Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN FONDASI JEMBATAN UNTUK JALAN TOL DI

DAERAH CIAWI

Nama : Bayu Mustika Bhakti


NPM : 11315292
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Calon Dosen Pembimbing : Dr. Sri Wulandari, ST., MT.

Diajukan Guna Melengkapi Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jakarta
Mei 2019

1
1. Latar Belakang

Sarana transportasi merupakan salah satu penentu perkembangan ekonomi

suatu negara. Transportasi darat umumnya menjadi salah satu sarana yang

digunakan untuk melintasi antar kota dan daerah didalam suatu negara. Salah satu

prasarana untuk transportasi darat adalah jalan. Beberapa jalan dibangun agar

memperlancar akses transportasi darat ke beberapa kota maupun provinsi. Namun

seiring dengan berkembangnya zaman, volume kendaraan makin bertambah

sehingga ruas jalan tidak dapat menampung kendaraan yang ada. Beberapa solusi

yang dilakukan pemerintah berupa penambahan jalan untuk menanggulangi

kemacetan. Salah satunya yaitu pembangunan jalan tol. Menurut PP Nomor 8 tahun

1990, jalan tol berperan untuk melayani jasa distribusi utama yang mempunyai

spesifikasi bebas hambatan agar dicapai tingkat efisiensi yang maksimal dalam

penggunaan sumber daya dan sebagai pemacu pengembangan wilayah untuk

mewujudkan keseimbangan antar daerah sehingga dengan dibangunnya jalan tol

dapat meningkatkan pengembangan wilayah dan menyelesaikan masalah-masalah

yang ada.

Salah satu komponen yang terpenting pada jalan tol adalah jembatan.

Pembangunan jembatan pada jalan tol dilakukan dengan tujuan menghubungkan

jalan yang dibatasi kondisi alam berupa sungai, lembah curam, dan jalan lain yang

melintang. Perkembangan teknologi transportasi darat saat ini terutama jembatan

meningkat seiring dengan perubahan waktu. Perencanaan jembatan harus

memperhatikan beberapa aspek seperti arus lalu lintas, hidrologi, kondisi tanah,

struktur bangunan jembatan dan aspek pendukung lain. Aspek-aspek tersebut harus

2
dipenuhi sesuai peraturan-peraturan yang ada sehingga jembatan tersebut aman

untuk digunakan. Kondisi alam yang menghalangi jalur transportasi darat antara

suatu daerah dengan daerah lain akan menghambat kemajuan ekonomi suatu daerah

bahkan negara. Proses distribusi barang antar daerah akan terhambat karena kondisi

ini. Oleh karena itu perlu dibangun jembatan untuk menghubungkan jalur

transportasi darat antar daerah.

Suatu jembatan terdiri dari 3 bagian utama yaitu fondasi, bangunan bawah

dan bangunan atas. Bagian terpenting dalam suatu jembatan yaitu fondasi dan

bangunan bawah. Bangunan bawah ini terdiri dari struktur utama berupa pilar (pier)

dan pangkal jembatan (abutment). Fondasi, pilar dan abutment memiliki peran

penting pada suatu jembatan yaitu meneruskan semua beban dari bangunan atas ke

tanah.

Fondasi jembatan harus mampu menahan gaya-gaya luar yang

berpengaruh, seperti gempa bumi, tekanan angin, tekanan tanah, dan tekanan air

sungai (jika terdapat dengan sungai disekitar fondasi). Oleh karena itu perencanaan

fondasi pada jembatan harus diperhatikan dengan baik. Pada tugas akhir ini penulis

akan merencanakan fondasi bored pile jembatan pada jalan tol yang berlokasi di

Ciawi.

2. Tujuan Penulisan Tugas Akhir

Tujuan penulisan tugas akhir mengenai fondasi pada bangunan jembatan

ini adalah sebagai berikut:

1. Mendesain dan merencanakan fondasi bored pile pada jembatan.

3
2. Menghitung biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan fondasi pada

bangunan jembatan.

3. Ruang Lingkup Penulisan Tugas Akhir

Batasan masalah dalam tugas akhir mengenai fondasi pada bangunan

jembatan ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan fondasi dilakukan untuk jenis tanah lanau dan pasir di daerah

Ciawi.

2. Peraturan yang digunakan:

a. SNI 1725:2016 Pembebanan untuk jembatan

b. SNI 8460:2017 tentang Persyaratan Perancangan Geoteknik.

4. Landasan Teori

Suatu konstruksi biasanya terdiri dari struktur bagian atas dan struktur

bagian bawah. Struktur bagian atas akan menanggung/ menahan beban-beban yang

kemudian akan diteruskan ke struktur bawah. Struktur bawah akan meneruskan

kembali beban-beban tersebut ke lapisan tanah yang berada dibawahnya, baik

beban dalam arah vertikal maupun horizontal. Struktur bawah yang akan

melakukan peranan tersebut adalah fondasi. Suatu bangunan berdiri tetap tegak jika

fondasi dan tanah dasar di bawahnya cukup kuat untuk mendukungnya. Jika

perencanaan fondasi tidak dilakukan dengan benar, maka akan sangat beresiko

karena bisa mengakibatkan kegagalan struktur. Perencanaan fondasi harus

4
dilakukan sesuai aturan dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu di setiap langkah

perencanaannya.

4.1. Fondasi

Fondasi merupakan bagian paling bawah dari konstruksi bangunan yang

mempunyai peranan yang sangat penting dan bertugas meneruskan beban bangunan

atas ke tanah atau batuan yang ada dibawahnya. Fondasi harus direncanakan dengan

baik untuk menghindari terjadinya keruntuhan geser dan penurunan yang

berlebihan. Untuk itu perlu dipenuhi dua kriteria, yaitu kriteria stabilitas dan kriteria

penurunan.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perencanaan fondasi

adalah sebagai berikut:

1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah

harus dipenuhi. Dalam hitungan kapasitas dukung, umumnya digunakan faktor

aman 3.

2. Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.

Khususnya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak

mengakibatkan kerusakan pada struktur. (Hardiyatmo, 2014)

5
Dalam perencanaan fondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan

beberapa macam tipe fondasi. Pemilihan tipe fondasi ini didasarkan atas:

1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh fondasi tersebut. Dimana

bangunan penting akan dibuat dengan keamanan lebih terjamin dibanding yang

kurang penting.

2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas

3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan

4. Biaya fondasi dibandingkan dengan bangunan diatas

4.2. Klasifikasi Fondasi

Menurut Sardjono (1998) Pondasi dapat digolongkan menjadi dua jenis

Pondasi, yaitu Pondasi dangkal (shallow foundation) dan Pondasi dalam (deep

foundation).

4.2.1. Fondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Pondasi dangkal (shallow foundation) digunakan apabila lapisan tanah

keras yang mampu mendukung beban bangunan di atasnya terletak dekat dengan

permukaan. Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang

mempunyai perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang

dari 1 (D/B ≤1) seperti pada dibawah ini :

6
Gambar . Syarat Perbandingan Antara Kedalaman Dengan Lebar Pondasi
(Sardjono, 1998 ).

Meskipun fondasi dangkal sangat umum dipakai, namun pada kondisi

tertentu fondasi tersebut tidak cocok untuk dipergunakan. Sebagai contoh, apabila

lapisan tanah yang dekat permukaan sangatlah jelek (lembek) atau ada

kemungkinan terjadi gerusan dari air permukaan (crosi), genangan air atau bila

fondasi menahan beban lateral yang sangat besar maka fondasi dangkal kurang

cocok untuk digunakan.

Fondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang memiliki

bentuk dan fungsi masing-masing, yaitu:

4.2.1.1. Fondasi Setempat (Single Footing)

Fondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom, tiang,

dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa.

7
Gambar 1. Fondasi Setempat

4.2.1.2. Fondasi Menerus (Continuous Footing)

Konstruksi fondasi menerus yang sering digunakan untuk bangunan

gedung satu lantai biasanya menggunakan bahan batu kali (batu belah) yang sering

disebut fondasi batu kali. Konstruksi fondasi batu kali digunakan untuk meneruskan

beban dinding pada lantai dasar. Komponen fondasi dangkal menerus batu kali

meliputi urugan pasir bawah fondasi, pasangan batu kosong (aanstamping), dan

pasangan batu kali.

8
Gambar 2. Fondasi Batu Kali

4.2.1.3. Fondasi Telapak (Foot Plate Foundation)

Pondasi telapak merupakan pelebaran alas kolom atau dinding dengan

tujuan untuk meneruskan beban pada tanah suatu tekanan yang sesuai dengan sifat-

sifat tanah yang bersangkutan. Pondasi telapak yang mendukung kolom tunggal

disebut telapak kolom individual, telapak tersendiri atau telapak sebar. Pondasi

telapak di bawah suatu dinding disebut telapak dinding atau telapak menerus.

Apabila sebuah pondasi telapak mendukung beberapa kolom disebut telapak

gabungan. Bentuk khusus dari telapak gabungan yang umumnya digunakan apabila

salah satu kolomnya mendukung dinding luar disebut telapak kantilever.

9
Gambar 3. Tipe-tipe Fondasi Telapak

4.2.1.4. Fondasi Cakar Ayam

Disebut pondasi cakar ayam karena bentuknya memang mirip seperti kaki

hewan unggas tersebut, di mana di bagian bawah terdapat pipa-pipa beton yang

menyerupai cakar alam. Fungsinya mencengkeram kuat tanah di bawahnya agar

bangunan yang dibangun di atasnya benar-benar berdiri kokoh.

Gambar 4. Fondasi Cakar Ayam

10
4.2.1.5. Fondasi Sarang Laba-laba

Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) ialah kombinasi konstruksi

bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi pelat beton

pipih menerus yang diisi dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan

komposit konstruksi beton bertulang. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama

timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi

yang memiliki kekakuan jauh lebih tinggi dibandingkan pondasi dangkal lainnya.

Gambar 5. Fondasi Sarang Laba-laba

4.2.2. Fondasi Dalam (Deep Foundation)

Pondasi dalam (Deep Foundation) merupakan struktur bawah suatu

konstruksi yang digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati lapisan

tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Pondasi dalam

merupakan jenis pondasi yang dibedakan dengan pondasi dangkal dari segi

kedalaman masuknya ke dalam tanah. Perbandingan kedalaman dengan lebar pada

fondasi dalam lebih dari empat (D/B > 4). Material pondasi dalam bisa dari kayu,

baja, beton bertulang, dan beton pratekan. Pondasi dalam dapat dibedakan menjadi:

11
4.2.2.1. Fondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal

dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada

kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan

menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya

pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum

digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton

bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.

Gambar . Fondasi Sumuran

4.2.2.2. Fondasi Tiang (pile foundation)

Pondasi tiang (pile foundation) digunakan bila tanah pondasi pada

kedalaman yang normal tidak mampu mendukungnya, dan tanah keras terletak pada

kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya diameternya lebih kecil dan

lebih panjang dibandingkan dengan pondasi sumuran.

12
Gambar . Fondasi Tiang

4.3. Fondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya

orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat

menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang

terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi.

Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah

kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk

mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada

bangunanbangunan tingkat yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat

beban angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga.

Pada bangunan ini, tiang–tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal dan

gelombang air.

Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang adalah untuk memindahkan atau

mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan

tanah keras yang letaknya sangat dalam. Kebanyakan pondasi tiang dipancangkan

ke dalam tanah, akan tetapi ada beberapa type yang dicor setempat dengan cara

13
dibuat lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah, pondasi ini dikategorikan

sebagai pondasi boredpile.

4.3.1. Fondasi Tiang Pancang

Pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan untuk suatu bangunan

apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung

(bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau

apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk

memikul berat bangunan dan letaknya sangat dalam. Pondasi tiang pancang ini

berfungsi untuk memindahkan atau mentransferkan beban – beban dari konstruksi

diatasnya (uper structure) kelapisan tanah yang lebih dalam.

Fondasi Tiang Pancang, bahan yang digunakan pada pondasi ini

diantaranya bahan kayu (balok kayu), beton (berbentuk persegi, segi tiga, maupun

silinder), dan berbentuk sheet pile. Untuk memasukkan tiang pancang ke dalam

bumi menggunakan alat berat, metode yang digunakan mendesakkan pile ke dalam

tanah bisa hammer pile, getar, dan ditekan.

Gambar . Fondasi Tiang Pancang

14
4.3.1.1. Fondasi Bored Pile

Fondasi bored pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam

permukaan tanah dengan ke-dalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke

dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat

khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian dilakukan

pemasangan bekisting yang terbuat dari plat besi, kemudian dimasukkan rangka

besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran terhadap

lobang yang sudah dibor tersebut. Jenis pondasi boredpile dipilih untuk mendukung

beban bangunan dengan mengandalkan daya dukung pondasi pada tanah keras dan

hambatan lekat yang terjadi pada permukaan tiang yang tidak rata akibat dari

pengecoran di tempat (in situ).

Gambar . Fondasi Bored Pile

15
4.4. Fondasi Tiang Bor (Bored Pile)

Pondasi bored pile termasuk kategori pondasi dalam dengan desain tabung

yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam lapisan tanah keras bila level

tanah dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan secara

keseluruhan,sehingga diperlukan daya dukung tambahan. Fungsinya sama dengan

pondasi dalam lainya seperti pancang. Perbedaanya terletak pada cara

pengerjaanya. Pengerjaan bored pile dimulai dengan pelubangan tanah dahulu

sampai kedalaman yang dibutuhkan, kemudian pemasangan tulangan besi yang

dilanjutkan dengan pengecoran beton.

Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing

capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau

selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya

adhesi antara bored pile dan tanah disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan

tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan

keamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka

diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga.

Terdapat beberapa jenis fondasi bored pile, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a) Bored pile lurus untuk tanah keras

b) Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel

c) Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium

d) Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan.

16
Gambar . Jenis Fondasi Bored Pile

4.4.1. Keuntungan Menggunakan Fondasi Bored Pile

Menurut Hardiyatmo (2010) Keuntungan dalam pemakaian tiang bor

dibandingkan dengan tiang pancang adalah :

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang

membahayakan bangunan sekitarnya.

2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang

(pile cap). Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile.

3. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

5. Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan

kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.

6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang dapat

dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.

7. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah.

8. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan

pemancangan.

17
4.4.2. Kerugian Menggunakan Fondasi Bored Pile

Penggunaan fondasi bored pile juga memiliki beberapa kerugian

tersendiri. Menurut Hardiyatmo (2010) kerugian dalam menggunakan tiang bor

(Bored Pile) antara lain:

1. Pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca.

2. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak

dapat dikontrol dengan baik.

3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang

badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile, terutama bila bored

pile cukup dalam.

4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir

atau tanah yang berkerikil.

5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,

sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang.

6. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka

dipasang temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran.

4.5. Penyelidikan Tanah

4.5.1. Penyelidikan Lapangan

4.5.2. Penyelidikan Laboratorium

18
4.6. Kapasitas Dukung Fondasi Tiang Bor (Bored Pile)

Secara umum, perencanaan pondasi tiang mencakup daya dukung sebagai

end bearing pile (daya dukung ujung) maupun friction pile (daya dukung gesek).

Analisa perhitungan kapasitas daya dukung pondasi tiang bor dihitung dari data

Standar Penetrasi Test ( SPT) memakai metoda Reese dan Wright (1977) dengan

perhitungan sebagai berikut:

Dimana :
Qp = Daya dukung ujung tiang
Qs = Daya dukung selimut tiang
Qu = Daya dukung ultimate tiang
Ap = Luas permukaan tiang (m2 )
P = Keliling Tiang (m)
N = Nilai Nspt rata-rata antara ujung bawah tiang bor sampai 2db di bawahnya
db = diameter ujung bawah tiang bor (m)
▲l = Kedalaman tiang yang ditinjau

19
Atau

20
4.6.1. Kapasitas Daya Dukung Aksial Tunggal (Single Pile)

4.6.2. Kapasitas Daya Dukung Aksial Kelompok Tiang (Pile Group)

Meskipun pada tiang yang berdiameter besar atau untuk beban yang ringan

sering digunakan pondasi tiang tunggal untuk memikul kolom atau beban struktur,

namun lazimnya beban kolom struktur atas dapat pula dipikul oleh suatu kelompok

tiang.

21
22
4.7. Penurunan Fondasi

4.7.1. Penurunan Fondasi Tiang Tunggal

karena penurunan dipengaruhi mekanisme pengalihan beban, maka

penyelesaian untuk perhitungan penurunan hanya bersifat pendekatan. Metode

yang digunakan dalam perhitungan penurunan tiang tunggal ini adalah dengan

menngunakan metode semiempiris.

4.7.2. Penurunan Kelompok Fondasi Tiang

Penurunan kelompok tiang umumnya lebih besar daripada pondasi tiang

tunggal karena pengaruh tegangan pada daerah yang lebih luas dan lebih dalam.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung penurunan

kelompok tiang, diantarnya yaitu :

23
24
4.8. Daya Dukung Lateral

4.9. Defleksi Tiang Akibat Beban Lateral

4.10. Faktor Keamanan

4.11. Penulangan Fondasi

4.12. Dimensi dan Penulangan Pile Cap

25
5. Metodologi Perencanaan

Berikut ini adalah diagram alir perencanaan fondasi bored pile untuk

bangunan jembatan di daerah ciawi.

26
27
28
1. Studi Literatur

Dalam studi literatur didapatkan teori-teori yang diperoleh melalui beberapa

buku dan jurnal tentang perencanaan pondasi bored pile sehingga penulis dapat

mengetahui tahapan-tahapan dalam perencanaannya dan mengetahui data-data

yang dibutuhkan dalam perencanaan.

2. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan adalah data hasil penyelidikan tanah, beban struktur

yang bekerja, data lokasi dan data lain yang dianggap perlu dalam penulisan Tugas

Akhir ini.

29
6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan gambaran singkat mengenai penjelasan

laporan tugas akhir pada setiap bab. Sistematika penulisan laporan tugas akhir

berjudul “Perencanaan Fondasi Jembatan Untuk Jalan Tol Di Daerah Ciawi” adalah

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Batasan Masalah

dan Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir.

BAB 2 STUDI PUSTAKA

Menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang berkenaan dengan

perencanaan fondasi bored pile.

BAB 3 METODOLOGI PERENCANAAN

Menjelaskan tentang tata cara pengolahan data/ metode yang diterapkan

dalam perencanaan fondasi bored pile.

BAB 4 DATA PERENCANAAN

Menjelaskan tentang data untuk perencanaan bangunan yang digunakan

untuk perhitungan pembebanan dan data penyelidikan tanah untuk

perencanaan fondasi bored pile.

BAB 5 ANALISIS DAN HASIL PERENCANAAN

Menjelaskan tentang analisis dan hasil akhir dari perencanaan raft pile

foundation pada tanah lunak untuk apartemen 15 lantai di kawasan

Senayan Jakarta .

30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan

padabab-bab sebelumnya mengenai fondasi bored pile pada bangunan

jembatan.

31
7. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

Waktu
Jenis Kegiatan
April Mei Juni Juli Agst Sept Okt

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Perhitungan Struktur Atas

dan Struktur Bawah

Analisis Data

Penyusunan Laporan Tugas

Akhir

Seminar Isi

Perbaikan-perbaikan

Sidang Akhir

32
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph E. 1992, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga, Jilid 1,

Diterjemahkan Oleh Pantur Silaban, Erlangga Jakarta.

Bowles, Joseph E. 1993, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga, Jilid 1,

Diterjemahkan Oleh Pantur Silaban, Erlangga Jakarta.

Das, Braja M. 1992, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis),

Erlangga, Jakarta.

Das, Braja M, 1994, Principles Of Foundation Engineering, PWS Engineering,

Boston, 1994.

Hs. Sardjono. Ir. 1991, Pondasi Tiang Pancang “ Jilid I “, Sinar Wijaya, Surabaya.

Hs. Sardjono. Ir. 1998, Pondasi Tiang Pancang “ Jilid II “, Sinar Wijaya, Surabaya.

Hardiyatmo, Hary Christady. 1996, Teknik Pondasi 1, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2011, Analisis dan Perancangan Fondasi ” bagian 1”,

Gagjah Mada University Press, Yogyakarta.

33
Hardiyatmo, Hary Christady. 2011, Analisis dan Perancangan Fondasi ” bagian ll”,

Gagjah Mada University Press, Yogyakarta.

SNI 03-2847-2002. 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

Gedung, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah.

Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa, Kazuto. 1980, Mekanika Tanah dan Teknik

Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta.

Sowono. 1989, Teknik Pondasi, Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai