5 Puisi Wiji Thukul Yang Masih Relevan Hingga Sekarang
5 Puisi Wiji Thukul Yang Masih Relevan Hingga Sekarang
hingga sekarang
Film tentang Wiji Thukul, ‘Istirahatlah Kata-Kata’, mulai tayang di bioskop 19 Januari 2017
@@aqbastian
Published 11:35 AM, January 19, 2017
Updated 10:27 AM, May 20, 2017
JAKARTA, Indonesia — Sulit untuk memilah hanya 5 dari ratusan puisi karya penyair Wiji
Thukul. Aktivis buruh ini telah menciptakan ratusan sajak yang bertemakan tentang kerakyatan.
Dalam puisi-puisinya, ia mengupas kehidupan rakyat kecil yang hidup di bawah kepemimpinan
otoriter pada masa Orde Baru. Rasa-rasa pahit kemiskinan dan penderitaan terasa begitu pilu
terurai melalui untaian kata yang Wiji tulis.
Ia berbicara dengan bahasa sederhana, yang dengan mudah dapat dimengerti oleh orang awam
sekalipun yang bahkan belum pernah berkenalan dengan puisi. Ia bernyali dan jujur dalam
mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, ucapkan, dan rasakan.
“Hanya ada satu kata: Lawan!” mungkin menjadi penggalan kalimat yang paling terkenal dari
karya Wiji dan sering digunakan oleh kaum buruh dan kelompok marjinal saat menyuarakan
aspirasi mereka.
Wiji, seorang aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dituduh subversif oleh pemerintah
Orde Baru, hinggap dari satu tempat ke tempat lain, pada masa-masa awal sebelum Reformasi. Ia
meninggalkan istrinya, Sipon, beserta kedua anaknya yang masih kecil, Fitri Nganthi Wani dan
Fajar Merah.
Kisah pelarian dan persembunyiannya dari cengkeraman militer ditayangkan melalui film
berjudul Istirahatlah Kata-Kata (yang judulnya diambil dari salah satu karya Wiji). Film besutan
sutradara muda Yosep Anggi Noen ini mulai ditayangkan di sejumlah kota di Indonesia mulai
hari ini, Kamis, 19 Januari.
Kepada Rappler ia mengatakan, film ini adalah sebagai pengingat utang negara. Bahwa masih
ada sejumlah warga negara Indonesia yang belum kembali sejak jatuhnya Orde Baru belasan
tahun silam. Bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk menuntaskan kasus yang belum
selesai ini.
Menyambut rilisnya film Istirahatlah Kata-Kata, Rappler kemudian menyortir 5 puisi Wiji
Thukul yang menjadi favorit penulis:
o… tidak, dik!
o… tidak, dik!
Wiji Thukul dan aktivis HAM Munir Thalib dalam sketsa warna karya Dewi Candraningrum
dalam pameran di Yogyakarta, Maret 2015. Foto oleh Ari Susanto/Rappler
berdiri gagah
kongkalikong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
WIJI THUKUL SANG SASTRAWAN. Film 'Istirahatlah Kata-Kata' menampilkan sisi humanis
dari seorang Wiji Thukul: rasa takut, cemas, dan rindu keluarga. Foto dari @FilmWijiThukul
Peringatan
dan berbisik-bisik
Foto pernikahan Sipon dan Wiji Thukul menghiasi dinding rumah. Foto oleh Ari
Susanto/Rappler
(tanpa judul)
sendiri
pada anak-anakku
sejak dini
kekejaman kalian
Aktris Marissa Anita berperan sebagai Sipon, istri aktivis Wiji Thukul, dalam film 'Istirahatlah
Kata-Kata'. Screenshot dari trailer di YouTube
mengisi jambangan
minyak tanah
gula
hari coblosan
memproklamasikan kemerdekaanku
tinggi, tinggi
BACA JUGA:
X
BAGAIMANA CERITA INI MEMBUAT ANDA MERASA?
Senang
Sedih
Marah
Tidak Peduli
Terinspirasi
Takut
Terhibur
Terganggu
Periksa mereka!
Tentang Kami
Selamat datang di Rappler Indonesia. Rappler adalah jaringan berita sosial di mana berita dan
cerita menginspirasi komunitas dan memicu aksi nyata untuk perubahan sosial.
Baca selengkapnya
Rappler ID Facebook
Instagram
Twitter
Email
Berita
Ekonomi
Opini
Sosial
Gaya Hidup
The wRap
Liputan Khusus
Olahraga
Hiburan
Ayo Indonesia
English Edition
BrandRap
Hubungi Kami
Tentang Kami