Akhlak Tasawuf
Akhlak Tasawuf
com/2015/11/makalah-
tentang-sumber-ajaran-islam.html
DAFTAR ISI
Halaman Judul
………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi
……………………………………………………………………………………….. iii
1. Latar Belakang
……………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah
…………………………………………………………………. 1
3. Tujuan Penulisan
…………………………………………………………………… 2
1. Pengertian
…………………………………………………………………………….. 3
2. Ilmu Akhlak ……………………………………………………………………..3
3. Tasawuf ………………………………………………………………………….. 5
4. Ruang Lingkup Ilmu Akhlak
………………………………………………….. 5
5. Sumber Ajaran Tasawuf
………………………………………………………… 7
6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf …………………………. 7
7. Manfaat Mempelajari Akhlak Tasawuf …………………………………….
8
1. Kesimpulan
………………………………………………………………………….. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN
1. Ilmu Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yakni isim mashdar dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan/ akhlaqan yang berarti kelakuan, tabi’at, dan watak dasar.
Kata akhlaq ( )أخالقitu sendiri berasal dari bentuk jama’ sedangkan mufradnya adalah
khuluq ( )خالقberarti budi pekerti. Kata akhlak itupun banyak ditemukan dalam ayat-
ayat Al Qur’an maupun al-Hadits seperti :
Artinya : (Agama kami) tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu. (QS. As-
Syu’ara : 137)
Artinya : Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang
sempurna budi pekertinya. (HR. At-Tirmidzi)
Sementara itu, akhlak menurut istilah ada beberapa ahli yang berpendapat
mengenai ini diantaranya sebagai berikut :
1. Ibnu Maskawih (w. 421 H/1030 M) adalah seorang yang ahli dibidang akhlak
terkemuka dan terdahulu mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 1
Ibn Miskawih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: al- Mathba’ah al-
Mishriyah, 1934), cet. I, hlm.40
3. Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasith mengatakan bahwa akhlak yaitu sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau
buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.3
1. Dari kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak diartikan sifat-sifat manusia
yang terdidik.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai arti kata Akhlak menurut
istilah memiliki beberapa kemiripan dan saling melengkapi satu sama lainnya sehingga
dapat diklasifikasi lagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Berdasarkan inti yang tertanam dari dalam diri yakni hati seseorang, seperti
kesamaan pendapat dari Ibnu Maskawih dan Imam al-Ghazali serta Ibrahim Anis.
Karena menurut mereka, akhlak itu timbul dari dalam hati seseorang sendiri tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang lebih dalam sebelum berprilaku.
b. Berdasarkan arti akhlak yang berupa perbuatan seseorang, seperti kesamaan yang
disebutkan oleh Imam al-Ghazali dengan Ibrahim Anis. Karena mereka berdua sama-
sama menitikberatkan kepada perbuatan, entah itu baik maupun buruk. Karena
Akhlak ibarat sebuah produk yang menghasilkan barang atau jasa seperti macam-
macam perbuatan manusia.
2 Imam al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t.), hlm.56.
3 Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972), hlm. 202.
Setelah berdasarkan pengertian akhlak secara bahasa dan istilah menurut beberapa
ahli, penulis menyimpulkan sendiri pengertian akhlak ialah suatu hal yang sudah
tertanam di dalam hati setiap insan tanpa harus dipikirkan dan direncanakan terlebih
dahulu dalam melakukan perbuatannya, entah itu perbuatan baik maupun buruk.
Sekarang tergantung kita mau mengikuti hawa nafsu belaka atau mengikuti perbuatan
sesuai aturan agama Islam.
2. Tasawuf
Pertama, dari kata Shuf artinya bulu domba. Dulu orang-orang sufi (pakar tasawuf)
biasanya memakai pakaian dari bulu domba yang kasar sebagai lambang
kesederhanaan dan kesucian. Kedua, dari Ahl Al-Suffah berarti orang-orang yang ikut
hijrah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah dan meninggalkan harta, rumah, dan
tidak membawa apa-apa. Karenanya mereka tinggal di serambi masjid dengan tidur
diatas batu dengan memakai pelana dan pelana itupun disebut Suffah. Ketiga, dari
kata Shafi atau Sufi yang berarti suci. Orang-orang ahli tasawuf adalah orang-orang
yang mensucikan dirinya dari hal-hal yang berbau keduniawian. Keempat, dari kata
Sophia atau Sophos yang berasal dari bahasa Yunani, berarti hikmat atau hikmah atau
filsafat. Kelima, dari Saf berarti barisan. Karena pada saat itu orang-orang sufi sering
melaksanakan shalat di barisan pertama karena ingin mendapatkan kemuliaan yang
lebih utama.
Sedangkan menurut istilah, ada beberapa pakar ahli tasawuf yang mengutarakan
pendapatnya mengenai ini seperti :
1. Ma’ruf al-Kurhi, tasawuf ialah berpegang pada apa yang hakiki dan menjauhi
sifat tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia.
2. Ahmad al-Jariri, tasawuf adalah masuk kedalam setiap akhlak yang tinggi
(mulia) dan keluar dari setiap akhlak yang rendah (tercela).
3. Dzu al-Nun al-Mishri bahwa tasawuf adalah usaha mengalahkan segala-galanya
untuk memilih Allah, sehingga Allah pun akan memilih seorang shufi dan
mengalahkan segala sesuatu.
4. Abu Yazid al-Bustami, tasawuf sama dengan sifat al-Haqqi.
dikelompokkan menjadi beberapa kesamaan dan juga perbedaan alasan pendapat para
ahli seperti :
Pendapat Abu Yazid al-Bustami sangat berbeda dari pendapat-pendapat para ahli
yang lainnya karena Beliau mendefinisikan tasawuf dengan sifat Allah. Karena
menurutnya, orang sufi atau yang telah sangat dekat dengan Allah maka sifat Allah
akan dikenakan oleh hamba-Nya.
adalah sarana untuk memperbaiki akhlak manusia agar jiwanya menjadi suci,
sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.
Adapun menurut penulis, yang dimaksud dengan tasawuf adalah suatu kajian
ilmu Islam yang membahas mengenai cara mendekatkan diri kepada Allah dengan
sebenarnya-benarnya (kaffah) dan juga untuk memperbaiki dan memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama Islam yang sesuai aturan Allah.
Dalam sumber ajaran Islam, Al Qur’an dan Hadits juga terdapat ajaran
yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan
manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam mistisisme ternyata ada didalam Al
Qur’an dan Hadits, seperti dalam QS. Al Baqarah : 186 berbunyi :
dekat. Aku mengabulkan seruan orang memanggil jika ia panggil Aku.
bahwa Al Qur’an dan Hadits mementingkan akhlak. Masalah yang menonjol dalam
tasawuf adalah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam
Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al Qur’an dikaitkan
dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya, yakni orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Dapat dikatakan
bahwa sebelum kita bertasawuf kepada Allah (benar-benar mendekatkan diri kepada
Allah) kita diharuskan untuk merubah dan memperbaiki akhlak (perbuatan) kita
terlebih dahulu agar kita bisa benar-benar melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
1. Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat menghindari kajian akhlak yang
hanya berada pada tataran pemikiran dan wacana yang tentu akan jauh untuk
dapat memberikan kesan tersendiri pada mahasiswa terutama untuk memiliki
akhlak mulia.
2. Dengan mengkaji akhlak tasawuf berguna untuk membatasi kajian salah satu
aspek dalam dunia tasawuf yakni tasawuf akhlaki, yang berarti menitikberatkan
pada akhlaki saja, bukan kepada tasawuf falsafi maupun amali.
3. Dan yang terpenting dari mempelajari akhlak tasawuf adalah cara
membersihkan diri dari sifat tercela, menghiasi diri dengan akhlak mulia dan
cara mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan sebaik-
baiknya.
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Jadi, dapat ditarik benang merah yakni pengertian Akhlak Tasawuf ialah salah satu
disiplin ilmu yang terdapat dalam ajaran agama Islam yang mempelajari tata cara
berprilaku yang baik dan mulia serta tentunya sesuai aturan Islam sehingga kita bisa
mendekatkan diri kita kepada Allah dengan sepenuhnya dan memiliki rasa tenang saat
berada di dekat-Nya. Akhlak Tasawuf memiliki kaitan yang sangat erat dalam
kehidupan sehari-hari yakni untuk mencapai akhlak yang mulia diperlukan proses-
proses yang biasanya dilakukan oleh pengamal tasawuf. Begitupun sebaliknya, belum
dikatakan bertasawuf dengan benar apabila pencapaian akhlak yang mulia belum
terpenuhi. Didalamnya juga terdapat ruang lingkup akhlak, sumber kajian tasawuf,
dan manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA