Anda di halaman 1dari 14

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada bagian dalam tv, komputer atau penerima stereo terdapat rangkaian yang
jauh lebih rumit dari pada rangkaian sederhana seperti hukum kirchoff. Tidak
peduli apakah disambungkan oleh kawat atau terintegrasi dalam sebuah chip
semi konduktor. Rangkaian ini memasukkan beberapa sumber, resistor, dan
elemen rangkaian lain seperti kapasitor, transformator dan motor penggerak
yang terinterkoneksi dalam sebuah jaringan.

Dalam laporan ini akan dibahas bagaimana besarnya arus yang menuju titik
cabang, dan besarnya arus yang meninggalkan titik cabang serta mengkaji
besarnya arus pada tiap titik cabang pada hambatan yang berbeda. Resistor
terdapat dalam semua jenis rangkaian, mulai dari pengering rambut dan
pemanas ruangan sampai pada rangkaian yang membatasi atau membagi arus,
atau mereduksi atau membagi tegangan. Terdapat banyak sekali peralatan
rumah tangga yang didalamnya terdapat rangkaian resistor dan komponen
leinnya, akan tetapi sebagian orang banyak yang belum mengetahui hal
tersebut. Rangkaian seperti itu seringkali memiliki beberapa resistor sehingga
wajar untuk meninjau beberapa gabungan resistor. Rangkaian-rangkaian yang
rumit merupakan pusat semua alat-alat elektronik modern. Lintasan konduksi
dalam rangkaian adalah film tipis yang diendapkan pada papan pengisolasi.
Untuk memahami bagimana besarnya arus yang masuk dan arus yang keluar
pada rangkaian tertutup dan memahami yang ada besarnya arus pada tiap titik
cabang pada hambatan yang berbeda maka perlu dilakukan sebuah percobaan
mengenai hukum kirchoff.
2

B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat diambil permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana menunjukkan besarnya arus yang menuju titik cabang sama
dengan arus yang meninggalkan titik cabang?
2. Bagaimana mengukur besarnya arus pada tiap titik cabang pada hambatan
yang berbeda?

C. Pembatasan Masalah
Cakupan materi atau pembahasan mengenai hukum kirchoff cukup luas,
namun pada praktikum kali ini permasalahan yang akan dibahas hanya
mengenai menunjukkan besarnya arus yang menuju titik cabang sama dengan
arus yang meninggalkan titik cabang dan mengukur besarnya arus pada tiap
titik cabang dengan hambatan yang berbeda.

D. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan hukum kirchoff yaitu sebagai berikut:
1. Menunjukkan besarnya arus yang menuju titik cabang sama dengan arus
yang meninggalkan titik cabang.
2. Mengukur besarnya arus pada tiap titik cabang pada hambatan yang
berbeda.

E. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini agar praktikan dapat menunjukkan besarnya arus
yang menuju titik cabang sama dengan arus yang meninggalkan titik cabang,
dan mengukur besarnya arus pada tiap titik cabang pada hambatan yang
berbeda.
3

II. LANDASAN TEORI

Hukum kirchoff merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang
berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian. hukum kirchoff
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav
Robert kirchoff (1824-1887) pada tahun 1845. Hukum kirchoff terdiri dari 2 bagian
yaitu hukum kirchoff 1 dan hukum kirchoff 2.
Hukum kirchoff 1 merupakan hukum kirchoff yang berkaitan dengan dengan arah
arus dalam menghadapi titik percabangan. Hukum kirchoff 1 ini sering disebut juga
dengan Hukum Arus Kirchoff atau Kirchoff’s Current Law (KCL).

Bunyi hukum kirchoff 1 adalah sebagai berikut :

“Arus otal yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian
listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.”

Hukum kirchoff 2 merupakan hukum kirchoff yang digunakan untuk menganalisis


tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu rangkaian
tertutup. Hukum kirchoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum Tegangan
Kirchoff atau Kirchoff’s Voltage Law (KVL).

Bunyi hukum kirchoff 2 adalah sebagai berikut :

“Total tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol”

(Zulfran, 2016).
4

Jumlah total arus masuk kesuatu percabangan sama dengan jumlah total arus yang
keluar di percabangan tersebut. Ungkapan ini dikenal dengan hokum kekekalan
muatan listrik, dan dikenal pula dengan hukum kirchoff I. Pada Gambar 2.1 arus
masuk adalah 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 dan arus keluar adalah 𝐼4 + 𝐼5 . Dengan hukum kirchoff
I kita dapatkan hubungan:

𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 = 𝐼4 + 𝐼5

Gambar 2.1 Arus yang masuk dan keluar dari percabangan.

(Abdullah, 2017 : 211-212).

Aturan simpul atau persimpangan kirchoff adalah jumlah dari semua arus yang
menuju sebuah simpul (yaitu persimpangan dimana tiga atau lebih sumber cabang
pembawa arus terhubung ) harus sama dengan jumlah dari semua arus yang yang
meninggalkan simpul tersebut. Jika kita menetapkan arus masuk sebagai positif dan
arus keluar sebagai negatif, maka jumlah arus sama dengan nol merupakan
pernyataan altenatif yang umum dari aturan tersebut.

Aturan loop (rangkaian) Kirchoff, saat menelusuri lintasan (loop) tertutup dalam
suatu rangkaian, jumlah aljabar dari perubahan potensial yang dialami adalah nol.
Dalam penjumlahan ini, kenaikan potensial (tegangan) adalah positif dan
penurunan potensial adalah negatif. Arus selalu mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah melewati sebuah resistor.

(Bueche. 2006 : 202).


5

Hukum kirchoff terdiri dari dua persamaan yang membahas tentang kekekalan
muatan dan energi dalam rangkaian listrik, dan pertama dijabarkan pada tahun 1845
oleh Gustav Kirchoff. Hukum kirchoff terbagi menjadi dua macam, yaitu Kirchoff
Current Law atau KCL dan Kirchoff Voltage Law atau KVL. 1. Kirchoff Current
Law Hukum ini berbunyi:

“Jumlah secara aljabar arus listrik pada suatu titik cabang sama dengan nol”.

Secara ringkas: ∑ 𝐼𝑖 = 0 ∑𝑉 = 0

Yang dimaksud titik cabang adalah pertemuan antara 3 penghantar atau lebih, yang
biasanya ditandai dengan bulatan berwarna hitam. Contoh penerapan KCL adalah
seperti dilukiskan pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Lima Penghantar Bertemu dengan Titik Cabang.

Pada persamaan (2) arus listrik yang masuk titik cabang ditandai positif dan yang
meninggalkan titik cabang ditandai negatif. 1. KVL (Kirchoff Voltage Law)
Hukum kirchoff tentang tegangan didasarkan pada hukum kekekalan energi. Ketika
muatan listrik q berpindah dari potensial tinggi ke potensial rendah, di mana beda
potensialnya ∆V, maka energi muatan itu akan turun sebesar q∆V. Hukum tegangan
kirchoff berbunyi: “Jumlah secara aljabar tegangan listrik dalam suatu rangkaian
tertutup adalah nol”

Secara ringkas dapat ditulis: ∑ 𝑉 = 0

∑ 𝑉𝑖 = 0

𝐼1 + 𝐼2 − 𝐼3 − 𝐼4 − 𝐼5

(Wahyudi, 2015).
6

Aplikasi hukum kirchoff 1 sebagai gambaran implementasi dari persamaan (2) akan
diberikan rangkaian dua loop seperti Gambar berikut :

Gambar 2.3 Implementasi Hukum Kirchoff

Analisis hukum kirchoff 1 dan Kirchoff 2 terhadap jaringan menghasilkan:


𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
𝑉1 = .𝐸
𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
𝑅2 𝑅4
𝑉2 = .𝐸
𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
.𝐸
𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
𝑉𝑛 =
𝑅2 𝑅4
.𝐸
[𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 ) ]
𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
𝜕𝑉𝑛 𝑅 (𝑅 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )
= 1 2
𝜕𝐸 𝑅2 𝑅4
[𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )]
−𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )(𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 )
.𝐸
𝜕𝑉𝑛 [𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )]2
=
𝜕𝑅1 −𝑅2 𝑅4 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 )
.𝐸
[[𝑅1 (𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 ) + 𝑅2 (𝑅3 + 𝑅4 )]2 ]
(Sobbich, 2010).
7

III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1. Alat dan Bahan.
No. Nama Alat dan Bahan Jumlah Gambar

1. Papan Penghubung 1 buah

2. Amperemeter 1 buah

3. Jembatan Penghubung 6 buah

4. Resistor 3 buah
8

5. Kabel Penghubung 4 buah

6. Catu Daya DC 1 buah

B. Prosedur Percobaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai alat dan bahan dengan hambatan disusun secara seri dan paralel
seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan


3. Menghubungkan rangkaian dengan catu daya.
4. Menghubungkan kabel positif dan negatif amperemeter di dekat kabel positif
catu daya pada rangkaian untuk mengukur kuat arus total yang masuk.
5. Menghidupkan catu daya.
6. Mengatur tegangan sebesar 6V pada catu daya.
7. Mengamati hasil pada amperemeter.
9

8. Memindahkan kabel positif dan negatif amperemeter ke dekat kabel negatif


catu daya pada rangkaian untuk mengukur kuat arus total yang keluar.
9. Mengamati hasil pada amperemeter.
10. Mengulangi percobaan dengan memindahkan kabel positif dan negatif
amperemeter sebelum dan sesudah hambatan pada rangkaian secara
bergantian untuk mengukur kuat arus yang masuk dan keluar pada setiap
hambatan.
11. Mengulangi langkah-langkah di atas dengan mengubah tegangan pada catu
daya menjadi 9V.
12. Mencatat dan memasukkan data hasil pengamatan ke dalam tabel jasil
pengamatan.
10

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan.
No. Tegangan 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
(V) (A) (A)
0,01 0,01

1. 6V 2 x 10−6 2,2 x 10−6 0,01 0,01

0,01 0,01

0,022 0,022

5 x 10−6 5 x 10−6 0,022


2. 9V 0,022
0,022 0,022

B. Pembahasan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan hukum kirchoff antara
lain adalah papan penghubung, amperemeter, resistor, jembatan penghubung,
catu daya, dan kabel penghubung. Dalam percobaan ini, catu daya berfungsi
sebagai sumber tegangan yang akan dialirkan ke dalam rangkaian. Sedangkan
arus yang masuk dalam setiap titik percabngan akan diukur dengan
amperemeter.

Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini yaitu yang pertama


menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, lalu
merangkai alat dan bahan dengan hambatan disusun secara seri dan paralel
seperti gambar 4.1. Kemudian menghubungkan rangkaian dengan catu daya, lalu
mengatur catu daya dengan tegangan sebesar 6 V.
11

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan.

Selanjutnya menghubungkan kabel positif dan negatif amperemeter di dekat


kabel positif catu daya pada rangkaian untuk mengukur kuat arus total yang
masuk. Lalu menghidupkan catu daya dan mengamati hasil kuat arus yang
terukur pada amperemeter. Setelah itu memindahkan kabel positif dan negatif
amperemeter ke dekat kabel negatif catu daya pada rangkaian untuk mengukur
kuat arus total yang keluar. Mengulangi langkah-langkah sebelumnya dengan
memindah-mindahkan kabel positif dan negatif amperemeter pada sebelum dan
sesudah hambatan secara bergantian untuk mengukur kuat arus yang masuk dan
kuat arus yang keluar pada setiap hambatan. Lalu mengamati hasil kuat arus
yang terukur pada amperemeter. Selanjutnya mengulangi percobaan dengan
mengganti tegangan pada catu daya menjadi 9V.

Dari percobaan diperoleh pada saat menggunakan tegangan pada catu daya
sebesar 6 V, kuat arus total yang masuk ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,0 1A dan arus total
yang keluar ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,01 A. Kuat arus yang masuk pada hambatan 𝑅1
sebesar 0,01 A dan kuat arus yang keluar sebesar 0,01 A. Pada hambatan 𝑅2 kuat
arus yang masuk sebesar 2 x 10−6 A dan kuat arus yang keluar sebesar
2,2 x 10−6A. Pada hambatan 𝑅3 diperoleh kuat arus yang masuk sebesar 0,01 A
dan kuat arus yang keluar sebesar 0,01 A. Pada percobaan dengan menggunakan
tegangan catu daya sebesar 9V diperoleh kuat arus total yang masuk ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
sebesar 0,022 A dan kuat arus total yang keluar ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,022 A. Kuat
arus yang masuk pada hambatan 𝑅1 sebesar 0,022 A dan kuat arus yang keluar
sebesar 0,022 A. Pada hambatan 𝑅2 kuat arus yang masuk sebesar 5 x 10−6 A
12

dan kuat arus yang keluar sebesar5 x 10−6 A. Pada hambatan 𝑅3 diperoleh kuat
arus yang masuk sebesar 0,022 A dan kuat arus yang keluar sebesar 0,022 A.

Pada saat melakukan percobaan dengan menggunakan tegangan catu daya


sebesar 6 V diperoleh ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,01 A dan ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,01 A,
𝐼1𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,01 A dan 𝐼1𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,01 A, 𝐼2𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 2 x 10−6A
dan 𝐼2𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 2,2 x 10−6 A, 𝐼3𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,01 A dan 𝐼3𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar
0,01 A. Pada percobaan dengan menggunakan tegangan catu daya sebesar 9V
diperoleh ∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,022 A dan ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,022 A, 𝐼1𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
sebesar 0,022 A dan 𝐼1𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,022 A, 𝐼2𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 5 x 10−6 A dan
𝐼2𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 5 x 10−6 A, 𝐼3𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 sebesar 0,022 A dan 𝐼3𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 sebesar 0,022
A. Dari data di atas diketahui bahwa pada saat menggunakan tegangan sumber
sebesar 6V dan 9V, arus total yang masuk pada rangkaian sama dengan arus total
yang keluar pada rangkaian. Karena 𝑅1 disusun secara seri maka arus yang
masuk dan keluar pada 𝑅1 sama dengan arus total. Arus pada hambatan 𝑅2 dan
𝑅3 terbagi dikarenakan hambatan disusun secara paralel atau bercabang
sehingga jumlah arus total yang menuju percabangan 𝑅2 dan 𝑅3 sama dengan
jumlah arus yang meninggalkan percabangan. Pada teori diketahui bahwa arus
yang masuk pada titik percabangan sama dengan kuat arus yang keluar pada titik
percabangan tersebut.
∑𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

Berdasarkan analisis di atas maka dapat diketahui bahwa hasil percobaan yang
dilakukan sesuai dengan teori yang ada. Dimana arus total yang masuk pada titik
percabangan dalam suatu rangkaian akan sama dengan arus total yang
meninggalkan titik percabangan.

Pada percobaan kedua hambatan 𝑅2 diperoleh selisih arus yang masuk hampir
sama dengan arus yang keluar. Hal ini dikarenakan beberapa kendala-kendala
pada percobaan ini antara lain adalah catu daya yang kurang berfungsi dengan
baik, kabel penghubung yang sedikit longgar, posisi meja yang sering bergetar
akibat gerakan-gerakan praktikan lain sehingga mengakibatkan jarum pada
13

amperemeter tidak tetap, serta kurang telitinya praktikan dalam membaca alat
ukur amperemeter.
14

V. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil percobaan yang telah dilakukan sehingga dapat


diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Suatu total arus listrik yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik memiliki besar yang sama dengan arus total yang keluar dari
titik percabangan tersebut.
∑𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

2. Besarnya arus pada tiap titik cabang dengan hambatan yang berbeda akan
berbeda pula dikarenakan besarnya hambatan mempengaruhi besar arus yang
mengalir pada percabangan.

Anda mungkin juga menyukai