Diajukan untuk Memenuhi Tugas terstruktur pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
DOSEN PENGAMPU
Dr. ridwan,M.pd.i
Disusun Oleh:
Kelas: PAI 2C
Bab 2
Konsep Pengetahuan dalam Islam
Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Itu bukan define pengetahuan namun
sudah dapat lumayan untuk menjelaskan apa pengetahuan itu. Dalam bahasa Indonesia,
ada istilah ilmu. Penggunaan istilah ini (ilmu) sungguh membingungkan. Itu karena kata
“ilmu” dalam bahasa Indonesia diambil bahasa Arab yang berarti “pengetahuan”. Lebih
membingungkan lagi karena orang Indonesia menyebut “sain” dengan “ilmu
pengetahuan.”
Pengetahuan inderawi sebenarnya sama saja hakikatnya dengan pengetahuan sain.
Bedanya hanya sedikit: pengetahuan inderawi itu sederhana sedangkan pengetahuan sain
itu kompleks. Pengetahuan indewrawi juga bisa bersifat kompleks bila diuraikan. Akan
tetapi jika diuraikan maka ia akan sama dengan pengetahuan sain. Oleh karena itu, kedua
jenis pengetahuan ini dapat dijadikan satu saja: pengetahuan sain. Inilah jenis penetahuan
manusia yang pertama.
Pengetahuan sains memiliki paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya adalah
paradigma sain (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode sain (scientific
method). Paradigm dan metode sain ini diturunkan dari filsafata positivism. Yang
dimaksud dengan paradigm sain adalah cara pandang sain; yang dimaksud metode sain
adalah metode yang mengandalkan logika dan bukti empiris. Metode sain mengatakan:
bila benar, buktikan bahwa itu logis serta tunjukkan empirisnya.
Kaidah sain ini (logis-empiris) perlu doperhatikan oleh kalangan ilmuwan. Sebab,
adakalanya sesuatu mempunyai bukti empiris, tetapi tidak logis; ini bukan pengetahuan
sain. Lanjutan pengetahuan sain itu yakni jenis pengetahuan kedua yang biasa disebut
pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan
secara rasional.
Paradigma untuk pengetahuan filsafat disebut paradigm rasional; metodenya
disebut metode rasional yang mengandalkan pemikiran rasional. Cara kerja metode ini
sulit dijelaskan; yang dapat dikatakan adalah “mencari kebenaran tentang sesuatu dengan
cara memikirkannya secara rasional”.
Di dalam tradisi Islam, hati itu disebut kalbu, dzauq, dlamir. Inilah jenis
pengetahuan ketiga yang biasa dikenal dengan pengetahuan mistik, yaitu segala
pengetahuan yang diperoleh melaui hati dan sekaang disebut oleh penulis sebagai
pengetahuan suprarasional, pengetahuan ini diperoleh melalui pemikiran suprarasional.
PENGETAHUAN MANUSIA
MACAM OBJEK PARADIGMA METODE KRITERIA
PENGETAHUA
N
Sain Empiris Sain Sain Rasional dan
empiris
Filsafat/rasional Abstrak Rasional Rasional Rasional
rasional
Suprarasional Abstrak Mistik Mistik Keyakinan,
suprarasional suprarasional
Masih ada satu macam lagi pengetahuan yang belum kelihatan dalam matriks itu,
yaitu pengetahuan seni yang mencakup pengetahuan tentang objek-objek dari segi indah-
tidak indahnya. Besar dugaan pengetahuan ini sebagian besar dicapai dengan paradigma
ketiga.
Dari yang telah disebutkan diatas adalah cara membagi pengetahuan manusia.
Ada lagi cara membagi pengtahuan manusia yaitu pengetahuan yang diwahyukan dan
pengetahuan yang diperoleh. Maksud diperoleh adalah dicari sendiri oleh manusia,
sedangkan pengetahuan yang diwahyukan adalah pengetahuan yang diterima. Ini adalah
cara pembagian menurut Islam.
Menurut Alquran, semua pengetahuan datang dari Allah.sebagian diwahyukan
kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan
akal indera, akal dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan memiliki kebenaran yang
absolut; sedangkan pengetahuan yang diperiloh kebenarannya tidak mutlak.
Dalam kenyataan sejarah, kedua macam pengetahuan ini selalu dimasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan islami. Ibn Khaldun menyebutnya dengan istilah
pengetahuan naqliyah (diwahyukan) dan pengetahuan aqliyah (dipikirkan). Sekarang,
tatkala pemikiran telah begitu maju, keterampilan demikian juga, tatkala keimanan dan
pemikiran tidak sejalan lagi, maka hubungan antara pengetahuan yang diwahyukan dan
pengetahuan yang diperoleh terganggu sehingga muncullah keterpisahan antara
keduanya. Inilah pandangan sekuler.
Pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu. Untuk kepentingan
pendidikan, pengetahuan yang satu itu harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian secara
lengkap adalah sebagai berikut (diambil dalam konferensi; lihat dalam King Abdul Aziz,
1980).
Kelompok I: perenial:
1. Alquran: a) qira'ah, hafalan (hifz), tafsir, b) sunah c) sirah (tarikh) Nabi saw
danpara sahabat, dan pengikut, d) tauhid, e) ushul fiqih dan fiqih, f) bahasa Quran
(fonologi, sintaksis, semantik).
2. Pengetahuan pembantu: a) metafisika Islam, b) perbandingan agama, c)
kebudayaan Islam.
Bab 3
Definisi Ilmu Pendidikan Islami
Ilmu Pendidikan islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan islam. Isi ilmu adalah
teori. Namun itu hanya secara esensial. Sebenarnya, secara lengkap isi suatu ilmu bukan
hanya teori. Isinya adalah penjelasan tentang teori itu dan terkadang ada data yang
mendukung penjelasan itu.
Ilmu Pendidikan islami adalah ilmu pendidikan ya g berdasarkan Alquran, hadits
dan akal. Penggunaan dasar ini harus berurutan, Alquran lebih dahulu; bila tidak ada atau
tidak jelas lihat di dalam hadits, bila tidak ada barilajh menggunakan akal. Tapi, temuan
akal itu tidak boleh bertentangan dengan Alquran dan Hadits.
Ilmu (sain) adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset
terhadap objek-objek yang empiris; benar tidaknya suatu teori sain (ilmu) ditentukan oleh
logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris, maka teori sain itu benar. Bila hanya logis,
ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada bukti empiris itu namanya
pengetahuan khayal.
Kesimpulannya, sain (ilmu) adaah pengetahuan logis yang mempunyai bukti
empiris. Kaidah ini penulis gunakan untuk Ilmu Pendidikan Islami. Teori-teori dalam
Ilmu Pendidikan Islami haruslah dapat diuji secara logis sekaligus empiris. Bila kurang
satu saka, maka bukan Ilmu Pendidikan Islami.
Adapun filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang
objek-objek yang abstrak. Bisa saja objek penelitiannya kongkret tetapi yang ingin
diketahuinya adalah bagian abstraknya. Bila suatu waktu ia dapat dibuktikan secara
empiris, maka ia berubah menjadi teori ilmu.
Istilah mistik (sekarang lebih tepat disebut suprarasional atau metarasional)
adalah pengetahuan yang bukan diperoleh dengan indera seperti sain bukan pula dengan
akal seperti pengetahuan filsafat. Pengetahuan jenis ini diperoleh dengan cara supra
rasional. Sebenarnya masih ada pengetahuan jenis lain yaitu pengetahuan yang diperoleh
melalui rasa. Rasa bekerja untuk menerima dan memperoleh pengetahuan suprarasional.
Bagi muslim, sumber pengetahuan adalah Allah. Sumber pertama itu sekarang
ada di dalam Alquran dan hadits Rasulullah Saw. Inilah kebenaran yang pertama.
Manusia menafsirkan ayat dan atau Hadits, maka sudah sewajarnya akan terdapat lebih
dari satu tafsir. Tafsir ini sebenarnya menduduki tingkat kedua. Kemudian ada filsafat, ia
dapat melahirkan lebih pada satu teori pada tingkat sain dan satu teori sain dapat
melahirkan lebih dari satu manual. Manual inilah yang disebut teknik. Jadi, wahyu berada
pada tingkat bagian paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat yang
paling bawah. Wahyu paling abstrak, manual paling konkret.
Jika firma Allah dan teori filsafat bersifat universal, nerlaku di mana daja dan
kapan saja, diterima oleh siapapun, maka teori sain tingkat keuniversalannya mulai
menurun. Sebuah teori sain dapat berlaku pada masa tertentu, tetapi salah pada masa
yang lain: benar di tempat tertentu, tetapi tidak benar di tempat yang lain. Sekalipun
demikian, tingkat keumumannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keuniversalan
teknik (manual). Teknik benar-benar terbatas keuniversalannya. Teknik dapat berubah
dengn cepat, hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Namun yang harus dipegang
adalah teknik Pendidikan Islam haruslah islami, ini harus diusut ke atas, kepada teori
sainnya, lalu kepada teori filsafatnya, sampai kepada teks Wahyunya.
Bab 4
Definisi Pendidikan Islami
Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak
didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Definisi itu baik, mudah dipahami,
secara relatif mudah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus pendidikan. Akan tetapi,
defini tersebut terlalu sempit belum mencakup seluruh kegiatan yang disebut pendidikan.
Di sana dikatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan terhadap dan seterusnya. Jadi,
pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik
berupa orang; jadi, ada orang yang mendidik.
Bab 5
Tujuan Umum Pendidikan Islami
Menurut islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidak muncul sendiri
atau berada dengan dirinya sendiri. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembanhkan
dalam funia Barat dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan. Teori ini berlawanan dengan teori bahwa seseorang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Menurut Islam, perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan
serta lingkungannya. Rasulullah Saw. bersabda:
Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, atau majusi (HR. Bukhari dan Muslim)
Fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan yaitu potensi. Ayah-ibu dalam
hadits ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya itulah, menurut hadits ini yang menentukan perkembangan seseorang.
Pengaruh itu terjadi baik pada aspek jasmani, akal, maupun aspek ruhani.
Manusia memiliki banyak kecenderungan; ini disebabkan oleh banyaknya potensi
yang dibawanya. Dalam garis besar kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu
kecenderungan menjadi baik atau menjadi jahat. Sedangkan kecenderungan beragama
adalah kecenderungan yang menjadi baik.
Manusia itu adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain
hakikat wujud manusia yang lain adalah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang
terdiri atas jasmani, aka, dan ruhani sebagai potensi pokok.
Muhammad Quthb juga menyatakan (Quthb 1988:35) menyatakan bahwa
manusia terdiri atas tiga unsur yang integral, yaitu jasmani, akal, dan hati. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa ruh, akal dan tubuh ketiga-tiganya membentuk satu wujud yang utuh
yang disebut manusia; semuanya berinteraksi secara utuh dalam kenyataan.
Bab 6
Merumuskan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan pada umumnya itu sebenarnya tidak pernah ada sebagai suatu
program, yang ada ialah tujuan pendidikan nasional yang berlaku untuk setiap Negara.
Filsafat Negara Indonesia afalah pancasila. Di dalam UU keimanan dan ketakwaan tidak
dijadikan core system pendidikan nasional, hal itu tidaklah amat mengganggu. Sebab
pentingnya pendidikan keimanan dan ketakwaan itu terdapat dalam banyak pasal.
Dalam pasal 3 UU No. 20/2003 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional…
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar memjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
UU telah menjamin terwujudnya peserta didik yang beriman dan bertakwa
sebagaimana dituntut dalam rumusan tujuan pendidikan. Tetapi perlu ditegaskan bahwa
UU itu belum menjadikan pendidikan keimanan dan ketakwaan sebagai core pendidikan
nasional. Itu berarti UU tersebut belum sesuai benar dengan kehendak pancasila dan
UUD45.
Bab 7
Kurikulum Pendidikan Islami
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang-lebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam
kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang
olahraga. Yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Barulah
pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah
mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua
macam, yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
jurusan. Pengertian tersebut menimbulkan paham bahwa dari sekian banyak
kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah hanya sejumlah mata pelajaran
(bidang studi) yang ditawarkan itulah yang disebut kurikulum. Adanya pandangan
bahwa kurikulum hanya berisi rencana pelajaran di sekolah disebabkan oleh
adanya pandangan tradisional yang mengatakan bahwa kurikulum hanya berisi
rencana pelajaran. Pandangan ini tidak terlalu salah karena mereka membedakan
kegiatan belajar kurikuler dan kegiatan belajar ekstrakurikuler dan kokurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar untuk mempelajari mata-mata
pelajaran yang wajib. Sedangkan kokurikuler dan ekstrakurikuler disebut mereka
sebagai kegiatan penyerta.
Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau
bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern adalah semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini berpendapat bahwa semua
pengalaman belajar itulah kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum isinya sangat luas. Hal ini tentu menjadi membingungkan.
Para ahli juga sudah mencoba untuk merinci isi kurikulum. Akhirnya dapat diambil
kesimpulan bahwa kurikulum adalah alat atau jalan untuk mencapai tujuan hidup anak-
anak kita yang juga merupakan tujuan hidup kita. Maka, suatu kurikulum mengandung
atau terdiri atas komponen-komponen:
1. Tujuan,
2. Isi atau program,
3. Metode atau proses belajar-mengajar,
4. Evaluasi.
Tujuan yang ditulis di dalam persiapan mengajar itu disebut dengan tujuan
pengajaran, yang sebenarnya adalah tujuan anak belajar. Selanjutnya, tujuan itu
mengarahkan perbuatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Komponen isi menunjukkan materi proses belajar-mengajar tersebut. Materi (isi) harus
relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan tadi.
Komponen proses belajar-mengajar mempertimbangkan kegiatan anak dan guru
dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses itu anak anak sebaiknya tidak ditinggalkan
sendirian. Oleh karena itu, diperlukan metode dalam proses mendidik anak.
Adapun komponen keempat adalah evaluasi. Evaluasi yaitu kegiatan kurikuler berupa
penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan tadi dapat dicapai. Mengevaluasi
sebenarnya mengevaluasi pencapaian tujuan, mengevaluasi isi, mengevaluasi proses, dan
mengevaluasi evaluasi itu sendiri, dengan kata lain mengevaluasi adalah mengevaluasi
kurikulum itu sendiri.
Wahyu adalah mula-mula diterima nabi Muhammad Saw adalah surat Al-'Alaq ayat
1-5 kemudian disusul dengan surat al-muzammil. Menurut Mahmud Yunus (1966: 5)
dalam kedua wahyu itu dapat diambil pengertian bahwa pendidikan islami ada tiga aspek
kepribadian yang harus dididik yaitu: aspek jasmani, akal dan ruhani.
Pada zaman Rasulullah Saw ketika periode Mekkah, kurikulum yang Rasulullah Saw
ajarkan adalah Alquran. Rinciannya adalah iman, akhlak db sholat. Di sini dapat diambil
kesimpulan bahwa konsep kurikulum pendidikan pada Nabi sampai habisnya periode
Mekkah belum komprehensif dan itu belum menggambarkan konsep kurikulum beliau,
sebab masa beliau melakukan pendidikan memang belum selesai.
Berlanjut pad periode Madinah Alquran diturunkan sebanyak 22 surat sehingga
lengkaplah Alquran diturunkan. Dari sini, sosok kurikulum dari Rasulullah terlihat secara
lebih lengkap. Kurikulum tersebut terdiri atas:
1. Membaca Alquran,
2. Keimanan (rukun iman),
3. Ibadah (rukun Islam),
4. Akhlak,
5. Dasar ekonomi,
6. Dasar politik,
7. Olahraga dan kesehatan (pendidikan jasmani),
8. Membaca dan menulis.
Kurikulum pendidikan sejak zaman Nabi, Khulafaurrasyidin, bani Umayah, dan bani
Abbas dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Kurikulum Nabi dan Khulafaur Rasyidin telah cukup komprehensif; aspek
jasmani, akal, dan ruhani (hati) masing-masing mendapat perhatian. Akan tetapi
mereka belum maju sebab pengetahuan pada masa ini memang belum
berkembang.
2. Kurikulum pada masa bani Umayah kurang-lebih sama dengan pada masa Nabi
Muhammad Saw. dan Khulafaur Rasyidin: memperhatikan seluruh aspek
kepribadian manusia.
3. Kurikulum pada masa bani Abbasiyah lebih memperhatikan aspek akal ketimbang
pada zamn sebelumnya, tetapi aspek jasmani malah tidak atau kurang
diperhatikan, sementara aspek ruhani mendapat tambahan pelajaran musik.
Pada mulanya orang Islam menganggap kurikulum hanyalah sekumpulan mata
pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Pengertian sempit ini tidak hanya dianut oleh
orang Islam, orang Barat pun pernah menganut pandangan ini. Namun kemudian orang
Barat memperluas pengertian kurikulum.
Menurut Al-Syaibani (1979: 489-518) kurikulum pendidikan islami harus
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kurikulum pendidikan islami harus menonjolkan pelajaran agama dan akhlak.
2. Kurikulum pendidikan islami harus memperhatikan pengembangan menyeluruh
aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan ruhani. Untuk pengembangan
menyeluruh ini kurikulum berisi mata pelajaran yang bnyak, sesuai dengan
tujuan dan aspek pembinaan itu.
3. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan
masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, ruhani dan akal manusia.
4. Kurikulum pendidikan islami memperhatikan juga seni. Baik itu seni halus, ukir,
pahat, gambar, dan lainnya.
5. Kurikulum pendidikan islami mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan
zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
Sedangkan menurut al-Abrasyi dalam merencanakan kurikulum bagi pendidikan
islami seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut.
1. Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik ruhani atau hati. Ini berarti
perlu diberikan mata pelajaran ketuhanan (aqidah).
2. Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntutan cara hidup, yaitu ilmu fiqih dan
ilmu akhlak.
3. Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan ilmiah, yaitu
yang sekarang disebut orang mempelajari ilmu untuk ilmu.
4. Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan;
dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai.
5. Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu lain; yang
dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya.
Dalam mendesain kurikulum ada dua kriteria yang harus diperhatikan. Pertama,
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Alquran dan Hadits, pengetahuan yang mempelajari
manusia, ilmu-ilmu yang mengenai benda alam ketiganya harus masuk ke dalam
kurikulum. Kedua, seleksi terhadap ilmu-ilmu dari ketiga kategori itu hadus
merefleksikan karakteristik ilmu-ilmu tersebut. Seriao kurikulum harus diorientasikan
kepada tunuan yang sama, yaitu kedudukan manusia sebagai Khalifah di muka bumi, isi
kurikulum harus sejalb dengan itu.
Dalam konferensi dunia pertama, menyarankan dibuat kurikulum baru. Kurikulum itu
hadus berdasarkan klasifikasi pengetahuan yang baru, yaitu: pengetahuan "abadi" yang
berasal dari Alquran dan Hadits dan pengetahuan yang dipelajari yaitu pengetahuan yang
rentan terhadap perubahan.
Sayangnya, kurikulum di negara-negara Muslim belum menciptakan cita-cita
tersebut. Penyebabnya karena negara Muslim menganut filsafat pendidikan yang
membingungkan yaitu filsafat yang diadopsi dari barat lantas bercampur dengan ajaran
Islam. Selain itu, karena negara-negara Muslim masih memerlukan penjelasan, penafsiran
kembali, pembenaran dan penegasan kembali konsep-konsep klasifikasi dan kurikulum
tersebut.
Kurikulum Sekuker
Pada Negara sekuler, agama dianggap sebagai urusan pribadi, sementara urusan
Negara adalah urusan publik. Di negara-negara sekuler agama tidak diajarkan dan tidak
boleh diajarkan di sekolah, tetapi itu bukan berarti negara anti agam;agama dipelajari di
luar sekolah dan tidak menjadi tanggung jawab pemerintahan negara. Tegasnya,
pendidikan sekuler ditandai oleh kurikulum sekuler, yaitu agama tidak boleh diajarkan di
sekolah. Di Indonesia sendiri agama wajib dimasukkan ke dalam kurikulum karena
perintah filsafat negara (pancasila). Pancasila itu memerintahkan setiap warga negara
Indonesia harus beragama dan bebas dalam memilih agama yang dianutnya.
Jika menginginkan aganma dikeluarkan dalam kurikulum sekolah (Indonesia)
maka harus mengusahakan mengganti pancasila gengan filsafat negara lain yang tentunya
sesuai dengan paham sekuler.usaha-usaha yang hendak meniadakan pelajaran agama di
sekolah dapat saja diartikan sebagai usaha hendak mengganti pancasila sebagai filsafat
negara.
Di dalam kurikulum pendidikan islami agama itu justru menjadi mata pelajaran
yang paling utama. Pendidikan islami menyadari bahwa kehidupan manusia harus
berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan yang menjadi pemilik manusia. Murid-murid
dalam pendidikan islami harus dididik secara islami agar ia mampu menjalani kehidupan
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bab 8
Guru dalam Pendidikan Islami
Definisi Guru dalam Pendidkan Islami
Sama dengan teori Barat, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Karena hal
tersebut adalah kodrat orang tua itu sendiri yang harus bertanggung jawab mendidik
anak-anaknya.
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dala pandangan Islam secara
umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh ptensi anak didik,
baik potensi psikomotor, kognitif maupun afektif. Potensi itu harus dikembangkan secar
seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin menurut ajaran Islam.
Pendidikan pada hakikatnya bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan
rakyat, kepentingan orangtua. Perlu diketahui bahwa pendidikan jauh lebih dahulu
adanya dibandingkan dengan munculnya negara. Semakin banyak rakyat berbicara
tentang pendidikan, itu semakin baik.
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap anak memang amat besar,
mendasar dan medalam. Akan tetapi pada zaman modern ini pengaruh itu hanya terbatas
pada perkembangan sikap. Maka, pendidikan saekolah pun amat berpengaruh besar dan
mendalam tetapi hanya sampai pada pengetahuan dan keterampilan. Pengaruh yang
diperoleh anak di sekolah hampir seluruhnya berasal dari guru. Guru yang dimaksud di
sini adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah
pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.
Bab 9
Dana dab Peralatan dalam Pendidikan Islami
Pentingnya peralatan dalam meningkatkan mutu sekolah
Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses
pendidikan. Peralatan itu berupa gedung, perpustakaan, alat-alat yang digunakan tatkala
belajar di dalam kelas yang erat hubungannya dengan mutu sekolah. Apalagi alat-alat
peraga dan alat-alat bantu dalam proses belajar-mengajar.
Gedung sekolah harus memiliki ruang-ruang belajar yang memenuhi syarat, yang
jelas memberika kemungkinan kepada siswanya untuk belajar lebih nyaman
dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit, udara yang kurang lancar sirkulasinya
dan cahaya yang kurang memenuhi syarat. Demikian juga tentang ruang baca
perpustakaan, ruanv penyuluhan, sampai kamar-kamar tempat buang hajat di sekolah.
Dengan demikian, jelas bahwa peralatan amat membantu dalam meningkatkan mutu
suatu sekolah.
Namun, pada kenyataannya realita sekarang ini jauh dari yang telah disebutkan di
atas. Salah satu saran untuk menangani kurang bagusnya fasilitas sekolah-sekolah Islam
di Indonesia adalah merencanakan pembangunan gedung dengan hati-hati dan buatlah
rencana yang amat menyeluruh. Dengan begitu, penghematan dana dapat dilakukan.
Dengan kata lain, penghamburan dana bisa jadi disebabkan karena keliru dalam membuat
rencana pembangunan peralatan.
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah perusakan yang sering dilakukan
oleh siswa yang "gatal tangan". Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1. Bangkitkan rasa bangga akan keindahan, keunikan sekolah. Ini dapat dicontohkan
oleh guru dan pihak-pihak sekolah lainnya. Dalam hal ini ajaran agama tentang
kebersihan dapat membantu.
2. Siapkan bagunan dalam kondisi prima pada tahun ajaran baru. Itu dilakukan
ketika liburan sekolah.
4. Jangan mengatakan bahwa anak-anak itu nakal hanya karena membuat coretan
pada dinding. Cukup nasehatinya dengan baik.
Bab 10
Profesionalisme dalam Pendidikan Islam
Definisi profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang profesional. Kira-kira terdapat 10 kriteria bagi suatu "profesi"
untuk dapat disebut sebagai suatu bidang profesi.
1. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus.
2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
3. Profesi harus memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi itu
dijalani menurut teori-teorinya. Artinya, profesi harus memiliki teori-teori. Teori-
teori tersebut harus baku maksudnya bukan teori yang sementara.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Maksudnya profesi
merupakan alat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, bukan untuk
kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar
kedudukan.
5. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya. Otonomi
tersebut hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya.
6. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
7. Profesi hendaknya memiliki kode etik; ini disebut kode etik profesi. Gunanya
untuk dijadikan oedoman dalam melakukan tugas profesi. Kode etik itu tidak akan
bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga oleh masyarakat.
8. Profesi harus memiliki klien yang jelas. Klien di sini maksudnya adalah pemakai
jasa profesi.
9. Profesi memerlukan organisasi profesi. Gunanya untuk keperluan meningkatkan
mutu profesi itu sendiri.
10. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
2. Menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah. Dalam hal ini yang
harus benar-benar diperhatikan oleh pengurus yayasan adalah memilih kepala
sekolah yang benar-benar profesional, dengan keahliannya itu dapat
meningkatkan mutu tenaga guru.
3. Penerapan Profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar. Ini harus dimulai dalam
penerimaan tenaga guru.
Bab 11
Bentuk Baru Sistem Pendidikan Islami di Indonesia (Sistem
Alternatif?)
Ada dua bentuk kegiatan pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat perhatian
dari kalangan ahli pendidikan islami di Indonesia. Bentuk-bentuk itu hampir pasti
mendukung usaha Pendidikan agama Islam di Indonesia. Kegiatan pendidikan itu
mempengaruhi orang dalam beragama Islam dan atau meningkatkan keislaman
seseorang.
Pesantren Kilat
Istilah pesantren pasti sudah dikenal oleh muslim di Indonesia. Itu adalah nama
lembaga pendidikan islami yang paling tua di Indonesia. Dinamakan pesantren kilat
karena kegiatannya yang dilakukan sesingkat mungkin. Lamanya berkisar 7 sampai 30
hari. Di dalamnya diajarkan cara membaca Alquran, keimanan Islam, fiqih, akhlak. Yang
jelas, materi-materi pelajaran yang digunakan adalah bahan pengajaran agama.
Terdapat beberapa motif kenapa pesantren kilat selalu ramai. Pertama, orangtua
mengharapkan agar anaknya tidak nakal. Kedua, untuk mengisi waktu luang. Ketiga,
untuk menutupi kekurangan pendidikan agama di sekolah.
Pesantren kilat bisa menjadi salah satu pendorong majunya pendidikan Islam dan
pesantren kilat itu ada yang dilaksanakan dengan 'mondok' dan tidak. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pesantren kilat di dalam
pesantren, diantaranya:
1. Hendaknya pesantren kilat diadakan di pesantren.
2. Aturan di pesantren kilat hendaknya diatur persis seperti aturan kehidupan di
pesantren.
3. Tradisi di pesantren diterapkan pada santri pesantren kilat.
4. Kurikulum pesantren kilat cukup dibagi dua macam, yang berlaku umum dan
berlaku khusus sesuai dengan tingkat kematangan peserta.
5. Biaya pesantren kilat jangan terlalu rendah. Karena biaya itu untuk honor guru,
biaya makan, biaya kebersihan, biaya kemanan, sumbangan bagi sepuh pesantren
dan biaya modul pembelajaran.
6. Kebersihan tempat makan dan makanan perlu diperhatikan.
7. Kehidupan sederhana benar-benar harus dituntunkan tanpa pilih bulu.
Pesantren kilat yang diadakan di luar pesantren (seperti di masjid, sekolah, atau
tempat selain itu ) juga baik dan bermanfaat. Akan tetapi manfaatnya tidak akan lebih
besar dari pesantren kilat yang diadakan di pesantren. Untuk meningkatkan manfaat
pesantren kilat di luar pesantren mungkin dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut.
1. 1.Usahakan agar santri mendapat pemondokan selama kegiatan pesantren kilat
berjalan.
2. Usahakan agar ditegakkan tata kehidupan islami yang mirip dengan di pesantren.
3. Kurikulum dapat diatur seperti kurikulum pesantren kilat di pesantren sekalipun
tidak mungkin persis sama.
Kesimpulannya, pesantren kilat baik itu yang di dalam maupun di luar pesantren
adalah baik, positif, berguna, perlu dikembangkan dan didukung.
Bab 12
Proses Pendidikan Islami
Yang dimaksud dengan proses pendidikan di sini adalah semua upaya yang
digunakan dalam upaya mendidik. Bagian ini dalam pedagogik sering disebut metode.
Kata metode di sini diartikan secara luas. Metode-metode mengajar yang dikembangkan
di Barat dapat saja digunakan atau diambil untuk memperkaya teori tentang metode
pendidikan islami.
a. Pengajaran keterampilan
b. Pengajaran yang tercakup dalam ranah kognitif. Di sini ada tiga jenis
pengajaran, yaitu pengajaran verbal, pengajaran konsep, dan pengajaran
prinsip.
c. Pembinaan afektif.
Bab 13
Tempat Pendidikan
Pendidikan dapat terjadi dimana-mana. Tempat pertama adalah pendidikan rumah
tangga yang disebut pendidikan rumah tangga. Sekarang ini teah berubah banyak
dibandingkan dengan masa lalu. Pada masa lalu diteorikan bahwa orang tua adalah
pendidikan pertama bagi anaknya.
Ada beberapa kemungkinan berkenaan denhan hal itu. Pertama, orang tua yang
banyak di rumah tetapi tidak melakukan pendidikan dengn cara yang benar. Kedua, orang
tua banyak di rumah tetapi tidak menggunakan waktu yang banyak untuk mendidik
anaknya. Ketiga orang tua yang sedikit waktunya di rumah tetapi memanfaatkan waktu
yang sempit itu sebaiknya-baiknya. Keempat, orang tua yang jarang di rumah dan tidak
menggunakan waktu yang sedikit untuk mendidik anak.
Tempat pendidikan kedua adalah masyarakat, yaitu tempat pendidikan yang sulit
didentifikasi seperti kantor-kantor, kepolisian, penjara, organisasi politik dan sosial.
Pemerintah harusnya mengatur lembaga-lembaga itu agar ia menjalankan fungsinya
sebagai lembaga pendidikan.
Tempat pendidikan ketiga adalah sekolah atau yang sering disebut dengan
lembaga pendidikan formal. Selain pendidikan formal, terdapat juga pendidikan non-
formal atau in-formal. Perbedaannya, pendidikan formal adalah pendidikan yang
disengaja. Disengaja berarti direncanakan, diatur dengan peraturan. Sedangkan
pendidikan non-formal atau in-formal adalah mendidik dengan cara yang tidak disengaja
dan tidak terdapat peraturan-peraturan khusus yang mengikatnya.
Selain itu, dilihat dari segi tempat pendidikan, pendidikan dapat terjadi di sekolah
dan di luar sekolah. Di sekolah sudah jelas; di luar sekolah misalnya kursus, majlis ta'lim,
LSM, dan lain-lain.
Bab 14
Pendidikan dalam Rumah Tangga
Orangtua adalah pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara
kodrati: artinya, orangtua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu
galam keadaan bagaimana pun juga. Karena mereka telah ditakdirkan menjadi orang tua
anak yang dilahirkannya.
Tujuan pendidikan rumah tangga adalah agar anak mampu berkembang secara
maksimal. Itu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu aspek jasmani, ruhani
dan akal. Tujuan lain adalah membantu sekolah atau lemabaga kursus dalam
mengembangkan pribadi anak didiknya.
Yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga adalah ayah dan ibu serta
semua orang yang merasa merasa tanggung jawab terhadap perkembangan anak. Dalam
pendidikan rumah tangga juga diperlukan kurikulum. Namun, garis besarnya adalah
kurikulum untuk pengembangan jasmani dan keterampilan, kurikulum untuk
pengembangan akal, dan kurikulum untuk pengembangan ruhani anak.
Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan
ruhani dalam arti kalbu, yaitu pendidikan agama bagi anak. Karena pendidikan agamalah
yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup manusia. Dalam QS. At-Tahrim
ayat 6 dapat diambil kesimpulsn bahwa pendidikan keberagamaan itu adalah tanggung
jawab orangtua, bukan tanggung jawab sekolah.
Bab 15
Berkenalan dengan Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertian di Indonesia, setelah
rumah tangga. Menurut para ahil, pesantren baru dapat di sebut pesantern bila memenuhi
lima syarat, yaitu (1) Ada kiyai, (2) Ada pondok, (3) Ada masjid, (4) Ada santri, (5) Ada
pengajaran kitab kuning.
Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar dan luas
penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak memberikan saham dalam
pembentukkan manusia Indonesia yang religius.
Usaha untuk mengidentifikasi pesanteren dilakukan juga oleh Kafrawi. Ia
mencoba membagi pola pesantren menjadi empat pola. Yaitu: pesantren pola I adalah
pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa masjid dan rumah kiyai.
Pesantren ini masih sederhana. Pola pesantren II sama dengan pola I ditambah adanya
pondokan bagi santri. Pesantren pola III sama dengan pola II tapi ditambah dengan
adanya madrasah.
Wardi Bakhtiar dilihat dari sudut pengetahuan yang diajarkan, dia
menggolongkan pesantren menjadi dua macam, yaitu: pertama, pesantren salafi yaitu
pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik. Sistem madrasah diterapkan untuk
memudahkan teknik pengajaran sebagai pengganti metode sorongan. Kedua, pesanten
khgalafi, yang selain memberikan penajaran kitab Islam klasik juga membuka system
sekolah umum di lingkungan dan di bawah tanggung jawab pesantren.
Pesantren suatu lembaga yang telah membuktikan dirinya cukup mempunyai daya
tahan terhadap perubahan nilai. Menurut Mastuhu (lihat Manfred Oepen, 1988:280-288)
ada 10 prinsip yang berlaku pada pendidikan di pesantren, antara lain sebagai berikut.
1. Memiliki kebijaksanaan menurut Islam.
2. Memiliki bebebasan yang terpimpin.
3. Berkemampuan mengatur diri sendiri.
4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.
5. Menghormati orang tua dan guru.
6. Cinta kepada ilmu.
7. Mandiri.
8. Kesederhanaan.
Pesantren dapat menyumbangkan penanaman iman, suatu yang di inginkan oleh
tujuan pendidikan nasional budi luhur, kemandirian, kesehatan ruhani, adalah tujuan-
tujuan pendidikan nasional, yang juga merupakan tujuan utama pendidikan pesantren.
Bab 16
Mengembangkan Ilmu Pendidikan Islami
Landasan filosofis untuk pengembangan Ilmu Pendidikan Islam adalah keyakinan
bahwa semua pengetahuan datang dari Tuhan baik pengetahuan sain, filsafat, maupun
pengetahuan suprarasional. Tuhan menerintahkan kita belajar, locus yang tersedia ada
dua Alquran dan al-kaun (alam). Alquran berisi pengetahuan tentang Tuhan, alam juga
berisi pengetahuan Tuhan.
Ilmu pendidikan yang dikembangkan Barat adalah ilmu pendidikan yang berdasar
rasio; teori-teori pendidikannya dikembangkan dari hasil kerja rasio. Rasio itu meneliti
alam, hasil penelitian itulah yang dijadikan teori-teori pendidikan. Jadi ilmu pendidikan
Barat dapat disebut ilmu pendidikan rasional.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan berdasarkan Alquran Hadits
keduanya juga menunjuk kepada akal. Ini sama dengan dasar hukum islami. Tingkat
kekuatannya pun sama dengan yang diberlakukan dalam ijtihad hokum islami: Alquran
terkuat, di bawahnya ada hadits, dan terlemahnya adalah akal.
Kesimpulannya adalah bahwa dalam mengembangkan teori-teori pendidikan
Islam kita harus memulai dari ayat Alquran atau hadits, kemudian teori filsfat yang sesuai
dengan itu, setelahnya barulah teori sain. Langkah itu ditempuh untuk menjamin
terintegrasinya pengetahuan quraniyyah dan pengetahuan kauniyah. Inilah grand theory
utuk menghasilkan teori pengetahuan yang tidak sekuler.
Untuk sementara topic-topik berikut ini dapat dipilih oleh peneliti dalam rangka
mengembangkan ilmu pendidikan islami.
1. Teori tentang pendidikan prenatal.
2. Teori-teori tentang pendidikan anak di rumah tangga.
3. Teori-teori tentang pendidikan remaja di rumah tangga.
4. Teori-teori tentang pendidikan di masyarakat.
5. Teori-teori tentang pendidikan di sekolah.
Teori pendidikan di rumah tangga itu dapat dibagi:
1. Rumah tangga yang sibuk.
2. Rumah tangga yang tidak sibuk
3. Rumah tangga kelas atas
4. Rumah tangga bawah
Teori pendidikan di masyarakat dapat dibagi kira-kira sebagai berikut:
1. Teori-teori pendidikan di pesantren.
2. Teori-teori pendidikan di pesantren kilat.
3. Teori-teori tentang pendidikan di majlis ta’lim.
4. Teori-teori tentang pendidikan di khutbah-khutbah jumat.
5. Teori-teori tentang pendidikan di tempat kursus.
6. Teori-teori tentang pendidikan di rumah sakit.
7. Teori-teori tentang pendidikan di penjara.
8. Teori-teori tentang pendidikan di kantor-kantor kepolisian.
9. Teori-teori tentang pendidikan untuk para pengusaha, dan lain-lain.
Teori pendidikan di sekolah dapat disederhanakan:
1. Teori-teori pendidikan di taman kanak-kanak.
2. Teori-teori pendidikan di SD/Ibtidaiyyah.
3. Teori-teori pendidikan di SMP/Tsanawiyyah.
4. Teori-teori pendidikan di SMA/SMK/Aliyah.
Setiap kelompok itu sekurang-kurangnya harus membicarakan teori tentang:
1. Tujuan.
2. Program.
3. Proses.
4. Evaluasi.
Proses itu melibatkan banyak komponen yang juga harus ada teorinya, sekurang-
kurangnya teori tentang:
1. Murid (anak didik).
2. Pendidik, terutama guru.
3. Bahan ajar.
4. Media dan cara menggunakannya
5. Biaya.
6. Bermacam-macam metode.