Anda di halaman 1dari 202

BAB III

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS


MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Pasal 1
Pendahuluan

1.1. Syarat Umum


1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan Pengadaan, Pemasangan (Instalasi)
dan Pengujian System secara keseluruhan sesuai dengan gambar dan Rencana Kerja
dan Syarat – syarat sehingga dapat bekerja dan berfungsi dengan baik.
2. Syarat-syarat Umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada
beberapa klausul dari Syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan Teknis,
berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti
menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Syarat-syarat Umum. Klausul-klausul
dari Syarat- syarat Umum hanya dianggap tidak berlaku bila dinyatakan secara tegas
dalam Persyaratan Teknis.
3. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala
pekerjaan, bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemasangan,
pengujian dan penyetelan (adjusting) dari seluruh sistem, agar lengkap dan dapat
bekerja dengan baik.
4. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang
menyertainya. Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam salah
satu dari kedua dokumen tersebut, maka Pemborong wajib melaksanakannya dengan
baik dan lengkap.
5. Yang menjadi dasar utama sehingga suatu pekerjaan berhasil dalam mencapai target,
mutu, waktu dan biaya, maka seorang pelaksana lapangan harus menguasai
§ Sistem pekjaan secara menyeluruh.
§ Gambar kerja yang akan dilaksanakan.
§ Spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
§ Standard dan peraturan yang berlaku.
§ Petunjuk dan ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, baik
untuk peralatan maupun material.
§ Koordinasi dengan pekerjaan terkait lainnya seperti struktur, arsitektur mekanikal
dan elektrikal sendiri.
6. Pemborong harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya, agar dapat
memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi, yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
§ Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan.
§ Mempunyai alat kerja yang memadai.
§ Mudah diberi pengarahan.
§ Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain.
§ Terampil.
§ Mempunyai sertifikat untuk tenaga kerja spesialis penyambungan kabel tegangan
menengah.
7. Pemborong bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau
urutan pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara
keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 1


8. Pemborong harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan-bahan dan peralatan-
peralatan yang diserahkan oleh Pemborong harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan terbaik.
Dan bahwa instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat bekerja dengan baik
dalam kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa mengurangi atau menghilangkan bahan-
bahan / peralatan-peralatan yang seharusnya disediakan, walaupun tidak disebutkan
secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun tidak dinyatakan secara tegas dalam
Gambar-Gambar Teknis.
9. Pemborong harus dapat menunjukkan surat pernyataan dari pihak pemasok barang /
komponen yang akan terpasang kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas,
bahwa barang tersebut merupakan barang “original” dan bukan barang produksi
tiruan dengan menggunakan merek yang sama.
10. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan untuk
penyelesaian pekerjaan harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik.
11. Pemborong harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal-hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan. Apabila
timbul persoalan, Pemborong wajib mengajukan saran penyelesaian kepada
Konsultan Pengawas, paling lambat satu minggu sebelum bagian pekerjaan ini
seharusnya dilaksanakan.
12. Pemborong harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang
diperlukan dengan Pemborong lainnya, sehingga peralatan-peralatan Mekanikal &
Elektrikal dapat dipasang pada tempat dan ruang yang telah disediakan.
13. Sebelum memulai pekerjaan:
a. Pemborong harus memeriksa dan memahami pekerjaan pelaksanaan dari pihak
lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan pelaksanaan dari pihak
lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas pengerjaan Pemborong itu sendiri.
b. Pemborong harus membuat Rencana Kerja dengan jadwal yang disesuaikan
dengan Pemborong yang lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan, Pemborong
wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan
mengajukan saran-saran perubahan / perbaikan.
14. Pada waktu akan memulai pelaksanaan, Pemborong wajib menyerahkan Gambar-
Gambar Kerja (Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari
Pemberi Tugas. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas
minimal dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum instalasi dilaksanakan.
15. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat peralatan tersebut. Untuk itu, Pemborong harus membuat dan menyerahkan
gambar-gambar rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan.
16. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong tidak mungkin menghasilkan
kualitas pengerjaan yang terbaik, maka Pemborong wajib memberitahukan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan /
perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya.
17. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Pemborong harus memberi tanda-tanda
(misalnya dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas
segala perubahan pada rancangan instalasi semula.

1.2. Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti


Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang harus mengikuti segala aturan
dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 2


operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi sistem sesuai dengan
salah satu atau lebih dari peraturan – peraturan yang tertulis dibawah ini.
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
2. Standard Nasional Indonesia ( SNI )
3. Standard Konnstruksi / Normalisasi PLN
4. Peraturan-peraturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat.
5. ANSI, American Nastional Standard Organization
6. ASME, American Society of Mechanical Engineering
7. ASTM, American Society of Testing of Material
8. BS, Britis Standard Institution
9. ISO, International Standardization Organization
10. JIS, Japanes Industrial Standard
11. JEC, Japanis Electroteknical Commette
12. JEM, Japanes Electric Machine Industry Association.
13. NEC, National Electric Codes
14. NEMA, National Electric Manufactures Associaton
15. NFPA, National Fire Protection Association
16. NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System
17. NFPA 70, Electric Code
18. NFPA 72, National Fire Alarm Code
19. NPC, National Plumbing Codes
20. PPI, Pedoman Plambing Indonesia
21. SII, Standard Industri Indonesia
22. SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia
23. SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Assosociation
24. PPI Pedoman Plambing Indonesia
25. Underwriter’s Laboratories Listed (U.L) - USA
26. Factory Mutual (FM) Approved - USA
27. Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum
28. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
30. Peraturan dari Pemerintah Daerah
31. Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan
kerja 220 / 380 Volt, 50 Hz
32. Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk
Tegangan kerja 20 KV, 50 Hz.
33. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara, Telepon dan Fire Alarm yang
dibuat oleh pabrik–pabrik di berbagai Negara.
34. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan
peraturan dari ITU-T atau PT. TELKOM.

Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan yang
tertulis pada peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau
peralatan yang dipasangnya.
Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, kontraktor harus
melapor pada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil
keputusan akan diserahkan kepada Instansi / Badan yang berwenang (local Authority
Having Jurisdiction).

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 3


Penentuan standard yang setara :
a. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang
disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan lainya, kontraktor harus dapat
menunjukkan dan menyerahkan copy dari standard yang dianut / disebut oleh
material, peralatan, unit mesin dan lainnya untuk diperiksa dan diteliti oleh konsultan
pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan.
b. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan persyaratan yang lebih ringan
atau lebih rendah maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak
setaraf dengan standard yang ditentukan oleh persyaratan teknis ini.
c. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi
tanggung jawab kontraktor yang bersangkutan.
d. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, kontraktor harus
menyelesaikan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari lembaga
penguji tersebut dalam waktu secepatnya sehingga tidak menghambat jadwal
pelaksanaan proyek.

1.3. Gambar - Gambar


1. Gambar–gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu kesatuan
yang melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar–gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari peralatannya,
sedangkan instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan
maintance jika peralatan tersebut sudah dioperasikan.
3. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus
dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang
diperlukan.
4. Gambar–gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk
pelaksanaan maupun detail finishing dari instalasi.
5. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam
gambar atau sebaliknya harus dipasang atas beban kontraktor, seperti halnya
pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar.
6. Kontraktor pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya
kesalahan atau ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi
maupun pelaksanaan pemasangan. Hal tersebut harus dibuat List Daftar Kesalahan /
Ketidakcocokan dan diajukan sebelum pemasukan penawaran. Apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan, maka kontraktor dianggap sudah memahami system secara
keseluruhan. Bila dikemudian hari diadakan penyesuaian oleh Pemberi Tugas yang
mengakibatkan perubahandalam pelaksanaan, maka menjadi kewajiban ubnutuk
melaksanakannya tanpa adanya biaya tambahan.
7. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja
dan detail kepada Pemilik / Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu.
8. Gambar kerja harus termasuk catalog / literature data dari Pabrikan, data ukuran
dimensi, data pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi
pelayanan pemeliharaan dan mempunyai suku cadang yang ready stock.
9. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar – gambar instalasi terpasang dengan
disertai dengan buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus
diserahkan kepada Pemilik / Pengawas.
10. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya
memelukan persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor wajib menyiapkan gambar

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 4


system dan instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi
terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku.
11. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh
koordinasi komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya,
penyerahan yang sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop Drawing
harus dibuat sebanyak 3 ( tiga ) set.
12. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran /
konstruksi kontraktor wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian atau
Shop Drawing yang dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik /
Pengawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dua ) minggu sebelum pelaksanaan sehingga
tidak berakibat pada kesalahan dalam pelaksanaan.
13. Kontraktor wajib wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing )
pelaksanaan.engawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dan kelengkapan yang harus
disertai kepada Pemberi Tugas pada saat penyerahan pertama dalam bentu Soft Copy
( CD / Cad Drawing ) dan Hard Copy masing-masing rangkap 3 ( tiga ) dijilid dan
dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

1.4. Bahan dan Contoh


1. Bahan / meterial / peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus
dalam keadaan baru dan tanpa cacat.
2. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana
masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan.
3. Kelambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambata
pengajuan maupun pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor.
4. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab
kontraktor.

1.5. Jaminan dan Garansi


1. Jaminan atas material / bahan peralatan dan unit mesin.
Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas
kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan
dalam pengiriman mapun kerusakan selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun kalender
terhitung sejak material tersebut dibeli.
2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan.
Kontraktor harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan
secara tertulis dengan uraian sebagai berikut :
a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari QMS
(Quality Management System)
b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau
menghilangkan bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya
disediakan walaupun tidak disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau tidak
dinyatakan secara tegas dalam gambar–gambar yang menyertai buku ini.
c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor.
d. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6 (enam)
bulan setelah barang diserahkan kepada Pemilik / Pengawas, ytang meliputi :
§ Performance system secara keseluruhan.
§ Pelatihan secara Cuma – Cuma terhadap Pemilik Gedung (Tenaga Teknik)
terkait Cara Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis sehingga
menjadi operator yang terampil.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 5


e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau berfungsi
kurang baik maka Pemborong harus segera memperbaiki atau mengganti
peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya.
g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
h. Apabila selama masa pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan teguran dari
Pemilik / Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan,
maka pihak Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada
pihak lain atas biaya Kontraktor pelaksana.
3. Klaim atau tuntutan.
a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, PEMBERI
TUGAS harus bebas dari segala tuntutan / klaim atas hak – hak khusus seperti
hak patent, lisensi dan sebagainya.
b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam arti
menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan
hal tersebut diatas beban biaya ditanggung kontraktor.
4. Untuk pekerjaan / pengadaan barang Kontraktor harus dapat menunjukkan :
a. Sertifikat Keaslian Barang ( Original )
b. Sertifikat Mutu dan Kualitas Barang ( Quality )
c. Sertifikat Keamanan ( Safety Inspector )
d. Sertifikat Welding Inspector
e. Garansi material, Service dan Sparepart serta Surat Dukungan dari Agen Tunggal
di Indonesia ( Bermeterai cukup )
5. Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data ( 1 kopi dilampiri
Data Asli )

1.6. Kelengkapan Yang Harus Diserahkan


Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut :
1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti
pemesanan barang atau pembuatan barang / instalasi atau pemasangan, kontraktor
harus menyerahkan barang-barang yang diuraikan, antara lain :
a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material.
b. Instalasi Instruction (Buku Petunjuk manual Pengoperasian) untuk persetujuan
terhadap cara - cara pemasangan.
c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara - cara
peasangan yang akan dilakukan / dikerjakan / dilaksanakan.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan dan
barang-barang yang diperoleh / didapat secara lokal seperti misalnya armature
lampu, tabung lampu, starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain sebagainya
sesuai dengan ketentuan dari Konsultan Pengawas.
e. Yang selanjutnya kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus
segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik / Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 6


1.7. Sistem Koordinasi
1. Kontraktor harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan Kontraktor lain
(Struktur & Arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan
ulang dan gangguan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.
2. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang atau
lebih pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan
petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila
diperlukan.
3. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala ( harian / mingguan ) yang
memberikan gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya :
a. Jadwal waktu pelaksanaan
b. Kegiatan pelaksanaan
c. Prestasi kegiatan fisik
d. Catatan perintah / petunjuk Pemberi Tugas / pengawas lapangan yang
disampaikan secara lisan maupun tertulis.
e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
4. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto
pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam
album. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya
dibuat berdasarkan petunjuk dari Pemberi Tugas dan minimal dilakukan sebanyak 4
(empat) kali setiap peristiwa selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
5. Kontraktor harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan (Mekanikal
& Elektrikal) yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan serta harus selalu berada di Site
Proyek.
6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai
akibatnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

1.8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka
pemasangan Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula adalah
termasuk tanggung jawab pekerjaan Pemborong Instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Pemberi
Tugas / Pengawas.
3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh ijin / persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas /
Pengawas.

1.9. Pencapaian Peralatan Untuk Service


1. Semua peralatan utama ataupun bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah
untuk bisa diamati, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, clean out,
damper, filter, venting dll.
2. Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang
terbaik dari peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang
memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
3. Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Pihak Owner (bila ditunjukkan
pada gambar) pintu-pintu service (access panel) untuk setiap peralatan dan asessories
yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi
yang tepat.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 7


4. Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan,
maka penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan
dengan letak peralatan / accessories dan kaitannya dengan arsitek interior, perlu
dibicarakan dengan pihak Owner untuk disetujui.
1.10. Proteksi
1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan
proteksi yang baik terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam keadaan
bersih.
2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak
dihubungkan harus diberi pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk
mencegah masuknya kotoran.
3. Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-
peralatan, bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan
bisa rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah
merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%)
4. Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan di adjust kembali untuk
membuktikan bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan
bahan yang rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah
merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%).

1.11. Pengecatan
1. Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan /
pengapalan atau pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna aslinya
sehingga nampak seperti baru kembali.
2. Semua bagian-bagian pekerjaan yng menyangkut carbon steel atau seng yang di
galvanis harus dicat dasar dan cat finish.
3. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan
segala kotoran yang melekat.
4. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat (zincromate) dan cat finish terdiri
atas 2 lapis cat copolymer.
5. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak/cacat dalam pengangkutan,
penyimpanan dan lain sebagainya harus dicat kembali sesuai aslinya atau sesuai
dengan warna yang ditentukan Pihak Owner.
6. Untuk jalur-jalur pipa, code warna disesuaikan dengan standart.

1.12. Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding


1. Peralatan Bantu, Sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus
concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk
itu ukuran, posisi yang disiapkan untuk keperluan tersebut harus dikonsultasikan
dengan Manajer Proyek /MK dan disertai gambar detail.
2. Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan
clearance 20 mm (3/4”) jika duct atau pipa berisolasi, clearance tetap dibutuhkan 20
nn (3/4”) antara isolasi dan sleeve. Sleeve yang menembus atap lantai.
3. Setelah pemasangan pipa atau duct clearance harus diisi dengan sealant tahan api.

1.13. Penomoran, Nama Peralatan / Assesories


Semua peralatan terpasang dan asesoriesnya harus diberi kode nama peralatan dan
nomor, sesuai seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau
sebagai tercantum pada gambar rencana. Bila ada peralatan atau asesories yang belum

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 8


mempunyai kode nama dan nomer, kontraktor wajib mengusulkan kepada manajer
proyek / MK dan ini semua sudah harus tercantum dalam as-built drawing.

1.14. Penjagaan
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang
disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut
diatas, menjadi tanggung jawab pemborong.

1.15. Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan


1. Pemborong harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan bersih
dan baik selama tahap konstruksi.
2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site.
3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus memeriksa seluruh pekerjaan,
meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai.
4. Selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Kantor, Gudang, los kerja dan tempat
pekerjaan sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
5. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun
di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya
pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi
Tugas pada waktu pelaksanaan.
7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan / material di proyek,
Kontraktor harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek.
8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran
yang mungkin terjadi.
9. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain
tidak akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu
ketenangan penduduk / masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu
pekerjaan dari Rekanan lain.
10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, kontraktor harus:
a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang ada
di site.
b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah
terbakar.
c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 10 kg pada Pemberi Tugas
Kit dan Gudang Penyimpanan.

1.16. Perbaikan dan Pembersihan


Kontraktor harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan
dan pemberisihan, antara lain :
1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan.
2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya
akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 9


1.17. Penyimpangan di Lapangan
1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi
Tugas / Pengawas.
2. Kontraktor harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak
Konsultan Pengawas.
3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan kontraktor kepada Pemberi Tugas /
Pengawas secara tertulis dan akibat tersebut ( pekerjaan tambah/kurang ) harus
disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas secara tertulis.

1.18. Pengujian di Pabrik


Jika diperlukan beberrapa peralatan yang akan dipasang harus melalui pengujian di
pabrik sebelum dikirim serta kontraktor harus menyerahkan sertifikat pengujiannya
kepada Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap.

1.19. Kecelakaan dan Peti PPPK


1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka
Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban
atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan Departemen
yang bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi dan Departemen Tenaga Kerja)
dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama
harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.20. Testing & Comissioning


1. Petunjuk Umum
a. Prosedur Pengujian
§ Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepad Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
§ Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang
berlaku
§ Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib mengajukan
terlebih dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning.
§ Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan
2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan
jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui.
b. Pencatatan
§ Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan
pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian
kepada Konsultan Pengawas.
§ Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap
perlu dan / atau yang dimintai oleh pihak Pemilik / Pengawas untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan
dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.
c. Saksi dan Tenaga Ahli
§ Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus
disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
§ Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli
yang ditunjuk oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang
pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk maksud tersebut

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 10


maka pihak Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
d. Peralatan, material dan Alat pengujian
§ Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk
pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh
institusi yang berwenang.
§ Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan /
cacat / salah harus diganti / diperbaiki dan testing comissioning diulangi untuk
operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem.
§ Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk
mengadakan Testing dan Commissioning tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
§ Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang
diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang
baru / disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard
Uji yang ada.
e. Biaya
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang
diperlukan untuk pengetesan dan pengujian.
f. Pengujian Ulang
Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan
pengujian berhasil dengan baik.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan baik dan
dapat diterima oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
4. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi
baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang
telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
5. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang
ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas
persetujuan bersama.

1.21. Masa Pemeliharaan


1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara Kontraktor
Pelaksana selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari pekerjaan.
2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak baik
harus secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri.
3. Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan – kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya
tanpa ada tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus
menyediakan tenaga – tenaga yang diperlukan . Dalam masa pemeliharaan kontraktor
masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang dilaksanakan.
5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti – bukti hasil
pemeriksaan baik (goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatir yang
melaksanakan pekerjaan tersebut juga Konsultan Pengawas serta perlu disyaratkan
juga oleh jawatan keselamatan kerja.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 11


6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, kontraktor pekerjaan instalasi ini tidak
melaksanakan teguran–teguran atau perbaikan–perbaikan terhadap kekurangan
selama masa pemeliharaan, maka konsultan Konsultan Pengawas berhak
menyerahkan pekerjaan perbaikan / kekurangan tersebut kepada pihak lain atas biaya
kontraktor pekerjaan instalasi tersebut.
7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus medidik / melatih karyawan /
petugas dari pemilik sehingga mengenai sisten instalsi dan dapat menjalankan serta
melaksanakan pemeliharaannya.
8. Pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan ini, dilaksanakan tidak kurang dari 2
(Dua) minggu sekali.

1.22. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing


1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, kontraktor harus membuat dan
menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan
Perawatan (Operation & Manual / ‘OM’) dalam format bahasa Indonesia dan gambar
terlaksana (As Build Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy
dokumen tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas
sebelum tanggal serah terima pekerjaan instalasi.
2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut :
a. Tulisan pada cover :
§ Judul dokumen
§ Nama Proyek
§ Nama Paket Pekerjaan
§ Nama dan alamat kontraktor.
b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada
cover tetapi ditambahkan Nama ‘contact person’ dan nomor telepon yang mudah
dihubungi pada saat emergency.
c. Daftar Isi
d. Penjelasan ringkas instalasi
e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang
f. Petunjuk pemakaian secara detail
g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh
instalasi, termasuk rekomendasi skedul periode perawatan
h. Hasil Test and Commissioning
i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person
supliernya.
j. Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan
wiring diagram, kurva karakteristik / performance dari peralatan dll.
k. Daftar gambar ‘as build drawing’.
3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar
bisa ukuran lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten terhadap
urutan daftar isi. Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid dengan ‘hard
cover’ dengan kualitas warna, tulisan dan tinta copy yang baik untuk disimpan dalam
jangka panjang.
4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar gambar diagram. Gambar yang
berukuran diatas A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1
(satu) set asli sesuai ukuran. Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung
gambar dan dilengkapi dengan label gambar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 12


5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap
dengan negative film / digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada
Operation & Manual.

1.23. Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan


Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagaian dari
rangkaian penyelesaian pekerjaan.
1. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor harus:
Menyerahkan gambar-gambar jadi (as build drawing), dalam bentuk gambar
cetak sebanyak 3 (tiga) set dan dalam bentuk soft copy (dalam media Compack
Disk / Cad Drawing) sebanyak 1 (satu) set kepada Pemberi Tugas dan kepada
Konsultan Pengawas 2 (dua) set gambar jadi, bila gambar dan data-data tersebut
belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum bisa diprestasikan
100 %.
b. Training
§ Kontraktor harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara
pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas
teknik yang ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya.
§ Kontraktor harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu
kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana
pendidikan / training ini kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum waktu pelaksanaan.
§ Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan untuk
training tersebut.
c. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku
Cadang
§ Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
§ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi
Tugas dan Pengawas.
§ Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi
dan perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa Indonesia
kepada Pemilik, dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus dipasang
dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang
mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas.
d. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku
Cadang
§ Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas sbg berikut :
- 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1
- 1 (satu) set soft copy
§ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan
perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas.
§ Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 13


peralatan yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
e. Pemeliharaan dan Garansi:
§ Kontraktor harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang
selama 1 (satu) tahun setelah serah terima pertama.
§ Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama
masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya penggantian
perawatan selama masa garansi merupakan tanggung jawab Kontraktor.
§ Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga
terhadap sistem, minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua.
§ Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan
untuk selama 1 (satu) tahun sesudah serah terima.
§ Kontraktor harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi
dengan memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko keterlambatan
dalam menyelesaikan pembangunan.
§ Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-
barang atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat
kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180
(seratus delepan puluh) hari setelah proyek ini diserahkan terimakan.
§ Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama
masa perawatan untuk mengoperasikan / merawat peralatan dan
mendatangkan 1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan
pemeriksaaan selama masa pemeliharaan.
§ Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Pemborong harus dapat
mendatangkan tenaga ahlinya untuk mengatasi gangguan tersebut setelah
mendapatkan laporan / konfirmasi dari pemilik proyek.
2. Perijinan.
a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan
biaya Kontraktor.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan
serta kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal
tersebut diatas.
c. Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang
diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas /Konsultan
Manajemen Konstruksi atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan.
d. Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan
melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).
e. Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang
dikerjakan. Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
permintaan ijin tersebut.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman I – 14


Pasal 2
Instalasi Penerangan dan Tenaga

2.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan
comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-
lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik
yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi
tenaga maupun instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari :
1. Panel
a. Panel Utama Gedung (MDP )
b. Sub. Distribusi Panel ( SDP )
c. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi )
d. LP (lighting Panel)
2. Kabel
a. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR / LVMDP )
Gedung ke Panel Utama Gedung ( MDP ) termasuk seluruh peralatan peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi.
b. .Kabel daya dari Panel Utama Gedung ( MDP ) ke seluruh Sub Panel Distribusi
( SDP ) termasuk seluruh peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.
c. Kabel daya dari Sub. Distribusi Panel ( SDP ) ke seluruh Panel Pembagi (PP) dan
Lighting Panel (LP) termasuk seluruh peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.
d. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing jaringan instalasi
termasuk seluruh peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem
instalasi listrik.
e. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga.
3. Pemasangan Kabel Rak yang terdiri dari Kabel Tray horisontal dan Tangga Kabel
(Cable Ladder) vertikal.
4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang dilayaninya atau dari
panel penerangan titik lampu atau dan outlet – outlet penerangan (saklar) dan tenaga
(stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
5. Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures ) termasuk yang
dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet penerangan (saklar) serta tenaga
(stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Untuk memastikan
kemampuan distribusi cahaya, semua supplier produk harus menyertakan perhitungan
pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline dari
penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light Output Ratio – LOR,
DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian produk
dan garansi untuk semua tipe armature.
6. Pengkawatan peralatan dari panel kepemakaian .
7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang termasuk di
dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan
bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus
dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 1


8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang diperlukan
untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan
secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.

2.2. Ijin Kerja Instalatir / Kontraktor


Instalatir / sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini diharuskan :
1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan
Pas. Instalatir Kelas C. dari Instansi terkait.
2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja
yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003.
3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan Pengalaman Kerja
dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.

2.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi
dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.
2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus
dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan
lain yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi
lapangan atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan.
4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam
pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang
dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas
lapangan adalah resiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus
dibongkar. Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi.
7. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet disesuaikan dengan
gambar desain arsitektur atau sesuai petunjuk direksi / Pengawas lapangan.

2.4. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman.
2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas
Lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan
Direksi / Pengawas lapangan.
3. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan
profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi
supervisi, management proyek.
4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman &
ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
5. Panel maker produksi : PRASETYOWAHYU, TRIAS, STARLITE
6. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi
sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.

2.5. Persyaratan Bahan


1. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam
lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 2


sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur
spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
2. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja
(gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
3. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
4. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
5. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan
atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja
tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.
6. Semua material yang terbuat dari plat baja (Armatur) dan pipa yang dipergunakan
untuk konstruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai
berikut :
a. Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat.
b. Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
c. Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan ditentukan
kemudian / sesuai dengan penggunaan.
d. Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan alumunium tidak
perlu dicat, cukup dibersihkan saja.

2.6. Persyaratan Panel Listrik


1. Konstruksi Panel Listrik
a. Seluruh Panel Distribusi Tegangan Rendah selain LVMDP & MDP Seluruh
Assembly termasuk housing, busbar, alat – alat pelindung harus direncanakan,
dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan. Panel
Distribution Tegangan Rendah dan Panel Penerangan & Daya harus dari jenis
indoor type terbuat dari plat baja, serta mempunyai kekuatan Mekanikal minimal
dengan IK10 dan dibuat mengikuti standar SNI-IEC 61439-1&2.
b. Form Segregasi dari Panel Distribusi Tegangan Rendah untuk Panel LVMDP dan
MDP harus Form 3B (minimum) dan untuk Panel SDP, PP dan LP harus
minimum Incoming & Outgoing Form 2B Non Type Tested mengikuti standar
SNI-IEC 6139-1&2. Indeks Proteksi pada Panel Distribusi Tegangan Rendah
(PDTR) harus memenuhi standar IP 54.
c. Kontruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh stress mekanis pada waktu terjadi hubung
pendek. Rangka ini secara lengkap di bungkus pada bagian bawah, atas dari sisi
dengan plat-plat. Rangka yang terbuat dari besi siku atau besi plat yang dibentuk
dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish dengan cat bakar
powder coating warna abu-abu.
d. Penutup harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian yang
bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL-2011 dan SNI-IEC 61439-1&2
untuk peralatan yang tertutup.
e. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

Panel Dinding Pintu


Panel Utama 2.0 mm 3.0 mm
Sub. Distribusi Panel 2.0 mm 3.0 mm
Panel Pembagi & Sub. Panel 1.6 mm 3.0 mm

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 3


f. Karakteristik panel :
1) Tegangan kerja : 220-415 Volt
2) Tegangan Uji : 3.000 Volt
3) Tegangan Uji impuls : 20 Kv
4) Frekuensi : 50 Hz.
g. Panel harus dilengkapi dengan master key.
h. Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada setiap
panel, misalnya PUTR / LVMDP ( Panel Utama Tegangan Rendah ) dan
sebagainya.
i. Panel-panel TR termasuk panel dengan trafo isolasi yang akan dipasang pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Perencanaan.
j. Khusus untuk Panel LVMDP yang ada di Power House dan Panel MDP GBST di
lantai 1, dipersyaratkan harus difabrikasi oleh Panel Maker yang sudah memiliki
sertifikasi Type Test serta dirancang menggunakan form agregasi yang disepakati.
k. Sistem koneksi panel dengan jaringan kabel feeder, baik di dalam power house
maupun di dalam gedung BGST seperti ditunjukkan dalam Gambar Perencanaan.
l. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter ukur
Type “Moving Iron Type” dengan ukuran yang proporsional dan peralatan lain
misalnya lampu Indikator dan Minifuse.
m. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang ventilasi
dengan dibagian dalamnya diberi plat / lapisan pelindung, sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya tusukan secara langsung terhadap bagian-bagian dalam
panel yang bertegangan.
n. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur sedemikian
sehingga, apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan, penyambungan kabel
ke terminal CB dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu komponen
yang lain.
o. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak
menyebabkan temperatur didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari urara diluar
panel.
p. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal
penyambung yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti
kata pada bagian panel dimana kabel incoming itu datang dan kabel outgoing itu
meninggalkan panel.
q. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada
gambar perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi
baja dan harus diperkuat dengan mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan
berubah posisi oleh gangguan mekanis.
r. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok dengan
lokasi sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus
diperkuat dengan baut tanah (anchor bolt) sehingga tidak tidak akan rusak oleh
gangguan mekanis.
s. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar panel
harus dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan gambar skema rangkaian
listrik panel harus dilengkapi dengan gambar-gambar skema rangkai listrik,
lengkap dengan keterangan mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh
panel tersebut. Gambar skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi
plastik. Ditempatkan pada panel bagian dalam.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 4


t. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi dengan
kunci dan handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup bagian dalamnya
panel maupun tutup bagian luar (pintu) panel.
u. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah
ambang atas panel) harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu, indikator,
fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagan terpisah dari pintu panel
dan kedudukannya menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat
disesuaikan dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat.
v. Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan dengan
lapangan.
w. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah dilepas dan
dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel harus dipasang tanda
warna phasa (marking colour end cup).
x. Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan arus hubung
singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang mungkin terjadi ( short circuit
prospective ).
y. Material-material yang bertegangan harus di cegah dengan sempurna terhadap
kemungkinan percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang
dipersyaratkan harus di kelompokan pada satu papan panel yang berengsel dan
tersembunyi.
z. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar / diagram
panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam sampul plastik atau
dilaminating.

2. Persyaratan Pemasangan Panel


a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat terpasang, aman dan
mudah diperbaiki.
b. Tiap–tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan ukuran sesuai
dengan gambar perencanaan.
c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type, terbuat dari plat baja.
d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga air hujan tidak dapat masuk.
e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm, konstruksi
ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang terpasang.
f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak yang cukup
dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus diberi tambahan Isolator
untuk menghindari adanya hubung singkat.
g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari jenis cat
bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel termasuk rangkanya harus
dibersihkan dari karat, bila perlu digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST
REMOVER).
h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut terminal harus
dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut 3/8”.
i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan kawat
tembaga Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel.
j. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan mur sesuai
ukuran kabel.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 5


3. Persyaratan Bus-Bar / Rel Tembaga
a. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pengetanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pertanahan.
b. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3 phase, 4
kawat dan mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah yang terdiri
dari 3 busbar untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk Neutral, dan 1 busbar unbtuk
grounding. Kapasitas busbar harus mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2
kali dari rating pengaman utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif
dengan warna standar untuk identifiksi phasa.
c. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak. Galvanisasi ini,
termasuk pula bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan lain-
lain.
d. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus disusun dan
dipegang oleh isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektron
mekanikal force akibat arus hubungan singkat terbesar yang mungkin terjadi.
e. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
perawatan, penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa yang akan datang.
f. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus tidak
menyebabkan keretakan permukaan jika ditekuk 90°.
g. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan kemampuan arus
minimum 1,5 kali kapasitas / kemampuan pengaman utamanya, kecuali Bus-bar
PE yang ukurannya lebih kecil dan disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan
kemampuan rel dapat dilihat pada gambar.
h. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan
menggunakan penyangga atai dijepit partinax pada beberapa tempat sehingga
Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak lentur / bergetar. Tahanan isolasi
terhadap Body / rangka minimum 50 M Ohm.
i. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan baik ke
rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar pentanahan harus
dihilangkan.

4. Persyaratan Circuit Breaker & Komponen Panel Lainnya


a. Peralatan pengaman / Circuit Breaker (MCCB / MCB) yang dipasang pada Base
Plate atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
b. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB / MCB dan
peralatan penting yang lain harus diberi nama / nomor saluran yang dapat dibaca
dengan jelas / mudah.
c. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang dilengkapi
dengan thermal overcurrent release dan electromaghnetic overcurrent release
yang rating ampere trip dapat disetel ( adjustable ) untuk jenis MCCB. Komponen
Panel produksi Scheneider, ABB, Legrand.
d. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus lebih,
hubung singkat, tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi, hilang salah satu
fasa. Circuit breaker harus dilengkapi dengan kendali motor (motorized) seperti
pada gambar peleksanaan.
e. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan proteksi
arus hubung singkat.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 6


f. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi / label / sign
plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatat daya listriknya.
Label itu harus harus dibuat dari plat aluminium atau standar DIN 4070.
g. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan arus hubung
singkat diatas 100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan dudukan dan rumah
sekering (Safety Fuse Holder).
h. Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya beban dan
tidak kurang dari yang tercantum pada gambar perencanaan.
i. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum peralatan
pengaman gangguan bekerja.
j. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus dilengkapi
dengan proteksi kehilangan arus satu phase.
k. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus menggunakan Cirkuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengamanan.
l. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam gambar Perencanaan.
m. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi
Breaking Capacity-nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya sesuai dengan
dinyatakan dalam gambar perencanaan.
n. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB dan
komponen-komponen lain seperti relay contractor, time switch lain harus
menggunakan dudukan plat.
o. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak
akan lepas oleh gangguan mekanis dan thermis.
p. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus terpasang
secara lengkap. Semua CB harus diberi label / sign plate yang terbuat dari bahan
yang sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi.

2.7. Panel dengan Trafo Isolasi Untuk Ruang Kritikal


1. Persyaratan Umum
a. Instalasi kelistrikan untuk ruang kritikal harus memenuhi atau melampaui
persyaratan standar internasional IEC 603647-710 yaitu perlindungan oleh
pemisahan listrik sebagaimana ditetapkan oleh referensi IEC 60364
(pembangkit listrik pengguna dengan tegangan pengenal tidak lebih dari 1000
V dalam arus bolak-balik dan 1500 V dalam arus searah) mencegah
pembangkitan arus berbahaya karena kontak dengan bumi di bawah tegangan
karena kesalahan di isolasi utama sirkuit. Dan atau memenuhi peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 2306/MENKES/PER/XI/2011.
b. Ketersediaan dan kualitas daya listrik sangat penting untuk keselamatan
pasien saat menjalani suatu operasi. Instalasi listrik di Kamar Operasi dan
Ruang Rawat kritis seperti ruangan yang masuk dalam kategori Intensive Care
Unit harus memastikan kesinambungan perawatan sekaligus memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan sengatan listrik dalam semua kondisi;
oleh karena itu, solusi yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

1) Availability Energi.
a) Untuk lingkungan dengan Criticality level 1 desain kelistrikan harus
memenuhi persyaratan IEC 60364-7-710. Persyaratan “outage kurang
dari 0.5 detik” harus diatasi oleh UPS dengan static switch. Sedangkan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 7


“daya tahan 3 jam” dapat dipenuhi dengan generator back-up di sisi
upstream.
b) Suplyer harus menyediakan kalkulasi “Dependability” menggunakan
metode MTBF (Mean time between failure) dalam hal gangguan.
Kinerja yang diharapkan, durasi “Unavailability” pada IT outlet harus
lebih kecil dari 0.04 menit/tahun.

2) Perlindungan terhadap sengatan listrik.


Berdasarkan standard IEC 60364-7-710, solusi untuk suplay ke grup 2
(grup 2 adalah peralatan medik yang masuk ke dalam tubuh) adalah
dengan trafo isolasi yang dilengkapi dengan gawai monitor insulasi (GMI)
yang terpasang permanen.

2. Standar Yang Digunakan

a. IEC 61439-1 and -2


"Low-voltage switchgear and control gear assemblies - General Rules" and
"Low-voltage switchgear and control gear assemblies - Power switchgear and
control gear assemblies".

b. IEC 60364-7-710
"Electrical installations of buildings - Requirements for special installations or
locations – Medical locations".

c. IEC 61557-8
"Electrical safety in low-voltage distribution systems up to 1000 V AC and
1500 V DC - Equipment for testing, measuring or monitoring of protective
measures - Part 8: Insulation monitoring devices for IT systems".

d. IEC 61558-2-15
"Safety of power transformers, power supply units and similar - Part 2-15:
Particular requirements for isolating transformers for the supply of medical
locations".

e. IEC 60364-4-44
"Low-voltage electrical installations - Protection for safety - Protection
against voltage disturbances and electromagnetic disturbances".

f. IEC 61000-6-2
"Electromagnetic compatibility (EMC) – Generic standards – Immunity for
industrial environments".

g. IEC 61000-6-3
"Electromagnetic compatibility (EMC) – Generic standards – Emission
standard for residential, commercial and light-industrial environments".

h. 2306/MENKES/PER/XI/2011

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 8


“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia” PERSYARATAN
TEKNIS PRASARANA INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT.

3. Deskripsi Panel dengan Trafo Isolasi


Berdasarkan IEC standar, panel kamar operasi disuplay oleh 2 sumber terpisah.
“Suplay utama” adalah suplay yang datang langsung dari sistem backup UPS.
Sedangkan “Suplay darurat” datang dari sistem suplay cadangan/back up link.
a. Pada saat terjadi gangguan “suplay utama”, sebuah Automatic Changeover
Switch akan memindahkan suplay dari sumber utama ke suplay cadangan
dalam waktu kurang dari 30ms. Waktu transfer dari Utility ke Genset harus
dibatasi maksimum 10 detik.
b. Total diskriminasi gangguan dikelola di sisi up-stream panel isolasi, dengan
rating Circuit Breaker lebih besar dari 63A dan kurva D, untuk mencegah
tripping akibat arus inrush.
c. Wiring harus dilaksanakan memenuhi rekomendasi PUIL 2011/IEC 60364-4-
44, IEC 61000-6-2 dan IEC 61000-6-3.
d. Peralatan proteksi listrik harus dapat diakses oleh staf maintenance tanpa
resiko kontak.
e. langsung dengan bagian bertegangan. Selain itu jalur komunikasi dan power
harus melalui jalur terpisah.
f. Perambatan induksi medan elektromagnet harus dicegah dengan sistem
pemisahan secara fisik (sesuai dengan SNI-IEC 61439-1&2).
g. Setiap panel harus memiliki minimal 12 pemutus arus output untuk sistem IT
dan 3 breaker
h. output untuk sistem TNS. Tiap pemutus arus untuk output ini memiliki kurva
pemutus tipe C.
i. Panel memiliki ketahanan mekanikal IK10 sesuai standar IEC 62262 (2002).

4. Trafo Isolasi
Perlidungan terhadap sengatan listrik dicapai dengan pemasangan Trafo Isolasi
untuk ruang operasi, ruang ICU dan ruang kritikal lainnya. Trafo isolasi yang
digunakan hendaknya memenuhi persyaratan IEC 61558-1 and IEC 61558-2-15
− System grounding sekunder sesuai dengan panduan dari IEC 60364-7-710
− Trafo satu fasa 230/230V
− Insulasi trafo kelas H
− Kebisingan maksimum 30dB pada jarak 1 meter
− Belitan primer dan sekunder terpisah total
− Terdapat faraday screen pemisah antara belitan primer dan belitan sekunder
− Sistem cooling menggunakan aliran udara alami. Tidak diperbolehkan
menggunakan kipas tambahan.
− Monitoring suhu operasi trafo menggunakan bimetal strip.
− Rangkaian sisi sekunder tidak memiliki common point dengan rangkaian sisi
primer, baik berupa device ataupun titik grounding.

5. Gawai Monitor Isolasi


a. Gawai monitor Isolasi adalah alat pemantau isolasi yang dirancang khusus
untuk grup 2 lokasi medis. Gawai monitor isolasi mengukur insulasi ke bumi

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 9


dalam jaringan IT-M (medik), kelebihan panas dan listrik dari isolasi
transformator. Gawai monitor Isolasi yang digunakan harus sesuai dengan
standar internasional: EN 61557-8, IEC EN 64-8 / 7-710 dan UNE 20615

Menggunakan metode injeksi arus bolak-balik frekuensi rendah atau DC .


Parameter impendasi sistem (dalam Ohm) ditampilkan pada layar gawai.

− Impedans arus bolak-balik (Zi) dari gawai tersebut paling sedikit 100
kOhm.
− Voltase ukurnya harus maksimal 25 V dc;
− arus ukur tidak boleh melebihi 1 mA, juga pada keadaan hubung pendek
sempurna ke bumi, dari salah satu fase.
− Mampu menampilkan impedansi sampai dengan 10 MOhm
− Harus ada isyarat bila resistansi insulasi turun sampai 50 kOhm
− Waktu respon gawai dari kejadian gangguan harus kurang dari 1 detik.
− Memonitor kapasitas pemakaian dan juga suhu operasional trafo.
− Gawai dilengkapi dengan log alarm.
− Gawai dapat integrasi berinteraksi dengan sistem pengawasan melalui
Protokol Modbus RTU melalui RS485 port serial

b. Sesuai dengan standar IEC 60364-7-710 dan Peraturan Menkes RI no 24


tahun 2016, untuk setiap sistem IT medik, ruang operasi atau kumpulan ruang
operasi, harus dipasang perangkat pemberi sinyal ke sebuah ruangan dan
dalam ruang itu harus selalu ada petugas. Perangkat pemberi sinyal ini harus
terintegrasi dengan sistem perangkat lunak basis data yang akan merekam
semua parameter di setiap ruang operasi termasuk:
− Kondisi insulasi ruang operasi
− Kondisi pembebanan trafo isolasi
− Kondisi lingkungan pasien (suhu, kelembaban ruangan)
− Kondisi gas medik
− Waktu (durasi) operasi, dll

6. Fault Locator
Gawai monitor insulasi harus dilengkapi dengan fault locator, yang berfungsi
untuk diagnostik gangguan insulasi dan menginformasikan pemutus arus mana
yang mengalami gangguan. Fault locator terpasang di panel.

7. Digital Display di setiap Ruang Operasi


Di setiap ruang operasi dilengkapi dengan digital display yang memberikan status
isolasi listrik, yang terdiri dari:

Lampu hijau : Kondisi operasi normal dan aman Alarm gangguan isolasi
pada sistem IT.
Lampu merah : Alarm gangguan akibat trafo overload, atau overheat, atau
tripping pemutus arus.
Buzzer : beroperasi sinkron dengan alarm
Tombol tekan : tombol untuk pengetesan isolasi
test
Tombol tekan : untuk mematikan suara alarm, tetapi tidak untuk memutus

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 10


alarm alarm.

Selain informasi digital display diatas, di setiap kamar operasi juga dilengkapi
dengan layar sentuh digital dari BAS yang memuat informasi sebagai berikut :
- Monitoring status panel isolasi, level insulasi
- Monitoring suhu ruangan operasi, kelembaban, AHU status
- Monitoring level gas medik

2.8. Alat Ukur


1. Panel dilengkapi dengan alat – alat ukur seperti :
a. Volt meter
b. Ampere meter pada masing – masing phase
c. Frekuensi Meter
d. KW meter
e. Cos Phi Meter
f. Selector switch
g. Trafo arus
h. Indicator lamp. & Fuse
2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus disesuaikan dengan
gambar perencanaan. Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai
mode 7 posisi.
a. 3 Kali phase terhadap netral
b. 3 Kali phase terhadap phase
c. Posisi Off
3. Alat ukur / metering yang digunakan adalah jenis ‘semi flush mounting’ didalam
kotak tahan getaran ukuran 96x96mm dengan ketelitian skala 1% dan bebas dari
pengaruh induksi serta memiliki sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum satu buah
untuk setiap jenis alat ukur).
4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi dengan pengaman
arus lebih dan arus hubung singkat.
5. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai dengan ranting
incoming CBnya.
6. Lampu indikator yang digunakan adalah :
a. Warna merah untuk phase R
b. Warna Kuning untuk phase S
c. Warna hijau untuk phase T
d. Lampu–lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse jenis diazed.

2.9. Modul Komunikasi


1. Setiap panel yang akan di remote dari sistem BMS atau BAS harus dilengkapi
fasilitas dry contact bawaan dari konstruksi panel.
2. Panel LVMDP, MDP dan SDP yang tertera dalam gambar perencanaan akan
dikendalikan dengan BAS/BMS dan pengoperasian secara remote dari Ruang
Kontrol sebagai pusat komando operasi.
3. Kendali yang dimaksud meliputi operasi On/Off untuk pemadaman maupun
penyalaan secara remote, pengukuran secara remote baik untuk pengukuran energi
listrik, daya, arus, tegangan sampai pada tingkat mengetahui besarnya harmonisa
arus dan harmonisa yang terjadi pada beban.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 11


4. Fasilitas Digital Metering yang akan dipasang harus mempunyai modul komunikasi
Ethernet dengan Global Accuration 0.2 sehingga memungkinkan untuk memonitor,
mengatur, menganlisa dan profiling pengukuran parameter daya dengan fasilitas
Modbus Adapter.

2.10. Sistem Pentanahan


1. Semua titik pentanahan harus terdiri atas titik pentanahan, yang terbuat dari pipa baja
galvanis 1,5" atau lebih dengan panjang sesuai gambar perencanaan dimana pada
bagian ujungnya diberikan batang tembaga runcing berdiameter tidak kurang dari
1,50" sepanjang 50 cm.
2. Bagian ujung dari titik pentanahan harus dihubungkan ke penghantar pentanahan
dengan mempergunakan kawat baja telanjang berluas penampang seperti ditunjukkan
didalam gambar rencana.
3. Pada permukaan tanah dari titik pentanahan harus diberikan kotak kontrol yang
terbuat dari susunan batu bata yang diplester halus dan dilengkapi penutup beton yang
diberikan pegangan untuk membukanya.
4. Pemborong wajib menyediakan suatu titik pentanahan dengan tahanan pentanahan
tidak lebih dari 1 Ohm bila diukur pada saat 2 hari tidak hujan secara berturut-turut.
5. Ketentuan lain mengenai pekerjaan ini akan diberikan oleh Manajemen Konstruksi
selama periode pelaksanaan pekerjaan.
6. Persambungan antara penghantar pentanahan dengan penghantar titik pentanahan
harus mempergunakan alat bantu persambungan khusus sesuai dengan petunjuk
Manajemen Konstruksi.
7. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga telanjang atau
BC (Bare Conductor).
8. Pembumian biasanya dilakukan pada :
- Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator.
- Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik.
9. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini adalah sistem PNP
(Pentanahan Netral Pengaman), sesuai aturan yang digunakan pada PUIL 1987.
10. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground rod 5/8” dan
kawat BC yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan
pentanahan minimal 1 Ohm. Apabila tidak tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus
diusahakan dengan memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan
yang diinginkan.
11. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan
penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain.
12. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi
dengan pipa PVC High Impact (HI) 20 mm.
13. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang
disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang sesuai.
14. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar
masing-masing panel.
15. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system pentanahan penangkal
petir dan peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10
meter.
16. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang telah di las ke
badan panel.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 12


2.11. Kabel
2.12. Kabel Instalasi
Yang dimaksud dengan kabel Instalasi adalah:
1. Kabel yang akan dipergunakan untuk menyalurkan daya listrik adalah kabel yang
dipasang pada Cabel Tray/ Cable Ladder dan kabel yang akan ditanam adalah kabel
berinti tunggal atau berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas penampang tidak
kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana setiap intinya di isolasi
dengan bahan PVC dan diisolasi secara keseluruhan dengan PVC. Pada lapisan
luarnya harus terdapat bagian pelindung dari beban mekanis dan dilapis dengan
bahan PVC.
2. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik penerangan dan kotak kontak
yang tidak ditanam adalah kabel berinti banyak dari bahan tembaga dengan luas
penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dimana
setiap intinya di isolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan di isolasi dengan
bahan PVC.
3. Kabel yang dipergunakan untuk melayani beban listrik penerangan dan kotak kontak
serta beban listrik lainnya dan ditanam harus sesuai dengan ketentuan pada butir 01
tersebut diatas.
4. Kabel yang dipergunakan sebagai kabel kontrol operasi adalah kabel berinti banyak
dari bahan tembaga dengan luas penampang inti tidak kurang dari yang ditunjukkan
dalam gambar rencana, dimana setiap intinya di isolasi dengan bahan PVC dan secara
keseluruhan di isolasi dengan bahan PVC sebanyak 2 lapis dan mempunyai nomor
inti. Apabila ternyata kabel ini harus ditanam, maka kabel ini harus diberikan pipa
pelindung khusus kabel tipe sambungan ulir.
5. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban tiga phasa harus
diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 600/1.000 Volt.
6. Kabel listrik yang akan dipergunakan untuk melayani beban satu phasa harus di
produksi sesuai dengan ketentuan dalam SPLN dan VDE untuk tegangan kerja
sebesar 500 V.
7. Kabel kontrol khusus adalah kabel berinti tembaga berbentuk serabut dengan luas
penampang inti seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan masih dapat
melayani operasi secara normal dimana setiap intinya terbuat dari bahan tembaga
berisolasi dengan bahan PVC dan secara keseluruhan di isolasi dengan bahan PVC.
8. Ketentuan lain mengenai kabel akan diberikan Manajemen Konstruksi selama
periode pelaksanaan.

2.13. Kabel daya


− Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu
dibutuhkannya.
− Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking colour, untuk
mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau
pudar karena temperatur kabel.
− Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan
kecuali untuk kabel instalasi penerangan.
− Kabel Tegangan Rendah
1) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan dari trafo ke
Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PUTR ) dan seterusnya hingga
kesetiap titik beban.
2) Kabel Tegangan Rendah ( 1 KV ) digunakan pada instalasi yang langsung
berhubungan dengan tanah.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 13


3) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus digunakan sebagai
grounding body.
4) Kabel Tegangan Rendah ( 500 Volt ) digunakan pada instalasi
penerangan.
5) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban - beban seperti :
Lift, Pemadam Kebakaran, Motor Pressurize Fan.

2.14. Kabel Tahan Api


1) Kabel tahan api/ Fire Resistance Cable (FRC) yang dipergunakan adalah
kabel baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak dengan luas
penampang yang tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
2) Kabel tahan api ini hendaknya dapat dipergunakan pada kondisi temperatur
keliling tidak kurang dari 700 derajat Celcius selama 3 jam sesuai IEC Pub
331,1970.
3) Peralatan bantu persambungan kabel tahan api harus sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pabrik pembuatnya dan dan disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.

2.15. Instalasi penerangan


Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel–kabel menghubungkan
antara panel–panel penerangan dengan fixture penerangan. Dalam instalasi
penerangan ini harus termasuk juga peralatan–peralatan bantu instalasi seperti
conduit, sparing, doos penyambung, doos pemasangan dan lain–lain yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi penerangan.

2.16. Instalasi tenaga


- Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan
panel–panel daya dengan beban–beban stop kontak, peralatan tata udara
(exhaust fan, air conditioning) pompa–pompa listrik (pompa air bersih,
pompa kebakaran, pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift,
dan lain–lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam instalasi daya ini
harus sudah termasuk outlet daya, condut, sparing, doos penyambung, doos
pemasang, dan peralatan–peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan instalasi daya.
- Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) :
a. Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan
persyaratan umum yang berlaku.
b. Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk
memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan
puntiran.
c. Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan
kepada konsultan Pengawas alat roll tersebut serta alat – alat lainnya.

8. Kabel–kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku yang
diakui di negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk instalasi listrik yang
digunakan minimal harus sesuai dengan gambar Perencanaan dan sudah
direkomendasi oleh LMK produksi ex. Supreme, Kabelindo, Kabelmetal
a. Inti Tembaga
b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 14


c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat
keterangan dari distributor / pabrik.
d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang jelas
dan tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban.
e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 pasal 7.2.
f. Penyambungan :
- Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan
adalah tanggung jawab kontraktor.
- Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan
model terminal peralatan yang terpasang.
- Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan
didalam kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang sama
dengan conduit dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan cara clip
tidak diijinkan. Setiap sambungan harus memakai alat penyambung berupa
las dop.
- Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah
perjalanan kecuali apabila panjang kabel / saluran melebihi standard panjang
yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan
penyambungan kabel.
- Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih panjang
dari standar pangjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus
dibicarakan dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
- Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan sambungan
puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi.
g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur
penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan ‘TR/TM’.
h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa
galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.
9. Pemipaan ( Konduit )
a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang
khusus digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. LEGRAND, CLIPSAL, BOSS
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu)
konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987) berlaku
faktor pengisian maksimum = 50 %.
Luas penampang luar kabel
Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%
Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan
menggunakan paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau
lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2 atau lebih harus
menggunakan hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri.
g. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel dan harus
yang berkualitas baik, standart produksi ex. GAE, 3M.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 15


10. Tahanan Isolasi
a. Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub pasal 213.B.2
PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt tegangan nominal.
b. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor
yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel. Kecuali
untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat.
11. Kabel–kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi
pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai dengan gambar Perencanaan :
Pemakaian Jenis Kabel
Instalasi penerangan didalam bangunan NYM
Instalasi penerangan diluar bangunan NYM, NYY, NYFGbY
Instalasi kabel tenaga didalam bangunan NYM, NYY
Instalasi kabel daya didalam bangunan NYY, FRC
Instalasi kabel daya diluar bangunan NYFGbY

12. Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf
seperti yang terdapat dalam tabel Tabel : 701 - 1, PUIL 1987.
Pengenal
Pengganti Inti Dengan Dengan Dengan warna
Atau Rel huruf lambang
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-balik :
Fase Satu L 1/R Merah
Fase Dua L 2/S Kuning
Fase Tiga L 3/T Hitam
Netral N Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik :
Fase satu U/X Merah
Fase dua V/Y Kuning
Fase tiga W/Z Hitam
C. Instalasi arus searah :
Positif L+ + Tidak ditetapkan
Negatif L- - Tidak ditetapkan
Kawat tengah M Biru

D. Penghantar Pembumian HB Loreng hijau -


kuning
Tabel Pengenal inti kabel atau rel

Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning / hijau
(untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus
diberi isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir di atas.

13. Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana penanaman kabel tidak
dapat dilaksanakan dengan kedalaman ± 1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai
berikut :
a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati
kendaraan .
b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak
dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan
penampang minimum 2,5 kali penampang kabel.
c. Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah/tinggi dan kabel
telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan
jarak minimum 50 cm.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 16


d. Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus diambil salah satu
tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu kabel tanah yang bersilangan itu
terletak di dalam saluran pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai
tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm.
§ Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung
dari lempengan beton (concrete tile) atau pipa beton atau sekurang-kurangnya
dari bahan tahan lama atau yang sederajat.
§ Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung beton, pipa beton
belah atau dari bahan lain yang cukup kuat tanah lama dan tahan api. Pipa
belah ini harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0,5 meter dari
kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar.
e. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus
dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan
bangunan yang tidak dapat terbakar.
§ Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak
lebih kecil dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah
telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat
terbakar. Perlindungan ini harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari
kedua sisi persilangan.
§ Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun pada
kabel tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter
dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu.
§ Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap
telah terlindung.
f. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan
seluruh biaya menjadi kewajiban kontraktor.
14. Rak Kabel
a. Rak kabel yang digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi
daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.
b. Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm yang dilapisi Hot Dipped
Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan dengan
standart BS 729 (dalam shaft).
c. Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel, jarak
antar ruang penyangga kabel maximum 50 cm.
d. Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus
kuat untuk menyangga rak kabel beserta isiannya serta harus tahan pula menahan
gangguan-gangguan mekanis.
e. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang akan dilayaninya.
Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan pengikat kabel (cable
ties).
f. Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari bahan besi.
g. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
15. Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan secara
sempurna, pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak menggunakan
las maka kedua bagian rak harus ‘jumper’ dengan konduktor tembaga minimal
berpenampang 2,5mm2.
16. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan
extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena terkena peralatan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 17


gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya
tambahan biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan
hingga sembuh benar.
17. Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang (PLN) merupakan
Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
18. Motor
a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang distart secara langsung
atau Direct On Line (DOL) starters.
b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star delta (Y-Δ) starters.

2.17. Armatur Lampu


1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
dilukiskan dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
a. Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus buatan
Philips atau Osram.
b. Produl lampu yang ditawarkan harus dilengkapi dengan jaminan atas tersedianya
barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada
beberapa produk membutuhkan penggantian maka barang tersebut masih tersedia
dan terjamin kontinuitasnya.
c. Pabrikan lampu yang dipilih adalah dari pabrikan yang dapat memberikan garansi
atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di
proyek.
d. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
e. Jika digunakan Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu
sendiri.
f. Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
g. Box sebagai armatur dudukan lampu harus cukup besar dan dibuat sedemikian
rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan
umur teknis komponen lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
h. Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri
sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
i. Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu, tetapi mudah
dibuka untuk diperiksa atau diangkat.
2. Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :
a. Armatur Lampu produksi Osram, atau Phillips.
b. Jenis Type lampu tabung LED produksi Osram atau Phillips.
c. Fitting/Lamp Holder dan starter holder ( sockets ) dari fabrikan yang
direkomendasi oleh Osram atau Phillips.
d. Material dari white plastic polycarbonate dengan proteksi Uncorosive dan
Touchproof. Lamp holder dan starter holder anti vibrator contact.
3. Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond.
a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal 0,6 mm atau
ketebalan total setelah finis sekitar +- 0,7 mm, pembuatan harus dengan mesin
peralatan lampu Built-in dan dengan proses melalui system Pre Treatment dengan
penyempurnaan finishing cat powder coating.
b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar
dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan / penggantian komponen yang berada di
dalamnya. Armature dan reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 18


dilepas pada waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap
dengan rangka dudukan / gantungan.

4. Persyaratan pemasangan titik lampu dan Peralatannya :


a. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya dilaksanakan
dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas penampang penghantar
sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa conduit PVC HI dengan diameter
sekurang-kurangnya 20 mm².
b. Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan disiplin
lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya persilangan lintasan antar instalasi
yang berlebihan dapat dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan membebani kerangka
ceilling yang ada, melainkan harus dipasang pada cable trays yang tersedia atau
dilekatkan langsung pada bagian bawah dari plat dan, dengan menggunakan klem
dan concrete fastener yang sesuai, sekali-kali penggunaan paku sangat dilarang
dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan melebihi
100 cm.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus dilaksanakan dalam
junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat dari bahan yang sejenis dengan
pipa conduit yang dipakai, dengan menggunakan sambungan puntir dengan
lasdop, yang ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang ada.
Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi yang ada,
harus dilindungi dengan menggunakan flexibel conduit yang terbuat dari bahan (
dan memiliki ukuran ) yang sama dengan pipa conduit yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang lain, pipa
conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label ) berwarna pada setiap jarak 2
meter. (dapat dengan menggunakan insulation tape). Warna tanda/label yang
dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas.
h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak dibenarkan
dipasang pada plafond secara langsung, harus dipasang pada rangka plafond yang
diperkuat dengan konstruksi tambahan (bisa terbuat dari kayu yang di cat meni 2
kali yang sesuai atau dengan menggunakan hanger / penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh Kontraktor
Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung jawab dari Kontraktor Listrik.

2.18. Persyaratan Set Lampu LED


1. Persyaratan Umum Bola Lampu LED
a. Lampu merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan antara armature,
LED Chip, ballast dan komponen pendingin sehingga memilikikestabilan dalam
pencahayaan, dengan kapasitas lampu sesuaiketentuandalam gambar Kerja.
b. Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus mempunyai
jaringan distribusi penjualan atau kantor cabang resmi yang berada disetiap
wilayah kota di Indonesia.
c. Pabrikan lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang dalam jangka
waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa produk
membutuhkan spare part pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan
terjamin kontinuitasnya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 19


d. Pabrikan lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat memberikan garansi
atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di
proyek.
e. Semua lampu LED harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).
f. Semua lampu harus memiliki faktor daya 90% - 95% dan harmonisa dengan nilai
THDi tidak lebih dari 15%.
g. Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian dalam lampu,
sehingga tidak menjadi sarang serangga dan penempelan debu.
h. Lampu LED harus memenuhi standard electrical protection class II, CB,CCC, dan
RoHS.
i. Seluruh harus dapat diintegrasikan dengan sistem control pengendalian otomatis
melalui pemasangan perangkat sensor cahaya & sensor kehadiran.
j. Seluruh lampu LED dapat dioperasikan dengan menggunakan sistem terpusat
berupa BAS (Building Automation System).
k. Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang cukup kuat terhadap
kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
l. Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20) dan mengacu
kepada standar Internasional IEC.
m. Housing outdoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP65) dan kekuatan
impact (IK08).
n. Bola dan rumah lampu harus merupakan satu set lampu LED produksi dari
Osram, Phillips.

2. Persyaratan Teknis Set Lampu LED

Jenis dan type yang diperkenankan adalah sebagai berikut :

1) Lampu LED TL/PANEL


a) Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20) dan
mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan tegangan
minimum 1 kV.
c) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%, sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap perangkat elektronik lain dengan
impedansi rendah.
d) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
e) Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian dalam
lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan penempelan debu.
f) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai dengan 100
lumen/watt.
g) Lampu LED indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan
mengacu kepada standar Internasional IEC.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 20


h) Lampu harus berbentuk persegi dengan lensa optik berstruktur khusus
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk mencapai
illuminasi yang tinggi dan merata.
i) Lampu LED harus memiliki sudut pencahayaan 120 derajat, sehingga
mampu mendistribusikan cahaya dengan merata.
j) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 30000 jam pada temperatur
ambien 25 derajat Celsius.
k) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari life time
lampu.
l) Daya Lampu tidak melebihi 35 watt dan intesitas cahaya minimal 3500
lumen.

2) Lampu LED Downlight


a) Housing indoorharus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan
mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan tegangan
minimum 1 kV.
c) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%, sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap perangkat elektronik lainnya dengan
impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai dengan 100 lumen /
watt
f) Lampu LED menghasilkan intensitas cahaya 1600 lumen
g) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 90-100 derajat, sehingga mampu
mendistribusikan cahaya dengan merata.
h) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada temperatur
ambien 25 derajat Celsius.
i) Daya Lampu tidak melebihi 16 watt.
j) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari life time
lampu.
k) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang terbuat dari bahan
PMMA yang ramah terhadap lingkungan, tidak silau dan memiliki
penyebaran cahaya yang baik.
l) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik berstruktur khusus
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untukmencapai
illuminasi yang tinggi dan merata.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 21


3) Lampu LED Spotlight
a) Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan
mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
b) Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan tegangan
minimum 1 kV.
c) Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
d) Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%, sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap perangkat elektronik lainnya dengan
impedansi rendah.
e) Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya sampai dengan 100
lumen/watt.
f) Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 24-36 derajat, sehingga mampu
mengarahkan cahaya dengan baik.
g) Cover depan dilengkapi dengan cover Prismatic yang terbuat dari bahan
PMMA yang ramah terhadap lingkungan, tidak silau dan memilik
ipenyebaran cahaya yang baik.
h) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik fresnel sehingga
menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk mencapai iluminasi
yang tinggi namun tidak menyilaukan.
i) Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada temperatur
ambien 25 derajat Celsius.
j) Daya Lampu tidak melebihi 6 watt
k) Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari life time
lampu.
4) Lampu Taman LED Spot
a) Housing terbuat dari alumunium die-casttekanan tinggi.
b) Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik berstruktur khusus
sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk mencapai
illuminasi yang tinggi.
c) Lampu untuk outdoor, harus mengacu pada Ingres Proteksi IP65 dan
kekuatan impac
d) Daya Lampu tidak melebihi 7 watt

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 22


e) Cover depan dilengkapi dengan cover kacayang terbuat dari bahan
tempered yang kuat terhadap tekanan dan benda keras , danmemilikisudut
pencahayaan tidak lebih dari 20 derajat.

2.19. Emergency Battery


1. Komponen lampu Emergency yang dilengkapi Battery charger harus dipasang pada
rumah lampu jenis TL dan PLC yang diletakan pada daerah yang membutukan
penerangan atau area evakuwasi bila terjadi lampu mati atau kebakaran dan
berfungsi sebagai penerangan darurat sesrta berfungsi sebagai penunjuk jalan pada
saat terjadi pemadaman listrik.
2. Lampu Emergency harus berfungsi menyala minimal 2 jam saat terjadi pemadaman
listrik.
3. Tegangan input pada komponen Emergency adalah 220 V, n 10 % 50 Hz, phase,
dilenkapi dengan indicator LED dan peralatan push to Check battery.

2.20. Soket & Outlet


1. Saklar dan kotak-kontak.
a. Socket Outlet
Outlet daya dan plug yang digunakan Produksi ex. Legrand, ABB, Clipsal dan
harus memenuhi standard SII dan PLN atau standart lain yang berlaku dan diakui
di Indonesia. Saklar dan stop kontak yang digunakan adalah type: malia warna
dark silver, Saklar/ Socket terdiri atas mekanisme dan plat penutup berbahan
polycarbonate dengan finishing colour dari produsen ukuran lebar plat
penutup/plate: 86x86mm
b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A
c. Switches / Saklar
Saklar yang digunakan Produksi ex. Legrand, ABB, Clipsal dan sesuai dengan
standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
Saklar harus mempunyai spesifikasi :
Rated Voltage : 250 volt
Rated Current : minimal 10 / 16 A
2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak :
a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-Bow)
rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi
tersendiri / khusus.
b. Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan permukaan
plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus
dengan menggunakan In-Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama dengan
kotak kontaknya. Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
c. Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai permintaan user
(disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata dengan
permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai
petunjuk dari Pengawas.
d. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang setinggi 210
cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan
terpendam (In-Bouw) rata degnan permukaan plester dinding atau didalam partisi
dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 23


e. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai disesuaikan dengan
kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan pasangan menempel dinding ( out-
bouw ) dan harus terpasang kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk
pengawas.
f. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P + N + PE)
tegangan 250 V.
g. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding harus
menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus
menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang.
h. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type
tertutup (Water Proof Type).
i. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N + PE)
tegangan 250 V.

2.21. Cubicle
Meliputi pengadaan dan pemasangan kubikel TM sebagai berikut:
a. Incoming SM6 Type IM, dengan komponen ses:
1) Busbar 2500A
2) Load Break Switch 24 kV, 2500 A, 100 kA – 1s
3) Eathing Switch
4) Voltage Indicator Divice
5) Anti Condensation Heater 50W, 220Vac
6) End Plate
b. Outgoing SM6 Type QM, dengan komponen:
1) Busbar 2500 A
2) SF6 Load Break Switch 24 kV, 2500 A, 100 kA – 1s
3) HRC Fuses with strike pins 1000A
4) Shurt trip coil 220V/ac
5) Eatring swith
6) Voltage indicator device
7) Anti Condensation Heater 50W, 220V
8) End Plate

2.22. Transformator
22.1. Ketentuan Teknis Pekerjaan Trafo Distribusi
01. Transformator distribusi yang dipergunakan adalah tipe Dry type Air Cooler
untuk tipe pemasangan dalam ruangan dilengkapi dengan alat pengaman
serba guna. Konstruksi dari transformator hendaknya tipe Cast Resin,
dilengkapi dengan casing dan blower untuk layanan Air Natural Air Force
(ANAF).

02. Transformator hendaknya dilengkapi dengan alat pengatur perbandingan


kumparan pada sisi primernya sebanyak lima tingkat untuk perubahan sebesar
-5%; -2,5%; 0; +2,5%; +5%.

03. Alat pengaman serba guna yang disyaratkan hendaknya yang sesuai untuk
tipe transformator tersebut diatas dan lain-lain yang dinilai perlu.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 24


04. Kumparan transformator hendaknya terbuat dari bahan tembaga dan saling
dihubungkan dalam grup vektor YYn-0. Impedansi hubung pendek
transformator ini harus tidak melebihi 6%.

05. Transformator hendaknya dilengkapi dengan rangka, roda, tempat pengangkat


dan sarana penyambungan busduct pada sisi tegangan rendah dan
penyambungan secara Plug In pada sisi tegangan menengah.

06. Peralatan terminasi yang diijinkan adalah tipe Resin atau Heat Shrinked.

22.2. Spesifikasi Trafo Distribusi


Standard and technical agreement IEC 60076-11:2004
Transformer type Dry Cast Rasin Insulation
Installation Indoor
Site altitude up to ≤1000m
Max.ambient temperature 40
Temperature rise 100K
Insulation class (HV/LV) F
Winding material (HV/LV) Copper
Frequency 50Hz
Type of duty Continuous operation
Cooling method ANAF
Rated power 1600 kVA
Vector group Yyn0
Rated voltage (HV/LV) 20kV / 0.4kV
HV tapping ±2×2.5% on high voltage side
Highest voltage for equipment ≤24kV/1.1kV
Separate-source AC withstand voltage 50kV/3kV
Lightning impulse withstand voltage 125kV/-
No-load loss (P0) 4.4kW
Tolerance +15%
Load loss (Pk120 ) 17kW
Tolerance +15%
Impedance voltage (Uz120 ) 6,0%
Tolerance ±10%
Partial discharge ≤5pC

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 25


Transformer enclosure dimension L×W×H Follow Manufacturing Standard
Centre distance of wheels 1070/1070mm
Transformer weight with enclosure 6000kg
Material of enclosure Steel
Colour of enclosure RAL7032
Protection class IP20
Temperature indicator Dry -type transformer temperature
controller
Marshalling box No
Aluminum Gland plate for HV/LV cable entry Included.

Surge arrestors No
Bus bar from transformer to switch gear or bus duct No

Wheels Yes
Cooling fans on the transformer body Yes
Neutral CT No

2.23. Diesel Generator Set


23.1. Ketentuan Teknis Mesin Diesel Generator
01. Mesin diesel generator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan suatu
daya listrik dengan kapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam
gambar rencana untuk tipe pemakaian secara terus menerus pada kondisi
kerja setempat, dimana temperatur keliling tidak melebihi 45°C dan rata-rata
temperatur keliling adalah 40°C. Mesin diesel generator yang dimaksud harus
memenuhi spesifikasi G3.

02. Mesin diesel generator yang dipergunakan harus mempergunakan sistem


pembakaran Turbocharge, dimana pengaturan silinder dalam bentuk V atau
inline dan bekerja pada putaran nominal 1.500 rpm.

03. Mesin diesel generator harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang terbuat
dari bahan baja, dimana antara mesin dengan dudukan dan antara dudukan
dengan pondasi mesin yang akan disediakan oleh Pemborong pekerjaan sipil
harus disediakan bahan peredam getaran tipe gabungan pegas dan karet
peredam getaran.

04. Pemborong harus menghitung sistem perdam suara, ventilasi ruangan, saluran
udara buang dan saluran asap sehubungan dengan spesifikasi mesin diesel
generator set yang ditawarkan.

05. Pemborong harus menghitung kembali sistem saluran udara buang dan
saluran asap sehingga tidak akan mengurangi kapasitas mesin untuk
membangkitkan daya sesusai yang diminta.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 26


06. Mesin diesel generator yang dipergunakan harus merupakan peralatan yang
selalu siap dipergunakan pada setiap saat. Untuk itu mesin harus mempunyai
perlengkapan berupa pompa sirkulasi minyak pelumas otomatis dan manual,
peredam suara pada saluran gas buang sesuai untuk pemakaian di area rumah
sakit, alat pengisi muatan battere dengan catu daya yang berasal dari
generator dan yang berasal dari PLN.

07. Mesin diesel harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur putaran
mesin secara otomatis sehingga mesin akan selalu bekerja pada putaran
nominalnya pada kondisi beban antara beban nol dan beban penuh dengan
toleransi tidak lebih dari 2%.

08. Mesin diesel harus dilengkapi dengan filter bahan bakar dan filter udara
pembakaran tipe oil bath.

09. Mesin diesel harus dilengkapi dengan alat pengaman guna menghentikan
operasi mesin dan atau memberikan indikasi adanya gangguan untuk setiap
gangguan sebagai berikut :
a. Putaran kerja melebihi 10% putaran nominal,
b. Tekanan kerja minyak pelumas lebih kecil dari nilai nominalnya (tidak
kurang dari 3 Kg/cm²),
c. Temperatur kerja air pendingin melebihi nilai nominalnya (tidak kurang
dari 75°C),
d. Dan lain-lain pengaman yang dinilai perlu.

10. Mesin diesel generator set secara keseluruhan harus mampu diperasikan dari
Local Control Panel (LCP) Generator. Secara garis besarnya ketentuan
mengenai Local Control Panel (LCP) ini harus sesuai ketentuan teknis dari
pabrik pembuat.

Ketentuan Teknis Alternator & Kontrol


01. Alternator yang dipergunakan harus dapat membagkitkan tegangan tanpa
bantuan sumber daya lain, dimana rangkaian medan magnetnya mendapatkan
catu daya dari terminal alternator melalui suatu rangkaian elektronik dengan
tidak mempergunakan sikat komutator.

02. Rangkaian elektronik yang dimaksud dalam butir 01 diatas harus mampu
mengatur tegangan alternator secara terus menerus pada tegangan nominal
sebesar 230/400 Volt dengan toleransi tidak lebih dari 1,5%.

03. Alternator yang dipergunakan harus mampu menghasilkan daya listrik sesusai
dengan kondisi terpasang yang ditunjukkan didalam gambar rencana secara
terus menerus pada putaran nominal mesin diesel dan pada tegangan nominal.

04. Alternator yang dipergunakan harus dibuat untuk pemakaian dalam ruangan
dengan kelas pengaman tidak kurang dari IP 23 dan dapat menahan kelebihan
beban 10% selama 1 jam dalam selang waktu 12 jam.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 27


05. Hubungan kumparan stator alternator hendaknya hubungan bintang dimana
reaktansi hubung pendeknya tidak melebihi 15%.

06. Pemborong wajib menyediakan titik pentanahan bagi mesin diesel generator,
titik netral generator, PKG dan semua bagian logam di dalam ruang diesel
dan panel, termasuk rak dan tangga kabel dan pintu-pintu ruangan yang
terbuat dari logam sesuai dengan ketentuan ini.

Ketentuan Teknis PKG & AMF


01. PKG harus mempunyai bagian yang dapat mengoperasikan mesin secara
otomatis dan operasi paralel dengan genset eksisting pada saat terjadi
gangguan pada sumber daya yang berasal dari PLN dengan sistem interlock,
dan dilakukan sinkronisasi secara otomatis dengan genset eksisting.

02. Apabila tidak ditentukan adanya peralatan otomatis sinkronisasi maka


perlengkapan peralatan adalah sebagai berikut :
a. AMF hanya dilengkapi untuk satu unit mesin,
b. Sistem dilengkapi dengan peralatan monitoring beban, dan synchronizing
set serta pembagi beban yang bekerja secara manual.

03. Apabila tidak ditentukan adanya peralatan otomatis sinkronisasi, maka sistem
kerja peralatan adalah sebagai berikut :
a. Pada saat terjadi gangguan pelayanan dari PLN, maka 2 unit diesel genset
harus bekerja secara otomatis dan disinkronkan secara otomatis,
b. Pelayanan ke beban harus mampu mengikuti stepping pembebanan 80%
seperti yang telah dinyatakan dalam ketentuan spesifikasi G3.
c. Setelah 10-15 menit sejak pelayanan PLN normal kembali, secara manual
semua mesin dimatikan secara otomatis.
d. PKG harus dapat mengatur sistem sinkron semua mesin, termasuk dengan
generating set yang berbeda kapasitasnya, dan melakukan automatic load
balancing (ALB) sehingga tiap-tiap generating set dibebani secara
proporsional sesuai kapasitas masing-masing.
e. PKG dilengkapi lampu indikator dan sirine/buzzer.
f. Didalam PKG hendaknya disediakan terminal kontrol yang akan
dihubungkan ke sistem monitor dan operasi remote. Terminal kontrol ini
meliputi :
♦ Mesin jalan,
♦ Mesin berhenti,
♦ Mesin berhenti karena gangguan,
♦ Kondisi gangguan kecepatan lebih,
♦ Kondisi gangguan tekanan minyak pelumas rendah,
♦ Kondisi gangguan temperatur air, pendingin tinggi,
♦ Kondisi level bahan bakar ditangki pemakaian,
♦ Kondisi meluapnya tangki pemakaian bahan bakar,

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 28


♦ Kondisi level bahan bakar ditangki penyimpanan,
♦ Kondisi pompa bahan bakar jalan/berhenti, berhenti karena
gangguan,
♦ Kondisi level bahan bakar ditangki luapan,
♦ Kondisi pompa luapan bahan bakar jalan/berhenti, berhenti karena
gangguan,
♦ Kondisi alat sirkulasi udara ruang diesel jalan/berhenti, berhenti
karena gangguan/adanya aliran udara.

04. AMF yang dipergunakan harus dapat memberikan indikasi mengenai


keadaan-keadaan berikut :
a. Alat penghubung beban tersambung/terputus,
b. Kegagalan start,
c. Gangguan pada rangkaian pengisi battere,
d. Kapasitas battere tidak mencukupi,
e. Gangguan operasi lainnya.

05. AMF harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut :


a. Saklar pemilih operasi manual/otomatis,
b. Tombol penghenti bunyi bel,
c. Tombol reset,
d. Tombol penghenti operasi mesin,
e. Tombol penguji lampu indikator dan bel,
f. Dan lain sebagainya.

06. AMF harus dapat menjalankan diesel genset pada waktu tegangan PLN
mencapai batas 80% dari tegangan nominalnya tanpa kelambatan waktu
operasi.

07. AMF harus dapat menghentikan pelayanan diesel genset pada waktu
pelayanan dari PLN telah normal kembali dan kemudian menghentikan diesel
genset masing-masing dengan kelambatan waktu operasi tidak kurang dari 10
menit.

Ketentuan Teknis Tangki Penyimpan Bahan Bakar


01. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai kapasitas tidak kurang
dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Tangki ini harus terbuat dari
bahan Mild Steel Plate melalui proses anti karat dengan ketebalan tidak
kurang dari 7mm berbentuk silinder dimana pada bagian luarnya diberikan
lapisan aspal dan goni.

02. Tangki penyimpanan bahan bakar harus mempunyai sarana penyambungan


pipa pengisian dari mobil tangki bahan bakar, pipa pemakiaan, pipa
pengembalian bahan bakar, pipa pembuangan gas, alat pengukur isi tangki
dan pengatur pompa bahan bakar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 29


03. Tangki pemakaian bahan bakar harus berkapasitas tidak kurang dari yang
ditunjukkan dalam gambar rencana terbuat dari bahan plat baja melalui proses
anti karat dengan ketebalan tidak kurang dari 4mm berbetuk silinder dimana
pada bagian luarnya dilapis cat anti karat dengan zincromate buatan ICI
sebanyak 2 lapis dan cat akhir berwarna coklat.

04. Pondasi tangki penyimpanan bahan bakar akan disediakan oleh Pemborong
pekerjaan bangunan sedangkan dudukan bagi tangki pemakaian bahan bakar
harus disediakan oleh Pemborong pekerjaan ini, terbuat dari bahan besi siku
berukuran tidak kurang dari 70x70x7 mm yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga konstruksi secara keseluruhan dapat menahan beban yang mungkin
timbul. Pemborong wajib menempatkan lapisan anti karat zincromate buatan
ICI sebanyak 2 lapis dan cat akhir berwarna coklat.

05. Pompa bahan bakar adalah jenis gear pump yang sesuai untuk pemakaian
bahan bakar berkapasitas tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar
rencana, dan digerakkan oleh motor kontrol sesuai dengan kebutuhan serta
dilengkapi dengan kontrol operasi otomatis.

06. Pemborong wajib menyediakan pompa bahan bakar manual dengan pemipaan
secara paralel dilengkapi gate valve dan check valve.

Ketentuan Teknis Pipa Pembuangan Gas Buang


01. Pipa pembuangan gas buang adalah jenis pipa baja hitam kelas medium
berdiameter yang cukup untuk tidak mengakibatkan adanya terjadinya
pengurangan kepasitas mesin pada pemasangan seperti ditunjukkan dalam
gambar rencana.

02. Pipa pembuangan gas buang harus diisolasi untuk menahan radiasi panas
yang mungkin timbul dengan rockwool berbentuk preform (setengah pipa)
setebal tidak kurang dari 2 inch dan kepadatan tidak kurang dari 100 kg/m³
dan dilapis lagi dengan lembaran asbes.
Isolasi tersebut harus dipasang mulai dari pipa fleksibel penghubung mesin
dengan peredam suara sampai keluar bangunan Power House. Khusus untuk
pelapis diluar bangunan, harus dipergunakan bahan plat alumunium.

03. Pemborong wajib menyediakan cerobong saluran udara bekas pendingin


mesin seusia standar ASHRAE yang terbuat dari bahan plat baja tebal 1½mm
berbentuk sama sperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana lengkap
dengan penghubung fleksibel dan pengarah aliran udaranya serta diberikan
lapisan bahan peredam suara.

2.24. Persyaratan Filter Harmonik


Aktif Harmonik Filter yang dimaksud harus memiliki seperti minimal seperti dibawah ini:
Tegangan
Range Tegangan : - 3 wire (3W) 3P: 400 phase-phase ±10%
+/- 10%
- 4 wire (4W) 3P+N: 230…400V phase-phase
±10%
Frekuensi 50 / 60 Hz ± 5%

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 30


Maksimum THD V : 25%
Sistem Pembumian (earthing) : TN, TT

Kapasitas
Kapasitas Daya/Arus Sesuai gambar Perencanaan
Maksimum power 20700 VA
Maksimum Arus (phase) 30 A RMS
Maksimum Arus (neutral) 90 A RMS
Crest factor (Arus) 2:1

Pengukuran Arus
Type : Transformer : 5/5A ….. 5000/5A
Respon Frekuensi : lebih dari 2500 Hz / 3000 Hz (60 Hz)
Daya 1.5 VA per transformer

Spesifikasi Filter
Range harmonik untuk Filter : 2 - 50 Harmonic (dapat diatur/Adjustable)
Waktu Respon : < 100 µs
Konsumsi Phase : Dapat diatur/Adjustable
Koreksi Power factor : Dapat diatur/Adjustable
prioritas untuk pemrograman : Dapat diatur/Adjustable

Parallel unit
Koneksi untuk Pemasangan dapat diparalel dengan lebih dari 100 unit
sistem paralel :
koneksi pada transformer hanya pada device
utama/master

Proteksi komponen Menggunakan Fuse


dari masalah short circuit
RS-485 Communication
Filed bus : RS-485
Protokol komunikasi : Modbus RTU
Stop bits : 1
Parity : None

Komunikasi Ethernet
Jaringan protokol: TCP/IP, Modbus TCP

Layar/Display
Display : 3.5" TFT berwarna dan layar sentuh, Web
server dan datalogger

Lingkungan/Environmental

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 31


Kondisi lingkungan : indoor conditioned IEC 60721-3-3
operasional temperatur : - 10°C .. +45°C
temperatur penyimpanan: - 20°C .. +50°C
Relative humidity (tanpa 0 … 95%
kondensasi) :
Altitude Maksimum : 2000 m
Indeks Protection (IP) : IP 20
Kategori Over voltage : OVC III 300V

Standarisasi
Electromagnetic compatibility UNE-EN 61000-6-4:2007
(CEM). Part 6-4: Generic
stdanards. Emissions stdanard
for industrial environments.
(IEC 61000-6-4:2006) :
Industrial, scientific dan UNE-EN 55011:2011
medical equipment - Radio-
Frekuensidisturbance
characteristics - Limits dan
methods of measurement :
Electromagnetic compatibility UNE-EN 55011:2011
(CEM). Part 6-2: Generic
stdanards. Immunity for
industrial environments. :
Safety requirements for power EN 62477-1:2012
electronic converter systems
dan equipment - Part 1:
General (Endorsed by AENOR
in November of 2012.) :
Low-voltage switchgear dan IEC 61439-1:2011
controlgear assemblies - Part 1:
General rules :

Country of Original (COO)


Negara Pembuat/Produksi : Eropa
Amerika
Jepang

2.25. Persyaratan Power Quality Conditioner Reactive


Power Quality Conditioner Reactive yang dimaksud harus memiliki seperti minimal seperti
dibawah ini:

Tegangan
Range Tegangan : - 3 wire (3W) 3P: 400 -440-480V phase-phase
±10%
+/- 10%
- 4 wire (4W) 3P+N: 230…400V phase-phase
±10%

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 32


Frekuensi 50 / 60 Hz ± 5%
Maksimum THD V : 25%
Sistem Pembumian (earthing) : TN, TT

Kapasitas
Kapasitas Daya/Arus Sesuai gambar Perencanaan
Maksimum power Sesuai gambar Perencanaan
Maksimum Arus (phase) Sesuai gambar Perencanaan
Maksimum Arus (neutral) Sesuai gambar Perencanaan

Pengukuran Arus
Type : Transformer : 5/5A ….. 5000/5A
Respon Frekuensi : lebih dari 2500 Hz / 3000 Hz (60 Hz)
Daya 1.5 VA per transformer

Spesifikasi Filter
Range harmonik untuk Filter : 2 - 50 Harmonic (dapat diatur/Adjustable)
Waktu Respon : < 100 µs
Konsumsi Phase : Dapat diatur/Adjustable
Koreksi Power factor : Dapat diatur/Adjustable
prioritas untuk pemrograman : Dapat diatur/Adjustable

Parallel unit
Koneksi untuk Pemasangan dapat diparalel dengan lebih dari 100 unit
sistem paralel :
koneksi pada transformer hanya pada device
utama/master

Proteksi komponen dari Menggunakan Fuse


masalah short circuit

RS-485 Communication
Filed bus : RS-485
Protokol komunikasi : Modbus RTU
Stop bits : 1
Parity : None

Komunikasi Ethernet
Jaringan protokol: TCP/IP, Modbus TCP

Layar/Display
Display : 3.5" TFT berwarna dan layar sentuh, Web
server dan datalogger

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 33


Lingkungan/Environmental
Kondisi lingkungan : indoor conditioned IEC 60721-3-3
operasional temperatur : - 10°C .. +45°C
temperatur penyimpanan: - 20°C .. +50°C
Relative humidity (tanpa 0 … 95%
kondensasi) :
Altitude Maksimum : 2000 m
Indeks Protection (IP) : IP 20
Kategori Over voltage : OVC III 300V

Standarisasi
Electromagnetic compatibility UNE-EN 61000-6-4:2007
(CEM). Part 6-4: Generic
stdanards. Emissions stdanard
for industrial environments.
(IEC 61000-6-4:2006) :
Industrial, scientific dan UNE-EN 55011:2011
medical equipment - Radio-
Frekuensidisturbance
characteristics - Limits dan
methods of measurement :
Electromagnetic compatibility UNE-EN 55011:2011
(CEM). Part 6-2: Generic
stdanards. Immunity for
industrial environments. :
Safety requirements for power EN 62477-1:2012
electronic converter systems
dan equipment - Part 1: General
(Endorsed by AENOR in
November of 2012.) :
Low-voltage switchgear dan IEC 61439-1:2011
controlgear assemblies - Part 1:
General rules :

Country of Original (COO)


Negara Pembuat/Produksi : Eropa
Amerika
Jepang

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 34


2.26. Persyaratan UPS
Unit UPS untuk ruang kritikal yang dimaksud harus memiliki spesifikasi minimal
seperti dibawah ini:
Spesifikasi Umum
Teknologi : On-line double conversion
Kapasitas UPS : 10Kva

Sisi Input
Nilai Tegangan : Tiga-phase 3 x 220 (3P + N)
Margin dari : +15% / -20% (dapat di konfigurasi)
tegangan
Frekuensi : 50 Hz
Total Harmonic pada beban 100% = <1.5% ;
Distortion pada beban 50% = <2.5% ;
(THDi) pada beban 10% = <6.0%
Power factor : >0,9 dari beban 10%
pada sisi input
Topologi : Tiga Phase dengan IGBT gelombang penuh (Full
Rectifier wave), memiliki soft start, PFC, transformerless

Sisi Output
Nilai Tegangan : Tiga-phase 1 x 220 Transformer less
Akurasi respon : Pada step beban 0% s/d 100% = 20 ms
time : Pada tegangan drop : -5%
: Pada kondisi sinkron : 50 Hz ± 5 Hz (dapat di
Frekuensi pada pilih/selectable)
sisi output : Pada kondisi UPS running/free running : 50/60 Hz ±
0.05%
Maksimum laju : dari 1 Hz/s sampai dengan 10Hz/s (dapat
sinkronisasi diprogram)
Total Harmonic : Pada Kondisi beban linear :< 0.5%
Distrortion untuk
Tegangan : Pada kondisi beban tidak linear < 2%
(THDv)
Output Power : 0.9
Factor
Kondisi Overload : 125% bertahan sampai 10 menit
yang : 150% bertahan sampai 60 detik
diperbolehkan
Crest Factor yang : > 3:1
diperbolehkan
Total efisiensi : sampai dengan 95%
pada mode On-
Line
Efisiensi pada : lebih dari 98.4%
kondisi smart
mode

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 35


Static Bypass
Tipe dan kriteria : Solid State, di kontrol dengan mikroprosessor
: Mode Online = Nol
Transfer time
: Mode Smart-Eco = 4ms (typical)
Kondisi transfer : secepatnya, untuk diatas batas 150% beban overload
ke Bypass
Kondisi re- : otomatis, setelah alarm dimatikan
transfer (kembali)

Manual Bypass
Tipe dari Manual : Tanpa adanya interupsi/jeda
Bypass

Baterry
Tipe : Battery Kering atau Lead Acid (free maintennace)

Komunikasi
Port : 1xRS-232/485 dengan MODBUS protokol
Interface ke : 4x ketika AC Failure, Bypass, Low Battery
Relay
Spare Slot : 1 untuk SNMP/SICRES
Koneksi untuk : 2 x konektor
paralel

Umum
Temperatur : 0°C sampai dengan +40°C
pengoperasian
Relative humidity : diatas 95%, tidak ada kondensasi
Ketinggian unit : 1000 masl
untuk
pengoperasian
Kebisingan : <52 dB(A)
akustik pada 1
meter

Standarisasi
Keamanan : EN-62040-1-2 dan EN-60950-1
Elektromagnetik : EN-62040-2
Compability
(EMC)
Operating : VFI-SS-111 according to EN 62040-3
Kualitas dan : ISO 9001 and ISO 14001
management
Lingkungan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 36


2.27. Daftar Material
Pabrik pembuat bahan dan peralatan dalam spesifikasi ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :
No Material Merk
1 Panel Maker Prasetyowahyu, Trias, Starlite
2 Komponen Panel (ACB,MCCB,MCB) Legrand, Scheneider, ABB
3 Transformator Bambang Djaya,Trafindo, Scheneider

5 Armatur Lampu ( komplit Set). Osram, Philips

6 Lampu TLD
- Fluorescent Osram, Philips
- Starter Osram, Philips
- Fitting Osram, Philips
- Pabrik pembuat Armatur La Osram, Philips
7 Saklar & Stop Kontak Legrand, ABB, Clipsal
8 Kabel. Supreme, Kabelindo,Kabelmetal

9 Unitruptable Power Suply (UPS) Legrand, APC, Laplace


10 Try & Leader cable Elpro, Inter Rack, Legrand
11 Conduit,TeeDos Legrand, Clipsal, Boss
12 Litgthening Protection Furse, OBO, Critect

2.28. Testing & Comissioning


1. Macam pemeriksaan dan pengujian :
a. Pemeriksaan Visual.
- Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah.
- Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas
instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari adanya tetesan air.
- Kelengkapan komponen panel.
- Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki
oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis.
- Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan
tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau berurat banyak (multicore) harus
dilengkapi dengan sepatu kabel (cable shoe).
- Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan panjang
kabel (spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel
masih cukup panjang untuk disambung pada terminal yang lain.
- Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji
dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan
Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang
berwenang.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 37


c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan.
- Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap
untuk dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai untuk pengujian sebelum
digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama
dengan pihak yang berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas). Hasil
pengujian direkam pada format daftar simak dan didokumentasikan.
- Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan
alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER
1.000 volt untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus
tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada tabel
dibawah.

Tegangan Nominal Tegangan Uji Arus Searah Resistans Isolasi


V V MOhm
Tegangan ekstra rendah 250 ≥ 0,25
(SELV,PELV dan FELV) yang
memenuhi persyaratan 3.3.1 dan 3.3.2
Sampai dengan 500 V, dengan 500 ≥ 0,25
pengecualian hal tersebut diatas
Diatas 500 V 1.000 ≥ 1,00
Table 3.20-1 PUIL 2000 : Nilai Resistans Isolasi Minimum
- Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui
apakah tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi syarat
atau tidak.
d. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu :
- Tegangan phase ke phase (V L-L)
- Tegangan phase ke neutral (V L-N)
- Teggangan phase ke tanah (V L-G)
e. Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T.
f. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam.
- Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan untuk
mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan diperiksa
mutu instalasi yaitu mengecek berfungsinya komponen-komponen, susut
tegangan yang terjadi ( maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada
tiang atau panel dll.
- Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
- Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan Sumber Daya
Listrik,maka Kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri
berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang memadai.
2. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka
jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah
sesuai dengan gambar.
3. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing beban
terhadap masing – masing fase.
4. Fungsi komponen-komponen panel antara lain :
a. Volt meter
b. Ampere meter
c. Frekwensi meter
d. Lampu indikator
e. Saklar pilih (selector switch)
f. Circuit breaker, contactor, relay, dll.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 38


5. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan Pemilik.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman II – 39


Pasal 3
Instalasi Telepon

3.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi telepon adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan
comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-
lainnya seperti yang diterangkan dalam pasal terdahulu, sehingga diperoleh instalasi
telepon yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, yang
terdiri dari :
1. Pemasangan trunk line (co line).
2. Pemasangan Peralatan Utama (PABX atau Key Telephone), termasuk komponen
utama dan material bantu, sistem yang dipasang harus mencakup :
a) Sistem PABX (baik hardware maupun software) dengan semua frtur seperti
yang tercantum pada spesifikasi tanpa dikenakan biaya tambahan apapun pada
kapasitas terpasang yang diminta.
b) Operator console lengkap dengan handset din pilihan headset tanibahan yang
ada.
c) Features telephone set
d) Biaya pemasangan PABX dan semua peralatan tambahan harus mencakup pula
biaya penyambungan dari PABX ke MDF.
e) Sistem proteksi terhadap petir dan tegangan surja.
f) Backup battery.
3. Pengadaan dan pemasangan Kerangka Distribusi Utama/saluran (MDF) 500 pairs,
Kerangka Distribusi Lanjutan (IDF) dan kotak terminal..
4. Pemasangan instalasi kabel telepon dari Terminal Box (TB) ke outlet-outlet telepon
seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
5. Instalasi kabel dari MDF kesetiap Terminal Box (TB) yang ada disetiap lantai.
6. Pemasangan outlet – outlet telepon seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
7. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian .
8. Pemasangan dan pengadaan soket & outlet serta kelengkapannya.
9. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi telepon.
10. Melakukan pengurusan izin-izin / sertifikat dengan pihak PT. Telkom setempat
sehubungan dengan pekerjaan ini.
11. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di
gambar perencanaan.

3.2. Syarat Umum


1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk yang
sama
2. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan Surat
Dukungan dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang mendapatkan
Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan dari Principal
(Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia.

3.3. Gambar–Gambar Instalasi


1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan
sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 1


2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus
dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan lain
yang diperlukan.
3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi
lapangan atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan.
4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam
pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang
dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek.
5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas
lapangan adalah resiko Kontraktor.
6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus
dibongkar. Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi

3.4. Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana harus memeriksa kondisi lahan untuk
memastikan pekerjaan instalasi dapat dikerjakan, misalnya :
a. Pekerjaan instalasi kabel dan konduit : area yang akan dipasang harus sudah bersih
dari puing-puing, kayu-kayu bekisting bekas pengecoran, scaffolding, atau material
lain yang dapat menghalangi pekerjaan.
b. Pekerjaan pemasangan panel MDF dan PABX, pekerjaan finishing dan M/E lainya
didalam ruang kontrol untuk posisi panel-panel diatas sudah selesai dan pintu
ruangan sudah dipasang kunci. Hal ini untuk mengantisipasi rusak atau hilangnya
peralatan yang telah dipasang karena masih ada pekerjaan lain dan beberapa tenaga
kerja yang bekerja diruangan tersebut.
2. Menyiapkan tenaga kerja yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan instalasi telepon yang akan dikerjakan
dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman.
b. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas
Lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan
Direksi / Pengawas lapangan.
c. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan
profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi
supervisi, management proyek.
d. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman
& ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan
untuk mengatasi permasalahan yang ada.
e. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi
sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.
f. Mempunyai alat kerja yang memadai.
g. Mudah diberi pengarahan.
h. Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain.
i. Terampil.

3.5. Persyaratan Bahan


1. Bahan yang dibutuhkan kwantitasnya dihitung (estimasi) sesuai jalur instalasi pada
gambar kerja. Bahan-bahan yang sudah dikirim kelapangan (on site) agar diperiksa
kondisinya apakah ada kerusakan pada saat pengangkatan, pengangkutan, atau
kerusakan dari pabrik pembuat. Bahan-bahan yang kondisinya baik dapat dipasang,
sedangkan yang rusak atau cacat agar tidak dipasang dan dikembalikan kepada
pemasok / supplier.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 2


2. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup
pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum
dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis
harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan.
3. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja
(gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan.
4. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum,
Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas.
5. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
6. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan
atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja
tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.

3.6. Instalasi
1. Kabel Instalasi
a. Kabel intalasi telepon yang digunakan harus sesuai dengan standard Indoor
Telephone Cable (ITC) (STEEL-K-011) yang berlaku yang diakui di negara
Republik Indonesia.
b. Ukuran kabel untuk instalasi telepon yang digunakan harus sesuai dengan gambar
Perencanaan. Kabel telepon yang digunakan harus sudah direkomendasi oleh
TELKOM.
c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat
keterangan dari distributor / pabrik.
d. Sistem penyambungan didalam main distribution frame dan junction box harus
mempergunakan sistem slip (solderless) dengan alat connection / disconnection
produksi ex. Krone.
e. Penyambungan kabel didalam junction box harus mempergunakan sistem slip
solderless, sesuai dengan persyaratan PT. Telkom. (Reference: Krone)
f. Kabel yang masuk keluar ke/dari MDF, junction box harus memakai kabel gland
dan tanda untuk mengindentifikasikan route kabel dan nomor pesawat dengan
memakai "cable marking" merk 3 M.
g. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa
galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.
h. Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah
tanggung jawab kontraktor.
i. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan model
terminal peralatan yang terpasang.
j. Kabel yang dipergunakn untuk dari Terminal Box (TB) menuju MDF ( Feeder )
menggunakn kabel dengan jenis ITC Cable Multi pairs antara 10 pairs sampai
dengan 40 pairs atau sesuai dengan gambar perencanaan.
k. Kabel yang dipergunakan untuk instalasi dari Terminal Box (TB) menuju ke Outlet
Telepon menggunakan kabel dengan jenis ITC Cable 2 pairs ( 2 x 2 x 0.6 mm² ) di
dalam pipa conduit.
l. Kabel feeder yang digunakan adalah jenis indoor telephone cable, dengan kapasitas
sesuai gambar rencana.
m. Kabel distribusi dari junction box tiap-tiap outlet memakai indoor telephone cable
sebanyak 2 pair diameter core 0,6 mm ( 1 pair dipakai untuk cadangar/spare), dan
dimasukkan dalam konduit.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 3


n. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada suatu
trunking kabel/Tray.
o. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang pada tangga
kabel.
p. Semua kabel yang dipasang diatas trunking kabel harus didalam conduit.
q. Semua outlet kabel yang penempatan instalasinya hanya sampai diceiling saja,
hanis memiiiki spare panjang minimum 10m dari titik instalasi outlet pada gambar
rencana.
r. Isolasi antara urat-urat kabel, dan isolasi antara urat kabel terhadap ground
minimum 20 M ohm.
s. Pemasangan kabel dalam
Semua kabel dalam akan dipasang dengan menggunakan saluran PVC High
Impact Conduit BS 6099 Fire Retardant dengan diameter dalam min 1.5 kali
diameter kabel dan minimum diameter dalam 19 mm. Untuk keperluan
maintenance, wama PVC High Impact conduit yang dipasang untuk instalasi
telepon hanus berbeda dengan PVC High Impact yang dipasang untuk instalasi
listrik (wama putih atau hitam ).
t. Pemasangan kabel luar.
− Secara umum pemasangan kabel luar hana sesuai dengan standard yang dapat
digunakan clan disetujui oleh engineer.
− Secara langsung kabel dikubur harus dilindungi dengan batu bata yang
didesain khusus untuk pemasangan kabel telepon bawah tanah.
− Batu bata diatas, wama merah plastik dengan ketebalan dan lebar yang sesuai
harus dipasang dengan tanda peringatan yang diperlihatkan pada pemasangan
kabel telepon di bawah.
− Tanda kabel harus juga dipasang sepanjang rute kabel, sebaiknya pada setiap
perubahan arah.
2. Pipa Konduit
a. Konduit yang digunakan biasanya dari type high impact conduit. Selain “high
impact” dari konduit ini harus memenuhi ketentuan dan syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Tidak mudah terbakar.
2) Tidak merambatkan api.

Bila terbakar tidak mengeluarkan gas beracun, dan api dapat padam dengan
sendirinya. Kabel yang biasa dilindungi oleh konduit ini adalah kabel dari Terminal
Box (TB) ke outlet telepon.

Ukuran diameter dalam konduit adalah :

DP ≥ √ DK2 / 0,5

Dimana : DP = diameter dalam konduit (mm).


DK = Diameter luar kabel (mm)

b. Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter dalam
minimum 1 1/2 kali diameter kabel, dipergunakan produksi ex. LEGRAND,
CLIPSAL, BOSS.
c. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 4


d. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada
tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan
paku tidak dibenarkan.

3.7. Gambaran Umum PABX


1. Rancangan PABX harus bersifat modular dengan semua komponen tersusun pada
printed circuit boards (PCBs) yang dapat dengan mudah dimasukkan dan dipindahkan
dari masing-masing posisi / slot (plug in). Slot – slot yang ada harus bersifat ‘
universal’, yaitu tidak ada batasan bahwa card interface tertentu harus dipasang pada
slot tertentu, kecuali pada base unit.
2. Card-card yang terpasang pada PABX harus dapat dipergunakan kembali untuk
keperluan ekspansi PABX sehingga lebih ekonomis.
3. PABX memiliki embedded applications yang ditujukan untuk aplikasi pada industri
health-care dan hospital, yang meliputi fitur dan layanan khusus telephone untuk
hospitality industries, fungsi manajemen (check in/out) serta interface dengan Front
Office System.
4. PABX harus menggunakan teknologi IP Communication Server serta mampu
dihubungkan dengan berbagai macam perangkat :
• Telephone Sets TDM
• Telephone Sets Digital e-reflexes
• MultiMedia PC
• SIP Phone
• H.323,XML,LDAP Terminal Devices
5. PABX dilengkapi dengan Media GateWay sehingga memungkinkan konfigurasi
dengan kombinasi dengan teknologi TDM (Time Division Multiplexing) serta
koneksi dengan berbagai macam interface sebagai berikut :
a. Koneksi ke external network (public atau private):
♦ T0 ISDN
♦ E1-CCS ISDN (T2)
♦ E1-CAS
♦ T1 CCS (PRI)
♦ T1 CAS
♦ DDI / DID or NDDI / non-DID analog networks
b. Koneksi ke digital Reflexes phones, attendant operator positions (UA interfaces)
c. Koneksi ke analog devices seperti telephone analog, modem, mesin facsimile (z-
analog interfaces)
d. Koneksi DECT/PWT base stations
e. IP connectivity (Voice Over IP)
f. Voice compression channels: G.711, G.723, G.729
g. DSP resources for media services seperti voice guides, conferencing.
6. PABX harus mempunyai kemampuan switching dengan non blocking system.
7. Cabinet PABX berukuran standard rack 19inch.
8. Untuk mengakomodasikan ISDN maka PABX harus dapat digunakan pada jaringan
ISDN melalui PCM link 64 Kbps, basic rate access 144 Kbps (2B + D) dan primary
rate access 2 MBps (30B + D) dengan hanya menggantikan dan atau menambah card
yang berhubungan dengan jaringan ISDN tersebut.
9. PABX harus memiliki kemampuan cordless DECT untuk mendukung mobilitas
pengguna.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 5


10. PABX harus dapat digunakan lebih dari satu kelompok pemakai ataupun departemen-
departemen dalam suatu organisasi besar sehingga lebih ekonomis. Console-console
operator harus dapat digunakan secara bersama atau dialokasikan kepada masing-
masing kelompok pemakai.
11. PABX harus dapat dirangkaikan dengan paging module, untuk keperluan paging
Public Address melalui ekstension PABX.

3.8. Kapasitas System


1. PABX yang dipasang harus bersifat modular dan memiliki kemampuan untuk
dikembangkan dengan penambahan module peripheral saja, tanpa penambahan
modul kontrol hingga mencapai kapasitas maksimumnya. Dengan menggunakan
standard produksi Alcatel, Ericsson, Panasonic
2. PABX harus memiliki kapasitas yang mampu diperluas untuk memenuhi kebutuhan
sampai dengan 5,000 users pada satu node.
3. PABX yang dipasang harus dapat diperbaharui atau dikembangkan ke model PABX
mutakhir guna peningkatan kapasitas sistem.
4. PABX yang dipasang harus termasuk :
a. Maintenance Terminal untuk mendiagnosa kesalahan PABX dan melakukan
reprogramming.
b. Voice Mail untuk minimal 500 users.
c. Remote Maintenance Access.
d. Baterai untuk pasokan daya cadangan bagi sistem selama minimal 4 jam.
e. Alat penangkal petir untuk semua saluran induk.
5. Card-card yang digunakan harus memiliki sirkuit yang cukup besar (Min. 16 sirkuit
untuk ekstension card dan 8 sirkuit untuk trunk card) agar PABX memiliki kapasitas
yang cukup.

3.9. Fitur System


1) PABX yang dipasang harus dilengkapi dengan fitur-fitur untuk Kemudahan
panggilan keluar / masuk sebagai berikut :
− Customized Organizational Greetings, automatic day / night / break / holiday
greetings dengan built-in Real Time Clock. Kemampuan transfer dengan
SuperVised sistem.
− Customized Music on Hold, 2 systems language.
− Multi Tenant, memungkinkan adanya operator/ automatic attendant greetings
tersendiri untuk masing-masing grup trunk number dalam satu sentral PABX.
− Integrated Voice Mail 2port, 60minutes storage untuk kondisi Busy, No
Answer, Do Not Disturb (DND).
− Automatic Route Selection (ARS) sistem secara otomatis akan mencari rute
panggilan yang paling ekonomis.
− Personal Assistant dengan lima pilihan transfer pada kondisi No Answer : Voice
Mail, GSM, External Number (telepon rumah, etc), Internal Number (secretary)
atau ke Operator.
− Dial by Name dengan entry initial, kemampuan sampai dengan 3000 centralized
directory internal/external.
− Direct Inward System Access Transit, memungkinkan transit atas incoming call
ke nomor external.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 6


2) PABX yang dipasang harus dilengkapi dengan fitur-fitur hospitality sebagai berikut:
a) Automatic Wake-Up Calls
Fitur ini memungkinkan operator tamu atau tamu bersangkutan mampu menset
“wake up call” (panggilan untuk membangunkan) secara otomatis pada waktu
yang telah ditentukan. Bila panggilan tersebut tidak dijawab setelah selang waktu
tertentu, maka system akan mengulangi panggilan tersebut untuk beberapa kali.
Bila panggilan masih tidak dijawab, maka operator akan diberitahu dan setelah
itu system akan membatalkan setting panggilan tersebut.
b) Call Restriction
Operator dapat membatasi jenis panggilan keluar yang diperbolehkan bagi kamar
tamu tertentu. Batasan untuk panggilan keluar tersebut adalah :
♦ Internal
♦ Local
♦ SLJJ
♦ SLI
c) Check-In / Check-Out
Fitur ini memungkinkan pelaksanaan prosedur check-in / check out tamu yang
cepat dan sederhana dengan hanya menekan satu tombol pada operator console
atau front desk terminal, maka :
♦ Kondisi kamar bersangkutan berubah dari ‘vacant’ ke ‘occupied’ dan
sebaliknya.
♦ Status kamar yang bersangkutan diset ke ‘clean’ atau sebaliknya.
♦ Nama tamu bersangkutan dimassukkan atau sebaliknya
♦ Telepon bersangkutan diset menjadi ‘barring’ / ‘unbarring’
d) Do Not Disturb
Fitur ini memungkinkan operator atau tamu bersangkutan untuk memblokir
semua panggilan masuk yang ditujukan padanya.
e) Hot Station
Fitur ini memungkinkan tamu untuk menghubungi nomor ekstension tertentu
dengan hanya mengangkat handset tanpa perlu menekan tombol apapun.
f) Centrallized Name Number Display
System harus memiliki database terpusat berisi nama pemakai, nomor
sambungan, nama departemen, dan lokasi dari semua ekstension pada system.
g) Message waiting
System harus mampu memberi indikasi adanya pesan melalui lampu “message
waiting” pada pesawat telepon bagi tamu yang bersangkutan.
h) PMS Interface
System harus memiliki fasilitas untuk berhubungan dengan system Property
Management System (PMS) untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi PABX dan
PMS
i) Room Status
System PABX harus mampu memberikan melalui layar monitor / LCD console
atau front desk terminal informasi mengenai status dan kondisi kamar, nama
tamu bersangkutan, kebangsaan, dan kelas pelayanan dari nomor sambungannya.
Informasi kamar yang telah ada dapat diubah atau ditambah oleh operator atau
front desk officer dengan informasi baru.
3) Voice Mail
a) Voice Mail untuk minimal 500 users yang terintegrasi dengan system.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 7


b) Kotak pesan dapat di akses secara mudah oleh user dan dapat di aksed dengan
satu tombol saja melalui pesawat jenis e-reflexes.
4) Alarm Display
Alarm, baik major maupun minor harus dapat ditampilkan pada cabinet system
PABX dan operator console
5) Authorization Code
System akan dilengkapi dengan authorization code yang memungkinkan seorang
pemakai tertentu membatalkan untuk sementara waktu batasan-batasan fasilitas yang
diterapkan pada ekstension manapun.
6) Bridging
System PABX harus memiliki kemampuan ringing up sampai minimal 4 pesawat
telepon analog standar yang terhubung parallel.
7) Calling Name Number Display
a) PABX harus dapat menampilkan nama si pemanggil beserta nomor.
b) Nama yang terlihat pada layar saat pesawat telepon berbunyi memudahkan
penyampaian salam yang tepat. Nama pemanggil harus ditampilkan kembali bila
pembicaraan yang di hold berlanjut lagi.
8) Call Accounting (Metering)
PABX harus mampu melakukan pengukuran traffic pada kelompok saluran induk
(trunk group), operator console, dan ekstension tertentu. PABX juga harus mampu
melakukan pencatatan selektif untuk panggilan masuk dan keluar melalui saluran
induk (trunk) maupun panggilan antar ekstension. Data-data tersebut harus dapat
dipindahkan ke printer untuk hard copy atau alat perekam lainnya untuk diproses
lebih lanjut. Pencatatan meliputi tetapi tidak terbatas detil sebagai berikut :
a) Tanggal dan waktu panggilan terjadi
b) Nomor yang dipanggil
c) Nomor saluran cabang yang memanggil
d) Lama pembicaraan
e) Tarif pembicaraan
f) Dapat melakukan semua pembicaraan local, nasional, ataupun international yang
dilakukan melalui :
♦ Operator Console
♦ Ekstension dalam PABX
♦ Panggilan-panggilan yang dibantu operator
g) Rekaman harus proposional dengan lamanya pembicaraan pada setiap pesawat
cabang ketika terjadi transfer panggilan.
h) System memiliki kemampuan untuk mendeteksi pulsa 16 KHz dari Telkom.
9) Class of Service (COS)
Jumlah kelas pelayanan (COS) yang tersedia dalam PABX minimal sebanyak 20.
Dengan demikian dapat dirancang aneka kelas pelayanan, masing-masing dengan
fasilitas pelayanan berbeda sesuai yang dibutuhkan kelompok pemakai.
Tiap-tiap ekstension, saluran induk atau console dapat diberikan COS tertentu yang
akan menentukan fasilitas apa saja yang berlaku baginya.
10) Customer Data Backup / Restore
a) System harus memungkinkan data langganan yang disimpan dalam RAM untuk
di back-up dalam suatu alat simpan (disket). Data ini akan dipakai kemudian
untuk memulihkan kerja system secara cepat bila terjadi data pada pada memori
RAM hilang atau rusak.
b) System mampu memback-up semua perubahan pada konfigurasinya secara
otomatis pada hari yang sama kecuali telah dilakukan secara manual.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 8


11) CTI (Computer Telephony Integration)
System yang akan dipasang memiliki kemampuan untuk memadukan pekerjaan
piranti komputer dan layanan telepon dengan berbagai macam protocol CSTA,
TAPI, TSAPI, XML/SOAP. Contoh aplikasi yang menggunakan protocol TAPI
seperti : SAP, SideKick, Goldmine, Act, Outlook, Schedule+, Access, Lotus Notes,
Word, Excel, Herold, TwixTel.
System harus menyediakan InfoCenter yang mampu menyimpan status tiap user
pada waktu melakukan perjalanan dinas dan menampilkan pada layar console pada
tiap-tiap kondisi sebagai berikut : Sedang Dinas Luar, Waktu Kembali serta tujuan
bepergian.
12) Direct Line
Panggilan masuk dari jaringan STO harus mampu memanggil ekstension yang dapat
dikehendaki secara langsung tanpa melalui operator. PABX harus mampu menangani
fitur tersebut.
13) Emergency Power Failure Transfer Circuits
System PABX harus dapat menghubungkan saluran-saluran induk yang ada ke
ekstension yang telah ditentukan sebelumnya bilamana terjadi keadaan darurat,
misalnya kegagalan pada system pasokan daya atau modul CPU. Hubungan langsung
antara saluran induk dengan saluran cabang ini dapat terbentuk secara otomatis atau
secara manual.
14) Flexible Numbering Plan
System harus mempunyai rancangan penomoran yang flexible, sebagai contoh :
Kontraktor harus menjamin bahwa system yang dipasang mampu membedakan
nomor ekstension yang konflik, seperti ‘52345’ dan ‘5234’. Ini berarti bahwa
ekstension dapat diprogram dengan nomor panggil yang terdiri dari 1, 2, 3, 4, atau 5
digit dengan digit-digit pertama sama. System PABX akan memilih nomor
ekstension yang lebih singkat jika digit selanjutnya tidak diterima dalam waktu
tertentu.
15) Hunting
System harus mampu meneruskan panggilan masuk yang ditujukan kepada
kelompok ekstension (Hunt group) ke salah satu ekstension dalam “hunt group” yang
tidak sibuk.
Ada dua jenis hunting :
a. Circular hunting
Hunting dimulai pada ekstension yang berada pada urutan berikut dari ekstension
terakhir pada grup itu yang berhasil dipanggil dan berlanjut pada ekstension
berikutnya dalam urutan yang sudah terprogram.
b. Terminal hunting
Hunting dimulai pada ekstension pertama yang berada pada urutan pertama
dalam grup dan berhenti pada ekstension pertama yang tidak sibuk.
16) Integrated Service Digital Network (ISDN)
System PABX yang dipasang harus mendukung ISDN PRI (30B + D) dan ISDN BRI
(2B + D) tanpa adanya perubahan dalam arsitekturnya. Implementasi ISDN harus
dapat dicapai melalui pengembangan-pengembangan dari perangkat keras dan
perangkat lunak.
Kontraktor harus menyatakan semua pengembangan system yang diperlukan untuk
memungkinkan system PABX yang dipasang bekerja dengan Primary Rate Access
(PRA) dan Basic Rate access (BRA)

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 9


17) Remote Maintenance Access (RMA)
Berikut adalah fitur yang harus dilengkapi :
a) Kemampuan untuk menjalankan tes keamanan dengan verifikasi sebelum
dilakukan remote access meliputi user login dan password.
b) Kemampuan untuk membuat perubahan ke database customer yang sudah ada
pada system tanpa mengganggu fungsi pemrosesan panggilan.
18) Music on Hold
a) Kontraktor harus memasang perangkat musik on Hold yang berfungsi :
♦ Ketika operator meng-hold panggilan internal maupun eksternal.
♦ Ketika ekstension meng-hold paggilan internal maupun eksternal pada saat
mengakses fitur atau saat memindahkan panggilan.
♦ Ketika telepon masuk terlambat dijawab oleh operator dan sesudah menerima
pemberitahuan dari mesin perekam, jika diperlukan.
♦ Ketika panggilan masuk dihubungkan dengan ekstension yang sibuk.
♦ Sebagai background music pada pesawat telepon digital.
b) Kontraktor memasang dari perlatan sumber musik serta persyaratan yang
diperlukan untuk menyambung peralatan tersebut ke PABX
19) Networking
a) PABX yang dipasang harus memungkinkan sambungan langsung ke tipe
PABX yang sama melalui media Leased-Line, Switched Line, IP Network
untuk membentuk jaringan ABC-F2, maupun ke perangkat PABX merk lain
dengan protocol QSIG.
b) Konfigurasi jaringan seperti tersebut diatas memungkinkan semua ekstension
pada jaringan itu untuk memanggil ekstension lain dalam jaringan itu sendiri
secara langsung tanpa kode tambahan.
c) Juga harus dimungkinkan untuk memusatkan semua attendant console pada
suatu tempat atau pada tempat yang berbeda untuk membantu menjawab
panggilan-panggilan masuk dari mana pun juga asalnya pada jaringan tersebut.
d) Fitur jaringan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
♦ Kontraktor harus mencantumkan system yang dapat dioperasikan tanpa
attendant console dan bagaimana system bekerja untuk menggantikan
aktivitas attendant console.
♦ Automatic Networking Dialing
Fitur ini memungkinkan keseragaman rancangan nomor panggilan terdiri dari
3 atau 4 digit untuk dipakai pada jaringan tersebut sehingga jika
pemakai ekstension disalah satu PABX ingin menghubungi ekstension lain di
PABX lainnya maka si pemakai cukup memutar nomor sambungan si pemakai
saluran cabang yang dituju. System harus mampu menerjemahkan dan
menghubungkan si pemakai secara otomatis.
♦ Automatic Redial
Memanggil kembali nomor terakhir yang telah dipanggil harus dapat
dilakukan oleh pesawat telepon pada kedua sisi PABX
♦ Call Transfer
Pemindahan pembicaraan (baik berasal dari jaringan atau dari saluran induk)
dari satu ekstension pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya
dapat dilakukan.
♦ Call Forward

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 10


System juga harus mendukung fitur call forwarding dari salah satu ekstension
pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya.

♦ Camp On
System juga harus dapat mendukung fitur “camp on” dari satu ekstension pada
satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya.
♦ Hot Station
System juga harus dapat mendukung fitur “hot station” dari satu ekstension
pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya.
20) Night Service
a) Panggilan masuk melalui beberapa atau semua saluran induk harus dapat
dialihkan ke ekstension-ekstension yang ada dengan basis hubungan satu-satu.
b) Panggilan masuk melalui semua atau beberapa saluran induk dapat dialihkan ke
hanya datu cabang saja.
c) Fitur Night Service diatas harus dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu secara
otomatis sehingga panggilan masuk dapat dialihkan ke ekstension yang sesuai
pada waktunya.
21) Restriction
Semua pesawat ekstension harus dapat diklarifikasikan dalam salah satu kategori
berikut :
a) Terbatas secara keseluruhan
Tidak dapat melakukan panggilan keluar maupun menerima panggilan dari luar.
b) Setengah terbatas
Tidak dapat memanggil ke luar tetapi dapat menerima panggilan dari luar melalui
operator
c) Lokal
Dapat melakukan maupun menerima panggilan local.
d) Interlokal
Dapat melakukan dan menerima panggilan SLJJ.
e) International
Dapat melakukan dan menerima panggilan International.
22) Traffic Measurement
System harus mampu mengukur tingkat kesibukkan (traffic) yang dialami system.

3.10. Fitur Ekstention


1) Alternate Attendant
Setiap ekstension harus dapat dijadikan sebagai console alternative.
2) Broken Dial Tone
System harus mampu memberikan nada pilih lain dengan nada pilih biasa bila
telepon diangkat pemakai sebagai petunjuk untuk pemakai bahwa kondisi forward
untuk pesawatnya masih aktif atau ada pesan menunggu.
3) Call Back
System harus memungkinkan pemakai yang menemukan kondisi sibuk atau tak ada
jawaban pada ekstension atau saluran induk yang dituju, meminta system untuk
memonitor saluran tersebut dan membentuk hubungan yang diinginkan bila saluran
tersebut selesai melakukan pembicaraan.
4) Call Forward / Remote Call Forward
a) Fasilitas ini memungkinkan semua panggilan masuk (internal / eksternal) ke
ekstension untuk dialihkan (forward) ke ekstension lain yang telah ditentukan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 11


terlebih dahulu, jika panggilan masuk itu tidak dijawab dalam periode tertentu
atau ketika saluran bersangkutan sedang sibuk.

b) Fasilitas ini memungkinkan semua panggilan masuk (internal / eksternal) ke


saluran cabang untuk dialihkan (forward) ke nomor sambungan diluar system
PABX bersangkutan, jika panggilan masuk itu tidak dijawab dalam periode
tertentu atau ketika saluran bersangkutan sedang sibuk.
c) Fasilitas harus memungkinkan semua panggilan masuk untuk dialihkan ke
ekstension lain sesuai dengan jenis panggilan (internal / eksternal).
5) Call Hold
Fitur ini memungkinkan pemakai setiap ekstension untuk menempatkan lawan
bicaranya dalam posisi ‘hold’. Sambungan yang di-hold dapat diambil kembali di
ekstension tersebut dan atau di ekstension lainnya.
6) Call Pick Up
Fitur ini memungkinkan pemakai ekstension untuk menjawab panggilan masuk yang
ditujukan pada ekstension lainnya yang termasuk maupun tidak termasuk
kelompoknya.
7) Camp-On
System PABX harus memungkinkan pemakai ekstension yang sedang terlibat
pembicaraan untuk mengetahui, melalui nada peringatan, bahwa ada panggilan lain
menunggu untuk dihubungkan dengannya. Pemakai saluran telepon boleh melakukan
hold pada pembicaraan pertama dan menjawab panggilan masuk tersebut. Bila tidak,
maka saat on-hook, pesawat akan berdering secara otomatis.
8) Conference
System harus mampu menghubungkan secara bersamaan 3 pembicara (baik internal
maupun eksternal) yang menggunakan pesawat manapun juga pada system.
9) Consultation Hold
Ekstension yang sedang terlibat pembicaraan, dapat berkonsultasi dengan pihak
ketiga, lalu kemudian melanjutkan kembali pembicaraan. Selama konsultasi, pihak
kedua tidak dapat mendengar pembicaraan pihak pertama dan ketiga.
10) Dial Access to Operator
Semua ekstension dalam system harus dapat dihubungkan ke operator dengan
memutar satu atau dua digit saja.
11) Executive Busy Override (Ekstension)
System PABX harus memungkinkan sebuah ekstension dengan fasilitas ini untuk
masuk ke dalam pembicaraan yang sedang berlangsung. Sebelum masuk, system
akan memberikan nada peringatan pada pihak-pihak yang sedang terlibat
pembicaraan bahwa ada pihak lain yang akan masuk dalam pembicaraan.
12) Integrated Password Dialling.
Fitur ini memungkinkan seorang pengguna menggunakan pesawat telepon ekstension
lain untuk melakukan panggilan dengan fasilitas Class of Service yang sama seperti
ekstension miliknya, dengan memasukkan nomor ekstensionnya beserta
passwordnya. Biaya percakapan tetap dibebankan pada ekstension asal miliknya,
bukan pada ekstension yang digunakan.
13) Follow Me
Fasilitas ini memungkinkan satu ekstension mengaktifkan fitur Call Forward untuk
dirinya dari pesawat ekstension lain.
14) Hot Station
Fasilitas ini memungkinkan satu ekstension untuk secara otomatis terhubung dengan
ekstension lain segera setelah handset diangkat atau setelah suatu delay tertentu.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 12


15) Keypad Lock
Fitur ini memungkinkan pesawat telepon suatu ekstension dikunci tombol-tombol
keypadnya sehingga tidak dapat digunakan oleh orang lain yang tidak berhak.
16) Last Number Redial
System harus dapat ‘mengingat’ nomor sambungan terakhir yang diputar oleh
pemakai dan akan memutar kembali bila si pemakai mengaktifkan kode untuk
fasilitas redial.
17) Paging Access
Ekstension harus dapat mengakses system eksternal voice paging yang terhubung ke
PABX.
18) Private Password
Setiap pesawat ekstension harus dapat menciptakan dan memasukkan sendiri nomor
passwordnya secara langsung dari pesawat telepon di ekstension mereka tanpa harus
melalui orang lain (administrator) yang memasukkannya kedalam system PABX.
19) Silent Monitor
Fasilitas ini memungkinkan suatu ekstension memasuki pembicaraan lain yang
sedang berlangsung dan berbicara dengan salah satu pihak tanpa diketahui oleh pihak
lain.
20) Station Override Security
System harus mampu memberikan fasilitas security pada ekstension sehingga
mampu mencegah masuknya pemakai lain yang memiliki ‘executive busy override’.
21) Saved Number Repeat
Nomor yang dipanggil dapat disimpan dan dihubungi kembali.
22) Station Class of Service Changeover
Ekstension harus dapat memilih class of service yang dikehendaki dengan
memanggil suatu kode tertentu dan memasukkan password.

3.11. Fitur Khusus IP Terminal


Pada terminal IP harus terdapat fitur sebagai berikut :

1) PFTP (Trivial File Transport Protocol)


Sistem secara otomatis melakukan download software files ke IP terminal, termasuk
bilamana terdapat update software version serta perubahannya.
2) DHCP Server (Dynamic Host Control Protocol)
System harus mampu melakukan pengaturan serta memberikan alamat IP secara
otomatis pada tiap-tiap IP terminal, tanpa memerlukan keterlibatan system
administrator.
3) AVA (Automatic VLAN Assignment)
System harus memungkinkan pengenalan pesawat IP serta membentuk konfigurasi
terhadap pesawat IP tersebut secara otomatis pada waktu dipindahkan pada jaringan
yang berbeda. Sifat “Plug and Play” ini memudahkan pada waktu terdapat migrasi
user.
4) SoftPhone
Fitur ini memungkinkan pemakai setiap computer menambahkan layanan telepon
yang terintegrasi, baik pada waktu di kantor maupun waktu mobile (web softphone).
5) PoE (Power over Ethernet)
Fitur ini memungkinkan suplai catu daya untuk pesawat IP melalui Ethernet.

3.12. Fitur Operator

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 13


Sistem PABX harus mencakup operator console dengan fitur seperti disebutkan dibawah
ini. Operator console harus dirancang dengan memperhatikan segi-segi ergonomic dan
efisiensi operasi. Disamping itu console harus memiliki control dan layar peraga untuk
mengawasi dan mengkoordinasi fungsi-fungsinya yang beraneka ragam.
1) Operator Console Traffic Handling Capability
a) Prinsip operasi console dalam meangani panggilan-panggilan masuk dan meng-
hold panggilan pada console.
b) Jumlah maksimum pembicaraan yang dapat di-hold pada tiap console pada satu
waktu.
c) Hubungan operator dengan panggilan masuk terputus :
♦ Ketika panggilan masuk tersebut dialihkan ke ekstension yang sibuk.
♦ Ketika panggilan masuk tersebut dialihkan ke ekstension yang bebas.
d) Penyaluran panggilan-panggilan yang masuk ke console yang berbeda
(dengan menggunakan prinsip panggilan yang telah menunggu paling lama ke
operator pertama yang bebas, dsb)
2) Display
Operator console harus dilengkapi dengan layar 2x40 character untuk menampilkan
karakter-karakter alphanumeric sehingga oprator dapat mengetahui jenis panggilan
(internal/eksternal) yang masuk, nama pemakai/department/perusahaan (multi-
tenant) internal serta external dengan ISDN, dan nomor sambungan sumber
panggilan masuk internal.
3) Alternate Answering
Fitur ini memungkinkan sebuah pesawat telepon alternatif berfungsi sebagai back-up
operator. Panggilan masuk yang ditujukan untuk operator dan tidak dijawab dalam
jangka waktu tertentu akan dialihkan ke pesawat telepon tersebut.
4) Attendant Bussy Override
Operator harus memiliki fasilitas untuk masuk ke dalam pembicaraan yang sedang
berlangsung. Sebelum operator masuk, semua pihak yang terlibat pembicaraan yang
sedang berlangsung akan mendengar nada peringatan.
5) Queue Length
System PABX harus mampu menempatkan panggilan-panggilan yang masuk
(internal/eksternal) ke dalam antrian dan memperagakan informasi tentang jumlah
panggilan dalam antrian ini pada layar console.
6) Busy Lamp Field
Operator console harus memiliki kemampuan untuk mengetahui ekstension-
ekstension yang sedang sibuk.
7) Attendant Jacks
Operator console harus dapat dilengkapi dengan jack untuk peralatan headset pada
sebelah kiri atau kanan console. Ini memungkinkan operator untuk bekerja dengan
lebih efisien.
8) Attendant Time Display
Operator console harus dilengkapi dengan jam digital yang menampilkan informasi
waktu dalam jam maupun menit secara terus menerus. Waktu boleh ditampilkan
dalam mode 12 jam atau 24 jam dan dapat diubah melalui console.
9) Attendant Headsets
Semua oprator console harus dapat dilengkapi dengan lightweight headset
10) Attendant Individual Trunk Access
PABX harus mempunyai fasilitas untuk memungkinkan operator mengakses setiap
saluran induk atau tie-line pada system PABX untuk melakukan uji nada pilih untuk
melakukan panggilan keluar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 14


11) Call Park
Operator harus mampu menempatkan untuk sementara waktu panggilan yang masuk
dalam kondisi ‘hold’ dengan menekan satu tombol saja dan berhubungan kembali
dengan menekan tombol yang sama.
12) Camp-On Busy
Fitur ini memungkinkan operator console untuk melakukan ‘camp’ terhadap
panggilan yang masuk ke suatu ekstension yang sibuk secara otomatis.
13) Control of Overflow
Operator console harus dapat mengalihkan panggilan tertentu ke ekstension tertentu
pula dengan menekan sebuah tombol atau ketika panggilan masuk tidak dijawab
operator setelah selang waktu yang ditentukan sebelumnya.
14) Control of Station Features
Fitur-fitur ekstension tertentu dapat dapat dikontrol dari/oleh operator console. Fitur-
fitur ini termasuk call forwading dari ekstension, tujuan saluran induk, ringdown,
station blocking, dan station restriction.
15) Control of Trunk Access
Operator console harus dapat memblock akses ke suatu saluran induk.
16) Control of Trunk Group Access
Operator console harus dapat memblock akses ke suatu grup saluran induk.
17) Controlled Outgoing Restrictions
Operator console harus dapat memblock satu ekstension tertentu untuk melakukan
panggilan ke luar.
18) Dual Night Answer Mode
System harus dapat beroperasi dalam salah satu dual mode night answer (N1 atau
N2). Transfer menuju kedua mode ini dapat diperintahkan oleh operator console atau
diaktifkan secara otomatis dengan system waktu.
19) Multiple Console Operation
System PABX yang dipasang harus dapat menangani lebih dari satu console.
20) Night Answering Destinations
Operator console harus dapat mengubah ekstension tujuan dari panggilan night
answer.
21) Automatic Call Back on Busy or No Reply
Panggilan yang jatuh ke extension yang sibuk atau tidak dijawab oleh ekstension
yang bersangkutan harus daopat dikembalikan lagi kepada operator untuk ditangani
lebih lanjut.
22) Split Function
Operator console harus dapat menginterupt suatu pembicaraan yang sedang
berlangsung dan berbicara dengan kedua belah pihak namun kedua belah pihak
tersebut tidak dapat berbicara satu sama lain.
23) Station Blocking
Console harus dapat memblok fasilitas-fasilitas pesawat ekstension.
24) Station Flexibility
Operator console harus dapat berfungsi sebagai ekstension biasa selama tidak
berfungsi sebagai operator console.

3.13. Pesawat Telepon


1) Pesawat Cabang Analog minimum memiliki kelengkapan : Message Waiting Indicator,
Data Port, Tombol-tombol Recall, Mute, Pause, Last Number Redial, selectable ringing
volume 3 level, selectable ringing melodi 4 macam, programmable flashing duration,
tone/pulse dialling, model desk-top namun dapat dipakai wall-mounting.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 15


2) Pesawat Cabang Digital minimum memiliki semua kelengkapan yang terdapat pada
pesawat cabang analog ditambah 1x20 character display, Handsfree, Loudspeaker, 2-
direction navigation key, Direct Access to Mail-Box, 6 programmbale shortcut keys.

3.14. Power Supply


1) PABX harus dapat dioperasikan pada AC power 230 V (+10% , -15%), 50Hz dan / atau
DC power 42-60 Volt
2) PABX harus memiliki backup battery (minimal 4 jam) agar tetap dapat beroperasi
walaupun listrik padam

3.15. Surge Protection


1) PABX yang dipasang mempunyai solid state dan peralatan lain yang akan terganggu
tegangan surja, untuk melindunginya diperlukan alat. Harga alat tersebut harus sudah
termasuk dalam harga peralatan.
2) MDF PABX tersebut harus dipasang dengan lightning protector arrester pada tiap line
circuit, tidak dibedakan apakah itu hubungan internal atau eksternal.
3) Tipe arrester yang digunakan adalah 3 pole Gas Tube Arresteor, 230V, 10kA/10A
dilengkapi dengan eksternal fail safe.
4) Peralatan power supply hanus terpadu dengan semua peralatan lainnya untuk
melindungi semua item pada peralatan tersebut dan sistem PABX, untuk menghadapi
adanya tegangan surja yang dikarenakan oleh kilat, switching, transient, atau sebab-
sebab lainnya.

3.16. Environment
1) Peralatan PABX dan attendant console harus berfungsi secara mernuaskan sesuai
dengan kemampuannya atau kemampuan maksimum pada temperatur hingga 45 oC dan
kelembaban relatif (non condensing) antara 10% sampai 85%. Peralatan tersebut harus
berfungsi normal tanpa adanya kerusakan apapun atau penurunan performance di
kemudian hari.
2) Alat tersebut harus tahan debu. Semua permukaan harus tertutup rapat, label-label atau
terminal-terminal sedapat mungkin tersusun secara vertical
3) Semua metal work harus dilindungi untuk menghindari korosi dan karatan.
4) Panas yang dihasilkan oleh peralatan tersebut harus dapat dihilangkan secara efisien.

3.17. Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi telepon telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang
berlaku. Hasil pemeriksaan direkam pada format daftar simak (check list). Beberapa
hal yang harus dilakukan pemeriksaan meliputi :
a. Pemasangan unit PABX dan terminasi kabelnya.
b. Pemasangan MDF dan terminal box.
c. Instalasi kabel telepon dan konduit.
d. Instalasi rak kabel.
e. Pemasangan outlet-outlet telepon pada dinding atau lantai.
f. Pemasangan pesawat telepon.
2. Pengujian
a. Setelah semua telah selesai terpasang, dengan persetujuan dan disaksikan oleh
Direksi Lapangan dilakukan pengujian dengan cara mencoba sistem yang telah

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 16


diprogram pada PABX atau Key Telephone sampai kesetiap pesawat telepon
yang dipakai.
b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.
c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
− Pengujian simulasi telepon system.
− Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan
yang baik dari instansi yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
4. Pelatihan
a. Satu set dokumen jaminan garansi dari dealer yang ditunjuk resmi oleh
distributor serta mendapatkan surat dukungan dari Principal (ATPM) di
Indonesia harus diberikan dan diserahkan ke pihak owner.
b. Sernua drawing, ranoangan peralatan drawing tersebut, diagam, dan infomiasi
yang tercetak harus dilengkapi. Dokumen harus berisi penjelasan umum sistem
itu. Penjelasan umum ini harus memperkenalkan sistem dan harus termasuk
konfigurasi sistem, kemampuan sistem lainnya, seperti numbering scheme,
fasilitas operasi, layout operator console, dan spesifikasi teknis.
c. Kontraktor harus menunjukkan jumlah hari yang diperiukan untuk training
- Operator telepon.
- Pemakai ekstension
- Pemakai ekstension features phone
- Semua pelatihan diatas harus dilakukan tanpa dipungut biaya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman III – 17


Pasal 4
Instalasi Komunikasi Data / LAN

4.1. Spesifikasi Umum


1. Kontraktor menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang sudah dijelaskan dalam
spesifikasi dan Gambar Rencana, dengan bahan-bahan, peralatan dan pengerjaan
yang sesuai dengan yang tertera dalam spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi
yang disyaratkan dalam pasal ini, maka Kontraktor wajib untuk mengganti bahan
atau peralatan tersebut sesuai ketentuan dengan tanpa adanya tambahan biaya.
2. Secara umum pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan infrastruktur
jaringan untuk kabel data ( computer ) serta penyediaan dan pemasangan perangkat
active sesuai spesifikasi. Sistem infrastruktur merupakan konsep structure cabling,
dimana jaringan dapat digunakan untuk data dengan memindahkan patch cord pada
koneksi patch panel pada masing-masing lantai.
3. Komunikasi data menggunakan server yang terletak di lantai 1 (ruang server) dan
komunikasi voice menggunakan PABX yang terpasang di lantai 1 (ruang PABX).
4. Perencanaan dan pemasangan untuk structured cabling ini harus dilakukan oleh
kontraktor spesialis yang mempunyai tenaga ahli bersertifikasi Network Design and
Installer dari pemegang merk (principle), copy sertifikat harus dilampirkan pada
saat penawaran tender dengan membawa aslinya untuk ditunjukkan

4.2. Lingkup Pekerjaan


1. Kontraktor wajib memberikan alternatif sistem yang simple dalam hal maitenance
dan mempunyai :
a. Performance minimal 100 Mbps untuk jalur data horizontal.
b. Performance mencapai 1000 Mbps untuk jalur data riser backbone.
2. Sebagaimana yang tertera pada Gambar Rencana, Kontraktor pekerjaan Jaringan
Komputer harus melakukan pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem secara
keseluruhan. Garis besar lingkup pekerjaan Jaringan Komputer yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian perangkat Jaringan Komputer (network
devices) yang meliputi: Gigabit Ethernet Switch, Fast Ethernet Switch, Media
transmisi, konektor dan aksesoris tambahan lainnya.
4. Pengadaan, pemasangan dan pengujian jaringan kabel distribusi antar perangkat
jaringan atau perangkat jaringan ke konektor komputer di ruang-ruang yang
ditentukan dengan menggunakan Alat uji untuk UTP Cable Channel Link Category
6 (Microtest Omniscanner dengan firmware minimal versi 6.10).
5. Pengesetan atau pemrograman perangkat Jaringan Komputer inti (Gigabit Ethernet
Switch, Fast Ethernet Switch) sesuai dengan feature-feature yang ditentukan.
6. Pemberian paket training kepada sekelompok Engineer / Teknisi pemilik dengan
materi: pengesetan, pemrograman serta trouble shooting sederhana dari Jaringan
Komputer yang dipasang.

4.3. Sistem Jaringan Komputer


Sistem Jaringan Komputer yang akan dipasang dapat dilihat pada Gambar. Beberapa poin
penting yang perlu diperhatikan adalah:
1. Sistem jaringan minimal harus mampu mensupport aplikasi-aplikasi berbasis Novell
Netware ( IPX ), Windows Network (NETBEUI), dan TCP/IP (INTERNET).

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman IV – 1


2. Menggunakan sistem jaringan backbone berkecepatan 2 x 1GBPS dengan media
trnasmisi UTP cable Category-6, untuk menghubungkan simpul interkoneksi antar
lantai .
3. Pusat Jaringan Komputer terletak di lantai 1. Melalui media Gigabit Ethernet
Switch, dihubungkan ke beberapa Fast Ethernet Switch untuk distribusi horizontal
cablenya.
4. Distribusi pada jaringan local per lantai menggunakan UTP kabel Category-6,
sehingga memungkinkan berjalan pada kecepatan minimal 100 MBPS.
5. Seluruh perangkat jaringan ( Gigabit Switch, Fast Ethernet Switch ) menggunakan
Network Management System sehingga dapat dimonitor dan diconfigure secara
remote melalui sebuah Network Management Console yang terletak pada jaringan.
6. Instalasi network termination ( konektor jaringan ) menggunakan sistem inbow.

4.4. Bahan dan Peralatan


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi atau mendekati persyaratan
teknis sebagai berikut:
1. Semua peralatan dan instalasi yang dipasang haruslah baru sama sekali dan tidak
terdapat cacat sedikitpun. Terhadap ketidak-sempurnaan/kekurangan-baikan barang
/ peralatan yang dikirim, Pengawas / Direksi berhak untuk menolak dan Kontraktor
harus mengganti dengan yang baru sesuai persyaratan.
2. Untuk alasan kompatibilitas dan keseragaman dalam pengesetan, seluruh perangkat
jaringan inti (Gigabit Ethernet Core Switch dan Fast Ethernet Edge Switch) harus
memiliki standarisasi yang sama.
3. Perangkat jaringan inti beserta dengan pengkabelan, konektor dan asesoris lainnya
yang dibutuhkan haruslah kompatibel satu sama lainnya, sehingga dapat
menghasilkan unjuk kerja yang maksimum.
4. Kabel-kabel distribusi horizontaln Jaringan Komputer di dalam gedung
menggunakan jenis UTP Category-5e yang dijamin bekerja pada kecepatan sampai
100 MBPS. Kabel ditempatkan dalam conduit dan diterminasi pada konektor
Modular Jack yang dipasang secara inbow dan patch-panel dalam rack 19”.
Konektor Modular Jack yang digunakan harus memenuhi spesifikasi Category -5e.
5. Konduit: Jenis konduit yang dipakai adalah PVC conduit dengan diameter dalam
minimum 20mm high impact. Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories
lainnya haruslah sesuai satu dengan lainnya.
6. Peralatan Active yaitu Active Switch dengan 12/24/48 port 10/100Base-TX dan 2
port 10/100/100 Base-T.
7. Perlengkapan lain yang belum disebutkan disini, namun merupakan kebutuhan
pokok agar sistem tersebut bisa beroperasi secara sempurna, harus dilengkapi oleh
Kontraktor dan diinformasikan kepada Pengawas / Direksi.

4.5. Spesifikasi Teknis


1. Spesifikasi peralatan yang dipilih harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Untuk peralatan jaringan inti (Gigabit Core Switch dan Fast Ethernet Edge Switch)
ex. Cisco, D-Link, Linksys.
2. Vendor Structure Cabling System :
a. AMP Netconnect
b. Belden IBDN
3. UTP Category 6:
a. AMP cat-6
b. Belden IBDN Cat-6

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman IV – 2


4. Patch panel, patch cord, modular outlet:
a. AMP Cat-6
b. Belden IBDN cat-6
5. Rack:
a. ABBA Series Rack
b. Fortuna Series Rack.
c. V Series Rack.
6. Pemipaan ( Konduit )
a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum
digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang
khusus digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi ex. Legrand, CLIPSAL, Boss.
c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1
(satu) konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
berlaku faktor pengisian maksimum = 50 %.

Luas penampang luar kabel


Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100%
Luas penampang dalam konduit

d. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi
klem.
e. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan
pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan
menggunakan paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau
lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.

4.6. Pemasangan dan Pengetesan


1. Semua kabel yang dipergunakan harus ditempatkan dalam konduit PVC high impact
dan dipasang tertanam. Konduit harus diklem pada struktur bangunan dengan sadle
klem. Bila diperlukan (mis. pada lintasan melingkar) konduit PVC bisa
dikombinasikan dengan pipa fleksibel. Untuk setiap 3 titik menggunakan 1 pipa
conduit ¾” Clipsal, dilengkapi dengan klem untuk pipa lurus setiap 1 meter. Untuk
sambungan sudut diberi pipa flexibel Clipsal.
2. Semua peralatan Jaringan Komputer harus dipasang pada tempat-tempat yang sesuai
seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana koordinat yang tepat dapat
dilihat lebih jelas dalam Gambar rencana titik komputer. Bagi penempatan
perangkat jaringan yang belum jelas atau pada penempatannya mengakibatkan
masalah dengan armature penerangan atau peralatan yang terdapat di plafon lainnya,
agar dibicarakan dengan Pengawas / Direksi.
3. Pemasangan Fast Ethernet Edge Switch yang tersebar harus berdekatan dengan
supply listrik (koordinasi dengan pemasang jaringan listrik).

4.7. Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi telepon telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang
berlaku. Hasil pemeriksaan direkam pada format daftar simak (check list). Beberapa
hal yang harus dilakukan pemeriksaan meliputi :

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman IV – 3


a. Pemasangan unit Server dan terminasi kabelnya.
b. Pemasangan Patch Panel.
c. Instalasi kabel data / LAN dan konduit.
d. Instalasi rak kabel.
e. Pemasangan outlet-outlet data / LAN pada dinding atau lantai.
2. Pengujian
a. Setelah semua telah selesai terpasang, dengan persetujuan dan disaksikan oleh
Direksi Lapangan dilakukan pengujian dengan cara mencoba sistem yang telah
diprogram pada Server sampai ke setiap unit komputer yang dipakai.
b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.
c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
− Pengujian simulasi komunikasi data system.
− Integrasi jaringan komputer dengan sistem yang ada (existing network).
− Uji pengesetan feature-feature perangkat jaringan sesuai spesifikasi yang
ditentukan, misalkan: VLAN, dll.
− Uji koneksi pada tiap-tiap titik komputer : untuk cable UTP menggunakan
Microtest Omniscanner dengan Module Channel Link Category 6 dan
minimum firmware versi 6.10.
− Uji aplikasi berbasis Netware, Windows Network, dan Internet.
− Uji Network Management system untuk seluruh perangkat jaringan:
(configuring, monitoring dan traffic analysis).
− Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan
yang baik dari instansi yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman IV – 4


Pasal 5
Instalasi MATV

5.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan MATV system ini meliputi pekerjaan pengadaan peralatan berikut
pemasangan dan instalasi kabel.

5.2. Penjelasan Sistem


1. MATV dimaksudkan untuk menerima siaran televise local maupun internasional viia
satelit dan direct line untuk kemudian didistribusikan ke seluruh pesawat televisi di
dalam gedung.
2. Program yang didistribusikan oleh MATV adalah siaran Televisi local dan
internasional via satelit. Peralatan yang membangun system MATV ini harus
mempunyai standard kualitas yang mendapat sertifikasi ISO 9001.
3. Merk yang digunakan adalah produksi IKUSI, FAGOR, DX.

5.3. Spesifikasi Teknis


1. Antenna “YAGI” 23 element :
a. Fungsi : menerima siaran televise UHF
b. Element : 23
c. Frequency : 47 – 862 MHz

2. SPILITTER
a. Frequency range : 5 – 862 MHZ
b. F Connector
Specifictions 2 way 3 Way 4 Way
Insertion Loss (dB) 3.6 5.6 7.5

3. TAP OFF
Tap Loss (dB) 12 16 20
Tap 1 & 2
Tap Loss (dB) 13 17 21
Tap 3 & 4
Insertion Loss (dB) 4.5 2.5 2.5

5.4. Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan
yang berlaku.
2. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman V – 1


b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
− Pengujian simulasi MATV terhadap system.
− Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi.
− Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi
terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK /
Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali.
− Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap
dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan.
− Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik
untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
− Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian,
maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor.
− Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada
bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara.
− Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan
yang baik dari instansi yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain.
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman V – 2


Pasal 6
Instalasi Tata Suara (Sound Sistem)

6.1.Umum
1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk
yang sama. Adapun merk yang boleh direferensikan adalah TOA, Honeywell, Bosch.
2. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan Surat
Dukungan dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang mendapatkan
Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan dari Principal
(Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia.
3. Sistem tata suara harus memenuhi standard keselamatan evakuasi sebagaimana
dipersyaratkan pada IEC 60849 standard dan EN 54.

6.2.Lingkup Pekerjaan
1. Sebagaimana yang tertera dalam gambar rencana, Kontraktor pekerjaan Sistem Tata
Suara ini harus mengadakan dan memasang, serta nantinya menyerahkan seluruh
hasil pekerjaan dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan instalasi sistem tata suara yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan sentral sistem tata suara
meliputi unit penguat sinyal suara (power amplifier) lengkap dengan unit kontrol
dan monitor serta pemasangan sistem dalam rak untuk peralatan sentral tata suara.
b. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian MDF dan kotak hubung bagi (TB) di
setiap lantai.
c. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel distribusi sistem tata suara
antara peralatan sentral dan sistem rak dengan kotak hubung bagi di setiap lantai.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian alat pengeras suara (loud speaker) sesuai
dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak
hubung bagi dengan alat-alat pengeras suara dan volume control di tempat yang
ditunjuk.
f. Melaksanakan matching dan balancing atas semua speaker dan sistem secara
keseluruhan, sedemikian rupa hingga menghasilkan kualitas suara yang prima dan
tingkat tekanan bunyi yang merata di seluruh bagian lantai bangunan.
2. Ruang lingkup pekerjaan sound system meliputi pengadaan peralatan berikut
pemasangannya. Pengadaan dan pemasangan peralatan sound system ini secara
keseluruhan terbagi menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu :
a. Sound System untuk Back Ground Music, Paging dan Evacuation, meliputi area
selasar dan public area.
b. Sound system untuk keperluan Evacuation, meliputi semua area yang telah
dicover oleh item diatas tersebut di atas ditambah area-area yang memerlukan
ketenangan seperti Ruang Patient.
3. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meningkatkan Kualitas suara
secara merata ke seluruh area rumah sakit.
Kualitas suara tidak hanya diperkuat tetapi harus mempunyai derajat pengertian atau
kejelasan suara (intelegibility) yang tinggi, bebas dari gangguan listrik tegangan
tinggi dan sinyal pemancar pemancar baik yang ada didalam gedung itu sendiri
maupun diluar gedung seperti ORARI, KRAP dan sejenisnya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 1


4. Pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :
Peralatan Utama :
a. Mixer Pre-Amplifier (Build Equializer)
b. Remote Microphone w/Keypade Zone
c. Emergency Message w/ Mic Evac Voice
d. Speaker Selector 10Ch
e. Power Amplifier 240 Watt
f. CD/USB/ MP3 Player & Integrated Tuner FM-AM
g. Ceiling Speaker 3 Watt, metal grill
h. Ceiling Speaker 3 Watt, metal grill c/w Firedome (EVAC)
i. Volume Control 30 Watt

Peralatan Penunjang :
a. Rack 23U c/w Roof Fan, Blank Panel, accessories
b. Terminal Box Sound System
c. Change Over switch

6.3.Kemampuan Peralatan
Sound system yang ditawarkan, haruslah memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1. Sound system berbasis digital.
Perubahan setting dan konfigurasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa
perlu merubah perkabelan.
2. Sistem dilengkapi dengan had-held emergency microphone yang terintegrasi pada
front panel.
3. Tingkat Kekerasan dan Kualitas Suara harus dapat diatur secara group dan terpusat
dari sentral untuk menyesuaikan dengan keadaan ruang sehingga menghasilkan
kualitas suara sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
4. Sound system yang dipasang harus dapat berfungsi dengan baik untuk distribusi suara
secara merata pada area (zone) yang dipilih dan tidak mengganggu zone lainnya.
Misalnya dilakukan pilihan untuk zone 1 dan 2, maka zone 3 dan 4 tidak boleh ikut
berbunyi. Pemilihan zone dilakukan melalui selector yang terintegrasi pada
microphone call station.
5. Sistem tata suara yang akan dipasang memiliki sistem prioritas otomatis untuk
layanan dengan urutan prioritas terendah sampai tertinggi sebagai berikut :
a. Back Ground Music ke semua ruangan / lantai yang dilengkapi speaker.
b. Paging dengan Attention Chime untuk penyampaian berita, dengan sistem zones.
c. Emergency Call dengan Pre-Recorded Announcement, yang dapat di-trigger dari
Emergency Push-button ataupun Master Control Fire Alarm. Emergency Call
merupakan prioritas tertinggi, merupakan All Call (ke semua speaker) dan
dilakukan by-pass terhadap volume control.
6. System priority yang dapat diprogram sampai dengan 16 level, dimana microphone
dengan priority lebih tinggi dapat melakukan over-ride ke microphone dengan
priority lebih rendah (namun tidak sebaliknya), dengan pengaturan urutan prioritas
sebagai berikut :
a. Emergency Microphone.
b. Microphone General PA.
c. Call Station untuk car call.
7. Selain untuk keperluan back ground music, announcement / paging dan
mengumandangkan adzan, peralatan harus dilengkapi dengan system evakuasi untuk

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 2


hal-hal yang bersifat darurat. Sinyal dari MCFA secara otomatis dapat mengaktifkan
digital programmable pre-recorded message module.

6.4.Instalasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Public Address (Sound System) yang perlu diperhatikan
antara lain :
1. Kabel Speaker
a. Instalasi perkabelan ke semua speaker yang tersebar diseluruh gedung terdiri
dari :
§ Kabel jenis NYMHY 3 x 1,5 mm² digunakan dari sub-sentral sampai dengan
Volume Control
§ Kabel jenis NYMHY 2 x 1.5 mm² digunakan dari Volume Control sampai
dengan ceiling speaker dan dari Mixing Amplifier ke ceiling speaker.
b. Penarikan kabel dari sentral ke seluruh volume control dan ceiling speaker harus
dibuat secara group tiap-tiap lantai (1 lantai dibuat 1 group), kecuali dari sentral
ke coloumn speaker, penarikan kabel dibuat secara langsung dari Mixing
Amplifier ke beberapa coloumn speaker secara parallel ( dalam 1 group
tersendiri ) dan menggunakan kebal NYMHY 2 x 2.5 mm².
2. Kabel Microphone
Instalasi kabel microphone terdiri dari:
a. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel
telephone ITC 2x10x0.6 mm² (10 pairs) ditarik dari front office sampai dengan
sentral.
3. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone
ITC 2x2x0.6mm² ( 4 pairs ) ditarik dari front office tiap-tiap lantai sampai dengan sub
sentral.

6.5.Spesifikasi Teknis
1. Digital Mixer Pre-Amplifier

Power Source 220 - 240 V AC, 50/60 Hz


Power Consumption 40 W
Audio Input Max. 8 channels, modular construction (modules optional)
Preamplifier output 1, 2: 0 dB(*1), 600 Ω, balanced,
Audio Output
removable terminal block (3 pins)
Analog input (slot 1 - 8): -10 dB(*1), 10 kΩ, unbalanced
Digital input (slot 1 - 4): 24 bit/48 kHz
MIX output (slot 1 - 8): -14 dB(*1), 330 Ω (CH 1 prefader
Module Slot
output), unbalanced
Digital output (slot 5 - 7): 24 bit/48 kHz
Power supply (slot 1 - 8): +24 V, -24 V, +6 V DC
Digital Audio Signal
-20 dBFS
Reference Level
Frequency Response 20 Hz - 20 kHz, +1, -3 dB
Total Harmonic Distortion 0.008 % (at 22 kHz LPF, 1 kHz, +10 dB(*1) output)
At Input short, 20 Hz - 20 kHz, set to ALL FLAT or OFF setting
S/N Ratio Output volume min.: 90 dB
Output volume max.: 61 dB (Input 1 volume: 0 dB, Other Inputs:

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 3


OFF)
Cross Talk 64 dB or more (at 20 kHz)
Bass: ±12 dB (at 100 Hz)
Tone Control
Treble: ±12 dB (at 10 kHz)
10 bands, Frequency: 20 Hz - 20 kHz, 31 points, Variable range:
Parametric Equalizer
±12 dB, Q: 0.3 - 5
Speaker Equalizer 10 (setup software has 30 TOA speaker presets)
High-pass Filter -12 dB/oct, Variable frequency range: 20 Hz - 20 kHz, 31 points
Low-pass Filter -12 dB/oct, Variable frequency range: 20 Hz - 20 kHz, 31 points
Compressor Depth: 1 - 5
0 - 40 ms (1 ms steps), maximum 40 ms (CH 1 + CH 2), mixer
Delay
mode only
Scene/Event Memory 32
Auxiliary Function Key lock function
RS-232C(*2), D-sub connector (9 P, female)
Control input: 4 inputs, no-voltage make contact input, open
voltage: 3.3 V DC,
short-circuit current: 1 mA or less, removable terminal block (14
pins)
Control output: 4 outputs, open collector output, withstand
Control Input/Output
voltage: 27 V DC,
control current: 50 mA, removable terminal block (14 pins)
Remote volume: 2 channels, connect a 10 kΩ/linear taper
variable resistor or
input the DC voltage of 0 to +10 V, removable terminal block
(14 pins)
Operating Temperature -10 to +40 (14 F to 104 F)
Operating Humidity 35 % to 80 %RH (no condensation)
Panel: Aluminum, hair-line, black
Finish
Case: Surface-treated steel plate, black, paint
Dimensions 420 (W) × 107.6 (H) × 353 (D) mm (16.54" × 4.24" × 13.9")
Weight 6 kg (13.23 lb)
Power cord (2 m (6.56 ft)) …1, Rack mounting bracket …2,
Bracket mounting screw …4,
Accessory Blank panel …7, Blank panel mounting screw …14,
Removable terminal plug (3 pins) …2, Removable terminal plug
(14 pins) …1, CD …1

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 4


2. Remote Microphone W/Keypade Zone

24 V DC (Operating range: 14 - 28 V DC)


Power input jack: Non-polarity type
Power Source Usable power input plug(*2): Outer diameter φ5.5 mm, inner
diameter
φ2.1 mm, length 9.5 mm
Current Consumption 100 mA or less
Audio Output 0 dB(*1), 600 Ω, balanced
Distortion 1% or less
Frequency Response 100 - 20,000 Hz
S/N Ratio 60 dB or more
Microphone Unidirectional electret condenser microphone
No. of Function Keys 13, Emergency key (covered), Talk key
Activation of Emergency Broadcast (pre-recorded
Emergency Broadcast(*3) announcement or live
microphone announcement) by Emergency Broadcast Switch
Volume Control Microphone volume control
Connection Cable and
Category 5 STP cable, RJ45 connector
Connector
Finish ABS resin, blueish gray (PANTONE 538 or its equivalent)
190 (W) × 76.5 (H) × 215 (D) mm (Gooseneck microphone
Dimensions
excluded)
Weight 750 g
Accessory Link cable (3 m) ……1
Option Wall mounting bracket: WB-RM200

3. Power Amplifier 240 /2 x 120 Watt

Power Source 220 - 240 V AC, or 24 - 30 V DC


Rated Output 240 W
238 W (EN60065), 520 W (AC operation at rated output),
Power Consumption
15 A (DC operation at rated output)
Frequency Response 50 - 20,000 Hz (±3 dB)
Distortion 1% or less at 1 kHz, 1/3 rated power
Line in: 0 dB*, 10 kΩ, balanced, screw terminal,
distance between barriers: 8.3 mm (0.33")
Input
Speaker line in: 40 dB*, 330 kΩ, unbalanced, screw terminal,
distance between barriers: 8.3 mm (0.33")

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 5


Power remote control: Make contact
Loop out: 0 dB*, 10 kΩ, balanced, screw terminal,
distance between barriers: 8.3 mm (0.33")
Output Speaker out: Balanced (floating)
High impedance: 42 Ω (100 V), 21 Ω (70 V)
Low impedance: 4 Ω (31 V)
S/N Ratio 60 dB or more
Bass: ±10 dB at 100 Hz
Tone Control
Treble: ±10 dB at 10 kHz
Ventilation Fan cooling
Panel: ABS resin, black
Finish
Case: Steel plate, black
Dimensions 420 (W) × 100.9 (H) × 351.3 (D) mm (16.54" × 3.97" × 13.83")
Weight 15.5 kg (34.17 lb)

4. Emergency Message w/Mic Evac Voice

Usable Power Supply Unit: FV-200PS


Power Source
24 V DC (operating range: 19.5 - 27 V), M3 screw terminal
Current Consumption 250 mA
Emergency Alert (repeated continuously), Evacuation (repeated continuously),
Announcement False (repeated continuously), and Clear (repeated continuously)
Emergency Warning
Indonesian (default)
Language
Audio Input Fireman's microphone: -55 dB*, 600 Ω, unbalanced, XLR-3P connector
Audio Output EV : -20 dB*, unbalanced, Removable terminal block (2 pins)
FA Input : No-voltage make contact input, Open voltage : 24 V DC,
Control Input
Short-circuit current: Under 5 mA, Removable terminal block (2pins)
Control output : Relay contact output x 4, rated voltage : 24 V DC,
Control Output
Removable terminal block (2 pins)
Frequency Response 20 Hz - 20 kHz, ±3 dB, 1 kHz
Distortion Under 1% (1 kHz, rated output)
Wave Format 44.1 kHz sampling frequency, 16 bit PCM (monaural)
Recording System USB data transfer from rear panel
Maximum Recording
6 minutes (use built in memory)
Time
Alert announcement button, Evacuation announcement button, False
Operation announcement button, Clear announcement button, Stop announcement
button

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 6


Power (Green), Fire (Red), Alert announcement (Green), Evacuation
LED Indicator announcement (Green), False announcement (Green), Clear
announcement (Green), USB (Green)
Operating
0 to +40
Temperature
Operating Humidity Under 90% RH (no condensation)
Finish Front Panel : Aluminum, black, alumite
Dimensions 482 (W) × 100 (H) × 396.7 (D) mm
Weight 4.3 kg (with microphone)
Removable terminal plug (2 pins) x 7, Fireman's Microphone x 1,
Accessory
Instruction Manual x 1

5. Speaker Selector 10CH

Voltage Source 24V DC


Current Consumption 0.4 A DC
10 Inputs BGM / Paging
Inputs
1 Link as Input / Output
Outputs 10 Outputs with 3 wire R-H-C, each output max. 480W
10 BGM Selectors
Front
1 All Call Selector for All paging
Control Switch
1-10 Paging Controls In
Rear
All Paging Control In for All Paging
10 BGM Selector LEDs
Indicator LED 10 Paging Selector LEDs
1 All Call LED
Operating Temperature 0 °C to 40 °C
Front Panel: Aluminum Hair Line, Etching Black
Finish
Case: Steel Plate, Painting Black
Dimensions 420 (W) × 44 (H) × 320 (D) mm
Weight 3.2 kg
Accessories 6P Connectors x 12 pcs, 2P Connectors x 1 pcs

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 7


6. CD/USB/MP3 Player & integrate Tuner FM-AM

VU VU P GS + B
P GS G SV U GO (( ( A
GS OCM SCF P COUGOOC -+P
8O VU
ODCMCO G VTD TF CSF 34
5SGRVGO SGT PTG 340 ( ( 7 5: .- + .:
4 GOT POT .( B (+ 7 4
BG I U I

7. Ceiling Speaker 3 W w/Metal box (For Emergency)

Rated Noise Power 6 W (100 V Line), 3 W (70 V Line)


100 V line: 1.7 kΩ (6 W), 3.3 kΩ (3 W), 6.7 kΩ (1.5 W), 13 kΩ
(0.8 W)
Rated Impedance
70 V line: 1.7 kΩ (3 W), 3.3 kΩ (1.5 W), 6.7 kΩ (0.8 W), 13 kΩ
(0.4 W)
90 dB (1 W, 1 m) (500 Hz - 5 kHz, pink noise)
79 dB (1 W, 4 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise) according to EN
Sensitivity 54-24
91 dB (1 W, 1 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise) converted based
on EN 54-24
85 dB (6 W, 4 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise) according to EN
Maximum Sound Pressure 54-24
Level 97 dB (6 W, 1 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise) converted based
on EN 54-24
Frequency Response 160 Hz - 13 kHz
500 Hz: 186 , 1 kHz: 178 , 2 kHz: 148 , 4 kHz: 76 ,
Coverage Angle(-6dB)
according to EN 54-24
Environmental Type A (indoor applications) according to EN 54-24
Speaker Component 12 cm (5") cone-type
φ156 ±3(mounting hole) × 30 (maximum ceiling thickness) mm
Dimensions for Fixing Hole
(φ6.14"±0.12 × 1.18")
Speaker Mounting Method Spring catch
Applicable Cable Solid wire: φ1.0 - φ3.0 mm (AWG18-9)
Connection Screw connector (steatite terminal) bridging
Baffle: Aluminum, white (RAL 9016 equivalent), paint
Grille: Aluminum net, white (RAL 9016 equivalent), paint
Finish Dome mounting bracket: Steel plate, trivalent chromate treatment
plating
Fire dome: Steel plate, black, painting
φ180 × 11 (exposed section) + 110 (D) mm (φ7.09" × 0.43" +
Dimensions
4.33")

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 8


Weight 1.4 kg (3.09 lb) (bracket, fire dome included)
Accessory Rubber grommet …2, Paper pattern …1

8. Ceiling Speaker 3 Watt

Rated Input 6 W (100 V line), 3 W (70 V line)


100 V line: 1.7 kΩ (6 W), 3.3 kΩ (3 W), 10 kΩ (1 W)
Rated Impedance
70 V line: 1.7 kΩ (3 W), 3.3 kΩ (1.5 W), 10 kΩ (0.5 W)
Sensitivity 90 dB (1 W, 1 m) (500 Hz - 5 kHz, pink noise)
Frequency Response 100 Hz - 18 kHz (peak -20 dB)
Speaker Component 12 cm (5") cone-type
Dimensions for Fixing Mounting hole: Φ145±5 mm (Φ5.71"±0.2")
Hole Ceiling thickness: 5 - 25 mm (0.2" - 0.98")
Speaker Mounting
Spring clamp
Method
Baffle: Polypropylene resin, white (RAL 9016 equivalent)
Finish Grille: Surface-treated steel plate net, white (RAL 9016 equivalent),
paint
Dimensions Φ168 × 77 (D) mm (Φ6.61" × 3.03")
Weight 470 g (1.04 lb)
Accessory Paper pattern …1

9. Horn Loudspeaker 15 Watt

Rated Input 15 W
Line Voltage 100 V line or 70 V line
Impedance 670 Ω (15 W), 1 kΩ (10 W), 2 kΩ (5 W), 3.3 kΩ (3 W)
Sound Pressure Level 109 dB (1 W, 1 m) (at 500 ~ 2.5kHz peak Level)
Frequency Response Low: <333 High: >10,511
Ambient Temperature -20 to +55
Finish Alumunion (off white)
Weight 1.3 kg

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 9


10. Volume Control 30 Watt

8O VU P GS ) B
9GWGM 3POUSPM TUG T F2 , F2 ( F2 55
GSCU OI G GSCUVSG UP +
12 GT O 3PMPS0 HH UG
5 O T
S OU OI 3PMPS0 4CSL 6SG
4 GOT POT - B ( 7 +/ 4
BG I U / I

6.6.Persyaratan Teknis Pelaksanaan


1) Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan
memakai flexible conduit.
2) Kotak hubung bagi ditempatkan di tempat yang sesuai dengan gambar rencana di
setiap lantai pada ketinggian 150 cm di atas muka lantai dan diklem ke dinding
dengan dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak
hubung ini harus melalui kabel gland.
3) Semua kabel yang digunakan harus ditempatkan dalam Conduit high impact,
sedangkan semua kabel distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di
shaft dengan memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah pada setiap jarak 75 cm.
Conduit harus diklem pada struktur bangunan dengan saddle klem.
4) Semua alat pengeras suara (loudspeaker) harus dipasang pada tempat-tempat yang
sesuai seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, di mana koordinat yang
tepat akan dapat ditentukan lebih lanjut dalam shop drawing oleh Kontraktor
sesudah dipadukan dengan perlengkapan lain yang ada. Bagi penempatan speaker
yang belum jelas akan ditentukan kemudian di lapangan.
5) Untuk semua pekerjaan yang bersifat elektrikal, Kontraktor terikat pada persyaratan
dan ketentuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni PUIL 2000.

6.7.Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan
yang berlaku.
2. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.
b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
− Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 10


− Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi
terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK /
Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali.
− Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap
dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan.
− Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik
untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
− Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian,
maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor.
− Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada
bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara.
− Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan
yang baik dari instansi yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi.
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VI – 11


Pasal 7
Instalasi Fire Alarm

7.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pemasangan sistem system fire alarm, pengujian
dan pemeliharaan peralatan sistem deteksi dan alarm kebakaran yaitu seluruh detector,
Junction Box Fire Alarm, Bell, Break Glass / Manual Call Point, Indicator Lamp dll.

7.2. Ketentuan Umum


1. Yang diinginkan dalam instalasi alarm kebakaran adalah sistim / rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detector panas ( Rate of Rise and Fixed Temperature
Heat Detector ), detector asap ( Smoke Detector ) dan titik panggil secara manual
(Break Glass) dan Alarm Bell serta perlengkapan lainnya yang dipasang secara baik
dan aman dan bekerja secara otomatis mendeteksi pada saat awal kebakaraan dan
lokasi kebakaran dapat langsung diketahui dari Control Panel Fire Alarm.
2. Sistem yang dapat digunakan harus dapat diperluas misalnya secara otomatis dapat
memonitor pompa kebakaran , mematikan AC termasuk instalasi dry contact di panel
listrik / AC (Tripping System AC), mematikan supply fan.
3. Sistim yang ditawarkan harus modular dapat mengarah ke Zone expantion
(pengembangan) dan dengan Sistem Semi Addressable dan Full Addressable.

7.3. Lingkup Pekerjaan


1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan dan lain-lain,
pengiriman ke site pemasangan, pengujian (comissioning) dan pemeliharaan seluruh
Pekerjaan Fire Alarm seperti disyaratkan sampai berfungsi dengan baik.
2. Menyediakan dan melaksanakan pemasangan unit pengontrol (Master Control Fire
Alarm/MCFA) dilengkapi dengan system telepon darurat (fire fighting telepon) serta
battery nicad.
3. Pengadaan serta pemasangan unit pemberitahuan (annunciator unit).
4. Pengadaan dan pemasangan unit deteksi (detection unit), termasuk manual station
yang dipasang di hydrant box tiap lantai dan dekat pintu darurat.
5. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.
6. Pengkabelan system Fire Alarm dari sentral Fire Alarm sampai unit deteksi.
7. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga system tersebut dapat berfungsi dengan
baik dan benar.

7.4. Kemampuan Operasi


1. Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal alarm yang diberikan hanya pada
lantai tersebut. Dengan system 4 (empat) kawat yang berguna untuk menambah
keandalan kerja dari alarm ini seandainya ada bagian yang terputus (Class A)
2. Kemampuan dari fire detector mempunyai daerah diteksi kurang lebih 36 m² sehingga
untuk bagian-bagian ruangan yang luas hanya dibutuhkan beberapa fire ditector.
3. Master control dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu
digunakan minimal 20 jam pada keadaan listrik PLN terputus.
4. Semua system instalasi, detector, annunciator, master control, dan lain-lain pada
pekerjaan fire alarm ini, harus ter-supervisi dengan system instalasi Class A.
5. Kerja sistem
a. Keadaan Normal

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 1


Kalau tidak terjadi gangguan atau trobel atau alarm, maka system dalam keadaan
normal dan ditandai dengan lampau hijau (AC pilot lamp) yang hidup. System
mendapat supply dari PLN, Diesel serta battery.
b. Keadaan Darurat.
Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator juga mati
maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disupply oleh battery dengan
kemampuan minimal 20 jam. Hal-hal yang terjadi pada control panel, lampu
kuning akan menyala (trobel lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar.
c. Keadaan Alarm.
Keadaan alarm akan terjadi apabila ditector mendeteksi asap/panas/api atau
manual station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja
otomatis pada control panel lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning akan
menyala menunjukkan zone mana yang yang ada alarm, dengan demikian
daerah/ruangan yang dalam keadaan bahaya yang akan segera dapat diketahui.
d. Keadaan Gangguan (Trouble)
Bila terjadi gangguan pada system (pada detector Circuit atau pada panel control
dan annunciator) maka :
• Lampu tanda yang terdapat pada control panel harus dapat menyala dengan
diiringi suara yang biasa dengan jelas.
• Lampu tanda yang terdapat pada annunciator harus dapat menyala yang berarti
zone mana yang ada gangguan.

7.5. Mutu Peralatan dan Bahan


1. Peralatan dan bahan yang diajukan haarus bermutu tinggi produksi ex. Siemens,
Honeywell, Bosch.
2. Peralatan dan bahan yang diajukan harus dalam keadaan baru 100%.
3. Barang – barang yang diajukan harus disertai dengan data teknis.

7.6. Daftar Bahan & Contoh


1. Sebelum pekerjaan ini dimulai kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas daftar bahan–bahan yang dipakai dalam rangkap 4 (empat).
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, contoh bahan–bahan
yang akan dipakai dan semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah tanggungan kontraktor.
3. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali (recheck) atas segala
ukuran–ukuran / kapaistas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Dalam hal
terjadi keraguan–keraguan harus menghubungi Konsultan Pengawas.
4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan menjadi
tanggung jawab kontraktor. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

7.7. Penjelasan & Persyaratan Sistem


1. Umum
a. Fire Alarm Sistem ini berfungsi untuk mengetahui adanya kebakaran pada tahap
awal serta menerima isyarat kebakaran
b. yang diberikan, baik secara otomatis yaitu melalui detector maupun secara manual
yaitu push button (break glass).
c. Jaringan sistem fire alarm ini direncanakan dengan menampung seluruh jaringan
detector dan manual push button, melalui TBFA kemudian diteruskan ke Control
Panel. Control Panel tersebut menerima isyarat otomatis maupun manual dan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 2


memberikan isyarat yang dapat dilihat (visible) dan juaga isyarat yang dapat
didengar (audible).
d. Pekerjaan instalasi Fire Alarm Sistem ini pada dasarnya harus memenuhi
peraturan–peraturan. Pekerjaan Instalasi Fire Alarm sistem ini harus dipasang oleh
perusahaan yang biasa mengerjakan pemasangan system ini. Suatu daftar referensi
pemasangan harus diajukan kepada Kosultan Pengawas.
e. Untuk gedung ini diperlukan satu system dengan zone dan line. Detector yang
dipergunakan adalah type heat detector kombinasi rate of rise dan fixed temperatur
dan smoke detector. Pada tiap zone dipasang sebuah atau lebih alarm bell dan
manual pull station. Jika salah satu zone memberikan sinyal kebakaran, maka
alarm bell pada zone tersebut harus berbunyi, demikian pula alarm bell pada
tempat control station. Sistim ini dilengkapi dengan fasilitas tambahan untuk
mengerjakan beberapa fungsi seperti memberikan indikasi kebakaran main control
panel fire alarm serta bekerja secara interkoneksi dan otomatis dengan Fire
Suppression Sistem Gedung.
f. Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku. Diantaranya
jenis heat detector 135O Fahrenheit, smoke detector tipe foto electric.
g. Menggunakan Vibrating Bell kekuatan 90 db pada tiap zone.
h. Manual station dipasang pada setiap hydrant box yang dilengkapi dengan sebuah
lampu yang menyala terus.
2. Komponen-komponen
Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan
masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku sesuai dengan
gambar perencanaan.
Komponen-komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual station serta
fire deteksi.
a. Jenis fire deteksinya adalah
− Fixed Heat Detector
− Smoke Detector
− ROR ( Rate Of Rise ) Heat Detector
Ketiga jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan.
Dipilih detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk
bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan computer
digunakan detector yang lebih peka, misalnya smoke detector tipe photo electric.
b. Fixed Heat Detector
Harus dapat bekerja apabila ada temperatur ruangan naik sampai 135° Fahrenheit.
Combination rate of rise dan fixed temperature atau rate of rise temperature saja.
Dimana untuk fixed temperature akan memberikan sinyal-sinyal apabila
temperature disekitarnya mencapai 136° Fahrenheit.
c. Smoke Ditector
Ditektor ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas diruangan yang
didetecsi. Harus dapat bekerja apabila ada temperatur naik sampai 135O
Fahrenheit. Atau apabila timbul asap sebanyak 1-2% perfeet.
d. ROR ( Rate Of Rise ) Heat Detector
Rate of Rise Detector akan bekerja apabila ada temperatur ruangan naik dengan 5°
F per 20 detik Combination rate of rise dn fixed temperature yaitu dengan sifat-
sifat yang merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam bangunan
ini adalah combination tipe untuk heat detector.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 3


e. Manual Station
− Memberikan sinyal secara otomatis jika tuas ditekan dan ditarik kebawah.
− Untuk mereset harus digunakam kunci.
− Bahan digunakan terbuat dari metal yang tahan api dan tahan karat.
− Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan
dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan
dicapai.
− Manual Station dari type break glass dengan semi flush mounting, system kerja
pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum diriset kembali.
− General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang berhak dengan
menggunakan kunci khusus.
− Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan glass.
− Semua panel station harus dilengkapi dengan glass rod cadangan. Untuk
menjamin operasi yang lama, alarm contact harus terbuat dari “gold plated”
f. Alarm Bell
− Multitone strobe dipasang didalam ruangan yang diproteksi, untuk
memperingati orang yang didalam ruangan.
− Alarm Bell harus type Vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 V dc
polarized dengan 6 gong. Kecuali disebut lain dalam gambar. Pada saat 1
smoke detector bekerja maka bunyi multi tone terputus pendek tapi bila 2
detector yang bekerja maka multitone berubah menjadi terputus panjang.
− Pemasangan pada ketinggian 75 cm dibawah langit-langit dengan cara “semi
flush”.
− Bekerja dengan 24VDC
− Diameter gong 6”
− Intensitas suara 90 dB pada jarak 1 meter / 10 ft per zone.
g. Multi Alert & Signal Strobe (Horn Strobe)
Sebagai indikasi alarm tahap kedua berfungsi sebagai indikasi evakuasi karena gas
FIRE SUPPRESSION segera discharge
h. Alarm Horn
Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar gedung.
Semua alarm horn bekerja pada 24 V dc polarized, level suara minimum adalah 95
db pada jarak 10 ft type pemasangan adalah semi flush mounted.
i. Warning Light
− Saat gas discharge, pressure switch pada system pipa distribusi akan bekerja
dan mengaktifkan DNE Light yang merupakan tanda larangan memasuki
ruangan, karena gas FIRE SUPPRESSION memenuhi ruangan / sedang
bekerja.
− Harus berwarna merah dan bertuliskan “ Evacuate Area Immediately” untuk
yang dipasang didalam ruangan yang diproteksi FIRE SUPPRESSION dan “
Do Not Enter, Gas Discharge” untuk yang dipasang diluar ruangan yang
diproteksi.
− Bekerja dengan 24VDC
j. Abort Switch
− Abort switch terpisah dari Manual Pull Station.
− Pada saat abort switch ditekan maka akan menahan delay time pada saat gas
FIRE SUPPRESSION akan disemburkan.
− Tombol harus berwarna kuning untuk memudahkan penglihatan dan dilengkapi
tulisan yang cukup jelas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 4


− Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan
dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan
dicapai.
k. Unit Control
− Unit ini terdiri dari panel control serta power supply dimana pad apanel control
mudah dilihat pada masing-masing daerah proteksi bagian mana yang
mengalami gangguan atau yang mendeteksi adanya kebakaran.
− Unit control dilengkapi dengan fasilitas telepon darurat yang dapat
dihubungkan dengan outlet telepon pada box hydrant. System ini hanya
digunakan untuk hubungan intern dalam gedung pada saat terjadi kebakaran,
dan system ini terlepas dari system telepon normal (PABX)
− Terdapat 3 macam warna lampu dengan kode.
§ Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan
power supply ada, baik itu dari battery atau generator.
§ Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari system fire
alarm ini yang mengalami gangguan kabel putus dan sebagainya.
§ Merah adalah lampou alarm (lampu kebakaran) yang menandakan
terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone protection)
− Komponen-komponen harus dari semi konduktor (solid state) :
§ Zone untuk detektor dan pressure switch
§ Signal circuit untuk alarm bell
§ Indikasi untuk kebakaran pada panel control alarm
§ Tanda tiap zone detector ditampilkan di LCD display
§ Tanda alarm bell setiap lantai ditampilkan di LCD display
§ Indikasi untuk pada panel control alarm :
§ Tanda untuk tiap zone dan tiap jenis gangguan ditampilkan di LCD display
serta tanda trouble bel / buzzer ditampilkan di LCD display
l. Panel Kontrol
− Terdapat 3 buah tombol yang masing-masing adalah :
§ Tombol riset.
§ Switch norma trouble atau silence.
§ Tombol set.
− Pada panel Kontrol ini harus terdapat fasilitas :
§ Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
§ Kontak starter pompa kebakaran, smoke fan pressurized fan, dll
§ Terminal untuk pengambilan datastatus setiap zone untuk remote monitor
(untuk building automation / sound system)
m. Unit Annuncitor
Annunciator panel. Lampu indicator harus dapat bekerja agar petugas dapat
mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguna pada fire
alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan lampu kuning, sesuai
dengan keterangan diatas maka system annunciator juga mengikuti system
instalasi Class A.
n. Power Supply
Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan
alat-alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai double power
supply yaitu.
− Primer supply 220 volt Ac
− Sekunder supply 24 volt Ac

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 5


Untuk keadaan darurat harus stand-by minimum 20 jam dan terletak disuatu
tempat dengan control panel dan rechargeable.
o. Panel Cabang
Panel cabang ini harus dibuat dari plat besi setebal min. 1,2 mm dan max 2 mm
warna merah panel cabang ini harus di lengkapi dengan kabel gland sebanyak
jumlah kabel keluar/masuk.
p. Master Control Fire Alarm (MCFA)
− Sistem yang digunakan pada Master Control Fire Alarm adalah Tipe
Addressable dengan kapasitas minimal 2 loop / 500 module.
− MCFA harus memiliki fasalitas dan harus dilengkapi dengan visual LCD
Display apabila komunukasi data antara MCFA dan line detector terputus,
secara serentak visual display akan memberikan signal berupa tone alert.
− Adapun Spesifikasi Teknis :
§ Permissible ambient temperature 10 –50°C
§ Permissible relative humidity 10 – 90 %
§ Sistem bersifat modular
§ Sistem dapat dikembangkan melalui jaringan
§ Sistem harus memiliki fasilitas back up (Power & CPU)
§ Sistem harus dapat mendeteksi devices
§ Sistem harus dapat diprogram langsung pada panel dengan memasukkan
password terlebih dahulu
§ Sistem harus dapat diremote / di control dengan LCD-80
§ Sistem harus memiliki fasilitas program terhadap time delay & general
alarm
§ Sistem harus dapat mendeteksi sinyal false alarm
q. Sistem Tata Suara
Memberikan signal contact ke sistem tata suara. Dimana sistem tata suara tersebut
berisi petunjuk evakuasi (message) berupa rekaman suara manusia dalam bahasa
Indonesia dan Inggris diaktifkan saat general alarm terjadi.
r. Sistem Tata Udara
Memberikan indikasi bila terjadi alarm, untuk digunakan mematikan unit AC
dilantai yang bersangkutan atau semua unit AC, menghidupkan Pressurized Fan
dan mematikan Supply Fan.
s. Kabel Instalasi
− Kabel instalasi Fire Alarm yang dipakai adalah sebagai berikut :
§ Untuk wiring dari MCFA ke terminal box (TBFA) tiap lantai digunakan
kabel NYM ukuran 1.5 mm2 untuk sistem conventional dan kabel dengan
jenis Twisted Shielded cable untuk Addressable.
§ Kabel yang dipergunakn untuk dari TB-FA (masing-masing lantai) menuju
MCFA (Riser) menggunakan kabel dengan jenis Twisted Shielded cable.
§ Kabel yang dipergunakan untuk instalasi dari TB-FA (masing-masing
lantai) menuju ke detector menggunakan kabel dengan jenis NYM
2x1,5mm² di dalam pipa PVC conduit untuk sistem conventional dan kabel
dengan jenis Twisted Shielded cable untuk Addressable.
§ Instalasi menggunakan standard NFPA 72 class A atau B
§ Kabel power (riser) yang dipergunakan untuk menghubungkan catu daya
pada module adalah jenis NYM 3x2,5 mm². dan ditarik terpisah antara
module untuk detector dan module untuk bell & indicator lamp.
§ Kabel yang dipergunakan untuk interkoneksi dengan system lain adalah
NYM 2 x 1,5 mm².

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 6


− Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter
dalam minimum 1 1/2 kali ( 20 mm) diameter kabel.
t. Instalasi
− Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman
dibidang pekjerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.
− Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada tahanan, sambungan
hanya terdapat pada box terminalnya, pengawatan harus menggunakan conduit
PVC hight impact heavy gauge, ukurn disesuaikan dengan jumlah kawatnya.
− Dari hasil pengerjaannya harus diserahkan diagram pengawatan lengkap
dengan petunjuk-petunjuk lainnya.
− Untuk masing-masing iring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebur,
supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.
− Didalam pengejaan Kontraktor juga harus memperhatikan kemungkinan
pemasangan fire alarm dibagian lain.
− Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan
pekerjaan lain sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang
koordinasi maka menjadi tanggung jawab kontraktor.
− Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan
instalasinya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan
sebenarnya dari lokasi, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan.
− Pemborong harus melakukan pemasangan instalasi sistem deteksi dan alarm
kebakaran dengan seksama, sehingga penyambungan / integrasi dengan sistem
eksisiting harus dilakukan dengan tidak menyebabkan tergangunya operasional
sistem eksisting.
− Pemborong harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan dan
penyesuaian di lapangan.
− Catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar lengkap (pada kertas
kalkir) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawings).
− Untuk instalasi dipakai kabel produksi dalam negeri yang sudah mendapatkan
sertikat LMK / SPLN Produksi ex Belden, Coomstop, LG
− Pemasangan instalasi dalam pipa pelindung 20 mm ex Legrand, Clipsal, Boss.
− Sambungan kabel diatas langit–langit hanya boleh dilakukan pada unit – unit
detector.

7.8. Spesifikasi Teknis


1. Fire Alarm Control Panel
Addressable fire alarm panel dengan fasilitas / kemampuan :
a. Releasing Features :
i. Four independen hazards
ii. Sophisticated cross-zone (three options)
iii. Delay timer and discharge timer (adjustable)
iv. Abort (four options)
b. Total Internal 24 VDC Power - 5.0 A (total shared power).
− High-ripple regulated power 1.5A ( suitable for EIA-485
devices, except ACM-8R ); 1.0 A maximum standby.
− Non-resettable power: 500 mA.
− Four-wire smoke detector power: 500 mA.
− Four built-in notification circuits:
§ NAC Circuit 1: 2.25 A.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 7


§ NAC Circuits 2-4: 2.25 A (shared total).
c. Sistem Capacity :
− Total programmable input/output points: 301
− Intelligent detectors: 99
− Addressable monitor/control modules: 99
− Programmable NAC circuits in panel: 4
− Programmable software zones: 99
− Programmable remote relay/annunciator points: 99
− LCD-80 annunciators per system: 4
− ACS annunciators per system: 10
d. Positive Alarm Sequence (PAS) Persignal per NFPA 72
e. Field programmable on panel or on PC, with user defined passwords, plus
autoprogram feature
f. Remote Silence / Reset / Evacuate via monitor modules
g. UL Listed for Fire Signaling per Standard 864 & NFPA 72
h. UL Listed for Releasing Service. Complies with NFPA 12, 12A, 12B, 13, 15, 16 ,
2001 Standards when installed in accordance with appropriate NFPA standard.
i. Power :
i. Input : 220 VAC, 50/60HZ, 3.0 Amps
ii. Internal power : 24 VDC, 5.0 Amps
iii. Battery charger : 7 AH – 18 AH
iv. Battery backup : 2 x 12 VDC / 7 AH NiCad
2. Conventional Smoke Detector
a. Prinsip : Conventional Detector dengan optical sensing
chamber
b. Sensitivitas : 3% /ft dan dapat diset secara otomatis untuk
sensitivitas
pada siang & malam hari
c. Unique dual unipolar sensor:
− Provides exceptional stability.
− Factory preset at 1.9% nominal sensitivity.
− Stable operation up to 1,200 feet per minute (6 meters
per second) air velocities.
d. Ambient Temperature : 0 – 49° C
e. Ambient Humidity : 10% - 93% RH max
f. Sensitivity : 1.9 % Nominal
g. Operating Voltage : 8,5 - 35 Vdc max
h. Operating Current : 120 µA max
i. Device Check : Automatic device check
2. Conventional ROR & Fixed Heat Detector
a. Maks. Instalation Temperature : 100°F (38°C).
b. Alarm Temperature : 135°F (57°C)
c. Rate-of-rise threshold : 15°F (8.3°C) / minute
d. Operating humidity range : 5% to 95% RH noncondensing
e. Temperature rating : 135°F (57°C)
f. UL Protected Spacing, 10' (3.048 m) Ceiling50 (NFPA 72 ) for ROR 50 ft. x 50 ft.
(15.24 m x 15.24 m)
g. UL Protected Spacing, 10' (3.048 m) Ceiling50 (NFPA 72 ) for Fixed 25 ft. x 25 ft.
(7.62 mx7.62 m)
h. Electrical specification :

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 8


Operating Voltage Contact Ratings (Resistive)
6-125 VAC 3.0 A
6-28VDC 1.0A
125 VDC 0.3 A
250 VDC 0.1 A

3. Alarm Bell untuk yang didalam gedung dipasang pada box hydrant atau di dinding
Weather proof, Semi flush mounted, Vibrating type dan Diameter Ø 6 “
a. Nominal voltage : 24 VDC.
b. Operating voltage range : 19.2 to 26.4 VDC.
c. Average current draw : 0.03 A.
d. Sound output : 85 dB.
e. Operating temp. range : -31 °F (-35°C) to +140°F
(+60°C).
f. Protection rating : IP65
g. Housing colur : Red
4. Indicator Lamp
a. Bulb type : Luminus Bulb 30 V/2W or LED
b. Material : Lamp cover glass or fire proof plastic
c. Color : Red
5. Adressable Control Module
a. Normal operating voltage : 15 to 32 VDC
b. Maximum current draw : 5.1 mA (LED on)
c. Average operating current : 390 uA (LED flashing)
d. External supply voltage (between Terminals T3 and T4): maximum 80 volts (RMS
or DC).
e. Drain on external supply : 2 mA maximum (using
internal EOL relay).
f. EOL resistance : 47K ohms.
g. Temperature range : 32°F to 120°F (0°C to 49°C).
h. Humidity range : 10% to 93% non-condensing.
6. Horn Strobe
a. Operating temp. indoor : 32°F to 120°F (0°C to 49°C)
b. ULC Canadian models : -40°C to +66° C.
c. Maximum humidity : 95% as tested per UL 464
d. Voltages : 12 or 24 VDC
7. Break Glass
a. The microswitch has silver contacts
b. Maximum contact resistance 50 milliohms
c. Minimum recommended voltage 12 volts AC or DC
d. Maks. voltages and currents for resistive loads 5.0 amp, 30 VDC resistive. 3.0
amp, 30 VDC inductive.
8. Multi Alert & Signal Strobe (Horn Strobe)
a. Tegangan kerja : 12 or 24 VDC
b. Flashing Frequency : setiap 2 detik
c. Sound level : 85 dB

9. Do Not Enter Light (DNE Light)


a. Tegangan kerja : 24 VDC
b. Warna indikasi : merah

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 9


c. Warna huruf : merah
10. Kabel dan Pipa lnstalasi:
a. Kabel harus cocok dan sama dengan instalasi deteksi dan alarm kebakaran lainnya
(eksisting) di proyek ini. Jenis dan tipe kabel seperti tertera pada gambar elektrikal.
b. Pipa instalasi pelindung kabel harus Flame Retardant PVC conduits.
c. Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories lainnya harus sesuai yang satu
dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari 3/4" diameter.
d. Flame retardant flexible conduits harus dipasang untuk melindungi kabel antara
junction box dan detektor.

DAFTAR MATERIAL

Pabrik pembuat bahan dan peralatan dalam spesifikasi ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1.1 Bahan Bahan

No Material Merk
1 Detector, manual alarm station & Siemens, Honeywell, Bosch
alarm bell
2 Kabel Belden, Coomstop, LG
3 Type Kabel AWG16, NYA 2 X 1.5 MM2

7.9. Testing & comissioning


1. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang ak.n dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian
ditanggung oleh Pemborong.
2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
4. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Struktural.
Pada testing ini kondisi yang menyangkut bahan, konstruksi, finishing, dan
kontrak harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, (semua data harus
sesuai dengan spesifikasi).
b. Test Ketahanan Isolasi
Tahan isolasi antar kutub dan bagian yang hidup dan yang mati, harus dites
dengan tegangan tester bertegangan 500 volt DC, hasilnya harus menunjukkan
500 mega ohm atau lebih.
c. Test Ketahanan Tegangan
Pada testing tahanan isolasi diatas harus dimasukkan sampai dengan 3000 volt.
d. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran asap untuk Photoelectric smoke
detector
e. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran panas untuk Rate of rise heat
detector
f. Pengujian simulasi Manual Call Point
g. Pengujian integrasi dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran eksisting

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 10


h. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut (menunjukkan Surat Penunjukan dari Principal) dan
harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang.
i. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir.
5. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan peralatan-peralatan dan control yang
tergabung dalam system ini serta penyediaan semua instrument dan tenaga kerja harus
dilaksanakan oleh kontraktor.
6. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli yang berkompeten dan berpengalaman
untuk melaksanakan pengetesan sesuai dengan keahliannya.
7. Harga-harga pengetesan harus dicatat dan harus dibuatkan berita acara pengetesan
yang hasilnya harus sesuai dengan standart-standard yang telah diuraikan diatas.
8. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi Fire alarm harus melakukan semua
testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa /
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan
memenuhi persyaratan.
9. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus
disediakan kontraktor.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi.
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
11. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VII – 11


Pasal 8
Instalasi CCTV

8.1. Umum
1. Kontraktor harus mendapatkan surat dukungan dari Principal dan dealer wilayah
setempat untuk menjamin peralatan dapat disuplai tepat waktu serta digunakan secara
optimal.
2. Surat Jaminan Garansi dari Dealer wilayah setempat harus diserahkan pada waktu
serah-terima pekerjaan untuk menjamin kelangsungan layanan purna-jual.
3. Pengalaman minimum 10 [sepuluh] tahun dalam manufacture dan design Video
Surveillance Devices.
4. Minimum of [5] years pengalaman instalasi Video Surveillance System

8.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan perlengkapan System CCTV ini meliputi pekerjaan pengadaan
peralatan berikut pemasangan dan instalasi kabel..

8.3. Penjelasan Sistem


1. System CCTV yang dimaksudkan adalah untuk membentuk sekaligus meningkatkan
system keamanan seluruh gedung selama 24 jam secara terus menerus.
2. System CCTV yang terpasang harus sudah sesuai dengan system CCTV yang terbaru
yaitu apabila diinginkan dapat diatur dengan system komputerisasi ( IT ) sehingga
dapat diinterkoneksi dengan system LAN ( Local Area Network ) yang ada, sehingga
apabila diinginkan beberapa computer dapat akses ke system CCTV tersebut.
3. System CCTV yang terpasang apabila diinginkan harus dapat dioperasionalkan secara
remote sehingga apabila diinginkan management dapat mengoperasikan system
CCTV tersebut dari luar gedung yang posisinya dari mana saja baik dari dalam kota
maupun luar kota dapat akses ke System CCTV yang terpasang melalui jaringan
telekomunikasi.
4. Seluruh peralatan yang membangun system CCTV ini harus memenuhi standard
industri Indonesia, dari satu merk atau lebih dan disaat serah terima harus
dilampirkan surat garansi 1 ( satu ) tahun dari Authorized Dealer ( agen tunggal ) di
Indonesia ( bermaterai ). Merk yang digunakan adalah produksi ex. Bosch,
Honeywell, Panasonic
5. Standard manufaktur memenuhi I.S. /ISO 9001/EN 29001, QUALITY SYSTEM.
6. Garansi pabrikan 3 tahun tahun untuk replacement dan repair defective equipment,
terkecuali battery yang bergaransi 1 tahun.

8.4. Instalasi
Sistem cabling tiap – tiap kamera CCTV menggunakan system topologi star, artinya
seluruh kabel coaxial kamera CCTV dari tiap – tiap titik ditarik menuju masing – masing
sentral CCTV. Demikian juga untuk penarikan kabel power tiap – tiap kamera CCTV
menuju ke UPS yang berada di Sentral. Masing – masing kabel power dan kabel coaxial
yang ditarik dimasukkan dalam pipa conduit PVC High Impact, yang harus diperhatikan
disini adalah antara kabel power dan kabel coaxial tidak diperbolehkan ditarik dalam satu
pipa conduit dan bersilangan dengan kabel power listrik lainnya. Hal ini untuk
menghindari induksi power listrik terhadap signal video.
Adapun material kabel yang dipergunakan system ini adalah :
1. Kabel Video Coaxial produksi ex. Belden RG 59 (9259 – serabut) atau RG 11
2. Kabel Power NYM 3 x 2,5 mm produksi ex. Supreme, Kabelindo.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VIII – 1


8.5. Spesifikasi teknis
1. Video Management System
a) Sistem yang dikehendaki adalah Video Management System (VMS) enterprise-
class dengan basis client/server yang menyediakan pengaturan secara digital
untuk video, audio dan data pada jaringan IP.
Video management system terdiri atas module-module : central server, recording
services, configuration client, dan operator clients. Beberapa workstation dapat
melalukan live-viewing Video dari site yang berbeda secara simultan. Cameras,
recorders dan viewing stations dapat diletakkan secara bebas sepanjang tersedia
jaringan IP.

b) VMS haruslah mendukung layanan sebagai berikut :


§ VMS Network Video Recorder
§ Local Recording (Recording at the edge)
§ Virtual Recording Manager
§ Videos NVRs

c) Komponen software VMS dapat dijalankan baik pada PC tunggal untuk aplikasi
sederhana ataupun pada PC/server yang berbeda untuk aplikasi yang lebih
kompleks.
d) Central server, the BVMS NVR serta BVRM di-operasikan dengan platform
Windows 2003 Server dan Windows XP.
e) Configuration Client software di-operasikan dengan platform Windows 2003
Server dan Windows XP.
f) Operator Client software di-operasikan dengan platform Windows XP.
g) VMS harus dibangun dengan arsitektur client/server yang mudah untuk
dikembangkan, di-manage secara terpusat, serta memungkinkan full virtual matrix
switching dan control systems.
h) VMS di-desain untuk dapat dijalankan pada existing infrastruktur IT
infrastructure.
i) VMS mempunyai built-in command script editor yang memungkinkan customized
command scripts untuk mengontrol keseluruhan fungsi system secara virtual.
Command scripts dapat diaktifkan oleh system operator atau bilamana terjadi
kondisi alarm.
j) VMS harus kompatibel dengan MPEG-4 encoders, decoders, IP cameras, IP
AutoDomes, Vidos NVRs, Allegiant, DiBos, POS/ATM bridge, dab DiBos ATM
bridge.
k) VMS mempunyai sedikitnya dua type client yaitu “NVR Operator Client” dan
“VRM Operator Client”. Perekaman pada DiBos atau NVRs hanya dapat di-akses
oleh “NVR Operator Client”. Sedangkan Local recording devices, serta
perekaman pada Vidos NVRs hanya dapat diakses oleh “VRM Operator client”.
l) VMS mempunyai pilihan bahasa sebagai berikut : English, German, Dutch,
Italian, Portuguese, French, Spanish, Simplified Chinese, Traditional Chinese,
Russian, Hungarian, Czech, Danish, Finnish, Greek, Norwegian, Polish, Swedish,
Thai, Turkish dan Korean. VMS memungkinkan pemilihan bahasa per user group.
m) VMS menyediakan sedikitnya 10(sepuluh) programmable recording schedules.
Schedules dapat di-program untuk melakukan pengaturan record frames rates
pada kondisi day, night, weekend periods serta holidays dan exception days.
n) VMS memungkinkan pengaturan hak akses user groups terhadap specific
cameras, pan/tilt/zoom control, exporting video, akses ke event log files.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VIII – 2


o) VMS menyediakan interface ke Intelligent Video Analytics (IVA) untuk
keperluan advanced motion detection yang mampu melakukan analisa ukuran,
arah dan kecepatan obyek serta keluar/masuk obyek pada suatu area.
p) Konfigurasi parameter IVA dapat dilakukan melalui Configuration Client.
q) Events yang di-triger oleh IVA atau IP cameras, dapat dikirimkan ke VMS.
r) Workstations VMS dapat dihubungkan sampai dengan 4(empat) monitors, dimana
tiap-tiap monitor dapat di-konfigurasi untuk display live streaming video,
playback video, site maps, atau alarms.
s) VMS support Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) untuk keperluan
integrasi dengan Microsoft Active Directory.
t) Export video and audio data dalam ASF format ke media CD/DVD drive, network
drive, atau USB drive. Playback dapat dilakukan dengan standard software seperti
Windows Media Player.
u) The VMS shall auto-discover encoder, decoder, NVR, and VRM devices. Device
detection shall support devices in different subnets.
v) Kemampuan Auto-discover IP devices dan auto-assignment of unique IP
addresses.

2. Komponen Video Management System


a) Central Server software melakukan management, monitoring, data stream
management, alarm management, priority management, central logbook dan user
management.
b) Update Operator Client dan Configuration Client dapat dilakukan melalui Central
Server.
c) Configuration Client software menyediakan interface untuk system configuration
dan management.
d) Operator Client software menyediakan user interface untuk system monitoring
dan operation.

3. VMS NVR ( Network Video Recorder ) Failover


a) VMS mempunyai kemampuan failover dimana satu NVR dapat difungsikan
sebagai backup untuk NVR lainnya.
b) “hot switch” function, pada waktu terjadi failure pada NVR, cameras secara
otomatis melakukan pemindahan media perekaman ke back up NVR.

4. VMS NVR ( Network Video Recorder ) Redundancy


a) Redundant VMS NVR melakukan perekeman dengan video streaming yang sama
pada primary NVR.
b) Operator Client dapat melakukan akses ke data pada Redundant NVR.

5. Analog Monitor Support


a) VMS shall support analog monitors yang dikoneksikan melalui IP decoders.
b) Analog monitors dapat dikonfigurasi mode full screen mode atau quad mode.

6. Digital Video Recorder (DVR) Connection


Video management system dapat di-interface dengan DiBos family DVRs revision 8.

7. CCTV Keyboard Control


Kontrol kamera dapat dilakukan via IntuiKey family keyboards, termasuk KBD-
DIGITAL dan KBD-UNIVERSAL.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VIII – 3


8. DIGITAL VIDEO STORAGE
a) Digital Video Storage Array haruslah berkapasitas besar, berkecepatan tinggi dan
memiliki performance tinggi untuk aplikasi playback. Storage array mempunyai
fitur RAID-5 dengan 12 (dua belas) bays, mampu menyediakan kapasitas sampai
dengan 5.5 terabytes, dan kemampuan koneksi sampai dengan 31 (tiga puluh satu)
video servers via iSCSI protocol. for extended storage. Desain modular untuk
memudahkan pemeliharaan serta memperkecil waktu down-time.
b) Semua komponen kritikal digital video storage array, termasuk disk drives, power
supply module, cooling module, dan battery backup unit (BBU) haruslah hot-
swappable.
c) Digital video storage array memiliki konektor sebagai berikut :
§ 2 (dua) RJ45 connector untuk koneksi RAID controller ke external network
devices atau Ethernet ports.
§ 1 (satu) COM port untuk akses controller-embedded configuration utility
melalui serial cable.
d) Specifications :
§ Peak Current : 6A @ 115VAC or 3A @ 230VAC.
§ Operating Power : 350 watts (maximum operating conditions)
§ Voltage Range : 120/240VAC, 50/60 Hz
§ Power : IEC male
§ Host Ports : Two (2) RJ-45 Gigabit Ethernet
Host Channels, 10/100 BaseT compatible
§ RS-232 Serial Port : 3.5 mm jack (includes a cable with 3.5 mm
to DB-9 connectors and an adapter)
§ Operating Temperature : 0° to 40°C (32° to 104° F)
§ Humidity : 5% to 95% non-condensing

9. AUTODOME IP CAMERA
1). Modular camera system terdiri atas 5(lima) tipe interchangeable modules: CPU,
camera, housing, communications dan power supply.
a) CPU Module menentukan fixed atau kemampuan PTZ (pan/tilt/zoom) dan
advance intelligence functions seperti : privacy masking, motion detection
dan tracking.
b) Camera Module meliputi fixed atau PTZ, color atau Day/Night dan zoom
range options.
c) Housing Module tersedia indoor dan outdoor applications.
d) Communications Module merupakan pilihan transmisi video dan data ke
matrix switch, DVR atau IP video system.
e) Power supply module option tergantung kebutuhan instalasi (indoor atau
outdoor) serta proteksi terhadap tegangan surja.
2). Hotswap capability (penggantian modules tanpa harus power down system).

8.6. Testing & Commissioning


1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah
dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa
pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan
yang berlaku.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VIII – 4


2. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang
bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara
yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini
dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan
serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini
dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke
Pemberi Tugas.
b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
− Pengujian simulasi CCTV terhadap system.
− Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi.
− Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi
terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK /
Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali.
− Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap
dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan.
− Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik
untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
− Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian,
maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya
menjadi tanggungan Kontraktor.
− Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada
bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara.
− Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer
penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan
yang baik dari instansi yang berwenang.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi.
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman VIII – 5


PASAL 9
PEKERJAAN SISTEM ELEVATOR (LIFT)

9.1. Lingkup Pekerjaan

• Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang di jelaskan baik


dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar
perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan pada spesifikasi teknis ini.
• Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan
yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang di persyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga seesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan dan pemasangan sistem elevator elektrik penumpang dan pasien
secara lengkap sehingga dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan
fungsinya.
b. Penyelesaian lubang hoist-way, termasuk perapihan sumur, pemasangan
guide rail dan seluruh peralatan yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan
elevator tersebut.
c. Pelaksanaan Pengadaan dan pemasangan hook, separator beam, structure
opening, finishing entrance menjadi tanggung jawab main contractor
d. Perapihan celah-celah antara panel-panel operasi pada dinding beton dan
celah-celah antara jamb maupun transom dengan dinding beton sesuai
dengan finishing arsitektur.
e. Peralatan pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja
sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau
terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.
f. Penyelesaian segala perijinan kepada badan yang berwenang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
g. Pengujian dan commissioning terhadap seluruh sistem oleh ahli dari
perwakilan merk tersebut di Indonesia.
h. Pemborong wajib memberikan jaminan Garansi unit Elevator tidak kurang dari
24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak diadakannya penyerahan
pekerjaan untuk pertama kalinya kepada Pemberi Tugas.
i. Pemborong wajib memberikan jaminan pemeliharaan unit Elevator selama
yang tidak kurang dari 12 (dua belas) bulan terhitung sejak diadakannya
penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas untuk pertama kalinya.

9.2. Ketentuan Umum

• Sistem harus dari jenis yang sesuai untuk beroperasi didaerah tropis dengan
kelembaban tinggi
• Sistem harus mengikuti standard yang dikeluarkan oleh salah satu dari berikut ini, “
BRITISH STANDARD INSTITUTION “, Specification for Lifts, Escalators
Passengers Conveyors and Patternosters; BS.2655 AMERICAN NATIONAL
STANDARD INSTITUTE, Safety Code for Elevators, Dumbwaiters, Escalators and
Moving Walks; ANSI 17.11.3 Japan Industrial Standards.”
• Hal penting yang harus diperhatikan adalah sistem harus ber operasi tanpa
menyebabkan penerusan suara ke daerah hunian hingga menyebabkan polusi
suara di atas ambang batas yang diijinkan. Sistem juga harus tidak menyebabkan
menerusan getaran melalui struktur bangunan yang lebih besar dari toleransi yang
diijinkan.
• Faktor keamanan design kereta tidak boleh kurang dari yang di tuliskan bawah ini :

a. Rope Suspenssion :
Breaking load : working load = 10 : 1
b. Governor tripping speed maximum/minimum, Stopping distance harus sesuai
dengan ketentuan pada BS. 2655 atau ANSI A17.1. Brake/rem mampu
menahan tidak kurang dari 125 % contact load.
c. Mesin lift dengan safety factor = 10.
d. Kontraktor harus memberikan surat jaminan dari pabrik pembuat bahwa
mesin/sistem elevator tersebut memenuhi salah satu dari standard tersebut
diatas.
Produk elevator yang digunakan : VOLKSLIFT, MITSHUBISHI, TOSHIBA

9.3. Persyaratan teknik elevator


1. Persyaratan Operasi
a. Operasi dan Penggunaan Kereta
Elevator dari jenis Passenger Elevator Gearless with machine room seperti
yang dijelaskan pada gambar dan lampiran yang menyertai dokumen ini.
b. Panel Operasi Kereta (Car Operating Panel)
Harus dipasang pada sisi kanan depan atau kiri depan di dalam kereta
dengan kelengkapan seperti berikut ini.
1) Push-button, dengan lampu tanda terdaftar (identification to register
call), dan lampu tersebut akan padam bila kereta sampai pada lantai
pendaratan tersebut.
2) Tanda asal gerak dengan tanda panah menyala (illuminated car
direction indicator)
3) Tombol penghenti dan alarm bell dipasang rata (recessed alarm bell
stop button)
4) Tombol permintaan mempercepat pembukaan dan penutupan pintu
(door re-open and close button)
5) Disabled COP dan Hold Button untuk Elevator Pasien
6) Intercom 2 (dua) arah komunikasi dengan microphone and receiver
slave unit, antara kereta dengan ruang mesin dan front office / jaga
piket.
7) Pelaksanaan Pemasangan dan Penyedian Kabel Penghubung Intercom
dari Panel Lift ke Front Office menjadi tanggung jawab main contractor.
8) Recessed cabinet dengan kunci khusus di bagian bawah panel operasi
berisi peralatan kontrol sebagai berikut.
− Tombol UP, DOWN dan BY-PASS
− With & Without-Attendant selector switch
− ON/OFF switch untuk penerangan kereta dan kipas ventilasi
− Independent service switch
− Emergency stop dan reset switch.
c. Panel Operasi Hall (Landing Panel)
1) Dari jenis Illuminated hall-call push button dengan tanda panah arah
gerak kereta harus dipasang pada setiap lantai pendaratan sebagai
berikut,
2) Tombol permintaan naik pada lantai dasar dan turun pada lantai paling
atas.
3) Tombol permintaan naik dan turun pada lantai lainnya.
4) Tombol-tombol tersebut harus dipasang pada dinding entrance elevator.
5) Penunjuk-arah gerakan kereta, dan arrival gong tanda posisi kereta
harus dipasang pada setiap lantai.
d. Sistem Operasi dan Pengarah
1) Sistem untuk operasi adalah sebagai berikut :
− Lift Passenger : Gearless Traction with machine room
− Pada saat terjadi permintaan kereta pada suatu lantai, permintaan
tersebut akan didaftar (registered call)
− Bila suatu permintaan akan kereta terjadi pada saat kereta searah
dengan permintaan telah melalui lantai tersebut (permintaan yang
terlambat) maka permintaan tersebut menjadi permintaan yang
didaftar.
− Permintaan yang didaftar (registered demand/hall call) dilayani
sesuai dengan priority order yang ditentukan.
− Kereta yang sedang bertugas menjemput panggilan menuju kepada
panggilan pertama yang terdaftar dan kemudian menuju ke lantai
panggilan berikutnya untuk panggilan searah.

2) Kelengkapan operasi seperti pada schedule operasi elevator terlampir


dan operasi lainnya berikut ini :
− Attendand Operation
Dengan sebuah saklar yang ditempatkan pada kotak terkunci di
bawah panel operasi dalam kereta yang akan memberikan kontrol
secara penuh kepada petugas untuk mengoperasikan kereta
terhadap panggilan, berangkat, berhenti & arah gerak kereta.
− Auto/hand Operation
§ Dengan sebuah saklar ‘AUTO / HAND OPERATION’ yang
berada di atap kereta, kereta dapat dioperasikan secara
langsung dengan tombol-tombol berikut dan seluruh kontrol
otomatis akan padam.
§ Tekanan jari (continuous pressing) pada tombol ‘UP’ atau
‘DOWN’ pada panel operasi di atas atap kereta akan membuat
kereta bergerak naik atau turun dengan kecepatan rendah 0.25
m/detik atau lebih lambat, dan kereta akan segera berhenti bila
tombol dilepas.
§ Operasi ini digunakan untuk kepentingan perawatan dan
pemeriksaan saja.
− Automatic Bypass Operation
§ Operasi ini harus secara otomatis mengirim mereka kepada
permintaan mendarat dari dalam kereta pada lantai terdekat
apabila kereta telah dibebani secara penuh.
§ Kereta akan secara otomatis mengabaikan panggilan dari lantai
pendaratan bila kereta telah mendapat pembebanan penuh.
− Overload Protection
§ Sebuah peralatan pengaman beban lebih (overload protection
device) harus dipasang pada setiap kereta dan akan secara
otomatis tetap menahan pintu landing dan pintu kereta pada
posisi terbuka serta menahan kereta.
§ Sistem tersebut akan membunyikan buzzer dan lampu kedip-
kedip pertanda overload bila jumlah penumpang melebihi
kapasitas beban yang ditentukan (predetermined contract load).
− Automatic Emergency Power Operation
Pada kondisi power supply utama mengalami gangguan, kereta
harus kembali ke lantai terdekat dan mengabaikan seluruh
panggilan-panggilan pendaratan dan permintaan kereta, membuka
pintu dan mematikan seluruh sistem operasi sampai daya listrik
cadangan masuk kembali.
− Fire emergency return Operation
§ Signal adanya kebakaran diambil dari sistem Fire Alarm
bangunan.
§ Dalam keadaan ini, kereta harus kembali ke lantai utama dan
mengabaikan seluruh panggilan-panggilan pendaratan dan
permintaan kereta, membuka pintu dan mematikan seluruh
sistem operasi.
§ Dalam keadaan ini akan dapat dioperasikan kembali dengan
kunci khusus, menggunakan sumber daya emergency.
− Firemen’s operation

3) Kelengkapan pengamanan
Harus dilengkapi pada setiap kereta atau sistem, peralatan pengaman
seperti berikut ini :
− Terminal slow down switch,
− Car & counter weight Buffer,
− Limit & Final Limit switch
− Overtravel limit switch
− Electromechanical door interlock,
− Phase reversal protection for power supply
− Emergency stop switch dalam kereta
− Emergency stop / run switch di atas atap kereta
− Over current protection
− Electronic door safety ray.
− Stop switch dalam pit.
− DC battery operated alarm bell,
− A.R.D (Automatic Rescue Device)
− Lain-lain sesuai dengan ketentuan pada standard yang diikuti

2. Konstruksi Kereta dan Mesin Pengangkat


a. Ketentuan Umum
1) Harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada British Standard
BS : 2655 dan suplemennya atau ANSI.A17.1.
2) Apabila konstruksi sistem pengangkat dan kereta yang ditawarkan tidak
mengikuti ketentuan di atas maka kontraktor harus secara jelas dan
dapat menyerahkan tembusan standard yang diikuti oleh sistem elevator
tersebut kepada Direksi Pengawas / MK untuk diperiksa.
3) Tembusan standard tersebut harus dalam bahasa Inggris atau bahasa
Indonesia.
4) Dengan menyerahkan tembusan standard tersebut, tidak berarti bahwa
sistem standard tersebut disetujui dan dapat digunakan pada elevator
bangunan ini.
b. Pintu, Dinding dan Lantai
1) Dinding kereta.
− Harus dari konstruksi baja dengan dinding dalam (interior wall panel)
seperti yang disyaratkan.
− Kereta harus dilengkapi dengan hal-hal berikut :
§ Penerangan darurat dengan battery didalam kereta.
§ Ventilasi dengan ceiling fan.
§ Pintu darurat di langit-langit.
§ Intercom darurat yang dihubungkan ke Ruang Mesin / Operator
dan ke Ruang lobby dengan sumber daya battery
2) Pintu kereta dan pintu masuk
− Jenis Pintu Lift yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah single
entrance
− Pintu masuk (entrance door) harus dari konstruksi pintu lapis rapat
udara dengan pembukaan sesuai dengan skedul / spesifikasi kereta.
− Operasi pintu harus menggunakan sistem otomatis dengan listrik
searah tanpa suara maupun getaran maupun kejutan pada saat
bekerja dan dilengkapi dengan ‘retractable safety edge’.
− Harus dilengkapi dengan sistem interlock sehingga hal-hal berikut
dapat terpenuhi.
§ Pintu-pintu kereta dan entrance harus tidak dapat terbuka atau
dibuka sebelum kereta mencapai pemberhentiannya dengan
benar.
§ Kereta harus tidak dapat berjalan apabila ada pintu kereta
maupun pintu landing yang terbuka pada lantai pemberhentian
tersebut maupun pada lantai pemberhentian lainnya.
§ Pintu landing harus tidak dapat dibuka atau dibuka pada saat
kereta sedang bergerak.
§ Setiap pintu harus dilengkapi dengan kunci khusus untuk
membuka dari sisi masuk.
3) Lantai / dasar kereta
− Rangka kereta harus terbuat dari profil baja yang dibentuk dengan
las dan buat, sehingga tidak akan berubah bentuk / rusak pada
semua kondisi beban.
− Bila lantai dengan finish dari vinyl, harus menggunakan vinyl dengan
tebal yang tidak kurang dari 6 mm.
3. Sistem Kontrol dan Pengabelan
a. Panel Kontrol
1) Harus dari jenis ‘free standing’ dan merupakan kotak panel yang kokoh,
dilengkapi dengan lubang-lubang ventilasi dan pintu dari jenis pintu
berengsel yang dilengkapi kabel
2) Seluruh peralatan harus ditempatkan didalam panel tersebut di atas.
3) Sistem kontrol harus tidak menimbulkan suatu bising dan harus di
pasang dengan jarak-jarak antar peralatan secukupnya agar tidak terjadi
loncatan listrik statik.
4) Sistem kontrol harus dilengkapi dengan peralatan yang akan mencegah
terjadinya kegagalan operasi kereta dengan adanya kebocoran arus
listrik.
5) Controller
− Harus dilengkapi dengan control system untuk setiap operasi, sistem
pengamanan kereta dan sistem pengatur pintu.
− Kabinet untuk penempatan peralatan kontrol ini harus dengan
konstruksi yang tidak membutuhkan peralatan-peralatan pengatur
kondisi lingkungan sehingga dapat secara bebas ditempatkan di Rg.
Mesin.
− Sistem harus dari jenis yang memudahkan pekerjaan pemeriksaan/
perbaikan dengan maksud agar down time seminimal mungkin.
− Sistem harus dari ‘Variable Voltage Variable Frequency Controller’.
b. Pengkabelan
Segala peraturan dan ketentuan dalam pengkabelan harus mengikuti British
Standard BS:2566:72 dan suplemennya atau ANSI.A17.1 atau EN 81-1 dan
supplemennya dan standard yang belaku di Indonesia.

SPESIFIKASI DASAR HOSPITAL BED ELEVATOR :


Use : Hospital Bed elevator
Quantity : 4 Unit
Capacity : 26 persons
1800 kg
System penggerak : Gearless Traction with machine room
Speed : 60 mpm
Control : AC-VVVF (Variable Voltage Variable
Frequency)
Control System : STEP
Number of stops : 5 stops
Service Floors : Lantal 1 sampai lantai 5
Door type : Side Opening
Power supply (V/Hz) : AC 3 phase, 380 V/50 Hz.
Lighting supply (V/Hz) : AC 1 phase, 220 V/50 Hz

MACHINE :
Motor Traction : Gearless
Motor Power : 13.8 KW
DIMENSIONAL PROVISIONS :
Car internal size (mm) : 1500 x 2500 mm
Door Opening Size (mm) : 1200 x 2100 mm
Clear Hoistway size (mm) : 2500 x 3000 mm
Pit depth (mm) : 1500 mm
Overhead height (mm) : 4500 mm
Clear Machine Room Size : 2500 x 3000 x 2500 mm

CAR DESIGN:
Car walls : Stainless Steel Hairline Finished
Car ceiling : Decorative Fixtures (standard)
Car doors : Single entrance 2-panel side opening
Stainless Steel Hairline Finished
Front return panel : Stainless Steel Hairline Finished
Kick plate : Extruded aluminum
Flooring : Vinyl
Car sill : Extruded aluminum
Ventilation : Electric blower with rear fan
Emergency Exit : Provided on the Ceiling
Emergency lamp : Provided on the Ceiling

ENTRANCE DESIGN:
Entrance Model : Narrow jamb
Landing Doors : Single entrance 2-panel side opening
Stainless Steel Hairline Finished.
Landing Sills : Hard aluminum alloy

SIGNAL FIXTURES:
Main Car operating panel : Stainless steel hairline finished
Disabled COP : Stainless steel hairline finished
Car position indicator : Integrated on COP
Hall position indicator : Integrated on HOP
Hall Call Button : Push Button with Braille
Face plate of signal : Stainless steel hairline finished
STANDARD EQUIPMENTS :
- Overload Protection Device With alarm
- Car Light Of Automatic
- Car Fan Of Automatic
- Independent Service
- Arrival gong / Chime At Car
- Safety block device
- Extended Door Open Button
- Emercency Car Light Automatic Charger
- Emergency Bell
- Earth Emergency Return
- Reserved Operating For Emergency
- Independent Service
- Interphone System
- Repeated Door Close
- Re open With Hall Button
- Safety door : Full beam sensor
- Over speed Governor
- Door interlock safety switch
- Three phase power supply failure protection
- Overload and overheat motor protection
- ARD ( Automatic Rescue Device )

SPESIFIKASI DASAR PASSENGER ELEVATOR :


Use : Passenger elevator
Quantity : 2 Unit
Capacity : 15 persons
1000 kg
System penggerak : Gearless Traction with machine room
Speed : 60 mpm
Control : AC-VVVF (Variable Voltage Variable
Frequency)
Control System : STEP
Number of stops : 5 stops
Service Floors : Lantal 1 sampai lantai 5
Door type : Center Opening
Power supply (V/Hz) : AC 3 phase, 380 V/50 Hz.
Lighting supply (V/Hz) : AC 1 phase, 220 V/50 Hz

MACHINE :
Motor Traction : Gearless
Motor Power : 6.7 KW

DIMENSIONAL PROVISIONS :
Car internal size (mm) : 1600 x 1400 mm
Door Opening Size (mm) : 900 x 2100 mm
Clear Hoistway size (mm) : 2050 x 2050 mm
Pit depth (mm) : 1500 mm
Overhead height (mm) : 4500 mm
Clear Machine Room Size : 2050 x 2050 x 2400 mm

CAR DESIGN:
Car walls : Stainless Steel Hairline Finished
Car ceiling : Decorative Fixtures (standard)
Car doors : Single entrance 2-panel center
opening Stainless Steel Hairline
Finished
Front return panel : Stainless Steel Hairline Finished
Kick plate : Extruded aluminum
Flooring : Vinyl
Car sill : Extruded aluminum
Ventilation : Electric blower with rear fan
Emergency Exit : Provided on the Ceiling
Emergency lamp : Provided on the Ceiling

ENTRANCE DESIGN:
Entrance Model : Narrow jamb
Landing Doors : Single entrance 2-panel center
opening
Stainless Steel Hairline Finished.
Landing Sills : Hard aluminum alloy
SIGNAL FIXTURES:
Main Car operating panel : Stainless steel hairline finished
Car position indicator : Integrated on COP
Hall position indicator : Integrated on HOP
Hall Call Button : Push Button with Braille
Face plate of signal : Stainless steel hairline finished

STANDARD EQUIPMENTS :
- Overload Protection Device With alarm
- Car Light Of Automatic
- Car Fan Of Automatic
- Independent Service
- Arrival gong / Chime At Car
- Safety block device
- Extended Door Open Button
- Emercency Car Light Automatic Charger
- Emergency Bell
- Earth Emergency Return
- Reserved Operating For Emergency
- Independent Service
- Interphone System
- Repeated Door Close
- Re open With Hall Button
- Safety door : Full beam sensor
- Over speed Governor
- Door interlock safety switch
- Three phase power supply failure protection
- Overload and overheat motor protection
- ARD ( Automatic Rescue Device )

13.1. Testing dan Commissioning


1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk
peralatan sistem kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
3. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka
Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-
masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
4. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan
yang ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya
atau atas persetujuan bersama.
5. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3
(tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan secara visual terhadap kelengkapan peralatan, apabila terjadi
kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh
pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan kekuatan mekanis, seluruh Sistem harus diperiksa, diteliti dan
diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus
menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari
Instansi terkait yang berwenang.
c. Pengujian pembebanan kereta
d. Pengujian kecepatan kereta
e. Pengujian operasi kereta.
6. Pengujian lainnya sesuai dengan persyaratan pada standard yang diikuti dan
persyaratan instansi yang berwenang setempat (Authority Having Jurisdiction).
Pasal 10
Instalasi Nurse Call Systems

Sistem Pemanggilan Perawat atau yang lebih dikenal dengan istilah Nurse Call Systems adalah
suatu rangkaian sistem komunikasi yang terpadu, independen namun dapat berkolaborasi dengan
kemajuan teknologi yang berbasis Internet Protocol [IP] dan jaringan data lain tanpa
menimbulkan ketergantungan pada sistem dan jalur komunikasi pada masing-masing jaringan itu
sendiri.

Sistem Komunikasi Rumah Sakit yang sangat komplit yang dapat menjadi saluran kebutuhan
komunikasi terhadap pelayanan pasien mulai dari staf bagian klinik, staf bagian teknik, dan
bagian administrasi menejemen yang menyalurkan sebuah sistem yang mana;
• Berdiri secara independen dan tidak bergantung kepada jaringan telpon (PABX)
• Mengoptimalkan interaksi dan perawatan secara efektif
• Menyediakan informasi menejemen yang terpadu
• Kemampuan peningkatan sistem dimasa depan dan ekspansi jaringan
• Kokoh dan mempunyai daya tahan operasional yang sangat baik

10.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan Nurse Call Systems meliputi pengadaan, pemasangan, pemograman hingga
pelatihan pengoperasian sistem secara keseluruhan.
b. Sistem Komunikasi Rumah Sakit meliputi komunikasi dalam keperawatan maupun
tindakan medis lainnya, yakni pada daerah unit rawat inap (IRNA), unit gawat darurat
(UGD), perawatan secara intensif (ICU/ICCU, HDU), Kebidanan, Ruang Tindakan,
termasuk dalam jaringan komunikasi Kamar Operasi (OK/ Operating Rooms).
c. Perencanaan desain operasional pada masing-masing instansi unit keperawatan,
pengadaan & pemasangan seluruh instalasi mulai dari pipa, kabel, dan peralatan
sentral dan peralatan pada jaringan titik panggilan.
d. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan sistem jaringan komunikasi Nurse Call
e. Standar dan kode yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sertifikat kualitas
ISO 9001:2000 untuk manufaktur, penjualan, pelayanan dan pemeliharaan dan
memenuhi Australia Standar AS3811.
f. Standar elektronika modul harus memenuhi persyaratan CISPR22 (EN55022) untuk
kelas B elektromagnetik kepatuhan.
g. Merk yang digunakan adalah produksi Austco, Excelcomm & Sedco
10.2. Peralatan Utama
a. Master Control Nurse Call
Sistem Induk Pusat Kontrol Nurse Call dapat menyediakan segala keperluan jaringan
komunikasi secara independen dengan tidak bergantung kepada salah satu jaringan
komunikasi lain yang ada, yang termaksud antara lain seperti;
• Master Server IP ACS 110
• IP CCT Room Controller
• Event Management Module
• Intelpage Transmitter for Pager
• Sistem Emergency Code Blue
• Power Supply Unit VDC berikut Catu Daya Cadangan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman X – 1


b. Digital Colour & Tone Display
Penampang Elektronik yang berbasis IP dapat menampilkan pesan dan status
panggilan yang mempunyai visibilitas yang sangat baik dengan jarak tertentu dan
dapat ditempatkan pada dinding atau koridor keperawatan secara satu sisi maupun
konfigurasi saling membelakangi (Double Sided)
• Dapat menampilan sedikitnya 3 warna yang berbeda sebagai signal prioritas
status panggilan yang masuk
• Memiliki nada panggil dengan decibel yang berbeda sebagai pendukung fasilitas
prioritas pelayanan
• Dapat menampung semua panggilan yang masuk dalam antrian dari segala
prioritas panggilan, dari panggilan normal hingga paling gawat termasuk antrian
panggilan-panggilan yang masuk

c. Call Stations
Adalah sumber titik panggilan yang berbasis teknologi IP diletakan pada daerah
keperawatan dengan fungsi dan karakteristik sedemikian rupa sehingga dapat
membantu antara pasien dengan perawat, maupun perawat terhadap para petugas
medis dalam memberikan pelayanan secara efektif dan optimal
• Memiliki tombol yang dapat digunakan oleh pasien dengan keterbatasan tertentu,
seperti tuna netra dengan bantuan huruf braielle, tombol dengan tekanan udara
yang dapat diaktifkan tanpa menggunakan bantuan tangan sekalipun
• Memiliki ketahanan terhadap daerah dengan kelembaban tertentu, sesuai dengan
standar IP 66 / IP 67, yakni ketahanan terhadap air, debu, dan dapat
disterilisasikan
• Mengandung bahan antibacterial serta silicon yang memberikan kemudahan
sekaligus ketahanan dalam benturan.
• Kemudahan dalam pengoperasian fungsi lain dalam ruang rawat inap seperti
tombol lampu dan tombol peralatan elektronika lainnya

d. Jenis Signal & Piranti Panggil


Peralatan yang terpasang pada area perawatan yang mempunyai fitur dan fungsi
sedemikian rupa yang dapat dikategorikan sebagai berikut;
• Lampu Indikator (Dome Indicator Lamp) yang memiliki sedikitnya 4 warna yang
berbeda agar dapat memberikan signal prioritas panggilan yang masuk
• Tombol Kehadiran Perawat (Nurse Presence Monitor) yang dapat memberikan
signal kehadiran perawat dalam ruangan dari sumber panggilan yang masuk
• Tombol Reset pada setiap titik sumber panggilan sebagai kontrol atas kehadiran
perawat dalam kamar pasien
• Tombol Pertolongan bantuan secara fisik (Staff Assist) terhadap sesama perawat
dalam pelayanan terhadap pasien
• Tombol Keadaan Darurat (Emergency Call) yang dapat diaktifkan dengan cepat
dan singkat
• Tombol pada daerah basah seperti kamar mandi atau toilet pasien (Wet Area Call)
• Memiliki tanda suara / nada (Buzzer Tone) pada setiap pengaktifan pada setiap /
masing-masing tombol panggil tersebut agar memberikan rasa aman kepada
pasien bahwa panggilan mereka telah terlaksana
• Memiliki kemampuan untuk menyatakan status darurat tertinggi pada rumah sakit
status kode biru (CODE BLUE)

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman X – 2


10.3. Peralatan Pendukung
a. Sistem Informasi Menejemen Komunikasi
• Tampilan berupa monitor display untuk peta lokasi keperawatan, status ruang,
dan informasi lalu lintas panggilan
b. Sistem Radio Panggil Nirkabel dan Data Logging
• Dapat terhubung dengan tombol jaringan nirkabel serta dapat menampilkan
informasi waktu panggilan masuk, lama respon yang diperlukan serta data
statistik waktu tempuh yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu permintaan
panggilan
c. Multi platform dengan jaringan antar muka (interface) terhadap jaringan tersedia
lainnya dalam gedung yang meliputi:
• Jaringan Komunikasi berbasis LAN serta WLAN.
• Jaringan Telekomunikasi melalui PBX atau PABX
• Sistem Informasi Menejemen Gedung
• Sistem Keamanan dalam wilayah Rumah Sakit
• Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
• Sistem Jaringan GSM, Email, serta piranti berbasis DECT, VoIP, maupun
interaksi terhadap jaringan berbasis tehnologi CISCO

10.4. Pekerjaan Instalasi


a. Tahap Persiapan
Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan yang sah
berlaku di Republik Indonesia ini harus ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh Rencana
Kerja dan Syarat-syarat yang diberlakukan.
b. Gambar Kerja / Shop Drawing
Kontraktor harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk
detail support/penyangga/dudukan berikut perhitungannya yang telah disetujui oleh
Konsultan MK / Pemberi Tugas.
c. Sarana Kerja
Kontraktor diharuskan mengirim;
• Contoh bahan yang akan digunakan untuk disepakati konsultan MK / Pemberi
Tugas.
• Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum dilakukan
pemesanan.
• Menyediakan peralatan kerja yang baik untuk pelaksanaan yang memenuhi
persyaratan keselamatan kerja yang berlaku

d. Pemeriksaan Bahan dan Material


Apabila Konsultan MK / Pemberi Tugas meragukan kualitas bahan atau alat tertentu,
maka bahan tersebut akan dikirim ke laboratorium penyelidikan bahan atas biaya
kontraktor.
e. Ponalakan dan Penyingkiran
Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/Pemberi Tugas, harus segera
disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor dalam waktu 1 x 24 jam.
f. Tahap Pelaksanaan
Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlengkapan
keselamatan kerja yang dibutuhkan harus disediakan. Cara-cara kerja yang kurang
aman atau tidak selamat harus dihindarkan. Kontraktor harus juga memperhatikan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman X – 3


keselamatan kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan lingkungan.
Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan pekerja di job-site, agar tidak
terlalu mengganggu waktu kerja.
g. Seleksi tenaga kerja
Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja, baik mengenai
keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang las pipa, serta kejuruan-kejuruan
lain yang dianggap perlu, harus lulus dari ujian penilaian dari MK/Pemberi Tugas.
Bilamana di kemudian hari dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga yang ternyata
tidak cukup ahli, MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta tenaga kerja tersebut
diganti.
h. Prosedur dan Cara Kerja
Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik (tepat, cepat, dan
selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan kedua hal tersebut kepada
MK/Pemberi Tugas, untuk dimintakan persetujuannya guna pelaksanaan. Hasil kerja
harus menunjukan “workmanship” yang baik dalam bentuk kerapian.
i. Pipa conduit high impact yang dapat menampung kabel tanpa mengurangi tingkat
fleksibilitas kabel bersangkutan bilamana terjadi penggantian yang diperlukan.
j. Tipe kabel dan teknik pemasangannya tersusun dengan topologi yang diperlukan
menggunakan CAT5e atau CAT 6 serta Kabel ITC berbagai tipe dan ukuran yang
berlaku secara standar nasional.
k. Uji coba Nurse Call Systems
Uji coba dilakukan pada saat semua peralatan dan pemograman sistem jaringan telah
terpasang dan mendapat aliran catu daya dari sumber listrik yang terdapat pada lokasi

10.5. Tahap Penyelesaian


a. Pemeriksaan / Commissioning
Pada awal dari tahap penyelesaian perlu diadakan pemeriksaan / commissioning.
Obyek Commisioning adalah membuktikan bahwa setiap peralatan sudah berfungsi,
dengan kuantitas dan kualitas yang diminta. Semua peralatan seperti outlet dan lampu
signal suara sudah berfungsi dan bekerja dengan bagus.
b. Semua kegagalan / kekurang berhasilan harus dicari penyebabnya dan diupayakan
cara-cara mengatasi. Pemeriksaan / Commissioning dilakukan oleh kontraktor, MK
dan User atau Pemberi Tugas. Perlu dibuatkan Berita Acara atas hasil-hasil
pemeriksaan / Commissioning yang telah dilakukan bersama.
c. Serah Terima
Akan dilaksanakan serah terima hasil pekerjaan dari Kontraktor kepada MK/Pemberi
Tugas, apabila operasional penggunaan sistem sentral gas medis tanpa hambatan dan
terukur sesuai standar produk.
d. As Built Drawing
Kontraktor harus membuat As Built Drawing, yaitu gambar instalasi dan sistem yang
terpasang yang sebenarnya. As Built Drawing ini harus secepatnya diserahkan kepada
MK/Pemberi Tugas untuk mendapatkan komentar/koreksi. Kontraktor wajib
mengadakan revisi terhadap as built drawing, dengan petunjuk MK/Pemberi Tugas.
As Built Drawing ini akan menjadi dokumen bagi proyek.
e. Jaminan Pemeliharaan dan garansi produk.
Jaminan Pemeliharaan diberikan selama kurun waktu 90 hari kalender terhitung sejak
berita acara serah terima pekerjaan ditandatangani oleh pihak bersangkutan, serta
garansi ketersediaan barang dan suku cadang diberikan secara Cuma-Cuma dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun termasuk jasa perbaikan yang dilakukan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman X – 4


Pekerjaan Plumbing
II.-1

PASAL 11

PEKERJAAN PLAMBING

(AIR BERSIH, AIR KOTOR, AIR BUANGAN DAN AIR HUJAN)

11.01. U M U M
11.1. PENJELASAN
Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plambing secara
keseluruhan adalah pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan-
peralatan bahan- bahan utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh
instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of
quantity.

11.2. URAIAN PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut :
a. Instalasi Sistem Air Bersih
b. Instalasi Sistem Air Limbah
c. Instalasi Sistem Pengolahan Air Limbah

11.3. GAMBAR KERJA


Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, akan
menyerahkan gambar kerja antara lain sebagai berikut:
a. Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan
dan fixtures.
b. Detail denah perpipaan
c. Detail denah perkabelan
d. Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.
e. Detail lain yang diminta oleh Pemberi Tugas.

11.4. GAMBAR INSTALASI TERPASANG


Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor akan memberi tanda sesuai jalur
terpasang pada Re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, sehingga pada akhir
penyelesaian pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang mendekati
keadaan sebenarnya.
Pekerjaan Plumbing
II.-2
11.5. MATERIAL
Material yang akan didatangkan dan dipasang adalah baru, bebas dari cacat, lengkap
sebagai unit peralatan, asli/orginal dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta.
Jaminan dari uraian tersebut di atas harus dinyatakan berupa dokumen atau Surat
Keterangan dari pabrik pembuat. Material/barang harus didapat dari agen resmi yang
ada di Indonesia yang didukung oleh pabrik pembuat dimana barang diproduksi.
Dokumen/Surat Keterangan resmi ini harus juga dilampirkan pada saat persetujuan
material.

11.6. TENAGA PELAKSANAAN


Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang/tenaga-tenaga yang
ahli dan berkompeten dalam bidangnya, agar dapat memberikan hasil kerja yang
terbaik dan rapi. Untuk pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan harus memberikan surat
pernyataan yang membuktikan bahwa tukang-tukangnya yang melaksanakan
pekerjaan tersebut memang mempunyai pengalaman dan kecakapan. Terutama
orang yang akan mengerjakan pengelasan pipa (tukang las) dan pemasangan
instalasi tembaga haruslah ditunjuk pekerja yang memiliki sertifikat. Pelaksana
Pekerjaan wajib mempunyai PAS INSTALATUR yang dikeluarkan oleh PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) dan Surat Rekomendasi lainnya apabila diperlukan
dalam pekerjaan ini. Pelaksana Pekerjaan harus memiliki Sertifikat Perusahaan
dalam Bidang Plambing dan tenaga yang mempunyai SKA yang dikeluarkan oleh
Asosiasi Perusahaan terkait yang sudah diakreditasi oleh Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi setempat atau Nasional.

11.7. IZIN - IZIN

a. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk


melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan atas
tanggungan dan biaya Pelaksana Pekerjaan.

b. Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan-keterangan


resminya yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini harus
dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan atas tanggungan dan biaya Pelaksana
Pekerjaan.

c. Pelaksana Pekerjaan harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang


dipatenkan, kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan
untuk ini.
Pekerjaan Plumbing
II.-3
d. Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan surat pernyataan mengenai hal ini.

e. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan izin atau keterangan resmi dari pihak
yang berwenang (terkait) sesuai ketentuan yang berlaku setempat yang
diperolehnya mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk ini dan seluruh biaya yang timbul
merupakan tanggungan Pelaksana Pekerjaan.

11.8. KORELASI PEKERJAAN


a. Semua pekerjaan galian dan penimbunan yang ada sehubungan dengan
pekerjaan Plambing baik untuk ukuran dan kesesuaian gambar pelaksanaan
merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan Plambing.

b. Semua pekerjaan pembuatan dudukan/pondasi untuk pompa/mesin dilakukan


oleh Pelaksana Pekerjaan Plambing termasuk pembuatan tali air disekitar
pondasi pompa.

c. Semua penarikan kabel listrik sampai ke panel pekerjaan Plambing yang


dilakukan oleh pihak lain, Pelaksana Pekerjaan Plambing wajib memberikan data-
data dan gambar-gambar yang diperlukan pihak lain yang mengerjakannya dan
menjaga pekerjaan pihak lain untuk kepentingannya.

d. Semua penarikan pipa air bersih yang tidak tercantum dalam gambar-gambar dan
spesifikasi dilakukan oleh pihak lain, Pelaksana Pekerjaan Plambing harus
berkoordinasi dan memberikan data-data, ukuran dan gambar-gambar kepada
pihak lainnya yang mengerjakannya.

e. Seluruh fasilitas listrik, air, sanitair sementara/darurat hendaknya diusahakan oleh


Pelaksana Pekerjaan Plambing serta telah dimasukkan dalam penawarannya.

f. Dalam hal dimana ada lebih dari satu Pelaksana Pekerjaan Plambing dengan
tingkat prioritas tanggung jawab yang sama dan bagian pekerjaannya terletak
berdampingan maka masing-masing Pelaksana Pekerjaan wajib melakukan
perapihan pada bagian pekerjaannya serta melindungi bagian pekerjaan
Pelaksana Pekerjaan lain sedemikian rupa sehingga tidak cacat akibat
pelaksanaan pekerjaan menurut bagiannya.

11.9. SUB PELAKSANA PEKERJAAN

a. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus atau tenaga-tenaga pelaksana


yang ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan
Pekerjaan Plumbing
II.-4
lain-lain maka Pelaksana Pekerjaan dapat menyerahkan sebagian instalasinya
kepada Sub Pelaksana Pekerjaan lain setelah mendapatkan persetujuan pemilik
proyek/Konsultan Pengawas/ Konsultan Perencana.

b. Pelaksana Pekerjaan wajib bertanggung jawab penuh atas segala lingkup


pekerjaannya, baik yang dilaksanakannya sendiri maupun yang telah di sub-
kontrakkan.

c. Pelaksana Pekerjaan harus memiliki Sertifikat Perusahaan dalam Bidang


Plambing dan tenaga yang mempunyai SKA yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Perusahaan terkait yang sudah diakreditasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi setempat atau Nasional.

d. Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana dan Perencana


tidak dapat dituntut bila ada gugatan sub Pelaksana Pekerjaan karena tidak
lancarnya pembayaran yang harus diberikan oleh Pelaksana Pekerjaan Plambing.

11.10. JAMINAN DAN PEMELIHARAAN

a. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan jaminan pabrik (Guaranted of product)


kepada pemilik proyek, terhadap peralatan utama antara lain (unit pompa ) yang
digunakan pada proyek ini selama 1 (satu) tahun.

b. Pelaksana Pekerjaan wajib mengganti atas biaya sendiri setiap bagian


pekerjaannya yang ternyata bercacat atau rusak selama jangka waktu
jaminan/yang tersebut di atas setelah proyek ini diserah terimakan untuk pertama
kalinya, kecuali dinyatakan lain secara tersendiri.

c. Pelaksana Pekerjaan wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-
barang atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi akibat dari
kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu jaminan
setelah proyek ini diserah terimakan untuk pertama kali.

11.11. PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pelaksana Pekerjaan harus


menyerahkan gambar-gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-
Pekerjaan Plumbing
II.-5
cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak ini dalam bahasa
Indonesia.

b. Data-data tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas sebanyak 3 (tiga)


set dan kepada Konsultan Perencana 1 (satu) set.

c. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual,
Instalation Manual, Maintenance Guide, Operating Instruction, Trouble Shooting
Instruction dan brosur-brosur harus asli dan Gambar As Built Drawing.

d. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk


operasi dan perawatan kepada pemilik proyek dan sebuah hendaknya dipasang
dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin
utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.

e. Selain dari pemberian manual ini, Pelaksana Pekerjaan juga harus memberikan
pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada petugas-
petugas teknik (Team Engineering) yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas secara
cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.

f. Merupakan kewajiban/keharusan bagi Pelaksana Pekerjaan untuk memberikan


surat garansi atas peralatan-peralatan utama kepada Pemberi Tugas termasuk
garansi terhadap instalasi pemipaan maupun material pipa/sambungan pipa yang
dipakai pada proyek ini atau yang merupakan scope pekerjaannya.

11.12. SURAT KETERANGAN

Pelaksana Pekerjaan harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari Dinas


Keselamatan Kerja (Depnaker) atau instansi yang berwenang untuk itu, yang
menunjukkan bahwa unit peralatan pompa dan sistem tersebut dapat dipergunakan
serta layak untuk diterima dan digunakan.Pompa-pompa yang bukan submersible
harus terkopel di factory/pabrik di Indonesia.Surat Keterangan keagenan yang
berada di Indonesia untuk material-material import.

11.13. DATA SUKU CADANG

Pelaksana Pekerjaan harus menjamin dengan Surat Jaminan adanya suku cadang
yang mudah diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami
Pekerjaan Plumbing
II.-6
gangguan atau kerusakan dalam waktu yang pendek, baik untuk peralatan utama
maupun peralatan penunjang.

11.14. PERATURAN DAN ACUAN


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada
PeraturanDaerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi
Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait. Pelaksana
Pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional
maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun
standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini
a. Plambing
• Peraturan Daerah (PERDA) setempat
• Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
• Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang &
Morimura.
• SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
b. Pemadam Kebakaran
• SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.
• SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
• Perda Pemda setempat
• Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
•Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum
No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. LETERATURE DAN / ATAU REFERENCE
• National Fire Codes :- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- Mc. Guiness, Stein & Reynolds
- Mechanical & Electrical for Buildings

11.15 SISTEM PERPIPAAN


1. SPESIFIKASI PERPIPAAN
1.1. U m u m
Pekerjaan Plumbing
II.-7
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :
1. Pipa
2. Sambungan
3. Katup
4. Strainer
5. Sambungan fleksibel
6. Penggantung dan penumpu
7. Sleeve
8. Lubang pembersihan
9. Galian
10. Pengecatan
11. Pengakhiran
12. Pengujian
13. Peralatan Bantu
1.2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal
1.3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan
bagian lainnya.
1.4. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan
stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa baja dibawah
tanah diberi lapisan anti karat densotape dengan ketebalan 2-3 mm.
1.5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus
juga terlindung dari cahaya matahari.
1.6. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.

2. SPESIFIKASI BAHAN PERPIPAAN


2.1. Daftar Spesifikasi Bahan Perpipaan

SISTEM Kode Tek. Tek. Std. Tek. Spesifikasi Spesifika


Pekerjaan Plumbing
II.-8
Sistem Kerja Bahan Uji Pipa si
Isolasi
Air dingin AB 10 12.50 15 PP-R PN.10 IA
Dalam gedung
PE-Xa PN 12.5
(untuk diarea unit)
Air dingin AB 10 12.50 15 PP-R PN.10 IA
Diluar gedung
Hidran IH/OH 10 12.50 20 B.40 IA
Diluar gedung
Air limbah ABK 5 15 15 PV.10 IA
Pengaliran
grafitasi
Air hujan AH 5 10 15 PV.10 IA

Air limbah AK 5 10 15 PV.10 IA


Grafitasi toilet
Vent VT - - Ren PV.5 IA
dam
Pipa header HD/ 10 10 15 GIP IA
pompa dan pipa ABK/
air limbah luar AK
Catatn
IA = tidak diisolasi
IB = diisolasi
GRV = Gravitasi
Tekanan uji tidak terbatas pada table ini namun juga harus mengacu pada tekanan actual
pompa

2.2. Spesifikasi PN 10
Penggunaan : Air dingin didalam Gedung (Unit kamar mandi)
Tekanan standard 12,5 bar.Untuk 16mm,20mm,25mm di dalam unit maupun di
plafon

Uraian Keterangan

Pipa : Polypropelene Random Copolymer.


Type: 3 DIN 8078.
Temp: 95 - 100° PN.10.Produk By,Westpex, Toro25, Genova
Sambungan/fitting : Electric Welding. Produk By, Westpex, Toro25, Genova
Polypropelene Random Copolymer.
Type: 3 DIN 8078.
PN : PN.10
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron
RF class 150 lb, screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF class 150 lb, welding joint
Valve & Strainer : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body
class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Pekerjaan Plumbing
II.-9
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan
sambungan flanges.Produksi Kitz , Weflo , Toyo.

2.3. Spesifikasi PN 20
Penggunaan : Air dingin didalam gedung
Tekanan standard 15 bar.Untuk ukuran 32 mm keatas

Uraian Keterangan

Pipa :Cross Linked polyethylene (PE-Xa).


Type : ISO 15875
Temp : 95 - 100° PN.12.5 Produk By Westpex, Toro25,
Genova
Sambungan/fitting : Expander tools. Produk By, Westpex,
Toro25, Genova
Cross Linked polyethylene (PE-Xa).
Type : ISO 15875
PN : PN.12.5

2.4. Spesifikasi PN 10
Penggunaan : Air dingin diluar gedung
Tekanan standard 12,5 bar. Untuk ukuran 20 mm keatas

Uraian Keterangan

Pipa : Polypropelene Random Copolymer.


Type: 3 DIN 8078.
Temp : 95 - 100° PN.10. Produk By, Westpex, Toro25,
Genova
Sambungan/fitting : Electric Welding. Produk By,Westpex, Toro25, Genova
Polypropelene Random Copolymer.
Type: 3 DIN 8078.
PN : PN.10
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron
RF class 150 lb, screwed
Dia 50 mm keatas Forged steel RF class 150 lb, welding
joint.
Valve & Strainer : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body
class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan
sambungan flanges. Produksi Kitz , Weflo , Toyo

2.5. Spesifikasi B 40
Penggunaan : Hydrant
Tekanan Standard 15 bar
Pekerjaan Plumbing
II.-10

Uraian Keterangan
Pipa : Black steel pipe ERW, sch 40, ASTM A 53.
Dia 40 mm kebawah screwed end
Dia 50 mm keatas plain end.
Produksi RISER ,BAKRI.SPINDO.
Sambungan/fitting : Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B 16.3 class 300
lb,screwed end.
Dia 50 mm keatas, wrought steel Butt weld fitting
ANSI B 16.9, sch 40
Flange : Dia 40 mm kebawah black malleable cast iron RF class 300
lb,screwed Dia 50 mm keatas Forged steel RF
class 300 lb, welding joint.
Valves & Strainer : Dia 40 mm kebawah,malleable cast Strainer iron body class
300 Standart UL/FM
lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1.
Dia 50 mm keatas,cast iron body class 300 lb dengan
sambungan flanges. Produksi Kitz ,Weflo , Spindo

2.6. Spesifikasi PV 10.


Penggunaan : Air Limbah pengaliran gravitasi.
Tekanan standard 10 bar.

Uraian Keterangan

Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar.Produksi ex : Vinilon,


Wavin , Rucika
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius, Solvent
Cement joint type.
Reducer : PVC injection moulded sanitary fitting concentric, Solvent
CementJoint Type.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

2.7. Spesifikasi PV 10.


Penggunaan : Air hujan
Tekanan Standard 10 bar.

Uraian Keterangan

Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar .Produksi ex : Vinilon,


Wavin , Rucika
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius atau
Factory Made Fabricated fitting, Solvent Cement Joint atau
Rubber Ring type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

2.8. Specifikasi PV 10
Penggunaan: - Air Limbah Grafitasi Toilet
Tekanan Standard 10 bar.
Pekerjaan Plumbing
II.-11

Uraian Keterangan

Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 10 bar.Produksi ex : Vinilon,


Wavin , Rucika
Elbow & Junction : PVC Injection Moulded Sanitary fitting large radius atau
Factory Made Fabricated fitting, Solvent Cement Joint atau
Rubber Ring type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

2.9. Spesifikasi PV
Penggunaan : Pipa Venting
Tekanan standard 5 bar (klas AW).

Uraian Keterangan

Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar.Produksi ex : Vinilon,


Wavin ,Rucika
Fitting : PVC Injection Moulded pressure fitting, Solvent Joint type.
Reducer : Seperti diatas, model concentric.
Solvent Cement : Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.

2.10. Spesifikasi GIP


Penggunaan : Header pada Pompa dan Pipa Air limbah
Tekanan standard 10 Bar

Uraian Keterangan

Pipa : Galvanized Steel pipe BS 1387/1967 class medium.


Fitting dan sambungan : Dia 40 mm kebawah malleable iron ANSI B 16,3 class 150 lb,
screwed end.Dia 50 mm keatas, wrought steel butt weld fitting
ANSI B 16.9, sch 40
Flange : Dia 40 mm kebawah Galvanized malleable cast iron RF class
150 lb.Screwed Dia 50 mm keatas forged steel RF class 150
lb. Welding joint.
Valve&strainer :Dia 40 mm ke bawah, bronze atau A-metal body class 150 lb
Dengan sambungan ulir BS 21/ANSI B 2.1.Dia 50 mm keatas,
cast iron body class 150 lb dengan sambungan flanges
Pekerjaan Plumbing
II.-12
2.11. Skedule katup

Katup Isolasi Katup Pengatur Katup Searah


PEMAKAIAN < 40 mm 50 mm <40 mm 50 mm <40 mm 50 mm
dia ke atas dia ke atas dia ke atas
Air bersih di dalam Gate Butterfly Globe Butterfly Swing Guided
gedung membrane
Air bersih di Gate Butterfly Globe Butterfly Swing Guided
luar gedung membrane
Air panas di Gate Butterfly Globe Butterfly Swing Guided
dalam gedung membrane
Hydrant Gate Butterfly Globe Butterfly Swing Guided
membrane
Drain Gate Butterfly Globe Butterfly Swing Double
disc

2.12. Persyaratan jenis peralatan


Jenis peralatan yang boleh dipergunakan di sini adalah sebagai berikut :

Fungsi peralatan Ukuran & Joint W.O & G Steam

Katup penutup s/d 40 mm Ball Globe


(stop valve) screwed Butterfly
Gate
Diaphargm

50 mm ke atas Butterfly Globe


Flanged Globe

Katup pengatur s/d 40 mm Globe Globe


(Regulating valve) screwed Butterfly
Diaphargm

50 mm ke atas Butterfly Globe


Flanged Globe

Non return valve s/d 40 mm Swing check


screwed
Globe check

50 mm ke atas double swing check


Flanged
disk check

Strainer “Y” type


“Bucket” type

Pressure Reducer Die and flow type

Pressure Indicator Dial dia 100 mm Dial type

Note : W = water, O = Oil, G = Gas.


Pekerjaan Plumbing
II.-13

3. PERSYARATAN PEMASANGAN
3.1. Umum
1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar minimum 300 mm dari lantai, serta memperkecil
banyaknya penyilangan.
2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari
50mm di antara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang,membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/ runcing serta
penghalang lainnya.
4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan
antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan
fungsi system dan yang diperlihatkan dalam gambar.
5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan
water mur atau flens.
6. Sambungan kombinasi pipa PPR dan PE-Xa, menggunakan fitting ulir.
7. Sambungan lengkung, reducer dan expander sistim dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
8. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut,
kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
a. Di bagian dalam toilet
Garis tengah 50 mm2 - 100 mm2 atau lebih kecil :
1%-2%
b. Di bagian dalam bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
c. Di bagian luar bangunan
Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %
Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %
9. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik buangan.
Pipa pembuangan dan ven harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan. Untuk pembuatan vent pembuangan hendaknya dicari titik
terendah dan dibuat cekung. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah
dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled)
tidak boleh menukik.
Pekerjaan Plumbing
II.-14
10. Sambungan-sambungan fleksibel pada sistem pemipaan harus dipasang
sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah
tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja ke
arah memanjang.
11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan
fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-
pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan
terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.
13. Selubung pipa harus disediakan di mana pipa-pipa menembus dinding, lantai,
balok, kolom atau langit-langit. Di mana pipa-pipa melalui dinding tahan api, celah
kosong di antara selubung dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-wool
atau bahan tahan api yang lain, kemudian harus ditambahkan sealant agar kedap
air. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup
dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda
lain.
14. Untuk setiap pipa yang menembus dinding harus menggunakan pipa flexible untuk
melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur gedung.
15. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan kembali
sehingga kembali seperti kondisi semula.
- Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm di bawah permukaan tanah.
- Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15-30 cm untuk
bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa
batu-batuan atau benda keras yang lain.
- Untuk pipa di dalam tanah pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton
pada jarak 2 - 2,5 m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.
16. Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur bangunan.
17. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik .
18. Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor yang membentuk sudut 90
°, harus digunakan 2 buah elbow 45 ° dan dilengkapi dengan clean out serta arah
dan jalur aliran agar diberi tanda.

3.2. Penggantung dan Penumpu Pipa


Pekerjaan Plumbing
II.-15
1. Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel
dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau
perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam
tabel berikut ini :

Jenis Pipa Ukuran Pipa Batas Maximum Ruang


(mm)
Interval Interval
Mendatar Tegak
(m) (m)

-----------------------------------------------------------------------
Sampai 20 1.8 2
-----------------------------------------------------------------------
25 s/d 40 2.0 3
-----------------------------------------------------------------------
Pipa GIP 50 s/d 80 3.0 4
-----------------------------------------------------------------------
100 s/d 150 4.0 4
-----------------------------------------------------------------------
200 atau lebih 5.0 4
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
50 0.6 0.9
80 0.9 1.2
Pipa PVC 100 1.2 1.5
150 1.8 2.1
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan :
Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka
jarak interval yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil
yang ada.
2. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini :
a. Perubahan perubahan arah Titik percabangan.
b. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.
3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
a. Diameter Batang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ukuran Pipa Batang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 5.
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas
Penunjang pipa lebih dihitung dengan faktor keamanan 5 terhadap
dari 2 kekuatan puncak.
Pekerjaan Plumbing
II.-16
b.Bentuk gantungan.
- Untuk air dingin : Split ring type atau Clevis type.
4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
5. Semua pipa dan gantungan, penumpu sebelum dicat, harus memakai dasar
zinchromat dan pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

NO JENIS CAIRAN WARNA PIPA


1. Air Bersih Biru
2. Air Kotor Hitam
3. Air Bekas CokIat
4. Air Pemadan Kebakaran Merah
5. Pipa gas Kuning

3.3. Cara pemasangan pipa dalam tanah.


1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda- benda keras/ tajam.
3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan
adukan semen.
4. Urugan pasir sekeliling dasar pipa dan dipadatkan.
5. Pipa yang telah tersambung diletakkan di atas dasar pipa.
6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.
7. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada urugan pipa bagian atas harus dilindungi
plat beton bertulang setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat
beton tidak bertumpu pada pipa dan tidak mengganggu konstruksi jalan, kemudian
baru ditimbun dengan baik sampai padat.
3.4. Pemasangan Katup-katup.
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk
bagianbagian berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan.
b. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik- titik rendah.
- Di ruang Mesin
UKURAN PIPA UKURAN KATUP
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih besar 50 mm

- Lain-lain, ukuran katup 20 mm


c. Katup by-pass.
3.5. Pemasangan Katup-katup Pengaman.
Pekerjaan Plumbing
II.-17
- Katup - katup Pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan
sumber tekanan.
3.6. Pemasangan sambungan fleksibel.
- Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dan menghindari
terjadinya retak/patah pipa akibat penurunan tanah dan struktur bangunan.
3.7. Pemasangan Pengukur Tekanan.
Pengukur tekanan harus disediakan dan di tempatkan pada lokasi dimana tekanan yang
ada perlu diketahui :

a. Katup-katup pengurang tekanan.

b. Katup-katup pengontrol.

c. Setiap pompa

d. Setiap bejana tekan


Diameter pengukur tekanan minimum Dia. 75 dengan pembagian skala ukur
maksimum 2 kali tekanan kerja.
3.8. Sambungan ulir
1. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk
ukuran sampai dengan 40 mm.
2. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
3. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zink white dengan
campuran minyak.
4. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
5. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
6. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
3.9. Sambungan Las
1. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
2. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fittinglas. Kawat las atau electrode
yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
3. Sebelum pekerjaan las di mulai Pemborong harus mengajukan kepada Direksi contoh
hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
4. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mempunyai
surat ijin tertulis dari Direksi.
5. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
6. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut
penilaian Direksi.
Pekerjaan Plumbing
II.-18

3.10. Sambungan lem


1. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan alat
press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat pemotong
khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
3. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik
pipa.

3.11. Sambungan yang mudah dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :
- Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve
- Pada waste fitting dan Siphon.
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan bukan seal threat.

3.12. Pemasangan katup-katup Pelepasan Tekanan.


Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin
timbul kelebihan tekanan.

3.13. Pemasangan Ven Udara Otomatis.


Ven udara otomatis harus disediakan di tempat- tempat tertinggi dan kantong udara,
serta ditempatkan yang bebas untuk melepaskan udara dari dalam.

3.14. Pemasangan sambungan expansi.


- Sambungan expansi harus disediakan pada penyambungan antara pipa dari luar
bangunan dengan pipa dari dalam bangunan untuk menghindari terjadinya patah
ataupun bengkok akibat terjadinya penurunan tanah ataupun struktur bangunan.

3.15. Pemasangan Ven Udara Otomatis.


- Ven udara otomatis harus disediakan ditempat- tempat tertinggi dan kantong udara.
3.16. Selubung Pipa.
1. Selubung untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton.
Pekerjaan Plumbing
II.-19
2. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di
luar pipa ataupun isolasi.
3. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
4. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air ( water proofing ) harus dari jenis "Flushing Sleeves".
5. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau
"Caulk"
3.17. Katup Label (Valve Tag)
1. Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.
2. Fungsi-fungsi seperti "Normally Open" atau "Normally Close" harus ditunjukkan di
tags katup.
3. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.
3.18. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di
setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara- cara/ metoda-
metoda yang disetujui sampai semua benda- benda asing disingkirkan.
Desinfeksi :
Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l chlor selama 1
jam setelah itu dibilas.
Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan setelah itu
dibilas.

4. P E N G U J I A N
1. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :
a. Pemeriksaan sebagian- sebagian.
b. Pemeriksaan setelah pemasangan.
2. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem sudah
memenuhi dan sesuai dengan rencana.
a. Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.
b. Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar harus dites terlebih dahulu
sebelum diurug, dengan bagian perbagian, dengan tekanan 1 1/2 x tekanan kerja
selama 1 jam tanpa ada penurunan tekanan (antara 10 kg/cm2) dan dilanjutkan
pengujian per sistem.
Pekerjaan Plumbing
II.-20
c. Setelah alat plambing dipasang, dites selama ± 2 menit tanpa penurunan
tekanan, berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan
ditentukan oleh pengawas.
d. Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada penurunan
tinggi air.
e. Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai PPI
dengan sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih, baik yang di pipa atau di tangki.
f. Setelah itu dibersihkan ( dibilas ) dengan air bersih.
g. Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa khusus
untuk pengetesan.
h. Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan pengujian
sistem aliran sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam perencanaan
seperti kapasitas pompa, kebisingan pompa ( ± 60 dB ), tekanan air keluar kran
dia.0,3 kg/ cm2 ) dan lain-lain.
i. Semua pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan
sertifikat oleh Pemberi Tugas.

5. PENGECATAN
5.1. U m u m
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut:
- Pipa servis
- Support pipa dan peralatan Konstruksi besi
- Flens
- Peralatan yang belum dicat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus diperbarui
- Pengecatan pada pipa air bersih dan air panas hanya di beri tanda arah panah jalur
pipa tersebut.
- Untuk pipa pemadam pengecatan harus berwarna merah dan harus dapat memberi
indikasi adanya Instalasi Peadam Kebakaran.

6. TESTING DAN COMMISSIONING


1. Pemborong pekerjaan instalasi akan melakukan semua testing pengukuran secara
partial dan secara system, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi yang sudah
dilaksanakaan berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pekerjaan Plumbing
II.-21
2. Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing merupakan tanggung
jawab pemborong, sehingga semua persyaratan test yang dianjurkan oleh pabrik
hingga dapat dilakukan dan diketahui hasil test sesuai persyaratan yang ditentukan.

11.16. SISTEM AIR BERSIH DAN AIR PANAS


1. LINGKUP PEKERJAAN
Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Tangki Persediaan Air Bersih
b. Pompa Suplai
c. Pemipaan
d. Pengkabelan
e. Panel Listrik
f. Peralatan Instrument dan pengendalian
g. Penyambungan ke peralatan penunjang
h. Penyambungan ke peralatan plambing.

2. PERATURAN DAN REFERENSI


Peraturan & Referensi yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini
antara lain adalah:
a. Pedoman Plambing Indonesia tahun 1975
b. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Soufyan & Moimura)
c. National Plumbing Code Handbook ,1975.
d. PU
e. Depnaker.
f. Depkes.

3. PERALATAN UTAMA
3.1 Tangki Persediaan Air Bersih
a. Tangki persediaan air bersih terletak di area service Basement (Ground Water
Tank). Tangki air bawah berfungsi untuk menyediakan air untuk kebutuhan
cadangan selama 2 (dua) hari, dengan kualitas sesuai standart Depkes RI tahun
1990.
b. Tangki air harus dibuat dari konstruksi higenis dengan ketentuan sebagai berikut :
b.1. Membuat kemiringan pada lantai, sehingga terjadi aliran air minimum selama
20 menit.
b.2.Tanpa sudut tajam
Pekerjaan Plumbing
II.-22
b.3. Mempunyai bak pengurasan pada dasar tangki
b.4. Mencegah air tanah dan air hujan masuk ke dalam tangki
b5. Permukaan dinding licin dan bersih
c. Sumur Hisap. Untuk memperkecil volume air mati pada pipa isap pompa, maka
harus dibuat sumur hisap pada tangki air.
d. Tangki air bawah dapat dibuat dari beton berlapis fiberglass reinforced plastic, atau
dengan konstruksi beton yang kedap air.
e. Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :
- Manhole
- Tangga
- Pipa Vent penghubung maupun vent ke udara luar
- Pipa peluap dan pipa penguras
- Indicator muka air
- Selubung untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel dsb.
f. Sistem Pengendalian
- Muka air dalam tangki air atas mengendalikan pompa pemindah.
- Pompa akan hidup pada saat air turun mencapai muka air tertentu
- Pompa akan mati bila muka air sudah mendekati tepi pipa peluap
3.2. Pompa Transfer
a. Pompa pemindah berfungsi untuk memindahkan air dari tangki air bawah ke tangki air
atas.
b. Sistem pompa pemindah sekurang-kurangnya terdiri dari 2 ( dua ) pompa.
c. Pompa pemindah akan bekerja otomatis oleh level switch yang dipasang di tangki
bawah maupun tangki atas.
d. Setiap pompa pemindah antara lain terdiri dari :
- Pompa Multi Stage lengkap dengan motor
- Inlet dan Outlet headers.
- Katup – katup inlet dan outlet
- Check valve anti pukulan air
- Inlet Strainers.
- Panel daya dan Pengendalian
- Level switch untuk ON / OFF.
- Level switch untuk proteksi pompa
- Pengkabelan
- Penunjuk tekanan pada inlet dan outlet pompa
- Dudukan pompa.
Pekerjaan Plumbing
II.-23
e. Pengaturan pompa adalah sebagai berikut :
- Pompa bekerja apabila muka air di tangki atas turun mencapai level L dan
akan stop apabila muka air naik sampai level H.
- Semua pompa akan tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki bawah turun
sampai level LL.
3.3 Pompa Booster/Distribusi
a. Pompa Booster berfungsi untuk mengalirkan air ke alat- alat plambing pada lantai-
lantai yang membutuhkan, dan harus mampu menjaga tekanan air didalam pipa pada
setiap lantai merata.
b. Pompa Booster harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai setiap variasi
laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
c. Setiap boster pump harus mempunyai sekurang-kurangnya terdiri dari 2 pompa dan
paling banyak 4 pompa yang bekerja pararel sedangkan laju aliran masing-masing
pompa dalam berdasarkan standard pabrik perakit booster pump.
d. Peralatan kendali, untuk laju aliran sampai dengan 40 m3/jam boleh mempergunakan
Pressure Control System.
e. Setiap booster pump antara lain terdiri dari peralatan sbb :
-Pompa Multi Stage dengan motor
-Tangki tekan dengan tipe membrane
-Inlet dan Outlet header
-Katup-katup inlet dan outlet
-Check valve anti pukulan air
-Inlet strainers per pompa
-Panel daya dan pengendalian
-Variable Speed kontrol flow monitor switch / VSD / MPC
-Pressure gauges pada inlet dan outlet pompa
-Pengkabelan
-Dudukan pompa
f. Pengaturan pompa pada sistem pressure control
- Pompa pertama bekerja apabila tekanan air dijaringan Yang Variable flow .
- Pompa kedua bekerja apabila tekanan air di jaringan masih turun sampai ambang
batas pressure control dan seterusnya.
- Pompa pertama, kedua dan seterusnya berhenti apabila tekanan air di jaringan
pemakai naik sampai ambang batas dan seterusnya.
- Penentuan daerah kerja pompa juga ditentukan oleh kurva pemilihan pompa yang
akan dipakai.
Pekerjaan Plumbing
II.-24
- Pompa yang sedang bekerja dapat tiba-tiba berhenti apabila muka air di tangki
hisap turun sampai batas LL, dan akan kembali normal apabila muka air naik
sampai batas “ L ”.
3.4 SAND FILTER
1. Sand Filter berfungsi meningkatkan mutu air
2. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap 3 hari sekali selama 5 – 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut.
3. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media automatic /
manual backwash
4. Laju aliran maksimum adalah 10m2/m2/jam
5. Bahan tanki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze atau
stainless stell
6. Filter terdiri dari :
• Tangki termasuk screen
• Filter media
• Valves
• Interconnecting piping
• Instruments
• Life Indicator
7. Kapasitas Sand Filter 0,5 m3 / menit
8. Perpipaan

3.5 CARBON FILTER


1. Carbon Filter berfungsi menghilangkan bau yang terdapat di dalam air
2. Backwash (pencucian filter) harus dilakukan setiap 3 hari sekali selama 5 – 10 menit,
pada saat beban pemakaian air surut
3. Filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi media automatic /
manual backwash
9. Laju aliran maksimum adalah 10m2/m2/jam
10. Bahan tanki terbuat dari wound polyester sedangkan screen terbuat dari bronze atau
stainless stell
11. Filter terdiri dari :
• Tangki termasuk screen
• Filter media
• Valves
Pekerjaan Plumbing
II.-25
• Interconnecting piping
• Instruments
• Life Indicator
12. Kapasitas Sand Filter 0,5 m3 / menit
13. Perpipaan

4. SKEDUL PERALATAN AIR BERSIH


1. Pompa Transfer
- Type : Vertikal Multistage
- Kapasitas : 300 liter/menit
- Tekanan : 145 m.
- Motor Rated : 18 kw ; 380 V/III Phase/50 Hz
- Shaft Seal : Mechanical
- Casing : Cast Iron/Standard Manufacturer
- Speed : 1450 rpm.
- Base Frame : Cast Iron or Steel
- Efisiensi : Minimum 80%
- Impeler : Bronze / Stainless Stell
- Produksi : Wilo, Grundfos

2. Pompa Distribusi
- Type : Packaged Booster Pump Standard Manufacturer ( Out Door
Type ),Lengkap dengan tangki tekan kap 19 liter , (Variable
Speed System/VSD / MPC
- Kapasitas : 300 liter/menit
- Tekanan : 20 m
- Motor Rated : 2.2 kw ; 380/III Phase/ 50 Hz
- Shaft Seal : Mechanical
- Casing : Cast Iron/Standard Manufacturer
- Speed : 1450 rpm
- Base Frame : Cast Iron or Steel
- Efisiensi : Minimum 80%
- Produksi : Wilo, Grundfos

3. Roof Tank ( RT ) Gedung


Pekerjaan Plumbing
II.-26
- Type : FRP Panel
- Kapasitas : 28 m3
- Material : Fiberglass
- Produksi : BIOSEVEN, JAYATECH, BIOTECH, FIBERTECH

5. SISTEM AIR LIMBAH


5.1. LINGKUP PEKERJAAN
Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air limbah disini antara lain adalah sbb
:
1. Perpipaan
2. Penyambungan dengan peralatan Plambing
3. Floor Drain
4. Clean Out
5. Roof Drain
5.2. PERPIPAAN
1. Umum
- Macam perpipaan air limbah adalah, Air Hujan, Air Limbah Saniter, Limbah Dapur.
- Jenis pipa lihat "SPESIFIKASI PERPIPAAN".
2. Limbah Saniter
Perpipaan Limbah Saniter mulai dari Alat Saniter antara lain Kloset, Urinal,
Lavatory, dan Floor Drain, sampai saluran halaman melalui septik tank.
3. Limbah Air Hujan
Perpipaan air hujan mulai dari roof drain dan kanopy drain diatap dialirkan
kedalam sumur resapan sebelum dialirkan kesaluran kota. Khusus fitting air hujan
mempergunakan cast iron.
5.2. BAK SEWAGE / SUMP PIT
1. Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus dibuat bak Sump Pit
seperti diuraikan disini.
2. Bak Sump Pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang, badan rapat air
sedangkan tutup harus rapat udara.
3. Setiap bagian Sum Pit harus dapat dipompa, maka dasar bak harus miring 1 : 10
kearah pompa sedangkan semua ujung sudut dibuat 135 °.
4. Bak Sump Pit harus dilengkapi sbb :
- Sleeve untuk pipa sewage masuk dan keluar
- Sleeve untuk pipa ven
- Sleeve untuk kabel-kabel.
Pekerjaan Plumbing
II.-27
- Level switches untuk kendali pompa.
- Level switch untuk alarm banjir.
- Tangga monyet
- Manhole untuk laluan pompa (2 buah)
5.3. POMPA SUMP PIT
1. Setiap bak Sump Pit minimum harus dipasang dua buah pompa Submersible.
2. Tipe pompa harus Submersible Sewage dengan komponen sbb :
- Cast Iron Casing
- Cast iron vortex type Impeller with knife.
- Stainless steel shaft
- Silicon Carbide
- Heavy duty grease lubricated bearing
- Stainless steel casing guide rail support
- Quick discharge coupling
3. Spesifikasi motor sbb :
- Squirrel cage induction type ( IP 68 )
- Winding insulation class F
- Water tight
- Vertically mounted
4. Sistem kendali motor pompa
- Start dan stop diatur secara otomatis oleh level switches yang berada di bak
sewage.
- Pompa bekerja secara bergantian dan bersamaan.
- Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
- Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
- Pengaturan kerja pompa dilakukan dari panel kontrol pompa.

5.4. SUMUR PERIKSA (CONTROL BOX).


1. Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap jarak
maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
2. Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton.
3. Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm serta harus dibuat
beralur sesuai fungsi saluran yaitu, lurus, cabang atau belokan.
4. Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole dan pipa vent.
5. Tutup sumur periksa dapat terbuat dari Stainless steel atau baja yang dilapisi anti
karat.
Pekerjaan Plumbing
II.-28
5.5. MANHOLE
1. Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat bitumen.
2. Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi grease akan
terbentuk penahan bau.
3. Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan untuk
laluan peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut.
4. Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.
5. Tutup untuk manhole terbuat dari baja tahan karat atau stainless steel.
5.6. SUMUR RESAPAN
1. Rembesan yang dimaksud disini adalah untuk memasukkan air hujan yang berasal
dari pipa riser sebelum dialirkan over flow nya ke selokan kota.
2. Air yang akan dimasukkan dalam rembesan adalah air hujan.
3. Jenis rembesan yang dimaksud disini adalah sumur rembesan, pekerjaan sumur
rembesan akan merupakan pekerjaan divisi sipil/ konstruksi.
4. Konstruksi sumur rembesan antara lain sbb :
- Dasar sumur berupa batu kerikil
- Dinding sumur berupa dinding berlubang yang dibuat dari beton atau beton blok
berlubang.
- Tutup dibuat dari plat beton/ plat baja
- Diantara tanah dan dinding luar harus diisi koral dan ijuk sesuai gambar.
5. Rembesan hanya dapat berfungsi dengan baik didaerah yang mempunyai lapisan
pasir kasar, maka bidang rembesan harus berada dilapisan pasir kasar.

5.7. PERANGKAP LEMAK (GREASE INTERCEPTOR PORTABLE)


1. Grease Interceptor harus berfungsi untuk mengumpulkan serta mengeluarkan
kandungan padat dan lemak maupun kandungan ringan yang terbawa dalam limbah
dapur / Setiap Zink dilengkapi grease trap portable.
2. Endapan padat harus dapat berkumpul dalam basket, selanjutnya secara berkala
akan diangkat oleh petugas pembersihan.
3. Lemak harus dapat berkumpul dalam bak lemak dan selanjutnya secara berkala
akan dikeluarkan oleh petugas pembersihan.
4. Grease Interceptor dapat dibuat dari stainless steel atau fiber glass dengan
kapasitas 15 liter.
5. Grease Interceptor harus dibuat dengan konstruksi higenis sesuai dengan standard
DIN 4040 jenis kombinasi.
5.8. FLOOR DRAIN
Pekerjaan Plumbing
II.-29
1. Floor drain yang dipergunakan disini harus jenis Bucket Trap, Water Prooved type
dengan 50mm Water Seal dan dilengkapi dengan U trap.
2. Floor Drain terdiri dari:
- Chromium plated bronze cover and ring.
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with flange for water
prooving.
3. Floor Drain harus mempunyai ukuran utama sbb.:
Outlet diameter Cover diameter
2" 4"
3" 6"
4" 8"
5.9. FLOOR CLEAN OUT
1. Floor Clean Out yang dipergunakan disini adalah Surface Opening Waterprooved
Type
2. Floor Clean Out terdiri dari:
- Chromium plated bronze cover and ring heavy duty type
- PVC neck
- Bitumen coated cast iron body, screw outlet connection with flange for
waterprooving.
3. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karet sehingga
mudah dibuka dan ditutup.
5.10. ROOF DRAIN
1. Roof Drain yang dipergunakan harus dibuat dari Cast Iron dengan konstruksi
waterproove Produksi RISE.
2. Luas laluan air pada tutup roof drain ialah sebesar dua kali luas penampang pipa
bangunan.
3. Roof Drain harus terdiri atas 3 bagian sebagai berikut :
- Bitumen Coated Cast Iron Body dengan water prooved flange.
- Bitumen Coated Neck for adjustable fixing.
- Bitumen Coated cover dome type

5.11. CANOPY DRAIN


Canopy Drain yang dipergunakan adalah Floor Drain Bucket Trap Type (lihat skematik
Floor Drain).
5.12. P" TRAP
Pekerjaan Plumbing
II.-30
P" TRAP yang digunakan disini harus jenis single inlet.
Tinggi Air minimum pada Trap 8 cm.
P" TRAP yang digunakan disini harus dibuat dari PVC class 5 kg/cm2.
Pemasangan P” TRAP pada setiap FD kamar mandi dan pada jalur utama pipa
buangan air limbah yang menuju bak sewage.
Pekerjaan Plumbing
II.-31

PRODUK INSTALASI PLAMBING

No. URAIAN MERK

1. Pompa centrifugal dan pompa Wilo, Grundfos


Boster (paket)
2. Bio Septictank Bioseven , jayatech , biotech , fibertech
3. Pipa Galvainized GIP PPI, Bakrie, Spindo
4. Fitting class 10 K Kitz , Weflo , Toyo
5. Pipa PPR PN 10 Westpex, Toro , Genova
6. Pipa PE-Xa PN 12.5 Westpex, Toro, Genova
7. Pipa PVC Vinilon, Wavin , Rucika
Klass AW 12,5 kg/cm
8. Fitting Pipa PVC Vinilon, Wavin , Rucika
9. Flow Switch PENN, Potter
10. Gate Valve Class 20 K Kitz , Weflo , Toyo
Class 10 K

11. Globe Valve Class 20 K Kitz , Weflo , Toyo


Class 10 K

12. Air Vent Valve Yoshitake, Fushiman, Sam Yang


13. Flexible Joint Class 10 K Kitz , Weflo , Toyo
14. Level Switch Fanal
15. Pressure Gauge Nagano
16. Roof Drain Antasan, Batur, Kharisma, T-Drain
17. “P” Trap Rucika, Austindo
18. Water meter Kimco, Slumberger, Weistinghouse
19. Roof tank Bioseven , Jayatech , Biotech , Fibertech
Pasal 12
Instalasi Hydrant dan Sprinkler

12.1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan instalasi hydrant dan
sprinkler berikut peralatan bantunya serta ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan
oleh Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan ini.

12.2. Lingkup Pekerjaan


1. Pengadaan dan pemasangan pipa hydrant dan sprinkler dari tandon bawah ke alat-alat
penerimaan ( Fire House Cabinet dan unit Sprinkler ) dalam bangunan lengkap dengan
sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan.
2. Menyelenggarakan percobaan-percobaan dan acceptance test.
3. Menyelenggarakan program pelatihan bagi petugas keamanan dan karyawan tentang
pengetahuan sistem dan operasinya.

12.3. Uraian Pekerjaan


1. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan
pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem yang baik dan
sempurna.
2. Pekerjaan instalasi pemadam kebakaran ini harus dikerjakan oleh instalator yang telah
mempunyai Surat Pengakuan (PAS) dari Instansi terkait (Dinas PMK) maupun dari
Pemerintah Daerah setempat yang berlaku.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan beserta perlengkapannya
harus sesuai dengan gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi hydrant dan sprinkler harus seijin /
disaksikan Direksi Lapangan.
5. Persyaratan pemipaan instalasi Hydrant dan srinkler, meliputi :
a. Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi Hydrant dan Sprinkler adalah pipa Black
Steel Pipes (BS) Class Sch. 40, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat
dari bahan yang sama dengan pipa tersebut.
b. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa
sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus menyesuaikan
kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan
Direksi Lapangan.
c. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu
pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan,
pembengkokan pipa tidak diperkenankan.
d. Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan dengan cara las.
e. Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan
Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang
memadai.

12.4. Pengadaan dan Pemasangan


Kontraktor harus mengadakan dan memasang seluruh peralatan untuk bekerjanya sistem
pemadam kebakaran yang meliputi :
1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pipa hidrant lengkap dengan asesorisnya
(fitting, katub dan lain-lain) sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi
teknis.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 1


2. Pengadaan dan pemasangan kotak hidrant (termasuk selang, nozzle, hose rack,
landing valve, dll), pilar hidrant dan sambungan dinas lengkap dengan asesorisnya
sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
3. Pembersihan pipa mengunakan aliran air yang bertekanan dari pompa yang
disediakan oleh Kontraktor.
4. Pengujian kebocoran instalasi pemipaan hidran dengan pengujian tekanan hidrolik
yang dilakukan secara bertahap (bagian perbagian), kemudian dilanjutkan secara
keseluruhan setelah jaringan pemipaan terpasang semuanya, hingga sistem tersebut
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan.
5. Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus .
Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban
yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran
bolt yang dipakai disesuaikan dengan ukuran pipa.
6. Pemasangan pompa-pompa kebakaran harus sesuai dengan sistem yang diinginkan
dan persyaratan teknis dari pabrik, yang diproduksi oleh WILO, GRUNDFOS
Main Diesel Fire Pump
Type : Horizontal Split Case
Kapasitas : 750 Gpm
Total Head : 85 meter
Standart : NFPA 20
Engine : Iveco, Clarke
Lengkap Panel Control NFPA-20 Standard
Main Electric Fire Pump
Type : Horizontal Split Case
Kapasitas : 750 Gpm
Total Head : 85 meter
Standart : NFPA 20
Lengkap Panel Control NFPA-20 Standard
Jockey Fire Pump
Type : Vertical Multi Stage
Kapasitas : 100 Lpm
Total Head : 90 meter
Lengkap Panel Control NFPA-20 Standard

7. Pompa harus dipasang sedemikian sehingga getaran yang ditimbulkan dapat diisolir.
Peredam getaran yang dipilih untuk defleksi statis yang sesuai beratnya.

12.5. Material / Bahan Yang Dipakai


1. Pipa Black Steel Pipe BS-40-1387/1967 Sch. 40 beserta perlengkapannya produksi
ex. Spindo, Bakrie, PPI diameter sesuai gambar.
2. Semua fitting (Gate valve, Check Valve, Floating, Foot Valve, Preasure Reducing
Valve dll) dari bahan Black Steel Pipe BS-40-1387/1967 Sch. 40 produksi ex. Kitz,
Weflo, Toyo.
3. Seluruh katub yang dipasang di pemipaan pemadam kebakaran harus dari jenis fire
fighting valves yang mempunyai tekanan kerja 300 psi dan tekanan test 700 psi (kelas
300). Khusus gate valve yang dipasang harus tipe OS&Y (Outside Screw & Yoke).
Katub harus UL Listed dan FM Aprroved.
Spesifikasi material gate valve harus seperti berikut ini :
a. Body : cast iron

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 2


b. Bonnet : cast iron
c. Disc : cast iron
d. Hand Wheel : cast iron
e. Stem : brass
f. Bolt and nut : steel
g. Yoke : cast iron
h. Finishing : red epoxy coating

4. Sprinkler yang digunakan adalah :


a. Type Pendant
Model : H Standard Response
Nominal Orifice : ½” ( 15 mm ), 68 °C
NPT : ½” ( 15 mm )
K-Factor : 5,6 ( 8,1 )
b. Type Sidewall
Model : H Standard Response
Nominal Orifice : ½” ( 15 mm ), 68 °C
NPT : ½” ( 15 mm )
K-Factor : 5,6 ( 8,1 )
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi, satu merk dan dilengkapi garansi
dari Principal pemegang merk resmi.

Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :


Bahan / Peralatan /Standart Merk / Pembuat

1.Sprinkler head, UL/FM : Protector, Preusag, Victaulic


2.Branch Control Valve : Protector, Preusag, Victaulic
3.Main Control Valve, UL/FM : Protector, Preusag, Victaulic

5. Kotak Hidrant, Pilar Hidrant dan Siemesse Conncetion


a. Pilar Hidrant dan Siamese Connection
Pilar hidrant dan siamese connection yang digunakan adalah dengan 2 buah
outlet dia. 2½” vander heyde lengkap dengan tutup dan rantainya. Selain ball
valve pada outlet pilar hidrant juga harus dilengkapi dengan main valve dan
fasilitas drainnya.
Model : Two Ways
Produksi : ex. Protector, Appron, Yamato.
Preasure : Standard JIS 10 K
Kelengkapan : Main valve & Ball Valve
Siamesse Connection yang digunakan type Wall model S.7 dengan VDH produksi
ex. Protector, Appron, Yamato.
b. Kotak Hidrant – In Door
Kotak hidrant In door lengkap dengan hose / selang yang panjangnya 40 meter
diameter 2½” dan nozzle juga diameter connection 2 ½”. Box ini harus dilengkapi
dengan kunci, dimana anak kuncinya diletakkan pada sebuah kotak kaca pada
pintu box tersebut.
Model : Indoor Type B
Produksi : ex. Protector, Appron, Yamato.
Preasure : Standard JIS 10 K

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 3


Kelengkapan : rol fire house, hydrant valve, seamless nozzle, hose rack
& hydrant valve
c. Warna Kotak Hidrant
Kotak hidrant, pilar hidrant dan siamese connection harus berwarna merah gelap
dengan tulisan warna putih yang jelas.
6. Safety, Automatic Air Release Valve dan Preasure Relief Valve yang digunakan
produksi ex. Protector, Appron, Yamato.
7. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.

12.6. Cara pemasangan


1. U m u m
a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan pemadam kebakaran sesuai
dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini.
b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum.
Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar
kerja oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
c. Pemasangan Pipa :
- Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen jendela,
rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup
untuk pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya.
- Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor harus
segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas, untuk mendapat
penyelesaian.
- Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan
lain-lain dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan
gambar struktur.
- Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk
mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan akibat aliran
fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible
expansion loop dan lainnya.
- Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah sehingga
tidak membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus
disertai peredam getaran.

2. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan


a. Pipa Tegak
Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga
maksimum 3 meter.
b. Pipa Mendatar
- Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus
dipasang dengan menggunakan penggantung. Sedangkan yang berada di atas
lantai pipa diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U.
- Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di
atas.
- Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
- Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi
dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar
penggantung. Persyaratan penggantung harus sesuai dengan table di atas. Pipa

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 4


mendatar harus dipasang dengan kemiringan/ slope sekitar 1% - 2%.
c. Pipa Dalam Tanah
- Pipa yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus ditanam
dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa
sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih
dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa
diletakkan di sekeliling dan di atas pipa diurug kembali dengan pasir setebal
15 cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai padat.
- Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka
pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton
bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat
beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai
padat.
- Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan
seperti semula.
- Pipa yang akan ditanam diberi lapisan plinkut terlebih dahulu, kemudian
dilapisi dengan lembaran karung goni dan kemudian dilapisi dengan plinkut
kembali. Pipa yang ditanam harus diberi tanda blok beton setiap 2 (dua)
meter.
- Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat
setebal 10 cm, selanjutnya setelah pipa diletakkan, diberi bata di atasnya di
sekeliling dan di atasnya diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, untuk
selanjutnya diurug tanah sampai padat.
- Penyambungan pipa di ruang mesin harus menggunakan Flexible Coupling,
sedangkan di luar ruang mesin menggunakan flens dan baut.
- Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada ruangan pipa bagian atas harus
dilindungi dengan plat beton bertulang tebal + 10 cm dan pemasangannya
tidak mengganggu jalan kemudian ditimbun dengan baik sampai rata dengan
d. Penyangga dan penggantung pipa.
- Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas.
- Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga
dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm .
Selama pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
e. Lain – lain.
Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup
memberi petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan
mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan / bagian lain. Harus diprbaiki bahwa
perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi dan lurus.
3. Sambungan Ulir
a. Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan
menggunakan alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak
menyebabkan perubahan diameter pipa.
b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS.
21. atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan
menggunakan pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak
beracun.
c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut :

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 5


Nominal Diameter Panjang Efektif
(mm) (inch) Ujung Berulir
(mm)
15 ½ 15
20 ¾ 17
25 1 19
32 1½ 22
50 2 26
65 2½ 30
80 3 34
100 4 40
125 5 44
150 6 48

d. Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis.
e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan
kotoran atau sejenisnya.
4. Sambungan Flens (Flange)
a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange dan
tebal minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut.
b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung
pipa harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan
kotoran atau sejenisnya.
5. Penyambungan Las
Sambungan las harus menggunakan alat las listrik dengan kampuh las yang sesuai.
Prosedur pengelasan harus mengikuti standar yang berlaku. Operator pengelas harus
memiliki sertifikat 4G-SGAW dari instansi yang berwenang.
6. Pemasangan Alat Ukur
a. Kontraktor harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan menggunakan
fitting alat ukur.
b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan
alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus
dipasang dengan benar dan simetris.
7. Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens.
Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan.
8. Pipa yang tertanam Dalam Bangunan
Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau
daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu
sebelum ditutup.
9. Penyangga dan Penggantung Pipa
a. Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan
menggantungkan pipa ke pipa lainnya.
b. Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi kanal.
c. Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang
dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum
3 meter.
d. Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan dengan
memakai insert.
e. Penyangga / penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 6


HANGER ROD SPACING
Ukuran pipa < 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20
nominal (inchi)
Jarak antar 7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30
maksimum (ft)

HANGER ROD SCHEDULE


Pipe size Rod Size Pipe Size Rod size
Up to dia. 2” 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia.
2 ½ thru 3” ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.

f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran
(Vibration Eliminator).
10. Penembusan Pipa
a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung
(sleeve) yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan
menembus dinding.
b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene
atau Polybutane atau Tembaga.
c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen.
11. Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :
a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan
pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.
12. Penandaan Pipa
a. Kontraktor harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.
b. Kontraktor harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih dahulu pada
masing-masing pipa, sebelum cat akhir.
c. Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur).
Pada setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi
penamaan pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran.

SKEDUL PEWARNAAN
NO SUBJECT WARNA
1 Instalasi Pemipaan Merah
2 Arah aliran putih
3 Bahan Gantungan & Support Hitam

13. Pemasangan Hose Rack Box, Fire Hose dan Fire Estinguisher
Hose Rack dipasang di dalam box dan tertanam di dinding hingga permukaan (pintu)
rata dengan dinding tersebut. Jarak antara dasar hydrant box dengan lantai 40 cm. Di
dalam Hydrant box harus dilengkapi dengan Fire hose, Nozzle, dan Fire Departmen
Connection.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 7


14. Pemasangan Pilar Hydrant dan Siamese Connection
Pilar hidran dan siamese connection ditempatkan di luar bangunan, di atas permukaan
tanah sesuai dengan gambar document. Peletakan pilar hydrant dan siamese
connection di atas pondasi beton dengan ketentuan berat pondasi minimal 2 x berat
pilar hydrant.
15. Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk :
a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran.
b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga
mengkilat.
c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan
pekerjaan plumbing.
e. Semua bagian luar dari peralatan.

12.7. Testing & Comissioning


1. Pengujian Terhadap Kebocoran
Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik
sebesar 15 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan / penurunan tekanan.
2. Pengujian Sistem Pompa
Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem operasi
pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow meter
yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch).
3. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua)
minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara
pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian
ditanggung oleh Pemborong.
4. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
5. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
6. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi
baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor
diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang
telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan.
7. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang
ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas
persetujuan bersama.
8. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang
diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru /
disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
9. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran ( tekanan hydrostatis )
b. Hasil pengetesan terhadap peralatan ( kinerja pompa ).
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XII – 8


Pasal 13
Instalasi Gas Medis

13.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pengadaan, pemasangan, penyetelan, finishing
dan acceptance test penyiapan oksigen, suction, titik supllay/outlet lengkap dengan
peralatannya dan klem/dudukan dari corridor sampai titik supplay/outletnya yang sama
sekali baru.
1. Pengujian sifat mekanis dan kimia pipa tembaga.
2. Walaupun dalam gambar atau spesifikasi tidak disebutkan secara terperinci mengenai
perubahannya, Pemborong wajib menyediakan/memasang peralatan-peralatan yang
diperlukan agar instalasi tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Dalam hal adanya spesifikasi yang tertera hanya disalah satu gambar perencanaan
ataupun spesifikasi ini Pemborong harus tetap melaksanakan persyaratan tersebut.
4. Apabila dalam klarifikasi ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali pada
item/ayat atau gambar lain, maka hal ini bukan berarti menghilangkan klausal
tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan.
5. Titik Supply/Central Oxygen adalah dari Central Oksigen ke Outlet di ruang
Perawatan.
6. Titik Supply Vacuum adalah dari Central vacuum ke Outlet di ruang Perawatan.

13.2. Pekerjaan Pemeliharaan


1. Pekerjaan pemeliharaan merupakan bagian dari pekerjaan ini, bersama-sama dengan
pekerjaan pengetesan.
2. Pekerjaan pemeliharaan berlangsung 3 (tiga) bulan dari saat berita acara serah terima
pekerjaan atau dari saat sistem gas medis diisolasiikan kembali setelah selesai.
3. Pekerjaan pemeliharaan meliputi defect list, pemeliharaan mingguan, pemeliharaan
bulanan secara periodik sedemikian sehingga dapat menjamin berisolasiinya sistem
gas medis.
4. Pemberi Tugas dapat meminta dilakukannya pekerjaan perbaikan sistem gas medis
saat diperlukan dan Pemborong harus melakukan perbaikan walaupun perbaikan ini
diluar waktu pemeliharaan periodik.
5. Penyediaan spare part selama masa pemeliharaan ini termasuk pekerjaan dan
tanggung jawab Pemborong.

13.3. Garansi dan Jaminan Sparepart


1. Pemborong harus memberikan garansi untuk seluruh sistem gas medis secara
menyeluruh, selama minimal 1 (satu) tahun.
2. Garansi harus diberikan dalam bentuk tertulis rangkap 5 (lima), dimana aslinya diberi
materai secukupnya.
3. Pemborong menyatakan secara tertulis kesediaan Pemborong atau agen peralatan
khusus untuk sistem gas medis ini untuk menyediakan sparepart salama waktu
minimal 5 (lima) tahun dengan harga yang disetujui bersama pada saat diperlukan.

13.4. Gambar-gambar
1. Dalam hal ada keraguan yang ditimbulkan akibat kesalahan penggambaran ataupun
ketidaksesuaian yang lain, Pemborong harus mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan penjelasan, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 1


tersebut terlibat dalam pelaksanaan, baik berupa pemesanan barang, pemasangan
maupun pengujian.
2. Selama pelaksanaan pekerjaan Pemborong harus memberi tanda dengan warna pada
dua set gambar perencanaan instalasi, atas segala perubahan, penghapusan, ataupun
penambahan yang dilakukan. Satu set gambar tersebut akan diserahkan kepada
Pemberi Tugas.
3. Pemborong harus menyerahkan gambar pelaksanaan (as built drawing) yang meliputi
denah instalasi terpasang, detail peralatan dari seluruh instalasi sebanyak 6 (enam) set
dan ditambah gambar kalkir 1 (satu) set, untuk dapat dicetak kembali (pada
CPR/kalkir) kepada Pemberi Tugas, sebelum Berita Acara serah terima pekerjaan
ditandatangani.

13.5. Material, Peralatan dan Jaminannya.


1. Pemborong harus mengajukan daftar lengkap dari pabrik-pabrik atau perusahaan
yang membuat bahan-bahan dan alat-alat yang akan dipasang pada instalasi ini, untuk
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas, Perencana dan Pengawas pada waktu
pemasukan lelang.
2. Setelah daftar tersebut disetujui dan sebelum pemberian atas bahan-bahan dan alat-
alat, Pemborong harus menyerahkan daftar lengkap dari peralatan-peralatan dan
bahan-bahan yang akan digunakan/dipasang pada instalasi ini, lengkap dengan
brosur-brosurnya atau gambar kerja dari pabrik/perusahaan yang membuatnya dengan
spesifikasi yang mendetail.
3. Pemborong atau Manufacture harus memberikan garansi bahwa seluruh peralatan dan
bahan yang akan di supplai bebas dari detective material, improrer meterial dan poor
workmanship dan menjamin kualitas akan sesuai dengan tujuan spesifikasi ini.
4. Setiap material yang kedapatan atau sama sekali menyimpang dari spesifikasinya
harus diganti dengan yang benar, dalam jangka waktu tidak boleh lebih dari satu
bulan setelah Berita Acara Serah Terima.
5. Pemborong atau Manufacture harus menjamin dengan secara tertulis bahwa
peralatannya akan bekerja dengan memuaskan dalam kondisi sesuai dengan
spesifikasi ini.
6. Pemborong harus memberikan contoh bahan yang akan dipasang untuk disetujui
pemasangannya, meliputi :
a) Pipa dan fitting
b) Valve
c) Zone valve
d) Titik supply/outlet untuk oksigen dan suction/vacuum
e) House (flexible) connector untuk outlet
f) Bahan las
g) Bahan cat (dengan warna yang sudah disetujui)
7. Bahan ini akan disimpan ditempat yang telah disediakan Pengawas dan digunakan
sebagai alat pemeriksaan atas material/bahan yang dipasang.
8. Pengawas berhak untuk menolak bahan-bahan/material/barang yang tidak sesuai
dengan apa-apa yang telah disetujui.
9. Biaya pengadaan contoh material menjadi tanggung jawab Pemborong. Contoh-
contoh tersebut nantinya akan diserahkan ke Pemberi Tugas bersamaan dengan Berita
Acara Serah Terima

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 2


13.6. Standard dan Aturan
Semua material maupun instalasi dalam pekerjaan ini harus memenuhi standard tentang
pekerjaan yang ada hubungannya dengan utilitas, suction, oksigen, untuk gas medis (JIS).
a. Ijin dan Patent
Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, pemberi tugas
bebas dari segala claim atau tuntutan lainnya terhadap hak-hak khusus seperti lisensi,
patent, dan sebagainya.
Pemborong wajib menguruskan ijin pemakaian peralatan tersebut dari instansi yang
berwenang.
b. Perbaikan dan Tata Tertib Pelaksanaan
1. Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul akibat pekerjaannya
terhadap dinding, lantai struktur serta bagian-bagian bangunan lainnya yang ada
serta akan memperbaiki seperti keadaan semula tanpa memungut biaya tambah.
2. Mengingat daerah dimana lokasi pekerjaan adalah daerah rumah sakit maka
Pemborong wajib mematuhi segala peraturan tata tertib ketenangan, keamanan,
kesehatan dan kebersihan.
3. Pemborong wajib pula mematuhi tata tertib pekerjaan sesuai petunjuk-petunjuk
Pengawas.
4. Pemborong wajib menyimpan semua material yang ada di site dengan baik,
sehingga bebas dari kerusakan, tertukar, kesalahan penggunaan oleh pihak lain.
5. Pemborong harus selalu merapihkan peralatannya membersihkan daerah
kerjanya setiap hari pada akhir pekerjaan.
c. Koordinasi
Pemborong harus menyesuaikan schedule pekerjaannya dengan main schedule
proyek keseluruhan dan melakukan koordinasi dengan kontraktor lainnya sehingga
tidak akan terjadi keterlambatan.
d. Persyaratan Khusus
Pemborong tidak diperkenankan mematikan, merubah, mengganggu atau melakukan
pekerjaan apapun lainnya terhadap instalasi/peralatan yang diketemukan berada di
dalam ruang kerjanya tanpa persetujuan Pemberi Tugas.
e. Brosur/Katalog
Untuk semua material yang akan digunakan maka Pemborong harus melampirkan
brosur/katalog pada waktu penawaran lelang dan hal ini adalah mengikat. Dalam
brosur itu harus jelas typenya, rating dari bahan tersebut.
f. Shop Drawing
Untuk semua macam pekerjaan instalasi, Pemborong wajib memasukkan shop
drawing sebelum pemasangan kepada Pengawas untuk diperiksa bersama
Perencana.
Shop drawing adalah merupakan penggambaran yang lebih detail dari setiap
pekejaan tersebut dan disampaikan sebanyak 5 (lima) set.
g. Operation, Manual, Dokumentasi dan Label
Pemborong harus menyerahkan 6 (enam) copy dari Operation Manual, Maintenance,
Repair/shop manual, part catalogue serta equipment description brochures kepada
Pemberi Tugas sebelum berita acara serah terima pertama ditandatangani.
h. Pengujian
1. Data Pengujian dari seluruh peralatan dan bekerjanya sistem dengan standard
pengujian yang ditentukan harus dilampirkan dalam Dokumen Penyerahan. Bila
perlu Pemberi Tugas akan ikut serta menyaksikan pengujian perincian proses
pengujian serta penjadwalannya.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 3


2. Apabila dalam proses pengujian ini harus melibatkan atau harus berkoordinasi
dengan paket atau material pekerjaan lain maka pengujian dan koordinasi harus
dilakukan. Untuk itu Pemborong harus sudah memaklumi pada saat sebelum
penawaran diajukan, sehingga meniadakan klaim apabila terjadi kesulitan akibat
paket pekerjaan lain.
3. Pemborong harus mengajukan prosedur pengujian terlebih dahulu untuk
disetujui Pemberi Tugas.
i. Penyediaan Peralatan Kerja
Seluruh peralatan kerja termasuk bahan kerja harus disediakan oleh Pemborong.
Peralatan dan bahan kerja ini jumlah dan kualitasnya harus memenuhi kelayakan
umum, contoh bahan kerja misalnya : air, kawat las, cat dan sebagainya.

13.7. Pemipaan Medical Gas


a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyempurnaan, penyetelan
dan acceptance test untuk jaringan instalasi perpipaan gas oksigen dan
suction/vacuum lengkap sampai titik supplai/outlet Perawatan.
b. Bahan pipa yang digunakan pada seluruh instalasi ini adalah copper menurut
standard JIS untuk gas medis.
c. Fitting
Valves, flens, yang ada pada instalasi gas medis sampai Ruang Perawatan termasuk
pada paket pekerjaan ini.
Fitting tersebut harus memenuhi persyaratan yang diminta oleh spesifikasi ini.

13.8. Sistem Sentral Gas Medis.


a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, pengetesan dan penyempurnaan
sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan benar.
b. Sistem Sentral sesuai dengan yang diproduksi oleh pabrik bersangkutan bukan
merupakan rakitan lokal tanpa sertifikasi, dengan kata lain Completely Built Up
Manufacturing Standar dengan garansi resmi dari pihak produsen terkait yang terdiri
atas bagian-bagian sebagai berikut:
1. Sentral Oksigen Gas Manifold
• Tekanan Outlet Gas adalah 0-5 kg/cm2 dengan tekanan maksimal 210.
• Tipe Auto Throw Over / Standing free.
• Maksimal flow 140 Nm3/hr.
• Konstruksi Cover Stainless Steel 1.2t

2. Sentral Medical Air Compressor


• Model Reciprocating dengan kapasitas 2.2 duplex Kw ~ 11 duplex Kw
• Tekanan kg/cm3 adalah 7 dengan free air delivery 255~1,250m3/min
• Tipe Duplex, Oilless Air Comp. Sistem untuk ICU, OK, dan ER.
• Adsorbent, Regulator, berikut Panel Kontrol.

3. Sentral Vacuum Pump


• Tipe duplex water sealed vacuum
• Konstruksi terdiri dari vacuum pump, receiver tank, separator tank
• Automatic Water Supply/draw system
• Panel Kontrol dengan standar aksesoris lengkap terpasang.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 4


4. Sistem Alarm Sentral Gas
• Tipe Master Alarm Analog/ Digital yang terdapat fasilitas indicator lampu
dan tombol tekan untuk pengetesan.
• Area Alarm dengan sensor yang terdiri atas tombol tes, alarm silencer,
power lamp, dan Indicating Lamp.
• Zone Valve yang terdiri atas Gauge Oxygen, Nitrous Oxide, Comp. Air,
Vacuum & Nitrogen.
• Dilengkapi dengan Emegency Breakable Acrylic Panel dengan kapasitas
Valve 20kg/cm2 / ball valve.

5. Gas Kontrol Panel & Adaptor


• Tipe wall mounted untuk pipa pipa tertanam
• Supply tekanan gauge 15-30kg/cm2
• Tekanan Outlet gauge 10~15kg/cm2
• Shut off Valve
• Ketersediaan adapter Pin Index, Twist Active Ohmeda, British Standard,
DISS, Puritan Bennett, Din, JISS, dll.

13.9. Titik Supply Oksigen, Vaccum / Suction


a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, pengetesan, penyempurnaan
dan acceptance test peralatan suplai.
1. Titik supplai oksigen terdiri dari :
• Katup Outlet oksigen dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup
otomatis (automatic stop valve) terintegrasi (machined brass body) dan cover
plate dari stainless steel ditandai dengan tulisan OXYGEN
• Tipe Outlet Gas harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem Check & Inlet
assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi.
• Memiliki karakteristik yang membedakan dari gas outlet lain dari bagian
dalam maupun luar sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan pada proses
pemasangan outlet.
• Setiap outlet gas memiliki kode produksi yang dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya dari pabrik bersangkutan.
• Merk dan Produk yang dipakai adalah Samsung Medical Engineering.
2. Titik Suplai Vacuum/Suction terdiri dari :
• Katup outlet Vacuum dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup
otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body
dengan logo VACUUM.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet
assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian
dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan
pemasangan dan pengoperasiannya.
• Setiap outlet memiliki kode produksi yang dapat dipertanggung jawabkan,
fabrikasi dari pabrik yang bersangkutan.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor
tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas.
• Penggantung botol dan setiap aksesoris adapter dan termasuk tabung.
• Merk dan Produk yang dipakai adalah Phasco, Draeger, SMP
Canada/Amcaremed, Koike

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 5


3. Titik Suplai Comp. Air terdiri dari :
• Katup outlet Compress Air dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup
otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body
dengan logo AIR.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet
assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian
dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan
pemasangan dan pengoperasiannya.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor
tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas.
• Merk dan Produk yang dipakai adalah Samsung Medical Engineering.

4. Titik Suplai Nitrous terdiri dari :


• Katup outlet Nitrous dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup
otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body
dengan logo AIR.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet
assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian
dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan
pemasangan dan pengoperasiannya.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor
tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas.
• Merk dan Produk yang dipakai adalah Phasco, SMP Canada/Amcaremed,
Draeger, Koike.

13.10. Persyaratan Konstruksi


a. Material pipa, pabrikasi, inspeksi dan testing haruslah sesuai dengan standard yang
sesuai dari Pressure Piping for Industrial Equipment berdasarkan standard JIS.
b. Pipa adalah pipa copper (tembaga) menurut stadard ASTM atau JIS dengan
kandungan CU 90% untuk gas medis.
c. Instalasi pipa harus memperhitungkan kemiringan untuk menjamin tidak terjadi
stagnasi air condencasi.
d. Jarak pengikat pipa paling jauh 2 (dua) meter.
e. Valve dan accessories pipa harus memiliki standard dan spesifikasi terbaik sesuai
tujuan spesifikasi ini.
f. Fitting
1. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang
berbeda harus menggunakan reducting fitting.
2. Sedapat mungkin belokan-belokan yang digunakan adalah jenis long radius.
Belokan short radius hanya boleh digunakan jika kondisi tempat tidak
mengijinkan untuk dipasang long radius.
3. Fitting atau alat-alat lain yang menimbulkan kerugian tekanan aliran yang tidak
wajar tidak boleh digunakan.
g. Penumpu pipa dan alat-alat.
1. Semua alat-alat harus ditumpu dan ditetapkan dengan baik, rigit dan aman.
2. Semua pipa horizontal harus ditumpu dengan baik pada penggantung/ penumpu
untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar kemiringan tetap serta untuk

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 6


mencegah penerusan getaran dan harus mampu menampung konstruksi ekspansi
oleh perubahan temparatur.
3. Semua pipa vertikal ditumpu dan diklem yang tertumpu dikonstruksi bangunan.
4. Jarak tumpuan untuk pipa vertikal 2 (dua) meter maksimum.
5. Tidak diperbolehkan sama sekali menumpu/menggantung pipa pada pipa
lainnya.

13.11. Pembersihan dan Pengecatan


a. Pembersihan dilaksanakan terhadap semua permukaan dari slag, spatter dari las dan
lain-lainnya, baik bagian dalam maupun luar. Pemborong harus menjamin dan
menjaga pula kebersihan permukaan dalam pipa.
b. Pembersihan terhadap pipa-pipa harus dapat menjamin pembebasan pipa yang akan
terpasang dari minyak bakar, pelumas, bahan bakar atau bahan yang dapat terbakar,
karat dan kotoran lainnya.

c. Untuk menjamin kebersihan pipa di atas, prosedur kerja berikut harus diikuti :
1. Pipa dan peralatan instalasi harus disimpan pada tempat yang tertutup dan
dijauhkan dari sumber pengotoran.
2. Setelah diadakan pengawasan mutu dan ketepatannya, pipa harus dibersihkan
dengan prosedur seperti pada prosedur coating.
3. Sesudahnya pengerjaan pipa dan peralatannya dapat dimulai untuk persiapan
pemasanganya.
4. Sebelum pipa dan peralatannya dipasangkan maka harus diadakan pengecatan
kembali.
5. Semua pipa dan fitting yang mengandung minyak dan kotoran lekat yang dapat
terbakar harus dibersihkan dengan prosedur degreasing.
6. Kotoran lain yang tidak lekat dibersihkan dengan prosedur biasa.
7. Semua peralatan (misal : katup, manometer dan sebagainya) harus bebas dari
kotoran.
8. Semua pipa dan peralatannya harus dalam keadaan tertutup lubang-lubangnya
dari keadaan sekeliling, baik dalam penyimpanan, pengerjaan dan setelah
dipasang. Penutup ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya kotoran.
9. Sebelum dipergunakan, instalasi harus di “purge” dan di blow-off untuk
menghindarkan terjadinya oksidasi dengan gas-gas dalam pipa.

d. Paint Coating
Coating ini dilaksanakan untuk seluruh permukaan luar pipa, fitting, flens, katup.
Pengecatan ini tidak boleh menyebabkan terganggunya fungsi dari bagian-bagian
tersebut. Untuk daerah dimana terdapat proses kimia yang bersifat korosif maka
harus diberi cat yang tahan terhadap bahan tersebut.
Warna coating ditentukan sesuai warna pipa existing di sentral gas medis dan
dilakukan minimum dua kali, primer dan top coating jenis super struktur.
1. Katup dan peralatannya sejenis harus disiapkan sedemikian sehingga dapat
menjamin berhasilnya pekerjaan pngecatan.
2. Permukaan harus bebas dari karat, minyak, gamuk, slag, kotoran dan lainnya
yang dapat mengganggu hubungan rekat antara bahan cat dengan bagian yang
akan di cat.
3. Pengecetan harus dilakukan pada cuaca dan kondisi yang baik untuk
pengecatan. Pengecatan harus dilakukan apabila permukaan yang harus dicat
benar-benar kering.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 7


4. Bagian-bagian yang terikut tidak boleh dicat kecuali atas permintaan khusus.
5. Nama plat atau tanda-tanda khusus peralatan.
6. Peralatan yang sudah difinish khusus oleh pabrik dengan tujuan pelapisan
dengan warna maupun untuk proteksi.

13.12. Instalasi Panel Bedhead Service


§ Terhitung sejak keberadaan oksigen diyakini sebagai salah satu bentuk pengobatan,
maka kehadiran panel atau konsol bedhead menjadi jalur suplai dan dianggap sebagai
peralatan pendukung medis.
§ Pemasangan Panel Bedhead Service adalah salah satu persyaratan yang sangat
esensial dan termasuk dalam kategori Class II B berdasarkan 93/42 CEE Peraturan
Peralatan Medis. Konsol headwall atau bedhead adalah dikonstruksi dari aluminium
ektrusi yang telah dianodasi untuk menyediakan suatu modul yang dipasang diatas
kepala tempat tidur pasien.
§ Keberadaan Bedhead diatas kepala tempat tidur pasien yang dipasang diatas dinding
tersebut memberikan tempat terpadu untuk semua outlet medical gas, kelistrikan, dan
berbagai fasilitas penunjang lainnya untuk kemudahan perawatan pasien.

13.13. Testing & Commissioning


1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
§ Pengetesan yang dimakud adalah pengetesan pipa distribusi gas medis untuk
mengetahui kekuatan fisik pipa dan kebocoran pipa.
§ Pengetesan ini menggunakan pneumatic test dengan tekanan test 10 atm selama
24 jam. Pemborong wajib menyediakan peralatan testing dan mengajukan usulan
prosedur testing untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas/wakilnya.
§ Setiap terjadi kebocoran atau kegagalan harus diperbaiki sesuai dengan prosedur
yang disetujui Pengawas.
§ Bagian pipa yang rusak atau gagal harus diganti dengan yang baru tanpa
tambahan biaya dari Pemberi Tugas.
§ Perbaikan atau penambahan yang bersifat sementara tidak diperkenankan.

§ Pengujian Pipa Tembaga :


a. Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui kadar Cu minimal 90% dalam pipa
dan kekuatan pipa gas medis. Dari hal ini digunakan untuk menilai kelayakan
pipa gas medis yang terpasang.
b. Pengujian ini harus dilakukan oleh badan Pemerintah atau Swasta yang telah
mendapat ijin pemerintah untuk melakukan pengetesan ini (misal : Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan, Depnaker, PT Sucofindo, dan lain-lain).
Hasil pengujian ini berupa sertifikasi kelayakan pipa.
4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan
pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui
apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi
persyaratan.
5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 8


untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus
disediakan kontraktor.
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XIII – 9


Pasal 14
PEKERJAAN SISTEM TATA UDARA

13.1. Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini:
1. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan
Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation)
secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga
diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap
untuk dipergunakan.
2. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Direct Expantion VRV/F
(Variable Refrigerant Volume/Flow) air cooled type, memakai compressor Full
Inverter dengan tipe Hermetically Sealed Scroll type, Mesin Kompresor bekerja
secara Variable menyesuaikan putaran motor dan konsumsi daya listrik dengan
kebutuhan beban pendinginan yang berubah - rubah dengan menggunakan teknologi
inverter dan Variable Refrigerant Volume. Dimana Sistem AC tersebut terdiri dari satu
sistem outdoor unit dengan sejumlah indoor unit , dimana setiap indoor unit mempunyai
kemampuan untuk mendinginkan ruangan secara independen sesuai dengan
temperature yang diharapkan.
3. Outdoor dan indoor harus mempunyai fleksibilitas design dan kemampuan koneksi total
jumlah indoor sampai ke 64 unit indoor dengan kapasitas Outdoor mencapai 60HP
dalam satu system.
4. Bisa tersambung kepada 1 refrigeration sirkuit dan dikontrol secara independen
menggunakan Electronic Expantion Valve (EEV) pada setiap Indoor unit.
Condensing unit harus dilengkapi dengan inverter dan mempunyai kemampuan untuk
merubah putaran motor compressor sesuai dengan beban pendinginan.
5. Outdoor unit harus bisa terkoneksi dengan berbagai model indoor sebagai berikut :
• Ceiling Mounted Cassette Type ( Round Flow )
• Wall Mounted Type
6. System yang ditawarkan harus bisa melakukan Automatic Test Operation System,
Untuk melakukan pengecekan system secara otomatis yang meliputi pengecekan :
wiring check, piping check, stop valve check, sehingga sistem berjalan dengan baik dan
berfungsi sesuai kondisi yang dikehendaki dalam perancangan system, dengan rincian
pekerjaan sebagai berikut:
Ø Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis VRV/F Sistem model
Cassete (Round Flow) Type dan Wall Type, beserta seluruh peralatan bantunya.
Ø Pekerjaan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor
Unit.

1
Ø Pekerjaan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase yang
disediakan oleh Plumbing.
Ø Pekerjaan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap.
Ø Instalasi Daya,
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan
panel daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motor-
motor listrik pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan
Buku Spesifikasi Teknis.
Ø Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, termasuk penyediaan
peralatan uji/ukur dan segala keperluan lainnya secara lengkap.
Ø Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala
sampai dengan overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk setiap
peralatan / unit mesin yang dipasang dan segala keperluan operasi lainnya untuk
seluruh peralatan dalam sistem ini.
Ø Pekerjaan training khusus dari pihak pabrikan ( Principal ) serta pelatihan on site
project utuk pengoperasian system dan cara/proses pemeliharaan beserta trouble
shooting dan perbaikan.
Ø Pekerjaan pemeliharaan dan penggantian kerusakan yang terjadi selama masa
garansi.

7. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Multi Split VRF Sistem model
Duct Type, Cassete Type dan Wall Type, beserta seluruh peralatan bantunya.
8. Pekerjaan khusus Tata udara ruang kritikal seperti Ruang Operasi (OK), NICU, ICCU,
ICU dan HCU
9. Pekerjaan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor Unit.
10. Pekerjaan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase yang
disediakan oleh Plumbing.
11. Pekerjaan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap.
12. Pekerjaan Ducting, Exhaust, Grille, beserta peralatan bantunya secara lengkap
13. Instalasi Daya,
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan panel
daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motor-motor listrik
pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi
Teknis.
14. Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga
dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, termasuk penyediaan peralatan
uji/ukur dan segala keperluan lainnya secara lengkap.
15. Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala sampai
dengan overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk setiap peralatan /
unit mesin yang dipasang dan segala keperluan operasi lainnya untuk seluruh
peralatan dalam sistem ini.
16. Pekerjaan pemeliharaan dan penggantian kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan.
2
13.2. Kondisi Dan Operasi Sistem

1. Peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem AC Multi Split Sistem dengan jenis Duct
type, Wall Type maupun Cassete Type, terdiri dari:
a. Indoor unit
Indoor unit haruslah dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada didalam
BQ sesuai dengan design condition.
Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan Electronic Expansion Valve.
Harus bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit indoor sesuai dengan beban
pendinginan yang dibutuhkan oleh ruangan.
Tegangan operasi Indoor unit adalah 220 – 240 volt AC , 1 phase dan 50 Hz.
Motor Fan haruslah menggunakan type BLDC, Fan haruslah direct drive blower.
Koil evaporator haruslah type DX yang terbuat dari icopper tubes yang dipasangkan
ke alumunium fin secara mekanis.
Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah standard dari
pabrik.
Pipa PVC 25 mm ( 1” ) yang terinsulasi dengan minimal ketebalan 9mm haruslah
dipasangkan sebagai pipa drain dari setiap indoor unit menuju ke saluran
pembuangan air drain.

b. Outdoor unit
System ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant yang mempunyai
kemampuan panjang instalasi 190 m, dengan total panjang pipa 1000m dan
kemampuan jarak Vertikal antara Outdoor dengan indoor pada posisi Outdoor diatas
ataupun di bawah dengan panjang 90m tanpa oil trap.
Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor unit harus
terisi R410A dari pabrik.
Ketentuan condensing unit :
• Outdoor unit harus memiliki 2 atau 3 compressor SCROLL dengan minimal 1
unit Inverter Compressor, mempunyai system Automatic Back Up Function
yang memungkinkan Unit tetap bisa beroperasi jika 1 compressor rusak.
• Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.8 HP ( 2.0 KW )
sampai 10 HP ( 25.0 KW )
• Noise level outdoor tidak boleh melebihi 65 DB(A) pada saat operasi normal,
terukur 1 meter secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi, Outdoor
harusnya model modular dan bisa dipasang secara berderet di setiap sisinya.

Compressor
Karakteristik kompressor
a. Compressor haruslah type Inverter Scroll dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi
dengan inverter control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang
menyesuaikan dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet Neodymium harus
dipakai di rotor compressor untuk menambah torsi Compressor. Kemampuan
untuk efisiensi kerja dan efisiensi konsumsi listrik Inverter kompressor dengan
range frequency limit minimum kecepatan putaran motor kompressor 20 Hz
dan maksimum kecepatan putaran 110 Hz.
b. Memiliki sertifikat pengujian terhadap tingkat Total Harmonic Distortion ( THD )
dengan ketentuan:
• THD Limit tidak boleh melebihi 32%
• Dilengkapi dengan Noise Filter system

3
Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis
compressor inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu
pada setiap kali operasi, System ini haruslah dipasang dipabrik.

Heat Exchanger
Heat exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang terpasang secara mekanis

Refrigerant Circuit
Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan Sub Cooling Circuit adalah Untuk
memastikan liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit dan berfungsi
meningkatkan performance pendinginan dan komponen lain untuk keperluan safety
secara keseluruhan baik Outdoor maupun Indoor unit.

Fan Motor
ODM fan motor harus dapat beroperasi pada delapan tingkatan kecepatan untuk
menyesuaikan variabel heat rejection dan menjaga kondensasi gas secara
menyeluruh di kondenser. External static pressure (ESP) oleh motor harus bisa
mencapai 78,4 Pa.

Pada malam hari, ketika beban pendinginan berkurang, CU harus dapat beroperasi
pada kapasitas dan tingkat kebisingan yang mengecil, melalui pengurangan
kecepatan kompresor. Pengurangan tingkat kebisingan saat operasi dipicu
menggunakan pengaturan kontrol.

Safety Devices
Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut : high pressure
switch, control circuit fuses, fan driver overload protector, over-current relay, inverter
overload protector.

Oil recovery cycle


Oli pelumas kompresor, yang mungkin melekat dalam pipa evaporator saat siklus
pendinginan berlangsung harus kembali ke kompresor, melalui proses pre-
programmed oil recovery dari pabrik. Secara umum oil recovery yang pertama harus
aktif dua jam setelah initial commissioning/start-up dan setelahnya, oil recovery akan
berkerja setiap delapan jam pada akumulasi operasi. Proses ini harus berasal dari
program pabrik, dan tidak bisa diubah di lapangan.
Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan standard dari
pabrik dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual yang
terpasang dengan merefer ke installation manual dari pabrik.
Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan dibawah
pengawasan dari perwakilan pabrik.
Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor pemasang dan
diawasi oleh perwakilan dari pabrik Pressure test harus dilakukan oleh kontraktor
pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik Proses vacuum system pemipaan
harus dilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik.

2. Operasi sistem AC, dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan


dengan thermostat yang dapat diatur secara individual maupun menggunakan system
pengendali operasi AC secara terpusat dari pusat kontrol.
a. Klasifikasi system control

4
Sebuah Screen Touch operated atau PC system centralized controller dengan merk
yang sama dengan unit AC haruslah mempunyai fungsi sebagai berikut :
• System control dapat meng cover operasional mulai dari 16 unit indoor sampai
512 unit grup indoor dan kombinasi dapat di koneksi sampai total 1.024 total
indoor unit.
• Dapat dikoneksikan dengan BMS (Building Management System).
• Monitoring & Trouble shooting operasional dari system AC.
• Start/Stop serta locking operasional untuk semua indoor unit.
• Peak kontrol power operation.
• Kontrol setting: temperature, operation mode, fan speed dan locking dari
seluruh indoor unit.
• 1 tahun schedule dari operational system.
• Bisa menggunakan fire alarm signal untuk mematikan seluruh AC

3. Kondisi desain,
a. Suhu ruangan : 24˚C ( ±2˚C )
b. Suhu udara luar : 35˚C
c. Kelembaban nisbi : 60 ± 10 % RH

13.3. PEMIPAAN REFRIGERANT & DRAINASE

a. Persyaratan Pemipaan Refrigerant


1. Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe with High
pressure ressistance Type ASTM B280 REV A Standard Specification for Seamless
Copper Tube for Air Conditioning and Refrigeration Field Service sesuai dengan
standard JIS H300 - C1220T, dengan ketebalan diameter pipa sesuai dengan standard
rekomendasi dari pabrik.
Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan insulasi yang sesuai
dengan rekomendasi ketebalan insulasi dari pabrik menyesuaikan dengan tingkat
kelembaban udara pada lokasi unit terpasang sehingga tidak menimbulkan terjadi
kondensasi.
Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed untuk
mencegahkebocoran refrigerant. Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi system
haruslah dipakai.
Dry Nitrogen harus dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan brazing
sehingga tidak terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya dapat menimbulkan
kotoran yang dapat menyebabkab buntu system dan dapat merusak compressor.
Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type EPDM ( Ethylene Propylene Dyene
Monomer ) Closed Cell Elastromeric Class “ 1 “ , ASZTM E84 dengan fire rated Class
“O” dengan ketebalan minimal 19 - 25 mm untuk Suction lines dan 10mm untuk Liquid
lines( Menyesuaikan dengan ukuran diameter pipa refrigerant )

5
2. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara Gambar Perencanaan dengan
peraturan/Rekomendasi dari Manufacturer, maka Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi untuk mendapatkan penyelesaian.

b. Persyaratan Pemasangan Pipa Refrigerant

1. Sambungan,
• Harus dengan Branzed Joints with Sweat Fitting.
• Harus menggunakan Forged / Extruded Copper Fitting sesuai dengan standard
ASA-B.16.181963.
• Harus dengan proses Hard Solder.
• Filter Material dengan 'Silver Base Alloy' Melting for 1000 0F.
• Sambungan ke peralatan di sesuaikan dengan outlet dari peralatan tersebut.
• Proses soldering/brazing harus dilakukan dengan mengalirkan gas Dry Nitrogen
pada bagian dalam pipa, untuk menghindari penumpukan jelaga dan kerak
pada bagian permukaan dalam pipa sambungan / fitting / elbow.

2. Finishing isolasi pipa refrigerant baru boleh dilakukan setelah melaluit test tekan
dengan menggunakan Dry Nitrogen.
Untuk proses test kebocoran harus melalui beberapa tahap/ step di bawah;
• Step 1 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang, pada tekanan 500 Psi (minimal
1x24 jam)
• Step 2 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang yang terkoneksi dengan indoor
unit, pada tekanan 250 Psi (minimal 1x 24 jam).

3. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak
maksimal antar dudukan suport adalah 1.5 m

c. Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant


1. Isolasi haruslah dari jenis EPDM dan mempunyai ketebalan isolasi sesuai
persyaratan standard dari pihak pabrikan

6
2. Isolasi harus dipasang dengan cara memasukkan pipa ke lubang yang telah
tersedia tanpa merobek isolasi tersebut.
3. Apabila terjadi robekan pada isolasi, maka harus dirapatkan kembali dengan
menggunakan lem karet seperti Fox atau sejenisnya.
4. Finishing padac pekerjaan sambungan thermal insulation adalah setelah disambung
dan dirapatkan dengan lem maka titik sambungan di berikan thermal insulation tape
( aerotape dengan ketebalan 0.5mm mengelilingi titik penyambungan ).
5. Bila robekan lebih panjang dari 40 cm, maka isolasi tersebut harus diganti.
6. Setelah isolasi terpasang, untuk pemipaan yang terkena sinar matahari langsung,
harus dibungkus dengan Aluminium Foil dan di beri jacketing untuk mencegah
isolasi rusak karena terpapar air hujan dan panas matahari.
7. Sisi-sisi Aluminium foil tersebut harus direkat dengan Foil Tape sehingga benar-
benar rapat.
8. Pada bagian-bagian yang akan diklem atau ditumpu harus dilindungi dengan pelat
BjLS 100 yang dilekuk sesuai dengan bentuk isolasi.

d. Persyaratan Pemasangan Pipa Drainase

1. Pipa drainase menggunakan standards PVC 10Kg/cm2


2. Harus dipasang dengan kemiringan minimum 1%
3. Pipa harus diisolasi dengan lapisan isolasi / thermal insulation dengan ketebalan
minimum adalah 9mm
4. Sambungan pipa PVC harus direkatkan dengan lem PVC wavin atau sejenisnya

7
5. Ukuran pipa minimum untuk type Wall mounted adalah minimum 5/8 inch dari
indoor unit dan instalasi dengan pipa main kondensat dengan diameter yang lebih
besar sampai ke pembuangan akhir.
6. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak
maksimal antar dudukan atrau support adalah 1.2 m

e. Persyaratan Pemasangan Outdoor Unit


1. Pemasangan Outdoor unit harus menyesuaikan dengan standard pemasangan dari
pihak pabrikan
2. Pemasangan outdoor harus menggunakan support dari concrete dengan ketinggian
min 10 cm dan diberikan bantalan H beam dengan ketinggian 10 cm serta fininshing
menggunakan rubber mounting sheet ( Rubber Pad ) antara support concrete
dengan H Beam dengan ketebalan minimum 2 cm dan di pasang dengan baut angkur
minimum M 10.

13.4. PERSYARATAN PEMASANGAN

a. Ketentuan Umum,
1. Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba ditapak, segera
harus dilakukan pembongkaran peti pembungkus atau container dengan disaksikan
secara bersama oleh DIREKSI, wakil Pemberi Tugas, Petugas dari perusahaan
jasa pengiriman (carrier/transporter agencies) dan dilakukan pemeriksaan visual
terhadap kondisi peralatan.
2. Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemeriksaan dan
diserahkan kepada DIREKSI. Ketentuan lebih detail tentang hal ini diatur oleh
DIREKSI.
3. Apabila dalam pemeriksaan visual diatas ditemukan kerusakan fisik terhadap
peralatan, maka segala penggantian/perbaikan dan lain-lainnya diatur oleh
DIREKSI.
4. Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan perbaikan
dengan melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang paling tidak harus

8
sama, dimana sebelumnya harus dilakukan pembersihan yang sempurna ( dengan
sikat kawat, degreasing liquid dan sebagainya).
5. Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian diatas menjadi tanggungan
dan atas beban biaya Kontraktor yang bersangkutan.

b. Pemasangan Unit Mesin,


1. Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan pemipaan harus disesuaikan
dengan persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian dengan Dokumen Kontrak,
sehingga dapat mengakibatkan terganggunya operasi, pemborong harus
mengajukan gambar kerja (shop drawing) untuk disetujui oleh Direksi.

13.5. PERSYARATAN PENGUJIAN

a. Ketentuan Umum,
1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas.
2. Pengujian operasi sistem baru boleh dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan
baik selama 3 x 24 jam.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus
mengajukan prosedur pengujian kepada Direksi
4. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari
Perwakilan merk tersebut di Indonesia.

b. Penyediaan Peralatan Pengukur dan Penguji,


1. Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas
biaya Kontraktor.
2. Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya
harusdisediakan Kontraktor untuk pengujian adalah :
a. Anemometer Humidifier Meter
b. Thermometer Gun
c. Sound Level Meter
d. Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran
udara dan tempat lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan oleh
Kontraktor dan telah disetujui.

c. Pengujian Sistem Pemipaan,


1. Dilakukan dengan metoda Tes Tekanan dengan Dry Nitrogen sesuai dengan
ketentuan pada Bab Persyaratan Teknis ME.
2. Tekanan pengujian meneyesuaikan dengan standarisasi pengetesan dari pihak
pabrikan / principal
3. Bila selama 12 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian dinyatakan
selesai.
4. Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan
pengujian harus diulangi dari awal.

d. Pengaturan Distribusi Aliran Udara Ke Ruangan,


1. Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan
seluruh komponen dalam saluran telah selesai dipasang.
2. Pekerjaan yang harus dilakukan :
a. Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh setiap ruangan sesuai
dengan yang tertera pada gambar.

9
b. Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang
mengalir ke setiap ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut.
3. Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan mesin
Air Conditioning dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.

e. Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria),


1. Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau
skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat
dibuat kurva Noise Criteria.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada
NC chart.
3. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka
Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran udara,
misalnya duct acoustic lining.

f. Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,


1. Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus
memeriksa seluruh wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan melakukan
dummy test untuk memeriksa gerakan-gerakan, response dan kehalusan kerja
sistem tersebut.
2. Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment) adalah set
point dan throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak terjadi kegagalan
operasi/kerja akibat perbedaan throttling range antara setiap peralatan.

g. Pengujian Operasi Sistem,


1. Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan,
dan telah menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.
2. Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan
dioperasikan secara terus menerus selama 3x24 jam.
3. Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan atas
petunjuk Direksi, hal-hal berikut :
a. Mengamati seluruh sistem pemipaan.
b. Mengamati seluruh sistem saluran udara.
c. Mengamati kerja sistem kontrol.
d. Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air
Conditioning.
e. Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan
bila terdapat getaran atau noise yang berlebihan.

h. Laporan Pengujian,
1. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor
yang bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan
pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik.

i. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking),


Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya
Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada pressure gauge, thermometer, valve
opening, dan peralatan pengatur serta pengukur lainnya dengan cara-cara yang
disetujui Direksi.

10
13.6. PERSYARATAN PEMASANGAN
a. Ketentuan Umum,
1. Pada saat peralatan/unit mesin yang dipesan oleh Kontraktor tiba
ditapak,segera harus dilakukan pembongkaran peti pembungkus atau
container dengan disaksikan secara bersama oleh DIREKSI, wakil Pemberi
Tugas, Petugas dari perusahaan jasa pengiriman (carrier /transporter
agencies) dan dilakukan pemeriksaan visual terhadap kondisi peralatan.
2. Kontraktor bertugas membuat dan mengisi check-list untuk pemerik-saan
dan diserahkan kepada DIREKSI. Ketentuan lebih detail tentang hal ini
diatur oleh DIREKSI.
3. Apabila dalam pemeriksaan visual diatas ditemukan kerusakan fisik
terhadap peralatan, maka segala penggantian/perbaikan dan lain-lainnya
diatur oleh DIREKSI.
4. Khusus untuk kerusakan pada lapisan cat, Kontraktor harus melakukan
perbaikan dengan melakukan cat ulang dengan kualitas pengecatan yang
paling tidak harus sama, dimana sebelumnya harus dilakukan pembersihan
yang sempurna (dengan sikat kawat, degreasing liquid dan sebagainya).
5. Segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari uraian diatas menjadi
tanggungan dan atas beban biaya Kontraktor yang bersangkutan.
6. Pemasangan Unit Mesin,
Penyambungan instalasi kabel daya, kabel kontrol dan pemipaan harus
disesuaikan dengan persyaratan pabrik, bila terjadi ketidak sesuaian
dengan Dokumen Kontrak, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
operasi, pemborong harus mengajukan gambar kerja (shop drawing) untuk
disetujui oleh Direksi.

b. Persyaratan Pengujian
Ketentuan Umum,
1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi
Tugas.
2. Pengujian operasi sistem baru boleh dilaksanakan setelah sistem bekerja
dengan baik selama 3 x 24 jam.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor
harus mengajukan prosedur pengujian kepada Direksi
4. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari
Perwakilan merk tersebut di Indonesia.

c. Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol


1. Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor
harus memeriksa seluruh wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan
melakukan dummy test untuk memeriksa gerakan-gerakan, response dan
kehalusan kerja sistem tersebut.
2. Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment)
adalah set point dan throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak
terjadi kegagalan operasi/kerja akibat perbedaan throttling range antara
setiap peralatan.

d. Pengujian Operasi Sistem


1. Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan
dibersihkan, dan telah menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam.

11
2. Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem
dengan dioperasikan secara terus menerus selama 3x24 jam.
3. Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan
atas petunjuk Direksi, hal-hal berikut :
ü Mengamati seluruh sistem pemipaan.
ü Mengamati seluruh sistem saluran udara.
ü Mengamati kerja sistem kontrol.
ü Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air
Conditioning.
ü Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan
semestinya dan bila terdapat getaran atau noise yang berlebihan.

e. Laporan Pengujian
1. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA,
Testing and Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB',
National Engineering Balancing Bureau.
2. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab
Kontraktor yang bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil
fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian
yang baik.

f. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking)


Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan
fungsinya Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada system outdoor, panel
electrical untuk setiap unit ac terpasang yang telah disetujui Direksi.

l. Equipment Maintenance & Warranty


Supplier harus memberikan garansi 12 bulan atas unit ( tidak termasuk consumable
materials seperti : Refrigerant, Oil, air filter, fuses ) dan tenaga kerja dari tanggal
startup serta 3 kali garansi visit harus dilakukan selama masa garansi untuk
memeriksa kondisi unit ( tidak termasuk pekerjaan pembersihan ), Laporan tertulis
harus diberikan kepada pemilik paling lambat 1 minggu setelah setiap visit
dilakukan Kontraktor pemasang harus memberikan garansi pemasangan selama
12 bulan terhitung dari tanggal hand over.

j. Call Center
Supplier AC haruslah memiliki sebuah call center yang beroperasi selama 24 jam
sehari, 7 hari seminggu dan 365 hari setahun untuk mensupport pelayanan purna
jual dan memberikan jaminan sepenuhnya kepada kontraktor pemasang.

k. Kontraktor Pemasang
Haruslah sudah berpengalaman, pernah mendapatkan training instalasi dari pihak
pabrikan yang bersertifikasi resmi serta pernah dan berpengalaman melakukan
pemasangan AC Multi VRF System minimal selama 5 tahun dengan melakukan
minimal 10 proyek dengan hasil yang memuaskan.

Spesifikasi AC (AHU) diproduksi oleh DAIKIN, CARIER, TRANE sedangakan


untuk AC (FCU) diproduksi oleh DAIKIN, CARIER, TRANE dan untuk AC (Sistem
Refrigerant Volume/Flow) diproduksi oleh TRANE,DAIKIN, MITSHUBISHI.

12
1. Sistem AC Variable Refrigerant Volume/Flow (VRV/VRF), khusus untuk Ruang Kritikal

1.1. Sistem Umum

1.1.1. Sistem ini bersifat air cooled dan inverter, dapat dikoneksikan ke banyak tipe
indoor fan coil units (FCU) dengan model dan kapasitas yang berbeda-beda,
melalui pipa refrigeran berjenis tembaga.

1.1.2. Jarak panjang pipa aktual dari CU ke FCU terjauh hingga 165 m. Maksimum
perbedaan tinggi adalah 90 m baik CU berada di bawah atau di atas posisi FCU.
Total panjang pipa termasuk seluruh percabangan pipa hingga 1.000 m.

1.1.3. Aliran refrigeran halus, dengan header pipa tembaga di CU yang memiliki friction-
loss yang rendah harus disuplai dari pabrikan, berlaku untuk liquid dan suction.
Insulator termal pada refnet header yang sesuai juga harus berasal dari pabrikan.

1.1.4. Pada sisi FCU, setiap percabangan pipa refrigeran harus melalui refnet yang
membuat aliran halus dan memiliki friction-loss yang rendah, baik untuk liquid
maupun suction. T-joints tidak diperbolehkan karena tingginya nilai friction-loss.
Insulator termal pada refnet yang sesuai juga harus berasal dari pabrikan.

1.1.5. Dengan pertimbangan sistem operasi yang diandalkan, jarak panjang pipa dan
ketinggian, proses oil recovery oleh pabrik harus dimasukkan ke dalam sistem,
untuk memungkinkan pengumpulan minyak yang mungkin masuk ke evaporator
setiap FCU. Eksternal U-trap untuk pipa refrigeran di lapangan tidak diperlukan.

1.1.6. Sistem harus memiliki kapasitas untuk mendinginkan setiap ruang, berdasarkan
pengaturan yang berbeda pada FCU dalam ruangan yang berbeda. Setiap FCU
harus memiliki kontrol temperatur, aliran udara dan operasi secara mandiri.

1.1.7. Selain pengaturan dari preferensi user pada remote controller FCU, kontrol
kapasitas pada sistem dapat berlaku secara otomatis tanpa intervensi manusia.
Kontrol kapasitas tersedia untuk individual FCU dan juga kombinasi CU.

1.1.8. Untuk mencegah pemborosan refrigeran saat proses commissioning yang


mungkin terjadi karena kelalaian manusia, dan untuk memastikan sistem
beroperasi optimal, pengisian refrigeran di lapangan harus secara otomatis,
melalui proses bawaan pabrik. Jarak pipa refrigeran dan ukuran pipa secara
otomatis dikompensasikan saat proses pengisian refrigeran, untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan yang dapat membuat sistem tidak beroperasi maksimal.
Automatic refrigerant charging port sudah tergabung dalam CU.

1.1.9. Performa sistem teroptimasi dengan temperatur evaporator yang secara otomatis
mengikuti beban dinamis setiap FCU.

1.2. Jaminan Kualitas Manufaktur

1.2.1. Seluruh FCU dan CU harus dimanufaktur pabrik dan telah melalui berbagai uji
coba pada saat proses manufaktur di pabrik. CU harus diberikan pre-charged

13
menggunakan R-410A. FCU di-pre-charged dengan nitrogen, dan ditutup oleh
flare nuts.

1.2.2. FCU dan CU harus memenuhi instruksi RoHS (Restriction of Hazardous


Substances).

2. Condensing Unit (CU)

2.1. Condensing unit harus dirakit pabrik, ditempatkan di casing kokoh tahan cuaca yang
tersusun dari panel-panel baja galvanis, dilapisi baked enamel finish. Konstruksi dari
condensing unit harus memenuhi IP14.

2.2. Condesing unit harus modular secara desain dan diizinkan untuk instalasi side-by-side.
Ketinggian dan kedalaman dari outdoor unit harus memiliki dimensi sebangun untuk
mencapai garis besar yang teratur dan konsisten ketika dilakukan instalasi side-by-side.

2.3. CU harus sudah termasuk alumunium-finned condenser coil, outer diameter motor (ODM)
DC motor dengan scroll fan dan bell-mouth guide, scroll compressor, oil separator dan oil
return circuit, integrated control PCB dengan tampilan tujuh digital segmen, insulated
gate bi-polar transistor (IGBT) inverter dengan alumunium heat sinks, filter pipa
refrigeran, sistem proteksi tekanan rendah dan tinggi, thermistors, solenoid valves,
expansion valves, pressure regulating valve, suction and liquid service valves, automatic
refrigerant charging port, galvanized compressor enclosure dan galvanized electrical
compartment enclosure. CU harus dikonstruksi oleh lembaran baja GI yang telah dilapisi
epoxy, terkonfigurasi untuk kekakuan struktur yang menyokong keseluruhan struktur, dan
terpasang di dasar GI yang sudah dilapisi epoxy dengan slot untuk memungkinkan
pengangkutan menggunakan pellet jack.

2.4. Jaring baja yang dipasang di struktur condensing unit harus mengelilingi alumunium
condenser fins yang tak terlindung. Jaring baja terpisah juga harus terdapat di discharge
outlet dari condenser fan untuk membuat aliran udara menjadi streamline, dan mencegah
puing jatuh ke dalam CU.

2.5. Koneksi pipa refrigeran lapangan menuju CU harus dapat diakses dari sisi service CU.
Juga diizinkan dari sisi bawah CU, apabila terdapat dudukan di bawah CU.

2.6. Kabel power elektrikal dan kabel kontrol harus diarahkan ke dalam CU dengan arah yang
sama dengan koneksi pipa refrigeran. Terminal power elektrikal harus ada didalam
kompartemen elektrikal pada CU, dan hanya dapat diakses setelah penutup panel
elektrikal dari GI dibuka.

2.7. Kompartemen elektrikal harus terletak di dalam ruang mati dari sisi bell-mouth untuk
mengecilkan hambatan dari aliran udara.

2.8. CU harus terdiri dari modul-modul dasar berkapasitas nominal 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 dan
20HP. CU harus dapat dikombinasikan menjadi sistem yang lebih besar, dengan total
kapasitas sampai dengan 60HP. Kombinasi terdiri dari 2 atau 3 CU, dan kombinasi
kapasitas adalah kelipatan 2.

2.9. Setiap CU harus dapat menjalankan dan menghasilkan tingkatan kapasitas, diatur
melalui power inverter devices dan inverter controller, dengan memvariasikan kecepatan

14
dari rotasi kompresor dengan menyesuaikan permintaan kebutuhan pendinginan. Untuk
permintaan kebutuhan pendinginan yang lebih besar, kecepatan kompresor akan naik,
menghasilkan volume refrigeran yang bersirkulasi lebih besar, dan untuk permintaan
kebutuhan pendinginan yang lebih kecil, kecepatan kompresor akan melambat untuk
menghasilkan volume refrigeran yang lebih sedikit. Permintaan kebutuhan pendinginan
dikomunikasikan oleh individual FCU ke CU melalui sistem kabel transmisi yang bersifat
unshielded dan non-polarized.

2.10. Outdoor unit harus dapat dikoneksikan dengan beragam tipe/model dan kapasitas,
sebagai berikut:
• Ceiling Mounted Cassette Type (Round Flow 360⁰)
• Ceiling Mounted Duct Type
• Wall Mounted Type
• Air Handling Unit (AHU)

2.11. CU harus terpasang kontrol Smart Variable Refrigerant Temperature (VRT Smart),
untuk mengoptimasi operasi sistem, baik untuk mengunggulkan efisiensi energi atau
pendinginan secara cepat.

2.12. CU harus terpasang tombol automatic test operation untuk menjalankan sistem
pengecekan otomatis. Dimana termasuk control wirings, shut-off valves, sensors dan
refrigerant volume. Apabila berhasil, maka sistem akan kembali beroperasi secara
otomatis setelah pengecekan selesai.

3. Printed Circuit Board (PCB)

3.1. PCB yang terintegrasi harus dilapisi oleh surface mounted technology (SMT), dan dibuat
untuk melindungi PCB dari dampak yang merugikan dari debu dan kelembapan.

3.2. Panas yang terakumulasi dari IGBT harus didinginkan dengan alumunium heat sinks, dan
heat sink tersebut harus diletakkan jauh dari kotoran dan debu dari aliran udara
kondenser yang dapat membuat mengurangi efesiensi. Heat sinks harus terikat secara
mekanis ke pipa refrigeran berjenis tembaga, dan diletakkan dalam kompartemen panel
elektonik. Panas dari IGBT akan dihilangkan dengan memindahkan panas ke aliran
refrigeran yang berada di dalam pipa tembaga.

4. Compressor

4.1. Pengoperasian dari sistem variable refrigerant volume mengharuskan kecepatan


kompresor bervariasi dari RPM rendah ke RPM tinggi, bergantung pada permintaan
dinamis kebutuhan pendinginan. Kompresor bekerja menyesuaikan permintaan
operasional, dan resiko kegagalan mekanikal dan kebocoran tekanan akan diminimalisir
terhadap tingkatan RPM. Untuk mengurangi resiko tersebut, kompresor harus
menggunakan tipe scroll, dengan kontrol tekanan antara scroll atas dan scroll bawah
seperti pengoptimalkan oil seal secara konsisten yang dijaga melalui pergerakan bagian
scroll pada seluruh kondisi beban.

4.2. CU dengan kapasitas 6HP, 8HP, 10HP, 12HP dan 14HP memiliki satu kompresor. Dua
kompresor digunakan untuk CU dengan kapasitas 16HP, 18HP dan 20HP.

15
4.3. CU dengan dua kompresor akan tetap dapat beroperasi walaupun salah satu dari
kompresor mengalami kegagalan, melalui prosedur reset.

4.4. Desain kompresor harus menjamin viskositas dari oli pelumas yang dijaga di temperatur
optimal saat siklus beroperasi. Tekanan/temperatur keluaran refrigeran yang tinggi
berada di bagian bawah kompresor, dimana oli pelumas dijaga, dengan demikian maka
oli akan mengalir secara halus menuju motor shaft, journal bearings dan scrolls
assembly.

4.5. Suction line yang masuk ke dalam kompresor harus dipasang dengan fine mesh filter
untuk menangkap partikel-partikel.

4.6. Kompresor inverter menggunakan neodynium magnet dalam konstruksi rotor, untuk
menghasilkan torsi besar dan efesiensi yang baik. Strator winding dibuat dengan desain
low eddy-current loss.

4.7. Di dalam sistem yang terdiri dari beberapa CU dikombinasikan untuk menghasilkan
kapasitas yang lebih besar, pergantian kerja secara otomatis pada CU dan kompresor,
harus diaktifkan dalam kombinasi sistem. Proses pergantian kerja harus secara otomatis
berlangsung tanpa intervensi pengguna.

5. Heat Exchanger

5.1. Heat exchanger dibuat dari alumunium fins yang secara mekanis terikat ke pipa tembaga
untuk membuat permukaan sirip heat exchanger yang efektif. Fins alumunium sebaiknya
berombak untuk meningkatkan area total permukaan, dengan pitch 1.4 mm untuk
membuat penukaran panas yang baik.

5.2. Alumunium fins dilapisi dengan lapisan tipis resin anti korosi.

5.3. Untuk meningkatkan kapasitas, permukaan heat exchanger diperluas dengan membuat
heat exchanger ada di keempat sisi CU, dengan dua baris koil. (Pada kapasitas 20HP
berlaku 3 baris koil.)

6. Refrigerant Circuit

6.1. Sirkuit refrigeran sudah harus termasuk filter internal, liquid line and suction line shut off
valve, solenoid valves dan expansion valves.

6.2. Pendeteksi tekanan tinggi pada refrigeran dan cut-off safety device harus tersedia untuk
melindungi dari pengoperasian bertekanan tinggi yang melampaui batas dalam sistem.

6.3. Oil separator harus terpasang pada discharge setiap kompresor, dan harus
mengembalikan oli kembali ke kompresor saat operasi.

7. CU Fan Motor

7.1. ODM fan motor harus dapat beroperasi pada delapan tingkatan kecepatan untuk
menyesuaikan variabel heat rejection dan menjaga kondensasi gas secara menyeluruh di
kondenser. External static pressure (ESP) oleh motor harus bisa mencapai 78,4 Pa.

16
7.2. Pada malam hari, ketika beban pendinginan berkurang, CU harus dapat beroperasi pada
kapasitas dan tingkat kebisingan yang mengecil, melalui pengurangan kecepatan
kompresor. Pengurangan tingkat kebisingan saat operasi dipicu menggunakan
pengaturan kontrol.

8. Crankcase Heating

8.1. External heater element tidak diperlukan untuk memanaskan crankcase. Pemanasan
crankcase harus disediakan pada setiap kompresor menggunakan stator windings
kompresor sebagai sumber panas. Ketika sistem AC dalam mode operasi dingin,
pemanasan crankcase harus berhenti secara otomatis. Ketika sistem AC mati,
pemanasan crankcase harus aktif secara otomatis, asalkan temperatur kompresor jatuh
di bawah 25⁰C. Hanya 2 fase dari stator windings yang secara parsial memberi energi
untuk pemanasan crankcase.

9. Safety Devices

9.1. Berikut adalah safety devices yang harus dimiliki oleh outdoor unit: high pressure switch,
control circuit fuses, fan driver overload protector, over-current relay, inverter overload
protector.

9.2. Untuk pendinginan yang efektif pada pipa refrigeran yang panjang, sub-cooling dari liquid
line harus termasuk dalam CU, dan harus dapat beroperasi secara otomatis ketika
dibutuhkan.

9.3. Oli pelumas kompresor, yang mungkin melekat dalam pipa evaporator saat siklus
pendinginan berlangsung harus kembali ke kompresor, melalui proses pre-programmed
oil recovery dari pabrik. Secara umum oil recovery yang pertama harus aktif dua jam
setelah initial commissioning/start-up dan setelahnya, oil recovery akan berkerja setiap
delapan jam pada akumulasi operasi. Proses ini harus berasal dari program pabrik, dan
tidak bisa diubah di lapangan.

9.4. Keseimbangan dari oil level untuk menyesuaikan operasi kompresor dari kombinasi
sistem CU harus berkerja tanpa penggunaan external oil equalizing refrigerant pipes.

10. Noise Level

10.1. Tingkat kebisingan pada setiap modul CU harus berkisar dari 56dB(A) sampai
65dB(A) pada operasi normal, diukur dari jarak 1 meter secara horizontal dan 1,5 meter
di atas tanah, pada kondisi anechoic chamber.

11. Fan Coil Unit (FCU) Ruangan Umum

11.1. Beragam tipe FCU harus ada untuk fleksibilitas desain. Kapasitas berkisar dari 2,2kW
sampai dengan 28kW, termasuk unit AHU yang mencapai 336kW. Sampai dengan
maksimum 64 FCU harus dapat dikoneksikan pada setiap sistem, dimana setiap unit
FCU dapat dikontrol secara mandiri ataupun secara berkelompok.

11.2. Basic Components

17
Komponen-komponen basic termasuk fan/blower assembly, evaporator coil, filter, dan
electronic proportional expansion valve, dengan thermistor untuk operasi yang tepat dan
efektif. Semuanya harus bertempat di kesatuan fisik.

11.3. Fans
Tipe fan harus direct driven centrifugal dengan impeller yang seimbang. Motor harus
beroperasi pada nominal 230 volts, satu fase dan 50Hz.
Untuk tipe floor standing duct type, FXVQ series dan AHUR, fan motor harus 400 volts, 3
fase dan belt driven.
Untuk AHUR, opsional AC motor dengan rating IE3 harus tersedia. EC motor juga harus
tersedia sebagai opsi.

11.4. Evaporator Coils


Evaporator coil harus sesuai untuk penggunaan direct expansion dengan refrigeran R-
410A. Konstruksinya harus dengan annealed copper tubes, diperluas secara hidrolik
untuk membentuk ikatan mekanis yang baik dengan alumunium fins. Internal dari pipa
tembaga harus berbentuk rifled-bored dan dapat menghasilkan spesifikasi pendinginan
sesuai desain, termasuk kebutuhan tekanan maksimum dalam sistem.

11.5. Filters
Pabrik menyuplai mold resistant resin net filters yang tersedia untuk tipe-tipe FCU. Untuk
FCU dengan filter yang disuplai pabrik, pemasangan filter di FCU akan menjadi bagian
dari desain FCU.

Filter untuk FCU tipe duct, termasuk AHUR akan disediakan oleh pihak installer,
bergantung pada spesifikasi dari konsultan teknik. Seperti filter harus sesuai dengan
dimensi dari spesifikasi, termasuk metode pemasangan, efisiensi filter dan spesifikasi
pressure drop.

11.6. Electronic Expansion Valve


Electronic expansion valve harus dapat mengimbangi performa dari FCU. Dimana EEV
harus dapat terus mengatur volume refrigeran yang mengalir melalui FCU untuk
mencapai kapasitas pendinginan yang didesain, dengan mengontrol temperature suction
dari FCU.

11.7. Types of FCU

11.7.1. Round Flow Ceiling Mounted Cassette


FCU disuplai dalam dua bagian, bagian utama FCU melingkupi evaporator coil,
filter, fan assembly dan kontrol, dan panel dekoratif dengan directional air flaps
yang terpisah.

Dekoratif panel yang standar harus termasuk perforasi linier di bagian bawah
untuk memfasilitasi return air ke dalam FCU. Suplai udara akan mengelilingi
dekoratif panel dan didistribusikan dengan empat arah air flaps.

Dekoratif panel tersedia dengan warna putih, dengan hitam sebagai warna opsi.

All-round flow akan tersedia seperti halnya 2-way flow, L-shaped 2-way flow, 3-
way flow dan 4-way flow. Sehingga pola aliran udara dapat disesuaikan dengan
lokasi atau letak ruangan.

18
Sudut dari individual flap akan dikontrol secara mandiri melalui remote controller,
seperti arah aliran udara yang bersifat mandiri, untuk setiap saluran keluaran
udara.

Sudut flap dan operasi akan berbalik kembali secara otomatis ke operasi
sebelumnya setelah FCU dihidupkan kembali.

Sudut aliran udara 5 arah dengan tambahan fungsi auto-swing akan tersedia.

Untuk instalasi atap yang tinggi, aliran udara akan dapat disesuaikan melalui
remote controller, BRC1E63, untuk membuang suplai udara pada sudut curam
terhadap area yang diduduki, dengan rentang ketinggian antara 3,5m sampai
4,2m.

Fitur penurunan filter panel secara otomatis akan tersedia sebagai opsi. Untuk
keselamatan dari orang maintenace dan untuk menghindari penggunaan tangga
yang tinggi, panel filter dapat diturunkan, dengan rentang tinggi dari 1,2m sampai
3,9m ke bawah FCU. Fitur tersebut memiliki 8 opsi pilihan ketinggian, dipilih
melalui pengaturan lapangan saat commissioning.

Horizontal flaps, dengan permukaan tidak berkumpul, harus digunakan dalam


indoor unit untuk mengurangi kondensasi. Juga dapat mengurangi
menumpuknya kotoran, dan memudahkan maintenance.

Filter udara harus memiliki perlakuan anti jamur dan anti bakteri untuk
menghindari pertumbuhan jamur yang berasal dari tumpukan debu atau embun
yang mungkin menempel pada filter.

Teknologi smart control sudah termasuk. Dalam mode pengaturan automatic air
flow, volume udara pada FCU akan secara otomatis berubah menyesuaikan
beban pendingin, Semakin besar beban pendingin, semakin besar volume udara,
begitu pula sebaliknya.

Drain pan harus diberikan silver ion antibacterial, untuk mengurangi pertumbuhan
lendir, yang dapat menyebabkan penyumbatan dan bau.

Pompa drain sudah tergabung dalam FCU dengan kenaikan 850mm dari false
ceiling. Pompa tersebut tidak menyebabkan tekanan pada instalasi pipa drain.

11.7.2. Ceiling Mounted Duct


FCU dipasang di void atap, dan disesuaikan untuk instalasi panjang duct yang
sedang, dengan total external static pressure dari 30Pa sampai 270Pa. FXMQ
harus dikonstruksi dengan GI, dengan wadah kondensasi internal.

Kapasitas FCU sampai dengan nilai nominal 16kW, sudah termasuk DC fan
motor, dengan external static pressure yang dapat disesuaikan dengan kondisi
instalasi. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan menggunakan remote controller.

Untuk FCU dengan kapasitas lebih dari 16kW, fan motor berdasarkan tipe AC
dan total external static pressure dapat disesuaikan dengan memilih electrical
windings tap.

19
Drain pan harus diberikan silver ion antibacterial, untuk menghindari
pertumbuhan lendir, yang dapat menyebabkan penyumbatan dan bau.

Untuk model dengan kapasitas sampai dengan 16kW, drain pump sudah
termasuk dalam FCU dengan kenaikan 700mm dari dasar unit. Pompa tersebut
tidak menyebabkan tekanan pada instalasi pipa drain.

11.7.3. Wall Mounted


FCU memiliki 5 sudut keluaran udara, diatur dengan remote controller. Sudut
discharge otomatis dijaga pada posisi yang sama setiap FCU dinyalakan. Panel
FCU memiliki desain yang flat dan bebas dari perforasi untuk memudahkan
proses pembersihan dan maintenance.

Untuk distribusi udara yang nyaman, vertical auto-swing jalur suplai udara
disediakan. Dan jalur akan menutup ketika FCU dimatikan. Koneksi pipa drain ke
FCU tersedia di bagian kiri atau kanan.

Opsional external drain pump kit tersedia dengan kenaikan 1000mm dari bawah
drain pump.

12. Air Handling Unit (AHU) Ruangan Khusus

12.1. Yang termasuk ruangan khusus antara lain: ruang operasi, ruang pemulihan. Fan coil
unit yang diajukan adalah tipe AHU, dimana cooling coil dan pengendali kelembaban
berada dalam satu paket sehingga mampu mencapai desain kriteria ruang khusus sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 tentang
persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit. Temperatur yang harus
dicapai 19 - 24°C dengan kelembaban relatif 40 - 60%.

12.2. Spesifikasi AHU yang diajukan adalah, sebagai berikut:

12.2.1. Casing
Untuk mengurangi resiko terjadinya kondensasi pada unit maka casing harus
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Double skinned panel (thermal break) dengan ketebalan 50 mm.
2. Ketebalan insulation 50 mm polyurethane foam dengan massa jenis
40 kg/m3.

12.2.2. Fan
Agar dapat mengendalikan tekanan didalam ruangan fan harus dilengkapi
dengan sistem kontrol variable speed drive (VSD). Tipe fan yang digunakan
adalah Plug fan (high efficiency, high static pressure & low maintenance).

12.2.3. Drain Pan


Drain pan terbuat dari material stainless steel SUS304 untuk mencegah
terjadinya korosi.

20
12.2.4. Filter
Pre-filter dan medium filter sudah termasuk dalam unit AHU dengan spesifikasi :
1. Pre-filter
Class G4 atau MERV. 6 effisiensi 90%, washable (housing pre-filter include unit)

2. Medium filter
Class F8 atau MERV. 14 effisiensi 90-95% (housing medium filter include unit)

12.2.5. Pengendali Kelembaban


Sistem pengendalian kelembaban bisa menggunakan heat pipe, sehingga dapat
mengendalikan kelembaban di dalam ruangan tetap stabil.

12.2.6. Aliran Udara Laminar (Laminar Air Flow / LAF)


Sistem dapat menghasilkan pola aliran udara Laminar dengan kecepatan udara
0,46 ± 0,10 m/detik diukur 1 meter di bawah diffuser.

12.3. Selain AHU pada ruang khusus juga diperlukan peralatan pendukung lain untuk
menjaga kondisi ruangan agar sesuai dengan kriteria desain, seperti:

12.3.1. Hepa Filter


Class H13 atau MERV. 19 effisiensi 99.95% (terpasang dalam instalasi).

12.3.2. Exhaust Fan


Tipe fan yang digunakan centrifugal fan dilengkapi dengan VSD kontrol.

12.3.3. Aksesoris
Temperatur & humidity sensor, pressure tranduser dan indikator differential
pressure switch untuk filter.

21
Pasal 15
Instalasi Penangkal Petir

15.1. Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari
system penangkal petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari
badan yang berwenang jawatan keselamatan kerja.

15.2. Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku dari Jawatan
Keselamatan Kerja atau standart yang dikeluarkan dari pabrik.

15.3. Contoh, Bahan dan Material


Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan – bahan yang akan dipergunakan/
dipasang, yaitu minimal pengahntar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam
persyaratan.

15.4. Pemeriksaan
1. Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Direksi untuk memastikan dipenuhinya
spesifikasi ini.
2. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Direksi terlebih dahulu sebelum
tertutup atau tersembunyi.
3. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat – syarat spesifikasi dan gambar –
gambar harus segera diganti, tanpa membedakan tambahan pada pemilik proyek.

15.5. Surat Ijin


1. Kontraktor harus mempunyai ijin dari pasang PLN golongan C untuk pemasangan
petir ini.
2. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir ini,
dibuktikan dengan memberikan daftar proyek – proyek yang sudah pernah dikerjakan

15.6. Bahan dan Material


1. Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan
sesuai dengan yang dimasudkan serta disetujui oleh Direksi.
2. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Direksi sebelum
dilakukan pasangan. Material atau alat – alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini
akan ditolak. Sistim penangkal petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif.
3. Komponen-komponen yang dipakai adalah sebagai berikut :
a. Head Electroda (Spitzen)
Head Electroda khusus untuk sistim non radio aktif adalah sistim Early Streamer
Electrostatis.
b. Penghantar
§ Terdiri dari dua macam yaitu penghantar horizontal yang listrik antara kepala
penangkal dan menghubungkan secara listrik antara kepala penangkal dan
electroda pentanahan.
§ Penangkal ini harus menjamin dapat mentrafer dengan aman energi kilat dari
“air terminal” ke tanah. Untuk sistim electrostatis dipergunakan penghantar
jenis kabel down conductor khusus lighting protection.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XV – 1


c. Sistem Pentanahan
Terdiri dari :
§ Teminal pentanahan, terletak didalam bak kontrol ukuran seperti tercantum
pada gambar detail. Bak kontrol diperlukan unutk pengujian pentanahan tanah
secara berkala.
§ Electroda pentanahan, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter
tidak kurang dari 1” dan pnjang 6 m dan harus dimasukkan kedalam tanah
secara vertikal (sesuai dengan gambar). Tahanan pentanahan maksimum 3
ohm.
d. Daftar Material
§ Untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib mengisi dafatar
meterial yang emnyebutkan merk , Type, kelas lengkap dengan brosur/ kotalog
yang terlampir.
§ Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen – komponen yang
berupa barang – barang produksi.
§ Apabila ada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu ( quality performance ) dari material atau komponen
trtentu terutama untuk material – material listrik utama, maka pemborong wajib
melakukan didalam penawarannya meterial yang dalam taraf mutu/ pabrik
yang disebutkan itu.
§ Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa meterial yang isebutkan
pada tabel material tidak dapat diadakan oleh pemborong, yang diakibatkan
oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Direksi lapangan dan
perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk / type dengan suatu sangki
tertentu kepada pemborong :
Item Merk
NO
1 Spitzen ( Air Mineral ) VIKING V6
2 Penghantar ( NYY 70 mm² ) Supreme,Kabelindo,Kabel
Metal,Vocsel,Ex Eropa
3 Conduit EGA,Clipsal,Teso,ARK,
Marshall,Tuflek

15.7. Pemasangan / Pelaksanaan


Cara-cara pemasangan penangkal petir sistim ini harus sesuai dengan petunjuk –petunjuk
dan spsifikasi pabrik :
1. Batang penangkal dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau
klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya mekanis pada saat
timbulnya sambaran petir.
2. Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor
untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air.
3. Sambungan – sambungan :
a. Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kotak yang baik dan tidak
mudah terlepas.
b. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian – kerugian tipis akibat
adanya sambungan.
4. Pelindung mekanis :
Down conduktor harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa PVC
type AW seperti pada gambar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XV – 2


15.8. Testing & Commissioning
1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan
sistem kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat
diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut:
a. Grounding resistant test ukuran tanahan dari pentanahan yang mempergunakan
metode standar.
b. Continuity test.
c. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL
terbitan terakhir.
4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan
pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui
apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi
persyaratan.
5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut
merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan
untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus
disediakan kontraktor.
6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga )
mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Hasil pengetesan kabel – kabel.
b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan.
c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XV – 3


BAB VI

6.1. PERSYARATAN SISTEM BAS

6.1.1. Ketentuan Umum

Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar rencana, dimana bahan-
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban pemborong untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

6.1.2. Lingkup (Scope) Pekerjaan BAS

Sebagaimana tertera dalam gambar-gambar rencana, pemborong pekerjaan


Instalasi BAS ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis besar
lingkup pekerjaan Instalasi BAS yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan sentral sistem Building
Automation System meliputi PC Workstation, IP Web Controller, Aplikasi Open
Web, I/O Module, Panel BAS.
2. Pengadaan, pemasangan kabel data, terminal box, sensor.
3. Melakukan Testing, Commissioning dan Training.

6.1.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :

1. IO Module
I/O module untuk controller memiliki terminal input/output dan ditempatkan pada
panel BAS pada gedung disetiap lantai.

Processor ARM7 Architecture 17~25 Mhz

Komunikasi Ports: (2) CAN-bus.

Tegangan kerja 24 VDC dan arus 50 mA

Temperature Kerja 0°C sampai 50°C


Untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai tipe sensor/aktuator Terminal IO
Module harus memiliki:
- Terminal input dengan variable:
• Digital : Dry contact, Pulse, Thermistor
• Analog : Tegangan 0 to 10V.,
- Terminal output dengan variable:
• Digital : Tegangan 12/24 VDC dan arus 80 mA per output.
• Analog : Tegangan 0 to 10 V DC dan arus 8mA per output.
2. Perangkat Sensor
1. Room Temperature Sensor.
Room temperature sensor akan digunakan memonitor ruangan yang
dianggap perlu dalam suhu tertentu, misalnya ruang server, ruang tindakan,
ruang OK, laboratory dan lainnya. Data teknis untuk perangkat ini adalah
sebagai berikut.
1. Memiliki 2-pole terminal untuk komunikasi dengan IO Module
2. Range Pengukuran Range -50°C…+150°C
3. Tingkat akurasi ± 0.3K @ 0°C
4. Sensor Pt1000
5. Protection Class IP30
6. Casing dengan nilai estetika yang baik untuk penempatan di ruangan.

2. Room Humidity Sensor.


Room Humidity sensor akan digunakan memonitor humidity ruangan yang
dianggap perlu, misalnya ruang server, ruang tindakan, ruang OK, laboratory
dan lainnya. Data teknis untuk perangkat ini adalah sebagai berikut.
1. Memiliki Terminal untuk komunikasi dengan IO Module
2. Memiliki terminal untuk supply power 24V DC
3. Operating Range -20°C sampai 70°C
4. Humidity Measuring Range 0…100% r.h.
5. Tingkat akurasi ±2%(10% sampai 90% rh).
6. Output (s) 0-10Vdc / Pt1000
7. Protection Class IP30
8. Memiliki box dengan nilai estetika yang baik untuk penempatan di
ruangan.
3. Temperature Sensor.
Temperature Sensor digunakan untuk monitoring perangkat Panel, Genset
dan Trafo, untuk mengetahui lebih awal bila mana terjadi overheating
sehingga lebih menjamin kehandalan perangkat utama elektrikal ini. Data
teknis untuk perangkat ini adalah sebagai berikut.
1. Operating Range -35°C sampai 160°C.
2. Memiliki 2-pole terminal untuk komunikasi dengan IO Module .

4. Battery Status.
Battery Status sensor digunakan untuk memonitor battery perangkat utility
yang dianggap penting seperti battery strarter genset, battery backup lift
pasien, atau perangkat lain yang dianggap penting. Data teknis untuk
perangkat ini adalah sebagai berikut:
1. Operating Range -35°C sampai 160°C.
2. Terminal prope yang terhubung ke kutup batere harus tahan terhadap
korosi.
3. Memiliki 2-pole terminal untuk komunikasi dengan IO Module.

6. Kabel
Kabel yang menghubungkan IP Web Controller ke PC Workstation menggunakan
kabel Cat6 , dari IP Web Controller ke I/O Module menggunakan kabel STP 18
AWG, dan kabel dari I/O module ke point I/O digital menggunakan ITC kabel 0,6mm.
Koneksi ke perangkat metering yang terpasang panel/utility berjalan dalam platform
Modbus dan menggunakan kabel STP 2 core 18 AWG.
Penggunaan jenis kabel akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
perangkat, yaitu sebagai berikut :

1. IP Web Controller à PC workstation


Kabel yang menghubungkan IP Web Controller ke PC Workstation
menggunakan kabel Cat6.
2. IP Web Controller à IO Module
Kabel yang menghubungkan IP Web Controller ke IO Module menggunakan
kabel STP 18 AWG
3. IP Web Controller à Metering
Koneksi ke perangkat metering yang terpasang pada panel/utility berjalan
dalam platform Modbus dan menggunakan kabel STP 2 core 18 AWG.
4. IO Module à Point Digital
Kabel yang digunakan untuk menghubungkan IO Module ke point-point digital
yaitu kabel ITC 0,6mm.
5. IO Module à Point Analog
Kabel yang digunakan untuk menghubungkan IO Module ke point-point
analog yaitu kabel ITC 0,6mm.
6. Power Supply di panel à Transmitter
Untuk transmitter yang membutuhkan power supply dihubungkan
menggunakan kabel ITC 0,6mm yang diambil dari power yang ada di area
panel BAS.
7. UPS à Seluruh panel BAS
Seluruh power pada panel BAS disupply dari UPS dengan menggunakan
kabel NYY.

6.1.4. Persyaratan Teknis Pemasangan

1. PC Workstation di tempatkan di ruang server, mendapat catu daya dari


UPS.
2. IP Web Controller ditempatkan pada panel BAS terdekat dan mendapat
catu daya dari UPS
3. Seluruh I/O module harus ditempat pada panel BAS dan mendapat catu
daya UPS.

6.1.5. Referensi Produk

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi.


1. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf
dengan yang dispesifikasikan ke Direksi.
2. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Direksi / MK (Manajemen Konstruksi).
3. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :

Bahan / Peralatan : Merk / Pembuat


Peralatan Utama : Deos, Distech Control, Honeywell
Kabel ITC : Commscope, Belden, Nexans
Kabel Data : Commscope, Belden, Nexans
Kabel Data STP : Commscope, Belden, Nexans
Conduit PVC : Ega/Clipsal / setara

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEKERJAAN PNEUMATIC TUBE SYSTEM

1. SYARAT-SYARAT UMUM
1.1 Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui
hal-hal yang akan mempengaruhi atau mengganggu pekerjaan pemasangan pneumatic tube.
1.2 Apabila timbul persoalan, Kontraktor wajib mengajukan saran penyelesaian paling lambat
seminggu sebelum bagian pekerjaan ini seharusnya dilaksanakan.
1.3 Pada waktu akan memulal pelaksanaan, Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar kerja
(shop drawing) terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas dan
gambar-gambar tersebut harus diserahkan minimal 2 minggu sebelum dilaksanakan.

2. PERATURAN, IZIN DAN STANDAR


2.1 Instalasi yang dinyatakan dalam persyaratan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan dan
undang-undang yang berlaku, serta tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari
Departemen Tenaga Kerja (Depnakertrans).
2.2 Kontraktor harus mengurus izin-izin kepada instansi yang bersangkutan yang mungkin
diperlukan untuk menjalankan instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini atas tanggungan
sendiri.
2.3 Kontraktor sebelumnya harus mengajukan contoh bahan-bahan dan peralatan·peralatan yang
akan digunakan. Cara pelaksanaan pengerjaan harus dilakukan dengan cara yang wajar dan
terbaik, dan bahwa instalasi yang diserahkannya adalah lengkap dan dapat bekerja dengan baik,
tanpa mengurangi atau rnenghilangkan bahan-bahan atau peralatan-peralatan yang
sewajarnya disediakan, walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam persyaratan ini ataupun
tidak dinyatakan secara tegas dalam gambar-gambarr yang menyertai persyaratan teknis ini.
2.4 Gambar-gambar dan persyaratan teknis perencanaan ini merupakan suatu kesatuan dan tidak
dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik, dan hanya dinyatakan dalam salah satu
gambar perencanaan atau persyaratan teknis perencanaan saja, Kontraktor harus tetap
pelaksanakannya tanpa ada biaya tambahan.
2.5 Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua pipa, fitting, secara
terperinci. Semua bagian-bagian tersebut diatas walaupun tidak digambarkan atau disebutkan
secara spesifik, namun apabila untuk berfungsinya system maka harus disediakan dan dipasang
oleh Kontraktor dengan baik dan sesuai dengan pelaksanaan yang wajar dan berlaku untuk
pekerjaan pneumatic tube pada umumnya.

3. LINGKUP PEKERJAAN
3.1 Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pengadaan material, pemasangan, penyambungan,
tenaga kerja, peralatan bantu agar seluruh instalasi pneumatic tube dapat dipasang, diuji, dan
siap untuk digunakan dengan kualitas bahan dan kualitas pengerjaan pemasangan yang terbaik

sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan yang ditentukan dalam perencanaan ini.

3.2 Persyaratan non teknis yang dimaksud adalah menyertakan surat pernyataan “free biaya
pemeliharaan RUTIN “ pasca masa garansi berakhir.
3.3 Persyaratan teknis ini dan gambar-gambar yang menyertai dimaksudkan untuk menjelaskan dan
menegaskan tentang segala pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan, pengujian dan penyetelan dari seluruh sistim agar lengkap dan siap untuk bekerja
dan dapat digunakan dengan baik. Secara umum bagian-bagian peralatan dan pekerjaan utama
yang termasuk dalam Persyaratan Teknis dan adalah sebagai berikut :
• Pemasangan instalasi pipa pneumatic tube berikut kabel control, clamp, dll
• Pemasangan Blower 3 phase lengkap dengan air diverter, by pass, sound
• Absorber, central control unit dan power supply unit
• Pengadaan kapsul transportasi, rak kapsul, keranjang penerima kapsul
• Pengadaan dan pemasangan pencabangan (Diverter)
• Pengadaan dan pemasangan stasiun penerima dan pengirim (Station)
• Pengadaan dan pemasangan PC-Monitoring (bila dibutuhkan)

4. SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi umum:
a. Memakai single line system, artinya hanya mungkin satu carrier yang dikirim/diterima pada
setiap transaksi.
b. Sistem dapat dikembangkan: jumlah station ditambah dan line di upgrade tanpa
membuang/mengganti alat yang sudah terpasang (high model/type of control unit)
c. Pipa/Tube yang digunakan berdiameter 110 mm, bend yang digunakan berradius R=800 mm,
warna tube dan bend adalah abu-abu dan/atau transparent
d. Kecepatan dari kapsul (carrier) adalah 3-5 m/s, berat yang dapat dikirim 2-3 kg.
e. Menggunakan system RFID (autoreturn of empty carrier pada station di laboratorium)
f. Menggunakan PC-Monitoring (bila dibutuhkan)

4.1 Stasiun pengirim dan/atau penerima (station)


Station bekerja secara automatis dimana hal di bawah ini dapat dilakukan diantaranya :
• Alamat tujuan dapat disetting untuk menghindari kesalahan pengiriman ke alamat lain.
• Stasiun dapat menerima kapsul pengiriman keluar dimana pada saat bersamaan stasiun
tersebut sedang menerima kapsul masuk, tanpa harus membuat si pengirim menunggu.
• Station terdiri station akhir (end station) dan station perantara (through station)
• Dilengkapi display LCD yang dapat menunjukkan alamat tujuan pengiriman dan menunjukkan
nama (alpha numeric).
• Setiap stasiun mempunyai alamat tujuan yang berbeda dan dapat dihubungkan dengan signal
penerima dengan masing-masing alamat yang berbeda dan sinyal hanya dapat dimatikan
apabila barang diambil.
• Dilengkapi dengan langkah konfirmasi saat akan mengirim ke alamat yang dituju.
• Pada Stasiun tidak terjadi electro static pada saat pengiriman dan penerimaan.

• Dilengkapi dengan sinyal kedatangan yang dapat diset sesuai dengan keinginan.
• Station dapat melakukan auto clearing jika terjadi sesuatu atau kapsul tertinggal pada
instalasi.
• Khusus di Laboratorium, station yang digunakan adalah Multisending dan Multireceiving
Station atau Multilabstation, pada Multisendingstation atau Multilabstation dipasang RFID
system yang berfungsi mengembalikan kapsul (carrier) ke station asal secara automatis.
• Multireceivingstation hanya berfungsi menerima dan tidak dapat mengirim carrier
• Multisendingstation (MSS) hanya berfungsi untuk mengirim dan tidak dapat menerima carrier.
Pada MSS terdapat 3 selongsong (dispatch) yang dapat secara bersamaan diletakkan 3
carrier berbeda masing masing satu pada setiap dispatch. Pengiriman dilakukan secara
otomatis tanpa harus menekan/memilih kode station yang dituju.
• Multilabstation (MLS) berfungsi untuk mengirim dan menerima carrier. Pada MSS terdapat 3
selongsong (dispatch), dimana satu dispatch untuk menerima dan dua dispatch untuk
mengirim. Pada sending dispatch dapat secara bersamaan diletakkan 2 carrier berbeda
masing masing satu pada setiap dispatch. Pengiriman dilakukan secara otomatis TANPA
harus menekan/memilih kode station yang dituju.
• RFID sistem memungkinkan station mengirim carrier TANPA harus menekan kode station
yang dituju.
• Code Tag (RFID) menggunakan gelombang radio frequency.
• Apabila listrik padam dan terdapat kapsul yang sedang dikirim sebelum listrik padam didalam
jaringan, maka kapsul tersebut harus dapat melanjutkan pengiriman ke station yang dituju,
bila tidak maka kapsul tersebut harus dapat dikirim ke default station.
• Default Station adalah station yang didefinisikan sebagai station yang harus dituju kapsul tiba
apabila ada masalah listrik dan control system disaat pengiriman kapsul tersebut.
• Memiliki test report EMC sertifikat dari badan sertifikasi.

4.2 Carrier/Kapsul transportasi


• Tahan lama dengan tutup dilapisi karet dan tahan benturan.
• Kapsul anti bocor tidak mudah pecah (leak proof carier).
• Kapsul transportasi Dia. 110 atau 4” untuk pengiriman sample lab dan obat-obatan.
• Pada kapsul tertentu terdapat microchip sebagai pengenal asal dari kapsul tersebut (untuk
sistem RFID)

4.3 Blower 3-phasa


• Blower 3-phase yang mampu untuk memberikan volume udara yang cukup untuk pengiriman
hingga titik terjauh.
• Blower dilengkapi dengan air diverter yang berfungsi untuk mengatur posisi “pressure” atau
“suction” pada sistem.
• Reaksi cepat Air Diverter pengubah posisi tekanan udara secara halus dan tidak mengejutkan
serta maintenance free.
• Perlambatan kecepatan secara untuk pengiriman darah dan sample darah bila diinginkan.
• Dilengkapi Silencer untuk mengurangi bunyi dari blower.

• Dilengkapi proteksi untuk blower agar tidak mudah terbakar dikarenakan oleh fluktuasi listrik
dan kehilangan 1 phase.

4.4 Pipa (tube) dan bend


• Pipa (tube) dan bend terbuat dari hard PVC dan berwarna abu-abu dan transparan
• Pipa dan bend berdiameter 110 mm
• Bend memiliki radius 800 mm
• Memenuhi standard DIN 6660 dan memiliki test certificate dari lembaga sertifikasi.

4.5 Diverter
• Di dalam Diverter terdapat 1 unit motor yang dapat menggerakan selongsong (dispatch)
dalam diverter secara automatis dan Tube Switch (Fotosensor/Non Contact Sensor).
• Diverter yang digunakan adalah three way – diverter
• Pergantian posisi pada diverter dilakukan secara microcontrolled.
• Memiliki test report EMC sertifikat dari badan sertifikasi.

4.6 Central Control Unit


• Control Unit dapat diprogram dan dapat memonitor secara real time transaksi pada jaringan
• Control Unit harus dapat dihubungkan ke periphery device lainnya seperti PC/Printer
• Control Unit harus dapat melakukan transaksi internal dalam satu line secara indenpenden
dan harus dapat melakukan transaksi antar line
• Control Unit harus dapat secara automatis melakukan restart apabila terjadi power failure
• Sistem menggunakan satu power supply untuk satu line
• Memiliki test report EMC sertifikat dari badan sertifikasi.

4.7 Sistem Kabel


• Sistem Kabel adalah kabel yang didalamnya terdapat kabel data dan kabel daya, terisolasi
dalam satu sistem kabel,
• Kabel yang digunakan tipe LV-(VYAY+Y)Y 2x2x0.23 + 3x2.5F
• Kabel harus resistant terhadap ultraviolet dan gangguan elektromagnetik dari luar. Didalalm
system kabel system terdapat kabel data dan kabel power yang adalah kabel DC untuk
menghindari losing pada kabel
• Instalasi system kabel sesuai dengan jalur pipa (tube) dan diikat pada pipa.
• Memiliki test report EMC sertifikat dari badan sertifikasi.

4.8 PC-Monitoring (optional)


• Berfungsi untuk memonitor status transaksi pada sistem secara real time
• Sistem harus dapat tetap berfungsi walaupun PC/Laptop dalam keadaan switch off (mati)
• Software yang digunakan harus dapat menampilkan pada monitor minimal: transaksi
pengiriman, data pengiriman dan data penerimaan, graphic animasi, error table

4.9 Instalasi

• Jarak clamp pipa minimal 3 bh per pipa, shock penyambung, lem, kabel ties, elbow
disesuaikan kebutuhan.

5. REFERENSI PRODUK
5.1 Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
5.2 Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

Spesifikasi
No Uraian Produk
Teknis
1 Peralatan Pneumatic Tube - Airlog (Jerman)
- Sumetzberger (Austria)
- Aerocom (Jerman)
-

Pasal 16
Lain-Lain

1) Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta risalah
Aanwijzing merupakan lampiran dari kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan
satu kesatuan, untuk hal ini Kontraktor dianggap mengerti.
2) Tentang laporan Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja. Kontraktor
harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan Bill Of Quantity
dirasa kurang, maka Kontraktor pada saat pengambilan Berita Acara Rapat Penjelasan dapat
mengajukan perubahan volume yang diberikan. Pemborong harus tetap menghitung sendiri
apabila dalam Perhitungan Perencanaan Bill Of Quantity diperkirakan kurang, maka
pemborong boleh merubah volume yang diberikan menambah atau mengurangi yang
mengikat adalah gambar dan bestek.
3) Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai landasan
kontrak. Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada pelaksanaannya.
4) Hal - hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam
peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas lapangan.
5) Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan dalam Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi dapat
bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
6) Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan
Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri kepada Instansi
berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini (PLN, DEPNAKER dll).
7) Harus diperhatikan betul oleh Kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan-bahan, puing-
puing bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai.
8) Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat dipisahkan
/ diabaikan / dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap harus
dilaksanakan Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang dilaksanakan tersebut
berfungsi dengan baik.
9) Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar kerja dan RKS sehingga meragukan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus menanyakan kepada MK
/ Direksi segera untuk mendapatkan penjelasan dan keputusan.
10) Kontraktor tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pelaksanaan apabila ada hal-hal
yang oleh Kontraktor dianggap meragukan atau tidak jelas, baik dalam gambar maupun
dalam RKS.
11) Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan / material, maka yang dipakai adalah
spesifikasi bahan / material yang tertinggi / terbaik menurut perencana. Oleh sebab itu
Kontraktor diharuskan menginformasikan perbedaan ini kepada Perencana untuk
dimintakan persetujuan sebelum kontrak kerja ditandatangani. Tidak ada tambahan biaya
akibat perbedaan ini, apabila diketahui setelah kontrak ditandatangani.
12) Dalam pelaksanaan seluruh sistem harus berjalan dengan baik. Kelalaian Kontraktor yang
mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya menjadi tanggungjawab
Kontraktor.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Halaman XVI – 1

Anda mungkin juga menyukai