Anda di halaman 1dari 32

RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM

TUGAS MATA KULIAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas terstruktur pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

DOSEN PENGAMPU
Dr. ridwan,M.pd.i

Disusun Oleh:

Agni lia solihat


NIM: 201902005

Kelas: PAI 2C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1441 H/2020 M
Keterangnan buku

- Judul : ilmu pendidikan islam


- Penulis : prof. ahmad tafsir
- Penerbit : PT. remaja rosdakarya offset bandung
- Tahun terbit : 2016
- Tempat terbit : bandung
- Edisi : Cetakan 4
Bab 1
Pendahuluan
Berawal dari penelitian pengarang (Ahmad Tafsir) terhadap mutu sekolah-sekoah
Islam di Indonesia yang ternyata memiliki tingkat mutu yang rendh dibandngkan dengan
sekolah-sekolah non-Islam. Ternyata bukan uang masalahnya. Umat Islam Indonesia
kaya, tetapi yang kurang adalah pemikiran tentang uang. Beliau berpendapat bahwa
muslim kaya, namun belum mampu mengelola (dalam arti luas) uang yang dimilikinya.
Umat Islam tidak miskin, rendahnya mutu sekolah bukan karena umat Islam
Indonesia miskin: melainkan karena ada yang masih harus dibenahi dalam pola
pemikiran umat muslim, kira-kira ini:
1. Hendaknya mendahulukan yang wajib dan membelakangkan yang sunat.
2. Lebih memperhatikan mutu sekolah Islami karena mutu sekolah ini menentukan
mutu umat Islam, dan mutu Indonesia.
Ternyata masih ada penyebab lain dan ini justru lebih menentukan. Yaitu pengelolaan
sekolah, kepala sekolah, dan giru sekolah islami belum memiliki teori-teori pendidikan
mutakhir dan islami. Terdapat dua kelompok teori pendidikan sekarang, yaitu teori
pendidikan Barat dan teori pendidikan Islam. Ternyata pengelola sekolah islami
kebanyakan belum mampu mensinstesiskan kedua teori ini.
Oleh karena itu, tujuan buku ini adalah hendak mengetengahkan teori pendidikan
islami yang mampu bersaing dalam mengelola sekolah. Teori-teori yang dikemukakan
tidak bermaksud berlaku secara universal sebagaimana teori ilmiah.

Bab 2
Konsep Pengetahuan dalam Islam
Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Itu bukan define pengetahuan namun
sudah dapat lumayan untuk menjelaskan apa pengetahuan itu. Dalam bahasa Indonesia,
ada istilah ilmu. Penggunaan istilah ini (ilmu) sungguh membingungkan. Itu karena kata
“ilmu” dalam bahasa Indonesia diambil bahasa Arab yang berarti “pengetahuan”. Lebih
membingungkan lagi karena orang Indonesia menyebut “sain” dengan “ilmu
pengetahuan.”
Pengetahuan inderawi sebenarnya sama saja hakikatnya dengan pengetahuan sain.
Bedanya hanya sedikit: pengetahuan inderawi itu sederhana sedangkan pengetahuan sain
itu kompleks. Pengetahuan indewrawi juga bisa bersifat kompleks bila diuraikan. Akan
tetapi jika diuraikan maka ia akan sama dengan pengetahuan sain. Oleh karena itu, kedua
jenis pengetahuan ini dapat dijadikan satu saja: pengetahuan sain. Inilah jenis penetahuan
manusia yang pertama.
Pengetahuan sains memiliki paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya adalah
paradigma sain (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode sain (scientific
method). Paradigm dan metode sain ini diturunkan dari filsafata positivism. Yang
dimaksud dengan paradigm sain adalah cara pandang sain; yang dimaksud metode sain
adalah metode yang mengandalkan logika dan bukti empiris. Metode sain mengatakan:
bila benar, buktikan bahwa itu logis serta tunjukkan empirisnya.
Kaidah sain ini (logis-empiris) perlu doperhatikan oleh kalangan ilmuwan. Sebab,
adakalanya sesuatu mempunyai bukti empiris, tetapi tidak logis; ini bukan pengetahuan
sain. Lanjutan pengetahuan sain itu yakni jenis pengetahuan kedua yang biasa disebut
pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan
secara rasional.
Paradigma untuk pengetahuan filsafat disebut paradigm rasional; metodenya
disebut metode rasional yang mengandalkan pemikiran rasional. Cara kerja metode ini
sulit dijelaskan; yang dapat dikatakan adalah “mencari kebenaran tentang sesuatu dengan
cara memikirkannya secara rasional”.
Di dalam tradisi Islam, hati itu disebut kalbu, dzauq, dlamir. Inilah jenis
pengetahuan ketiga yang biasa dikenal dengan pengetahuan mistik, yaitu segala
pengetahuan yang diperoleh melaui hati dan sekaang disebut oleh penulis sebagai
pengetahuan suprarasional, pengetahuan ini diperoleh melalui pemikiran suprarasional.

PENGETAHUAN MANUSIA
MACAM OBJEK PARADIGMA METODE KRITERIA
PENGETAHUA
N
Sain Empiris Sain Sain Rasional dan
empiris
Filsafat/rasional Abstrak Rasional Rasional Rasional
rasional
Suprarasional Abstrak Mistik Mistik Keyakinan,
suprarasional suprarasional

Masih ada satu macam lagi pengetahuan yang belum kelihatan dalam matriks itu,
yaitu pengetahuan seni yang mencakup pengetahuan tentang objek-objek dari segi indah-
tidak indahnya. Besar dugaan pengetahuan ini sebagian besar dicapai dengan paradigma
ketiga.
Dari yang telah disebutkan diatas adalah cara membagi pengetahuan manusia.
Ada lagi cara membagi pengtahuan manusia yaitu pengetahuan yang diwahyukan dan
pengetahuan yang diperoleh. Maksud diperoleh adalah dicari sendiri oleh manusia,
sedangkan pengetahuan yang diwahyukan adalah pengetahuan yang diterima. Ini adalah
cara pembagian menurut Islam.
Menurut Alquran, semua pengetahuan datang dari Allah.sebagian diwahyukan
kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan
akal indera, akal dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan memiliki kebenaran yang
absolut; sedangkan pengetahuan yang diperiloh kebenarannya tidak mutlak.
Dalam kenyataan sejarah, kedua macam pengetahuan ini selalu dimasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan islami. Ibn Khaldun menyebutnya dengan istilah
pengetahuan naqliyah (diwahyukan) dan pengetahuan aqliyah (dipikirkan). Sekarang,
tatkala pemikiran telah begitu maju, keterampilan demikian juga, tatkala keimanan dan
pemikiran tidak sejalan lagi, maka hubungan antara pengetahuan yang diwahyukan dan
pengetahuan yang diperoleh terganggu sehingga muncullah keterpisahan antara
keduanya. Inilah pandangan sekuler.
Pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu. Untuk kepentingan
pendidikan, pengetahuan yang satu itu harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian secara
lengkap adalah sebagai berikut (diambil dalam konferensi; lihat dalam King Abdul Aziz,
1980).
Kelompok I: perenial:
1. Alquran: a) qira'ah, hafalan (hifz), tafsir, b) sunah c) sirah (tarikh) Nabi saw
danpara sahabat, dan pengikut, d) tauhid, e) ushul fiqih dan fiqih, f) bahasa Quran
(fonologi, sintaksis, semantik).
2. Pengetahuan pembantu: a) metafisika Islam, b) perbandingan agama, c)
kebudayaan Islam.

Kelompok II: acquired:


1. Pengetahuan imajinatif (arts): a) arsitektur Islam, b) bahasa-bahasa.
2. Pengetahuan intelektual:
a) pengetahuan sosial: kesusastraan, filsafat, Pendidikan, ekonomi,
pengetahuan politik, geografi, sosiologi, linguistik, psikologi, antropologi.
b) pengetahuan kealaman: filsafat sain, matematika, statistika, fisika, kimia,
life sciences, astronomi, pengetahuan tentang ruang angkasa, dan lain-lain.
3. Applied sciences: rekayasa dan teknologi, kedokteran, pertanian, dan kehutanan.
4. Pengetahuan praktis: perdagangan, administrasi, perpustakaan, home sciences,
komunikasi.
Dari sana dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan yang diwahyukan mencakup
juga sunah atau hadits Nabi, sedangkan pengetahuan yang diperoleh mencakup banyak
sekali cabang dan disiplin pengetahuan.
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang diwahyukan, yaiti pengetahuan tentang
Alquran dan hadits serta semua pengetahuan yang isinya tentang yang biasa
dikembangkan dalam tradisi Islam. Yang dimaksud pengetahuan agama di Indonesia
adalah:
1. Ulumul Quran (dengan segala disiplinnya),
2. Ulumul Hadits (dengan segala disiplinnya),
3. Ilmu 'Aqaid (termasuk pengetahuan filosofinya),
4. Ilmu Fiqih (dari macam-macam disiplinnya),
5. Ilmu Akhlak,
6. Sejarah Islam,
7. Bahasa Arab (dengan cabang-cabangnya).
Ilmu di sana adalah pengetahuan, bukan dimaksudkan ilmu srbagai sain; sedangkan
ilmu umum di sini adalah ilmu-ilmu jenis kedua tadi, yaitu pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Al-Syaibani (1979:269), pengetahuan manusia itu dapat dibagi dengan
menggunakan beberapa macam pembagian. Dari segi pengetahuan itu dipelajari atau
tidak, pengetahuan dapat dibagi menjadi pengetahuan fitrah (pembawaan) dan
pengetahuan yang dipelajari.
Menurut Islam, pengetahuan tidak ada segi baiknya bila ia tidak menunjuki kita
kepada hakikat pertama alam ini, yaitu Allah. Jadi, pengetahuan apapun yang kita miliki
haruslah dapat berguna untuk mengetahui Allah. Dengan begitu ilmu (pengetahuan) itu
dapat membantu kita menunjukkan tempat kita di alam ini. Oleh karena itu, tujuan semua
pengetahuan adalah pada akhirnya untuk mengetahui Allah sampai mengakui wujud serta
sifat-Nya.
Setelah mengetahui Allah, selanjutnya kita perlu mengetahui hal-hal yang
menyangkut i'tiqad (keimanan) yang lain; setelah itu kita perlu mengetahui yang halal
dan yang haram; setelah itu kita juga perlu mengetahui ilmu alat, yaitu pengetahuan yang
dapat menyempurnakan pengetahuan sebelumnya itu.

Bab 3
Definisi Ilmu Pendidikan Islami
Ilmu Pendidikan islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan islam. Isi ilmu adalah
teori. Namun itu hanya secara esensial. Sebenarnya, secara lengkap isi suatu ilmu bukan
hanya teori. Isinya adalah penjelasan tentang teori itu dan terkadang ada data yang
mendukung penjelasan itu.
Ilmu Pendidikan islami adalah ilmu pendidikan ya g berdasarkan Alquran, hadits
dan akal. Penggunaan dasar ini harus berurutan, Alquran lebih dahulu; bila tidak ada atau
tidak jelas lihat di dalam hadits, bila tidak ada barilajh menggunakan akal. Tapi, temuan
akal itu tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan Hadits.

Filsafat, Ilmu, dan Teknik

JENIS OBJEK CARA POTENSI UKURAN


PENGETAHUA MEMPEROLE YANG KEBENARAN
N H DIGUNAKA
N
Sain Empiris Riset Akal dan Logis dan empiris
indera
Filsafat Abstrak Berpikir Akal Kerasionalan
rasional rasional argumen
Mistik Abstrak Latihan Hati/rasa Keyakinan/pengalam
suprarasion meyakini an batin
al

Ilmu (sain) adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset
terhadap objek-objek yang empiris; benar tidaknya suatu teori sain (ilmu) ditentukan oleh
logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris, maka teori sain itu benar. Bila hanya logis,
ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada bukti empiris itu namanya
pengetahuan khayal.
Kesimpulannya, sain (ilmu) adaah pengetahuan logis yang mempunyai bukti
empiris. Kaidah ini penulis gunakan untuk Ilmu Pendidikan Islami. Teori-teori dalam
Ilmu Pendidikan Islami haruslah dapat diuji secara logis sekaligus empiris. Bila kurang
satu saka, maka bukan Ilmu Pendidikan Islami.
Adapun filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang
objek-objek yang abstrak. Bisa saja objek penelitiannya kongkret tetapi yang ingin
diketahuinya adalah bagian abstraknya. Bila suatu waktu ia dapat dibuktikan secara
empiris, maka ia berubah menjadi teori ilmu.
Istilah mistik (sekarang lebih tepat disebut suprarasional atau metarasional)
adalah pengetahuan yang bukan diperoleh dengan indera seperti sain bukan pula dengan
akal seperti pengetahuan filsafat. Pengetahuan jenis ini diperoleh dengan cara supra
rasional. Sebenarnya masih ada pengetahuan jenis lain yaitu pengetahuan yang diperoleh
melalui rasa. Rasa bekerja untuk menerima dan memperoleh pengetahuan suprarasional.
Bagi muslim, sumber pengetahuan adalah Allah. Sumber pertama itu sekarang
ada di dalam Alquran dan hadits Rasulullah Saw. Inilah kebenaran yang pertama.
Manusia menafsirkan ayat dan atau Hadits, maka sudah sewajarnya akan terdapat lebih
dari satu tafsir. Tafsir ini sebenarnya menduduki tingkat kedua. Kemudian ada filsafat, ia
dapat melahirkan lebih pada satu teori pada tingkat sain dan satu teori sain dapat
melahirkan lebih dari satu manual. Manual inilah yang disebut teknik. Jadi, wahyu berada
pada tingkat bagian paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat yang
paling bawah. Wahyu paling abstrak, manual paling konkret.
Jika firma Allah dan teori filsafat bersifat universal, nerlaku di mana daja dan
kapan saja, diterima oleh siapapun, maka teori sain tingkat keuniversalannya mulai
menurun. Sebuah teori sain dapat berlaku pada masa tertentu, tetapi salah pada masa
yang lain: benar di tempat tertentu, tetapi tidak benar di tempat yang lain. Sekalipun
demikian, tingkat keumumannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keuniversalan
teknik (manual). Teknik benar-benar terbatas keuniversalannya. Teknik dapat berubah
dengn cepat, hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Namun yang harus dipegang
adalah teknik Pendidikan Islam haruslah islami, ini harus diusut ke atas, kepada teori
sainnya, lalu kepada teori filsafatnya, sampai kepada teks Wahyunya.

Ilmu dan Teori


Ilmu adalaha teori-teori. Secara umum, teori adalah pendapat. Dalam bidang
pendidikan ada teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang ditentukan
hanya oleh pembawaannya. Inilah nativisme. Ada teori yang mengajarkan sebaliknya,
yakni bahwa pendidikan seseorang hanya dipengaruhi oleh lingkungannya. Inilah
empirisme. Ada pula teori yang menyintesiskan keduanya yaitu bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya. Inilah teori konvergensi.
Dalam pengertian khusus, teori hanya digunakan dalam lingkungan sain. Dalam
pengertian khusus ini teori adalah pernyataan tentang hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.
Teori-teori dalam Ilmu Pendidikan Islami harus memiliki teori-teori logis dan
empiris, sedangkan dalam filsafat pendidikan Islam cukup memenuhi pengujian logis saja
dan hanya logis dan keduanya tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan Hadits.

Dasar Ilmu Pendidikan Islami


Ilmu Pendidikan Islami isinya teori-teori tentang pendidikan yang berdasarkan
Islam. Muslim meyakini bajwa kehidupan tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada
kemampuan akal atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi ataupun
ataupun manusia dalam arti keseluruhan. Pandangan muslim itu tidak juga dapat
dikatakan seratus persen hanya berdasarkan keyakinan, dasar akliahnya ada juga
sekalipun tidak kuat.
Kehidupan diatur dengan aturan. Aturan yang pasti benarnya haruslah aturan yang
berasal dari Yang Mahapintar. Yang Mahapintar adalah yang tidak pernah salah. Muslim
meyakini itu adalah Tuhan. Aturan Tuhan itu pokok-pokoknya ada di dalam Kitab Suci.
Sejarah telah meneorikan bahwa sekarang imi Kitab Suci yang terjamin keasliannya
adalah Alquran. Oleh karena itu, Muslim mengambil Kitab Suci Alquran sebagai dasar
kehidupannya untuk dijadikan sumber ajaran Islam begitu pula dijadikan dasar bagi Ilmu
Pendidikan Islami. Selain itu, hadits juga dijadikan sebagai sumber kedua ajaran Islam.
Alquran dan Hadits juga menunjukkan bahwa akal dapat digunakan dalam
membuat aturan hidup bagi muslim, yaitu apabila keduanya tidak menjelaskan aturan itu
asalkan aturan yang dibuat tidak bertentangan dengan Alquran dan Hadits.
Karena Pendidikan merupakan posisi penting dalam kehidupan manusia, maka
wajarlah muslim meletakkan Alquran dan Hadits dan akal sebagai dasar teori-teori
pendidikannya. Mengapa muslim tidak mengambil teori filsafat seperti liberalisme,
pragmatisme, dan materialisme sebagai dasar pendidikannya, jawabannya adalah karena
isme-isme itu adalah buatan manusia dan karena itu tidak dijamin kebenarannya.

Bab 4
Definisi Pendidikan Islami
Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak
didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Definisi itu baik, mudah dipahami,
secara relatif mudah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus pendidikan. Akan tetapi,
defini tersebut terlalu sempit belum mencakup seluruh kegiatan yang disebut pendidikan.
Di sana dikatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan terhadap dan seterusnya. Jadi,
pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik
berupa orang; jadi, ada orang yang mendidik.

Lodge (1974:23) menyatakan bahwa pendidikan itu menyangkut seluruh


pengalaman. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan
adalah kehidupan. Lodge ini benar, ini bukan berfisalat itu masih dalam daerah sain.
Pendidikan itu ada yang memiliki pengertian luas dan sempit. Park (1960:3)
mengambil pengertian sempit yakni pendidikan adalah pengajaran. Lodge menyebutkan
bahwa pendidikan dalam arti sempit hanya sekedar pendidikan di sekolah.
Konferensi internasional tentang pendidikan islami yang pertama (1977) ternyata
tidak berhasil menyusun definisi pendidikan yang dapat disepakati. Definisi tersebut sulit
dirumuskan karena:
1. Banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan;
2. Luasnya aspek yang dibina dalam pendidikan.
Sebenarnya, definisi pendidikan dapat disusun, tetapi definisi itu akan panjang sekali.
Bila tidak panjang maka tidak akan mencakup seluruh kegiatan pendidikan. Mungkin
inilah sebabnya sebagian orang (bahkan mungkin semua orang) lebih senang mengambil
definisi pendidikan dalam arti sempit saja, yaitu pendidikan sebagai bimbingan yang
sadar oleh seseorang (pendidik) kepada orang lain (anak didik) agar ia menjadi orang
yang baik.
Sedangkan dalam pandangan luas adalah pengembangan pribadi dalam semua
aspeknya, yaitu aspek jasmani, akal, dan hati (nurani). Pendidikan ini dibagibke dalam
tiga macam, yaitu pendidikan di dalam rumah tangga, masyarakat, dan sekolah.
Sikun Pribadi, guru besar UPI pernah menjelaskan perbedaan pendidikan dan
pengajaran dalam salah satu tulisannya. Menurut pendapatnya, mendidik dalam arti
pedagogis tidak dapat disamakan dengan pengertian pengajaran. Pengajaran menurutnya
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan
psikomotor semata. Tujuan pengajaran lebih mudah ditentukan daripada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang menyangkut seluruh kepribadian manusia lebih
sukar ditemukan.
Penjelasan ini agak membingungkan. Pada satu pihak ia mengatakan bahwa
pendidikan tidak sama dengan mengajar, tetapi pada pihak lain ia menyatakan bahwa
pendidikan itu bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia.
Dewantara (1962:20) memperjelas perbedaan itu. Ia mengatakan bahwa pengajaran
(onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu bagian dari pendidikan;
jelasnya pengajaran tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberikan pengetahuan
serta kecakapan.
Jadi, pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik
terhadap anak didiknya agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Pada
konferensi Internasional Pendidikan Islami pertama yang digelar pada tahun 1977 oleh
Universitas King Abdul Aziz, para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan menurut Islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam
istilah ta’lim, tarbiyyah, dan ta’dib.
Menurut Nuqaib al-Attas dalam bukunya, istilah ta’dib adalah istilah yang paling
tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah
tarbiyyah terlalu luas karena pengertian pendidikan daam istilah ini menakupi juga
pendidikan kepada hewan. Menurut al-Attas, adabun berarti pengakuan dan pengenalan
tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai
dengan berbagai tingkat dan tingkat derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang
tepat hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah,
intelektual, maupun ruhaniah seseorang. Berdasarkan pengertian itu, beliau
mendefinisikan pendidikan (menurut Islam) sebagai pengenalan dan pengakuan yang
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi
segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing kea rah pengenalan
dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. Intinya adalah
ia menghendaki bahwa pendidikan menurut Islam adalah usaha agar orang mengenali dan
mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini.
Abdurrahman al-Nahlawi (1989: 31-33) memberikan definisi pendidikan justru
dari kata al-tarbiyyah. Menurutnya, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: kata
raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat dalam QS. Ar-rum
ayat 39; kedua rabiya-yarba yang berarti menjadi benar; ketiga rabba-yarubbu yang
berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Abdurrahman al-Bani menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyyah) terdiri atas
empat unsur, pertama: menjaga dan memlihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh),
kedua: mengembangkan seluruh potensi, ketiga: mengarahkan fitrah dan seluruh potensi
menuju kesempurnaan, keempat: dilaksanakan secara bertahap. Dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap
menurut ajaran Islam.
Jika diteliti, ternyata benar seperti yang dikatan oleh al-Attas bahwa kata
tarbiyyah terlalu luas cakupannya. Rupanya, pengertian yang dikandung oleh istilah al-
tarbiyyah belum diseoakati oleh para ahli. Sehingga pantas saja konferensi di Jeddah itu
membiarkan definisi tersebut tidak dirumuskan.
Sedangkan menurut Abdul Fattah Jalal (1988:27) proses ta’lim justru lebih
universal dibandingkan proses al-tarbiyyah. Ia mengutip QS. Al-Baqarah ayat 30-34.
Menurutnya, ayat-ayat tersebut mengandung bahwa ta’lim jangkauannya lebih jauh
daripada serta lebih luas dari al-tarbiyyah. Selanglanjutnya, ia menjelaskan bahwa ta’lim
tidak berhenti pada pengetahuan lahiriah, juga tidak hanya sampai pada pengetahuan
taklid. Ta’lim mencakup pula pengetahuann teoretis, mengulang kaji secara lisan, dan
menyuruh melaksanakan pengetahuan itu. Ta’lim mencakup pula aspek-aspek
pengetahuan lainnya serta keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman
berprilaku.
Menurut penulis, Pendidikan Islami adalah bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara masimal sesuai dengan ajaran
Islam. Berdasarkan definisi tersebut pendidikan Islami sekurang-kurangnya haruslah
membahas hal-hal sebagai berikut:
1. Pendidikan aspek jasmani
- Di dalam keluarga
- Di masyarakat
- Di sekolah
2. Pendidikan aspek akal
- Di dalam keluarga
- Di masyarakat
- Di sekolah
3. Pendidikan aspek ruhani
- Di dalam keluarga
- Di masyarakat
- Di sekolah
Jadi, terdapat Sembilan masalah atau bab yang perlu diuraikan teori-teorinya. Setiap
masalah sekurang-kurngnya harus membicarakan hal-hal berikut:
1. Tujuan
2. Program
3. Proses
4. Evaluasi

Bab 5
Tujuan Umum Pendidikan Islami
Menurut islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidak muncul sendiri
atau berada dengan dirinya sendiri. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembanhkan
dalam funia Barat dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan. Teori ini berlawanan dengan teori bahwa seseorang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Menurut Islam, perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan
serta lingkungannya. Rasulullah Saw. bersabda:
Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, atau majusi (HR. Bukhari dan Muslim)
Fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan yaitu potensi. Ayah-ibu dalam
hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini yang menentukan perkembangan seseorang.
Pengaruh itu terjadi baik pada aspek jasmani, akal, maupun aspek ruhani.
Manusia memiliki banyak kecenderungan; ini disebabkan oleh banyaknya potensi
yang dibawanya. Dalam garis besar kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu
kecenderungan menjadi baik atau menjadi jahat. Sedangkan kecenderungan beragama
adalah kecenderungan yang menjadi baik.
Manusia itu adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain
hakikat wujud manusia yang lain adalah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang
terdiri atas jasmani, aka, dan ruhani sebagai potensi pokok.
Muhammad Quthb juga menyatakan (Quthb 1988:35) menyatakan bahwa
manusia terdiri atas tiga unsur yang integral, yaitu jasmani, akal, dan hati. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa ruh, akal dan tubuh ketiga-tiganya membentuk satu wujud yang utuh
yang disebut manusia; semuanya berinteraksi secara utuh dalam kenyataan.

Manusia Sempurna Menurut Islam


1. Jasmani yang sehat serta kuat
Muslim perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan
dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Islam
menghendaki agar muslim itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (Iman) adalah
persoalan mental. Pentingnya kekuatan dan kesehatan fisik itu juga mempunyai dalil-dalil
naqli.
Pada jasmani yang sehat serta kuat terdapat pula indera yang sehat dan bekerja
dengan baik. Indera yang baik diperlukan dalam penguasaan filsafat dan sain, serta dalam
pengelolaan alam. Jadi, kesimpulannya adalah wajar bila Islam memandang jasmani
yang sehat dan kuat sebagai salah satu ciri muslim yang ideal.
2. Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemelukmya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang
berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan
masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki
pengetahuan, jadi memiliki banyak informasi. Salah satu ciri muslim yang sempurna
adalah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat ditilik melalui indicator-
imdikator sebagai berikut ini. Pertama, memiliki pengethuan sain yang banyak dan
berkualitas tinggi. Bukan hanya menguasia teori-teori sain, tetapi mampu menciptakan
teori-teori baru dalam sain teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan teori
filsafat.
Islam menghendaki agar muslim berpengaetahuan. Ini adalah salah satu ciri akal
yang berkembang baik. Akal yang berkembang baik itu banyak berisi pengetahuan. Akal
adalah karunia Tuhan. Indikatornya adalah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu selain
diturunkan oleh Tuhan (taldir), juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan
fisik jelas berkaitan pula dengan kecerdasan tersebut.
3. Ruhani yang berkualitas tinggi
Ruhani yang di sini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal. Ruhani itu belum
jelas batasannya; manusia tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui
hakikatnya. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas; dapat mengetahui objek
yang abstrak, tetapi sebatas dapat dipikirkan secara logis. Kekuatan ruhani (kalbu) lebih
jauh daripada kekuatan akal. Bahkan ia dapat mengetahui objek secara tidak terbatas.
Karena itu, Islam sangat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam
gaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang
mampu beriman secara bersungguh-sungguh.
Dalam QS. Al-Maidah ayat 41 dapat ditarik kesimpulan bahwa iman tidaklah
merupakam pertanda bahwa orang yang mengatakannya itu sudah beriman; iman itu di
hati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga di kepala, yang ada di kepala adalah
pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang ada di kepala itu
bukan iman. Sekali lagi, iman itu ada di dalam hati. Maka jelaslah, kalbu yang berkualitas
tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain,
kalbu yang takwa kepada Allah.

Tujuan umum pendidikan Islam


Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu
menurut Allah adalah untuk beribadah kepada Allah (QS. Adz-zariyat ayat 56).
Tuhuan pendidikan Islam harus mempersiapkan manusia agar beribadah dan
menjadi hamba Allah. Aspek ibadah yang pertama adalah apa yang oleh fuqaha disebut
ibadah. Aspek ibadah yang kedua adalah aspek amal untuk menacri rezeki. Perintah
mencari rezeki itu mengandung perintah agar mempelajari cara mencari rezeki tersebut.
Muhammad Quthb (1988:17), menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting
daripada sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari mas ke masa, dari
generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Akan tetapi, tujuan
pendidika tidak berubah. Manusia takwa adalah manusia yang selalu beribadah kepada
Allah; manusia yang selalu menuruti ajaran Allah; ringkasnya manusia yang memenuhi
syarat untuk menjadi khalifah Allah di bumi.
Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islami memberi kesimpulan bahwa
tujuan akhir pendidikan islami adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak
kepada Allah.
Tujuan pendidikan itu harus dirinci menjadi tujuan yang khusus, bahkan sampai
ke tujuan yang operasional. Usaha merinci tujuan umum sudah dilakukan oleh para ahli
pendidikan islami. Contohnya bagi Asma Hasan Fahmi (Munir Mursi, 1977:17) tujuan
akhir pendidikan islami dapat dirinci:
1. Tujuan keagamaan;
2. Tujuan pengembangan akal, akhlak;
3. Tujuan pengajaran kebudayaan;
4. Tujuan pembinaan kepribadian.
Al-‘aynayni (1980: 153-217) membagi tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah beribadah kepada Allah, maksudnya
membentuk manusia yang berinadah kepada Allah. Tujuan ini bersifat tetap, berlaku di
segala tempat, waktu, dan keadaan. Sedangkan tujuan khusus dapat dirumuskan
berdasarkan ijtihad para ahli di tempat itu. Kemudian ia membagi aspek-aspek
pembinaan dalam pendidikan islami menurutnya adalah sebagai berikut:
1. Aspek jasmani,
2. Aspek ruhani,
3. Apek akidah,
4. Aspek akhlak,
5. Aspek kejiwaan,
6. Aspek keindahan,
7. Aspek kebudayaan.
Namun pendapat para pakar itu ternyata kurang menolong untuk merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan di tempat kita.

Bab 6
Merumuskan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan pada umumnya itu sebenarnya tidak pernah ada sebagai suatu
program, yang ada ialah tujuan pendidikan nasional yang berlaku untuk setiap Negara.
Filsafat Negara Indonesia afalah pancasila. Di dalam UU keimanan dan ketakwaan tidak
dijadikan core system pendidikan nasional, hal itu tidaklah amat mengganggu. Sebab
pentingnya pendidikan keimanan dan ketakwaan itu terdapat dalam banyak pasal.
Dalam pasal 3 UU No. 20/2003 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional…
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar memjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
UU telah menjamin terwujudnya peserta didik yang beriman dan bertakwa
sebagaimana dituntut dalam rumusan tujuan pendidikan. Tetapi perlu ditegaskan bahwa
UU itu belum menjadikan pendidikan keimanan dan ketakwaan sebagai core pendidikan
nasional. Itu berarti UU tersebut belum sesuai benar dengan kehendak pancasila dan
UUD45.

Bab 7
Kurikulum Pendidikan Islami
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang-lebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam
kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang
olahraga. Yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Barulah
pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah
mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua
macam, yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
jurusan. Pengertian tersebut menimbulkan paham bahwa dari sekian banyak
kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah hanya sejumlah mata pelajaran
(bidang studi) yang ditawarkan itulah yang disebut kurikulum. Adanya pandangan
bahwa kurikulum hanya berisi rencana pelajaran di sekolah disebabkan oleh
adanya pandangan tradisional yang mengatakan bahwa kurikulum hanya berisi
rencana pelajaran. Pandangan ini tidak terlalu salah karena mereka membedakan
kegiatan belajar kurikuler dan kegiatan belajar ekstrakurikuler dan kokurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar untuk mempelajari mata-mata
pelajaran yang wajib. Sedangkan kokurikuler dan ekstrakurikuler disebut mereka
sebagai kegiatan penyerta.
Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau
bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern adalah semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini berpendapat bahwa semua
pengalaman belajar itulah kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum isinya sangat luas. Hal ini tentu menjadi membingungkan.
Para ahli juga sudah mencoba untuk merinci isi kurikulum. Akhirnya dapat diambil
kesimpulan bahwa kurikulum adalah alat atau jalan untuk mencapai tujuan hidup anak-
anak kita yang juga merupakan tujuan hidup kita. Maka, suatu kurikulum mengandung
atau terdiri atas komponen-komponen:
1. Tujuan,
2. Isi atau program,
3. Metode atau proses belajar-mengajar,
4. Evaluasi.
Tujuan yang ditulis di dalam persiapan mengajar itu disebut dengan tujuan
pengajaran, yang sebenarnya adalah tujuan anak belajar. Selanjutnya, tujuan itu
mengarahkan perbuatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Komponen isi menunjukkan materi proses belajar-mengajar tersebut. Materi (isi) harus
relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan tadi.
Komponen proses belajar-mengajar mempertimbangkan kegiatan anak dan guru
dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses itu anak anak sebaiknya tidak ditinggalkan
sendirian. Oleh karena itu, diperlukan metode dalam proses mendidik anak.
Adapun komponen keempat adalah evaluasi. Evaluasi yaitu kegiatan kurikuler berupa
penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan tadi dapat dicapai. Mengevaluasi
sebenarnya mengevaluasi pencapaian tujuan, mengevaluasi isi, mengevaluasi proses, dan
mengevaluasi evaluasi itu sendiri, dengan kata lain mengevaluasi adalah mengevaluasi
kurikulum itu sendiri.
Wahyu adalah mula-mula diterima nabi Muhammad Saw adalah surat Al-'Alaq ayat
1-5 kemudian disusul dengan surat al-muzammil. Menurut Mahmud Yunus (1966: 5)
dalam kedua wahyu itu dapat diambil pengertian bahwa pendidikan islami ada tiga aspek
kepribadian yang harus dididik yaitu: aspek jasmani, akal dan ruhani.
Pada zaman Rasulullah Saw ketika periode Mekkah, kurikulum yang Rasulullah Saw
ajarkan adalah Alquran. Rinciannya adalah iman, akhlak db sholat. Di sini dapat diambil
kesimpulan bahwa konsep kurikulum pendidikan pada Nabi sampai habisnya periode
Mekkah belum komprehensif dan itu belum menggambarkan konsep kurikulum beliau,
sebab masa beliau melakukan pendidikan memang belum selesai.
Berlanjut pad periode Madinah Alquran diturunkan sebanyak 22 surat sehingga
lengkaplah Alquran diturunkan. Dari sini, sosok kurikulum dari Rasulullah terlihat secara
lebih lengkap. Kurikulum tersebut terdiri atas:
1. Membaca Alquran,
2. Keimanan (rukun iman),
3. Ibadah (rukun Islam),
4. Akhlak,
5. Dasar ekonomi,
6. Dasar politik,
7. Olahraga dan kesehatan (pendidikan jasmani),
8. Membaca dan menulis.
Kurikulum pendidikan sejak zaman Nabi, Khulafaurrasyidin, bani Umayah, dan bani
Abbas dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Kurikulum Nabi dan Khulafaur Rasyidin telah cukup komprehensif; aspek
jasmani, akal, dan ruhani (hati) masing-masing mendapat perhatian. Akan tetapi
mereka belum maju sebab pengetahuan pada masa ini memang belum
berkembang.
2. Kurikulum pada masa bani Umayah kurang-lebih sama dengan pada masa Nabi
Muhammad Saw. dan Khulafaur Rasyidin: memperhatikan seluruh aspek
kepribadian manusia.
3. Kurikulum pada masa bani Abbasiyah lebih memperhatikan aspek akal ketimbang
pada zamn sebelumnya, tetapi aspek jasmani malah tidak atau kurang
diperhatikan, sementara aspek ruhani mendapat tambahan pelajaran musik.
Pada mulanya orang Islam menganggap kurikulum hanyalah sekumpulan mata
pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Pengertian sempit ini tidak hanya dianut oleh
orang Islam, orang Barat pun pernah menganut pandangan ini. Namun kemudian orang
Barat memperluas pengertian kurikulum.
Menurut Al-Syaibani (1979: 489-518) kurikulum pendidikan islami harus
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kurikulum pendidikan islami harus menonjolkan pelajaran agama dan akhlak.
2. Kurikulum pendidikan islami harus memperhatikan pengembangan menyeluruh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan ruhani. Untuk pengembangan
menyeluruh ini kurikulum berisi mata pelajaran yang bnyak, sesuai dengan
tujuan dan aspek pembinaan itu.
3. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, ruhani dan akal manusia.
4. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan juga seni. Baik itu seni halus, ukir,
pahat, gambar, dan lainnya.
5. Kurikulum pendidikan islami mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan
zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
Sedangkan menurut al-Abrasyi dalam merencanakan kurikulum bagi pendidikan
islami seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut.
1. Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik ruhani atau hati. Ini berarti
perlu diberikan mata pelajaran ketuhanan (aqidah).
2. Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntutan cara hidup, yaitu ilmu fiqih dan
ilmu akhlak.
3. Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan ilmiah, yaitu
yang sekarang disebut orang mempelajari ilmu untuk ilmu.
4. Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan;
dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai.
5. Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu lain; yang
dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya.
Dalam mendesain kurikulum ada dua kriteria yang harus diperhatikan. Pertama,
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Alquran dan Hadits, pengetahuan yang mempelajari
manusia, ilmu-ilmu yang mengenai benda alam ketiganya harus masuk ke dalam
kurikulum. Kedua, seleksi terhadap ilmu-ilmu dari ketiga kategori itu hadus
merefleksikan karakteristik ilmu-ilmu tersebut. Seriao kurikulum harus diorientasikan
kepada tunuan yang sama, yaitu kedudukan manusia sebagai Khalifah di muka bumi, isi
kurikulum harus sejalb dengan itu.
Dalam konferensi dunia pertama, menyarankan dibuat kurikulum baru. Kurikulum itu
hadus berdasarkan klasifikasi pengetahuan yang baru, yaitu: pengetahuan "abadi" yang
berasal dari Alquran dan Hadits dan pengetahuan yang dipelajari yaitu pengetahuan yang
rentan terhadap perubahan.
Sayangnya, kurikulum di negara-negara Muslim belum menciptakan cita-cita
tersebut. Penyebabnya karena negara Muslim menganut filsafat pendidikan yang
membingungkan yaitu filsafat yang diadopsi dari barat lantas bercampur dengan ajaran
Islam. Selain itu, karena negara-negara Muslim masih memerlukan penjelasan, penafsiran
kembali, pembenaran dan penegasan kembali konsep-konsep klasifikasi dan kurikulum
tersebut.

Kurikulum Pendidikan di Rumah Tangga dan di Masyarakat


Pendidikan terjadi hampir di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Yang
sangat dikenal oleh para ahli adalah pendidikan yang terjadi di rumah tangga, sekolah,
dan masyarakat. Setiap pendidikan itu hadus memiliki kurikulum, sesederhana apapun
itu. Membuat kurikulum untuk lembaga-lembaga itu sebaiknya dilakukan tidak oleh satu
orang; sebaiknya oleh satu tim orang ahli dan diikuti juga oranv awam yang kelak akan
menjadi objek Pendidikan.

Kurikulum Sekuker
Pada Negara sekuler, agama dianggap sebagai urusan pribadi, sementara urusan
Negara adalah urusan publik. Di negara-negara sekuler agama tidak diajarkan dan tidak
boleh diajarkan di sekolah, tetapi itu bukan berarti negara anti agam;agama dipelajari di
luar sekolah dan tidak menjadi tanggung jawab pemerintahan negara. Tegasnya,
pendidikan sekuler ditandai oleh kurikulum sekuler, yaitu agama tidak boleh diajarkan di
sekolah. Di Indonesia sendiri agama wajib dimasukkan ke dalam kurikulum karena
perintah filsafat negara (pancasila). Pancasila itu memerintahkan setiap warga negara
Indonesia harus beragama dan bebas dalam memilih agama yang dianutnya.
Jika menginginkan aganma dikeluarkan dalam kurikulum sekolah (Indonesia)
maka harus mengusahakan mengganti pancasila gengan filsafat negara lain yang tentunya
sesuai dengan paham sekuler.usaha-usaha yang hendak meniadakan pelajaran agama di
sekolah dapat saja diartikan sebagai usaha hendak mengganti pancasila sebagai filsafat
negara.
Di dalam kurikulum pendidikan islami agama itu justru menjadi mata pelajaran
yang paling utama. Pendidikan islami menyadari bahwa kehidupan manusia harus
berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan yang menjadi pemilik manusia. Murid-murid
dalam pendidikan islami harus dididik secara islami agar ia mampu menjalani kehidupan
sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kurikulum Sekolah Unggulan


Istilah sekolah unggul sebenarnya tidak dikenal dalam Ilmu Pendidikan. Semua
sekolah bertujuan unggul. Sekolah unggul jika menggunakan lata unggul dalam ilmu
Pendidikan adalah sekolah yang dapat menacapai tujuan sekolah secara maksimal.
Berdasarkan pengertian inilah tidak ada sekolah unggul, hanya saja ada yang berhasil
unggul da nada yang tidak. Sedangkan sekolah plus adalah sekolah yang mempunyai
program yang tidak ada dalam kurikulum.
Ada usaha untuk mengunggulkan sekolah yaitu menerpakn konsep terpadu.
Namun, membina sekolah terpadu sebenarnya sangat sulit bahkan tidak mungkin sebab
belajar murid akan sangat berat. Membangun sekolah unggul cukup dengan cara
menyelesaikan kurikulum secara sempurna, artinya tujuan kurikuler tercapai secara
sempurna sekrang-kurangnya pada batasterndah belajar tuntas.

Bab 8
Guru dalam Pendidikan Islami
Definisi Guru dalam Pendidkan Islami
Sama dengan teori Barat, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Karena hal
tersebut adalah kodrat orang tua itu sendiri yang harus bertanggung jawab mendidik
anak-anaknya.
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dala pandangan Islam secara
umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh ptensi anak didik,
baik potensi psikomotor, kognitif maupun afektif. Potensi itu harus dikembangkan secar
seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin menurut ajaran Islam.
Pendidikan pada hakikatnya bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan
rakyat, kepentingan orangtua. Perlu diketahui bahwa pendidikan jauh lebih dahulu
adanya dibandingkan dengan munculnya negara. Semakin banyak rakyat berbicara
tentang pendidikan, itu semakin baik.
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap anak memang amat besar,
mendasar dan medalam. Akan tetapi pada zaman modern ini pengaruh itu hanya terbatas
pada perkembangan sikap. Maka, pendidikan saekolah pun amat berpengaruh besar dan
mendalam tetapi hanya sampai pada pengetahuan dan keterampilan. Pengaruh yang
diperoleh anak di sekolah hampir seluruhnya berasal dari guru. Guru yang dimaksud di
sini adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah
pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.

Kedudukan Guru dalam Pandangan Islam


Salah satu hal yang amat menarik dalam ajaran Islam adalah penghargaan yang
sangat tinggi terhadap guru. Karena guru selalu terkait degan ilmu (pengetahuan),
sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Kedudukan orang alim dalam Islam
dihargai tinggi apabila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara
mengajarkan ilmu itu kepad orang lain adalah suatu pengamalan yang paling dihargai
oleh Islam.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran
Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar
dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka,
tidak boleh tidak Islam pasti memuliakan Guru.
Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya sangat berbeda
dengan kedudyukan guru di dunia barat. Perbedaan itu sangat jelas karena di Barat
kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Maka, tidak mengherankan bila di Barat
guru tidak lebih dari sekedar orang yang pengetahuannya lebih luas daripada murid.
Hubungan guru murid juga tidak lebih dari sekedar hubungan pemberi dan penerima.

Tugas Guru dalam Islam


Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan islami juga ahli pendididikan Barat
telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik. Dalam literatur yang ditulis oleh ahli
pendidikan islami, tugas guru ternyata bercampur dengan syarat dan sifat guru. Ada
beberapa pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan di sini, yang diambil dari
uraian penulis muslim tentang syarat dan sifat guru, misalnya:
1. Guru harus mengetahui karakter murid (al-Abrasyi 1974: 133);
2. Guru harus selalu menungkatan keahliannya, baik dalam bidang yang
diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya (al-Abrasyi 1974: 134);
3. Guru harus mengamalkan ilmunya, jamgan berbuat berlawanan dengan ilmu yang
diajarkannya (al-Abrasyi 1974: 144).
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tugas guru dalam Islam adalah mendidik
muridnya, dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya
perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk itu, sekurang-kurangnya
harus memenuhi syarat-syarat berikut ini.

Syarat Guru dalam Pendidikan Islami


1. Tentang umur haruslah dewasa;
2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani ruhani;
3. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli;
4. Harus berkesusilaan da n berdedikasi tinggi.
Syarat-syarat itu adalah syarat-syarat guru pada umumnya dan syarat-syarat itu dapat
diterima oleh Islam. Munir Mursi (1977:97), tatkala membicarakan syarat guru ia
menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Umur, harus sudah dewasa;
2. Kesehatan, harus sehat jasmani dan ruhani;
3. Keahliah, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu
mendidik (termasuk ilmu mengajar);
4. Harus berkepribadian Muslim.
Pemilihan guru di sekolah-sekolah islami seringkali kurang memperhatikan syarat
keahlian, padahal keahlian merupakan hal yang paling utama dalam zaman modern ini.

Sifat Guru dalam Pandangan Islam


Sifat guru yang dimaksud adalah pelengkap syarat yang sudah disebutkan
sebelumnya, dapat dikatakan juga syarat adalah sifat minimal yang harus dipenuhi guru,
sedangkan sifat adalah pelengkap syarat sehingga guru tersebut dikatakan memenuhi
syarat maksimal.
Para ahli telah mengungkapkan sifat-sifat yang harus dimiliki guru, sederhananya
sebagai berikut:
1. Kasih sayang kepada anak didik.
2. Lemah lembut.
3. Rendah hati.
4. Menghormati ilmu yang bukan pegangannya.
5. Adil.
6. Menyenangi ijtihad.
7. Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan.
8. Sederhana.
Ada yang amat menarik dalam teori tentang tugas, syarat, dan sifat guru yang
dikembangkan oleh penulis Muslim, yaitu mereka amat menekankan pentingnya kasih
sayang kepada anak didik. Tekanan pada sifat kasih sayang dalam tulisan para ahli
pendidikan islami, yang kadang-kadang seolah-olah lebih dipentingkan mereka daripada
keahlian mengajar, selain didasarkan atas salah satu sabda Rasulullah Saw., juga
didasarkan atas paham bahwa bila guru telah memiliki kasih sayang yang tinggi kepada
muridnya, maka guru tersebut akan berusaha sekuat-kuatnya untuk meningkatkan
keahliannya karena ia ingin memberikan yang terbaik kepada murid yang disayanginya.

Bab 9
Dana dab Peralatan dalam Pendidikan Islami
Pentingnya peralatan dalam meningkatkan mutu sekolah
Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses
pendidikan. Peralatan itu berupa gedung, perpustakaan, alat-alat yang digunakan tatkala
belajar di dalam kelas yang erat hubungannya dengan mutu sekolah. Apalagi alat-alat
peraga dan alat-alat bantu dalam proses belajar-mengajar.
Gedung sekolah harus memiliki ruang-ruang belajar yang memenuhi syarat, yang
jelas memberika kemungkinan kepada siswanya untuk belajar lebih nyaman
dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancar sirkulasinya
dan cahaya yang kurang memenuhi syarat. Demikian juga tentang ruang baca
perpustakaan, ruanv penyuluhan, sampai kamar-kamar tempat buang hajat di sekolah.
Dengan demikian, jelas bahwa peralatan amat membantu dalam meningkatkan mutu
suatu sekolah.

Namun, pada kenyataannya realita sekarang ini jauh dari yang telah disebutkan di
atas. Salah satu saran untuk menangani kurang bagusnya fasilitas sekolah-sekolah Islam
di Indonesia adalah merencanakan pembangunan gedung dengan hati-hati dan buatlah
rencana yang amat menyeluruh. Dengan begitu, penghematan dana dapat dilakukan.
Dengan kata lain, penghamburan dana bisa jadi disebabkan karena keliru dalam membuat
rencana pembangunan peralatan.

Sekolah-sekolah islami sampai saat ini masih sering menghadapi kekurangan


biaya dalam pengadaan alat pelajaran. Kenyataan itu ditambah dengan lemahnya
perencanaan dan kurangnya ketelitian. Peralatan sekolah harus dirancang secara
menyeluruh dan teliti. Dahulukan alat-alat yang seriap hari digunakan, setelah itu alat-
alat yang sering digunakan lalu alat yang jarang digunakan.

Pengadaan alat-alat sekolah secara keseluruhan sebenarnya tidak sulit. Yang


terjadi selama ini adalah yayasan memang kurang memperhatikan unsur perencanaan itu,
atau memang ada perencanaan tetapi kurang teliti.

Muslim Indonesia biasanya mempunyai kelemahan dalam perencanaan; ini


kelihatan dalam fisik bangunan islami, tata letak, pengadaan alat-alat belajar, dan lain-
lain. Selain itu, umat Islam juga kelihatannya kurang memperhatikan segi ketelitian
dalam pemeliharaan alat-alat itu.

Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah perusakan yang sering dilakukan
oleh siswa yang "gatal tangan". Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1. Bangkitkan rasa bangga akan keindahan, keunikan sekolah. Ini dapat dicontohkan
oleh guru dan pihak-pihak sekolah lainnya. Dalam hal ini ajaran agama tentang
kebersihan dapat membantu.
2. Siapkan bagunan dalam kondisi prima pada tahun ajaran baru. Itu dilakukan
ketika liburan sekolah.

3. Ketertiban kelas harus terkendali. Jangan biarkan hal-hal kecil.

4. Jangan mengatakan bahwa anak-anak itu nakal hanya karena membuat coretan
pada dinding. Cukup nasehatinya dengan baik.

Dana pengelolaan sekolah


Sekolah memerlukan dana. Dana adalah uang. Yang sudah pasti dan itu
diperlukan untuk pengadaan alat-alat, gaji guru dan pegawai, serta pemeliharaan alat-alat.
Umat Islam Indonesia secara umum, yang semuanya mempunyai program dakwah yang
bertujuan menyebarkan Islam hendaknya benar-benar memahami bahwa jalan terbaik
yangbharus ditempuh adalah mendirikan sekolah-sekolah, karena sekolah merupakan
sadana dakwah terbaik.
Namun, kenyataannya banyak juga Muslim yang menyekolahkan anaknya ke
sekolah-sekolah yang didirikan dan diasuh oleh kelompok non-muslim. Sebabnya
bermacam-macam, salah satunya adalah sekolah yang didirikan oleh non-muslim
mutunya lebih baik.
Peningkatan mutu sekolah memerlukan sekurang-kurangnya dua syarat yang
harus dipenuhi. Pertama, penguasaan teori pendidikan modern, yaitu teori yang islami
dan sesuai dengan teori pendidikan modern. Artinya teori islami yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Kedua, ketersediaan dana yang cukup dengan memanfaatkan
uang pangkal dan uang sekolah.

Gaji Guru dan Pegawai Sekolah


Dalam pembahasan tentang dana bagi sekolah islami telah ditegaskan bahwa
salah satu kegunaan dan itu adalah untuk menggaji guru dan pegawai, bahkan gaji untuk
pengurus yayasan.
Para ahli fikih berbeda pendapat mengenai gaji guru yang mengajarkan Alquran.
Alqabisi mengupas topik ini panjang lebar. Orang yang berpendapat tidak boleh
menerima gaji dari mengajarkan Alquran berpegang pada alasan:
Pertama, Alquran diajarkan karena Allah jadi tidak wajar digaji orang yang
mengajarkannya. Kedua, pengajaran Alquran pada zaman permulaan, pengajarannya
tidak digaji. Ketiga, berdasarkan hadits nabi Muhammad Saw. tentang sahabat yang
diberikan panah oleh orang yang telah ia ajari Alquran. Rasulullah pun bersabda, "Jika
engkau mau panah itu menjadi kalung dari api neraka maka terimalah."
Orang yang membolehkan gaji guru berpeganh pada hadits juga. Hadits yang
dimaksud adalah "Yang paling patut kamu terima adalab gaji karena Alquran." Jadi gaji
yang dicela dan tercela adalah ddngan menggunakan Alquran sebagai alat untuk mencari
rezeki.
Gaji yang besar perlu bagi guru juga bagi karyawan sekolah. Ini adalah tuntutan yang
universal. Bagi guruu yang menjalani pekerjaannya secada profesional, uang amag
diperlukan dalam meningkatkan profesinya. Pemegang profesi harus belajar terus, harus
meneliti, harus berlangganan media profesi, harus bekerja full time . Itu semha tidak
dapat dilakukannya dengan baik bila gajinya kecil.

Bab 10
Profesionalisme dalam Pendidikan Islam
Definisi profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang profesional. Kira-kira terdapat 10 kriteria bagi suatu "profesi"
untuk dapat disebut sebagai suatu bidang profesi.
1. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus.
2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
3. Profesi harus memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi itu
dijalani menurut teori-teorinya. Artinya, profesi harus memiliki teori-teori. Teori-
teori tersebut harus baku maksudnya bukan teori yang sementara.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Maksudnya profesi
merupakan alat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, bukan untuk
kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar
kedudukan.
5. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya. Otonomi
tersebut hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya.
6. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
7. Profesi hendaknya memiliki kode etik; ini disebut kode etik profesi. Gunanya
untuk dijadikan oedoman dalam melakukan tugas profesi. Kode etik itu tidak akan
bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga oleh masyarakat.
8. Profesi harus memiliki klien yang jelas. Klien di sini maksudnya adalah pemakai
jasa profesi.
9. Profesi memerlukan organisasi profesi. Gunanya untuk keperluan meningkatkan
mutu profesi itu sendiri.
10. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.

Pandangan Islam tentang Profesionalisme


Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut Islam harus dilakukan karena Allah.
Profesi dalam Islam harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dari
sini kita mengetahui bahwa pekerjaan profesi dalam Islam dilakukan untuk atau sebagai
pengabdian kepada dua objek: pertama pengabdian kepada Allah dan kedua pengabdian
atau dedikasi kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek pekerjaan itu. Dalam
Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan
secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli.

Cara Menerapkan Profesionalisme di Sekolah-sekolah Islami


Untuk meningkatkan mutu sekolah-sekolah islami yang terpenting adalah penerapan
profesionalisme di sekolah tersebut. Untuk menerapkan profesionalisme dalam
pengelolaan pendidikan agaknya dapat diikuti sekurang-kurangnya dipertimbangkan
pikiran berikut ini.

1. Adanya profesionalisme pada tingkat yayasan. Biasanya sekolah berada di bawah


pengelolaan yayasan.

2. Menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah. Dalam hal ini yang
harus benar-benar diperhatikan oleh pengurus yayasan adalah memilih kepala
sekolah yang benar-benar profesional, dengan keahliannya itu dapat
meningkatkan mutu tenaga guru.

3. Penerapan Profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar. Ini harus dimulai dalam
penerimaan tenaga guru.

4. Profesionalisasi tenaga usaha sekolah.

Bab 11
Bentuk Baru Sistem Pendidikan Islami di Indonesia (Sistem
Alternatif?)

Ada dua bentuk kegiatan pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian
dari kalangan ahli pendidikan islami di Indonesia. Bentuk-bentuk itu hampir pasti
mendukung usaha Pendidikan agama Islam di Indonesia. Kegiatan pendidikan itu
mempengaruhi orang dalam beragama Islam dan atau meningkatkan keislaman
seseorang.

Pesantren Kilat
Istilah pesantren pasti sudah dikenal oleh muslim di Indonesia. Itu adalah nama
lembaga pendidikan islami yang paling tua di Indonesia. Dinamakan pesantren kilat
karena kegiatannya yang dilakukan sesingkat mungkin. Lamanya berkisar 7 sampai 30
hari. Di dalamnya diajarkan cara membaca Alquran, keimanan Islam, fiqih, akhlak. Yang
jelas, materi-materi pelajaran yang digunakan adalah bahan pengajaran agama.
Terdapat beberapa motif kenapa pesantren kilat selalu ramai. Pertama, orangtua
mengharapkan agar anaknya tidak nakal. Kedua, untuk mengisi waktu luang. Ketiga,
untuk menutupi kekurangan pendidikan agama di sekolah.
Pesantren kilat bisa menjadi salah satu pendorong majunya pendidikan Islam dan
pesantren kilat itu ada yang dilaksanakan dengan 'mondok' dan tidak. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pesantren kilat di dalam
pesantren, diantaranya:
1. Hendaknya pesantren kilat diadakan di pesantren.
2. Aturan di pesantren kilat hendaknya diatur persis seperti aturan kehidupan di
pesantren.
3. Tradisi di pesantren diterapkan pada santri pesantren kilat.
4. Kurikulum pesantren kilat cukup dibagi dua macam, yang berlaku umum dan
berlaku khusus sesuai dengan tingkat kematangan peserta.
5. Biaya pesantren kilat jangan terlalu rendah. Karena biaya itu untuk honor guru,
biaya makan, biaya kebersihan, biaya kemanan, sumbangan bagi sepuh pesantren
dan biaya modul pembelajaran.
6. Kebersihan tempat makan dan makanan perlu diperhatikan.
7. Kehidupan sederhana benar-benar harus dituntunkan tanpa pilih bulu.
Pesantren kilat yang diadakan di luar pesantren (seperti di masjid, sekolah, atau
tempat selain itu ) juga baik dan bermanfaat. Akan tetapi manfaatnya tidak akan lebih
besar dari pesantren kilat yang diadakan di pesantren. Untuk meningkatkan manfaat
pesantren kilat di luar pesantren mungkin dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut.
1. 1.Usahakan agar santri mendapat pemondokan selama kegiatan pesantren kilat
berjalan.
2. Usahakan agar ditegakkan tata kehidupan islami yang mirip dengan di pesantren.
3. Kurikulum dapat diatur seperti kurikulum pesantren kilat di pesantren sekalipun
tidak mungkin persis sama.
Kesimpulannya, pesantren kilat baik itu yang di dalam maupun di luar pesantren
adalah baik, positif, berguna, perlu dikembangkan dan didukung.

Perguruan Silat Tenaga Dalam


Secara gampang tenaga dalam adalah tenaga gaib di sini kata "tenaga" itu
mempunyai arti yang cukup luas, lebih luas dari pengertian tenaga yang dikenal dalam
fisika. Sebagian besar tenaga dalam tidak dapat dipahami lewat akal. Diperlukan
paradigma tersendiri untuk memahaminya. Paradigma itu barangkali barangkali dapat
disebut paradigma mistik yang suprarasional, yaitu paradigma yang bukan empiris dan
bukan logis rasional. Kadang-kadang bukti adanya tenaga dalam disaksikan dengan mata,
jadi ia empiris, tetapi mengapa itu demikian, jadi mengapanya sebagian besar tidak dapat
dipahami dengan menggunakan akal.
Ada kelebihan yang patut diperhatikan pada pendidikan di lembaga ini. Pertama,
gurunya tidak terlalu banyak berbicara tetapi contohlah yang banyak ia berikan. Kedua
untuk anak-anak nakal , aplaagi penjahat kelihatannya hanya pendidikan inilah yang
mampu menjangkau mereka. Sekolah, pesantren, dakwah, media massa, dan lain-lainnya
tidak mampu menjangkau mereka. Dengan demikian lembaga pendidikan ini perlu
dipelajari dan dibnatu pengembangannya.
Ada saran yang dapat disampaikan kepada perguruan tenaga dalam seperti itu.
Pertama, hendaknya melengkapi diri dengan sarana peribadatan, musahalla misalnya.
Kedua, sang guru sebaiknya memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Ketiga, murid-
murid itu sebaiknya dicatat, diberi kartu anggota dan diketahui alamatnya.

Bab 12
Proses Pendidikan Islami

Yang dimaksud dengan proses pendidikan di sini adalah semua upaya yang
digunakan dalam upaya mendidik. Bagian ini dalam pedagogik sering disebut metode.
Kata metode di sini diartikan secara luas. Metode-metode mengajar yang dikembangkan
di Barat dapat saja digunakan atau diambil untuk memperkaya teori tentang metode
pendidikan islami.

Cara Melaksanakan Pengajaran


Yang dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan
metode-metode umum melainkan petunjuk tentang bagaimana merancang "jalan
pengajaran" atau proses mengajar, yaitu urutan langkah mengajar (teaching steps).
Urutan langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, diantaranya:
1. Oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu.
2. Oleh kemampuan guru. Bila ada guru yang pandai berbicara maka gunakan
metode ceramah. Langkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan tujuan
pengajaran.
3. Oleh keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran seringkali
digunakan alat-alat itu untuk menentukan langkah mengajar.
4. Oleh jumlah murid.
Sekali lagi, persoalan mengajar bukan soal metode apa yang harus digunakan.
Namun persoalannya adalah bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses
pengajaran. Menurut Glaser, langkah pertama dalam membuat persiapan mengajar
(lesson plan) adalah menentukan tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam
pelajaran yang bersangkutan. Langkah kedua adalah menentukan entering behavior.
entering behavior adalah langkah tatkala guru menentukan kondisi siswanya yang
mencakup kondisi umum serta kondisi kesiapan belajarnya. Oleh karena, tes awal
termasuk ke dalam langkah ini. Langkah ketiga adalah menentukan prosedur (langkah-
langkah) belajar. Inilah bagian mengajar yang paling penting, paling sulit, dan paling
rumit. Kebersihan mengajar banyak sekali ditentukan oleh bagian ini. Untuk menentukan
ini mula-mula guru hendaklah mengetahui lebih dahulu macam-macam pengajaran
menurut jenis pembinaan yang harus dilakukannya.
Daerah ranah kognitif menurut Bloom ada tiga, yaitu kognitif afektif dan
psikomotor. Berdasarkan ketiga daerah binaan itu sekurang-kurangnya ditemukan jenis-
jenis pengajaran sebagai berikut.

a. Pengajaran keterampilan
b. Pengajaran yang tercakup dalam ranah kognitif. Di sini ada tiga jenis
pengajaran, yaitu pengajaran verbal, pengajaran konsep, dan pengajaran
prinsip.
c. Pembinaan afektif.

Membagun Keberagaman Melalui Pengajaran


Menurut al-Nahlawi, metode untuk menanamkan emrasa iman adalah sebagai
berikut:
1. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi.
2. Metode kisah Qurani dan Nabawi.
3. Metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.
4. Metode keteladanan.
5. Metode pembiasaan.
6. Metode ibrah dan mau'izah
7. Metode targhib dan tarhib.
Persoalan kita adalah bagaimana menanamkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah,
rasa nikmatnya beribadah dan sebagainya. Hal ini agaknya sulit ditempuh dengan cara
pendekatan empiris atau logis. Di sini kita mencoba mencari alternatif yang mungkin
lebih baik yaitu mencoba metode-metode yang menyentuh perasaan. Di sini mendidik
bukan hanya melalui akal namun juga masuk langsung ke dalam perasaan anak didik.

Bab 13
Tempat Pendidikan
Pendidikan dapat terjadi dimana-mana. Tempat pertama adalah pendidikan rumah
tangga yang disebut pendidikan rumah tangga. Sekarang ini teah berubah banyak
dibandingkan dengan masa lalu. Pada masa lalu diteorikan bahwa orang tua adalah
pendidikan pertama bagi anaknya.
Ada beberapa kemungkinan berkenaan denhan hal itu. Pertama, orang tua yang
banyak di rumah tetapi tidak melakukan pendidikan dengn cara yang benar. Kedua, orang
tua banyak di rumah tetapi tidak menggunakan waktu yang banyak untuk mendidik
anaknya. Ketiga orang tua yang sedikit waktunya di rumah tetapi memanfaatkan waktu
yang sempit itu sebaiknya-baiknya. Keempat, orang tua yang jarang di rumah dan tidak
menggunakan waktu yang sedikit untuk mendidik anak.
Tempat pendidikan kedua adalah masyarakat, yaitu tempat pendidikan yang sulit
didentifikasi seperti kantor-kantor, kepolisian, penjara, organisasi politik dan sosial.
Pemerintah harusnya mengatur lembaga-lembaga itu agar ia menjalankan fungsinya
sebagai lembaga pendidikan.
Tempat pendidikan ketiga adalah sekolah atau yang sering disebut dengan
lembaga pendidikan formal. Selain pendidikan formal, terdapat juga pendidikan non-
formal atau in-formal. Perbedaannya, pendidikan formal adalah pendidikan yang
disengaja. Disengaja berarti direncanakan, diatur dengan peraturan. Sedangkan
pendidikan non-formal atau in-formal adalah mendidik dengan cara yang tidak disengaja
dan tidak terdapat peraturan-peraturan khusus yang mengikatnya.
Selain itu, dilihat dari segi tempat pendidikan, pendidikan dapat terjadi di sekolah
dan di luar sekolah. Di sekolah sudah jelas; di luar sekolah misalnya kursus, majlis ta'lim,
LSM, dan lain-lain.

Bab 14
Pendidikan dalam Rumah Tangga
Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara
kodrati: artinya, orangtua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu
galam keadaan bagaimana pun juga. Karena mereka telah ditakdirkan menjadi orang tua
anak yang dilahirkannya.
Tujuan pendidikan rumah tangga adalah agar anak mampu berkembang secara
maksimal. Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu aspek jasmani, ruhani
dan akal. Tujuan lain adalah membantu sekolah atau lemabaga kursus dalam
mengembangkan pribadi anak didiknya.
Yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga adalah ayah dan ibu serta
semua orang yang merasa merasa tanggung jawab terhadap perkembangan anak. Dalam
pendidikan rumah tangga juga diperlukan kurikulum. Namun, garis besarnya adalah
kurikulum untuk pengembangan jasmani dan keterampilan, kurikulum untuk
pengembangan akal, dan kurikulum untuk pengembangan ruhani anak.
Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan
ruhani dalam arti kalbu, yaitu pendidikan agama bagi anak. Karena pendidikan agamalah
yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup manusia. Dalam QS. At-Tahrim
ayat 6 dapat diambil kesimpulsn bahwa pendidikan keberagamaan itu adalah tanggung
jawab orangtua, bukan tanggung jawab sekolah.

Saat memulai Pendidikan Agama Rumah Tangga


Dalam islam, pendidikan anak harus dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Anak
zina sulit dididik karena dalam diri anak tersebut tertanam suatu perasaan hina, rendah
dan benci kepada kedua orang tuanya. Hal itu tentu saja berpengaruh pada perkembangan
kepribadian anak itu.
Lalu dalam memilih pasangan hidup juga menjadi tolak ukur yang penting.
Calon suami harus memilih calon istri yang baik, begitu pun sebaliknya. Karena
kepribadian ayah dan ibu sangat berpengaruh pada pendidikan anaknya. Selanjutnya,
pada fase kehamilan. Pada fase ini bukan anak yang belum lahir yang dikenai
pendidikan melainkan terhadap ibu dan bapak bayi yang dikandung. Setelah anak lahir,
barulah pendidikan anak dilakukan secara langsung terhadap bayi tersebut.
Menggembirakan orang yang melahirkan dimaksudkan untuk menguatkan
ikatan persaudaraan di antara sesma muslim. Setelah anak dilahirkan, menurut Ibnu
Qayyim sebaiknya diazani dan iqamah. Agar getaran-getaran yang pertama didengar oleh
manusia adalah kalimat panggilan yang agung. Selanjutnya mentahnik anak yang baru
lahir, mencukur rambut, memberi nama yang baik, aqiqah bagi anak yang baru
lahir, khitan, menyusui bayi.
Selanjutnya ada hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan anak yaitu
mainan anak dan teman bermain anak kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
perkembangan serta kepribadian anak. Setelah menginjak masa remaja, hal penting yang
harus diperhatikan adalah waktu luang remaja apakah waktu itu ia pergunakan dengan
baik atau terbuang dengan sia-sia. Tontonan mereka pun harus sangat diperhatikan. Para
pendidik muslim berpendapat bahwa tontonan sadis dan porno itu amat berbahaya
bagi anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Karena dapat mengganggu kondisi
mental serta bisa saja menjadi sesuatu yang menyimpang dari agama.
Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu perkembangan penddikan anak adalah
konflik ibu bapak dan perceraian, anak menganggur, remaja berpacaran, rasa
rendah diri, yatim. Hal-hal tersebut secara tidak langsung meganggu kondisi mental
anak. Oleh karena itu orang tua tidak boleh lengah.
Perlu diperhatikan juga bahwa yang harus mengajari anak adalah orang tuanya.
Namun karena berbagai alasan, akhirnya para orang tua mengirim anak ke sekolah.
Sehingga mempercayakan anak seratus persen kepada sekolah dianggap hal yang sangat
keliru.
Dalam pendidikan rumah tangga tidak ada salanya untuk memberi hukuman
kepada anak jika anak melanggar suatu perturan. Namun hukuman yang keras sangat
tidak disarankan. Buatlah hukuman yang bersahabat serta membangun pribadi anak
menjadi lebih baik lagi. Jangan lupa juga untuk senantiasa untuk melakukan penanaman
keimanan kepada anak sedari kecil. Karena pokok agama yang telah ditanamkan sedari
kecil oleh orangtuanya akan bertumbuh menjadi pondasi yang kuat dan berguna bagi
anak tersebut.

Bab 15
Berkenalan dengan Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertian di Indonesia, setelah
rumah tangga. Menurut para ahil, pesantren baru dapat di sebut pesantern bila memenuhi
lima syarat, yaitu (1) Ada kiyai, (2) Ada pondok, (3) Ada masjid, (4) Ada santri, (5) Ada
pengajaran kitab kuning.
Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar dan luas
penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak memberikan saham dalam
pembentukkan manusia Indonesia yang religius.
Usaha untuk mengidentifikasi pesanteren dilakukan juga oleh Kafrawi. Ia
mencoba membagi pola pesantren menjadi empat pola. Yaitu: pesantren pola I adalah
pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa masjid dan rumah kiyai.
Pesantren ini masih sederhana. Pola pesantren II sama dengan pola I ditambah adanya
pondokan bagi santri. Pesantren pola III sama dengan pola II tapi ditambah dengan
adanya madrasah.
Wardi Bakhtiar dilihat dari sudut pengetahuan yang diajarkan, dia
menggolongkan pesantren menjadi dua macam, yaitu: pertama, pesantren salafi yaitu
pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik. Sistem madrasah diterapkan untuk
memudahkan teknik pengajaran sebagai pengganti metode sorongan. Kedua, pesanten
khgalafi, yang selain memberikan penajaran kitab Islam klasik juga membuka system
sekolah umum di lingkungan dan di bawah tanggung jawab pesantren.
Pesantren suatu lembaga yang telah membuktikan dirinya cukup mempunyai daya
tahan terhadap perubahan nilai. Menurut Mastuhu (lihat Manfred Oepen, 1988:280-288)
ada 10 prinsip yang berlaku pada pendidikan di pesantren, antara lain sebagai berikut.
1. Memiliki kebijaksanaan menurut Islam.
2. Memiliki bebebasan yang terpimpin.
3. Berkemampuan mengatur diri sendiri.
4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.
5. Menghormati orang tua dan guru.
6. Cinta kepada ilmu.
7. Mandiri.
8. Kesederhanaan.
Pesantren dapat menyumbangkan penanaman iman, suatu yang di inginkan oleh
tujuan pendidikan nasional budi luhur, kemandirian, kesehatan ruhani, adalah tujuan-
tujuan pendidikan nasional, yang juga merupakan tujuan utama pendidikan pesantren.

Bab 16
Mengembangkan Ilmu Pendidikan Islami
Landasan filosofis untuk pengembangan Ilmu Pendidikan Islam adalah keyakinan
bahwa semua pengetahuan datang dari Tuhan baik pengetahuan sain, filsafat, maupun
pengetahuan suprarasional. Tuhan menerintahkan kita belajar, locus yang tersedia ada
dua Alquran dan al-kaun (alam). Alquran berisi pengetahuan tentang Tuhan, alam juga
berisi pengetahuan Tuhan.
Ilmu pendidikan yang dikembangkan Barat adalah ilmu pendidikan yang berdasar
rasio; teori-teori pendidikannya dikembangkan dari hasil kerja rasio. Rasio itu meneliti
alam, hasil penelitian itulah yang dijadikan teori-teori pendidikan. Jadi ilmu pendidikan
Barat dapat disebut ilmu pendidikan rasional.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan Alquran Hadits
keduanya juga menunjuk kepada akal. Ini sama dengan dasar hukum islami. Tingkat
kekuatannya pun sama dengan yang diberlakukan dalam ijtihad hokum islami: Alquran
terkuat, di bawahnya ada hadits, dan terlemahnya adalah akal.
Kesimpulannya adalah bahwa dalam mengembangkan teori-teori pendidikan
Islam kita harus memulai dari ayat Alquran atau hadits, kemudian teori filsfat yang sesuai
dengan itu, setelahnya barulah teori sain. Langkah itu ditempuh untuk menjamin
terintegrasinya pengetahuan quraniyyah dan pengetahuan kauniyah. Inilah grand theory
utuk menghasilkan teori pengetahuan yang tidak sekuler.
Untuk sementara topic-topik berikut ini dapat dipilih oleh peneliti dalam rangka
mengembangkan ilmu pendidikan islami.
1. Teori tentang pendidikan prenatal.
2. Teori-teori tentang pendidikan anak di rumah tangga.
3. Teori-teori tentang pendidikan remaja di rumah tangga.
4. Teori-teori tentang pendidikan di masyarakat.
5. Teori-teori tentang pendidikan di sekolah.
Teori pendidikan di rumah tangga itu dapat dibagi:
1. Rumah tangga yang sibuk.
2. Rumah tangga yang tidak sibuk
3. Rumah tangga kelas atas
4. Rumah tangga bawah
Teori pendidikan di masyarakat dapat dibagi kira-kira sebagai berikut:
1. Teori-teori pendidikan di pesantren.
2. Teori-teori pendidikan di pesantren kilat.
3. Teori-teori tentang pendidikan di majlis ta’lim.
4. Teori-teori tentang pendidikan di khutbah-khutbah jumat.
5. Teori-teori tentang pendidikan di tempat kursus.
6. Teori-teori tentang pendidikan di rumah sakit.
7. Teori-teori tentang pendidikan di penjara.
8. Teori-teori tentang pendidikan di kantor-kantor kepolisian.
9. Teori-teori tentang pendidikan untuk para pengusaha, dan lain-lain.
Teori pendidikan di sekolah dapat disederhanakan:
1. Teori-teori pendidikan di taman kanak-kanak.
2. Teori-teori pendidikan di SD/Ibtidaiyyah.
3. Teori-teori pendidikan di SMP/Tsanawiyyah.
4. Teori-teori pendidikan di SMA/SMK/Aliyah.
Setiap kelompok itu sekurang-kurangnya harus membicarakan teori tentang:
1. Tujuan.
2. Program.
3. Proses.
4. Evaluasi.
Proses itu melibatkan banyak komponen yang juga harus ada teorinya, sekurang-
kurangnya teori tentang:
1. Murid (anak didik).
2. Pendidik, terutama guru.
3. Bahan ajar.
4. Media dan cara menggunakannya
5. Biaya.
6. Bermacam-macam metode.

Anda mungkin juga menyukai