Anda di halaman 1dari 9

 About Us

 Sitemap
 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer




 Home
 Hukum Islam
 Tasawuf
 TAUHID
 Fiqh
 TAUHID
 Tokoh
 Umum

Search...

Home » Tafsir » Tafsir Ayat Ahkam (I): Pengertian Dan Macam Ayat Ahkam
Tafsir Ayat Ahkam (I): Pengertian Dan
Macam Ayat Ahkam
Wednesday, November 9, 2016 Tafsir

TAFSIR AYAT AHKAM

A. Pengertian dan Macam Tafsir


1. Etimologi
Tafsir berasal dari isim masdar dari wajan (‫)تفعيل‬. Kata tafsir diambil dari bahasa arab
yaitu‫ يفسّر تفسيرا فسّر‬yang artinya menjelaskan. Pengertian inilah yang dimaksud di dalam lisan
al arab dengan ‫ ( كشف المغطلى‬membuka sesuatu yang tertutup ).
a. Pengertian tafsir secara bahasa ditulis oleh Ibnu Mahdzur ialah membuka dan menjelaskan
maksud yang sukar dari suatu lafaz.
b. Pengertian ini pulalah yang diistilahkan oleh para ulama tafsir dengan ‫( ايضاح و التبيين‬
menjelaskan dan menerangkan ).
c. Di dalam kamus bahasa indonesia kata “ tafsir” diartikan dengan keterangan atau penjelasan
tentang ayat-ayat Al-Qur’an
d. Ada juga beberapa makna lain dari tafsir secara etimologi yaitu:
a. Menampakan (‫)االظهار‬,
b. menyibak (‫ )الكشف‬dan
c. merinci (‫)التفصيل‬.

2. Terminologi
Pengertian tafsir menurut para ulama tafsir:
a. Imam al-Zarkasiy :
‫علم يعرف به كتاب هللا المنزل على نبيه محمد صلى هللا عليه وسلم و بيان معانيه و استخراج احكامه و حكمه‬
"Ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi, menjelaskan maknanya serta
mengeluarkan hukum atau hikmah darinya"
b. Imam al-Kilbi dalam kitab al-Tashil:
‫صه إو إشارته أو نجواه‬
ّ ‫شرح القران و بيان معناه و األفصاح بما يقتضيه بن‬
"Menguraikan al-Qur`an dan menguraikan maknanya, memperjelas makna tersebut sesuai
dengan tuntutan nash atau adanya isyarat yang mengarah ke arah penjelasan tersebut atau
dengan mengetahui rahasia terdalamnya."
c. Syekh Abd al-Azhim al-Zarqani dalam kitab “Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur`an”
‫علم يبحث عن القران الكريم من حيث داللته على مراد هللا تعالى بقدر الطاقة البشرية‬
"ilmu yang membahas tentang al-Qur`an dari segi dilalah-nya berdasarkan maksud yang
dikehendaki oleh Allah sebatas kemampuan manusia"

Berdasarkan pendapat ulama diatas sebagian ulama ada yang menyebutkan ilmu dan ada yang
tidak dalam definisi tafsir. Jalan tengah untuk merumuskan kembali definisi klasik tafsir ini
agaknya perlu dua rumusan yang berbeda paradigmanya.
1) Tafsir sebagai ilmu dengan definisi yang merumuskan aspek-aspek terkait seperti asbab al-
nuzul, makkiyah dan madaniyyah, muhkam dan mutasyabih, nasikh dan mansukh, 'am dan
khash, mutlaq dan muqayyad, mantuq dan mafhum, amtsal, kisah dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan persoalan instrumental.
2) Tafsir sebagai metode dengan definisi yang merumuskan aspek-aspek terkait seperti petunjuk-
petunjuk, hukum-hukum, perintah dan larangan, halal dan haram, janji dan ancaman, makna-
makna dan lain sebagainya yang berhubungan dengan produktifitas.
Kesimpulan dan titik perhatian dari definisi tafsir di atas adalah meliputi :
a. Pemahaman terhadap al-Qur`ân.
b. Menjelaskan makna ayat.
c. Mengeluarkan hukum-hukum.
d. Menggali hikmah-hikmah Titik fokus definisi ini adalah ilmu.

3. Macam Tafsir
a. Tafsir riwayat
Tafsir riwayat sering juga disebut dengan istilah tafsir naql atau tafsir ma'tsur. Cara
penafsiran jenis ini bisa dengan menafsirkan ayat al-Quran dengan ayat al-Quran lain yang
sesuai, maupun menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan nash dari as-Sunnah. Karena salah satu
fungsi as-Sunnah adalah menafsirkan al-Quran.
Contoh dari penafsiran ini iyalah:
QS Al-Maidah (5): 1:
‫يا أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بهيمة األنعام إال ما يتلى عليكم غير محلي الصيد وأنتم حرم إن هللا يحكم ما يريد‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-
hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
Penggalan ayat Illa Maa Yutlaa ‘alaikum dijelaskan oleh Allah dalam firman QS. Al-Maidah
(5): 3):
‫…حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير هللا به‬..
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) dan yang
disembelih atas nama selain Allah

b. Tafsir Dirayah
Tafsir dirayah disebut juga tafsir bi ra'yi. Tafsir dirayah adalah dengan cara ijtihad yang
didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, kaidah yang murni dan tepat.
Tafsir dirayah bukanlah menafsirkan al-Quran berdasarkan kata hati atau kehendak semata,
karena hal itu dilarang berdasarkan sabda Nabi:"Siapa saja yang berdusta atas namaku secara
sengaja niscaya ia harus bersedia menempatkan dirinya di neraka. Dan siapa saja yang
menafsirkn al-Quran dengan ra'yunya maka hedaknya ia bersedia menempatkan diri di
neraka." (HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas)
Ra'yu yang dimaksudkan oleh hadits di atas adalah hawa nafsu. Hadits-hadits di atas
melarang seseorang menafsirkan al-Quran tanpa ilmu atau sekehendak hatinya tanpa
mengetahui dasar-dasar bahasa dan syariat seperti nahwu, sharaf, balaghah, ushul fikih, dan
lain sebagainya. Dengan demikian, tafsir dirayah ialah tafsir yang sesuai dengan tujuan syara',
jauh dari kejahilan dan kesesatan, sejalan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta berpegang
pada uslub-uslubnya dalam memahami teks al-Quran.
Contoh penafsiran dengan ra’yu!!
‫س ِب ْيلا‬ َ َ‫َو َم ْن َكانَ ِف ْي َه ِد ِه أ َ ْع َمى فَ ُه َو ِفي االَ ِخ َر ِة أ َ ْع َمى َوأ‬
َ ‫ض ُّل‬
Artinya; "barangsipa yang buta (hati) di (dunia) ini, niscayaiaakanbuta pula di akhirat dan lebih
sesat jalannya". (QS. Al-Isra': 72).
Orang tidak paham akan berpendapat bahwa setiap orang yang buta akan mengalami
nasib celaka, rugi, dan masuk neraka. Padahal yang dimaksudkan buta disini bukanlah buta
mata, melainkan buta hati.

B. Ayat Ahkam
1. Pengertian Ayat Ahkam
a. Ayat
Ayat adalah Ayat Al-Qur’an. Menurut istilah ahli tafsir : “Ayat adalah beberapa jumlah, atau
susunan perkataan yang mempunyai permulaan dan penghabisan yang dihitung sebagai suatu
bagian dari surat “. Adapun kumpulan ayat dalam jumlah tertentu dan nama tertentu disebut
Surat.
Ahkam
Adapun Ahkam adalah jama’ dari hukum. Dengan demikian Ayat-Ayat Ahkam berarti Ayat-
Ayat yang bertalian dengan berbagai macam hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam
pembahasan Ayat-Ayat Ahkam, selalu menggunakan term Ayat Al-Qur’an, dan dapat
dikatakan tidak pernah menggunakan term Surat, karena Ayat sifatnya lebih fokus. Sekalipun
demikian dalam pembahasan hukum, dalam Ayat ini dibahas pula potongan-potongan ayat,
atau satuan kalimat (lafadz), atau bahkan satuan huruf dalam setiap kalimat yang terdapat
dalam sebuah Ayat.
Dalam Ilmu Tafsir , ada pembahasan khusus mengenai macam-macam lafadz dalam sebuah
Ayat. Pembahasan tersebut meliputi

a. Am dan Khash;
b. Muthlaq dan Muqayyad;
c. Mujmal, Musyki, dan Khofi;
d. Mufassar, Mubayyan dan Mufashshal ;
e. Muhkam dan Mutasyabbih;
f. Muawwal;
g. Dzahir dan Muhtamil;
h. Manthuq dan Mafhum;
i. Muraddif dan Musytaraq fih;
j. Hakikat dan Majaz
k. Kinayah.

2. Macam-Macam Ayat Ahkam


Dalam kedudukannya Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, Ayat-ayat Al-Qur’an terdiri
dari :
a. Hukum thaharah (kebersihan);
b. Hukum ibadah (shalat, zakat, puasa dan haji)
c. Hukum makanan dan penyembelihan
d. Hukum perkawinane. Hukum waris
e. Hukum perjanjian
f. Hukum pidana
g. Hukum perang dan
h. Hukum antar bangsa-bangsa
Dalam buku Sejarah dan Ilmu Tafsir, karangan Prof. Dr. TM. Hasbiy Ash-Shiddiqie ,
Ayat-Ayat hukum dalam Al-Qur’an dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1. Hukum-hukum ibadat
Hukum muamalat yaitu : segala hukum yang disyari’atkan untuk mengatur perhubungan
hamba dengan Tuhannya. Ibadat ini terbagi kepada tiga macam:
a. Ibadah badaniyah, seperti shalat dan shaum.
b. Ibadah maliyah, ijtimaiyah, yaitu zakat dan sedekah.
c. Ibadah ruhiyah, badaniyah, yaitu haji, jihad, dan nadzar.

2. Hukum-hukum muamalat
Hukum muamalat yaitu : segala hukum yang disyari’atkan untuk menyusun dan mengatur
perhubungan manusia satu sama lainnya, serta perikatan antara perseorangan dengan
perseorangan, perseorangan dengan masyarakat, atau perseorangan dengan negara.

Muamalat dibagi kepada:


a. Hukum-hukum ahwal syakhsyiyah, yaitu : hukum-hukum yang rapat perhubungannya dengan
pribadi manusia sendiri sejak lahir hingga matinya, yaitu kawin, cerai, iddah, hubungan
kekeluargaan, penyusuan, nafkah, wasiat dan pusaka.
b. Hukum-hukum muamalat madaniyah, yaitu hukum-hukum jual beli, sewa menyewa.
c. Hukum-hukum jinayah (pidana), yaitu : hukum-hukum yang disyari’atkan untuk memelihara
hidup manusia, kehormatan dan harta.
d. Hukum-hukum ini diterangkan secara terperinci dalam Al-Qur’an.
Perbuatan manusia yang diterangkan Al-Qur’an, ialah : pembunuhan dengan sengaja,
pembunuhan tidak disengaja, mencuri, merampok, zina, dan qadzaf.
e. Hukum-hukum internasional, umum dan khusus. Masuk ke dalamnya hukum-hukum yang
disyari’atkan untuk jihad, aturan-aturan perang, perhubungan antara ummat Islam dengan
ummat lain, hukum-hukum tawanan dan rampasan perang.
f. Hukum-hukum acara.
g. Hukum-hukum dustur, yaitu hukum-hukum yang diatur untuk menggariskan hubungan antara
rakyat dengan negara.
h. Hukum-hukum yang berpautan dengan kekeluargaan : kawin, cerai dan pusaka.
i. Urusan-urusan pidana, hukum membunuh, mencuri dan sebagainya.
j. Hukum-hukum internasional, yaitu : hukum-hukum perang, perhubungan negara dengan
negara dan rampasan-rampasan perang.
k. Hukum-hukum perdata : Jual beli, riba, gadai, sewa menyewa dan sebagainya.
3. Jumlah Ayat Ahkam
Jumlah ayat-ayat hukum dalam al-Quran relatif sedikit, bahkan tidak mencapai 1/10
dari keseluruhan Ayat Al-Qur’an. Ada beberapa pendapat ulama tentang jumlah ayat ahkam:
a. Diperkirakan jumlah ayat hukum lebih kurang 250 ayat, ada pula yang menyatakan 200 ayat
seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Amin,
b. Syekh Ibn al-Arabi dalam kitab “Ahkam al-Quran” : 400 ayat
c. Syekh Abdul Wahhab Khallaf, jumlahnya menyebutkan sekitar 228 ayat.
d. Bahkan jika pendapat Syeikh Thantawi Jawhari diikuti, ia mengatakan ayat hukum di dalam
Al-Qur’an lebih kurang 150 ayat.
e. Imam al-Ghazali beliau berpendapat sekitar 500 ayat
Dapat di simpulkan terlepas dari perbedaan jumlah ayat hukum, apakah 150 atau 400 ayat,
atau lebih dari itu, namun yang jelas ada semacam kesepakatan di kalangan pakar bahwa ayat
hukum tidak lebih dari 500 ayat.
Selanjutnya Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan bahwa Ayat-Ayat Al-Qur’an yang
berhubungan dengan masing-masing tersebut berjumlah :
a. Berhubungan dengan ibadah, sebanya 140 Ayat
b. Mengatur ahwal syakhsyiyah, sebanyak 70 Ayat.
c. Berhubungan dengan jinayah, sebanyak 30 Ayat.
d. Berhubungan dengan hukum-hukum perang dan damai, tugas pemerintahan, sebanyak 35
Ayat.
e. Berhubungan dengan hukum-hukum acara, sebanyak 13 Ayat.
f. Mengatur keuangan negara dan ekonomi, sebanyak 10 Ayat

Syekh Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan bahwa Ayat-Ayat Al-Qur’an yang berhubungan
dengan masing-masing tersebut berjumlah :
a. Berhubungan dengan ibadah, sebanyak 140 Ayat.
b. Mengatur ahwal syakhsyiyah, sebanyak 70 Ayat.
c. Berhubungan dengan jinayah, sebanyak 30 Ayat.
d. Berhubungan dengan perdata, sebanyak 70 Ayat.
e. Berhubungan dengan hubungan Islam dan bukan Islam, sebanyak 25 Ayat.
f. Berhubungan dengan hukum-hukum acara, sebanyak 13 Ayat.
g. Mengatur keuangan negara dan ekonomi, sebanyak 10 Ayat.
h. Mengenai hubungan kaya dan miskin, sebanyak 10 Ayat.

http://www.konsultasisyariah.in/2016/07/ayat-ayat-hukum-dalam-al-quran.html
AYAT – AYAT YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM

https://zulfa4wliya.wordpress.com/2007/12/02/ayat-ayat-hukum/

Agama di dunia ini banyak, dan setiap agama memiliki kitab sucinya masing-masing yang
menjadi acuan kehidupan bagi para pemeluknya. Ada banyak cara interaksi pemeluk agama
terhadap kitab sucinya, ada yang memahami berdasar tafsiran pemuka agama, ada memahami
dengan mempelajari bahasa asli kitab suci tersebut, ada yang menterjemahkan kitab suci
tersebut bahkan ada yang menganggap terjemahan kitab suci adalah kitab suci itu sendiri.

Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan dengan bahasa Arab, banyak
terjemahan al qur’an ke berbagai bahasa. Bahkan al Qur’an merupakan kitab suci yang
banyak memiliki tafsir baik secara kuantitas para penafsir maupun banyaknya jilid kitab-kitab
tafsir oleh seorang penafsir.

Para penafsir tersebut memberikan penafsiran terhadap al qur’an lewat berbagai pendekatan,
ada yang mengkhususkan terhadap masalah-masalah ayat-ayat hukum.

Berikut ini disajikan ayat – ayat yang berkaitan dengan masalah- masalah hukum dalam
Kitab Rawai ‘ul Bayan Tafsir Aat Ahkam Minal Qur’an karya syaeikh ali ash shabuni jilid 1

No Surat Ayat Topik


1 Al fatihah 1-7 Surat Al Fatihah
2 Al Baqarah 101-103 Sihir Menurut Syari’ah
3 Al Baqarah 106-108 Nasykh dalam Al Qur’an
4 AL Baqarah 142 – 145 Menghadap Ka’bah dalam Shalat
5 AL Baqarah 158 Sa’y antara Shafa dan Marwah
6. Al Baqarah 159 – 160 Menyembunyikan ilmu syari’at
7. Al Baqarah 172 -173 Mubahnya hal yang baik dan haramnya hal yang keji
8. AL BAqarah 178 – 179 Dalam Qishash ada kehidupan di dalamnya
9. AL Baqarah 183- 187 Kewajiban puasa bagi umat Islam
10. AL Baqarah 190 – 195 Disyari’atkannya perang dalam Islam
11. AL Baqarah 196 – 203 Menyempurnakan haji dan umrah
12. AL Baqarah 216 – 218 Perang di bulan-bulan yang dihormati
13. AL Baqarah 219 – 220 Diharamkannya judi dan khamr
14. AL Baqarah 221 Menikahi wanita musyrik
15. AL Baqarah 222 -223 Tidak menggauli wanita haid
16. AL Baqarah 224 – 225/226-227 Larangan banyak bersumpah
17. AL Baqarah 228 -231 Syari’at Islam tentang thalaq
18. AL Baqarah 233 Ketentuan tentang sepersusuan
19. AL Baqarah 234 Idah wanita yang ditinggal mati suami
20. AL Baqarah 235-237 Meminang wanita dan hak mahar
21. AL Baqarah 275 – 281 Kejahatan sosial riba yang membahayakan
22. Ali Imran 29 Larangan berpihak pada orang kafir
23. Ali Imran 96 -97 Kewajiban haji dalam Islam
24. An Nisa’ 1 – 4 Poligami dan Hikmahnya
25. AN Nisa’ 5 – 10 Perhatian Islam terhadap harta anak yatim
26. An Nisa’ 19 – 24 Mahram-mahram
27. An Nisa 34 – 36 Cekcok dalm keluarga dan solusinya
28. An Nisa’ 43. Larangan shalat ketika mabuk dan junub

29. An Nisa 92 – 94 Tindak krimanal pembunuhan dan sanksinya

30. An Nisa’ 101 – 107 Shalat Khauf


31. Al Maidah 1 – 4 Makanan yang halal dan yang haram
32. Al Maidah 5 -6 Ketentuan tentang wudlu dan tayammum
33. AL Maidah 33 – 40 Pidana pencurian dan perampokan
34. Al Maidah 89 – 92 Kafarat sumpah dan keharaman khamer, judi
35. Al Taubah 17 -18 Memakmurkan masjid
36. At Taubah 28 -29 Larangan masuk masjid bagi orang musyrik
37. Al Anfal 2 – 4 Ketentuan tentang rampasan perang
38. Al Anfal 15 – 18 Melarikan diri dari peperangan
39. Al Anfal 41 Ketentuan cara pembagian rampasan perang
40. Al Hajj 36 – 37 Mendekatkan diri kepada Allah dengan qurban

Juz yang kedua dari kitab tafsir tersebut memuat ayat ahkam sebagai berikut:

No Surat Ayat Topik


1 An Nur 1 – 3 Had (Ketentuan hukum tentang) Zina
2 An Nur 3 – 5 Menuduh Zina
3 An Nur 6 – 10 Li’an (suami istri saling menuduh zina)
4 An Nur 23 – 26 Mennyebarkan cerita dusta
5 An Nur 27 – 30 Etika berkunjung dan bertamu
6 An Nur 30 – 31 Hijab dan pandangan mata
7 An Nur 32 – 34 Anjuran menikah
8 An Nur 58 -59 Etika berkunjung pada waktu privasi
9 An Nur 61 Makan minum di rumah kerabat
10 Luqman 13 – 15 Berbakti kepada kedua orang tua
11 Al Ahzab 1 – 5 Anak angkat menurut Islam dan Jahiliyah
12 Al Ahzab 6 Kewarisan kerabat rahim
13. Al Ahzab 49 Cerai sebelum digauli
14. Al Ahzab 50 -52 Tentang Istri-istri Nabi Saw
15. Al Ahzab 52 – 53 Etika perjamuan/resepsi pernikahan
16. Al Ahzab 56 – 58 Shalawat terhadap Nabi saw
17. Al Ahzab 59 Hijab wanita muslimah
18. Saba’10 – 14 Hukum gambar dan patung
19. Shad 41 – 44 Hilah (melepaskan diri dari kesulitan hukum)
20. Muhammad 4 – 6 Perang dalam Islam
21. Muhammad 33 – 35 Meninggalkan amal kebaikan setelah dimulai
22. Al Hujurat 6 -10 Cheking kebenaran berita
23. Al Waqi’ah 75 – 87 Ketentuan memegang mushaf al Qur’an
24. Al Mujadilah 1 – 4 Dhihar dan kafaratnya
25. Al Mujadilah 11 – 13 Mengadukan sesuatu kepada Rasulullah saw
26. AL Mumtahanah 10 – 13 Menikah dengan orang Islam atau musyrik
27. Al Jumu’ah 9 – 11 Ketentuan shalat jum’at
28. Ath Thalaq 1 – 3 Ketentuan perceraian
29 . Ath Thalaq 4 – 7 Ketentuan tentang masa iddah
30 . AL Muzammil 1 – 10 : Ketentuan membaca al Qur’an

Demikian tabel ayat-ayat ahkam dalam kitab tersebut, perlu di catat, topik tersebut hanyalah
secara umum, tetapi secara lebih detail tentu saja kandungan ayat-ayat tersebut lebih luas dari
topik yang disajikan. Wallhu a’lam bish shawwab.

Anda mungkin juga menyukai