Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN IV
SISTEM INDERA (PENDENGARAN, PERASA, PEMBAU)

LABORATORIUM BIOMEDIK DAN FARMAKOLOGI


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
PERCOBAAN IV
SISTEM INDERA (PENDENGARAN, PERASA, PEMBAU)

A. Tujuan
Mampu memahami fisiologi indera pendengaran, perasa dan pembau.

B. Dasar Teori
Panca indera adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari organ indera menuju otak, dimana
perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti
sentuhan, pengecapan, penglihatan dan penciuman juga pendengaran. Dalam
segala hal serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir, khusus
guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu dimana setiap organ
berhubungan. Nampaknya seolah-olah kita mengecap dengan ujung saraf
pada lidah, mendengar dengan saraf dalam telinga dan seterusnya, tetapi
sesungguhnya otaklah yang menilai semua perasaan itu. Pada hak ikatnya
indera pengecap mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera
khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot
intrisik lidah melakukan semua gerakan khusus sementara otot ekstrisik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-
gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan pada
langit-langit dan gigi dan akhirnya mendorong ke faring. Lidah terletak pada
dasar mulut sementara pembuluh darah dan urat syaraf masuk dan keluar
pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi
bawah. Sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian
atas lidah. Bila lidah digulungkan kebelakang, maka tampaklah permukaan
bawahnya yang disebut frenulum linguale, sebuah struktur ligament halus
yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior
lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan maka ujung lidah berbentuk bulat.
Selaput lendir membran mukosa ludah selalu lembab dan pada waktu sehat
berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi
papila-papila yang terdiri atas tiga jenis.
(Pearce, 2005)
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar.
Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra
yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra
pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit)
(Idel, 2003).
1. Indera Pendengaran (Telinga)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita. Telinga merupakan indera pendengaran yang
menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor). Selain berfungsi sebagai
indera pendengaran, telinga juga sebagai alat keseimbangan.

1.1 Gambar bagian-bagian telinga

(Idel, 2003)

Proses atau mekanisme pendengaran pada Telinga Manusia Semua


suara atau bunyi dari luar tubuh dapat didengarkan karena masuk dalam
bentuk gelombang suara yang melalui medium udara. Sebelum telinga
mendengar bunyi, terlebih dahulu daun telinga akan menangkap dan
mengumpulkan gelombang suara. Selanjutnya, gelombang suara masuk
kedalam liang telinga (saluran pendengaran) dan ditangkap gendang
telinga (idel, 2003).
1. Indera Pembau (Hidung)
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan
sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Serabut-serabut saraf
penciuman terdapat pada bagian atas selaput lendir hidung. Serabut
serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk
gas di udara (kemoreseptor).

1.2 Gambar bagian-bagian hidung

(Idel, 2003)

Indra penciuman adalah indra yang kita gunakan untuk mengenali


lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu
dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih
segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di
dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.
(Kusumoputro, 2005)
2. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan
rasa dari makanan yang masuk kedalam mulut kita. Bagian lidah yang
berbintil-bintil disebut papilla adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-
bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu
berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit,
tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap
rasa manis.
Agar suatu zat terasakan zat tersebut harus larut dalam kelembaban
mulut. Hanya bila ada dalam larutan zat itu baru dapat menstimulasikan
rasa. Dapat dibedakan empat tancup rasa secara morfologis. Kebanyakan
terletak di terletak dipermukaan lidah walaupun beberapa ditemukan di
langit-langit lunak.
(Kimball, 2004)
Pada lidah terdapat kemoreseptor yang merespon rasa asin, manis,
asam dan pahit. Kemoreseptor ini berfungsi untuk menangkap rangsangan
yang bersifat senyawa kimia yang larut dalam air.
Bagian-bagian lidah terdapat puting kemoreseptor adalah:
a. Bagian tepi depan merasakan asam dan asin
b. Bagian belakang merasakan pahit
c. Bagian depan merasakan manis.

1.3 Gambar bagian-bagian lidah


(Idel, 2003)
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Indera Pendengaran
Rinne Webber Schwabach
Nama Late- Mem-
Tida Mem- Nor-
sukarelawan Positif Negatif ralis anjan
k endek mal
asi g
Sukarelawan
  
I
Sukarelawan
  
II

b. Indera Perasa

Nama Bagian Indera Perasa


sukarelawan manis asin asam pahit Pedas
Sukarelawan
depan tepi tepi pangkal Menyebar
I
Sukarelawan
depan tepi tepi pangkal Menyebar
II

c. Indera Pembau

Minyak atsiri yang dapat ditebakdan waktu


Nama
Oleum Oleum Oleum
Sukarelawan
Rosae menthepiperita Cajuputi
Sukarelawan I 3 detik 5 detik 3 detik
Sukarelawan II 4 detik 5 detik 4 detik
F. Pembahasan

Praktikum ini berjudul sistem indera. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk dapat memahami fisiologi indera pendengaran, perasa dan pembau.
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
informasi indera. Jalur saraf dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan
indera.
Percobaan pertama adalah pemeriksaan indera pendengaran. Indera
pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena memberikan respon
terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Pada
percobaan ini pengujian terhadap indera pendengaran dilakukan dengan
bantun alat penala 256 Hz yaitu alat yang terbuat dari besi dengan dilakukan
secara kualitatif dan besinya harus keras sehingga tidak mudah dipengaruhi
oleh atmosfer atau perubahan suhu. Percobaan ini dilakukan beberapa
pengujian yaitu tes rinne, tes webber, dan tes schwabach. Tes rinne adalah
tes untuk membandingankan hantaran tulang dan hantaran udara
pendengaran pasien. Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada
mastoid pasien (hantaran tulang) tunggu bunyi tidak lagi terdengar, penala
kemudian dipindahkan kedekat telinga sisi yang sama hantaran udaranya.
Telinga normal akan mendengar penala melalui hantaran udara disebut rinne
positif begitu pula sebaliknya. Pada keempat sukarelawan dapat mendengar
bunyi sehingga keempat sukarelawan dinyatakan normal. Uji pendengaran
tes kedua yaitu tes webber. Prinsip tes weber adalah membandingkan
hantaran bunyi pada telinga kanan dan kiri. Gagang penala yang bergetar
ditempelkan di dahi sukarelawan, lalu diminta pasien untuk melaporkan
apakah terjadi laterisasi (peristiwa terdengarnya dengungan penala yang
lebih kuat pada satu telinga). Hasil yang didapat yaitu pada keempat
sukarelawan tidak mendengar bunyi atau laterisasi dikarenakan kondisi
kelas yang tidak tenang kemudian dilakukan lateralisasi buatan yaitu dengan
menutup salah satu telinga pasien dan diulang untuk menempelkan penala
yang telah digetarkan pada dahi sukarelawan. Didapat hasil bahwa keempat
sukarelawan negatif mengalami lateralisasi, tetapi lateralisasi buatan. Pada
orang normal tidak terjadi lateralisasi karena lateralisasi yaitu peristiwa
terdengarnya hantaran bunyi yang lebih kuat pada salah satu telinga. Uji
ketiga adalah tes schwabach. Tes schwabach dilakukan membandingkan
suara hantaran tulang pasien dengan pemeriksa. Pasien diminta melaporkan
saat penala bergetar yang ditempelkan pada mastoidnya tidak lagi dapat
didengar. Pada saat itu pemeriksa memindahkan penala kemastoidnya
sendiri dan menghitung berapa lama (dalam detik) ia masih dapat
menangkap bunyi. Tes schwabach normal bila hantaran tulang pasien dan
pemeriksa hampir sama, tes schwabach memanjang atau meningkat bila
hantaran tulang pasien lebih lama dibanding pemeriksa dan tes schwabach
memendek jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar penala setelah
pasien tidak lagi mendengarnya. Pada kedelapan sukarelawan didapat
pengamatan bahwa semua mengalami schwabach normal karena tidak
terdengarnya, bunyi ketukan penala dipindahkan. Tes schwabach harus
dibandingkan dengan pemeriksa yang lebih normal dari pasien. Cara
menggetarkan penala yaitu dengan memukulkan salah satu ujung jarinya
ketelapak tangan atau diapit oleh kedua ujung jari.
Percobaan kedua adalah pemeriksaan indera perasa. Seperti halnya
indera yang lain, pengecapan (perasa) merupakan hasil stimulasi sistem
ujung saraf tertentu. Dalam hal ini mampu membedakan kelezatan makanan
atau minuman karena ada stimulasi kimiawi. Pada manusia ujung saraf
pengecap berada dikuncup. Kuncup pengecap pada lidah terletak pada
bagian depan hingga belakang. Pada percobaan ini, digunakan sampel cabe
yang dihaluskan, dimasukkan kedalam mulut atau lidah, dan terasa pedas
pada bagian yang dioleskan cabe saja. Rasa pedas ini muncul karena
capsaicin menciptakan isyarat yang sama bagi otak. Rasa manis dihasilkan
pada lidah bagian depan, rasa asin dan asam dihasilkan pada lidah bagian
tepi kanan dan kiri dan rasa pahit dihasilkan pada pangkal lidah. Lidah bisa
merasakan rasa-rasa manis, asam, asin dan pahit dikarenakan adanya papila
pada lidah yang merespon rasa yang dirasakan pada lidah ke otak. Salesma
dan influenza merupakan kondisi alat pernapasan yang terinfeksi oleh virus.
Umumnya menyebabkan batuk, pilek, sakit leher, terkadang panas atau sakit
pada persendian.
Percobaan ketiga adalah indera pembau dimana mekanisme dari adanya
proses penciuman adalah dimulai dari adanya sebuah bau dimana saat ketika
kita bernafas udara masuk kelubang hidung lalu disaring oleh rambut hidung
dan jika ada benda-benda asing atau debu maka akan menempel pada lendir
atau selaput paada hidung dan setelah itu akan melewati serabut saraf dan
kemudian saraf pembau (sel olfactory) yaitu sel reseptor untuk sensasi bau
yang merupakan sel saraf dari sistem saraf pusat. Setelah informasi sampai
ke otak, maka otak akan menterjemahkan bau apa yang telah dicium oleh
hidung dan dengan cepat akan memberikan respon pada hidung. Pada
percobaan ini pengujian untuk kepekaan indera penciuman dilakukan
dengan cara mata sukarelaawan ditutup, hal ini bertujuan agar sukarelawan
tidak mengetahui bau apa yang dicium. Beberapa aroma didekatkan indera
penciuman sukarelawan yaitu oleum cajuputi, oleum menthae piperitha dan
oleum rosae. Dihitung waktu yang dibutuhkan pada sukarelawan untuk
dapat menebak sampel apa yang didekatkan pada indera pembaunya
(hidung) sukarelawan I merespon oleum mentae sebelum 15 menit 27,4
detik dan setelah 15 menit 9,48 detik. Sukarelawan II merespon oleum
cajuputi sebelum 15 menit yaitu 1 menit 21 detik dan sesudah 15 menit
36,53 detik. Sukarelawan III merespon bau oleom rosae sebelum 15 menit
51,92 detik dan sesudah 15 menit 22,36 detik. Pada sukarelawan II respon
yang timbul lebih lama dibanding sukarelawan lain karena sukarelawan
sudah jenuh mencium aroma sampel sebelumnya sehingga respon untuk
menebak lebih lama di banding yang lain.
Oleum rosae nama lain minyak mawar, asal rasa ganika, rosa damascen,
rosa alba, zat berkhasiat atau isi parafin. Penggunaan bahan pewangi,
pemerian tidak berwarna atau berwarna kuning, bau aromatik seperti bunga
mawar, rasa khas. Pada suhu 25 kental jika didinginkan perlahan-lahan
berubah menjadi massa hablur, jika dipanaskan mudah melebur. Cara
memperoleh dengan penyulingan uap bunga segar. Penyimpanan dalam
wadah tertutup rapat. Mengenal bau dari memori di korteks sistem bintik
yang mempengaruh untuk dapat mencium bau. Oleum menthae cairan
berwarna, atau kekuningan, atau kuning kehijauan, lebih gelap berdasarkan
paparan udara, bau karakteristik kuat peppermint, dan sangat aromatik, rasa
pedas, diikuti dengan sensasi dingin. Larut dalam semua proporsi, dalam
karbon disulfida dan dalam asam asetat glasial.
Macam-macam gangguan indera pendengaran adalah vertigo,
perikondritis, othematoma. Vertigo adalah penyakit atau kondisi dimana
telinga bagian dalam mengalami gangguan sehingga terasa pusing dan ruang
di sekeliling penderita terasa berputar sehingga pada kondisi seperti ini
penderita merasa berputar atau melayang.
Perikondritis adalah salah satu jenis penyakit telinga bagian luar.
Perikondritis merupakan istilah untuk tulang rawan telinga luar yang
terinfeksi. Infeksi ini umumnya terjadi akibat luka cedera, gigitan serangga
dan bisul daun telinga yang dipecahakan dengan sengaja. Pada jenis
penyakit ini telinga akan mengeluarkan nanah, namuan nanah yang keluar
dapat terlihat jelas karena berada di bagian luar telinga, penyakit ini di
sebabkan oleh bakteri yang tercampur dengan nanah.
Othematoma adalah salah satu jenis penyakit telinga yang di sebut
dengan penyakit telinga bunga kol, yang merupakan sebuah kelainan genetis
pada telinga seseorang, jika terjadi gangguan tulang rawan di sertai dengan
munculnya dengan pendarahan internal dan berlebihnya pertumbuhan
jaringan telinga.
Macam-macam gangguan indera perasa adalah oral candidosis, atropic
glossitis dan geografic tongue. Oral candidosis disebabkan oleh jamur yang
disebut candida albicans.. gejalanya lidah akan tampak tertutup lapisan putih
yang dapat dikerok. Atropic glossitis merupakan penyakit ini juga sering
ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah
maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah
kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia.
Penyakit geografic tongue merupakan lidah seperti peta, berpulau-pulau.
Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih
licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
Macam-macam gangguan indera penciuman adalah anosmia, disosmia
dan hiposmia. Anosmia adalah salah satu gangguan pada indra penciuman
yang mengakibatkan penderita tidak dapat mencium bau sama sekali.
penyebab dari gangguan ini adalah adanya gangguan saluran hidung,
Cedera kepala, dan Tumor sulkus olfaktorius. Dinosmia adalah salah satu
gangguan pada indra penciuman yang mengakibatkan penderita mengalami
perubahan penciuman sehingga penderita merasa selalu mencium bau yang
tidak enak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh infeksi didalam sinus,
kerusakan parsial pada saraf olfaktorius, kurangnya kebersihan mulut.
Hiposmia adalah kondisi dimana berkurangnya kemampuan untuk mencium
bau. Jika pada Anosmia penderita tidak dapat mencium bau sama sekali,
maka pada hiposmia penderita hanya kehilangan sensitifitas bau tertentu.
Manfaat dari pengujian ini bagi masyarakat adalah untuk mengetahui
normal atau tidaknya organ indra pendengaran, indra perasa dan indra
pembau. Pada indera pendengaran masyarakat dapat mengetahui apakah
indera pendengaran mengalami gangguan atau tidak seperti tidak mendengar
suara (tuli). Pada indera perasa masyarakat dapat mengetahui apakah indera
perasa mengalami kerusakkan seperti tidak bisa membedakan rasa manis,
asin, asam, pahit, pedas. Pada indera pembau masyarakat dapat mengetahui
apakah indra pembau mengalami kerusakan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Indera pembau berfungsi untuk mengetahui kenormalan pada penciuman
terhadap sampel.
2. Indera perasa berfungsi untuk mengetahui letak pada bagian lidah yang
merasakan makanan.
3. Indera pendengaran berfungsi untuk mengetahui kenormalan pada
pendengaran sukarelawan.
DAFTAR PUSTAKA

Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta.

Idel, Antoni. 2003. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari. Gitamedia Press :


Jakarta.

Kimball. W.J. 2004. Biologi Umum 2. Erlangga : Jakarta.

Kusumoputro, Benyamin. 2005. Pengembangan Riset Berkesinambungan Sistem


Penciuman Elektronik Menggunakan Metode Kecerdasan Komputasional.
Jurnal Fakultas Komputer. UI. Vol.8 No.10.

Pearce, Evelyn. 2005. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Press
: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai