Anda di halaman 1dari 9

USHUL ()

Masalah Ushul (pokok) adalah masalah yang


menyangkut Itikad (keyakinan) dalam urusan :
akidah, tauhid dan rukun iman yang enam. Dalil-dalil
dari Al-Quran maupun hadits yang menerangkan
hal ini semuanya adalah muhkam (tidak ada
kemungkinan penafsiran lain) dan sharih (jelas
petunjuk lafaznya) dan Qathi (pasti).
Seorang muslim dalam masalah ushul ini harus
benar Itikadnya (keyakinannya). Salah dalam Itikad
masalah ushul bisa menyebabkan seseorang
menjadi kafir keluar dari Islam. Jadi dalam masalah
ushul yang ada adalah iman atau kafir.
Contoh-contoh masalah ushul :
a. Tidak ada tuhan selain Allah.
b. Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.
c. Allah satu satunya tempat bergantung.
d. Tauhid Rububiyah (meyakini Allah satu satunya pencipta)
e. Tauhid Uluhiyah (meyakini Allah satu satunya yang disembah dan
diibadahi)
f. Tauhid Mulkiyah (meyakini Allah satu satunya yang mengatur, memelihara,
memberi rejeki seluruh makhluk-Nya).
g. Mengimani kebenaran dan kesucian Al-Quran.
h. Mengimani kebenaran Nabi Muhammad sebagai Rasul yang maksum.
i. Mengimani Malaikat-malaikat Allah
j. Mengimani adanya akhirat (alam kubur, mashar, shirot, surga-neraka)
k. Mengimani adanya takdir yang baik dan buruk.
l. Dan lain-lain.
Masalah ushul yaitu akidah ibarat akar
yang merupakan dasar bagi sebuah
pohon, Itikad-tauhid merupakan satu
batang lurus yang tidak bercabang-
cabang yang merupakan penopang.
Jadi tidak boleh ada variasi, perbedaan
pendapat dan ijtihad dalam masalah
ushul ini. Bila ada yang berani berbeda
pendapat, mengotak-atik masalah
ushul ini maka harus ditentang dan tidak
ada toleransi dalam hal ini.
FURU ()
Masalah Furu (cabang) adalah semua hal diluar masalah ushul, seperti rincian
praktek tata cara ibadah, muamalah, urusan duniawi, dsb. Begitu luasnya cakupan
Product
masalah furu ini yang berhubungan dan menyentuh B aktivitas
hampir seluruh
kehidupan seorang muslim. Dalam masalah furuiyah ini tidak semua dalil-dalil
hukumnya muhkam dan sharih, bahkan banyak yang masih mujmal, masih am
(umum), masih mutlaq tanpa penjelasan (bayan), masih musytarak (mengandung
lebih dari satu arti), petunjuk lafazh dan cakupan lafazhnya tidak sharih (tidak
jelas), memungkinkan timbul multi penafsiran dan sebagainya.
maka dalam masalah furuiyah ini sering terjadi ijtihad dalam meng istinabtkan
hukumnya. Dari sinilah sering terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama dan
muijtahid. Jadi dalam masalah furu yang ijtihadi ini hendaknya setiap muslim
bersifat saling ber toleransi yaitu mengikuti mana yang dianggap paling baik
diantara pendapat-pendapat yang ada, tidak memaksa orang lain mengikuti
pendapatnya dan membiarkan (tidak mencelah) orang lain yang tidak sependapat.
Dalam masalah furu yang ijtihadi ini yang ada adalah benar dan salah. Bila benar
dapat dua pahala, bila salah dapat satu pahala.
Contoh-contoh masalah Furu
a. Detail tata cara sholat
b. Fiqih Zakat
c. Fiqih Puasa
d. Fiqih Haji
e. Fiqih Jual-Beli
f. Fiqih Sewa-Menyewa
g. Fiqih muamalah
h. Urusan duniawiyah
i. Dan lain-lain.
Masalah furu itu ibarat ranting, dahan dan
cabang dalam sebuah pohon, yang tentunya
tidak harus satu (sebagaimana batang pohon
/ akidah) melainkan ada banyak ragam
cabang. Jadi dalam masalah furu boleh ada
ijtihad, boleh ada variasi, dan boleh ada
perbedaan pendapat.
B. MENENTUKAN USHUL DAN FURU
Cara menentukan suatu masalah masuk dalam USHUL atau FURU adalah dengan melihat Kekuatan Dalil
dari segi WURUD (Sanad Penyampaian) dan DILALAH (Fokus Penafsiran).
WURUD terbagi dua, yaitu :
1. Qothi : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya MUTAWATIR.
2. Zhonni : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya TIDAK MUTAWATIR.
Mutawatir ialah Sanad Penyampaian yang Perawinya berjumlah banyak di tiap tingkatan, sehingga
mustahil mereka berdusta.
DILALAH juga terbagi dua, yaitu :
1. Qothi : yakni Dalil yang hanya mengandung SATU PENAFSIRAN.
2. Zhonni : yakni Dalil yang mengandung MULTI PENAFSIRAN.
Karenanya, Al-Quran dari segi Wurud semua ayatnya Qothi, karena sampai kepada kita dengan jalan
MUTAWATIR. Sedang dari segi Dilalah maka ada ayat yang Qothi karena hanya satu penafsiran, dan ada
pula ayat yang Zhonni karena multi penafsiran.
Sementara As-Sunnah, dari segi Wurud, yang Mutawatir semuanya Qothi, sedang yang tidak Mutawatir
semuanya Zhonni. Ada pun dari segi Dilalah, maka ada yang Qothi karena satu pemahaman dan ada
pula yang Zhonni karena multi pemahaman.
Selanjutnya, untuk menentukan klasifikasi suatu persoalan, apa masuk Ushul
atau Furu, maka ketentuannya adalah :

1. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama
Qothi, maka ia pasti masalah USHUL.
2. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama
Zhonni, maka ia pasti masalah FURU.
3. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Qothi tapi Dilalahnya
Zhonni, maka ia pasti masalah FURU.
4. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Zhonni tapi Dilalahnya
Qothi, maka Ulama berbeda pendapat, sebagian mengkatagorikannya
sebagai USHUL, sebagian lainnya mengkatagorikannya sebagai FURU.

Dengan demikian, hanya pada klasifikasi pertama yang tidak boleh berbeda,
sedang klasifikasi kedua, ketiga dan keempat, maka perbedaan tidak
terhindarkan.
Courtesy of YouTube

Anda mungkin juga menyukai