Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kelompok

MODEL BERPIKIR KAJIAN ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas:

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam.


Dosen : Abdul Helim. M. Ag.

Disusun Oleh :

Zainuddin
NIM 1002120113

Rahmat Taufik
NIM 1002120

Eka Fauzan Rasyid


NIM 1002120

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEEGRI PALANGKA RAYA


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat, hidayah dan
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“Model Berpikir Kajian Islam”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah yang bersangkutan, yaitu mata kuliah “Metodologi Studi Islam”

Kami menyadari sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan danbanyak terdapat


kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini.

Akhirnya semoga Tuhan YME senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya


kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amien ya Robbal Alamien.

Palangkaraya, September 2010

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Studi Islam adalah salah satu studi yang mendapat perhatian di kalangan ilmuwan.
Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh
para peminat studi agama Islam dan studi-studi lainnya.

Secara etimologi, kata epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos.
Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah
teori tentang pengetahuan. Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang membahas
tentang asal-usul pengetahuan, metodologi untuk memperoleh pengetahuan tersebut, dan
validitasnya. Suatu pengetahuan baru bisa dikatakan sebagai ilmu jika landasan
epistemologinya jelas. Epistemologi sering juga disebut sebagai filsafat ilmu.

Dalam perspektif Barat dikenal adanya tiga aliran epistemologi, yaitu empirisme,
rasionalisme, dan positivisme. Aliran empirisme berdasarkan pada alam,nsesuai dengan
penyelidikan ilmiah secara empiris. Aliran rasionalisme menganggap empirisme memiliki
kelemahan karena alat indera mempunyai kemampuan yang terbatas, sehingga alat indera
diposisikan sebagai alat yang menyebabkan akal bekerja.

Di satu pihak, epistemologi Islam berpusat pada Allah, dalam arti Allah sebagai
sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Namun, bukan berarti manusia tidak
penting. Di pihak lain, epistemologi Islam berpusat pula pada manusia, dalam arti
manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan. Dalam epistemologi Islam setidaknya ada
tiga model yang digunakan, yaitu bayani, irfani dan burhani.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah berikut ini:


1. Apa yang dimaksud dengan Epistimologi Bayani
2. Apa yang dimaksud dengan Epistimologi Irfani
3. Apa yang dimaksud dengan Epistimologi Burhani
BAB II
PEMBAHASAN
A. EPISTIMOLOGI BAYANI

Epistemologi bayani menitikberatkan pada teks (nash) baik secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung maksudnya memahami teks sebagai pengetahuan yang
sudah jadi dan langsung diterapkan tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. Secara tidak
langsung maksudnya memahami teks sebagai pengetahuan mentah yang masih perlu
ditafsirkan dan dinalar.1 Meski demikian,hal ini tidak berarti akal atau rasio bisa bebas
menentukan makna dan maksudnya, tetapi tetap harus bersandar pada teks. Dalam bayani,
rasio dianggap tidak mampu memberikan pengetahuan kecuali disandarkan pada teks. Dalam
perspektif keagamaan, sasaran bidik metode bayani adalah aspek eksoterikn (syariat). 2

Sesuai pada dasarnya, masalah yang muncul dengan epistemologi bayani adalah
pemaknaan teks. Apakah teks tersebut dimaknai sesuai konteksnya atau makna aslinya.
Maka, pemaknaan teks oleh epistemologi bayani menggunakan dua cara. Pertama,
dengan berpegang pada redaksi teks sesuai kaidah bahasa Arab. Kedua, berpegang pada
makna teks dengan menggunakan logika, penalaran atau rasio sebagai sarana analisa.
Meskipun perlu dinalar atau dianalisa, akal tidak bebas menentukan makna karena dasar
utamanya tetap berupa teks. Ini berarti sumber pengetahuan utama epistemologi bayani
adalah Al-Quran dan hadits.3 Pendekatan bayani yang menjadi asas utama
pada pemikiran fiqh Islam. Tradisi bayani berkembang paling awal dan
tipikal dengan kultur kearaban sebelum dunia Islam mengalami kontak
budaya dengan negara lain.4

1
http://khudorisoleh.blogspot.com/2008/07/modelmodel-epistemologi-islam.html
2
http://khudorisoleh.blogspot.com/2009/11/epistemology-of-bayani.html
3
http://khudorisoleh.blogspot.com/2008/07/modelmodel-epistemologi-islam.html
4
http://shamistryislam.blogspot.com/2008/06/penalaran-bayani-burhani-irfani-dan.html
B. EPISTIMOLOGI IRFANI

Epistemologi irfani didasarkan pada kasyf, yaitu tersingkapnya rahasia-rahasia


realitas oleh Tuhan. Pengetahuan dengan metode berpikir irfani diperoleh dengan olah
ruhani.

Setelah dunia Islam mengalami kontak massif-akulturatif dengan


budaya luar dan mengintrodusir khazanah ‘ulūm al-awāil (ilmu-ilmu
kuna), khususnya dari tradisi Persia, maka nalar pun mulai
berkembang dalam diskursus intelektual Islam dan melahirkan
epistemologi irfani. Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman
yang bertumpu kepada pengalaman batiniyyah; misalnya intuisi.5

pendekatan irfani ini biasanya digunakan oleh ahli tasawuf.


Kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui pendekatan ini memang tidak
boleh dinafikan sama sekali. Namun, penggunaannya secara
berlebihan juga akan menimbulkan masalah pada masyarakat awam
yang mungkin tidak memahaminya secara mendalam. Hal ini memang
telah diterapkan sepenuhnya oleh Imam Ghazali di dalam kitab Ihya
Ulumuddin, di mana beliau menggangap bidang fiqh perlu dikaitkan
dengan elemen sufisme untuk mendapatkan intisari ketakutan
terhadap akhirat kepada masyarakat Islam awam secara umum.6

Tahapan untuk memperoleh pengetahuan irfani ada tiga, yaitu persiapan,


penerimaan, dan pengungkapan.7

Pada tahap persiapan, ada tujuh tahapan yang harus dijalani dalam pemikiran ini,
yaitu taubat, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang syubhat (wara’), tidak tamak dan
tidak mengutamakan kehidupan dunia (zuhud), mengosongkan seluruh fikiran dan

5
http://shamistryislam.blogspot.com/2008/06/penalaran-bayani-burhani-irfani-dan.html
6
Ibid
7
http://khudorisoleh.blogspot.com/2008/07/modelmodel-epistemologi-islam.html
harapan masa depan dan tidak menghendaki apapun kecuali Allah SWT (faqir), sabar,
tawakkal, dan ridla.

Pada tahap penerimaan, jika telah mencapai tingkat tertentu, seseorang akan
mendapat limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan.

Sedangkan pada tahap pengungkapan, pengalaman mistik disampaikan kepada


orang lain, baik lewat ucapan maupun tulisan. Masalahnya, karena pengetahuan yang
didapat adalah sebuah pengalaman dimensi batin, terkadang sulit untuk menyampaikan
pengetahuan itu.

Epistemologi irfani yang lebih menekankan pada pengalaman langsung ini


membuat otoritas akal tertepis karena lebih bersifat partisipatif.

C. EPISTIMOLOGI BURHANI

Epistemologi burhani didasarkan pada kekuatan rasio, akal, dan dalil-dalil logika,
bukannya teks atau intuisi. Rasio akan memberikan penilaian dan keputusan terhadap
informasi yang masuk lewat indra. Untuk mendapatkan pengetahuan dengan metode
burhani, digunakan penarikan kesimpulan dengan aturan silogisme. Silogisme ini harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu :8

1. Mengetahui latar belakang penyusunan premis atau penarikan kesimpulan.


2. Adanya alas an logis antara alasan dan kesimpulan.
3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan benar, tidak menimbulkan kebenaran atau
kepastian lain.

Al Farabi mempersyaratkan bahwa premis-premis burhani haruslah premis yang


benar, primer, dan diperlukan. Otoritas referensi epistemologi burhani adalah Al-Quran,
hadits, dan pengalaman salaf. Epistemologi bayani mulai berkembang saat kemapanan
pemerintahan Islam pada masa pemerintahan Abbasiyah. Masuknya pemikiran filsafat

8
Ibid
Yunani dan logika Aristoteles ke dalam komunitas Muslim menumbuhkan proses berpikir
yang analitik. Hal yang saat itu sangat kurang di dalam epistemologi Arab. 9

Menurut Amir Mualim, pendekatan burhani ini menjadikan realitas


teks dan konteksnya sebagai sumber kajian. Dalam pendekatan
burhani ini tercakup metode ta’lili yang berupaya memahami realitas
teks berdasarkan rasionalitas; dan metode istilahi yang berusaha
mendekati dan memahami realitas atau konteks berdasarkan filosofis.
Realitas tersebut meliputi realitas alam, realitas sejarah, realitas social
maupun realitas budaya.10

Epistemologi ini bertumpu sepenuhnya pada seperangkat


kemampuan intelektual manusia, indera dan daya rasional untuk
pemerolehan pengetahuan tentang alam semesta, bahkan juga bagi
solidasi perspektif realitas yang sistematis dan valid.11

9
http://agustianto.niriah.com/2008/03/11/epistemologi-ekonomi-islam/
10
http://shamistryislam.blogspot.com/2008/06/penalaran-bayani-burhani-irfani-dan.html
11
Ibid
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Model berfikir Kajian Islam ada tiga metode :

1. Epistimologi bayani ialah metode pemikiran khas Arab yang menekankan atau
berdasarkan pada teks atau nash, baik langsung maupun tidak langsung.

2. Epistimologi Irfani ialah metode pemikiran yang mengutamakan kejadian-


kejadian mistik atau pengalaman mistik yang merupakan rahasia-rahasia Tuhan
atau Kasyf.

3. Epistimologi Burhani ialah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan


dan hukum dan tentunya metode ini melakukannya secara logis dan raisonal.

B. SARAN

Dari sinilah kita mendapatkan pelajaran bahwa untuk menyelesaikan suatu


permasalahan hukum islam, perlu dilakukan beberapa metode yang sistematis dan dapat
dengan mudah memahami suatu studi tentang Islam.

Anda mungkin juga menyukai