Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

Analisis Sistem Fisis


ANALISIS RANGKAIAN RLC

Nunung Gupita Ratnasari


4211414023

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rangkaian Seri RLC merupakan sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor, induktor
dan juga kapasitor yang disusun secara seri atau juga paralel di dalam satu rangkaian.
Rangkai an RLC seri ini disimbolkan untuk rangkaian aliran listrik ketahanan, induktansi,
dan juga kapasitansi yang tentu saja disusun secara seri. Rangkaian RLC memang bisa
digabung secara seri dan paralel atau juga dikombinasikan keduanya.
Rangkaian RLC paling banyak digunakan dalam berbagai jenis rangkaian osilator.
Rangkaian yang terpenting adalah untuk tuning, seperti di penerima radio atau televisi,
dimana digunakan untuk memilih rentang frekuensi tertentu.
Rangkaian RLC ini sering disebut sebagai sirkuit disetel. Sebuah rangkaian RLC dapat
digunakan sebagai band-pass filter atau band-stop filter. Tuning aplikasi, misalnya dari
band-pass filter. Filter RLC digambarkan dengan persamaan diferensial orde kedua dalam
analisis rangkaian.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana model karakteristik fungsi transfer rangkaian RLC?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui model karakteristik fungsi transfer rangkaian RLC dimana
seseorang dapat memilih kapasitor, induktor dan resistor yang digunakan dalam proses
perancangan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan untuk mewujudkan keamanan
yang memadai dan kinerja desain dan prototipe rangkaian listrik yang baik.

2
BAB II
DASAR TEORI

1.1 Rangkaian RLC


Rangkaian Seri RLC digolongkan sebagai rangkaian orde kedua karena
mengandung dua elemen penyimpanan energi yaitu induktansi L dan kapasitansi C.
Rangkaian ini membentuk osilasi harmonik dan akan beresonansi dalam cara yang
sama sebagai rangkaian LC. Sebelum masuk ke pembahasan rangkaian RLC, penulis
akan menjelaskan terlebih dahulu komponen-komponen pada rangkaian RLC:
1. Resistansi, Reaktansi, dan Impedansi
Resistansi adalah hambatan yang diberikan oleh resistor. Reaktansi adalah
hambatan yang bersifat reaksi terhadap perubahan arus dan tegangan. Nilainya
berubahubah tergantung dengan perbedaan fase dari arus dan tegangan. Sedangkan
impedansi adalah keseluruhan dari sifat hambatan terhadap arus, baik mencakup
resistansi, reaktansi, atau keduanya. Impedansi sering juga disebut hambatan dalam.
Satuan ketiga jenis hambatan ini adalah ohm (Ω).
2. Induktor dan Kapasitor
Induktor adalah komponen listrik yang menyimpan energi listrik dalam bentuk
energi magnetik. Induktor menghambat arus dengan cara menurunkan tegangan,
berbanding lurus dengan laju perubahan arus. Menurut hukum Lenz, tegangan
terinduksi selalu dalam polaritas sedemikian sehingga menjaga nilai arus sama
seperti sebelumnya. Jadi, ketika arus meningkat, tegangan terinduksi akan melawan
aliran elektron. Sedangkan ketika arus menurun, polaritas akan berbalik dan
mendorong aliran elektron. Hal ini disebut sebagai reaktansi. Dalam indukor, energi
disimpan pada medan magnetnya. Berikut hubungan antara tegangan dengan laju
perubahan arus melalui induktor:

𝑑𝑖
𝑉=𝐿
𝑑𝑡
dengan V adalah tegangan, L adalah induktor, dan i adalah arus. Simbol reaktansi
induktif adalah 𝑋𝐿 . Reaktansi induktif dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿
D engan 𝑋𝐿 dalam ohm, f (frekuensi) dalam Hertz, dan L dalam Henry.

3
Kapasitor adalah komponen listrik yang menyimpan muatan listrik. Tidak
seperti induktor, kapasitor justru membolehkan arus untuk melewatinya, berbanding
lurus dengan laju perubahan tegangan. Arus yang melalui kapasitor adalah reaksi
dari perubahan tegangan pada kapasitor tersebut. Dalam kapasitor, energi disimpan
dalam medan listriknya. Berikut hubungan antara arus dengan laju perubahan
tegangan melalui kapasitor:

𝑑𝑉
𝑖=𝐶
𝑑𝑡
dengan V adalah tegangan, C adalah kapasitor, dan i adalah arus. Simbol reaktansi
kapasitif adalah 𝑋𝐶 . Reaktansi kapasitif dapat dihitung dengan persamaan berikut:

1 1
𝑋𝐶 = =
𝜔𝐶 2𝜋𝑓𝐶

dengan 𝑋𝐶 dalam ohm, f (frekuensi) dalam Herts, dan C dalam Farad (F).

Perhatikan rangkaian RLC Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian Seri RLC


Gambar di atas merupakan rangkaian RLC disusun secara seri atau berderet.
Rangkaian RLC yang disusun seri ini dihubungkan oleh arus listrik AC. Pada rangkaian
tersebut hambatan arus tegangan sefase, sedangkan pada induktor tegangan mendahului
arus, dan pada kapasitor arus mendahului tegangan.
Besarnya arus yang melewati rangkaian RLC adalah sama, sehingga besarnya
tegangan pada masing masing komponen R, L, dan C dapat dinyatakan : 𝑉𝑅 = 𝐼 𝑅 ,
𝑉𝐿 = 𝐼 𝑋𝐿 dan 𝑉𝐶 = 𝐼 𝑋𝐶 .

𝑉 = √𝑉𝑅2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2

𝑉 = √𝐼 2 𝑅 2 + (𝐼 2 𝑋𝐿2 − 𝐼 2 𝑋𝐶2 )

4
𝑉 = 𝐼√𝑅 2 + (𝑋𝐿2 − 𝑋𝐶2 )

𝑉
= √𝑅 2 + (𝑋𝐿2 − 𝑋𝐶2 )
𝐼
𝑉
Berdasarkan hukum Ohm bahwa = 𝑅, akan tetapi dalam rangkaian arus AC besaran
𝐼
𝑉
= 𝑍 yang disebut impedansi rangkaian RLC yang dinyatakan pada persamaan :
𝐼

𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿2 − 𝑋𝐶2 )

dimana:
Z = impedansi rangkaian seri RLC (Ω)
R = hambatan (Ω)
𝑋𝐿 = reaktansi induktif (Ω)
𝑋𝐶 = reaktansi kapasitif (Ω)
Jika nilai 𝑋𝐿 = 𝑋𝐶 maka besarnya impedansi rangkaian sama dengan nilai
hambatannya (Z = R) maka pada rangkaian akan terjadi resonansi yang disebut
resonansi deret/seri yang besarnya frekuensi resonansi dapat dicari yaitu :
1
𝜔𝑜 =
√𝐿𝐶

1.2 Impedansi Kompleks


Bilangan kompleks pada rangkaian RLC diterapkan saat perhitungan-perhitungan
pada rangkaian. Salah satu perhitungan yang memakai bilangan kompleks adalah
impedansi. Pada bagian Dasar Teori, sudah dijelaskan bahwa impedansi adalah
keseluruhan dari sifat hambatan. Sudah dijelaskan juga persamaan mencari besar
impedansi. Namun, untuk mencari impedansi sebenarnya memakai bilangan kompleks,
dengan persamaan:
𝑍̅ = 𝑅 + 𝑋̅𝐶 + 𝑋̅𝐿
1
𝑍̅ = 𝑅 + + 𝑗𝜔𝐿
𝑗𝜔𝐶
1
𝑍̅ = 𝑅 + 𝑗𝜔𝐿 − 𝑗
𝜔𝐶
1
𝑍̅ = 𝑅 + 𝑗 (𝜔𝐿 − )
𝜔𝐶

5
1 2
𝑍 = |𝑍̅| = √𝑅 2 + (𝜔𝐿 − )
𝜔𝐶

1.3 Fungsi Transfer


Fungsi transfer merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam
perancangan sistem apapun karena dengan bantuan fungsi transfer seseorang dapat
menggambarkan perilaku output sebagai fungsi dari frekuensi masukan. Oleh karena
itu mudah bagi kita untuk mengendalikan sistem agar bisa mencapai output yang kita
inginkan
Dari rangkaian RLC pada gambar 1 didapatkan fungsi transfer yang dinyatakan
pada persamaan:

Jika keluarannya berupa tegangan 𝑉𝑜 ,maka fungsi transfer yang digunakan :

𝑉𝑖 1
𝐹(𝑆) = = 2
𝑉𝑜 𝐿𝐶𝑠 + 𝑅𝐶𝑠 + 1
Jika keluarannya berupa arus I ,maka fungsi transfer yang digunakan :
𝐼 𝐶𝑠
𝐹(𝑆) = = 2
𝑉𝑖 𝐿𝐶𝑠 + 𝑅𝐶𝑠 + 1

6
BAB III
METODE RANCANGAN

3.1 Analisis Analitik

Σ𝐸 = 𝑉𝑅 + 𝑉𝐿 + 𝑉𝐶
𝑉𝑖(𝑡) = 𝑅𝑖(𝑡) + 𝐿𝑖(𝑡) + 𝑉𝑜 (𝑡) (3.1)
1
𝑉𝑜(𝑡) = 𝐶 ∫ 𝑖𝑐 𝑑𝑡

𝑑𝑣 𝑖(𝑡)
=
𝑑𝑡 𝐶
𝑑𝑉
𝑖(𝑡) = 𝐶 (3.2)
𝑑𝑡

Substitusikan persamaan 3.2 ke persamaan 3.1


𝑑2 𝑉 𝑑𝑉
𝑉𝑖(𝑡) = 𝐿𝐶 𝑑𝑡 2 + 𝑅𝐶 𝑑𝑡 + 𝑉𝑜(𝑡) (3.3)

𝑉𝑖(𝑠) = 𝑉𝑜(𝑠) [𝐿𝐶𝑠 2 + 𝑅𝐶𝑠 + 1]


𝑉𝑜(𝑠) 1
𝐹(𝑠) = = 𝐿𝐶𝑠2 +𝑅𝐶𝑠+1 (3.4)
𝑉𝑖(𝑠)

Untuk nilai arusnya dinyatakan dengan persamaan :

𝑉̅𝑆
𝐼̅ =
𝑍̅
1
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉𝑆 = 𝑉𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑍̅ = 𝑅 + 𝑗𝜔𝐿 +
𝑗𝜔𝐶
𝑉𝑖
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐼 ̅ = 1 (3.5)
𝑅+𝑗𝜔𝐿+
𝑗𝜔𝐶

7
a. Keluaran berupa Tegangan (V)
𝑉𝑜 = 𝑉𝑐 = 𝐼𝑋𝑐

𝑉𝑖 1
𝑉𝑜 = ( )( )
1 𝑗𝜔𝐶
𝑅 + 𝑗𝜔𝐿 + 𝑗𝜔𝐶

𝑗𝜔𝐶
𝑉𝑜 ⁄𝑗𝜔𝐶
=
𝑉𝑖 𝑅𝑗𝜔𝐶 + 𝐿𝐶 (𝑗𝜔)2 + 𝑗𝜔𝐶⁄
𝑗𝜔𝐶
𝑉𝑜 1
= 2
𝑉𝑖 𝐿𝐶 (𝑗𝜔) + 𝑅𝐶𝑗𝜔 + +1
𝑉𝑜 1
𝑠 = 𝑗𝜔 𝑚𝑎𝑘𝑎 =
𝑉𝑖 𝐿 𝐶 𝑠 2 + 𝑅𝐶𝑠 + 1

𝑉𝑜 1⁄
= 𝐿𝐶
𝑉𝑖 𝑠 + ( ⁄𝐿)𝑠 + 1⁄𝐿𝐶
2 𝑅

𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜔𝑜 2 ≡ 1⁄𝐿𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑎,

𝑉𝑜 𝜔𝑜 2
=
𝑉𝑖 𝑠 2 + (𝑅⁄𝐿)𝑠 + 𝜔𝑜 2

𝑉𝑜 𝜔𝑜 2
= (3.6)
𝑉𝑖 𝑠 2 +2𝛼𝜔𝑜 𝑠+𝜔𝑜 2

𝑅 𝑅2 1
Dari persamaan, = 2𝛼𝜔𝑜 ↔ = 4𝛼 2
𝐿 𝐿2 𝐿𝐶

2
𝑅2 𝐶 1 𝑅 𝐶
𝛼 = ↔𝛼= √
𝐿 4 2 𝐿

Dengan 𝜔𝑜 = frekuensi natural, didapatkan nilai 𝛼 yang merupakan faktor


redaman untuk keluaran tegangan.

8
b. Keluaran berupa kuat arus (I)
Dari persamaan 3.5 yaitu :
𝑉𝑖
𝐼=
1
𝑅 + 𝑗𝜔𝐿 + 𝑗𝜔𝐶
𝐼 1
Maka, = 1
𝑉𝑖 𝑅+𝑗𝜔𝐿+
𝑗𝜔𝐶
𝐼 𝑗𝜔𝐶
=
𝑉𝑖 𝑅𝑗𝜔𝐶 + 𝑗𝜔𝐿𝑗𝜔𝐶 + 𝑗𝜔𝐶
𝑗𝜔𝐶
𝐼 𝑗𝜔𝐶
=
𝑉𝑖 𝑗𝜔𝑅𝐶 + (𝑗𝜔)2 𝐿𝐶 + 1
𝐼 𝐶𝑠
= 2
𝑉𝑖 𝐿𝐶𝑠 + 𝑅𝐶𝑠 + 1

𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜔𝑜 2 ≡ 1⁄𝐿𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑎,

𝐼 𝐶𝑠/𝐿𝐶
=
𝑉𝑖 𝑠 2 + (𝑅 ) + 1
𝐿 𝐿𝐶
𝐼 𝜔𝑜 2 𝐶𝑠
= 2
𝑉𝑖 𝑠 + (𝑅/𝐿)𝑠 + 𝜔𝑜 2
𝐼 𝜔𝑜 2 𝐶𝑠
= 2
𝑉𝑖 𝑠 + 2𝛽𝜔𝑜 𝑠 + 𝜔𝑜 2

dengan 𝛽 merupakan faktor redaman untuk keluaran kuat arus.

3.3 Pemodelan Scilab


Pemodelan menggunakan aplikasi Scilab yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Pemodelan Persamaan RLC dengan keluaran V

9
Gambar 3. Pemodelan Persamaan RLC dengan keluaran I
Untuk memodelkan karakteristik fungsi transfer rangkaian RLC dimana seseorang
dapat memilih kapasitor, induktor dan resistor yang digunakan dalam proses perancangan
sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, analisis yang digunakan mudah tanpa
kesulitan dalam perhitungan parameter dan untuk memberikan keamanan yang memadai
serta kinerja desain dan prototipe rangkaian listrik yang baik. Langkah pertama adalah
melakukan pemodelan persamaan rangkaian RLC. Langkah kedua adalah perancangan
model rangkaian RLC menggunakan persamaan menggunakan Scilab. Langkah terakhir
adalah melakukan analisis rangkaian RLC yang dirancang.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMB AHASAN

4.1 Keluaran Tegangan (volt)

Grafik 1. Perbandingan antara keluaran Tegangan (V) dengan t

Tabel 1. Variasi Nilai Faktor Redaman (𝛼)


𝛼1 0.5
𝛼2 0.7
𝛼3 1
𝛼4 1.5
𝛼5 3.5
𝛼6 5

Peredaman pada rangkaian RLC mempengaruhi nilai tegangan mencapai nilai


akhir (atau steady state). Grafik 1 menunjukkan hasil dari respon tegangan dari rangkaian
RLC. Terdapat tiga jenis penyelesaian persamaan diferensial tersebut, yaitu:
4.1.1 Underdamped
Pada sistem underdamped atau kurang teredam ditunjukkan pada sinyal
redaman 𝛼1 dari nilai R=1 ohm, L=1H dan C=1F dan 𝛼2 dari R=1ohm, L=1H,
dan C=2F.

11
Grafik 2. Sistem Underdamped
Perhatikan bahwa sinyal sebenarnya bergantung pada faktor redaman. Pada
keadaan ini, nilai 𝛼 < 1. Hal ini berarti nilai variabel LC lebih kecil dari R atau
1 𝑅 2
secara matematisnya ditulis < (2𝐿) . Sinyal keluaran melesat naik untuk
𝐿𝐶

mencapai input namun terlalu naik sampai mencapai puncak yang kemudian
turun dan berhenti pada kisaran nilai input yang menunjukkan bahwa sistem
stabil. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kestabilan ini yaitu 14 detik.
Respon ini memiliki efek osilasi pada kisaran 1-13 detik.
4.1.2 Critically damped
Pada sistem critically damped atau teredam kritis ditunjukkan pada sinyal
redaman 𝛼3 dari R=1ohm, L=1H dan C=4F.

Grafik 3. Sistem Critically damped


Pada keadaan ini nilai faktor redaman 𝛼 = 1, yaitu nilai variabel LC sama
1 𝑅 2
besarnya dengan R atau secara matematisnya dapat ditulis = (2𝐿) . Sinyal
𝐿𝐶

12
keluaran tidak melewati nilai input tapi butuh waktu 16 detik untuk mencapai
target akhir dan kemudian menunjukkan keadaan sistem stabil.
4.1.3 Overdamped
Pada sistem overdamped atau teredam lebih ditunjukkan pada sinyal
redaman 𝛼4 dari R=1ohm, L=1H dan C=10F, 𝛼5 dari nilai R=1ohm, L=1H,
C=50F, 𝛼6 dari R=1ohm, L=1H, dan C=100F.

Grafik 5. Sistem Overdamped


Pada keadaan ini nilai faktor redaman 𝛼 > 1. Hal ini berarti nilai variabel
1 𝑅 2
LC lebih besar dari R atau secara matematisnya dinyatakan > (2𝐿) . Sistem
𝐿𝐶

ini menunjukkan respon yang dapat mencapai nilai input dengan cepat dan tidak
melewati batas input.

4.2 Keluaran berupa Kuat Arus (ampere)

Grafik 6. Perbandingan antara Kuat Arus (I) dengan Waktu (t)

13
Secara keseluruhan, grafik 6 menjelaskan bahwa kondisi kuat arus I pada suatu
rangkaian RLC dengan kondisi redaman yang berbeda dipengaruhi oleh beda nilai
variabel dari induktor, resistor dan kapasitor. Akibatnya, arus menjadi berkurang
hingga rangkaian tersebut tidak berarus lagi (I=0) atau kembali pada posisi setimbang.
Proses kembali pada posisi setimbang untuk setiap kasus redaman terjadi pada
waktu t yang berbeda. Sinyal 𝛽1 menyimulasikan proses kesetimbangan terjadi setelah
kurang dari 12 detik terjadi gerak osilasi. Hal ini terjadi karena nilai variabel LC lebih
kecil dari R. Sinyal 𝛽2 menyimulasikan bahwa tidak terjadi osilasi sedikitpun atau
langsung kembali pada posisi setimbang setelah kurang dari 16 detik. Hal ini terjadi
dikarenakan oleh nilai variabel LC sama besarnya dengan R. Sinyal 𝛽3 menyimulasikan
bahwa lebih lama untuk pada posisi setimbang yaitu terjadi lebih dari 30 detik. Hal ini
terjadi karena nilai nilai variabel LC lebih besar dari R.

14
BAB V
KESIMPULAN

Komponen Resistansi (R), induktansi (L) dan kapasitansi (C) tersedia di setiap
elektronik baik terintegrasi atau tidak dan digunakan pada bandpass filter, bandstop filter,
highpass filter dan lowpass filter juga pada aplikasi seperti rangkaian tuning, pengganda
voltase, dan osilator. Karena rangkaian aplikasi ini, kinerja komponen ini sebagai rangkaian
RLC harus dipahami sebelum digunakan. Hal ini dilakukan dengan mudah dengan hanya
memasukkan parameter ke simulator antarmuka pengguna scilab seperti yang telah
dilakukan di atas. Laporan ini menunjukkan simulator pengguna scilab yang menampilkan
karakteristik transfer sirkuit RLC dimana parameter dapat dipelajari dan dipahami karena
bervariasi. Simulator ini juga membantu kita untuk mengetahui kapan sistem ini stabil agar
dapat mencapai kinerja dan akurasi yang lebih baik dalam desain listrik. Metodologi yang
telah digunakan, jika diimplementasikan sepenuhnya, tidak hanya akan mengurangi biaya
desain namun juga akan mengurangi biaya perawatan, sehingga hemat dan terjangkau.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno, Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya Jilid 1. ITB Bandung. 1986
A.Fauzi, Analisis Gerak Harmonik Teredam (Damped Harmonik Motion) dengan
Spreadsheet Excel, Orbith, UNS Surakarta, 2011.
A. Mulyono, BAB 17 Rangkaian Osilator, 2009
http://www.scribd.com/doc/74972447/Bab17-Rangkaian-Oscilator di akses pada
tanggal 02 Juni 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai