Anda di halaman 1dari 15

REFRACTORY

Daftar Isi :

A. Pengenalan Refractory
B. Bahan Refractory :
1. Fire Mortar (Semen Tahan Api)
2. Gunning & Trowelling Castable
3.Castable
C. Refractory Lining Methode (Metode Pemasangan)
1. Karakteristik Technocast Castable
2. Mixing
3. Cara Pemasangan
4. Curing & Heating Up
D. Metode Pencampuran Bahan Refractory

A. Pengenalan Refractory

S uatu material di sebut “refractory“ jika ia mampu menahan api atau suhu yang sangat tinggi, secara
terus menerus dalam waktu yang lama, tanpa mengalami perubahan dimensi maupun properti yang
significant, dan juga tahan terhadap abrasi dan korosi pada suhu yang tinggi, baik oleh benda padat, cair
dan gas.

Definisi Refractory sesuai ASTM C 71

Yaitu suatu bahan non logam yang dengan properties dan kandungan kimia nya dapat di aplikasikan
untuk membentuk struktur atau bagian dari suatu system yang ter-ekpos oleh lingkungan suhu diatas
1000 °F, 811 K, atau 538 °C.

Klasifikasi refraktori

 Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia yang terkandung dalam material


ACIDIC REFRACTORIES
Contoh material : Alumina, Silica, Alumina silicate, Fire flay bricks

Karakteristik :

 Tidak mudah terpengaruh atau bereaksi dengan materials yang bersifat asam, tetapi mudah
terpengaruh oleh basic materials.
 Material yang dapat bereaksi dengan kombinasi Alumina – Silicate, yaitu hydrofluoric acid,
phosphoric acid, and fluorinated gases.
 Pada temperature tinggi Acidic Refractories juga bereaksi dengan Limes dan basic oxides.

BASIC REFRACTORIES
Contoh material : Magnesia, Magnesia Chrome, Dolomite

Karakteristik :

 Tidak berubah oleh alkaline materials tetapi mudah bereaksi dengan Aciid materials. Banyak di
gunakan pada area dan slags yang basic.

NEUTRAL REFRACTORIES
Contoh material :Pure alumina, Chrome dan Carbon

Karakteristik :

 Material ini cenderung tidak berubah pada kondisi acid maupun basic. Umumnya digunakan pada
area dimana kondisi atmosphere dan slags dalam keadaan salah satu acid atau basic.

Klasifikasi material berdasarkan metode produksinya

 SHAPPED REFRACTORIES (FIRE BRICKS)


 FIRE BRICKS (DENSE FIRE BRICKS)

1. Pessed bricks (Standart size & special size)


2. Precast bricks
3. Fused cast bricks

INSULATING FIRE BRICKS


1. Hot face lining
2. Back up lining

UNSHAPPED REFRACTORIES (MONOLITIC REFRACTORIES) CASTABLE REFRACTORIES

1. Dense castable refractories


2. Insulating castable refractories

GUNNING CASTABLE REFRACTORIES


1. Dense gunning castable refractories

2. Insulating gunning castable refractories

 PLASTIC REFRACTORIES
 SPECIAL CASTABLE FOR REPAIR
 INJECTION CASTABLES
 REFRACTORY MORTAR

B. Bahan Refractory
1. Fire Mortar (Semen Tahan Api)
TECHNOCAST REFRACTORY

FIRE MORTAR (SEMEN TAHAN API)

Berfungsi sebagai perekat batu tahan api sekaligus menutup pori-pori diantara batu tahan api.
Packing : 50 Kg/Bag

Packing : 20 Kg/Pail

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus
kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan, keramik
dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.
2. Gunning & Trowelling Castable
TECHNOCAST REFRACTORY

GUNNING & TROWELLING CASTABLE

Castable jenis ini berguna untuk memperbaiki permukaan yang rusak dengan cara ditambal baik
dengan metode patching, trowelling maupun gunning

Packing: 25 Kg/Bag

Silikon dioksida, juga dikenal sebagai silika (dari silex Latin), adalah oksida silicon dengan
rumus kimia SiO2 yang telah dikenal sejak zaman dahulu karena kekerasannya. Silika ini
paling sering ditemukan di alam sebagai pasir atau kuarsa, serta di dinding sel diatom.
Silika digunakan terutama dalam produksi kaca untuk jendela, gelas minum, botol minuman,
dan banyak kegunaan lain. Mayoritas dari serat optik untuk telekomunikasijuga terbuat dari
silika. Ini adalah bahan baku utama untuk keramik banyak whitewareseperti tembikar,
keramik, porselin, serta industry semen Portland.

3. Castable
TECHNOCAST REFRACTORY
CASTABLE (SEMEN COR TAHAN API)

Disebut juga Concrete Refractory, peredam panas sekaligus katalisator panas dalam bentuk
semen cor dengan cara di casting. Lebih mudah penanganannya karena dapat dibentuk sesuai
dengan permukaan yang ada.

Packing : 25 Kg/Bag
Gallery: Pengertian Konduktivitas/Conductivity pada Proses water
treatment system

1. Konduktivitas/conductivity adalah sering disebut juga daya hantar listrik (DHL) maksudnya
adalah gambaran numeric dari kemampuan air untuk meneruskan listrik.
2. Senyawa organic adalah penghantar listrik (konduktor) yang baik, sedangkan senyawa anorganic
adalah penghantar listrik yang lemah.
3. Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam Umhos/cm (Us/Cm)
4. Dalam arti lain, conduktivity adalah kemampuan menghantarkan panas, listrik dan suara. semua
logam kebanyakan penghantar yang baik karena terdiri dari electro-electron.
5. Air murni atau air yang bagus adalah air yang sulit dalam menghantarkan atau mengalirkan
listrik.
C. Refractory Lining Methode (Metode Pemasangan)

CASTING CASTING GUNNING

BRICK LAYING & CASTING RAMMING TROWELLING

PROSEDUR TEHNIK PEMASANGAN TECHNOCAST CASTABLE

1. KARAKTERISTIK TECHNOCAST CASTABLE

TECHNOCAST Castable disediakan dalam bentuk powder dengan kandungan


agregate tertentu yang dalam pemasangannya hanya boleh dicampur dengan air bersih
(kualitas air minum). Tidak diperkenankan di campur bahan lain selain yang di
rekomendasikan dalam masing-masing spesifikasi produk.
TECHNOCAST castable disediakan dalam berbagai type produk, sesuai dengan
kondisi yang dibutuhkan oleh spesifikasi furnace.
Performance yang dihasilkan dari hasil pemasangan sangat di pengaruhi oleh hal-hal
sebagai berikut :
 Pemilihan type dari produk yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi furnace.
Misalnya :
- Operation temperature furnace.
- Posisi dimana castable tersebut dipasang.
- Adanya gas dan chemical attack.
- Ada tidaknya abrasi dan thermal shock.
 Design Lining Structure yang tepat.
Termasuk : – perhitungan isolator lining
– ketebalan castable lining
 Curing dan Heating Up yang benar.
 Kualitas dan jumlah air yang digunakan untuk mixing (kualitas air sama seperti
kualitas air minum).
 Kualitas form work dan konstruksinya (harus bahan yang tidak menyerap air)
 Cara pengadukan / mixing.
 Teknik pemasangan.
 Pemilihan “anchor” yang tepat.
 Pengaturan dilatasi atau expansion joint yang tepat untuk memberi celah bila ada
shrinkage & expansion. Setiap interval 1 – 2 meter yang di casting.

2. MIXING

a. Persiapan peralatan, yaitu :

1. Mixer jenis puddle mixer atau pan mixer.


Kapasitas isi : 100 – 250 kg atau 50 – 125 liter
Rpm : 35 – 50 Rpm
2. Bak Penampung
Terbuat dari papan kayu atau plat besi dengan ukuran:.
Ukuran : Lebar : 60 – 100 cm
Panjang : 100 – 150 cm
Tinggi : 20 – 30 cm
3. Skop
4. Timba Cor
5. Vibrator, Engine atau Electric.
Diameter stick : 38 – 42 mm
Panjang house : 2 – 4 m

b. Langkah Kerja
1. Siapkan castable yang akan di aduk, di dekat mixer untuk memudahkan
penuangan.
2. Jalankan mixer.
3. Masukkan castable dengan cara sebagai berikut :
- Ambil satu sak castable, robek saknya posisi melintang dengan cutter.
- Tuangkan kedalam mixer, satu per satu sambil di tuang air secara bertahap
sampai homogen.
- Mix ratio air dari jumlah castable bisa dilihat dari technical pada masing-
masing produk. Untuk jenis low cement, umumnya berkisar antara 4 – 10 %
dari berat castable. Untuk jenis dense regular castable umumnya berkisar
antara 12 – 18 %.
4. Lama mixing, sekitar + 3 – 5 menit atau sesuai kondisi dan keperluan.
5. Cek hasil adukan dengan di kepal dan di remas jari tangan dan pastikan
konsentrasi air sudah sesuai kebutuhan.
6. Jika hasil adukan sudah memenuhi syarat untuk di pasang, tuang hasil adukan ke
bak penampung dan adukan siap di pasang.
7. Waktu adukan di dalam bak penampung tidak boleh lebih dari 15 menit setelah di
tuang dari mixer.

3. CARA PEMASANGAN

a. PEMASANGAN DENGAN CASTING/POURING


1. Pastikan jenis dan type anchor sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lining
structure.
2. Untuk pemasangan jenis ini, diperlukan formwork atau bekisting.
3. Bahan formwork, direkomendasikan dari bahan yang tidak menyerap air, seperti :
- Plate besi
- Ebonit
- Papan kayu/ Plywood yang dilapisi cat, melamin, atau isolasi tap.
4. Pastikan konstruksi form work sesuai dengan lining design dari engineering.
5. Tuangkan adukan ke media form work, secara bertahap.
6. Gunakan vibrator untuk menghilangkan udara yang terjebak dan memastikan
adukan mengisi ke semua bagian yang di inginkan.
7. Pastikan form work dan bagian yang di casting sudah di perhitungkan dilatasi
atau expansion join.
8. Setelah pengecoran selesai, beri waktu untuk curing time dan form work bisa di
buka setelah minimal 24 jam setelah casting posisi lantai dan dinding furnace,
minimal 48 jam untuk posisi atap furnace (menggantung).

b. PEMASANGAN DENGAN TROWELLING

1. Pastikan type dan jenis anchor sesuai untuk kebutuhan lining structure (lihat
lining design dari engineering).
2. Siapkan adukan dan rekatkan adukan pada media yang dipasang refractory lining,
secara bertahap dengan cetok seperti memplester tembok.
3. Ratakan dan haluskan permukaanya.
4. Catatan :
- Tidak semua jenis / type castable bisa di pasang dengan trowelling / plaster.
- Pilih type castable yang di formulasikan untuk jenis pemasangan ini ( GNC-
40T & GNC-60T ).
5. Biarkan pasangan yang sudah selesai untuk curing time min. 24 jam sebelum di
heating up.
4. CURING & HEATING UP

 CURING TIME
Minimal 24 jam setelah casting diperlukan untuk memastikan pasangan castable sudah
cukup kuat untuk heating up. Bila hasil casting lebih cepat mengeras dan timbul panas,
perlu dibasahi dengan air atau kain bawah untuk menjaga kestabilan temperature sampai
terjadi pengerasan yang sempurna.

 HEATING UP
Prosedure heating up sangat diperlukan untuk mengatur penguapan air dan moisturizing
berjalan dengan sempurna. Kenaikan temperature dari ambient temperature sampai
operation temperation, biasanya 30ºC. Setiap jam dan perlu di tahan pada suhu tertentu
sesuai ketebalan pasangan. Masing-masing type castable, memiliki karakter yang
berbeda, tergantung spesifikasinya.

D. Metode Pencampuran Bahan Refractory


Dalam membangun panas kualitas tinggi, mortar tahan api harus digunakan hanya sampai
¼ "(6mm) aplikasi tebalnya. Itulah aturan umum tapi ada 2 atau 3 pengecualian. Mortar
hanya membantu dalam membentuk menembak ruang dan sebaiknya tidak digunakan atau
dibiarkan terbuka pada permukaan lapisan panas.

mortar tahan api tidak dapat diterapkan untuk memasukkan lubang atau celah udara atau
kesenjangan antara firebricks. Liat permukaan firebricks tahan api tidak menghadapi panas.
ketebalan mortar tinggi diterapkan selalu menyusut (* informasi lebih lanjut lebih bawah).
Penyusutan akan menciptakan ruang dan peningkatan gerakan bata / gap perbedaan antara
keadaan dingin dan bagian diperluas dengan panas pada pemanasan material.
Setiap kali kesenjangan ini terjadi bata mengubah posisi, hanya sedikit tapi cukup untuk
menyebabkan kerusakan kembali di masa depan.

penyusutan linear di re-gunning mortar (penembakan) adalah hingga 8% Mungkin ada


aplikasi mortar tebal mungkin jika suatu tempat terletak lebih jauh dari permukaan panas.
Misalnya memasukkan rongga. Dalam situasi seperti ini, saran yang akan mencampur air
beralkohol firebrick ke adukan semen. Ini akan menjadi sebuah pendekatan yang
menyebabkan penyusutan lebih rendah. Namun, jika area membutuhkan stabilitas
struktural dan kekuatan di bawah sedikit panas, kemudian wedging dengan batu bata tahan
api off-potong jelas jauh lebih tepat dan profesional.
Untuk menjelaskan lebih jauh, pilihan berikutnya akan menggunakan beton refraktori atau
castable kasar. Ini dapat berupa campuran yg bisa dibeli dalam bentuk tersedia produk pra-
campuran - yaitu terdiri dari batu bata tahan api grog sebagai volume agregat dan beberapa
agen ikatan tahan panas umum seperti semen tahan api.
Refraktori mortir pencampuran formula :

10: 3: 1,5 - Pasir, Kalsium aluminat semen, Fireclay (mengandung tanah liat).
Jika Anda sulit menemukan semen tahan api jangan khawatir, di sini adalah salah satu
rumus pencampuran dengan semen Portland ditambah kapur tersedia di toko bangunan
biasa.

Ada dua jenis semen Portland, abu-abu yang lain adalah dekoratif putih yang digunakan
untuk sekitar kolam dll di mana efek putih yang diperlukan.
Kapur adalah kalsium yg dibutuhkan lebih dari semen dalam kondisi panas (Portland secara
bertahap akan terbakar, hanya digunakan untuk mortar untuk mengatur saat bekerja.)

10: 6: 2: 3 - Pasir, FireClay, Portland semen, dan Lime (kapur).

Pertama mencampur semua bahan kering dengan baik. Kemudian dalam jumlah kecil mulai
menambahkan air bersih.
Campurkan ke dalam campuran. Terapkan tipis antara firebricks dan hanya di tempat-
tempat di mana diperlukan mis di "V" bagian antara batu bata melengkung di luar. Di dalam
lengkungan - batu bata ini harus sejalan samping satu sama menyentuh lain tanpa celah.
Tidak perlu untuk mortar antara lantai dan dinding batu bata, di kubah berbentuk barrel
Anda tidak akan menggunakan terlalu banyak mortir di lengkungan juga - itu sangat mudah.
Namun, jika Anda membangun sebuah kubah bulat pastikan Anda tidak mendapatkan ruang
di antara batu bata mengekspos mortar di dalam kubah dan ketebalan besar mortir di luar -
mulai sudut potong batu bata secepat kesenjangan mulai terjadi.
Kesimpulan
Dalam kasus apapun, di bagian permukaan panas kubah tidak boleh ada celah yang tidak
perlu dalam pekerjaan batu bata tahan api. Hanya sejumlah kecil mortar harus selalu
digunakan untuk struktur bata untuk tetap kuat dan stabil. Ketika membeli firebricks
meminta pemasok refraktori Anda tentang itu juga. Anda bahkan mungkin bisa membeli
kualitas premix airset panas mortar tahan dalam ember untuk bergabung firebricks,
mereka baik (produk ini tidak sayang, ditambah tidak terlalu banyak akan dibutuhkan
untuk satu pekerjaan, jadi tentu saja pergi dan membeli ember. Kebanyakan mortir
komersial tidak memerlukan berendam firebricks dalam air sebelum mulai bekerja,
sehingga membaca instruksi pada kemasannya.) mortar Exposed di kubah bisa
memisahkan waktu, terkelupas, dari permukaan bagian dalam. Terutama jadi ketika itu
adalah mortir-clay berdasarkan - tanah liat api menjelaskan
Fakta Menarik tentang Magnesium
 Selama bertahun-tahun magnesium dianggap unsur yang sama dengan kalsium.
 Api magnesium sangat sulit untuk dipadamkan karena dapat membakar dalam nitrogen,
karbon dioksida, dan air.
 Magnesium digunakan dalam flare dan kembang api karena cahaya putihnya terang bila
terbakar.
 Jika kita menyiramkan air di atas api magnesium, itu hanya akan membuat api lebih
besar.
 Magnesium kadang-kadang digunakan untuk membantu meredakan sakit kepala migrain

NB:

Alumina

Aluminium oksida (alumina) adalah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen,
dengan rumus kimia Al2O3. Secara alami, alumina terdiri dari mineral korondum,
dan memiiki bentuk Kristal.
Struktur kristal mineral korondum alumina (Hudson, et. al., 2002).
Senyawa ini termasuk dalam kelompok material aplikasi karena memiliki sifat sifat
yang sangat mendukung pemanfaatannya dalam beragam peruntukan.
Senyawa ini diketahui merupakan insulator listrik yang baik, sehingga digunakan
secara luas sebagai bahan isolator suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas
yang besar (Xu, et al., 1994). Alumina juga dikenal sebagai senyawa berpori
sehingga dimanfaatkan sebagai adsorben (Ghababazade, et al., 2007). Sifat lain
dari alumina yang sangat mendukung aplikasinya adalah daya tahan terhadap
korosi (Mirjalili, et. al., 2011) dan titik lebur yang tinggi, yakni mencapai 2053-
2072 oC (Budvari, 2001).
Secara umum alumina ditemukan dalam tiga fasa, yang dikenal sebagai , , dan
alumina. Ketiga fasa di atas diketahui memiliki sifat-sifat yang berbeda,
sehingga memiliki aplikasi yang khas (unik). Beta alumina ( -Al2O3) memiliki
sifat tahan api yang sangat baik sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
keramik seperti pembuatan tungku furnace (Arribart and Vincent, 2001). Gamma
alumina ( Al2O3) banyak digunakan sebagai material katalis, contohnya dalam
penyulingan minyak bumi (Knozinger and Ratnasamy, 1978) dan digunakan
dalam bidang otomotif (Satterfield, 1980; Gate, 1995). Alfa alumina ( -Al2O3)
mempunyai struktur kristal heksagonal dengan parameter kisi a = 4, 7588 dan c =
12, 9910 nm. Alfa alumina banyak digunakan sebagai salah satu bahan refraktori
dari kelompok oksida, karena bahan tersebut mempunyai sifat fisik, mekanik dan
termal yang sangat baik (Mirjalili, et al., 2011). Fasa paling stabil dari alumina
adalah fasa Alfa alumina ( -Al2O3), dalam proses perlakuan termal -Al2O3
diperoleh melalui transformasi fasa yang diawali dari Boehmite AlO(OH) yaitu:
Boehmite γ-alumina δ-alumina θ-alumina β-alumina α-
alumina (Beitollahi, et al., 2010).

Metode Pembuatan Alumina


Karena memiliki aplikasi yang sangat luas, kebutuhan akan alumina terus
meningkat, dan diperkirakan pada tahun 2013 kebutuhan alumina di dunia
mencapai 280 juta ton (U.S. Geological Survey, 2013). Secara tradisional,
alumina terdapat dalam mineral bauksit yang mengandung alumunium dalam
bentuk hidroksida, yakni boehmet (AlO(OH)) dan gibsite Al(OH)3, dengan kadar
sekitar 30-54%.. Sebagai mineral alam, selain aluminium, bauksit juga
mengandung berbagai pengotor, misalnya oksida besi, silika, dan mineral
lempung. Karena komposisi tersebut, untuk mendapatkan alumina murni, bauksit
harus diolah, dan salah satu metode pengolahannya adalah proses Bayer (Amira
International, 2001), yang terdiri dari beberapa tahap

Anda mungkin juga menyukai