Anda di halaman 1dari 13

EPISTEMOLOGI ILMU IRFANI

DALAM STUDI ISLAM


Makalah Mata Kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen:
Ibi Satibi, S.H.I., M.Si

Disusun Oleh :
Reni Puji Astuti (17108020108)
Reni Rahmawati (17108020133)
Fawaidul Umam (17108020134)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Epistemologi Ilmu Irfani
dalam Studi Islam”
Tak lupa shalawat serta salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Studi Islam prodi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga yang diampu oleh Bapak Ibi Satibi, S.H.I.,M.Si
Kami sangat menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak
lain yang membutuhkan makalah ini sebagai referensi pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi Irfani
B. Sumber Asal Irfani
C. Tahapan Epistemologi Irfani
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Secara etimologis, Epistemologi merupakan bentukan dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu Episteme yang berarti pengetahuan dan Logos yang juga berarti
teori. Maka berdasarkan bahasa epistemologi berarti teori pengetahuan. Menurut
pemakaian umum, epistemologi dapat diartikan atau didefinisikan sebagai
mempelajari asal usul, atau sumber atau struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa Epistemologi membicarakan sumber ilmu
pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, epistemologis ini menempati posisi yang sangat strategis,
karena ia membicarakan tentang cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Mengetahui cara yang benar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan berkaitan erat
dengan hasil yang ingin dicapai yaitu berupa ilmu pengetahuan. Islam dalam kajian
pemikirannya menggunakan beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan teori
pengetahuan (epistemologi). Setidaknya ada tiga model sistem berpikir dalam Islam,
yakni bayani, irfani dan burhani yang masing-masing mempunyai pandangan yang
berbeda tentang pengetahuan. Ketiga sistem atau pendekatan tersebut dikenal juga
tiga aliran pemikiran epistemologi Barat dengan bahasa yang berbeda, yakni
empirisme, rasionalisme dan intuitisme.
Selain sebagai instrumen untuk mencari kebenaran, ketiga epistemologi tersebut juga
bisa digunakan sebagai sarana identifikasi cara berfikir seseorang. Pemahaman paling
sederhana pada ketiga epistemologi ini adalah jawaban dari pertanyaan, “Dengan
apakah manusia mendapatkan kebenaran?”
Orang yang memiliki corak berfikir irfani akan menjawab bahwa sumber kebenaran
itu dari wahyu, ilham, wangsit dan sejenisnya. Pola berfikir demikian akan
membangun sebuah struktur masyarakat yang memiliki hirarki atas bawah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan epistemologi irfani?
2. Apa saja rumpun Irfani?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam Irfani?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian ‘Irfani?
5. Apa saja teknik dalam penelitian Irfaniyah?
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Epistemologi Irfani


Epistemologi merupakan bentukan dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
Episteme yang berarti pengetahuan dan Logos yang juga berarti teori. Maka
berdasarkan bahasa epistemologi berarti teori pengetahuan.
Sedangkan ‘Irfani secara bahasa, kata Irfan adalah bentuk mashdar dari kata ‘arafa
yang berarti al-‘ilm (ilmu). Jika kata tersebut berposisi sebagai ilmu pengetahuan,
maka dapat didefinisikan sebagai jenis pengetahuan yang tertinggi yang dihadirkan
dalam kalbu melalui kasyf atau ilham.
Sebagai sebuah epistemologi ‘irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi
(kasf/ilmu ilham).
‘Irfani telah dikenal dalam tradisi pemikiran Arab yang merupakan wahana kaum
sufi, bathiniyyin dan masyriqiyyin yang dikenal dengan sebutan ashab al-ma’rifah. Ia
adalah bagian dari bangunan epistemology Islam diidentikkan dengan ilmu hudhury,
isyraqi atau intuitif.

B.Rumpun Irfani
Sumber pengetahuan adalah pengalaman .Yang termasuk dalam pengalaman adalah
al-ru’yah al-mubashirah,direct experience, al-‘ilm al-khudari, preverbal
knowledge.Yang menjadi dasar dari sistem epistemologi irfani adalah adanya prinsip
dikotomi antara zahir dengan batin. Batin mempunyai status lebih tinggi dalam
hirarki pengetahuan model epistemologi ini. Dalam nalar irfani dan bayani sama-
sama ada analogi, namun keduanya berbeda.analogi dalam nalar irfani didasarkan
atas penyerupaan, ia tidak terikat oleh aturan, serta dapat menghasilkan jumlah
bentuk yang tidak terbatas,sementara nalar bayani didasarkan oleh penyerupaan
langsung.
Analogi dalam nalar irfani dapat mengambil bentuk kiasan atau metafor.al-jabiri
menyatakanbahwa ada tiga tipe analogi dalam epistimologi irfani.
Pertama , penyerupaan yang didasarkan pada korespondensi numeris. Kedua,
penyerupaan didasarkan pada suatu representasi. Ketiga penyerupaan retoris dan
puitis. Ia memandang bahwa sistem epistemologi ini telah menjadi sistem produktif
dalam bidang keilmuan sastra dan seni.
Dalam epistemologi ini fungsi akal adalah partisipatif, al-hads wa al-
wijdan,bila hijab. Nalar ini lebih menekankan pada pengalaman langsung,sehingga
yang lebih banyak terlibat adalah rasa. Sebagai contoh, memahami orang yang sakit
gigi tidak bisa hanya mengetahui tentang ciri-ciri penyakit gigi dalam buku, namun
harus mendasarkan langsung pada orang yang pernah menderita penyakit ini, kalau
perlu yang bersangkutan pernah mengalaminya,sehingga gambaran yang
dimunculkan lebih sahih meskipun kondisi antara satu orang dengan yang lain
kadang berbeda-beda.
Dalam studi islam keilmuan yang termasuk dalam kategori ini adalah tasawuf
dan akhlak.konsep tuhan misalnya, tidak sekedar didasarkan ada dasar tekstual dalam
nas, namun apa yang dirasakan oleh seorang hamba ketika berhadapan dengan tuhan.
Konsep mendekatkan diri terhadap tuhan sangat beda dengan nalar bayani. Jika
dalam bayani mendekatkan diri pada tuhan lebih didasarkan pada ukuran formal
fi’liyah, sementara pada nalar irfani lebih pada upaya mendekatkan dirisecara
spiritual dan mental dengan tuhan.

C.Metode Irfani
1. Riyadhah
Riyadhah sering disebut sebagai latihan mistik, adalah latihan kejiwaan melalui
upaya pembiasakan diri agar tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya.
Riyadhah dapat pula berarti proses internalisasi kejiwaan dengan sifat=sifat terpuji
dan melatih diri untuk meninggalkan sifat-sifat buruk .
Riyadhah harus disertai dengan mujahadah, yaitu kesungguhan dalam usaha untuk
meninggalkan sifat-sifat buruk. Perbedaan antara riyadhah dengan mujahadah adalah
riyadhah berupa tahapan-tahapan real, sedangkan mujahadah berusaha menekan atau
mengendalikan masing-masing tahapan riyadhah dengan bersungguh-sungguh .
Riyadhah perlu dilakukan untuk memperoleh ilmu ma’rifat yang dapat diperoleh
melalui upaya melakukan perbuatan kesholihan atau kebaikan yang terus menerus.

2. Tafakur
Tafakur penting dilakukan bagi mereka yang menginginkan ma’rifat sebab ,tatkala
jiwa telah belajar dan mengolah ilmu,lalu memikirkan dan menganalisisnya, pintu
keghoiban akan dibukakan untuknya .
Tafakur berlangsung secara internal dengan proses pembelajaran dari dalam diri
manusia melalui aktifitas berfikir yang menggunakan perangkat batiniyah ( jiwa ).

3.Tazkiyat An-Nafs
Tazkiyat An-Nafs adalah proses penyucian jiwa manusia. Tazkiyat An-Nafs
merupakan inti kegiatan bertasawuf.
Upaya melakukan penyempurnaan jiwa perlu dilakukan oleh setiap orang yang
menginginkan ilmu ma’rifat. Hal ini perlu dilakukan karena ilmu ma’rifat tidak dapat
diterima oleh manusia yang jiwanya kotor.Dengan demikian, kesucian jiwa adalah
syarat bagi masuknya hakikat atau ilmu ma’rifat kedalam jiwa.

4.Dzikrullah
Secara etimologi, zikir adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah
membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah.
Pentingnya zikir untuk mendapatkan ilmu ma’rifat didasarkan atas argumentasi
tentang peranan zikir itu sendiri bagi hati. Syarat utama bagi orang yang menempuh
jalan Allah adalah membersihkan hati secara menyeluruh dari selain Allah,
sedangkan kuncinya adalah menenggelamkan hati secara keseluruhan dengan zikir
kepada Allah.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa hati yang terang merupakan hasil zikir kepada
Allah.Takwa merupakan pintu gerbang zikir, sedangkan zikir merupakan pintu
gerbang kasyaf (terbukanya hijab), dan kasyaf merupakan pintu gerbang kemenangan
yang besar. Menurutnya zikir berfungsi untuk mendatangkan ilham, menghalangi
ruang gerak setan. Dari situlah, malaikat memberikan ilham ke dalam hati.

D.Langkah-langkah penelitian irfani


Dari irfani muncul illuminasi (illuminatif). Adapun prosedur penelitian ‘Irfaniah
dapat digambarkan sebagai berikut.
Bahwa berdasarkan literatur tasawuf, sebagai garis besar kita dapat menunjukan
langkah-langkah penelitian ‘irfaniah sebagai berikut:
1.takhliyah : Pada tahap ini peneliti mengkosongkan perhatianya dari makhluk
(tajarrud) dan memusatkan perhatian kepada allah sebagai kholiq ( tawjih).
2.tahliyah : pada tahap ini peneliti memperbanyak amal sholeh dan melazimkan
hubungan dengan al kholiq lewat ritus-ritus tertentu .
3.tajliyah : pada tahap ini peneliti menemukan jawaban batiniyah terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapinya.

E. Teknik .penelitian irfaniyah


Sebagai pardigma lain, paradigma irfaniyah juga mengenal teknik-teknik yang
khusus. Ada tiga teknik penelitian irfaniyah :
1. Riyadah: rangkaian latian dan ritus ,dengan penahapan dan prosedur
tertentu.
2. Tariqah: disini diartikan sebagai kehidupan jama’ah yang mengikuti aliran
tasawuf yang sama .
3. Ijazah: dalam penelitian irfaniyah kehadiran guru ( mursyid )sangat
penting .mursyid membimbing murid dari tahap yang satu ke tahap yang
lain .pada tahap tertentu, mursyid memberikan wewenang ( Ijazah )
kepada murid.
Dalam perkembangannya telaah ‘irfany kehadiran guru etika diparalelkan
dengan rasionalisme, menjerumus kepada aksentuasi yang beragam. ‘Irfany yang
berkembang dalam ilmu kalam, lebih banyak menekankan pada intuisi dengan telaah
dialektik dalalah-nya yang akhirnya menolak telaah filsafat. Sementara ‘irfany yang
berkembang dalam fikih mengarah kepada telaah dialektik ‘illah-nya yang
mendialektikkan antara kata dengan makna, dan ‘irfany yang berkembang dalam
tafsir mengarah kepada epistemologi lughawiyah yang membuat telaah tekstual
dengan menggunakan logika koherensi.
Dari ketiga telaah Bayani, Burhany, ‘Irfany. Kelompok pertama dan terakhir
inilah yang mendapatkan tempat dalam hazanah Islam.
Hal ini dibuktikan dengan konflik panjang antara pemikiran kaum tekstual
(bayaniyyun) dengan ahli makrifat-mistis (‘irfaniyyun). Yang pertama berpegang
teguh pada makna eksoteris wahyu agama yang tidak mengakui takwil kecuali dalam
batas-batas yang dimungkinkan oleh sistem bahasa. Sementara kelompok terakhir
mengakui penyingkapan hakikat pengetahuan yang muncul pada mereka atau imam-
imam mereka. Untuk mendukung argumennya, tiap-tiap kelompok memanfaatkan
warisan kebudayaan pra Islam (‘ilm al-awail). Kelompok pertama menggunakan
logika dan filsafat Aristoteles dan beberapa aspek pemikiran Yunani, sementara
kelompok terakhir memanfaatkan tradisi-tradisi pemikiran pra Islam khususnya
filsafat agama Hermetisisme.
Dalam pembahasan epistemology, secara garis besar terdapat dua aliran, yaitu
rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme lebih menekankan akal dalam
memperoleh pengetahuan, sementara empirisme lebih mengedepankan indra. Ada
wilayah lain yang diasumsikan sebagai sumber pengetahuan, tetapi sering diabaikan
yaitu intuisi yang merupakan pemahaman langsung terhadap sumber pengetahuan
yang tidak melalui pikiraninderawi secara langsung.
‘Irfany merupakan bagian dari bangunan epistemology Islam, yang sering
diidentikkan dengan ilmu hudhury (ilmu pengetahuan tentang diri sendiri,
pengetahuan Tuhan, pengetahuan tentang dunia), isyraqy atau pengetahuan intuitif.
Ibnu Arabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi tiga:
1. Ilmu pengetahuan melalui akal
2. Ilmu pengetahuan melalui ahwal/state (intuitif)
3. Ilmu pengetahuan melalui asrar (misteri ketuhanan)
Pengetahuan yang ketiga ini pengetahuan yang berada diluar akal yang dilimpahkan
oleh Tuhan kedalam hati. Pengetahuan jenis ini khusus diberikan kepada para Nabi
dan Wali, dan pengetahuan ini yang menjadi kajian ‘irfany.
Sebagaimana temuan Al-Jabiri, ketiga pola piker tersebut selalu mewarnai perjalanan
sejarah masyarakat Islam. Dengan menggunakan kerangka ketiga pla piker tersebut,
karya ini mencoba memotret problematika pendidikan Islam.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Epistemologi berarti teori pengetahuan.
Sedangkan ‘Irfani berarti ilmu. Jika kata tersebut berposisi sebagai ilmu
pengetahuan, maka dapat didefinisikan sebagai jenis pengetahuan yang
tertinggi yang dihadirkan dalam kalbu melalui kasyf atau ilham.
Jadi epistemologi ‘irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi
(kasf/ilmu ilham).
Yang menjadi dasar dari sistem epistemologi irfani adalah adanya prinsip
dikotomi antara zahir dengan batin. Dalam studi islam keilmuan yang
termasuk dalam kategori ‘Irfani adalah tasawuf dan akhlak.
Metode Irfani antara lain : Riyadhah , Tafakur, Tazkiyat An-Nafs,
Dzikrullah.
Langkah-langkah dalam penelitian irfani antara lain takhliyah, tahliyah,
tajliyah. Adapun teknik dalam penelitian irfaniyah yaitu Riyadah, Tariqah,
Ijazah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Rosihon.2000. Ilmu Tasawauf.Bandung: CV.PUSTAKA SETIA
Darmawan,Andi dkk .2005. Pengantar Studi Islam.Yogyakarta:Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga
Nasution,Khoiruddin.2012.Pengantar Studi Islam. Yogyakarta:ACAdeMIA
+TAZZAFA
Suyudi M. 2005. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an:Intergritas Epistemologi
Bayani, Burhani, Irfani. Yogyakarta:Mikraj

Anda mungkin juga menyukai