Disusun oleh:
2013100654
Disusun oleh:
2013100654
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga skripsi dengan judul Strategi
Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam Melakukan
Sosialisasi Sadar Bencana Melalui Kesenian Rakyat (Studi Deskriptif pada
Sosialisasi Melalui Wayang Golek di Garut) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan
dan tuntunan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Sablin Yusuf MSc., M.Comp.Sc. selaku Rektor Institut Teknologi dan
Bisnis Kalbis.
2. Tri Juniarty, S.Kom., M.M selaku Wakil Rektor Institut Teknologi dan Bisnis
Kalbis.
3. Dr. Hadi Sutopo, S.Kom., M.M.S.I selaku Dekan Fakultas Industri Kreatif
Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis.
4. Davis Roganda Parlindungan, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi serta dosen pembimbing akademik yang telah memberi izin
penelitian serta memberikan bimbingan dan perhatian selama ini.
5. Satya Candrasari, S.Sos., M.I.Kom selaku pembimbing skripsi, yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini
6. Bapak/Ibu dosen jurusan Ilmu Komunikasi Institut Teknologi dan Bisnis
Kalbis yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan selama ini.
7. DR. Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB serta narasumber peneliti, yang telah membantu peneliti dalam
mendapatkan infomasi terkait skripsi ini
8. Bapak Andri Cipto Utomo selaku narasumber, yang telah membantu dan
memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini
9. Bapak Opik Sunandar Sunarya selaku narasumber, yang telah membantu
peneliti dalam mendapatkan informasi terkait skripsi ini
10. Bagian Humas BNPB, Ibu Rita, Mas Acu, Kak Dumeh, Bu Ayu, Kak Veby,
Mba Ika, Kak Dinda, Mas Phillus, Mas Adi, Kak Dimas, dan Mas Slamet
yang telah membantu memberikan semangat pada peneliti.
11. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa yang telah memberikan dukungan moral
maupun materiil. Seluruh keluarga kecilku Aldyth, Nadin, Ibu, dan Mba Ocha
yang selalu memberikan dorongan semangat luar biasa sehingga peneliti
mampu menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabatku Eca, Devi, Talitha, Bella, Della, Resya dan Oktika yang selalu
membangkitkanku saat terjatuh serta telah memberikan yang terbaik bagiku.
13. Teman-teman seperjuanganku Public Relations 2013 yang telah bersama-sama
menggapai cita-cita sebagai kaum intelektual terutama untuk Ayucana, Farras,
Dhiah, Reno, Raka, Shena, Syahena, Astut, dan teman-teman lainnya yang
tidak dapat ditulis satu per satu terima kasih atas semangat, motivasi dan
semuanya.
Peneliti
2013100654
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 9
1.3 Batasan Masalah........................................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
1.6 Sistematika Penelitian .................................................................................. 11
ix
2.3 Studi Penelitian Terdahulu ........................................................................... 26
2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 32
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Statistik bencana Indonesia 2017 ..................................................... 3
Gambar 1.2 Salah satu kesenian tradisional sosialisasi sadar bencana oleh BNPB
............................................................................................................................. 4
Gambar 1.3 Peta data bencana Garut ................................................................... 7
Gambar 1.4 Data bencana Garut bulan Januari-Desember 2016 ......................... 8
Gambar 2.1 Empat Langkah Strategi Humas ..................................................... 13
Gambar 2.2 Model Perencanaan Komunikasi KAP ........................................... 14
Gambar 4.6 Pesan komunikasi disampaikan secara langsung melalui sambutan dan
saat pagelaran dimulai ........................................................................................ 69
Gambar 4.8 Model Peranan Komunikator dalam Sosialisasi Sadar Bencana Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kegiatan Kesenian Rakyat
Wayang Golek .................................................................................................... 81
Gambar 4.10 Model Pesan Komunikasi Sosialisasi Sadar Bencana Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kegiatan Kesenian Rakyat wayang
Golek .................................................................................................................. 87
xi
Gambar 4.11 Model Pemilihan Media dalam Sosialisasi Sadar Bencana Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kegiatan Kesenian Rakyat
wayang Golek..................................................................................................... 93
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daerah yang telah dilakukan sosialisasi oleh BNPB melalui kegiatan
kesenian rakyat ..................................................................................................... 5
Tabel 2.1 Tabel studi penelitian terdahulu ......................................................... 26
Tabel 3.1 Key Informan dan Informan ............................................................... 41
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... L1
Lampiran 2 Dokumentasi Selama Penelitian ..................................................... L3
Lampiran 3 Transkrip Wawancara Key Informan 1 .......................................... L6
Lampiran 4 Transkrip Wawancara Key Informan 2 ........................................ L15
Lampiran 5 Transkrip Wawancara Informan 1 ................................................ L21
Lampiran 6 Transkrip Wawancara Informan 2 ................................................ L30
Lampiran 7 Transkrip Wawancara Informan 3 ................................................ L32
Lampiran 8 Transkrip Wawancara Informan 4 ................................................ L35
Lampiran 9 Catatan Observasi ......................................................................... L38
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan Tata Kerja BNPB tahun 2008 pasal 1 menyebutkan bahwa BNPB memiliki
tugas memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara; serta menyampaikan informasi
kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat.
BNPB yang merupakan organisasi pemerintahan yang bergerak di bidang
kebencanaan memiliki humas yang berfungsi untuk membantu menjelaskan
kegiatan yang dilakukan organisasi kepada masyarakat dan sebaliknya menerima
umpan balik yang diberikan masyarakat. Dalam hal ini, humas BNPB bertugas
membuat strategi dalam melakukan sosialisasi pada masyarakat.
Menurut Cutlip-Center-Broom, perencanaan strategis (strategic
planning) bidang humas meliputi kegiatan:
1) Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program:
2) Melakukan identifikasi khalayak penentu (key publics);
3) Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan
dipilih; dan
4) Memutuskan strategi yang digunakan. (Morissan, 2010: 153)
Pada hal ini, perencanaan atau strategi yang dibuat oleh BNPB saat akan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat tidak luput dari peran humas BNPB
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3
Sumber: dibi.bnpb.go.id
Gambar 1.1
Statistik bencana Indonesia 2017
Pada gambar 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2017 dari Januari hingga
Februari terdapat 695 kejadian bencana di Indonesia. Hal inilah yang menjadi
dasar bahwa sosialisasi sadar bencana sangat penting dilakukan untuk mengurangi
dampak saat bencana terjadi. Salah satu bentuk sosialisasi yang diberikan oleh
BNPB adalah sosialisasi berupa sadar bencana melalui kegiatan kesenian rakyat.
Target sasaran pada sosialisasinya yaitu masyarakat di sekitar wilayah rawan
bencana. Edukasi ini sebagai salah satu bentuk sosialisasi kepada publik mengenai
bencana. Sebagai rangkaian kegiatan sosialisasi, BNPB juga menyelenggarakan
untuk anak sekolah melalui dongeng dan film animasi sebagai media
sosialisasinya.
Edukasi kebencanaan melingkupi banyak hal yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Adanya edukasi ini tidak menutup kemungkinan bahwa
dampak dari suatu bencana akan hilang, namun kegiatan ini setidaknya dapat
mengurangi resiko bencana yang terjadi. Strategi komunikasi dalam melakukan
sosialisasi sadar bencana, Badan Nasional Penanggulangan (BNPB)
melakukannya dengan memberikan edukasi bencana, pengertian hingga dampak
4
yang ditimbulkan dari bencana melalui kesenian rakyat yang diadakan secara rutin
setiap tahunnya oleh unit Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) bidang
Humas dalam penyebaran informasi kebencanaan dengan daerah yang berbeda
setiap tahunnya. Dalam kurun waktu satu tahun, terdapat 3 – 4 daerah yang akan
menjadi target sasaran sosialisasi sadar bencana melalui kegiatan kesenian rakyat.
Adapun beberapa daerah yang merupakan target sasaran dari sosialiasi
melalui kesenian tradisional yang dilakukan BNPB yaitu Pandeglang,
Banyuwangi, Boyolali, Sukabumi, Pacitan, Karanganyar, dan Magelang. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut termasuk dalam 136 Kabupaten/Kota rawan bencana.
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 –
2019, Indonesia akan menurunkan 30% indeks resiko bencana pada 136
Kabupaten/Kota pusat pertumbuhan ekonomi nasional.
Sumber: budaya-indonesia.org/Wayang-Kulit-1/
Gambar 1.2
Salah satu kesenian tradisional sosialisasi sadar bencana oleh BNPB
yang didominasi banjir, longsor, dan puting beliung yang meningkat sebanyak
38% dibandingkan tahun sebelumnya (Gema BNPB, April 2017).
Resiko bencana dominan yang terjadi yaitu banjir, gempa bumi,
kebakaran hutan dan lahan, erupsi gunung api, tanah longsor, dan kekeringan.
Sehingga, langkah penting dalam upaya pengurangan resiko bencana yang harus
menjadi perhatian khusus adalah bagaimana memberlakukan masyarakat akan
kesadaran dalam mengatasi bencana.
Tabel 1.1
Daerah yang Telah Dilakukan Sosialisasi oleh BNPB melalui Kegiatan Kesenian
Rakyat
Jumlah
Indeks Tingkat
Bencana
Provinsi Kabupaten Resiko Resiko
yang
Bencana Bencana
Terjadi
Pada tabel 1.1 dilihatkan jumlah bencana hingga indeks resiko bencana
pada daerah yang telah dilakukan sosilaisasi melalui media kesenian rakyat. Target
sasaran BNPB dalam mensosialisasikan penanggulangan bencana yaitu
masyarakat setempat mulai dari anak-anak hingga usia dewasa pada suatu daerah
rawan bencana kemudian memberikan edukasi secara langsung melalui media
kesenian tradisional. Pengetahuan yang masih awam terhadap mitigasi bencana
6
Sumber: dibi.bnpb.go.id
Gambar 1.3
Peta data bencana Garut
Sumber: dibi.bnpb.go.id
Gambar 1.4
Data bencana Garut bulan Januari-Desember 2016
Pada gambar 1.4 terdapat bencana yang terjadi di Garut pada bulan
Januari hingga Desember 2016. Bencana terbesar yang terjadi di Garut yakni banjir
bandang yang terjadi pada 20 September 2016 yang mengakibatkan puluhan orang
meninggal dunia serta ribuan orang mengungsi. Hingga kini pemerintah pusat dan
pemerintah daerah bekerja sama untuk membangun kembali baik dari infrastruktur
hingga kesadaran masyarakat terkait penanggulangan bencana. Salah satu wilayah
yang terkena dampak banjir ialah Kecamatan Bayongbong yang merupakan titik
lokasi sosialisasi sadar bencana yang akan dilaksanakan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
Sosialisasi dilakukan agar merubah paradigma dari tanggap darurat
menjadi siaga bencana, bahwa bencana tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang
harus diterima begitu saja tetapi juga bisa diantisipasi kejadian bencana, korban
dan meminimalisir dampaknya. Hal ini salah satu langkah awal untuk
menyadarkan masyarakat akan bencana. Tetapi untuk menyadarkan masyarakat
9
akan bencana bukanlah hal yang mudah, peranan dalam membuat strategi
komunikasi yang efektif sangatlah dibutuhkan. Bila strategi yang digunakan
efektif, harapan kedepannya adalah pengetahuan yang didapat oleh masyarakat
yang telah diberikan sosialisasi dapat ditularkan pada lingkungan sekitar dalam
rangka mengurangi risiko bencana.
Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya suatu strategi komunikasi
BNPB dalam melakukan sosialisasi yang tepat untuk memberikan pemahaman dan
pengertian kepada komunikannya. Strategi komunikasi yang dirancang,
dirumuskan, dan dipilih dengan baik sebelum pelaksanaan sosialisasi tentu
menjadi salah satu faktor penentu tersampaikannya pesan-pesan yang diinginkan
oleh BNPB terkait dengan penanggulangan bencana. Mengingat strategi
komunikasi memegang peranan penting dalam upaya penyampaian informasi saat
melakukan sosialisasi. Nantinya dapat dilihat apakah strategi komunikasi yang
digunakan telah tepat sasaran atau tidak mampu untuk menyampaikan informasi
pengetahuan tentang penanggulangan bencana kepada masyarakat dan apa saja
hambatan dalam proses penyampaian informasi tersebut. Hasil peneltian ini pun
nantinya dapat dijadikan sebagai evaluasi oleh pihak BNPB untuk merancang
strategi komunikasi yang akan lebih tepat sasaran di masa yang akan datang.
Berdasarkan dari uraian konteks masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana strategi komunikasi BNPB dalam melakukan sosialisasi
bencana melalui kegiatan kesenian rakyat.
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
Implementasi Strategi
"Bagaimana kita
melakukannya "Apa yang harus
dan kapan kita kita lakukan dan
akan katakan dan
mengatakannya? mengapa?"
"
Dalam model ini ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk melakukan
program komunikasi, yakni:
NON EDUCATION
PROGRAM PERENCANAAN
EDUCATION
FACTORS PROBLEM
FACTORS
AUDIENCE
INTERVENTIONAL
MESSAGE Improved
Design
MESSAGE CHANNEL Knowledge
CHANNEL PLAN And MATERIALS Attitude
Pretesting SCHEDULE Practice
MANAGEMENT
Existing KAP BUDGET
STAFF
Behavioral Face to Face
Analysis Health Providers
Predisposing Trad Headers
Enabling Family
Reinforcing Poors
Epidemiology Schools
Incident/ Print
Prevalance Broadcast
Distribution/
Intensity Duration
dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pengaruh (efek) yang
dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal. (Cangara, 2017: 64)
b. Says what, yaitu pesan merupakan bahan unutk menganalisis pesan yang
disampaikan.
c. In which channel, yaitu saluran komunikasi menarik untuk membahas media
yang digunakan.
d. To whom, yaitu penerima atau komunikan dianalisis untuk mengetahui
khalayak atau audiensnya.
e. Whit what effect, yaitu pengaruh berkaitan dengan efek pesan yang dihasilkan.
(Sambas, 2015: 93)
Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy)
maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi
ganda yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya. (Effendy, 2008:
28)
Selain dari itu, ada juga teknik penyusunan pesan dalam bentuk; (1) One-side
issue, yaitu teknik penyampaian pesan yang menonjolkan sisi kebaikan atau
keburukan sesuatu, (2) Two-side issue, yaitu teknik penyampaian pesan di
mana komunikator selain mengemukakan yang baik-baik, juga menyampaikan
hal-hal yang kurang baik.
4) Memilih Media atau Saluran Komunikasi
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Memilih media komunikasi harus
mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin
disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. Hal ini penting
untuk menghindari terjadinya pemborosan biaya, waktu dan tenaga.
UNESCO pada buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi menjelaskan
bahwa melakukan pemilihan media komunikasi harus memperhatikan, antara
lain;
a. Sumber daya komunikasi yang tersedia di suatu tempat, dengan cara:
1) Kumpulkan data tentang sumber daya komunikasi yang ada, berapa
banyak stasiun radio, penerbit surat kabar, stasiun TV dan berapa banyak
jumlah dan jenis surat kabar yang beredar dalam masyarakat
2) Analisis status sumber daya komunikasi, apakah stasiun TV dan radio
yang ada milik swasta atau pemerintah, siapa penerbit surat kabar harian
dan mingguan yang ada
3) Membuat analisis kritis yang dibutuhkan masyarakat terhadap media,
informasi apa yang mereka perlukan, dan bagaimana pendapat atau
kometar mereka
b. Pemilikan media dikalangan masyarakat sasaran, berapa banyak penduduk
yang memiliki pesawat televisi, tv kabel, radio dan pelanggan surat
kabar.\terjangkau tidaknya pesan yang akan disampaikan.
c. Terjangkau tidaknya pesan yang akan disampaikan
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan metode pengkajian dan penilaian keberhasilan kegiatan
komunikasi yang telah dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau
20
2.2.2 Sosialisasi
a. Sosialisasi primer
Adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai
manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar
menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga.
b. Sosialisasi sekunder
Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu kedalam
lingkungan diluar keluarganya seperti sekolah, lingkungan bermain, dan
lingkungan kerja. Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai
dalam masyarakat sebagai sebuah proses resosialisasi atau proses
penyosialisasian ulang. Proses ini terjadi apabila sesuatu yang telah
disosialisasikan dalam tahap sosialisasi primer berbeda dengan tahap
sosialisasi sekunder. (Sunarto, 2004: 29)
Arti harfiah dari wayang adalah bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu
pengertian wayang itu berubah, dan kini wayang dapat berarti pertunjukan
panggung atau teater atau dapat pula berarti aktor atau aktris. Adapun sutradara
dalam pertunjukan wayang dikenal sebagai dalang, yang peranannya dapat
mendominasi pertunjukan seperti dalam wayang golek di Jawa Barat.
1) Wayang kulit
2) Wayang beber
3) Wayang gedog
4) Wayang golek
5) Wayang jemblung
6) Wayang kalithik
7) Wayang karucil
8) Wayang langendria
9) Wayang lilingong
10) Wayang lumping
11) Wayang madya
23
Menurut jenis aktor dan aktrisnya, aneka ragam jenis wayang digolongkan
atas 5 golongan, yaitu:
Sesuai bentuk atau cirinya yang mirip boneka, bulat dan dibuat dari kayu,
maka disimpulkan disini, bahwa berdasarkan bentuk yang mempunyai ciri-ciri
seperti boneka itu, sehingga benda wayang tersebut dinamakan wayang golek.
Dalam bahasa Jawa golek berarti boneka (Budaya Indonesia, http://budaya-
indonesia.org/Wayang-Golek-1/, akses pada 16 Maret 2017).
24
Ada beberapa jenis wayang golek yaitu wayang golek jawa atau disebut
wayang thengul dan wayang golek sunda. Wayang golek sunda sumber ceritanya
adalah Mahabharata dan Ramayana, sedangkan wayang golek thengul sumber
ceritanya dari Babad Tanah Jawi, Serat Menak, Majapahit dan Serat Panji. Cara
penyajiannya masih sama dengan sistem tradisional yaitu semalam suntuk dari jam
9 malam hingga jam 5 pagi hari. (Walujo, 2011: 11)
Nama Metodologi
No Judul Tahun Hasil Penelitian
Peneliti
1 Sufiatni Strategi 2013 Strategi Deskriptif
Komunikasi komunikasi yang
kualitatif
Petugas dipilih adalah KIE
Penyuluh yakni Komunikasi
Lapangan Informasi dan
Keluarga Edukasi yang
Berencana berupa penyuluhan
dalam dengan
Mensosialisa memberikan
sikan pengetahuan
Program kepada masyarakat
Keluarga dan mengunjungi
Berencana di rumah-rumah
Kecamatan sekolah dan
Medan Area madrasah untuk
mengikuti program
KB, mengantisipasi
kehamilan dini,
mengatur jarak
kelahiran dan
menurunkan angka
kematian bayi.
27
masyarakat/pemuk
a pendapat (opinion
leaders) yang
dipilih KPA.
4 Armawat Strategi 2016 Strategi Deskriptif
i Arbi Komunikasi komunikasi yang
kualitatif
Pemerintah dilakukan lembaga
dalam legislatif, eksekutif,
Mensosialisa dan yudikatif
sikan kurang koordinasi
Penanganan dalam berurusan
Sampah dengan pengelolaan
sampah di
Tangerang Selatan
serta tidak cukup
berani dan tegas
dalam menerapkan
pemetaan dan
“green card”
pengelolaan limbah
sebagai strategi
komunikasi pada
RT dan RW.
Strategi pemetaan
dan “green card”
merupakan
rekomendasi dan
kontribusi
penelitian ini.
Penjelasan;
1) Nama : Sufiatni
Tahun : 2013
Judul :Strategi Komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga
Berencana dalam Mensosialisasikan Program Keluarga
Berencana di Kecamatan Medan Area
Persamaan : Persamaan pada penelitian terdahulu ini ialah teknik
pengumpulan data yang digunakan sama yaitu wawancara,
observasi, dan studi kepustakaan.
Perbedaan : Media sosialisasi yang digunakan sebagai strategi
komunikasi dalam mensosialisasikan program Keluarga
29
Sosialisasi dilakukan
Strategi komunikasi
pada daerah-daerah
BNPB dalam melakukan
rawan bencana sosialisasi bencana
melalui kesenian rakyat
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
(BNPB) sebagai organisasi Teori Cutlip-Center-
pemerintah yang bertugas dalam Broom
penanggulangan bencana di
Model komunikasi
Indonesia
KAP
Analisis:
1.Strategi peran komunikator
2.Strategi mengenali sasaran komunikasi
3.Strategi pengkajian pesan komunikasi
4.Strategi pemilihan media komunikasi
METODOLOGI PENELITIAN
33
34
a. Paradigma penelitian yang melihat suatu realita dibentuk oleh berbagai macam
latar belakang sebagai bentuk konstruksi realita tersebut. Realita yang dijadikan
sebagai objek penelitian merupakan suatu tindakan sosial oleh aktor sosial.
b. Latar belakang yang mengkonstruksi realita tersebut dilihat dalam bentuk
konstruksi mental berdasarkan pengalaman sosial yang dialami oleh aktor
sosial sehingga sifatnya lokal dan spesifik.
c. Penelitiannya mempertanyakan ‘mengapa’ (why)?”
d. Realita berada di luar peneliti namun dapat memahami melalui interaksi dengan
realita sebagai objek penelitian
e. Jarak antara peneliti dan objek penelitian tidak terlalu dekat, peneliti tidak
terlibat namun berinteraksi dengan objek penelitian
f. Paradigma penelitian konstruktivistik sifatnya kualitatif, peneliti memasukkan
nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya.
g. Tujuan untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realita. Oleh
karena itu peneliti harus dapat mengetahui faktor apa saja yang mendorong
suatu realita dapat terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor itu
merekonstruksi realita tersebut. (Pujileksono, 2015: 28-29)
35
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Pada
Kriyantono (2012: 69) menyatakan bahwa jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi
secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
objek tertentu. Penelitian ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa
menjelaskan hubungan antarvariabel. Pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan
serta menggambarkan fakta-fakta saat penelitian berlangsung. Fakta tersebut
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
36
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah strategi komunikasi
sosialisasi sadar bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana melalui kegiatan kesenian rakyat. Penelitian ini dilakukan di gedung Graha
BNPB yang berlokasi di Jalan Pramuka Kav 38 Jakarta Timur dan melakukan
observasi di Garut. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui strategi komunikasi
yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana saat melakukan
sosialisasi sadar bencana.
1. Wawancara Mendalam
Denzin & Lincoln mengemukakan bahwa wawancara merupakan
suatu percakapan, seni Tanya jawab dan mendengarkan. Wawancara
menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan
peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus (Gunawan, 2013: 161).
Metode wawancara mendalam adalah metode di mana peneliti
melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-
menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari informan
(Kriyantono, 2012: 63-64). Metode ini memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan alasan atau penjelasan secara detail dari jawaban
informan. Peneliti senantiasa terikat dengan tujuan dari wawancara
tersebut yaitu mengungkap informasi yang sesuai dengan kategori
penelitian.
Terdapat dua tipe wawancara yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan karena
informasi yang akan diperlukan penelitian sudah pasti. Proses
wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan instrumen
pedoman wawancara tertulis yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
kepada informan. Wawancara tidak terstruktur dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena dalam
melakukan wawancara dilakukan secara alamiah untuk menggali ide
dan gagasan informan secara terbuka dan tidak menggunakan pedoman
wawancara (Gunawan, 2013: 162-163).
Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur. Peneliti akan memberikan pertanyaan
38
yang fleksibel, terbuka, dan luwes yang dimulai dari pertanyaan umum
dalam area yang luas pada penelitian. Walaupun suasana saat
wawancara penuh dengan keakraban, peneliti tetaplah dengan
kesadaran terhadap tujuan penelitian, sehingga tidak terbawa arus
pembicaraan yang mengarah kepada hal-hal yang emosional.
2. Observasi
Data sekunder ialah data yang telah diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
(tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau
perusahaan.
39
1. Studi kepustakaan
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
seperti dengan cara mempelajari buku-buku, membaca media cetak yang
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sumber literature atau
referensi lain yang relevan untuk memperoleh data yang diperlukan.
Peneliti dalam melakukan penelitian ini tentu tidak terlepas dari adanya
pencarian data informasi dengan menggunakan studi kepustakaan. Sebagai
pendukung untuk penelitian yang sedang dilakukan ini peneliti menggunakan
studi kepustakaan sebagai berikut:
a. Referensi buku
b. Jurnal penelitian
c. Internet
2. Studi dokumen
Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.
Menurut Bungin teknik dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis
(Gunawan, 2013: 176-177)
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan studi
dokumen ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen dan
data-data yang diperlukan misalnya dari data bencana pada website resmi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, data bencana pada website resmi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, serta berita-berita
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian pada majalah internal Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hal ini dipertegas oleh Bogdan &
Taylor yang berpendapat ; in most tradition of qualitative research, the phrase
personal document is used broadly to refer to any first person narrative
40
Pada penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang dimiliki oleh informan kunci
antara lain mengerti dan paham terkait dengan kegiatan sosialisasi sadar bencana,
berperan serta dan aktif dalam kegiatan sosialisasi sadar bencana tersebut, dan
merupakan perancang dari kegiatan sosialisasi sadar bencana. Informan pendukung
pada penelitian ini yaitu masyarakat umum yang tinggal dan telah menetap lama di
wilayah Garut. Dalam penelitian ini key informan dan informan yang dapat dipercaya
dan memenuhi syarat untuk memberikan data dan informasi yang dibutuhkan terkait
strategi komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam melakukan
sosialisasi penanggulangan bencana melalui kegiatan kesenian rakyat:
41
Tabel 3.1
Key Informan dan Informan
No Nama L/P Pekerjaan Umur
1 Key Informan 1 (DR. L Kepala Pusat Data 47 tahun
Sutopo Purwo Nugroho) Informasi dan
Humas Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana (BNPB)
2 Key Informan 2 (Opik L Dalang 60 tahun
Sunandar Sunarya)
3 Key Informan 3 (Andri L Pranata Humas 34 tahun
Cipto Utomo) Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana (BNPB)
4 Informan Pendukung 1 P Masyarakat 45 tahun
(Popon Ratnasari) setempat
5 Informan Pendukung 2 L Masyarakat 52 tahun
(Dadang Suparman) setempat
6 Informan Pendukung 3 L Masyarakat 27 tahun
(Haidar) setempat
Bapak Sutopo Purwo Nugroho beruusia 47 tahun yang lahir di Boyolali pada 7
Oktober 1969 adalah Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas di Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Beliau merupakan informan kunci pada penelitian ini.
Beliau adalah lulusan pendidikan di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada pada
tahun 1993 dan mengawali karier pada tahun 1994 dengan bekerja sebagai peneliti di
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Ia merampungkan pendidikan MSc dan
PhD nya di Institut Pertanian Bogor di bidang hidrologi. Bapak Sutopo sudah bekerja
di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak tahun 2010 hingga saat ini
menjabat sebagai Kepala Pusdatinmas BNPB.
42
Bapak Opik Sunandar Sunarya atau bisa dipanggil Abah bila di rumah dan Ki Opik
bila sedang pentas merupakan informan kunci untuk peneliti mendapat informasi
mengenai pewayangan. Ki Opik sudah bergelut dengan dunia wayang selama 25 tahun
lamanya, sehingga sudah ratusan pertunjukan telah beliau laksanakan bahkan pernah
mendapatkan beberapa penghargaan.
Ibu Popon Ratnasari berusia 45 tahun merupakan warga asli Bayongbong, Garut.
Saat menyaksikan pagelaran wayang, Ibu Popon datang bersama suami, dan 3 anaknya
yang berusia anak pertama 15 tahun, anak kedua 12 tahun, anak ketiga 7 tahun. Ibu
Popon datang dengan membawa tikar dan duduk di depan panggung utama. Peneliti
memilih Ibu Popon sebagai informan karena keluarga Ibu Popon terlihat antusias
bahkan sudah menyiapkan tempat untuk keluarganya sejak dimulai acara.
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian untuk
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Pujileksono, 2015: 151).
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis model
yang dipopulerkan oleh Miles dan Huberman melalui 3 tahap yaitu:
Setiap penelitian harus bisa dinilai. Ukuran kualitas sebuah penelitian terdapat
pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama penelitian. Validitas
penelitian kualitatif terletak pada proses sewaktu periset turun ke lapangan
mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis-interpretatif data (Kriyantono, 2012:
70).
Melihat begitu besarnya posisi data maka keabsahan data yang terkumpul
menjadi sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang
salah pula, demikian sebaliknya, data yang sah (valid/kredibel) akan menghasilkan
kesimpulan hasil penelitian yang benar. (Gunawan, 2013: 217)
Pada penelitian ini tidak semua cara diatas peneliti lakukan, triangulasi sumber
akan dilakukan dengan membandingkan sumber data yang didapat melalui wawancara
tidak terstruktur dengan key informan dan beberapa informan, serta data-data yang
diperoleh selama penelitian melalui beberapa sumber penelitian lainnya yaitu observasi
non-partisipan, studi kepustakaan dan dokumentasi.
BAB 4
Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian mengenai
permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab 1, yaitu Strategi Komunikasi Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam Melakukan Sosialisasi Sadar
Bencana Melalui Kegiatan Kesenian Rakyat.
Menurut data yang peneliti peroleh dari website resmi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yakni bnpb.go.id menjelaskan bahwa lembaga
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari
perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana
alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu,
perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan
paradigma penanggulangan bencana.
46
47
Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada
tahun 2004 telah mendorong perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dunia
internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi
saat itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun
2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB).
Badan ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai
unsur pelaksana penanggulanagn bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan
paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama.
Sampai saat ini, BNPB menjalankan tugas dan perannya sesuai dengan visi
dan misi yang telah ditetapkan. Ada pun visi dan misi BNPB yaitu:
Misi :
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT
UTAMA
DIREKTORAT
DIREKTORAT
BANTUAN DIREKTORAT
DIREKTORAT TANGGAP DIREKTORAT
DARURAT PENILAIAN
PENGURANGAN DARURAT LOGISTIK
KERUSAKAN
RISIKO BENCANA
DIREKTORAT
DIREKTORAT PEMULIHAN &
KESIAPSIAGAAN PENINGKATAN
FISIK
UPT
Sumber: bnpb.go.id
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Pada bagian Pusat Data, Informasi dan Humas sosialisasi sadar bencana
dilakukan oleh Bidang Humas. Bidang humas mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan koordinasi penyusunan rencana dan program kehumasan,
melaksanakan hubungan dengan pers dan media, pengelolaan dokumentasi,
penerangan kepada masyarakat di bidang penanggulangan bencana dan
peneglolaan perpustakaan, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaannya.
Hasil observasi yang didapatkan oleh peneliti yaitu bahwa Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam melaksanakan sosialisasi melaui kegiatan
kesenian rakyat sudah cukup baik. Persiapan yang dilaksanakan sudah dari bulan-
bulan sebelumnya, mulai dari menentukan wilayah atau daerah yang akan
disosialisasikan, tim yang akan ikut serta dalam sosialisasi hingga menentukan
dalang yang akan menjadi komunikator dalam sosialisasi tersebut.
Hari pertama saat peneliti beserta humas BNPB sampai di Garut, humas
BNPB langsung melaksanakan rapat dengan pihak swasta untuk membicarakan
kegiatan kesenian wayang yang akan dilaksanakan esoknya, jadwal acara
keseluruhan, isi cerita yang akan dibawakan oleh sang dalang, dan tamu undangan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam melakukan sosialisasi ini
belum secara sepenuhnya melaksanakannya sendiri, melainkan bekerja sama
dengan pihak swasta untuk menyediakan dalang yang terkenal di daerah yang akan
disosialisasikan. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia (SDM) pada bagian
humas BNPB belum memadai.
bencana yang terjadi, akibat yang ditimbulkan pada bencana tersebut, hal yang
dapat dilakukan saat terjadi bencana, dan cara meminimalisir potensi bencana.
Respon anak-anak saat itu adalah mereka terlihat antusias bahkan beberapa terlihat
fokus sekali menonton film animasi tersebut.
bondong ke lokasi sosialisasi bersama keluarga dan teman. Mereka menggelar tikar
di dekat panggung agar dapat menyaksikan secara lebih dekat walaupun sudah ada
LCD yang dapat memudahkan penonton untuk melihat pertunjukan meski dari jauh.
Peneliti melihat bukan hanya orangtua yang menikmati pertunjukan ini tetapi anak-
kecil hingga remaja turut serta meramaikan kegiatan ini. Masyarakat begitu antusias
mengikuti kegiatan sosialisasi ini. Kegiatan sosialisasi sadar bencana ini pun
menjadi ajang bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk memberikan
santunan kepada anak yatim yang telah dipilih oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) setempat.
dikenal baik oleh masyarakat setempat. Hal ini disampaikan oleh Andri Cipto
Utomo:
“Seperti yang di Garut ini kita kan memakai Ki Opik sebagai dalangnya.
Kita tanya juga sama BPBD Garut, dan ternyata Ki Opik terkenal, lalu
oke.”(Andri, wawancara, 21 Mei 2017).
Dari hasil wawancara dari kedua informan yang dilakukan oleh peneliti
mengenai strategi memilih dan menetapkan komunikator yang dilakukan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ternyata terdapat persamaan
yang dinyatakan oleh kedua informan yakni komunikator ditetapkan sesuai
anggaran yang ada, serta kompetensi dan ketenaran yang ada pada diri
komunikator.
“Sejauh ini lancar ya, paling masalahnya seperti Bupatinya itu mau ikut
tapi pas saat hari H ternyata tidak jadi datang….dan kendalanya dari
koordinasi dengan BPBD nya saja.”
Pernyataan Andri Cipto Utomo faktor pendukung keberhasilan dari
sosialisasi sadar bencana melalui kegiatan kesenian rakyat ini ialah koordinasi
dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Menurutnya, karena
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bukan bagian struktural dari
60
Setelah itu peneliti ingin melihat bagaimana sosok komunikator atau dalang
pada masyarakat. Ternyata sosok dalang Ki Opik Sunandar Sunarya cukup dikenal
baik oleh masyarakat setempat. Dalam wawancara yang peneliti lakukan terkait
strategi memilih dan menetapkan komunikator, Popon Ratnasari (20 Mei 2017)
mengatakan:
“Seru Teh, ini anak-anak aja mau langsung kesini melihat wayangnya Ki
Opik. Beliau memang dalang terkenal disini. Sampai bawa tikar soalnya
tahu kalau akan ramai seperti ini.”
Begitu pula yang disampaikan oleh Dadang Suparman (20 Mei 2017):
“Dalangnya kurang tahu saya Neng, gak pernah perhatiin cuma menikmati
saja ha ha ha.”(Haidar, wawancara, 20 Mei 2017)
Dari ketiga informan masyarakat yang peneliti wawancarai terkait strategi
memilih dan menetapkan komunikator dalam sosialisasi sadar bencana melalui
kegiatan kesenian rakyat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
memilih dalang yang telah dikenal baik oleh warga setempat. Walaupun ada satu
informan yang tidak mementingkan siapa komunikator yang akan menyampaikan
pesan, hanya datang untuk menikmati pagelaran wayang yang disuguhkan.
Lalu pertanyaan yang sama diberikan pula pada Bapak Andri Cipto Utomo
selaku Pranata Humas BNPB (21 Mei 2017) menyatakan bahwa:
“Acuannya itu berdasarkan kita survey juga. Media komunikasi kan ada
banyak yaa ada tradisional dan modern. Dan ini salah satunya yang kita
gunakan adalah media tradisional. Seperti semacam koran dan media digital
beda lagi, koran kan memang tradisional karena tidak ada feedback atau dua
arah. Wayang kita gunakan karena selain untuk melestarikan budaya dan ini
63
“Gak ada, itu berlaku untuk semua umur, untuk umum. Karena setiap
kesenian yang diadakan segala umur datang kesitu berbondong-bondong.
Anak-anak sekolah, remaja, orangtua”(Sutopo, wawancara, 17 Mei 2017).
Hal yang sama dinyatakan oleh Andri Cipto Utomo selaku Pranata Humas
BNPB (21 Mei 2017) mengatakan:
64
“Kita kan punya peta. Dari peta rawan bencana tadi maka kita sudah tahu
daerah-daerahnya. Makanya ketika memilih atau menetapkan suatu lokai,
wilayah tersebut rawan bencana apa.”
Pernyataan diatas diperkuat dengan adanya pernyataan dari Andri Cipto
Utomo (21 Mei 2017):
“Ya kita memilih daerah dengan warna merah. Jadi kan ada daerah yang
rendah, sedang, dan tinggi. Rata-rata kita sasarannya itu yang daerah
rawan bencana dengan potensi tinggi.”
Zona merah yang dimaksud pada wawancara diatas ialah zona dengan
potensi rawan bencana tinggi. Hal yang dilakukan oleh BNPB dalam menentukan
sasaran daerahnya yakni dengan melihat daerah-daerah potensi tinggi rawan
bencana. Daerah Garut merupakan salah satu dari 136 kabupaten/kota yang
memiliki potensi bencana yang tinggi dan sebelumnya telah terjadi bencana banjir
bandang di wilayah tersebut. Penetapan lokasi yang akan dilaksanakan kegiatan
sosialisasi sadar bencana melalui kesenian rakyat oleh Badan Nasional
65
“Pesan yang pertama yaitu pada saat sambutan nanti akan disampaikan,
kedua melalui kuis, ketiga dalam ceritanya si dalang tadi selalu
menyampaikan himbauan-himbauan.”
Lalu peneliti melanjutkan wawancara dengan pertanyaan selanjutnya masih
dengan Sutopo Purwo Nugroho terkait pesan yang akan disampaikan, beliau pun
menjawab:
“Kalau pesan yang disampaikan tidak ada yang khusus, jadi memang cerita
wayang yang sudah ada/populer. Tapi cerita ini yang sekarang disesuaikan
dengan keadaan sekarang. Nah, nanti ada adegan-adegan canda/lawak kita
sisipkan itu pesan-pesan yang sesuai dengan tema malam hari ini yaitu
budaya sadar bencana.”(Opik, wawancara, 20 Mei 2017)
Komunikasi dapat dikatakan efektif bila persepsi antara komunikator
dengan komunikan sama terhadap arti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Hal tersebut menjadi penting pada penelitian ini karena dalang merupakan
komunikator dalam menyampaikan pesan mengenai bencana kepada penontonnya.
Seorang dalang sebagai komunikator menyampaikan pesan kepada para penonton
dengan strategi tersendiri. Strategi yang dilakukan pada saat sosialisasi berlangsung
diungkapkan oleh Ki Opik Sunandar Sunarya sebagai berikut:
“…gini kita tuh punya talent yang luar biasa, sangat terkenal. Ini kan ada
sebuah karakter di wayang golek itu Cepot namanya. Itu sangat ditunggu-
tunggu masyarakat. Itu biasanya baru dikeuarkan jam 12 mlam ke atas,
tetapi kalau saya sudah mengeluarkan si Cepot ini sudah dari awal.
Celetuk-celetuk memang sangat ditunggu-tunggu.”(Opik, wawancara, 20
Mei 2017)
68
Hal ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti saat di Garut, yang mana
masyarakat sangat antusias saat tokoh Cepot muncul untuk menghibur mereka.
Penonton wayang golek sudah paham benar mengenai karakter tokoh wayang
Cepot yang lucu dan suka memberi nasihat kebaikan. Maka ketika tokoh Cepot
dimuculkan oleh Ki Opik, penonton akan memahami dan mempercayai apa yang
dikatakan dan diceletukan oleh Cepot adalah suatu kebaikan. Ki Opik mengolah
cerita yang juga membuat penonton penasaran akan ceritanya walaupun cerita yang
dibawakan saat pagelaran merupakan cerita yang biasa beliau bawakan saat
pagelaran. Hanya saja dalam sosialisasi kali ini Ki Opik membangkitkan emosi
masyarakat yang menonton dengan mencontohkan bencana banjir bandang yang
mengakibatkan kesengsaraan rakyat. Hal ini lah yang membuat dalang
membawakan pesan-pesan penting yang berhubungan dengan bencana kepada para
penonton.
khusus dalam menyampaikan pesan agar sampai pada komunikannya yaitu melalui
karakter wayang yang sangat disenangi oleh masyarakat.
Hal ini dijelaskan oleh Andri Cipto Utomo selaku Pranata Humas BNPB
(21 Mei 2017), beliau berkata:
“Salah satu yang kita gunakan adalah media tradisional yaitu wayang.
Wayang kita gunakan karena selain untuk melestarikan budaya dan ini cara
efektif untuk menyampaikan satu pesan di daerah-daerah. Untuk menarik
massa dan untuk cara penyampaiannya. Kita juga menarik massanya lewat
media social twitter, facebook, dan sebagainya, serta radio-radio lokal,
sama spanduk, dan baliho. Dari mulut ke mulut pun juga pasti.”
Wayang yang merupakan media komunikasi utama dalam sosialisasi sadar
bencana melalui kesenian rakyat dianggap cukup efektif dalam penyampaian pesan
bencana kepada masyarakat sekitar daerah rawan bencana. Selain sifatnya yang
menghibur, masyarakat Garut masih sangat menyenangi wayang sehingga untuk
menarik penonton ikut serta dalam kegiatan sosialisasi sadar bencana cukup efektif.
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat Badan Nasional
70
Ungkapan yang sama disampaikan pula oleh Andri Cipto Utomo selaku
Pranata Humas BNPB, beliau menjawab:
Sangat komunikatif apalagi wayang itu ada beberapa tokoh yang disebut
purnakawan. Purnakawan itu adalah pengasuh, pengasuh itu adalah
simbol dari rakyat yang sederhana dengan gelak tawa.”(Opik, wawancara,
20 Mei 2017)
“…lalu kita sediakan LCD atau layar lebar agar mereka/penonton tetap
dapat menikmati walaupun jauh.”
73
“Saya tau ada sosialisasi ini dari spanduk-spanduk di sekitar sini dan
dikasih tau tetangga juga, kebetulan kan rumah juga dekat jadi mudah
untuk kesini.”
Pada hasil observasi yang peneliti lakukan pun selama di Garut, peneliti
banyak menemukan spanduk dan baliho di sekitaran jalan hingga satu kilometer
dari lokasi diadakannya sosialisasi sadar bencana melalui kesenian rakyat. Jadi
memang selain menggunakan media komunikasi tradisional yaitu wayang dalam
penyampaian informasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun
menggunakan media-media pendukung lain untuk menyebarkan kegiatan
sosialisasi sadar bencana ini.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan
kepada beberapa informan, serta observasi yang dilakukan peneliti secara langsung
di lapangan. Masyarakat yang datang untuk menyaksikan pertunjukan terlihat
sangat antusias dan merasa terhibur. Berdasarkan hasil penelitian dalam upaya
membangun kesadaran akan bencana pada diri masyarakat Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki harapan atau tujuan agar di masa
mendatang kesiapsiagaan pada diri masing-masing individu sudah meningkat dari
sisi pengetahuan hingga penanganan saat atau sebelum bencana terjadi.
Meminimalisir resiko bencana terutama di Indonesia yang merupakan negeri
dengan potensi bencana alam yang sangat tinggi membuat Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) selalu berupaya dalam menyadarkan masyarakat
akan bencana yang salah satunya menggunakan kegiatan kesenian rakyat.
1) Pengetahuan bencana
2) Kesiapsiagaan menangani bencana
3) Hiburan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori Cutlip-Center-Broom dalam
membahas dari hasil penelitian yang peneliti temukan di lapangan. Keberhasilan
dari suatu program atau kegiatan komunikasi tidaklah ditentukan semata-mata oleh
baik-tidaknya perencanaan, melainkan juga pada keahlian dan efisiensi proses
75
ditetapkan. Langkah terakhir yaitu evaluasi program yang belum dilakukan sepenuh
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam penelitian ini, hasil
observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada pihak Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait kegiatan evaluasi yaitu Badan Nasional
Penanggulangan Bencana belum melakukan evaluasi program secara keseluruhan
terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan oleh pihak Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hanya melihat dari segi banyaknya
masyarakat yang datang dan merasa terhibur dengan sosialisasi yang diadakan.
Sementara untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah dicapai pada sosialisasi
yang dilakukan adalah dengan mengukur jumlah korban yang ada bila pada daerah
yang telah diberikan sosialisasi tersebut terjadi bencana. Kegiatan evaluasi program
memang belum benar-benar dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) karena banyaknya target atau sasaran daerah yang harus
ditingkatkan mengenai edukasi sadar bencana.
Peneliti memilih model ini karena model ini banyak digunakan untuk program-
program penyadaran masyarakat. Dalam hal ini peneliti kaitkan pada sosialisasi
sadar bencana yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB).
Dalam model ini terdapat tiga tahapan yang harus dilalui untuk melakukan
program komunikasi, yakni:
mereka seperti menggunakan kesenian rakyat wayang golek. Kedua faktor ini besar
pengaruhnya terhadap tingkat penerimaan dan daya serap khalayak.
a. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang
dimiliki seorang komunikator sehingga bisa diterima oleh target sasaran. James
McCroskey lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator
dapat diperoleh dari kompetensi (competence), sikap (attitude), tujuan
(intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism). (Cangara,
2017: 134)
80
Dalam hal ini dalang yang menjadi komunikator pada sosialisasi sadar
bencana ini yaitu Ki Opik Sunandar Sunarya memiliki pengetahuan umum
(knowledge) baik mengenai seni pendalangan maupun mengenai bencana, dan
pengalaman mendalang. Peran dalang bukan semata-mata untuk memberikan
hiburan, namun juga untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Seorang dalang yang memiliki pengetahuan umum yang luas serta pengalaman
yang lama akan memudahkan baginya untuk menyampaikan pesan yang mudah
ditangkap penonton/komunikan tanpa merusak seni keindahan pendalangan.
b. Daya tarik
Daya tarik pada umumnya disebabkan karena cara bicara yang sopan, murah
senyum, cara berpakaian yang menarik dan rapih, dan postur tubuh yang gagah.
Menurut hasil temuan peneliti di lapangan, peneliti melihat bahwa Ki Opik
memiliki daya tarik yang kuat dan mampu menarik masyarakat untuk datang
pada kegiatan sosialisasi sadar bencana karena sudah dikenal dekat masyarakat
sekita sehingga memudahkan untuk mentransfer pesan kepada masyarakat
mengenai kesadaran akan bencana.
c. Kekuatan
Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator
jika ia ingin memengaruhi orang lain. Kekuatan bisa juga diartikan sebagai
kekuasaan di mana khalayak mudah menerima suatu pendapat (Cangara, 2014:
109). Keterampilan seorang dalang dalam berkomunikasi akan memengaruhi
berhasil atau tidaknya proses komunikasi. Menurut Pradipto Roy pada buku
Pengantar Ilmu Komunikasi, salah satu faktor lain yang turut menentukan
berhasil tidaknya komunikasi ialah homophily, yakni adanya kesamaan yang
dimiliki oleh seorang komunikator dengan khalayaknya. Hal ini dimiliki oleh
Ki Opik Sunandar Sunarya selaku dalang atau komunikator pada sosialisasi
melalui pagelaran wayang ini karena antara dalang dengan masyarakatnya
memiliki kesamaan dalam hal bahasa dan budaya sehingga untuk
tersampaikannya pesan pada masyarakat lebih mudah.
81
Komunikator
a. Kelompok yang memberi izin, yaitu suatu lembaga atau badan yang membuat
peraturan dan memberi izin sebelum suatu program disebarluaskan.
b. Kelompok pendukung, ialah kelompok yang mendukung dan setuju pada
program yang akan dilaksanakan.
c. Kelompok oposisi, ialah mereka yang menentang atau bertentangan dengan ide
perubahan yang ingin dilakukan.
82
d. Kelompok evaluasi, ialah mereka yang terdiri dari orang-orang yang menkritisi
dan memonitor jalannya suatu program.
a. Kelompok yang memberi izin, yaitu pemerintah daerah dari tempat yang akan
disosialisasikan yakni Bupati Garut. Mereka akan ikut andil dalam sosialisasi
ini dengan mengizinkan pihak dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) untuk mengadakan sosialisasi sadar bencana. Hal ini dikarenakan
pemerintah daerah Garut sadar bahwa Garut merupakan salah satu dari 136
kabupaten/kota yang rawan bencana dan berada pada zona merah.
b. Kelompok pendukung, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
setempat. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas
BNPB, Bapak Sutopo Purwo Nugroho, bahwa keberhasilan dari kegiatan ini
tergantung dari kerjasama dan koordinasi yang baik antara Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
c. Kelompok evaluasi, yaitu pihak dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) itu sendiri.
a. Demografi,
b. Kondisi ekonomi,
c. Kondisi fisik,
83
a. Demografi, yaitu melihat masyarakat dari segi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan agama. Kegiatan sosialisasi sadar bencana melalui kegiatan
kesenian rakyat yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) tidak mengkhususkan demografi dalam mengenali sasaran
komunikasi. Seluruh kalangan masyarakat mulai dari laki-laki hingga
perempuan, usia muda hingga tua menjadi sasaran komunikasi sosialisasi.
b. Kondisi fisik, yaitu lokasi yang dipilih oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dalam melaksanakan sosialisasi sadar bencana melalui
kesenian rakyat wayang golek yaitu daerah rawan bencana dengan potensi
tinggi. Daerah tersebut dapat dilihat dari 136 kabupaten/kota yang memiliki
wilayah daerah rawan bencana kemudian dipilihlah daerah dengan potensi
bencana tertinggi yang ditandai oleh peta rawan bencana dengan simbol merah.
Dalam pelaksanaannya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
memilih lapangan atau alun-alun yang luas untuk menjadi lokasi kegiatan
sosialisasi, mudah diakses oleh masyarakat setempat, dan dapat menampung
hinga ribuan orang. Kegiatan sosialisasi pada 21 Mei 2017 berlokasi di Alun-
alun Bayongbong Kabupaten Garut yang merupakan lokasi yang dilintasi oleh
bencana banjir di Garut.
c. Teknologi yang tersedia, yakni jaringan telekomunikasi dan mobilitas
transportasi. Biasanya kondisi daerah yang akan dijadikan tempat sosialisasi
memiliki jaringan telekomunikasi yang rendah serta transportasi seadanya.
d. Kondisi sosial budaya masyarakat, yakni dengan melihat kesenian rakyat yang
terkenal dikalangan masyarakat setempat. Sosialisasi sadar bencana melalui
kesenian rakyat yang dilaksanakan di Garut yaitu wayang golek, karena
mayoritas masyarakat Garut menyenangi pertunjukan wayang golek. Hal ini
84
tentulah penting untuk dikaji lebih dalam oleh pihak Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) saat mensosialisasikan program sadar
bencana pada masyarakat di setiap daerah karena beda daerah berbeda pula
kesenian yang senangi.
Pesan adalah segala sesuatu yag disampaikan oleh seseorang dalam bentuk
simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna
(Cangara, 2017: 139). Terdapat pula teknik penyusunan pesan dalm bentuk:
Untuk mengelola dan menyusun pesan yang mengena dan efektf perlu
memerhatikan beberapa hal yaitu:
Pesan Komunikasi
Isi pesan:
1. Meningkatkan pengetahuan
akan bencana
2. Meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menangani bencana
3. Menghibur masyarakat
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Memilih media komunikasi harus
mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin disampaikan,
dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya pemborosan biaya, waktu dan tenaga.
88
1. Media lama
Media lama yang Badan Nasional Penanggulangan Bencana gunakan ialah:
a. Media elektronik
Media elektronik yang digunakan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) yakni radio lokal. Radio lokal difungsikan untuk
menyebarkan informasi mengenai kegiatan sosialisasi ini. Radio lokal
dimanfaatkan pula oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk
menyampaikan program sadar bencana dengan membuat cerita “Asmara di
Balik Bencana” yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dengan
dibumbui pesan-pesan terkait edukasi bencana.
b. Media luar ruang (Outdoor Media)
89
Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk
lukisan, dan ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai dilihat oleh
banyak orang. Jangkauannya terbatas kecuali orang yang lewat dan sempat
mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tapi punya
kelebihan karena bisa tahan lama dan dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain. Media luar ruang yang digunakan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) antara lain:
1) Spanduk
2) Baliho
3) Umbul-umbul
Pemilihan media ini sudah cukup efektif dilihat dari banyaknya masyarakat
yang datang karena melihat spanduk, baliho, umbul-umbul yang terpasang
dari radius beberapa kilometer dari tempat pagelaran. Media komunikasi
luar ruang seperti ini dibuat oleh pihak Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dengan lebih menarik karena sifatnya visual. Media ini
pun dipilih oleh BNPB untuk menginformasikan kepada masyarakat
mengenai kegiatan kesenian rakyat yang akan dilaksanakan.
mempunyai dua fungsi utama dalam kehidupan sosial politik, yaitu: pertama,
sebagai terompet pemerintah untuk masyarakat, dan kedua sebagai alat untuk
menyampaikan kehendak masyarakat untuk pemerintahnya. Hal ini sesuai dengan
fungsi wayang yang dijalankan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) yaitu untuk mengedukasi, memberi penerangan, serta memberikan
informasi tentang bencana mulai dari pengetahuan akan bencana hingga
pencegahan yang dapat dilakukan.
2. Cuaca. Cuaca tidak dapat diprediksi saat melakukan pagelaran wayang golek
semalaman suntuk apalagi dengan lokasi daerah yang dipilih merupakan daerah
rawan bencana. Maka dari itu, untuk mengantisipasi hal tersebut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan kearifan lokal berupa pawang
hujan untuk mencegah terjadinya cuaca yang tidak terkendali saat pertunjukan
berlangsung.
Pemilihan
Media
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa yang pertama dalam strategi dalam memilih komunikator
dilihat dari segi kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan yang dimiliki komunikator
yakni dalang. Kredibilitas pada dalang yang dimiliki yaitu pengetahuan yang luas
terkait pendalangan dan bencana, berkompetensi untuk menjadi komunikator, sikap
dan kepribadian yang disenangi masyarakat, serta pengalaman yang cukup untuk
menjadi seorang komunikator. Daya tarik yang dimiliki mampu menarik
masyarakat untuk berduyun-duyun datang melihat pertunjukan. Kekuatan yang
dimiliki yaitu terdapat kesamaan kebudayaan dan bahasa antara dalang dengan
masyarakat sekitar. Kemudian kedua dalam strategi mengenali sasaran komunikasi
sosialisasi sadar bencana melalui kegiatan kesenian rakyat oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) tidak dispesifikasi secara khusus karena target
sasaran komunikasinya ialah masyarakat umum ysng tinggal di daerah rawan
bencana. Ketiga dalam strategi pengkajian pesan yang dilakukan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersifat edukasi dan hiburan melalui
dua bentuk pesan yang berbeda yakni film animasi dan dongeng untuk anak
sekolah, lalu pagelaran kesenian rakyat untuk masyarakat. Lalu terakhir dalam
strategi pemilihan media komunikasi yang digunakan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yaitu media lama berupa radio lokal, media luar
ruangan berupa spanduk, baliho, dan umbul-umbul, saluran komunikasi tradisional
berupa wayang golek, dan media baru berupa media sosial facebook dan twitter.
94
95
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka
dapat diajukan saran sebagai berikut:
A. Saran Praktis
1. Strategi komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sudah baik dan efektif, tetapi ada baiknya bila setiap
kegiatan sosialisasi yang telah dijalankan dilakukan evaluasi secara
keseluruhan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
2. Sebaiknya terdapat keberlanjutan dari kegiatan sosialisasi sadar
bencana melalui kegiatan kesenian rakyat dengan mengadakan
kegiatan serupa atau kegiatan lain yang berhubungan supaya tujuan
untuk meningkatkan budaya sadar bencana pada diri masyarakat
tercapai.
B. Saran Akademis
1. Saran bagi peneliti selanjutnya agar meneliti dengan lebih
mendalam agar menghasilkan penelitian yang lebih akurat dan
mendalam.
2. Penulis berharap agar pada penelitian selanjutnya mengembangkan
penelitian “Strategi Komunikasi Sosialisasi Sadar Bencana Melalui
Kegiatan Kesenian Rakyat” agar dapat mengkaji lebih dalam
strategi serta efektivitas media komunikasi kesenian rakyat
terhadap keberhasilan menyadarkan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Y. Z. (2015). Manajemen Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Cangara, H. (2017). Perencanaan & Strategi Komunikasi.Rev.Ed. Jakarta: Rajawali
Pers.
Effendy, O. U. (2008). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2011). ILMU KOMUNIKASI Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Henslin, J. M. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Komala, L. (2010). Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung:
widya padjajaran.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
96
97
Jurnal
Majalah
"Rakernas BNPB Upaya Tingkatkan BPBD yang Tangguh, Teruji dan Profesional,"
Gema BNPB, April 2017.
Internet
Perka BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana. (n.d.).
"Produk Hukum BNPB." http://bnpb.go.id/produk-hukum# (akses pada 11 Maret
2017).
"Sejarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana."
https:www.bnpb.go.id/home/sejarah (akses pada 12 Mei 2017).
Email : gladyscarissa.gc@gmail.com
(2014 – 2015)
99
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI SELAMA PENELITIAN
L2
Gambar 4 Sasaran komunikasi dan media dongeng saat edukasi bencana di
Sekolah Dasar
L3
Gambar 7 Penyerahan media wayang kepada dalang
Gambar 8 Sambutan Pak Sutopo selaku Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas
BNPB
L4
Gambar 9 Kuis dan santunan anak yatim yang diberikan kepada anak-anak
masyarakat setempat
L5
L6
LAMPIRAN 6
Umur : 45 tahun
P : Peneliti
I : Informan
I : Ha ha ha boleh atuh neng urang Jakarta nya? (boleh, orang Jakarta ya?)
P : Iya Bu dari Jakarta. Oh iya sebelumnya boleh tahu nama Ibu siapa dan
umurnya berapa?
I : Iya teh saya tinggal di Bayongbong juga di belakang tuh deket, kesini aja
jalan kaki saya sama anak-anak sama abi-nya juga makanya bisa agak di
depan gini ha ha ha.
L30
I : Tahu saya mah tinggal deket Teh, awalnya denger-denger aja dari
tetangga, sodara, mau ada acara di alun-alun malam minggu. Terus ya
sudah ada itu pengumumannya di spanduk, langsung ajak anak-anak
kesini.
I : Seru Teh, ini anak-anak aja mau langsung kesini melihat wayangnya Ki
Opik. Sampai bawa tikar soalnya tahu kalau akan ramai seperti ini. Tuh
anak-anak juga senang merasa terhibur dengan sosialisasi ini.
I : Sudah sudah. Sering liat dan hafal kalau orang Garut mah.
I : Wah belum pernah Teh jarang disini, paling di kecamatan lain sudah tapi
saya kurang tahu sih. Kalau di Bayongbong belum makanya senang ada
acara ini. Hiburan buat saya dan keluarga juga.
I : Harapannya supaya sering-sering Teh buat acara wayangan gini, dan pas
sekali diadakannya saat malam minggu jadi besok libur. Dapat informasi
juga soal bencana, kemarin juga kan habis banjir disini jadi ya saya senang
ada acara seperti ini lagi Teh.
I : Sama-sama Teh.
L31
LAMPIRAN 7
Umur : 52 tahun
P : Peneliti
I : Informan
I : Nama saya Dadang, umur saya 52 tahun. Harus nama panjang Neng?
P : Boleh Pak.
P : Ha ha ha. Ah Bapak bisa aja nih. Bapak warga asli sini Pak?
I : Warga asli Garut saya tinggal di Desa Sukasenang, lumayan dari sini.
I : Saya tau ada sosialisasi ini dari spanduk-spanduk di sekitar sini dan
dikasih tau tetangga juga, sodara saya juga ada yang tinggal disini, dan
kebetulan kan rumah juga dekat jadi mudah untuk kesini.
L32
P : Menurut Bapak bagaimana dengan acara sosialisasi bencana dengan
wayang golek ini Pak?
I : Iya untuk alas kan pada duduk-duduk santai, dijual lumayan harganya
seribu walau Cuma dapat beberapa lembar teu nanaonlah (tidak apa-apa)
I : Sering Neng suka juga, kalau di Garut mah lumayan sering pertunjukan
wayang golek, namanya juga di desa Neng.
I : Biasanya sampai selesai aja. Wayangan ini juga niatnya sih sampai
selesai ini pertunjukkan baru deh pulang.
I : Mau mereka malah melek terus, ya kalau ngantuk tidur disini bisa sudah
dialasin.
L33
I : Harapannya semoga BNPB dan pemerintah disini lebih memperhatikan
masyarakat dengan daerah rawan bencana seperti ini, bukan hanya saat
bencana saja tetapi sebelum bencana seperti ini juga sangat penting Neng,
ameh pada terang (biar tahu lebih dulu)
I : Sama-sama Neng.
L34
LAMPIRAN 8
Umur : 27 tahun
P : Peneliti
I : Informan
I : Haidar, umur 27 tahun, tahun ini. Tos atuh panggilnya jangan Bapak,
Neng.
I : Iya boleh.
P : Kalau begitu Mas Haidar, saya mau Tanya menurut Mas bagaimana
sosialisasi sadar bencana yang dilakukan BNPB ini Mas?
I : Saya senang hiburan wayang golek seperti ini makanya datang bareng
teman-teman nih ramai sekalian nongkrong. Ada bedanya.
L35
I : Yang bedanya itu cerita wayangnya kan tentang bencana, baru kali ini sih
melihat cerita pewayangan dengan tema bencana seperti ini.
I : Saya sih belum pernah nemuin Neng. Ini kan ceritanya hampir semuanya
tentang bencana.
P : Iya betul Mas, oh iya tahu acara ini dari mana Mas?
I : Dari teman-teman juga, kita kan tinggal juga disini jadi tahu kalau ada
acara-acara. Saya juga sering nongkrongnya di Alun-alun.
I : Dalangnya kurang tahu saya Neng, gak pernah perhatiin cuma menikmati
saja ha ha ha.
I : Iya kita mah yang penting ramai, acaranya asik, banyak yang nonton.
Jarang-jarang Neng pagelaran gini, yang sering kan bazar ya atau ya
sosialisasi biasa dikasih tahu ini itu, hiburannya sedikit.
I : Iya seperti ini yang menghibur, yang bikin ramai lah pokoknya.
L36
P : Iya Mas, baiklah Mas untuk pertanyaan terakhir agar saya tidak terlalu
lama mengganggu nih. Harapannya apa untuk BNPB dalam melakukan
sosialisasi sadar bencana?
I : Iya, sama-sama.
L37
LAMPIRAN 9
CATATAN OBSERVASI
Tempat : Garut
Jam Kegiatan
10.30 – 16.30 Berangkat ke Garut, perjalanan memakan waktu 6 jam untuk
sampai ke Garut.
16.30 – 19.00 Istirahat.
19.22 – 21.30 Rapat dengan pihak swasta (Yani EO). Isi rapat yaitu:
- Membicarakan tentang kegiatan kesenian rakyat wayang yang
akan dilaksanakan esok hari.
- Perubahan rundown acara dikarenakan kendala untuk
kehgadiran tamu VIP yang seharusnya memberikan sambutan,
serta acara games yang akan dibawakan langsung oleh
Kapusdatinmas BNPB Pak Sutopo Purwo Nugroho.
- Menyampaikan isi cerita yang akan dibawakan dalang yaitu
diselipkan cerita bencana.
- Mengundang masyarakat Destana (Desa Tangguh Bencana)
- Membicarakan tempat pagelarannya yaitu di Alun-Alun
Bayongbong.
L38
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Mei 2017
Jam Kegiatan
06.30 – 07.05 Sarapan dan persiapan untuk sosialisasi yaitu mengkroscek lagi
barang-barang yang akan dibawa mulai dari spanduk, banner,
speaker, souvenir untuk anak-anak sekolah, dan menghitung
buku dan komik bencana.
07.05 – 08.00 Berangkat dari hotel menuju sekolah yang akan disosialisasikan
yaitu SDN Giriawas 03 Kampung Babakan Jolok, Desa
Giriawas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.
08.00 – 08.25 Persiapan sosialisasi di ruangan yang telah disediakan oleh pihak
sekolah. Sosialisasi diikuti oleh anak-anak sekolah kelas 3, 4,
dan 5.
08.25 – 12.00 Memulai sosialisasi dengan isi sosialisasi sebagai berikut:
- Sambutan Ibu Rita Rosita selaku Kepala Bidang Humas
BNPB
- Sambutan Kepala Sekolah SDN Giriawas 03
- Penyerahan plakat dari BNPB untuk pihak sekolah
- Pemutaran film animasi mengenai bencana (longsor dan
banjir). Film yang diputar berupa animasi mengenai
pengetahuan bencana, tanda-tanda bencana, penyebab
bencana terjadi, akibat yang ditimbulkan oleh bencana
tersebut, hal yang dilakukan saat terjadi bencana, dan cara
mengantisipasi dan meminimalisir dampak bencana.
Respon : anak-anak saat pemutaran film sangat
memperhatikan bahkan beberapa terlihat fokus karena akan
ada kuis dengan hadiah tas terkait dengan film animasi yang
ditayangkan.
- Dongeng oleh Kak Ojan yang diawali dengan ice breaking.
Dongeng tersebut bercerita tentang seorang anak bernama
L39
Dodo yang membuang sampah sembarangan sehingga
mendapat mimpi bahwa desanya akan terendam banjir akibat
ulahnya.
Respon: anak-anaknya merespon dengan baik, terlihat ceria
dan antusias, saling menyahut bila diberikan pertanyaan oleh
pendongeng, aktif dalam menjawab dan mengeksplor cerita
bencana yang pernah terjadi.
- Dongeng dengan media boneka orangutan yang bernama
Jojo.
- Kuis dan games dengan hadiah buku tulis dengan cover yang
unik, buku komik Danu yang bercerita tentang bencana, dan
tas sekolah.
12.30 Berangkat ke tempat sosialisasi pagelaran kesenian rakyat
wayang golek di Alun-alun Bayongbong Kabupaten Garut untuk
melihat persiapan acara yang akan digelar malamnya.
Di tengah persiapan terjadi hambatan yaitu jarak tata letak
panggung VIP dengan panggung pagelaran utama terlalu jauh.
Antisipasinya adalah pengawalan saat gubernur, Kapusdatinmas
BNPB, dan kepala BPBD Garut akan sambutan kepada
masyarakat.
19.30 Berkumpul di Alun-alun Bayongbong untuk bertemu para tamu
VIP. Pada saat ini juga briefing terakhir Kapusdatinmas BNPB
yaitu Pak Sutopo dengan dalangnya yaitu Opik Sunandar.
20.30 – 04.00 Dimulainya pagelaran seni sosialisasi sadar bencana sebagai
berikut:
- Pemutaran film dokumenter mengenai bencana
- Pembukaan oleh MC yaitu Irman dan Dikdik
- Pembacaan doa dan ayat suci Al-Quran
- Sambutan Bupati Kabupaten Garut yaitu Bapak Rudy
Gunawan yang berisikan tentang rasa terima kasihnya karna
L40
BNPB telah melakukan sosialisasi di Garut khusunya
Kecamatan Bayongbong, karena kecamatan ini saat banjir
yang baru saja melanda merupakan daerah yang terkena
banjir tersebut.
- Sambutan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Bapak Sutopo Purwo Nugroho. Pada kesempatan ini Bapak
Sutopo menginformasikan seputar bencana yang berpotensi
dapat terjadi di wilayah Garut seperti banjir, tanah longsor,
gempa bumi. Beliau juga menyampaikan cara menangani
bencana seperti saat banjir melanda kemarin, hal ini untuk
meminimalisir resiko dan dampak yang terjadi.
- Games interaktif dengan pertanyaan spontan yang ditanyakan
langsung oleh Kepala BPBD Garut, Bupati Garut,
Kapusdatinmas BNPB, dan Dalang Opik.
Pada games ini masyarakat diberikan pertanyaan spontan
yang berkaitan dengan bencana dan akan diberikan hadiah.
Respon masyarakat saat games ini adalah sangat antusias, dan
mereka berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan.
- Penyerahan plakat kepada Bapak Bupati Garut
- Penyerahan santunan kepada anak yatim yang memang sudah
dipilih. Santunan yang diberikan berupa uang tunai, dan
peralatan sekolah.
- Penyerahan tokoh wayang kepada Ki Dalang Opik Sunandar
Sunarya
- Pembacaan doa
- Pagelaran wayang golek Giri Harja 3 Mekar Arum 2
Bandung oleh Ki Dalang Opik Sunandar Sunarya.
- Penutup
L41
Respon audience saat pewayangan adalah:
L42