi

tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnotis, sentuhan

terapiutik (Bernatzky, 2011) dan pada klien post sectio caesarea disarankan

untuk melakukan ambulasi dini (Puji, 2016).

Ambulasi dini adalah latihan gerak sendi, gaya berjalan, toleransi

aktivitas sesuai dengan kemampuan dan kesejajaran tubuh. Latihan ambulasi

dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri

dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan ambulasi dini merupakan

modalitas yang tepat untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagian

yang mengalami cedera tetapi juga pada keseluruhan anggota tubuh (Puji,

2016).

Berdasarkan yang dijelaskan di latar belakang perlu dilakukan studi

kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Sectio Caesarea dengan

Nyeri Akut di Ruang Mawar I Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi”.
4

1.2. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan

pada Klien Post Sectio Caesarea dengan Nyeri Akut di Ruang Mawar I

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi”.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien

Post Sectio Caesarea dengan Nyeri Akut di Ruang Mawar I Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Moewardi?”.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Utama

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

post sectio caesarea dengan nyeri akut di Ruang Mawar I Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien nifas dengan

post sectio caesarea.

2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperwatan pada klien

nifas dengan post sectio caesarea.

3. Penulis mampu menyusun intervensi pada klien nifas dengan post

sectio caesarea.

4. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien nifas dengan

post sectio caesarea.


5

5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien nifas dengan post

sectio caesarea.

1.5. Manfaat

1.5.1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam praktik

keperawatan tentang penanganan klien dengan post sectio caesarea

dan juga sebagai informasi atau penjelasan tentang asuhan

keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan nyeri akut di

Ruang Mawar I Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

1.5.2. Manfaat Praktis

1.5.2.1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Studi kasus ini diharapkan dapat menambah referensi

tentang asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan

post sectio caesarea atas indikasi atas indikasi pre-eklamsia

berat berat.

1.5.2.2. Bagi Rumah Sakit

Studi kasus ini diharapkan dapat sebagai kontribusi

untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan

asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan post sectio

caesarea.

1.5.2.3. Bagi Perawat

Studi kasus ini diharapkan dapat sebagai kontribusi

untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan seorang perawat


6

dalam asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan post

sectio caesarea atas indikasi pre-eklamsia berat.

1.5.2.4. Bagi Klien

Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga

tentang bagaimana menangani masalah post sectio caesarea

dengan tindakan yang benar sehingga masalah post sectio

caesarea teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien

terpenuhi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Masa Nifas

1. Definisi

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran

bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandungan sepeti sebelum hamil dalam waktu kurang

lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas atau puerperium dimulai

sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah

melahirkan (Saifuddin, 2009). Masa nifas adalah masa setelah partus

selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum

hamil. Lamanya masa nifas ini kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).

2. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Pitriani dan Andriani (2014) adalah:

a) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

1) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain.

2) Perhatian ibu masih tertuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.

3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu

melahirkan.

4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi semula.

7
8

5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi.

b) Periode Taking On atau Taking Hold (hari ke 2-4 setelah

melahirkan)

1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB, dan daya tahan tubuh.

3) Ibu berusaha untuk menguasai ketrampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti

popok.

4) Ibu biasanya terbuka menerima nasihat dan kritikan.

5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

c) Periode Letting Go

1) Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh

dukungan dan perhatian keluarga.

2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial.

3) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

3. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya masa nifas menurut Pitriani dan Andriani

(2014) adalah:
9

a) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi

lebih dari dua pembalut dalam waktu setengah jam).

b) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c) Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.

d) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau masalah

penglihatan.

e) Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa

sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan.

f) Payudara yang memerah, panas, dan sakit.

g) Kehilangan selera makan dalam waktu yang berkepanjangan.

h) Rasa sakit, warna merah, dan pembengkakan pada kaki.

i) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau

bayi.

j) Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah.

2.1.2. Pre-Eklamsia Berat

1. Definisi

Pre eklampsi berat adalah hipertensi yang timbul setelah 20

minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo,

2009). Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih

disertai proteinuria pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih

(Nugroho, 2010). Pre eklampsi berat adalah gangguan multi system

dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Pre


10

eklampsi berat biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah dan protein urin yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu

(Bothamley, 2011).

2. Tanda dan gejala

Menurut Bothamley (2011) kemungkinan tanda dan gejala

Pre eklampsi adalah sebagai berikut.

1) Sakit kepala

2) Gangguan penglihatan

3) Nyeri epigastrik

4) Muntah

5) Penurunan gerakan janin

6) Ukuran janin kecil tidak sesuai usia kehamilan.

3. Komplikasi

Menurut Robson (2011) komplikasi kemungkinan yang

terjadi akibat proses Pre eklampsi yaitu:

a. Eklampsia

b. Perdarahan otak

c. Sindrom HELLP

d. Ruptur/ infark hati

e. Solusio plasenta

f. Koagulasi intravaskular Diseminata (KID)

g. Kerusakan ginjal

h. Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS)

i. Pertumbuhan janin terhambat


11

j. Kematian janin intrauteri

k. Kematian perinatal.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat Menurut Hariadi

(2014), Penatalaksanaan pre eklampsia berat, yaitu:

a. Tirah baring

b. Oksigen

c. Kateter menetap

d. IVFD : Ringer Asetat, Kolloid

e. Jumlah input cairan : 2000 ml/ 24jam. Awasi balance cairan.

f. Magnesium sulfat

Initial dose

1) Loading dose : 4 gram MgSO4 20% IV (4-5menit)

2) 8 gram 40% bokong kanan, 4 gram bokong kiri

Maintenance dose: 4 gram MgSO4 40% setiap 4 jam, dapat

diberikan 18 secara IV.

g. Syarat pemberian MgSO4

1) Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10%

(1 gram dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit dalam keadaan siap

pakai.

2) Refleks patella (+) kuat

3) Frekuensi pernafasan > 16x / menit

4) Produksi urin >100/cc dalam 4 jam.


12

h. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah > 110 mmHg. Dapat

diberikan nifedipin sublingual 10 mg, setelah 1 jam. Jika tekanan

darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg

sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam

sesuai kebutuhan. Penuruan tekanan darah tidak boleh terlalu

agresif. Tekanan darah diastol kurang dari 90 mmHg, penurunan

tekanan darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipin sangat

dianjurkan karena harganya murah dapat didapatkan dan mudah

pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.

2.1.3. Sectio Caesaria

1. Definisi

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 500 gram (Wiknjosastro et al, 2007). Sectio Caesarea adalah

proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan

perut atau vagina (Gurusinga, 2015).

2. Indikasi

Indikasi sectio caesarea menurut Rasjidi (2009) adalah :

a. Indikasi Mutlak

1) Indikasi Ibu

a) Panggul sempit absolut.


13

b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang

adekuat stimulasi.

c) Tumor-tumor jalan lahir yang membuat obtruksi.

d) Stenosis serviks atau vagina.

e) Plasenta previa.

f) Disproporsi sefalopelvik.

g) Ruptur uteri membakat.

2) Indikasi Janin

a) Kelainan letak.

b) Gawat janin.

c) Prolapsus plasenta.

d) Perkembangan bayi yang terhambat.

e) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena pre-

eklamsia.

b. Indikasi Relatif

1) Riwayat seksio sesarea sebelumnya.

2) Presentasi bokong.

3) Distosia.

4) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes.

5) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu.

6) Gemeli,sectio caesarea di anjurkan :

a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu.

b) Bila terjadi interlock.

c) Distosia oleh karen tumor.


14

d) IUFD (Intra Uterine Fetal Death).

c. Indikasi Sosial

1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman

sebelumnya.

2) Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut

bayinya mengalami cidera atau asfiksia selama persalinan

atau mengurangi risiko kerusakan dasar panggul.

3) Wanita yang takut perubahan pada tubuhnya atau sexuality

image setelah melahirkan.

3. Kontra Indikasi

Kontra indikasi dari sectio caesarea menurut Rasjidi (2009) adalah :

a. Janin mati.

b. Syok.

c. Anemia Berat.

d. Kelainan Kongenital Berat.

e. Infeksi Piogenik Pada Dinding Abdomen.

f. Minimnya Fasilitas Operasi Sectio Caesarea.

4. Komplikasi

Komplikasi Sectio Caesarea menurut Chamberlian, dkk (2012)

adalah:

a. Hemoragik

Hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah pada otak.

Paling buruk dari sudut insisi atau pada plasenta previa.


15

b. Infeksi

Infeksi memiliki 5 tanda utama yaitu calor (panas), dolor

(nyeri), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), functiolaesa

(gangguan fungsi). Antibiotik profilaktis biasanya diberikan

untuk sectio caesarea, terutama jika operasi dilakukan setelah

ketuban pesah.

c. Trombosis

Trombosis adalah proses koagulasi dalam pebuluh darah

yang berlebihan sehingga menghambat aliran darah atau bahkan

menghentikan aliran darah. Risiko 8 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelahiran melalui vagina. Biasanya terjadi

pada vena tungkai atau panggul. Ri siko berupa embolisme

trombus pada pembuluh darah paru. Antikoagulan profilaktik

diberikan, terutama pada ibu yang berisiko tinggi (usia diatas 35

tahun, anemia, riwayat trombosit, obesitas)

d. Ileus

Ileus adalah keadaan dimana pergerakan kontraksi

normal dinding usus untuk sementara terhenti. Ileus ringan dapat

berlangsung selama 1 hari setelah operasi. Tangani secara

konservatif dengan memberikan cairan intravena dan jangan

berikan cairan oral hingga ibu flatus.

e. Gangguan rasa nyaman

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh,

rasa nyeri timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini
16

menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan

stimulus nyeri. Nyeri yang dirasakan klien merupakan gejala

sisa yang diakibatkan oleh operasi sectio caesarea yang

dilakukan (Tazkiyah, 2014).

f. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila reperitonealisasi terlalu tinggi (Yuli, 2017).

g. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

(Yuli, 2017).

5. Teknik Sectio Caesarea

Teknik Sectio Caesarea menurut Yuli (2017) adalah :

a. Sectio Transperitonealis Profunda

Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi

di segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan

teknik melintang atau memanjang.

Keunggulan atau kelebihan cara ini anatara lain seabagai berikut:

a) Perdarahan insisi tidak banyak.

b) Penjahitan luka lebih mudah.

c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik.

d) Bahaya peritonitis tidak besar.

e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritonium.

f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri

tidak besar di kemudian hari.


17

Kelemahan atau kerugian adalah sebagai berikut:

a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat

menyebabkan putusnya ateri uterina.

b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. Sectio Caesarea Klasik

Teknik ini dengan menginsisi uterus dibuat menurut

panjangnya pada korpus. Karena meningkatnya risiko ruptura

dalam kehamilan berikutnya maka operasi ini jarang dibenarkan.

Kerugian lainnya berupa adanya kesukaran dalam peritonealisasi.

Indikasi dilakukannya Sectio Caesarea klasik adalah :

1) Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandungan kencing

untuk mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya

perlekatan-perlekatan akibat pembedahan Sectio Caesarea

yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah segmen bawah

rahim.

2) Janin besar dalam letak lintang.

3) Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan

segmen bawah rahim.

c. Sectio Caesarea Peritoneum

Dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan

untuk mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan

pengobatan infeksi pembedahan ini jarang dilakukan. Rongga

peritoneum tak dibuka, dilakukan pada klien infeksi uterin berat.


18

Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan

sebagai berikut :

1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.

2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.

d. Sectio Caesarea-Histerektomi

Tindakan sectio caesarea-histerektomi total memerlukan

perluasan operasi untuk mengangkat tunggul serviks. Pengupasan

lapisan jaringan dipermudah oleh keadaan kehamilan. Umumnya

peningkatan perdarahan tidak menimbulkan kesukaran teksis

apapun.

Indikasi teknik Sectio Caesarea - hiperektomi menurut

menurut Rasjidi (2009) adalah:

1) Ruptur uteri

2) Atonia uteri

3) Perdarahan akibat solusio plasenta, plasenta previa, dan

plasea akreta.

4) Atonia uteri

5) Fibroid

6. Penatalaksanaan Sectio Caesarea

Menurut Yuli (2017) penatalaksanaan Sectio Caesarea adalah :

a. Perawatan Awal

1) Yakinkan jalan napas bersih dan cukup ventilasi.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

3) Periksa kesadaran ibu.


19

4) Transfusi darah bila perlu.

5) Beri posisi nyaman.

b. Fungsi Gastrointestinal

1) Jika tindakan bedah tidak berat, berikan klien diet cair.

2) Jika ada tanda infeksi, atau jika sectio caesarea karena partus

macet atau rupture uteri, tunggu sampai bising usus timbul.

3) Jika klien bisa flatus mulai berikan makanan padat.

4) Pemberian infus diteruskan hingga klien dapat minum dengan

baik.

5) Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan

elektrolit untuk keseimbangan cairan seperti kalium klorida

40 mg.

6) Sebelum keluar dari rumah sakit pastikan klien dapat minum

dan makan biasa.

c. Perawatan Luka

Perawatan luka diperlukan untuk mencegah terjadinya

perdarahan yang berlebih dan menghindari terjadinya infeksi.

Sectio caesarea merupakan pembedahan bersih. Prinsip dalam

pemberian perawatan luka adalah pembersihan, penutupan dan

perlindungan luka (Sjamsuhidajat, 2010).

d. Analgesik

Pemberian analgesik sangat penting untuk mengurangi

rasa nyeri.
20

e. Perawatan Fungsi Kandung Kemih

1) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah.

2) Jika urine tidak jernih, biarkan kateter terpasang sampai urin

jernih.

3) Kateter dipasang 48 jam jika pada kasus bedah karena

rupture uteri, partus macet, edema perineum yang luas,

sepsis puerperalis atau pelvio peritonitis.

4) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih pasang kateter

sampai minimal 7 hari atau hingga urine jernih.

5) Jika sudah tidak menggunakan antibiotik, berikan

nitrofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas

(untuk mencegah sistitis).

f. Antibiotik

Jika ada tanda infeksi atau klien demam berikan antibiotik

hingga klien bebas dari demam sampai 48 jam.

g. Mengambil Jahitan

Pelepasan jahitan kulit dilakukan setelah 5 hari dari hari

dilakukannya pembedahan.

h. Ambulasi atau Mobilisasi

Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat

napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal

normal. Ambulasi dini sesuai tahapan prosedur yaitu setelah 6

jam pertama ibu dengan post sectio caesarea sebaiknya

melakukan tirah baring dengan menggerakan lengan tangan, kaki


21

dan tungkai bawah, serta miring kiri dan miring kanan. Setelah

itu, ibu mulai dapat duduk setelah 6-10 jam post sectio caesarea.

Kemudian, secara bertahap dapat mulai belajar berjalan secara

perlahan dan perlu pengawasan (Puji, dkk, 2016).

2.1.4. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Menurut Fauziah dan Sutejo (2012) identitas klien meliputi:

1) Nama : untuk mengetahui nama klien agar

mempermudah dalam komunikasi dan

tidak keliru dalam memberikan

penanganan.

2) Umur : untuk mengetahui faktor risiko yang ada

hubungannya dengan klien.

3) Pendidikan : untuk mengetahui pendidikan terakhir

klien.

4) Pekerjaan : untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

5) Suku bangsa : untuk mengetahui faktor pembawaan atau

ras.

6) Agama : untuk memberikan motivasi sesuai agama

yang dianut klien.

7) Alamat : untuk mengetahui alamat klien agar

mempermudah mencari alamat jika terjadi

sesuatu.
22

8) Identitas suami atau penanggung jawab :

untuk mengetahui yang bertanggung

jawab atas klien selama perawatan.

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah:

1) Keluhan utama : ditanyakan alasan klien datang dan

keluhan-keluhannya.

2) Riwayat Kesehatan sekarang : ditanyakan penyakit yang

diderita dan pernah diderita baik akut maupun kronis serta

penyakit menular dan keturunan.

3) Riwayat menstruasi : ditanyakan fisiologis reproduksi (usia

menarche, siklus, lama menstruasi, masalah-masalah

menstruasi, perdarahan irreguler, nyeri hebat, perdarahan

sampai menggumpal selama menstruasi dan lain-lain).

4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.

5) Riwayat penyakit dahulu dan operasi sebelumnya.

6) Riwayat kesehatan keluarga : ditanyakan penyakit-penyakit

dan masalah kesehatan dalam keluarga.

c. Riwayat Obstetrik

Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan,

abortus, dan anak hidup yang dimiliki saat periksa sekarang.

Riwayat Obstetrik menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah :

1) Paritas ibu hamil dituliskan G P A, yang artinya : G =

jumlah kehamilan sampai saat ini; P = jumlah kelahiran; A


23

= abortus yang pernah dialami. Selain G P A, dalam paritas

ibu hamil juga ditulis G T P A L, yang artinya : G = jumlah

kehamilan sampai saat ini; T = kehamilan term jumlah

kehamilan cukup bulan; P = kehamilan prematur; A =

aborsi (jumlah aborsi spontan atau elektif); L = living

(jumlah anak hidup saat ini).

2) Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, paparan

penyakit dan paparan toksin ditanyakan untuk mengetahui

efek yang ditimbulkan dari masalah-masalah tersebut.

3) Adaptasi kehamilan serta reaksi bagi ibu hamil, pasangan

atau suaminya, maupun keluarga ditanyakan untuk

mengetahui penerimaan klien, pasangan, dan keluarga

terhadap kelahiran bayi yang dapat mempengaruhi

pemeliharaan bayi.

4) Riwayat persalinan.

5) Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan Dasar Manusia menurut Fauziah dan Sutejo

(2012) adalah :

1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pengetahuan

tentang keperawatan kehamilan sekarang.

2) Pola nutrisi atau metabolik : intake makanan dan cairan

selama perawatan.

3) Pola eliminasi, defekasi, dan miksi.


24

4) Pola aktivitas dan latihan : kemampuan perawatan diri

meliputi makan, minum, mandi, toileting, berpakaian,

mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi atau

ROM.

5) Pola tidur dan istirahat : lama tidur, gangguan tidur,

bantuan dan kebiasaan untuk membantu tidur, serta

perasaan saat bangun tidur.

6) Pola persepsual : penglihata, pendengaran, pengecap

dan sensasi nyeri.

Nyeri adalah suatu kondisi yang menyebabkan

suatu ketidaknyamanan. Rasa ketidaknyamanan dapat

di sebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf sensori

atau juga diawali rangsangan aktivitas sel T ke korteks

serebri dan menimbulkan persepsi nyeri (Smeltzer,

2010).

Komponen pengkajian analisis symptom

meliputi (PQRST) : P (Paliatif/Profocatif= yang

menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality=

kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio = lokasi

nyeri), S (Severity = keparahan), T (Time = waktu)

(Kneale & Davis, 2011).

Pengukuran nyeri, terdapat beberapa cara yaitu

pengukuran nyeri menurut Kneale & Davis (2011)

adalah :
25

a) Skala Nilai Numerik (NRS, Numerical Rating Scale)

Skala NRS digunakan dengan meminta klien

untuk menilai nyeri yang dirasakan dengan angka,

secara umum menggunakan skala 0-10 dengan 0 tidak

ada nyeri dan 10 nyeri yang tak tertahankan atau

sangan nyeri (Gambar 1.1). Beberapa unit

menggunakan skala 0-3 atau 0-5 dengan dasar yang

sama. Diperlukan instruktur yang cermat terutama jika

klien mengalami nyeri yang hebat.

Keuntungan menggunakan NRS adalah skala ini

memiliki sensitivitas yang lebih besar dan menghindari

kesalahpahaman yang terjadi ketika kita

menginterprestasikan nyeri secara lisan. Keterbatasan

berhubungan dengan individu yang memiiki kesulitan

untuk membayangkan nyeri yang dirasakan dalam

bentuk angka.

Gambar 1.1 Skala Nilai Numerik

Sumber : Kneale & Davis, 2011

Gambar 1.2 Pain Assessment Tool

Sumber : Kneale & Davis, 2011


26

b) Skala Nilai Visual (VAS, Visual Analogue Scale)

Skala ini digambarkan dengan garis lurus,

biasanya panjangnya mencapai 10 cm (Gambar 1.2).

Salah satu ujungnya ditandai tidak ada nyeri dan ujung

lainnya ditandai nyeri hebat. Skala ini digunakan secara

vertikal atau horizontal, sambil meminta klien untuk

menandai garis pada titik yang menggambarkan derjat

nyeri yang mereka rasakan saat ini.

Metode ini digunakan secara luas, terutama

dalam penelitian.

Kelebihan VAS adalah :

1. klien dapat menandai derajat nyeri yang dirasakan

dengan akurat.

Gambar 1.3 Skala Analog Visual

Sumber : Kneale & Davis, 2011

2. Skala ini menghasilkan ukuran yang sensitif yang

merefleksikan perubahan seiring waktu dan dengan

intervensi berbeda. Misalnya, tanda awal pada titik

7,25 cm yang diukur dari ujung tidak ada nyeri

pada skala akan berubah ke titik yang lebih rendah

dengan intervensi yang efektif.


27

3. Skala ini cepat dan mudah digunakan, mudah di

reproduksi dan digunakan secara universal untuk

mengukur nyeri dan keefektifan pereda nyeri.

Kekurangan VAS adalah :

1. Merupakan alat pengukur nyeri satu dimensi.

2. Hanya menggambarkan nyeri yang terjadi pada

saat itu.

3. klien lansia, konfusi, anak-anak dan mereka yang

mengalami gangguan fungsi kognitif sulit

menggunakan VAS kerena membutuhkan

pemikiran yang abstrak dalam menggunakan VAS.

4. Membutuhkan imajinasi yang adekuat.

5. Tidak relevan bagi klien yang mengalami nyeri

hebat atau kronis.

c) Skala Deskriptor Verbal (VDS, Verbal Descriptor

Scale)

Pengukuran dengan VDS dilakukan dengan cara

menginstruksikan skala nyeri dengan ditambahkan

angka pada penjelasan yang digunakan untuk

mengungkapkan nyeri. Misalnya, 0 = tidak ada nyeri, 2

= nyeri sedang dan 3 = nyeri berat. Instrumen ini

memiliki beberapa keuntungan dan keterbatasan yang

sama seperti VDS dan NRS yang telah dijelaskan

diatas.
28

7) Pola persepsi diri: pandangan klien tentang

perasaannya, kecemasan dan konsep diri.

8) Pola seksualitas dan reproduksi : fertilitas, libido,

mentruasi, kontrasepsi dan lain-lain.

9) Pola peran dan hubungan : komunikasi, hubungan

dengan orang lain, kemampuan keuangan.

10) Pola manajemen koping : perubahan terbesar dalam

hidup akhir-akhir ini.

11) Sistem nilai dan keyakinan : pandangan klien tentang

agama dan kegiatan keagamaan.

d. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Yuli (2017) meliputi :

1) Keadaan umum : Kondisi klien saat pengkajian

2) Tingkat Kesadaran :

Tingkat kesadaran menurut Kusuma & Huda (2015) di bagi

menjadi :

a) Komposmentis adalah keadaan sadar penuh, baik

terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri,

Gcs : 14 - 15.

b) Apatis adalah keadaan klien dimana tampak acuh tak

ach dan segan terhadap lingkungannya, Gcs : 12 – 13.

c) Delirium adalah keadaan klien mengalami penurunan

kesadaran disertai kekacauan motorik serta siklus tidur

bangun yang terganggu, Gcs: 10 – 11.


29

d) Somnolen adalah keadaan klien mengantuk yang dapat

pulih jika dirangsang, tapi jika rangsangan berhenti

klien akan tidur kembali, Gcs : 7 – 9.

e) Sopor adalah keadaan klien mengantuk yang dalam,

Gcs : 5 – 6.

f) Semi koma adalah keadaan klien mengalami penurunan

kesadaran yang tidak memberikan respon rangsang

terhadap rangsang verbal, serta tidak mampu untuk

dibangunkan sama sekali, tapi respon terhadap nyeri

tidak adekuat serta reflek pupil masih baik, Gcs : 4.

g) Koma adalah keadaan klien mengalami penurunan

kesadaran yang sangat dalam, tidak terdapat respon

pada rangang nyeri serta tidak ada gerakan spontan,

Gcs : 3.

3) Tekanan darah : untuk mengetahui klien mengalami

hipertensi atau tidak. Nilai normal tekanan darah adalah

untuk tekanan darah sistolik 100-140 mmHg dan tekanan

darah diastolik <85 mmHg (Kusuma & Huda, 2015).

4) Suhu : untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh

normal atau tidak pada klien post sectio caesarea dengan

nilai normal 36.50C – 37.50C (Kusuma & Huda, 2015).

5) Nadi : untuk mengetahui nadi pada klien post sectio

caesarea dengan nilai normal 60 - 100 x atau menit

(Kusuma & Huda, 2015).


30

6) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan pada

klien post sectio caesarea yang dihitung dalam 1 menit

dengan nilai normal 16 – 20 x atau menit (Kusuma & Huda,

2015).

e. Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksan fisik menurut Yuli (2017) adalah :

1) Kepala : meliputi bentuk wajah apakah simetris atau

tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit

kepala.

2) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.

3) Mata : anemis atau tidak, dengan melihat

konjungtiva merah segar atau merah pucat,

sklera putih atau kuning.

4) Hidung : ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk

mengetahui adanya gangguan jalan.

5) Gigi : bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk

mengetahui kecukupan kalsium.

6) Lidah : bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi

yang mengarah pada penyakit tertentu

misalnya tifoid.

7) Bibir : pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak,

untuk mengetahui kecukupan vitamin dan

mineral.
31

8) Telinga : bersih atau kotor, ada peradangan maupun

benjolan atau tidak, untuk mengetahui

adanya tanda infeksi atau tumor.

9) Payudara : simetris atau tidak, bersih atau kotor, ada

retraksi atau tidak, untuk mengetahui ada

tidaknya kelainan pada payudara.

10) Abdomen : ada luka bekas operasi atau tidak, simetris

atau tidak.

11) Dada : adanya jejas atau tidak, suara tambahan atau

tidak, simetris atau tidak.

12) Genetalia eksternal :

Ada oedema atau tidak, ada pembengkakan

kelenjar atau tidak, adakah pembentukan

lochea dan apa warnanya.

13) Ekstermitas : ada varises atau oedema pada tangan maupun

kaki atau tidak, simetris atau tidak, ada

gangguan atau tidak.

Pemeriksaan fisik atau Head to toe terdapat 4 macam

tindakan menurut Huda & Kusuma (2015) yaitu :

1) Inspeksi : pemeriksaan dengan melihat secara visual dari

kepala hingga kaki.

2) Palpasi : pemeriksaan secara perabaan, pada pemeriksaan

ini hanya diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri

tekan, bagaimana keadaan umum.


32

3) Perkusi : pemeriksaan dengan mengetuk bagian

permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan

bagian tubuh lainya.

4) Auskultasi : pemeriksaan dengan cara mendengarkan,

biasanya menggunakan stetoskop.

f. Data penunjang

Data penunjang pada klien post sectio caesarea menurut Huda

& Kusuma (2015) adalah:

1) Pemantauan EKG

2) Elektrolit

3) Hemoglobin atau hematokrit dan golongan darah

4) Urinalisis

5) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

6) Ultrasound sesuai pesanan.

2. Diagnosa

Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut Huda & Kusuma

(2015) adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (00132).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akut

berkurang atau hilang.

Kriteria hasil (1605):

1) Mampu mengontrol nyeri.


33

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

menejemen nyeri.

3) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi (1400):

1) Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan

skala nyeri.

2) Berikan tindakan kenyamanan dasar : relaksasi, distraksi,

imajinasi, massage.

3) Awasi atau pantau TTV.

4) Berikan posisi yang nyaman.

5) Ajarkan ambulasi dini.

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

Rasional :

1) Mengetahui tingkat nyeri klien dan menentukan tindakan

yang akan dilakukan selanjutnya.

2) Mengurangi rasa nyeri.

3) Mengetahui tanda kegawatan.

4) Memberikan kenyamanan dan membantu mengurangi nyeri.

5) Mengurangi rasa nyeri.

6) Mengontrol nyeri dengan menggunakan terapi farmakologi.

Implementasi:

1) Melakukan pengkajian riwayat nyeri, lokasi, frekuensi,

durasi, intensitas dan skala nyeri.


34

2) Memberikan tindakan kenyamanan dasar : relaksasi,

distraksi, imajinasi, massage.

3) Mengawasi atau pantau TTV.

4) Memberikan posisi yang nyaman.

5) Mengajarkan ambulasi dini.

6) Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik

Evaluasi:

Nyeri klien berkurang, klien tampak rileks, klien tidak

mengeluh nyeri.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

(00046).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan

integritas kulit dapat teratasi.

Kriteria Hasil (1101):

1) Perfusi jaringan normal.

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi

3) Ketebalan dan tekstur jaringan normal

4) Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka.

Intervensi (3590):

1) Monitoring kulit yang mengalami integritas.

2) Berikan perawatan luka.

3) Ajarkan klien untuk konsumsi tinggi protein.


35

4) Ajarkan klien untuk menggunakan baju longgar.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi sesuai

kebutuhan.

Rasional :

1) Mengetahui perkembangan penyembuhan luka atau

munculnya infeksi.

2) Mempercepat penyembuhan luka.

3) Membantu dalam penyembuhan luka dengan nutrisi.

4) Agar terhindar dari munculnya infeksi dan nyeri akibat

penekanan pakaian.

5) Membantu penyembuhan luka dengan nutrisi.

Implementasi :

1) Memonitoring kulit yang mengalami integritas.

2) Memberikan perawatan luka.

3) Mengajarkan klien untuk konsumsi tinggi protein.

4) Mengajarkan klien untuk menggunakan baju longgar.

5) Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian

nutrisi sesuai kebutuhan.

Evaluasi :

Masalah keperawatan kerusakan integritas kulit dapat

teratasi.
36

c. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

(00011).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah konstipasi dapat teratasi.

Kriteria Hasil (0501):

1) Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari.

2) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.

3) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi

4) Feses lunak dan berbentuk.

Intervensi (0450):

1) Monitoring tanda dan gejala konstipasi.

2) Monitoring bising usus.

3) Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi.

4) Ajarkan klien untuk konsumsi makanan yang berserat tinggi

5) Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi konstipasi.

Rasional :

1) Mengetahui seberapa berat masalah konstipasi yang dialami

klien.

2) Mengetahui bising usus klien.

3) Mengetahui faktor penyebab dan kontribusi konstipasi.

4) Mengatasi konstipasi dengan makanan yang berserat.

5) Mengatasi konstipasi dengan terapi farmakologi.


37

Implementasi :

1) Memonitoring tanda dan gejala konstipasi.

2) Memonitoring bising usus.

3) Mengidentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi.

4) Mengajarkan klien untuk konsumsi makanan yang berserat

tinggi

5) Melakuan Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi

konstipasi.

Evaluasi :

Masalah keperawatan konstipasi dapat teratasi.

d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang penanganan post partum (00126).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah defisiensi pengetahuan dapat teratasi.

Kriteria Hasil (1818):

1) Klien dan keluarga mengatakan paham tentang suatu

penyakit yang di hadapi klien.

2) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali yang

dijelaskan perawatn.

Intervensi (4026):

1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang

proses penyakit.
38

2) Sediakan informasi pada klien tentang kondisi dengan cara

yang tepat.

3) Jelaskan patofisiologi masalah penyakit dan hal-hal yang

berhubungan dengan penyakit tersebut.

4) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemahaman masalah

penyakit.

Rasional :

1) Mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang dipahami

klien.

2) Untuk memberikan informasi kepada klien dan keluarga,

3) Agar klien dan keluarga paham masalah kondisi klien.

4) Agar keluarga paham masalah yang dihadapi klien.

Implementasi :

1) Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien

tentang proses penyakit.

2) Menyediakan informasi pada klien tentang kondisi dengan

cara yang tepat.

3) Menjelaskan patofisiologi masalah penyakit dan hal-hal

yang berhubungan dengan penyakit tersebut.

4) Melakukan kolaborasi dengan keluarga dalam pemahaman

masalah penyakit.

Evaluasi :

Masalah keperawatan tentang defisit pengetahuan dapat

teratasi.
39

e. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (00004).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko infeksi

dapat teratasi.

Kriteria Hasil (0703):

1) Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.

2) Suhu tubuh normal (36,5-37,5 °C).

3) Nadi normal (60-100 x atau menit).

4) Frekuensi napas normal (16-20 x atau menit).

5) Tekanan darah normal ( tekanan sistolik 100-140 mmHg

dan tekanan diastolik <85).

Intervensi (6540):

1) Monitoring sel darah putih.

2) Pantau tanda dan gejala infeksi.

3) Berikan lingkungan yang bersih kepada klien.

4) Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala munculnya

infeksi dan kapan harus lapor ke petugas kesehatan.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti-

inflamasi.

Rasional :

1) Untuk mengetahui munculnya infeksi dengan cek

laboraturium.

2) Untuk mengetahui munculnya infeksi dengan inspeksi dan

palpasi.
40

3) Untuk menghindari terjadinya infeksi.

4) Untuk dapat meminimalisir infeksi yang parah.

5) Mencegah infeksi dengan terapi farmakologi.

Implementasi :

1) Memonitoring sel darah putih.

2) Memantau tanda dan gejala infeksi.

3) Memberikan lingkungan yang bersih kepada klien.

4) Mengajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala

munculnya infeksi dan kapan harus lapor ke petugas

kesehatan.

5) Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

anti-inflamasi.

Evaluasi :

Masalah keperawatan risiko infeksi dapat teratasi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah laporan studi kasus. Laporan studi kasus

yaitu cara atau teknik dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang dilakukan

dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri

dari unit yang tunggal. Laporan studi kasus ini menggunakan metode

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu (Suryabrata, 2016).

Penyusunan penelitian deskriptif diperlukan pedenifisian dengan

jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-fakta dan sifat-sifat apa

saja yang perlu diketemukan harus dijelaskan dalam laporan. Sesudah data

lengkap kemudian dilakukan penyusunan dan kesimpulan (Suryabrata,

2016).

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan pada ibu nifas yang mengalami post sectio caesarea atas

indikasi pre-eklamsia berat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3.2. Batasan Istilah

Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi

operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah - istilah kunci yang

menjadi fokus studi kasus.

41
42

Batasan istilah pada asuhan keperawatan klien yang mengalami post

sectio caesarea atas indikasi pre-eklamsia berat di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta, maka penulis hanya menjabarkan konsep post sectio caesarea

beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

yang disusun secara naratif.

3.3. Partisipan

Partisipan dalam studi kasus ini adalah klien 1 dan klien 2 dengan post

sectio caesarea dan memiki 2 masalah keperawatan yang sama di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

3.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi kasus yang akan

dilakukan studi kasus (Notoadmojo 2010). Lokasi studi kasus ini akan

dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Waktu penelitian adalah waktu kasus diambil sesuai yang telah

ditentukan (Notoadmojo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal

22 Mei – 3 Juni 2017.

3.5. Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik atau Head to toe terdapat 4 macam tindakan

menurut Kusuma & Huda (2015) yaitu :

1) Inspeksi : pemeriksaan dengan melihat secara visual dari kepala

hingga kaki.
43

2) Palpasi : pemeriksaan secara perabaan, pada pemeriksaan ini hanya

diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan, bagaimana

keadaan umum.

3) Perkusi : pemeriksaan dengan mengetuk bagian permukaan tubuh

tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainya.

4) Auskultasi : pmeriksaan dengan cara mendengarkan, biasanya

menggunakan stetoskop.

b. Wawancara

Menurut Hidayat (2014), bahwa wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden

yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung.

Hal ini digunakan untuk hal-hal dari responden secara lebih mendalam.

Kasus ini wawancara dilakukan pada klien, keluarga, tenaga kesehatan,

dan rekam medis.

c. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Metode observasi ini

instrumen yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan

pengamatan observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014). Observasi

disini adalah TTV, nyeri perut, keputihan dan perdarahan pervagina.


44

2. Data sekunder

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut

dapat berupa gambar, tabel, daftar pustaka dan film dokumenter

(Hidayat, 2014). Kasus ini pendokumentasian tentang jumlah ibu nifas

dengan post section caesarea diperoleh dari rekam medik di RSUD Dr

Moewardi Surakarta.

b. Studi Kepustakaan

Menurut Hidayat (2014), studi kepustakaan adalah kegiatan

peneliti yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan

teoritis dari permasalahan peneliti. Kasus ini studi kepustakaan

diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang kesehatan ibu nifas

khususnya bagi ibu yang mengalami sectio caesarea dari tahun 2007

sampai tahun 2017.

3.6. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Uji keabsahan mempunyai dua fungsi yaitu melaksanakan

pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan

dapat dipercaya, dan memperlihatkan derajad kepercayaan hasil – hasil

penemuan dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang

diteliti (Prastowo, 2011).


45

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan atau tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan

triangulasi dari tiga sumber data yaitu klien, perawat, dan keluarga klien

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu pada klien yang

mengalami sectio caesarea di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

3.7. Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut. Urutan

dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpukan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan


46

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


BAB IV

HASIL

4.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi (disingkat RSUD Dr. Moewardi atau RSDM) khususnya di ruang

Mawar 1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi adalah rumah sakit

pemerintah provinsi Jawa Tengah yang terletak di Surakarta, Indonesia.

Selain menjadi RS pemerintah RSDM juga berfungsi sebagai RS pendidikan,

salah satunya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Nama

rumah sakit ini diambil dari nama Dr. Moewardi, seorang tokoh perjuangan

Indonesia pada masa kolonial. Rumah sakit yang terletak di Kampung Jebres,

Kalurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ini mempunyai luas tanah

49.622 m2 dan luas bangunan 15.868 m2.

4.2. Pengkajian

4.2.1. Identitas Klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Tanggal pengkajian 22.05.2017 23.05.2017

Tanggal masuk RS 20.05.2017 22.05.2017

Nama Ny. Y Ny. A

Alamat Sukoharjo Sragen

Umur 27 tahun 26 tahun

No RM 01379839 01378185

Agama Islam Islam

47
48

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Swasta Swasta

Suku bangsa Jawa Jawa

Diagnosa Post SC+MOW+PEB Post SCTP+PEB

Dokter dr. O dr.O

4.2.2. Identitas Penanggung Jawab

Identitas Klien 1 Klien 2

Nama Tn. R Tn. S

Alamat Sukoharjo Sragen

Umur 28 tahun 29 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA SMA

Hub. Dengan klien Suami Suami

4.2.3. Riwayat Kesehatan

Riwayat Klien 1 Klien 2

Keluhan Ny.Y mengatakan nyeri Ny.A mengatakan nyeri


utama pada luka post SC pada luka post SC
Ny. Y mengatakan Ny. A mengatakan
riwayat obstetri dengan riwayat obstetri dengan P1
P4 A0 dengan kelahiran A0 dengan kelahiran
aterm usia kehamilan aterm usia kehamilan 41
Riwayat 37 minggu. Klien minggu. Klien datang dari
kesehatan datang dari ruang OK ruang OK IGD ke Mawar
sekarang IGD ke Mawar 1 jam 1 jam 13.20 WIB tanggal
14.00 WIB tanggal 22.05.2017 dengan
21.05.2017 dengan program Post SCTP +
program Post SC + PEB dan terpasang infus
MOW + PEB dan RA 16 tpm, terpasang O2
49

terpasang infus RA 16 3 lpm dan kateter urine.


tpm, terpasang O2 3 lpm Klien mengatakan nyeri
dan kateter urine. Klien bertambah ketika
mengatakan nyeri bergerak, nyeri seperti
bertambah ketika tertusuk-tusuk, nyeri
bergerak, nyeri seperti dibagian luka post SC
tertusuk-tusuk, nyeri kuadran III dan IV, skala
dibagian luka post SC 3 dan nyeri hilang timbul.
kuadran III dan IV,
skala 4 dan nyeri hilang
timbul.
Ny. Y mengatakan Ny. A mengatakan
menarche pada usia 12 menarche pada usia 13
tahun dengan siklus tahun dengan siklus
teratur, lama menstruasi teratur, lama menstruasi
3-7 hari, tidak ada 3-7 hari, tidak ada
Riwayat
masalah menstruasi, masalah menstruasi,
menstruasi
dalam sehari klien dalam sehari klien hanya
hanya mengganti mengganti pembalut 2x,
pembalut 2x, nyeri haid nyeri haid hebat kadang
hebat kadang muncul muncul pada 3 hari
pada hari pertama. pertama.
Ny. A belum pernah
Riwayat Ny. Y menggunakan
menggunakan alat
kontrasepsi pill KB
kontrasepsi apapun
Ny. Y mengatakan
memiliki riwayat PEB
Ny. A mengatakan
dari kelahiran anak
memiliki riwayat PEB.
Riwayat pertama. Ny. Y
Ny. A mengatakan
penyakit mengatakan kelahiran
kelahiran ini merupakan
dahulu dengan SC merupakan
operasi pertama yg klien
pertama kali Ny.Y
lakukan.
lakukan, sebelumnya
Ny.Y lahir spontan.
Ny. Y mengatakan Ny. A mengatakan dalam
Riwayat dalam keluarga tidak keluarga tidak ada
kesehatan ada penyakit keturunan penyakit keturunan
keluarga seperti jantung, paru, seperti jantung, paru,
DM, atau Hipertensi. DM, atau Hipertensi.
Genogram
Ket :
50

4.2.4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

Riwayat Klien 1 Klien 2

Status
P4 A0 P1 A0
Obstetri
Penggunaan Ya, obat dari bidan. Ny. Ya, obat dari bidan. Ny.
obat selama Y mengatakan tidak tahu A mengatakan tidak tahu
kehamilan nama obatnya. nama obatnya.
Ny.Y mengatakan reaksi Ny.A mengatakan reaksi
Adaptasi suami dan keluarga suami dan keluarga
kehamilan terhadap kelahiran bayi terhadap kelahiran bayi
sangat baik. sangat baik.
Riwayat Ny. Y mengatakan Ny. A mengatakan baru
persalinan memiliki 4 anak. pertama kali melahirkan.
Perempuan, persalinan Perempuan, persalinan
Anak 1 spontan, ditolong oleh SC, ditolong oleh dokter
dokter dan masih hidup. dan masih hidup.
Perempuan, persalinan
Anak 2 spontan, ditolong oleh -
dokter dan masih hidup.
Perempuan, persalinan
Anak 3 spontan, ditolong oleh -
dokter dan masih hidup.
Perempuan, persalinan
Anak 4 SC, ditolong oleh dokter -
dan masih hidup.
Kebutuhan dasar manusia
Sebelum dirawat:
Sebelum dirawat:
Ny.Y mengatakan
Ny.A mengatakan
Pola persepsi kesehatan itu penting.
kesehatan itu penting.
dan Selama dirawat:
Selama dirawat:
pemeliharaan Ny.Y mengatakan harus
Ny.A mengatakan ingin
kesehatan benar-benar
lekas sembuh dan pulang
memperhatikan
kerumah.
kesehatan.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny.Y makan 3x sehari Ny.A makan 3x sehari
dan minum 6x sehari, dan minum 6x sehari,
dengan jenis dengan jenis
Pola nutrisi
sayur,daging, nasi, air sayur,daging, nasi, air
dan
putih dan teh. Ny.Y putih dan teh. Ny.A
metabolik
dapat menghabiskan 1 dapat menghabiskan 1
porsi piring dan 1 porsi porsi piring dan 1 porsi
gelang. Ny.Y tidak ada gelang. Ny.A tidak ada
keluhan. keluhan.
51

Selama dirawat: Selama dirawat:


Ny.Y makan 3x sehari Ny.A makan 3x sehari
dan minum 6x sehari, dan minum 6x sehari,
dengan jenis dengan jenis
sayur,daging, nasi, air sayur,daging, nasi, air
putih dan teh. Ny.Y putih dan teh. Ny.A
dapat menghabiskan 1 dapat menghabiskan 1
porsi piring dan 1 porsi porsi piring dan 1 porsi
gelang. Ny.Y tidak ada gelang. Ny.A tidak ada
keluhan. keluhan.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny.Y BAB 1x sehari, Ny.A BAB 1x sehari,
tidak ada keluhan. tidak ada keluhan.

Ny Y BAK 5x sehari, Ny.A BAK 5x sehari,


cair, kuning bening, tidak cair, kuning bening, tidak
ada keluhan ada keluhan
Pola eliminasi Selama dirawat: Selama dirawat:
Ny.Y belum BAB, tidak Ny.A belum BAB, tidak
ada keluhan. ada keluhan.

Ny Y BAK Ny.A BAK


menggunakan kateter menggunakan kateter
urine, cair, kuning pekat, urine, cair, kuning pekat,
tidak ada keluhan. tidak ada keluhan.
Analisa Input : ± 2.850 cc Input : ± 2.850 cc
keseimbangan Output :± 2.300 cc Output :± 2.250cc
cairan Ballance : ± 550 cc Ballance : ± 600 cc
perhari BB : 60 Kg BB : 60 Kg
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny. Y mampu Ny. A mampu
melakukan semua melakukan semua
kemampuan diri secara kemampuan diri secara
mandiri. mandiri.
Selama dirawat: Selama dirawat:
Ny. Y melakukan Ny. A melakukan
Pola aktivitas
aktivitas secara : aktivitas secara :
dan latihan
Mandiri : makan dan Mandiri : makan dan
minum dan ROM. minum dan ROM.
Dengan alat: toileting Dengan alat: toileting
Dibantu orang lain : Dibantu orang lain :
mandi, berpakaian, mandi, berpakaian,
mobilitas di atas tempat mobilitas di atas tempat
tidur, berpindah. tidur, berpindah.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Pola istirahat Ny.Y tidur siang selama Ny.A tidur siang selama
tidur 2-3 jam, tidur malam 7-8 2-4 jam, tidur malam 8-9
jam, tidak menggunakan jam, tidak menggunakan
52

pengantar tidur, tidak ada pengantar tidur, tidak ada


keluhan. keluhan.
Selama dirawat: Selama dirawat:
Ny.Y tidur siang selama Ny.A tidur siang selama
4-5 jam, tidur malam 9 5-6 jam, tidur malam 9-
jam, tidak menggunakan 10 jam, tidak
pengantar tidur, tidak ada menggunakan pengantar
keluhan. tidur, tidak ada keluhan.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny. Y mengatakan tidak Ny. A mengatakan tidak
ada gangguan dengan ada gangguan dengan
panca indra dan sensasi panca indra dan sensasi
nyeri. nyeri.
Selama dirawat: Selama dirawat:
Pola kognitif Ny. Y mengatakan nyeri Ny. A mengatakan nyeri
perseptual bertambah ketika bertambah ketika
bergerak, nyeri seperti bergerak, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri tertusuk-tusuk, nyeri
dibagian luka post SC dibagian luka post SC
kuadran III dan IV, skala kuadran III dan IV, skala
4 dan nyeri hilang 3 dan nyeri hilang
timbul. timbul.
Citra diri:
Citra diri: Ny. A mengatakan
Ny. Y mengatakan tidak sangat menyukai anggota
ada bagian tubuhnya tubuhnya terutama pada
yang tidak disukai. mata.
Identitas diri: Identitas diri:
Ny.Y mengatakan Ny.A mengatakan
dirinya adalah seorang dirinya adalah seorang
perempuan yang sudah perempuan yang sudah
berkeluarga. berkeluarga.
Peran diri: Peran diri:
Pola persepsi
Ny.Y mengatakan Ny.A mengatakan
diri atau
dirinya adalah seorang dirinya adalah seorang
konsep diri
ibu bagi anaknya dan ibu bagi anaknya dan
istri bagi suaminya. istri bagi suaminya.
Ideal diri: Ideal diri:
Ny.Y mengatakan akan Ny.A mengatakan sudah
sangat ideal ketika sangat ideal karena
melihat anaknya sukses. sekarang sudah
Harga diri: melahirkan anaknya.
Ny.Y mengatakan semua Harga diri:
keluarga dan tetangga Ny.A mengatakan semua
sangat menghargainya. keluarga dan tetangga
sangat menghargainya.
Pola seksual Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
dan Ny.Y mengatakan Ny.A mengatakan
53

reproduksi dirinya adalah ibu dirinya adalah seorang


beranak 3. istri yang belum
Selama dirawat: memiliki anak.
Ny.Y mengatakan Selama dirawat:
dirinya adalah ibu Ny.A mengatakan
beranak 4. dirinya adalah ibu
beranak 1.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny. Y mengatakan ketika Ny.A mengatakan ketika
muncul masalah dalam muncul masalah dalam
keluarga selalu keluarga selalu
diselesaikan dengan diselesaikan dengan
Pola
musyawarah. musyawarah.
managemen
Selama dirawat: Selama dirawat:
koping
Ny. Y mengatakan ketika Ny.A mengatakan ketika
muncul masalah dalam muncul masalah dalam
keluarga sang suami keluarga masih selalu
yang selalu mengambil diselesaikan dengan
keputusan. musyawarah.
Sebelum dirawat: Sebelum dirawat:
Ny. Y mengatakan Ny.A mengatakan
beragama islam dan beragama islam dan
Pola nilai dan selalu beribadah. selalu beribadah.
keyakinan Selama dirawat: Selama dirawat:
Ny. Y mengatakan Ny.A mengatakan
beragama islam dan beragama islam dan
masih selalu beribadah. masih selalu beribadah.

4.2.5. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2

Keadaan
Baik Baik
umum
Tingkat E4 V5 M6 , E4 V5 M6 ,
Kesadaran Composmentis Composmentis
TD:150/100 mmHg TD:140/90 mmHg
N : 90 kali/menit N : 90 kali/menit
TTV
T : 36,5 OC T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit
54

4.2.6. Head To Toe

Head To Klien 1 Klien 2


Toe
Kepala Mesoshepal. Mesoshepal.
Muka Tidak pucat. Tidak pucat.
Tidak udema, tidak Tidak udema, tidak
anemis, isokor, tidak anemis, isokor, tidak
Mata
ikterik, tidak ada ganguan ikterik, tidak ada ganguan
mata. mata.
Hidung Tidak ada polip, bersih. Tidak ada polip, bersih.
Gigi Ada caries. Tidak ada caries.
Lidah Bersih. Bersih.
Bibir Simetris, bersih. Simetris, bersih.
Telinga Simetris, bersih. Simetris, bersih.
Simetris, bersih, mampu Simetris, bersih, mampu
Payudara
mengeluarkan ASI. mengeluarkan ASI.
Dada
IC tidak nampak, tidak ada IC tidak nampak, tidak
Inspeksi
jejas atau lesi. ada jejas atau lesi.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi Sonor. Sonor.
Auskultasi Vesikuler. Vesikuler.
Abdomen
Terdapat luka sayat Terdapat luka sayat
melintang sepanjang ±10 melintang sepanjang ±10
Inspeksi
cm pada abdomen kuadran cm pada abdomen
iii dan iv. kuadran iii dan iv.
Auskultasi Bising usus 9 kali/menit Bising usus 10 kali/menit
Terdapat nyeri tekan area Terdapat nyeri tekan area
Palpasi
post SC, TFU 2 JBP. post SC, TFU 2 JBP.
Perkusi Thympani Thympani

Terpasang kateter, bersih, Terpasang kateter, bersih,


Genetalia
lochea rubra lochea rubra
55

Ekstremitas

Variabel Klien 1 Klien 2


(Kanan/kiri) Atas Bawah Atas Bawah
Kekuatan
5/5 5/5 5/5 5/5
otot
ROM Aktif/aktif Aktif/aktif Aktif/aktif Aktif/aktif
Perunahan
bentuk -/- -/- -/- -/-
tulang
Perubahan
Hangat Hangat Hangat Hangat
akral
Udema -/- +/+ -/- +/+
Capilary
<2 detik <2 detik <2 detik <2 detik
refil

4.2.7. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Nilai
Pemeriksaan Satuan
Klien 1 Klien 2 normal
Tanggal hasil Tanggal Tanggal
lab 20.05.2017 22.05.2017
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 11.5 11.6 12.0-15.6 g/dl
Hematokrit 36 37 33-45 %
Leukosit 12.7 14.1 4.5-11.0 Ribu/µl
Trombosit 204 286 150-450 Ribu/µl
Eritrosit 4.29 4.04 4.10-5.10 Juta/µl
Gol. Darah B - -
Hematostatis
PT 15.1 11.5 10.0-15. 0 Detik
APTT 32.4 31.4 20.0-40.0 Detik
INR 1.280 0.880 -
Kimia klinik
Glukosa
darah 74 97 60-140 mg/dl
sewaktu
Sekresi
Protein
Negatif Negatif Negatif -
kualitatif
HbsAg Non- Non-
Reaktif -
Reaktif Reaktif
56

Tanggal hasil Tanggal


lab 21.05.2017
Kimia klinik
SGOT 28 18 <31 µ/l
SGPT 41 12 <34 µ/l
Albumin 3.2 3.4 3.5-5.2 g/dl
Creatinine 0.6 0.4 0.6-1.1 mg/dl
Ureum 10 15 <50 mg/dl
LDN 422 124 140-300 µ/l
Elektrolit
Natrium
132 136 136-145 mmol/L
darah
Kalium
3.6 3.8 3.3-5.1 mmol/L
darah
Clorida
105 - 98-106 mmol/L
darah

4.2.8. Terapi medis

Tgl Jenis terapi Dosis terapi Tgl Jenis terapi Dosis terapi
klien 1 klien 1 klien 2 klien 2
Inf. RA 16 tpm Inf. RA 16 tpm
Inj. Ceftriaxon 2 gr/24 jam Inj. Ceftriaxon 2 gr/24 jam
4 gr/15 menit
Inj. MgSO4 20 1 gr/jam/24 Inj. MgSO4 20
22.05. 2017

23.05. 2017

dilanjutkan 1
% jam %
gr/jam/ 24 jam
P.O Ketorolac 30 mg/8 jam P.O Ketorolac 30 mg/8 jam
P.O Asam P.O Asam
500 mg/8 jam 500 mg/8 jam
traneksamat traneksamat
P.O Vit C 500 mg/12 jam P.O Vit C 500 mg/12 jam
Terapi O2 3 lpm Terapi O2 3 lpm
500 mg/ 12
P.O Cefadroxil Inf. RA 16 tpm
jam
P.O Asam
500 mg/8 jam Inj. Ceftriaxon 2 gr/24 jam
Mefenamat
P.O Asam Inj. MgSO4 20 1 gr/jam/24
500 mg/8 jam
Traneksamat % jam
23.05. 2017

24.05. 2017

P.O Vit C 500 mg/12 jam P.O Ketorolac 30 mg/8 jam


P.O Asam
500 mg/8 jam
traneksamat
P.O Vit C 500 mg/12 jam
Terapi O2 2 lpm
57

500 mg/ 12
P.O Cefadroxil 500 mg/12 jam P.O Cefadroxil
jam

24.05. 2017

25.05. 2017
P.O Asam
P.O Vit C 500 mg/12 jam 500 mg/8 jam
Mefenamat
P.O Asam
500 mg/8 jam
Traneksamat
P.O Vit C 500 mg/12 jam

4.3. Analisa Data

Tanggal Data Fokus Problem Etiologi

DS. Nyeri akut Agen cidera


Ny.Y mengatakan nyeri (00132) fisik
dengan :
P : nyeri bertambah ketika
bergerak,
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk,
R :nyeri dibagian luka post
SC kuadran III dan IV,
S :skala 4,
T :nyeri hilang timbul.

DO.
Ekspresi wajah nampak
menahan nyeri.
DS. Kerusakan Faktor
Klien 1

Ny.Y mengatakan terdapat integritas mekanik


22.05.
sayatan pada perut bekas kulit (00046)
2017
operasi sesar.

DO.
Nampak luka di tutup
perban. Nampak sayatan
pada perut Ny.Y sepanjang
±10 cm melintang di perut
kuadran III dan IV.
DS. Resiko Trauma
Ny.Y mengatakan terdapat infeksi jaringan
sayatan pada perut bekas (00004)
operasi sesar.

DO.
TD:150/100 mmHg
N : 90 kali/menit
T : 36,5 OC
58

RR : 20 kali/menit
Luka tertutup dengan
perban
Capilari refil ekstremitas
atas dan bawah <2 detik.

DS. Nyeri akut Agen cidera


Ny.A mengatakan nyeri (00132) fisik
dengan :
P : nyeri bertambah ketika
bergerak,
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk,
R :nyeri dibagian luka post
SC kuadran III dan IV,
S :skala 3
T :nyeri hilang timbul.

DO.
Ekspresi wajah nampak
menahan nyeri.
DS. Kerusakan Faktor
Ny.A mengatakan terdapat integritas mekanik
sayatan pada perut bekas kulit (00046)
operasi sesar.
Klien 2

23.05.
2017 DO.
Nampak luka di tutup
perban. Nampak sayatan
pada perut Ny.A sepanjang
±10 cm melintang di perut
kuadran III dan IV.
DS. Resiko Trauma
Ny.Y mengatakan terdapat infeksi jaringan
sayatan pada perut bekas (00004)
operasi sesar.

DO.
TD:140/90 mmHg
N : 90 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
Luka tertutup dengan
perban.
Capilari refil ekstremitas
atas dan bawah <2 detik.
59

4.4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa

Klien 1 1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik (00132)


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik (00046)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(00004)
Klien 2 1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik (00132)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik (00046)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(00004)

4.5. Intervensi

No
Klien Tujuan Intervensi Rasional
dx.
1 Setelah dilakukan Kaji nyeri Mengetahui status
tindakan selama nyeri
1x24 jam masalah Ajarkan relaksasi Mengontrol nyeri
nyeri akut dapat nafas dalam
teratasi dengan Ajarkan ambulasi Mengurangi rasa
kriteria hasil : dini nyeri
Klien mampu Berikan posisi Memberikan rasa
mengontrol nyeri. nyaman nyaman pada klien
Nyeri berkurang Kolaborasi dengan Mengurangi nyeri
menjadi skala 1-0. dokter dalam dengan
Klien mengatakan pemberian terapi farmakologi
rasa nyaman. analgesik
(ketorolac)
Klien 2 Setelah dilakukan Kaji kulit yang Mengetahui
1 tindakan selama mengalami perkembangan
3x24 jam masalah integritas penyembuhan kulit
kerusakan Beri perawatan Membantu
integritas kulit luka penyembuhan luka
dapat teratasi Ajarkan klien Protein sangat
dengan kriteria untuk konsumsi mendukung dalam
hasil : makanan tinggi penyembuhan luka
Perfusi jaringan protein
normal. Ajarkan klien Menghindari
Menunjukan untuk tekanan dan infeksi
proses terjadinya menggunakan baju
penyembuhan longgar
luka. Kolaborasi dengan Membantu
Tidak muncul ahli gizi dalam enyembuhan luka
60

luka baru. pemberian nutrisi dengan nutrisi


sesuai kebutuhan
3 Setelah dilakukan Kaji TTV Mengetahui
tindakan selama kondisi klien
3x24 jam masalah Kaji tanda-tanda Mengetahui
resiko infeksi infeksi munculnya infeksi
dapat teratasi Beri lingkungan Menghindari
dengan kriteria bersih munculnya infeksi
hasil : Edukasi keluarga Meminimalisir
Tidak untuk lapor bila infeksi yang parah
menunjukan muncul tanda-tanda
tanda-tanda infeksi
infeksi. Kolaborasi dengan Mengatasi resiko
TTV normal. dokter dalam infeksi dengan
pemberian obat farmakologi
antibiotik

1 Setelah dilakukan Kaji nyeri Mengetahui status


tindakan selama nyeri
1x24 jam masalah Ajarkan relaksasi Mengontrol nyeri
nyeri akut dapat nafas dalam
teratasi dengan Ajarkan ambulasi Mengurangi rasa
kriteria hasil : dini nyeri
Klien mampu Berikan posisi Memberikan rasa
mengontrol nyeri. nyaman nyaman pada klien
Nyeri berkurang Kolaborasi dengan Mengurangi nyeri
menjadi skala 1-0. dokter dalam dengan
Klien mengatakan pemberian terapi farmakologi
rasa nyaman. analgesik
(ketorolac)
2 Setelah dilakukan Kaji kulit yang Mengetahui
Klien tindakan selama mengalami perkembangan
2 3x24 jam masalah integritas penyembuhan kulit
kerusakan Beri perawatan Membantu
integritas kulit luka penyembuhan luka
dapat teratasi Ajarkan klien Protein sangat
dengan kriteria untuk konsumsi mendukung dalam
hasil : makanan tinggi penyembuhan luka
Perfusi jaringan protein
normal. Ajarkan klien Menghindari
Menunjukan untuk tekanan dan infeksi
proses terjadinya menggunakan baju
penyembuhan longgar
luka. Kolaborasi dengan Membantu
Tidak muncul ahli gizi dalam enyembuhan luka
luka baru. pemberian nutrisi dengan nutrisi
sesuai kebutuhan
61

3 Setelah dilakukan Kaji TTV Mengetahui


tindakan selama kondisi klien
3x24 jam masalah Kaji tanda-tanda Mengetahui
resiko infeksi infeksi munculnya infeksi
dapat teratasi Beri lingkungan Menghindari
dengan kriteria bersih munculnya infeksi
hasil : Edukasi keluarga Meminimalisir
Tidak untuk lapor bila infeksi yang parah
menunjukan muncul tanda-tanda
tanda-tanda infeksi
infeksi. Kolaborasi dengan Mengatasi resiko
TTV normal. dokter dalam infeksi dengan
pemberian obat farmakologi
antibiotik

4.6. Implementasi

22.05.2017 23.05.2017 24.05.2017


Klien 1
08.00 Mengkaji nyeri 08.00 Mengkaji nyeri 08.00 Mengkaji nyeri
WIB WIB WIB
S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
nyeri dengan : nyeri dengan : nyeri dengan :
P : nyeri P : nyeri P : nyeri
bertambah bertambah bertambah
ketika ketika ketika
bergerak, bergerak, bergerak,
Q: nyeri seperti Q: nyeri seperti Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk, tertusuk-tusuk, tertusuk-tusuk,
R :nyeri dibagian R :nyeri dibagian R :nyeri dibagian
luka post SC luka post SC luka post SC
kuadran III kuadran III kuadran III
dan IV, dan IV, dan IV,
S :skala 4 S :skala 1 S :skala 1
T :nyeri hilang T :nyeri hilang T :nyeri hilang
timbul. timbul. timbul.

O: O: O:
Ekspresi wajah Klien nampak Klien nampak
nampak menahan sudah berjalan- sudah beraktivitas
nyeri. jalan di ruangan ringan di ruangan
08.05 Mengkaji TTV 08.05 Mengkaji TTV 08.05 Mengkaji TTV
WIB WIB WIB
S: - S: - S: -
O: O: O:
TTV klien : TTV klien : TTV klien :
62

TD:150/100 TD:130/90 TD:120/80


mmHg mmHg mmHg
N : 90 kali/menit N : 98 kali/menit N : 98 kali/menit
T : 36,5 OC T : 36,6 OC T : 36,7 OC
RR : 20 RR : 20 RR : 20
kali/menit kali/menit kali/menit
08.15 Memberikan obat 08.15 Memberikan obat 08.15 Memberikan obat
WIB sesuai terapi WIB sesuai terapi WIB sesuai terapi

S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
lebih nyaman. lebih nyaman. lebih nyaman.
O: O: O:
Obat sudah Obat sudah Obat sudah
diberikan ke klien diberikan ke klien diberikan ke klien
: : :
Inj. Ceftriaxon 2 p.o cefadroxil 500 p.o cefadroxil 500
gr/24 jam mg/12 jam mg/12 jam
p.o ketorolak 30 p.o asam p.o asam
mg/8 jam mefenamat 500 mefenamat 500
p.o asam mg/8 jam mg/8 jam
traneksamat 500 p.o asam p.o asam
mg/8jam traneksamat 500 traneksamat 500
p.o vitamin c 500 mg/8jam mg/8jam
mg/12 jam p.o vitamin c 500 p.o vitamin c 500
terapi yang mg/12 jam mg/12 jam
diberikan : hentikan terapi
inf. RA 16 tpm yang diberikan :
O2 3 lpm inf. RA 16 tpm
Inj. MgSO4 20% O2 3 lpm
1 gram/jam Inj. MgSO4 20%
selama 24 jam Pelepasan kateter
urine
08.20 Mengajarkan 08.25 Memberikan 08.25 Memberikan
WIB relaksasi nafas WIB perawatan luka WIB perawatan luka
dalam
S:
S: Klien mengatakan S:
Klien mengatakan tidak ada keluhan Klien mengatakan
skala nyeri O: tidak ada keluhan
berkurang Luka nampak O:
menjadi 3 baik, luka tertutup Luka nampak
O: sempurna, luka baik, luka tertutup
Klien mampu ditutup dengan sempurna, luka
mempraktekan perban. ditutup dengan
relaksasi nafas Perawatan luka perban.
dalam sudah diberikan. Perawatan luka
sudah diberikan.
63

08.30 Mengajarkan 08.30 Mengajarkan


WIB ambulasi dini WIB ambulasi dini

S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan
skala nyeri skala nyeri
berkurang berkurang
menjadi 3 menjadi skala 1
O: O:
Klien sudah Klien sudah
melakukan melakukan
ambulasi dini. ambulasi dini.
Klien mampu Klien mampu
melakukan melakukan
gerakan di aktivitas berjalan
ekstremitasnya.
Edukasi ambulasi
dini sudah
dilakukan.

08.40 Memberikan
WIB posisi nyaman

S:
Klien mengatakan
merasa nyaman
O:
Klien sudah
diberikan posisi
nyaman
08.45 Mengajarkan
WIB klien untuk
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein

S:
Klien bersedia
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein
O:
Edukasi sudah
diberikan
08.50 Mengajarkan
WIB keluarga untuk
lapor kepada
perawat bila
64

muncul tanda
infeksi

S:
Keluarga
mengatakan
mengerti dan
paham
O:
Edukasi sudah
diberikan
23.05.2017 24.05.2017 25.05.2017
Klien 2
08.00 Mengkaji nyeri 08.00 Mengkaji nyeri 08.00 Mengkaji nyeri
WIB WIB WIB
S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
nyeri dengan : nyeri dengan : nyeri dengan :
P : nyeri P : nyeri P : nyeri
bertambah bertambah bertambah
ketika ketika ketika
bergerak, bergerak, bergerak,
Q: nyeri seperti Q: nyeri seperti Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk, tertusuk-tusuk, tertusuk-tusuk,
R :nyeri dibagian R :nyeri dibagian R :nyeri dibagian
luka post SC luka post SC luka post SC
kuadran III kuadran III kuadran III
dan IV, dan IV, dan IV,
S :skala 3 S :skala 1 S :skala 1
T :nyeri hilang T :nyeri hilang T :nyeri hilang
timbul. timbul. timbul.

O: O: O:
Ekspresi wajah Klien nampak Klien nampak
nampak menahan sudah berjalan- sudah beraktivitas
nyeri. jalan di ruangan ringan di ruangan
08.05 Mengkaji TTV 08.05 Mengkaji TTV 08.05 Mengkaji TTV
WIB WIB WIB
S: - S: - S: -
O: O: O:
TTV klien : TTV klien : TTV klien :
TD:140/90 TD:130/100 TD:130/80
mmHg mmHg mmHg
N : 90 kali/menit N : 72 kali/menit N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC T : 36,8 OC T : 36,5 OC
RR : 20 RR : 20 RR : 20
kali/menit kali/menit kali/menit
65

08.15 Memberikan obat 08.15 Memberikan obat 08.15 Memberikan obat


WIB sesuai terapi WIB sesuai terapi WIB sesuai terapi

S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan Klien mengatakan
lebih nyaman. lebih nyaman. lebih nyaman.
O: O: O:
Obat sudah Obat sudah Obat sudah
diberikan ke klien diberikan ke klien diberikan ke klien
: : :
Inj. Ceftriaxon 2 Inj. Ceftriaxon 2 p.o cefadroxil 500
gr/24 jam gr/24 jam mg/12 jam
p.o ketorolak 30 p.o ketorolak 30 p.o asam
mg/8 jam mg/8 jam mefenamat 500
p.o asam p.o asam mg/8 jam
traneksamat 500 traneksamat 500 p.o asam
mg/8jam mg/8jam traneksamat 500
p.o vitamin c 500 p.o vitamin c 500 mg/8jam
mg/12 jam mg/12 jam p.o vitamin c 500
terapi yang terapi yang mg/12 jam
diberikan : diberikan : hentikan terapi
inf. RA 16 tpm inf. RA 16 tpm yang diberikan :
O2 3 lpm O2 3 lpm inf. RA 16 tpm
Inj. MgSO4 20% Inj. MgSO4 20% O2 3 lpm
4 gram/15 menit 1 gram/24 jam Inj. MgSO4 20%
Pelepasan kateter
urine
08.20 Mengajarkan 08.30 Mengajarkan 08.25 Memberikan
WIB relaksasi nafas WIB ambulasi dini WIB perawatan luka
dalam
S:
S: Klien mengatakan S:
Klien mengatakan skala nyeri Klien mengatakan
skala nyeri berkurang tidak ada keluhan
berkurang menjadi skala 1 O:
menjadi 2 O: Luka nampak
O: Klien sudah baik, luka tertutup
Klien mampu melakukan sempurna, luka
mempraktekan ambulasi dini. ditutup dengan
relaksasi nafas Klien mampu perban.
dalam melakukan Perawatan luka
aktivitas berjalan sudah diberikan.

08.30 Mengajarkan
WIB ambulasi dini

S:
Klien mengatakan
66

skala nyeri
berkurang
menjadi 2
O:
Klien sudah
melakukan
ambulasi dini.
Klien mampu
melakukan
gerakan di
ekstremitasnya

08.40 Memberikan
WIB posisi nyaman

S:
Klien mengatakan
merasa nyaman
O:
Klien sudah
diberikan posisi
nyaman
08.45 Mengajarkan
WIB klien untuk
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein

S:
Klien bersedia
mengkonsumsi
makanan tinggi
protein
O:
Edukasi sudah
diberikan
08.50 Mengajarkan
WIB keluarga untuk
lapor kepada
perawat bila
muncul tanda
infeksi

S:
Keluarga
mengatakan
mengerti dan
paham
67

O:
Edukasi sudah
diberikan

4.7. Evaluasi

Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3


Klien 1
1 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan
nyeri berkurang nyeri berkurang nyeri berkurang
dengan skala nyeri 3. dengan skala nyeri 1. dengan skala nyeri 1.
O: Ekspresi wajah O: klien nampak sudah O: klien sudah
nampak menahan berjalan-jalan di beraktivitas ringan di
nyeri. ruangan. ruangan.
A: Masalah nyeri akut A: Masalah nyeri akut A: Masalah nyeri sudah
belum teratasi. teratasi sebagian. teratasi
P: Intervensi selanjutnya P: Intervensi selanjutnya P: Intervensi selanjutnya
: : :
-lanjutkan terapi obat -lanjutkan terapi obat -lanjutkan terapi obat
-kaji keadaan umum -kaji keadaan umum -kaji keadaan umum
klien. klien. klien.
-rencana klien boleh
pulang.
2 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan
terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada
perut bekas operasi perut bekas operasi perut bekas operasi
SC. SC. SC.
O: Nampak luka ditutup O: Luka nampak baik, O: Luka nampak baik,
perban. Nampak luka tertutup luka tertutup
sayatan pada perut sempurna, luka sempurna, luka
sepanjang ±10 cm ditutup dengan ditutup dengan
melintang di perut perban. Perawatan perban. Perawatan
kuadran III dan IV. luka sudah diberikan. luka sudah diberikan.
A: Masalah integritas Hentikan terapi yang A: Masalah integritas
kulit belum teratasi. diberikan : kulit teratasi.
P: Intervensi selanjutnya inf. RA 16 tpm P: Intervensi selanjutnya
: O2 3 lpm :
- Kaji luka bekas Kateter urine - observasi luka bekas
operasi SC pasien A: Masalah integritas operasi SC pasien
-perawatan luka H-3 kulit belum teratasi.
setelah OP P: Intervensi selanjutnya
:
- Kaji luka bekas
operasi SC pasien
68

3 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan


terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada
perut dan terasa perut dan terasa perut dan terasa
nyeri. nyeri. nyeri.
O: luka nampak tertutup O: luka nampak tertutup O: luka nampak tertutup
peban. perban. perban.
TTV klien : TTV klien : TTV klien :
TD:150/100 mmHg TD:130/90 mmHg TD:120/90 mmHg
N : 90 kali/menit N : 98 kali/menit N : 80 kali/menit
T : 36,5 OC T : 36,6 OC T : 36,7 OC
RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit
A: Masalah resiko Luka tertutup Luka tertutup
infeksi belum sempurna. sempurna.
teratasi. A: Masalah resiko A: Masalah resiko
P: Intervensi selanjutnya infeksi teratasi infeksi teratasi.
: sebagian. P: Hentikan intervensi
-lanjutkan terapi obat.P: Intervensi selanjutnya
- TTV :
-lanjutkan terapi obat.
- TTV
Klien 2
1 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan
nyeri berkurang nyeri berkurang nyeri berkurang
dengan skala nyeri 2. dengan skala nyeri 1. dengan skala nyeri 1.
O: Ekspresi wajah O: klien nampak sudah O: klien sudah
nampak menahan berjalan-jalan di beraktivitas ringan di
nyeri. ruangan. ruangan.
A: Masalah nyeri akut A: Masalah nyeri akut A: Masalah nyeri sudah
belum teratasi. teratasi sebagian. teratasi
P: Intervensi selanjutnya P: Intervensi selanjutnya
P: Intervensi selanjutnya
: : :
-lanjutkan terapi obat -lanjutkan terapi obat -lanjutkan terapi obat
-kaji keadaan umum -kaji keadaan umum -kaji keadaan umum
klien dan TTV klien dan TTV klien dan TTV
-rencana klien boleh
pulang.
2 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan
terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada
perut bekas operasi perut bekas operasi perut bekas operasi
SC. SC. SC.
O: Nampak luka ditutup O: Nampak luka ditutup O: Nampak luka ditutup
perban. Nampak perban.Nampak perban.Nampak
sayatan pada perut sayatan pada perut sayatan pada perut
sepanjang ±10 cm sepanjang ±10 cm sepanjang ±10 cm
melintang di perut melintang di perut melintang di perut
kuadran III dan IV. kuadran III dan IV kuadran III dan IV.
A: Masalah integritas A: Masalah integritas Luka nampak baik,
kulit belum teratasi. kulit belum teratasi. luka tertutup
69

P: Intervensi selanjutnya P: Intervensi selanjutnya sempurna, luka


: : ditutup dengan
- Kaji luka bekas - Kaji luka bekas perban. Perawatan
operasi SC pasien operasi SC pasien luka sudah diberikan.
-perawatan luka H-3 ..
setelah OP Hentikan terapi yang
diberikan :
inf. RA 16 tpm
O2 3 lpm
Kateter urine
A: Masalah integritas
kulit teratasi.
P: Intervensi selanjutnya
:
- observasi luka bekas
operasi SC pasien

3 S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan


terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada terdapat sayatan pada
perut dan terasa perut dan terasa perut dan terasa
nyeri. nyeri. nyeri.
O: luka nampak tertutup O: luka nampak tertutup O: luka nampak tertutup
peban. perban. perban.
TTV klien : TTV klien : TTV klien :
TD:140/90 mmHg TD:130/100 mmHg TD:130/80 mmHg
N : 90 kali/menit N : 72 kali/menit N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC T : 36,8 OC T : 37 OC
RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit RR : 20 kali/menit
A: Masalah resiko A: Masalah resiko Luka tertutup
infeksi belum infeksi belum sempurna.
teratasi. teratasi. A: Masalah resiko
P: Intervensi selanjutnya P: Intervensi selanjutnya infeksi teratasi.
: : P: Hentikan intervensi
-lanjutkan terapi obat. -lanjutkan terapi obat.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Sectio Caesarea atas indikasi Pre-Eklamsia Berat di Ruang Mawar I

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta. Pembahasan pada bab ini

berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang

disajikan untuk membahas tujuan khusus pada klien 1 dan klien 2. Setiap temuan

perbedaan diuraikan dengan konsep. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi tindakan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi.

5.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tanya jawab atau komunikasi secara langsung

dengan klien (autoanamnesis) maupun tak langsung (alloanamnesis) dengan

keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien. Status

kesehatan klien yang normal maupun yang senjang hendaknya dapat

dikumpulkan. Hal ini dimaksud untuk identifikasi pola fungsi kesehatan

klien, baik yang efektif optional maupun yang bermasalah. (Fauziah dan

Sutejo, 2012).

Pengkajian yang dilakukan kepada klien 1 dan klien 2 dengan Post

Sectio Caesarea atas indikasi Pre-Eklamsia Berat di Ruang Mawar I Rumah

Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta terdiri dari data subjektif dan

data objektif. Data subjektif berupa identitas klien dan penanggung jawab,

riwayat kesehatan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, pemeriksaan

70
71

umum. Sedangkan data objektif adalah head to toe, pemeriksaan penunjang,

dan terapi medis.

Pengkajian dengan wawancara pada klien 1 dan klien 2 didapatkan

keluhan utama yang sama yaitu klien mengatakan nyeri pada luka post SC.

Pada klien 1 nyeri yang dirasakan berupa nyeri bertambah ketika digerakan,

nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri bagian luka post SC, skala nyeri 4 dan

nyeri hilang timbul. Pada klien 2 yang dirasakan berupa nyeri bertambah

ketika digerakan, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri bagian luka post SC,

skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul.

Hasil observasi didapatkan tanda-tanda vital klien 1 dengan hasil

tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 90 kali per menit, suhu 36,5 °C,

respiratory rate 20 kali per menit. Tanda-tanda vital untuk klien 2 berupa

tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 90 kali per menit, suhu 36,5 °C,

respiratory rate 20 kali per menit.

Pemeriksaan head to toe pada abdomen didapatkan hasil pengkajian

yang sama antara klien 1 dan klien 2 yaitu dari pemeriksaan inspeksi terdapat

luka sayatan melintang sepanjang ±10 cm pada bagian perut kuadran III dan

IV. Pemeriksaan palpasi pada klien 1 dan klien 2 terdapat nyeri tekan area

post SC.

Klien 1 dan klien 2 memiliki riwayat obstetri yang berbeda. Klien 1

sudah mengalami proses kelahiran sebanyak 4 kali dan melakukan operasi

caesarea 1 kali pada tanggal 21.05.2017. sedangkan, klien 2 baru pertama kali

melakukan kelahiran dan operasi caesarea yaitu pada tanggal 22.05.2017.


72

Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan yang dilakukan dengan

cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding depan perut atau vagina (Gurusinga, 2015). Tindakan operasi SC

menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Ketika

dilakukan proses operasi digunakan anastesi agar klien tidak merasakan

nyeri, namun setelah operasi selesai dan klien mulai sadar akan merasakan

nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Nyeri yang dirasakan

ibu post SC berasal dari luka yang terdapat di perut (Sjamsuhidajat, 2005).

Nyeri yang dialami oleh klien 1 dan klien 2 selaras dengan teori yang

ada. Nyeri yang dialami oleh klien 1 dan klien 2 akan muncul setelah

beberapa waktu dilakukan operasi. Penilaian nyeri berupa subjektif sehingga

setiap individu terkadang akan menilai nyeri yang berbeda meskipun mereka

sama-sama melakukan operasi SC. Sayatan tersebut dapat berupa melintang

atau membujur pada abdomen klien. Abdomen yang mengalami sayatan akan

menimbulkan rasa nyeri. Sayatan yang terdapat pada perut selain

menimbulkan kerusakan integritas kulit, juga dapat menimbulkan resiko

infeksi.

5.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang renspon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

dan potensial atau proses kehidupan (Andarmoyo, 2013)

Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan kepada klien 1 dan

klien 2 di ruang Mawar 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, didapatkan

diagnosa yang sama antara klien 1 dan klien 2, yaitu : nyeri akut berhubungan
73

dengan agen cedera fisik, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

faktor mekanik, dan resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

Diagnosa keperawatan utama pada klien 1 dan klien 2 yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik.

Data yang ditemukan dari hasil pengkajian klien 1 dan klien 2

didapatkan data dari klien 1 berupa data subjektif Ny.Y mengatakan nyeri

dengan : P : nyeri bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk,

R :nyeri dibagian luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 4, T :nyeri hilang

timbul. Data objektif ekspresi wajah nampak menahan nyeri. TD:150/100

mmHg, N : 90 kali/menit, T : 36,5 OC, RR : 20 kali/menit. Sedangkan untuk

klien 2 berupa, data subjektif Ny.A mengatakan nyeri dengan : P : nyeri

bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian

luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 3, T :nyeri hilang timbul. Data

objektif berupa ekspresi wajah nampak menahan nyeri. TD:140/90 mmHg, N

: 90 kali/menit, T : 36,5 OC, RR : 20 kali/menit.

Nyeri adalah suatu kondisi yang menyebabkan suatu ketidak-

nyamanan. Rasa ketidaknyamanan dapat disebabkan oleh terjadinya

kerusakan saraf sensori atau juga diawali rangsangan aktivitas sel T ke

korteks serebri dan menimbulkan persepsi nyeri (Smeltzer, 2010).

Komponen pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST) : P

(Paliatif/Profocatif= yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality=

kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio = lokasi nyeri), S (Severity =

keparahan), T (Time = waktu) (Kneale & Davis, 2011).


74

Penulis memprioritaskan nyeri sebagai diagnosa utama karena nyeri

merupakan keluhan utama klien. Berdasarkan hirarki kebutuhan manusia

menurut Abraham Maslow, kebutuhan rasa aman dan nyaman memang

menempati urutan ke dua setelah kebutuhan fisik, tetapi klien merasakan

kenyamanannya terganggu sehingga klien membutuhkan pertolongan untuk

mengatasi nyerinya agar kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi dan jika

masalah tidak segera diatasi akan menggangu kondisi fisik khususnya dalam

perawatan sehari-hari. Sehingga pada kasus ini ditemukan prioritas diagnosa

untuk klien 1 dan klien 2 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik.

5.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses

asuhan keperawatan. Perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi. Oleh karena itu,

diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan :

tujuan, kriteria diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013).

Tujuan pada prioritas diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik pada klien 1 dan klien 2 adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24 jam diharapkan nyeri akut berkurang atau hilang. Kriteria

hasil yang di inginkan adalah mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri, dan mengatakan

rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi yang diberikan berupa kaji

riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan skala nyeri, berikan

tindakan kenyamanan dasar : relaksasi, distraksi, imajinasi, massage, awasi


75

atau pantau TTV, berikan posisi yang nyaman, ajarkan ambulasi dini,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan dituliskan

berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing

Outcome Clasification). Intervensi keperawatan yang dilaksanakan telah

sesuai dengan teori NIC dan NOC, dengan menyesuaikan kondisi klien dan

fasilitas yang ada, sehingga masalah keperawatan dapat diselesaikan secara

komprehensif.

5.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses

keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan

dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Andarmoyo, 2013).

Implementasi dalam mengurangi nyeri klien 1 dan klien 2 adalah

mengkaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan skala nyeri,

memberikan tindakan kenyamanan dasar : relaksasi, distraksi, imajinasi,

massage, awasi atau memantau TTV, memberikan posisi yang nyaman,

ajarkan ambulasi dini, mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian

analgetik.

Pada kasus klien 1, sebelum dilakukan implementasi pada hari

pertama klien merasakan nyeri dengan data subjektif diketahui P : nyeri

bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian

luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 4, T :nyeri hilang timbul. Data

objektif ekspresi wajah nampak menahan nyeri. Setelah klien mendapatkan


76

implementasi hasil dirasaakan pada hari kedua data subjektif diketahui klien

mengatakan nyeri dengan : P : nyeri bertambah ketika bergerak, Q: nyeri

seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian luka post SC kuadran III dan IV, S

:skala 1, T :nyeri hilang timbul. Data objektif klien nampak sudah berjalan-

jalan di ruangan.

Pada kasus klien 2, sebelum dilakukan implementasi pada hari

pertama klien merasakan nyeri dengan data subjektif diketahui P : nyeri

bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian

luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 3, T :nyeri hilang timbul. Data

objektif ekspresi wajah nampak menahan nyeri. Setelah klien mendapatkan

implementasi hasil dirasaakan pada hari kedua data subjektif diketahui klien

mengatakan nyeri dengan : P : nyeri bertambah ketika bergerak, Q: nyeri

seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian luka post SC kuadran III dan IV, S

:skala 1, T :nyeri hilang timbul. Data objektif klien nampak sudah berjalan-

jalan di ruangan.

Implementasi yang dilakukan sebagai jurus utama dalam menangani

nyeri pada klien post SC atas indikasi PEB adalah ambulasi dini. Ambulasi

menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi

kembali fungsi gastrointestinal normal. Ambulasi dini sesuai tahapan

prosedur yaitu setelah 6 jam pertama ibu dengan post sectio caesarea

sebaiknya melakukan tirah baring dengan menggerakan lengan tangan, kaki

dan tungkai bawah. Setelah 6-10 jam klien diharuskan untuk miring kanan-

kiri untuk mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah itu, ibu mulai

dapat duduk setelah 24 jam post sectio caesarea. Kemudian, secara bertahap
77

dapat mulai belajar berjalan secara perlahan dan perlu pengawasan (Puji, dkk,

2016).

Implementasi yang penulis lakukan kepada klien 1 dan klien 2 yaitu

ambulasi dini. Meskipun memiliki riwayat obstetri yang berbeda yaitu pada

klien 1 riwayat obstetri P4 A0 dan klien 2 riwayat obstetri P1 A0 pada hari

kedua setelah dilakukan ambulasi dini, kedua klien mengalami penurunan

skala nyeri menjadi skala 1. Hal ini, sesuai dengan jurnal yang berjudul “

Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Sectio

Caesarea di Ruang Flamboyen RSUD Dr. R. Koesma Tuban”.

5.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses asuhan

keperawatan untuk mengukur renspon klien terhadap tindakan keperawatan

dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Andarmoyo, 2013).

Evaluasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 selama 3x24 jam

didapatkan hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik yaitu kedua klien sama – sama merasakan nyeri dengan P : nyeri

bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri dibagian

luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 1, T :nyeri hilang timbul dan data

objektif klien nampak sudah berjalan-jalan di ruangan.

Ambulasi dapat dilakukan 7 hari berturut-turut atau 2 hari berturut-

turut. Pengaruh ambulasi dilakukan selama 7 hari maupun 2 hari memiliki

manfaat yang sama yaitu menurunkan intensitas nyeri. Tidak ada yang

berbeda dalam pemberian ambulasi selama 7 hari maupun 2 hari. Langkah


78

yang diberikan pada rensponden juga sama, yang berbeda hanya pada lama

waktu pemberian (Puji Utami dkk, 2016).

Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul “ Pengaruh Ambulasi Dini

terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang

Flamboyen RSUD Dr. R. Koesma Tuban” bahwa setelah dilakukan ambulasi

dini responden mengalami penurunan intensitas nyeri. Nyeri yang dirasakan

pada awal pengkajian yang masih tinggi atau sedang setelah dilakukan

ambulasi dini menjadi ringan atau hilang.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien 1 dan klien

2, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian dengan wawancara pada klien 1 dan klien 2

didapatkan keluhan utama yang sama yaitu klien mengatakan nyeri pada

luka post SC. Pada klien 1 nyeri yang dirasakan berupa nyeri bertambah

ketika digerakan, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri bagian luka post SC,

skala nyeri 4 dan nyeri hilang timbul. Pada klien 2 yang dirasakan berupa

nyeri bertambah ketika digerakan, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri

bagian luka post SC, skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul.

2. Prioritas diagnosa keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan pada kasus ini untuk klien 1 dan

klien 2 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri klien 1

dan klien 2 adalah kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas

dan skala nyeri, berikan tindakan kenyamanan dasar : relaksasi, distraksi,

imajinasi, massage, awasi atau pantau TTV, berikan posisi yang nyaman,

ajarkan ambulasi dini, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik.

79
80

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang diberikan kepada klien 1 dan klien 2 untuk

mengurangi rasa nyeri penulis menggunakan metode ambulasi dini pada

jurnal yang berjudul “ Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Intensitas Nyeri

pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Flamboyen RSUD Dr. R.

Koesma Tuban”. Ambulasi dini sesuai tahapan prosedur yaitu setelah 6

jam pertama ibu dengan post sectio caesarea sebaiknya melakukan tirah

baring dengan menggerakan lengan tangan, kaki dan tungkai bawah.

Setelah 6-10 jam klien diharuskan untuk miring kanan-kiri untuk

mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah itu, ibu mulai dapat

duduk setelah 24 jam post sectio caesarea. Kemudian, secara bertahap

dapat mulai belajar berjalan secara perlahan dan perlu pengawasan (Puji,

dkk, 2016).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 setelah dilakukan implementasi

ambulasi dini adalah pada klien 1 dan klien 2 selama 3x24 jam

didapatkan hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik yaitu kedua klien sama – sama merasakan nyeri dengan P :

nyeri bertambah ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R :nyeri

dibagian luka post SC kuadran III dan IV, S :skala 1, T :nyeri hilang

timbul dan data objektif klien nampak sudah berjalan-jalan di ruangan.

Perubahan yang terjadi pada klien 1 dan klien 2 selama perawatan yaitu

terletak pada skala nyeri yang awalnya klien 1 memiliki skala nyeri 4
81

turun menjadi skala nyeri 1. Sedangkan klien 2 memiliki skala nyeri 3

turun menjadi skala nyeri 1.

6.2. Saran

6.2.1. Pengembang ilmu pengetahuan

Diharapkan peneliti selanjutnya mampu mengembangkan

metode ambulasi dini dalam mengurangi intensitas nyeri pada klien

dengan post sectio caesarea.

6.2.2. Penggunaan Praktis

6.2.2.1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan pihak institusi khususnya STIKes Kusuma

Husada Surakarta dapat menambah referensi tentang asuhan

keperawatan khususnya pada klien dengan post sectio caesarea

atas indikasi atas indikasi pre-eklamsia berat berat.

6.2.2.2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pihak rumah sakit khususnya RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dapat mempertahankan kerjasama yang

baik antara tenaga kesehatan dengan klien demi meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan bersama khususnya pada klien

dengan post sectio caesarea atas indikasi atas indikasi pre-

eklamsia berat berat.

6.2.2.3. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan metode

ambulasi dini dalam mengurangi intensitas nyeri pada klien


82

dengan post sectio caesarea atas indikasi atas indikasi pre-

eklamsia berat berat.

6.2.2.4. Bagi Klien

Diharapkan pengetahuan yang sudah diperoleh

diaplikasi-kan kepada keluarga atau individu dengan post sectio

caesarea atas indikasi atas indikasi pre-eklamsia berat.


DAFTAR PUSTAKA

Ati N,Nung., Andriyani, Seprian & Malisa, Novi.2015.Relaksasi Autogenik


Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Ibu Post Operasi Sectio Saecarea.
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol.1,No.2 ISSN:2443-0935.

Aulia K,D., Setyowati E R,H., dan Wijayanti,K.2016.Akupresur Efektif Mengatasi


Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan ISSN 2407-9189.

Basuki.2007.Anatomi Terapan Sistem Respirasi.Surakarta:Akademi Fisioterapi.

Bernatzky,G Presch, M. Dkk.2011.Emotional Foundation of Music as a Non-


Pharmacological Pain Management Tool in Modern
Medicine.Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 30(60):11.

Boyle, M.2009.Seri Praktek Kebidanan Pemulihan Luka. Jakarta : EGC.

Bulechek, G et al.2016.Nursing Interventions Classifikation (NIC). Yogyakarta :


Mocomedia.

Chamberlian, geoffrey.,Steer,Philip.,Zander,Luke.2012.ABC Asuhan Persalinan.


Jakarta:EGC.

Depkes, RI.2010.Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta:DepKes RI.

Fauziah, Siti dan Sutejo.2012.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Kehamilan


Vol.1.Jakarta:Kencana.

Gurusinga, Rahmad.2015.Perbedaan Intesitas Nyeri Sebelum dan Sesudah


Dilakukan Teknik Distraksi dan Teknik Relaksasi pada Pasien Pasca
Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Jurnal Kesehatan ISSN 2252-4487 Vol.4,No.3.

Herdman,H & Kamitsuru, S.2015.Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi


2015-2017.Jakarta:EGC.

Hidayat, A.2014.Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data.Yogyakarta:Salemba Medika

Huda N,Amin & Kusuma, Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa & Nanda,NIC,NOC.Yogyakarta:Mediaction.

Husna.2012.Hubungan Macam-macam Persalinan dengan Tingkat Kecemasan


pada Multigravida. Jurnal Keperawatan. Semarang.Universitas
Muhammadyah Semarang.
Irmawaty, Lenny & Ratilasari, Mekar.2014.Manajemen Nyeri Menggunakan
Terapi Musik pada Pasien Post Sectio Caesarea (Studi Kasus di RSUD
Pasar Rebo Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Vol. 2 No. 3 ISSN 2337-6686.

Kneale, julia & Davis, Peter.2011.Keperawatan Ortopedik Dan Trauma Edisi


2.Jakarta:EGC.

Kusuma, H & Huda Nurarif, A. 2015. Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

Moorhead, S et al.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC).Yogyakarta :


Mocomedia.

Muchtar.2008.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Notoadmojo, S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Pitriani, Risa & Andriyani, Rika.2014.Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu


Nifas Normal (ASKEB III).Yogyakarta:Budi Utama.

Prastowo, A.2011.Metode Penelitian Kualitatif.Yohyakarta : Ar-Ruzz Media.

Puji U,Aris & Triwanti A D,Richa.2016.Pengaruh Ambulasi Dini terhadap


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan
RSUD Dr.R.Koesmatuban.Jurnal Sain Med, Vol.8 No.1 ISSN 2085-3602.

Rasjidi, Imam.2009.Manual Secsio Sesarea & Laparatomy Kelainan


Adneksia.Jakarta:Agung Seto.

Setyawati, L. Dkk.2013.Perbedaan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea


yang dilakukan Perawatan Luka dengan NaCl 0,9% dan Povidon Iodin
10% di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2013.Jurnal Kebidana Vol.2
No.4 ISSN 2089-7669.

Sjamsuhidajat.2012.Buku Ajar Bedah Edisi 3.Jakarta:EGC.

Smeltzer, S. C & Bare, B. G.2010.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC.

Suryabrata, Sumadi.2016.Metodologi Penelitian.Jakarta : Rajawali.

Wiknjosastro, Hanifah., Abdul Bari Saifuddin & Trijatmo


Rachimhadhi.2007.Ilmu Bedah Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Yuli Aspiani, Reni.2017.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi


NANDA, NIC dan NOC.Jakarta:Trans Info Media.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Atnatika Wijaya

Tempat, tanggal lahir : Sragen,10 November 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Plupuh Rt 4/1 Plupuh, Sragen

Riwayat Pendidikan : TK Aisyah 1 Plupuh

SD Negeri 1 Plupuh

SMP Negeri 1 Plupuh

SMA Negeri 1 Sumberlawang

Riwayat Pekerjaan : tidak ada

Riwayat Organisasi : SMP Negeri 1 Plupuh : OSIS, PMR dan ROHIS

SMA Negeri 1 Sumberlawang: OSIS, PMR dan ROHIS

Publikasi : tidak ada

Anda mungkin juga menyukai