Paper Manajemen Salim Group
Paper Manajemen Salim Group
STUDI KASUS
“SALIM GROUP DI INDONESIA: PEMBENTUKAN DAN PERILAKU
DARI KONGLOMERAT TERBESAR DI ASIA TENGGARA”
DOSEN PENGAMPU: AMBANG ARIES YUDANTO
ANGGOTA KELOMPOK:
KELAS 2-A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2017
“SALIM GROUP DI INDONESIA: PEMBENTUKAN DAN PERILAKU DARI
KONGLOMERAT TERBESAR DI ASIA TENGGARA”
Galuh Tika Pratiwi; Indah Dwi Lestari; Muhammad Fathur Rahman; Muhammad Huzair
Nezar; Muhlish Alkafi
Politeknik Keuangan Negara STAN
Abstraksi
Salim Group adalah Badan Bisnis yang dipimpim oleh Liem Sioe Liong (Soedono Salim)
seorang kelahiran Cina. Mulainya kesuksesan dari Liem Sioe Liong dapat dilihat sekitar 1967 saat
pemerintahan Soeharto menjabat, Liem mendapatkan banyak keuntungan saat presiden Soeharto
mulai menjabat diantaranya PT Waringin yang dibentuk Liem pada tahun 1953 sebagai
perusahaan impor, mendapatkan izin khusus dari pemerintah pada tahun 1967 dan mulai
mengekspor kopi, karet, copra dan barang pokok lainnya. Pada tahun itu Kopi dan Karet
merupakan ekspor penting di Indonesia dan harga internasional untuk komoditas ini sedang
meningkat. Menggunakan keuntungan yang telah dikumpulkan pada akhir 1960-an tersebut, Liem
mengembangkan usahanya, berkonsentrasi pada usahanya sampai pertengahan tahun 1980-an
dalam pabrik Substitusi-Import.
Periode tahun 1968 sampai tahun 1974 merupakan saat masuknya Salim Grup ke ranah
Pabrik yang menandakan fase pertama formasi Salim Group sebagai Group Bisnis Langkah awal
yang dilakukan yaitu pada tahun 1968 dimana Liem mendirikan PT Tarumatex, sebuah perusahaan
Tekstil. Dilanjutkan tahun 1969 dengan PT Bogasari, sebuah perusahaan Penggilingan tepung.
Pada tahun 1957, Liem membangun Bank Central Asia (BCA). Namun, Bank BCA tidak
mengalami kenaikan saham atau berkembang secara signifikan. Dalam perkembangannya, BCA
baru memiliki satu kantor cabang dan tidak memiliki pelayanan penukaran mata uang asing. BCA
mendapat peringkat 23 dari 58 Bank Komersial Swasta pada tahun 1974. Untuk meraih kesuksesan
dalam dunia Perbankan Liem melakukan perombakan di Bank BCA dengan menunjuk Mochtar
Riady menjadi Presiden di BCA pada tahun 1975.
Tahun 1973, Salim Group masuk ranah bisnis semen, bisnis semen semakin bagus ketika
Liem mulai merambah sektor real estate. Seperti yang kita tahu, bisnis real estate pasti
membutuhkan maerial seperti semen. Liem mulai membangun bisnis real estate pada tahun 1970,
dan melakukan joint venture dengan perusahaan Ciputra (industri pelopor yang bergerak di bidang
konstruksi). Ketika industri semen dan perbankan telah menjad bisnis besar, Salim Group mulai
membuat usaha substansial di diversifikasi konglomerat yang berisi perusahaan-perusahaan
oligopoly.
Di dalam Salim Group terdapat dua perencanaan dalam menjalankan usahanya yang
diantaranya, Perencanaan pertama adalah Kepemilikan Bersama dan Manajemen Bersama yang
terdiri dari dua pola manajemen kepemilikan yaitu Kepemilikan Bersama dan Manajemen
Bersama antara keluarga Liem dan pengusaha lokal atau kelompok usaha lainnya sedangkan Pola
manajemen kepemilikan yang kedua adalah kepemilikan bersama dan manajemen bersama yang
disebut Liem Investor. Perencanaan yang kedua adalah Perencanaan Sentralisasi Manajemen
Kepemilikan, pola perencanaan manajemen kepemilikan yang kedua ini terbentuk karena anggota
Liem Investor mulai membentuk kelompok-kelompok bisnis mereka sendiri dan peresmian sistem
manajemen baru untuk sentralisasi kontrol atas seluruh Salim Group.
Salah satu strategi korporasi yang dipilih oleh Salim Group dalam menjalankan
Manajemen Strategik adalah strategi pertumbuhan. Dengan strategi pertumbuhan, sebuah
organisasi memperluas jumlah pasar yang dilayani atau produk yang ditawarkan, baik melalui
bisnis yang sudah ada saat ini maupun melalui bisnis baru. Melalui Strategi perumbuhan yang
diambil Salim Group. Salim Group melakukan integrasi vertikal, integrasi horizontal dan
diversifikasi.
PENDAHULUAN
Lebih dari seperempat abad yang lalu pemerintahan Soeharto memulai kebijakan industri
yang menyebabkan cepatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang. Perkembangan
ekonomi ini memberikan kenaikan yang signifikan bagi bisnis kelas atas yang bertahun-tahun
dikenal sebagai “Konglomerat”. Salah satunya adalah Salim Group, Salim Group adalah
Badan Bisnis yang dipimpim oleh Liem Sioe Liong (Soedono Salim) seorang kelahiran Cina.
Mulainya kesuksesan dari Liem Sioe Liong dapat dilihat sekitar 1967 saat pemerintahan
Soeharto menjabat, Liem mendapatkan banyak keuntungan saat presiden Soeharto mulai
menjabat diantaranya PT Waringin yang dibentuk Liem pada tahun 1953 sebagai perusahaan
impor, mendapatkan izin khusus dari pemerintah pada tahun 1967 dan mulai mengekspor kopi,
karet, copra dan barang pokok lainnya. Pada tahun itu Kopi dan Karet merupakan ekspor
penting di Indonesia dan harga internasional untuk komoditas ini sedang meningkat. Dikutip
dari pernyataan Presiden KPK, pada tahun 1967 PT Waringin, , menerima lisensi dari
pemerintah untuk melakukan ekspor kopi 5 kali lebih dari kuota formal yang dialokasikan
pemerintah kepada eksportir kopi. Dan pada tahun 1968 PT Mega (salah satu cabang
perusahaan milik Liem) bersama dengan PT Mercu Buana(Perusahan yang dimiliki adik tiri
Soeharto), ditetapkan oleh Dekrit Kementerian Perdagangan sebagai pengimport cengkeh
khusus, PT Waringin dan PT Mega juga diberikan kekuasaan untuk mengurus import dan
export komoditas penting, mereka memiliki lisensi ekspor diatas kuota yang dialokasikan
memiliki kekuatan untuk memonopoli import. Keutungan ini yang membuat mereka dapat
mengambil profit besar
Menggunakan keuntungan yang telah dikumpulkan pada akhir 1960-an, Liem
mengembangkan usahanya dan pada awal tahun 1980, Salim Group telah menjadi bisnis grup
terbesar di Indonesia. Modal yang dikumpulkan perusahaan selama 15 tahun mulai dari tahun
1970 meningkat dengan rata-rata 46 persen dan pada tahun 1985 telah mencapai Rp. 619,2
Milyar. 300 kali dari apa yang ada pada tahun 1970.
Pada awal tahun 1990, total penjualan dari Salim Group diperhitungan mencapai Rp. 20
Trilliun, Salim group mencakup paling sedikit 427 perusahaan afiliasi dan memperkerjakan
135.000 pegawai. Tahun 1992 penjualannya telah menyumbang 39 persen sebagai total
penjualan dari 10 perusahaan terbesar Indonesia membuat Salim Group sebagai
“Konglomerat” terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara, tepat dibelakang Republik Korea.
Alasan mengapa Salim Group memiliki keunggulan diantara perusahaan di Asia Tenggara
seperti Mitsui dan Mitsubishi adalah banyak pembedaan bisnis dan posisi monopolistik dan
oligopolistik yang dipegangnya dalam banyak bisnis.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pekembangan dari bisnis
Salim Group, ProsesPembuatan Keputusan, Manajemen Statejik atau yang saat ini sering disebut
sebagai Model Bisnis , Rencana Perusahaan baik Strategik maupun Operasional, Identifikasi
Tujuan, Strategi Organisasi, Implementasi Strategi, dan Evaluasi Strategi pada Salim Group.
Metode penulisan
Paper ini ditulis dengan metode penulisan metode pustaka yaitu metode yang dilakukan
dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik
berupa buku maupun informasi di internet dan digabungkan dengan metode diskusi kelompok
Dalam revolusi Grup Salim, Dapat terlihat bahwasanya Salim Group melakukan
Diversifikasi pada perusahaanya, tonggak awal mulainya kesuksesan dari Liem Sioe Liong dapat
dilihat sekitar 1967 saat pemerintahan Soeharto menjabat, Liem mendapatkan banyak keuntungan
saat presiden Soeharto mulai menjabat diantaranya PT Waringin yang dibentuk Liem pada tahun
1953 sebagai perusahaan impor, mendapatkan izin khusus dari pemerintah pada tahun 1967 dan
mulai mengekspor kopi, karet, copra dan barang pokok lainnya. Pada tahun itu Kopi dan Karet
merupakan ekspor penting di Indonesia dan harga internasional untuk komoditas ini sedang
meningkat. Dikutip dari pernyataan Presiden KPK, pada tahun 1967 PT Waringin, , menerima
lisensi dari pemerintah untuk melakukan ekspor kopi 5 kali lebih dari kuota formal yang
dialokasikan pemerintah kepada eksportir kopi. Dan pada tahun 1968 PT Mega (salah satu cabang
perusahaan milik Liem) bersama dengan PT Mercu Buana(Perusahan yang dimiliki adik tiri
Soeharto), ditetapkan oleh Dekrit Kementerian Perdagangan sebagai pengimport cengkeh khusus,
PT Waringin dan PT Mega juga diberikan kekuasaan untuk mengurus import dan export komoditas
penting, mereka memiliki lisensi ekspor diatas kuota yang dialokasikan memiliki kekuatan untuk
memonopoli import. Keutungan ini yang membuat mereka dapat mengambil profit besar.
Menggunakan keuntungan yang telah dikumpulkan pada akhir 1960-an tersebut , Liem
mengembangkan usahanya, berkonsentrasi pada usahanya sampai pertengahan tahun 1980-an
dalam pabrik Substitusi-Import.
Berikut beberapa tahapan Pengambilan Keputusan yang berpengaruh dalam
Pengembangan dari Salim Group :
1. Masuknya Salim Group ke Ranah Pabrik
Periode tahun 1968 sampai tahun 1974 merupakan saat masuknya Salim Grup ke ranah
Pabrik yang menandakan fase pertama formasi Salim Group sebagai Group Bisnis. Liem merubah
fokus perusahaannya dari perdagangan dan perbankan menjadi Manufaktur/Pabrik. Langkah awal
yang dilakukan yaitu pada tahun 1968 dimana Liem mendirikan PT Tarumatex, sebuah perusahaan
Tekstil. Dilanjutkan tahun 1969 dengan PT Bogasari, sebuah perusahaan Penggilingan tepung.
Dan pada tahun 1969, Liem membagi usahanya menjadi 4 sektor yakni Tekstil, Tepung,
Perdagangan dan Keuangan. Perusahaan Tekstil dan Penggilingan tepung Liem mendapat
dukungan langsung dari pemerintah, PT Bogasari mendapat hak penggilingan bagian barat
Indonesia termasuk Jawa dan Sumatra yang memiliki kurang lebih 80 persen permintaan domestik
tepung gandum. Dan pada awal 1970-an, Salim Group mulai masuk ke ranah pembuatan otomotif,
kehutanan, real esatet dan keuangan. Lalu pertengahan 1970-an mulai terlihat tanda-tanda
deversifikasi perusahaannya.
2. Setting Up Banking
Salim Group adalah grup bisnis yang bergerak dalam banyak sektor. Mulai dari sektor
ekspor-impor, tekstil, pangan, hingga real estate. Tahun 1975 hingga 1980, Salim membuat banyak
terobosan untuk mengembangkan bisnisnya. Pada saat itu, perkembangan minyak di Indonesia
berkembang pesat. Hal itu diprediksi akan berpengaruh dengan industri semen dan perbankan.
Maka Salim mulai merambah bisnis perbankan dan semen. Tahun 1978, industri perbankan Salim
Group menjadi bank swasta komersial nomer 1 di Indonesia. Untuk bisnis semen sendiri,
perusahaan ini dinilai memiliki kapasitas produksi semen paling baik di Indonesia.
Pada tahun 1957, Liem membangun Bank Central Asia (BCA). Namun, Bank BCA tidak
mengalami kenaikan saham atau berkembang secara signifikan. Dalam perkembangannya, BCA
baru memiliki satu kantor cabang dan tidak memiliki pelayanan penukaran mata uang asing. BCA
mendapat peringkat 23 dari 58 Bank Komersial Swasta pada tahun 1974.
Dilakukan perombakan di Bank BCA dengan menunjuk Mochtar Riady menjadi Presiden
di BCA pada tahun 1975. Menjadi Presiden BCA membuat Mochtar mendapat 17,5% saham
perusahaan perbankan tersebut. BCA dipercayakan Liem kepada Mochtar selama 15 tahun ke
depan.
Mochtar langsung membuat terobosan-terobosan dengan mengusung BCA Perform, yang
memiliki poin:
a. Menerbitkan saham senilai Rp. 2,5 miliar, yang dulunya hanya menerbitkan Rp. 2,5 juta
b. Membuka 16 kantor cabang pada akhir tahun 1976
c. Alientele Solication dan Cultivation
d. Memberi pinjam dengan bunga lebih rendah dari bank lain
e. Menjadi bank pertukaran uang asing
f. Menerbitkan saham senilai Rp. 2,5 miliar, yang dulunya hanya menerbitkan Rp. 2,5 juta
g. Membuka 16 kantor cabang pada akhir tahun 1976
h. Alientele Solication dan Cultivation
i. Memberi pinjam dengan bunga lebih rendah dari bank lain
j. Menjadi bank pertukaran uang asing
Sebelum membuat keputusan, pasti Mochtar mempertimbangkan banyak hal. Keputusan yang
dibuat haruslah dengan pertimbangan yang matang. Pembuatan keputusan yang diambil Mochtar
sesuai dengan pembuatan keputusan dengan mengandalkan peranan intuisi. Pembuatan keputusan
intuitif adalah pembuatan keputusan yang didasarkan pada pengalaman, perasaan, dan akumulasi
pertimbangan (Robbins and Coulter, —). Mengingat Mochtar sebelumnya menjadi Wakil Presiden
di BCA dan pernah membawahi Bank Panin, Mochtar memiliki pengalaman, perasaan, dan
akumulasi pertimbangan yang baik.
Sekilas, menerbitkan saham sebesar Rp. 2,5 milliar adalah keputusan yang berani, karena
semula Bank BCA hanya menerbitkan saham sebesar Rp. 2,5 juta. Namun, keputusan dari Mochtar
ini cukup tepat. Perusahaan lain dari Salim Group menyediakan sumber financial dari keuntungan
yang didapat sehingga meningkatkan saham. Anak Soeharto menjabat sebagai Komisaris di Bank
BCA dan hal tersebut menyebabkan pemerintah ikut andil dalam peningkatan saham BCA.
Keputusan yang diambil juga dengan mempertimbangkan perusahaan lain yang berada di
bawah naungan Salim Group. Contoh nyatanya, dalam memproduksi semen, perusahaan semen
meminta pihak distributor untuk membayar secara langsung stau dengan transfer lewat Bank BCA.
Peran penting kepemimpinan sangat berperan penting dalam pengembangan Bank BCA, juga
kualitas pelayanan bank di Indonesia.
3. Perluasan Bisnis Semen
Tahun 1973, Salim Group masuk ranah bisnis semen. Liem melihat peluang yang bagus
dalam bisnis semen yang menjadi bahan dasar material konstruksi. Namun, bisnis ini tentunya
membutuhkan banyak modal. Pertengahan 1980, bisnis semen menjadi bisnis yang menerima
investasi terbesar dalam kerajaan bisnis yang berada di bawah naungan Salim Grup.
Perkiraan Liem tepat, bisnis semen memang membawa keuntungan yang besar. Bisnis
semen menguasai pasar dengan cepat. Selama 8 tahun sejak melakukan produksi pertama tahun
1975, industri ini menjadi produsen domestik paling besar di Indonesia. Keputusan yang diambil
ini juga menggunakan peranan instuisi. Liem memiliki akumulasi pertimbangan bahwa industri
semen merupakan peluang yang bagus dalam berbisnis pada saat itu. Liem membuat inovasi
dengan merintis produksi semen secara swasta.
Selain mempeluas bisnis semennya, Liem juga mulai merambah bisnis real estate. Bisnis
real estate cukup berpengaruh besar terhadap permintaan semen. Strategi ini sangat bagus, karena
Liem dapat memperoleh dua keuntungan. Yaitu keuntungan dari bisnis real estate, juga
keuntungan dari produksi semen.
Bisnis semen semakin bagus ketika Liem mulai merambah sektor real estate. Seperti yang
kita tahu, bisnis real estate pasti membutuhkan maerial seperti semen. Liem mulai membangun
bisnis real estate pada tahun 1970, dan melakukan joint venture dengan perusahaan Ciputra
(industri pelopor yang bergerak di bidang konstruksi). Satu tahun setelah bisnis semen beroperasi,
tepatnya pada tahun 1976, Liem mulai serius berinvestasi di bidang real estate. Liem berinvestasi
dalam pembuatan rumah di Jakarta bagian selatan. Pembangunan tempat golf, dan konstruksi
bangunan kantor. Liem berinvestasi dalam bidang real estate hingga awal tahun 1980.
4. Diversifikasi Konglomerat
Salim Group mulai merambah sektor-sektor yang beragam. Di mana tidak ada hubungan
antara satu industri dengan industri lainnya. Itu merupakan strategi yang bagus karena industri satu
usaha tidak mempengaruhi usaha yang lain. Jika salah satu bangkrut, masih ada usaha yang lain
yang bisa dikembangkan. Ketika industri semen dan perbankan telah menjadi bisnis besar, Salim
Group mulai membuat usaha substansial di diversifikasi konglomerat yang berisi perusahaan-
perusahaan oligopoly.
Modal untuk industri semen masih besar, dan mencapai puncaknya pada saat itu. Modal
besar mulai dilebarkan untuk industri seperti besi, mobil, kimia, makanan, dan industri
perkebunan.
Keadaan ekonomi pada proses diversifikasi ini mengalami perubahan. Dari melimpahnya
produksi minyak menjadi regresi produksi minyak. Regresi merupakan keadaan di mana jumlah
output menurun dan harga mengalami kenaikan. Resesi ini mempengaruhi beberapa industri di
Salim Grup. Bisnis semen dan bisnis tepung mengalami penurunan produksi. Bisnis tersebut
mengalami kemerosotan, bagaimanapun diperlukan mengatasi kesulitan tersebut dengan
berpindah ke bisnis lain. Resesi yang terjadi memberi peluang kepada Salim Grup untuk
membangun diversifikasi. Modal diperlukan untuk melakukan perluasan diversifikasi, yaitu
dengan cara meminjam kepada bank komersial. Memberi jaminan jika risiko akan berkurang
karena resesi yang terjadi. Banyak anggota grup perusahaan mendapat pangsa pasar yang besar
lewat industri yang baru mereka masuki.
Inovasi dan keahlian membaca peluang adalah hal yang sangat penting dalam
mempertahankan perusahaan. Jika satu sektor gagal, maka kita bisa merambah sektor yang lain
dan terus memperbaiki kerusakan yang ada. Diperlukan juga banyak pertimbangan supaya kita
bisa memprediksi dan mengurangi dampak negatif yang diakibatkan. Hal tersebut akan
memaksimalkan keuntungan yang di dapat oleh perusahaan.
PERENCANAAN DALAM SALIM GROUP
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya,
baik perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru, program penjualan produk
baru, maupun perencaan anggarannya. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi
organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu,
perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses-
proses perencanaan. Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan ekternal yang berubah dinamis. Salah satu maksud dibuat
perencanaan adalah melihat program-program yang akan dijalankan untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan organisasi di waktu yang akan datang. Perencanaan
organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya
bereaksi terhadap lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
1) Rasio saham yang dimiliki oleh Liem dan Djuhar Sutanto tergolong tinggi sedangkan
anggota lain semuanya rendah
2) Dua orang pribumi merupakan anggota paling penting dalam dewan direksi, terutama
Sudwikatmoko yang merupakan direktur utama dan kepala dewan direksi
3) Putra ketiga Liem dan Djuhar Sunarto bersama dengan 2 pribumi menduduki kursi
Direksi
4) Liem adalah Presiden Komisaris yang merupakan pimpinan dewan pengawas dan
bekerja dengan dua anggota muda (Djuhar Sutanto putra tertua Liem dan adik sepupu)
Liem menaruh para pribumi menjadi kepala perusahaan untuk memfasilitasi masuknya
Liem grup untuk merintis bisnis istimewa, maka dari itu Liem menggunakan Sudwikatmono
yang bisa mendapatkan dan mewakili kekuasaan dan otoritas Soeharto
Dalam kedua pola, dewan direksi di masing-masing perusahaan dipercayakan kepada mitra
yang bertanggung jawab untuk kinerja bisnis, sementara Liem memegang urusan bisnis secara
keseluruhan melalui posisinya sebagai pimpinan dewan pengawas masing-masing perusahaan.
Sebagai kelompok bergerak cepat ke suksesi industri yang berbeda dan berusaha untuk
mendominasi pasar di industri ini,bergabung dengan mitra bisnis yang tepat jauh lebih efisien
daripada hanya mengandalkan keluarga dan anggota keluarga,, Liem bekerja mitra dengan
wajah pribumi untuk memperlancar jalan bisnisnya
2. Yang kedua adalah peresmian sistem manajemen baru untuk sentralisasi kontrol atas
seluruh Salim Group. Di bawah sistem ini dibentuk kelompok baru yaitu Kelompok
Dewan Direksi Salim yang memperoleh kontrol atas semua usaha kelompok dalam dan
di luar Indonesia. Para anggota dewan adalah: Soedono Salim (Liem), ketua Grup
Salim; Andree Halim, wakil ketua Grup Salim (putra kedua Liem yang nama Cinanya
Liem Sien Tjiong); Anthony Salim, Presiden dan CEO dari Grup Salim (putra ketiga
Liem yang nama Cinanya Liem Fung Seng); ditambah sejumlah direktur non-keluarga
lainnya. Dalam sistem Dewan Direksi ini terdapat 11 Divisi yang dikuasai, setiap divisi
tersebut memiliki “komite pengarah divisi” untuk menentukan kebijakan dasar dan
“komite manajemen divisi” untuk mengawasi operasi sehari-hari. Sebuah divisi terdiri
dari sejumlah “subdivisi” di mana terbentuk dari beberapa perusahaan yang merupakan
unit produksi. Dengan demikian sistem manajemen baru untuk pertama kalinya telah
diselenggarakan Grup Salim, menjadi berbentuk piramida pengambilan keputusan
hirarki dengan Grup Salim Direksi, terdiri dari Liem, anak-anaknya dan manajer
profesional,kelompok ini menguasai 400 lebih perusahaan yang berada dalam
kekuasaan Liem.
2) Divisi Otomotif
Subdivisi : Otomotif
4) Divisi Kimia
Subdivisi : Petrokimia (Afiliasi dengan Negara Filipina),Oleochemicals (Afiliasi
dengan Negara Singapura, Australia, dan Jerman), Agrokimia, Perdagangan bahan
kimia, dan lain-lain
5) Divisi Sistem komputer dan komunikasi
Subdivisi : Komputer (Afiliasi dengan Negara Australia), Komunikasi (Afiliasi
dengan Negara Hong Kong)
11) Divisi Industri properti & real estate, kawasan industri dan rekreasi
Subdivisi : Industri properti & real estate, kawasan industri dan rekreasi (Afiliasi
dengan Negara Hong Kong, Filipina , Thailand, Singapore dan Vietnam)
Dalam revolusi Grup Salim, dapat terlihat bahwasanya Salim Group melakukan
diversifikasi pada perusahaanya, tonggak awal mulainya kesuksesan dari Liem Sioe Liong dapat
dilihat sekitar 1967 saat pemerintahan Soeharto menjabat, Liem mendapatkan banyak keuntungan
saat presiden Soeharto mulai menjabat diantaranya PT Waringin yang dibentuk Liem pada tahun
1953 sebagai perusahaan impor, mendapatkan izin khusus dari pemerintah pada tahun 1967 dan
mulai mengekspor kopi, karet, copra dan barang pokok lainnya. Pada tahun itu Kopi dan Karet
merupakan ekspor penting di Indonesia dan harga internasional untuk komoditas ini sedang
meningkat.
Periode tahun 1968 sampai tahun 1974 merupakan saat masuknya Salim Grup ke ranah
Pabrik yang menandakan fase pertama formasi Salim Group sebagai Group Bisnis. Liem merubah
fokus perusahaannya dari perdagangan dan perbankan menjadi Manufaktur/Pabrik. Salim Group
adalah grup bisnis yang bergerak dalam banyak sektor. Mulai dari sektor ekspor-impor, tekstil,
pangan, hingga real estate. Tahun 1975 hingga 1980, Salim membuat banyak terobosan untuk
mengembangkan bisnisnya. Pada saat itu, perkembangan minyak di Indonesia berkembang pesat.
Hal itu diprediksi akan berpengaruh dengan industri semen dan perbankan. Maka Salim mulai
merambah bisnis perbankan dan semen. Tahun 1978, industri perbankan Salim Group menjadi
bank swasta komersial nomer 1 di Indonesia. Untuk bisnis semen sendiri, perusahaan ini dinilai
memiliki kapasitas produksi semen paling baik di Indonesia.
Ketika industri semen dan perbankan telah menjadi bisnis besar, Salim Group mulai
membuat usaha substansial di diversifikasi konglomerat yang berisi perusahaan-perusahaan
oligopoly. Modal besar mulai dilebarkan untuk industri seperti besi, mobil, kimia, makanan, dan
industri perkebunan.
Sebagai suatu organisasi yang memiliki arah dan tujuan, Salim Group tentunya memiliki suatu
perencanaan dan strategi. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk
memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus
menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan proses-proses
perencanaan.
Di dalam Salim Group terdapat beberapa perencanaan dalam menjalankan usahanya yang
diantaranya melalui kepemilikan bersama dan manajemen bersama dengan mitra bisnis.
Sebagaimana Salim Group berkembang, fitur penting dari struktur kepemilikan-manajemen adalah
kepemilikan bersama dan pengelolaan bersama dengan mitra bisnis. Pola pertama adalah
Kepemilikan Bersama dan Manajemen Bersama antara keluarga Liem dan pengusaha lokal atau
kelompok usaha lainnya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas manajemen Salim Group sebagai
berikut: (1) Usaha patungan yang dibentuk dengan kelompok / pengusaha terkemuka dari masing-
masing industri. (2) Penyertaan modal Salim Group di perusahaan yang sudah ada. Pola
manajemen kepemilikan yang kedua adalah kepemilikan bersama dan manajemen bersama yang
disebut Liem Investor.
Di dalam bagian perencanaan Salim Group juga terdapat sentralisasi manajemen
kepemilikan. Perubahan ini disebabkan oleh dua hal berikut: (1) anggota Liem Investor mulai
membentuk kelompok-kelompok bisnis mereka sendiri. (2) peresmian sistem manajemen baru
untuk sentralisasi kontrol atas seluruh Salim Group.
Pada perihal manajemen stratejik, salah satu pilihan strategi korporasi yang dipilih oleh
Salim Group adalah strategi pertumbuhan. Dengan strategi pertumbuhan, sebuah organisasi
memperluas jumlah pasar yang dilayani atau produk yang ditawarkan, baik melalui bisnis yang
sudah ada saat ini maupun melalui bisnis baru. Melalui strategi pertumbuhannya itu, sebuah
organisasi dapat meningkatkan pendapatan, jumlah karyawan, atau pangsa pasar. Organisasi
tumbuh dengan menggunakan konsentrasi, integrasi vertikal, integrasi horizontal, atau
diversifikasi. Bentuk strategi pertumbuhan Salim group adalah dengan pengejaran dominasi pasar
yaitu dengan mencoba mendapatkan pangsa pasar yang besar pada banyak jenis barang dan jasa.
SUMBER :
http://adieth12.blogspot.co.id/2012/04/pentingnya-perencanaan-sebagai-salah.html