Anda di halaman 1dari 3

Nama/no.

:Gilang Passasi/14

Email : gilangpassasi14@gmail.com

Kelas :XII MIPA 7

“WIDJI THUKUL”

Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah,
26 Agustus 1963 – meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang
sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan
aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Tukul merupakan salah satu
tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejak 1998 sampai
sekarang dia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik
oleh militer.

Thukul lahir dari keluarga Katholik sederhana, ayahnya bekerja sebagai tukang
becak dan ibunya kadang menjual ayam bumbu untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari. Sejak duduk dibangku SD, Thukul telah aktif dalam kegiatan menulis
puisi. Thukul remaja rela putus sekolah untuk membiayai adik-adiknya, dari
ngamen puisi sampai buruh pelitur mebel ia lakoni.

Si gila baca nan berani menentang penindasan


“Kata-kata tak mengubah realitas, tapi mempertajam realitas!” demikian ia
memaknai kata-kata dalam puisinya. Thukul memang sosok manusia unik. Ia
orisinil, cerdas, dan blak-blakan. Thukul sangat gila membaca, dari buku-
buku loakan, hingga membaca lembar kehidupan masyarakat di seputarnya.
Ia tak hanya berpuisi. Ia mengorganisir buruh dan petani. Ia juga aktif
berorganisasi.
Ketika banyak seniman koleganya masih gamang untuk terlibat dalam
perjuangan politik, Thukul berseru: seniman adalah korban dari sistem yang
antidemokrasi, untuk itu seniman harus ikut merebut kemerdekaannya
sendiri. Thukul tak jeri kendati ditangkap dan dihajar senapan berkali-kali.
Tak pernah kembali
Ketika meledak peristiwa 27 Juli 1996 dan partai yang ikut didirikannya,
PRD, dibubarkan paksa dan semua anggotanya menjadi buronan, Thukul pun
berpindah-pindah kota untuk menyelamatkan diri. Dari lokasi
persembunyian ia masih menulis: ‘Aku masih utuh dan kata-kata belum
binasa!' Ia kemudian merapat lagi dalam organisasi, bekerja kembali dalam
kondisi politik yang sangat represif, hingga kemudian hilang tak tentu rimba
hingga hari ini.
Berjarak belasan tahun semenjak ia dihilangkan, suara Thukul masih terus
bergaung. Puisi-puisinya semakin berkibar. Bertebaran di media sosial.
Dibacakan di banyak panggung. Ditafsir dan didiskusikan dalam berbagai
forum. Anak-anak muda membaca kembali sajak-sajaknya, digenapi dengan
musikalisasi. Mereka juga membuat film-film pendek tentang sosok Thukul.
Trio folk Dialog Dini Hari melantunkan salah satu puisi Thukul: Ucapkan
Kata-Katamu. Kelompok musik Musikimia menyisipkan dua puisi Sajak
Suara dan Peringatan dalam lagunya. Tak lupa, puisi Bunga dan
Tembok yang dinyanyikan oleh Fajar Merah, putra bungsu Thukul.
Wajahnya, dengan rambut ikal dan mata sebelah kiri diperban lantaran kena
hantam senapan, tercetak dalam berbagai poster. Dijadikan mural di tembok-
tembok. Ia ditulis dalam banyak cerita. Nama dan karyanya didiskusikan di
banyak forum. Ia tiba-tiba menjelma sebagai penyair idola. Kendati anak-
anak muda hanya mengenal nama, karya dan wajahnya dalam poster-poster,
tetap saja, Thukul menjadi magma. Thukul mulai membuat puisi-puisi protes
dan terlibat aktif dalam perjuangan politik sejak usia muda. Ia pun
dihilangkan paksa dalam usia menginjak 35 tahun. Ia pantas menjadi simbol
perjuangan anak muda.
Ikhtiar anak-anak muda menggaungkan kembali suara Wiji Thukul layak
diacungi jempol. Thukul adalah pintu untuk mengenali babak sejarah
Indonesia, dimana kebebasan berbicara yang diperoleh hari ini bukan
diperoleh dengan jalan yang mudah, melainkan buah dari proses panjang dan
berdarah, yang memakan banyak korban.

PERAN MAHASISWA ZAMAN NOW DALAM MASYARAKAT

1. Mahasiswa berperan sebagai kontrol politik


Artinya dalam hal hubungan pemerintah dengan masyarakat, mahasiswa bertindak
sebagai pengawas serta partisipan dalam membahas segala hal mengenai fungsi
partai politik yang terkait dengan pengambilan keputusan pemerintah beserta
berbagai macam keputusan yang telah terambil sebelumnya.
2. Mahasiswa berperan dalam menyampaikan aspirasi dari masyarakat
kepada pemerintah
Hal ini diwujudkan dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat yang
memiliki peran dan fungsi mahasiswa dalam masyarakat  yang nantinya akan
dilanjutkan dengan menganalisa masalah-masalah yang tepat, lalu menyampaikan
realita yang sedang terjadi di masyarakat beserta solusinya kepada pemerintah.
Selain itu, mahasiswa juga harus bertanggungjawab dalam menjawab berbagai
masalah yang terjadi di masyarakat.
3. Mahasiswa juga berperan sebagai penyambung lidah pemerintah
dimana mahasiswa diharapkan mampu melakukan sosialisasi kebijakan-kebijakan
yang diambil pemerintah kepada masyarakat yang seringkali dalam berbagai
kasus, kebijakan-kebijakan tersebut sering disalahartikan oleh masyarakat,
sehingga di sini tugas mahasiswa adalah sebagai penerjemah tentang maksud dan
tujuan dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap kontroversial tersebut
sehingga pada akhirnya dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.
Akan tetapi sebenarnya posisi mahasiswa cukuplah rentan, dimana ia berada
diantara idealisme dan realita yang ada. Dalam beberapa keadaan, fakta
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan yang mengakibatkan posisi tersebut
menjadi berat sebelah, misalnya saja pada saat mereka melakukan pembelaan
terhadap suatu idealisme, tetapi realita yang terjadi dimasyarakat tampak kian
memburuk. Begitu juga sebaliknya, disaat para mahasiswa gencar membela realita
yang terjadi di masyarakat, tetapi ternyata secara tidak sadar mereka telah
meninggalkan atau menyimpang dari idealisme yang menghiraukan manfaat UUD
republik Indonesia yang ada serta watak ilmu yang mereka miliki.

Anda mungkin juga menyukai