A. Capaian Pembelajaran
C. Tujuan Pembelajaran
1
D. Pokok-Pokok Materi
2
E. Uraian Materi
3
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar
nilai indeks akan semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu
bangunan sehingga semakin besar kebutuhan bangunan tersebut akan
sistem proteksi petir. Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan
ke dalam tabel berikut ini
4
Tabel 3. Indeks C : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan
5
a. Prinsip Penangkal Petir
6
Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah
untuk instalasi penangkal petir harus dibawah 3 Ohm.
4) Proteksi Grounding Sistem
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang
digunakan untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan,
jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika didaerah
dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus
petir yang ditimbulakn adanya beda potensial tegangan maka setiap
titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding
system.
5) Proteksi Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah
terjadinya induksi yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.
6) Proteksi Jalur PABX
Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat
faxsimile dan jaringan data
7) Proteksi Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll
dengan memasang surge arrester elektronik.
7
bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan
pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai
material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris
atau biasa disebut dengan sangkar faraday.
8
Penangkal petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis
elektrostatik yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu
memberikan solusi petir terbaik khususnya di Indonesia. Selain sudah
melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium tegangan tinggi di
lembaga terkait, penangkal petir Flash Vectron juga telah di uji
langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.
Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian
grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan
dan kemudahan. Kemudian dilakukan pengukuran resistansi/tahanan
tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila hasil pengukuran
tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya dapat
dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan >
5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi
di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar
resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5
Ohm.
Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari
titik grounding sampaikeatas bangunan, tentunya dengan
mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak
belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan
kualitas instalasi dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang
biasa di gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau Coaxial.
Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung
(Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.
Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap
9
2. Sistem Pembumian
10
g. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini
sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya
yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi
harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan
ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
h. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan
dengan mudah dapat disentuh manusia.
i. Bagian pembuangan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu
membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi)
dengan lancar.
pembumian adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk
membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus
dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang
aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat
terjadi gangguan (Pabla 1986)
Pembumian peralatan adalah penghubungan badan atau rangka
peralatan listrik (motor, generator, transformator, pemutus daya dan
bagian-bagian logam lainnya yang pada keadaan normal tidak dialiri arus)
dengan tanah. Berikut penjelasan dari pembumian peralatan.
a. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang
dalam daerah tertentu.
b. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun
lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan
kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.
c. Untuk memperbaiki penampilan (performance) dari
sistem (Hutauruk, 1987:125)
11
a. Tahananelektroda pembumian beserta sambungan pengelasan pada
elektroda itu sendiri.
b. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah
Tahanan penghantar (BC) yang menghubungkan peralatan yang
ditanahkan
c. Tahanan dari massa tanah disekitar elektroda pembumian.
Nilai tahanan suatu sistem pembumian diharapkan serendah
mungkin.Elektroda pembumian yang ditanamkan ke dalam tanah
diharapkan langsung memperoleh tahanan yang rendah, namun hal itu
sangat jarang diperoleh. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
nilai tahanan pembumian.
a. Faktor Internal
12
Dengan:
R = resistansi pembumian [ Ω ]
= resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]
A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m2 ]
Jenis Bahan
Elektroda Baja Berlapis Baja Berlapis Tembaga
Seng Tembaga
Elektroda Pita Pita baja 100 50 mm2 Pita tembaga 50
mm2, tebal 3 mm, mm2, tebal 2
hantaran pilin 95 mm, hantaran
mm2 pilin 35 mm2
Elektroda Pipa baja 1” baja Baja 15 mm dilapisi
Batang profil L 65X65X7, tembaga 2,5 mm
U 6,5 T6, X50X3
Elektroda Pelat besi Tebal 3 Pelat tembaga
Pelat mm, luas 0,5- 1 tebal 2 mm, luas
mm2 0,5-1 mm2
Sumber : PUIL 2011
13
3) Jumlah atau konfigurasi elektroda. Untuk mendapatkan tahanan
pembumian yang diharapkan dan apabila tidak memenuhi standart yang
ditentukan dengan satu elektroda, bisa digunakan metode parallel
dengan cara menambah lebih banyak elektroda dengan bermacam-
macam konfigurasi pemancangannya di dalam tanah. PUIL 2000-
3.19.1.4 : apabila hasil pengukuran belum mencapai 5 Ω, maka
elektroda batang ditambah, dengan jarak dua kali panjang elektroda.
4) Kedalaman pemancangan atau penanaman di dalam tanah. Untuk
kedalaman pemancangan elektroda pembumian ini tergantung dari
pada jenis dan sifat-sifat tanah. Ada dua kondisi yaitu ada yang
efektif ditanam secara dalam untuk jenis tanah yang kering dan
berbatu, namun ada pula yang cukup ditanam secara dangkal untuk
jenis tanah seperti tanah rawa, tanah liat dll.
b. Faktor Eksternal
14
c) Tahanan jenis lapisan tanah mempunyai pengaruh langsung dalam
sistem pembumian. Ketika merencanakan sistem pembumian,
sebaiknya dicari lokasi yang mempunyai tahanan jenis tanah yang
terkecil agar tercapai instalasi pembumian yang paling ekonomis.
Faktor keseimbangan antara tahanan pembumian dan kapasitansi di
sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah yang direpresentasikan
dengan ρ. Harga tahanan jenis tanah dalam kedalaman tertentu
tergantung pada beberapa faktor yaitu:
a) Jenis tanah : liat, berpasir, berbatu dan lain-lain
b) Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau
uniform
c) Komposisi kimia dari larutan garam dalam kandungan air
d) Kelembaban tanah
e) Temperatur
f) Kepadatan tanah
15
hal semacam ini, maka yang bisa digunakan sebagai patokan adalah
kondisi kapan resistansi jenis pembumian tetap memenuhi syarat
pada musim kapan resistansi jenis pembumian tinggi, misalnya ketika
musim kemarau. Rumus tahanan jenis tanah :
Dengan:
p = resistansi jenis tanah [ Ωm]
R = resistansi pembumian [ Ω]
L = panjang elektroda pembumian [ m ]
a = Jari-jari batang elektroda pembumian [ m ]
2) Komposisi Zat Kimia dalam Tanah
Kandungan zat - zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat
organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan
pula. Di daerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang
terkandung pada lapisan atas larut bersama air hujan. Pada daerah
yang demikian ini untuk memperoleh pembumian yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam
dimana larutan garam masih terdapat.
3) Kandungan Air Tanah.
Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian
sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air tanah. Kadangkala
kelembaban dan temperatur bervariasi di sekitar elektroda pembumian
sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu pada keadaan tanah kering dan dingin. Tahanan jenis
tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya konsentrasi air tanah
atau kelembaban tanah jika konduktivitas tanah semakin besar maka
tahanan jenis tanah semakin kecil.
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan
jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan
16
20%.Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah
penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan
tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air
tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali. Tahanan pembumian
tidaklah konstan karena terjadi perubahan musim dan kadar air
dalam tanah. Kelembaban tanah/besar kecilnya konsentrasi air dalam
tanah sangat mempengaruhi harga tahanan tanah. Makin lembab
atau makin banyak mengandung air makin kecil harga tahanan
tanahnya. Juga telah kita ketahui bahwa air bersifat konduktif. Tanah
yang kering atau tanah dengan konsentrasi air dibawah 10 %
mempunyai tahanan jenis tanah yang besar sekali.
Atas dasar prinsip diatas, maka harus kita usahakan suatu elektoda
pembumian ditanam sampai mencapai air tanah. Dengan menanam
elektroda tanah dibawah permukaan air tanah, akan menjamin kita
harga tahanan pembumian tidak banyak bevariasi terhadap cuaca.
4) Temperatur Tanah
Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada
besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya
0
pada temperatur di bawah titik beku air (0 C). Di bawah harga ini
penurunan temperatur yang sedikit saja akan menyebabkan kenaikan
harga tahanan jenis tanah dengan cepat. Gejala di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
0
“Pada temperatur di bawah titik beku air (0 C) , air di dalam tanah
akan membeku, molekul-molekul air dalam tanah sulit untuk
bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah rendah sekali. Bila
temperatur tanah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-
molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik
tanah menjadi besar atau tahanan jenis tanah turun.”
17
4. Jenis-Jenis Sistem Pembumian
a. Sistem TN
18
1) Sistem TN-S
Sistem TN-S ini menggunakan konduktor proteksi yang terpisah pada
seluruh sistem. Sistem ini merupakan sistem yang lengkap, karena
mempunyai 5 konduktor untuk sistem trifase atau 3 konduktor untuk
sistem fase tunggal pada jaringan distribusinya. Sistem ini tidak lazim
dipakai, karena dianggap boros, karena itu sistem yang lazim adalah
yang mempunyai 4 konduktor untuk sistem trifase dan 2 konduktor
untuk sistem fase tunggal pada jaringan distribusi. Jadi konduktor PE
dan netral sumber digabung pada satu konduktor PEN. Contoh:
jaringan distribusi PLN.Bentuk rangkaian untuk sistem TN-S ini
disajikan pada gambar berikut.
19
c) Konduktor proteksi PE dan konduktor netral N dari sumber (PLN)
digabung menjadi satu konduktor PEN (kode C);
3) Sistem TN-C
Sistem TN-C ini untuk fungsi konduktor netral dan konduktor proteksi
digabungkan dalam satu konduktor tunggal di seluruh sistem,
rangkaian sistem TN-C disajikan pada gambar berikut.
20
Gambar 3. Rangkaian Sistem Pembumian TN-C
(Sumber : PUIL 2011)
21
b. Sistem TT
22
c. Sistem IT
23
1) Sistem dapat dihubungkan ke bumi melalui impedans yang cukup
tinggi. Hubungan ini dapat dilakukan misalnya pada titik netral, titik
netral buatan, atau konduktor lin.
2) Konduktor netral dapat didistribusikan atau tidak didistribusikan.
24
PANEL HUBUNG BAGI (PHB) 3 FASA INSTALASI TENAGA
25
1) Tingkat pengamanan
2) Metode instalasinya
3) Jumlah muka operasinya
4) Peralatan ukur untuk proteksi
5) Bahan selungkupnya
c. Pemasangan Komponen PHB
Dalam pemasangan PHB terdapat beberapa macam teknik
pemasangan dalam komponen PHB dalam sistem ketenagalistrikan,
yaitu:
1) Pemasangan tetap (non-withdrawable)
2) Pemasangan yang dapat dipindah-pindah (removable)
3) Pemasangan sisttem laci
(withdrawable) d. Aplikasi
Bentuk dan konstruksi PHB yang ada dipasaran sangat banyak,
sehingga susah untuk membedakan PHB jika dilihat dari bentuk fisiknya
saja. Untuk membedakan PHB yang jenisnya sangat bervariasi akan
lebih tepat jika ditinjau dari aplikasinya. Berikut adalah contoh dari
beberapa pemakaian PHB yang lazim ditemui di lapangan :
26
Dengan berpedoman dan mengacu kepada empat hal diatas
maka proses perencanaan dan pemasangan PHB akan sesuai dengan
standar dan kebutuhan dari sistem suplai tenaga listrik dan yang
terapenting adalah sesuai dengan standar kelistrikan yang telah
ditetapkan terkait dengan sistem keamanan dan proteksi terhadap
bahaya kelistrikan.
27
Gambar 6. Panel Semi Tertutup
(Sumber : Samsuri, 2014)
3) Konstruksi Lemari
PHB jenis konstruksi cubicle ini adalah tertutup pada semua sisinya,
sehingga tidak ada akses untuk kontak dengan bagian yang
bertegangan selama pengoperasian, karena konstruksi tertutup pada
setiap sisinya maka pemasangan PHB jenis ini tidak harus di tempat
yang tertutup dan terkunci, atau dengan kata lain dapat dipasang
pada tempat-tempat umum pengoperasian listrik.
PHB jenis ini ada yang dibuat dengan sistem laci, yaitu komponen
atau perlengkapan PHB ini dapat ditarik atau dilepas/untuk keperluan
perbaikan atau pemeliharaan. Untuk memasang kembali dalam
sistem, kita cukup mendorong ke dalam seperti kita mendorong laci.
Pada PHB sistem laci ini bagian atau komponen yang bisa dilepas
dan dipasang kembali, biasanya berupa sakelar pemisah atau
pemutus tenaga untuk saluran masuk, saluran keluar dan sakelar
penggandeng. Bentuk panel jenis kontruksi lemari ini disajikan pada
gambar berikut.
28
Gambar 7. Panel Jenis Kontruksi Lemari
(Sumber : Samsuri, 2014)
b. Pemilihan PHB
29
d) Metode pemasangan peralatan PHB dengan sistem pemasangan
tetap atau tidak tetap (withdrawable)
e) Kemampuan menahan arus hubungan singkat sampai dengan 176
kA
f) Tingkat pengamanan untuk selungkup IP 40 atau IP 54
2) Merencanakan Pemasangan PHB distribusi :
a) Rating arus peralatan sampai dengan 2000 A
b) Bahan selungkup berupa bahan isolasi, plat logam dan baja tuang
c) Penggunaan PHB box tinggi < 1000 mm
d) Pemasangan peralatan dalam panel dipasang secara tetap
e) Kemampuan menahan arus hubungan singkat sampai dengan
80kA
f) Tingkat pengaman sampai dengan IP 65
30
3) Selungkup dari bahan penyekat.
Selungkup yang digunakan untuk PHB harus diproteksi terhadap
korosi dan tegangan sentuh. Pada umumnya dipasaran ditawarkan
dua macam bahan yaitu bahan metal dan bahan penyekat, seperti
polyester yang dicampur dengan fiberglass atau bahan penyekat
lainnya.
4) Permukaan selungkup logam
Semua jenis konstruksi PHB baik selungkup maupun struktur untuk
pemasangan komponen yang terbuat dari logam harus diproteksi
dengan finishing permukaan yang baik. Pada umumnya selungkup
PHB dicat dengan menggunakan “Polyester Epoxy Powder”,
sehingga mempunyai sifat mekanik yang cukup baik.
5) Pemasangan
Sebelum menentukan jenis PHB yang akan dipakai perlu pula
dipertimbangkan cara pemasangannya. Ada beberapa cara dalam
pemasangan PHB yaitu :
31
2. Perencanaan dan Pemasangan PHB
a. Pemahaman Umum
32
Pemisahan antara PHB induk dengan PHB distribusi mempunyai
beberapa keuntungan :
1) PHB induk dapat dipasang dekat dengan transformator penyulang,
sehingga hanya memerlukan kabel yang pendek.
2) Pemutus tenaga untuk saluran masuk maupun saluran keluar, hanya
membutuhkan satu bentuk konstruksi, karena ukuran fisiknya relatif
sama.
3) PHB distribusi ini dipasang dekat dengan beban, sehingga hanya
memerlukan kabel yang pendek.
4) Oleh karena kabel yang menghubungkan antara PHB induk dengan
PHB distribusi cukup panjang, sehingga komponen PHB distribusi
dapat menggunakan komponen dengan kemampuan menahan
terhadap arus hubung singkat yang rendah.
c. Saluran Keluar
33
d. Prosedur Pelayanan dan Pemeliharaan
e. Fasilitas Isolasi
f. Rel (Bus-Bar)
Sistem rel yang dipakai pada PHB induk disebut dengan “Sistem
4 rel”. Tiga rel diperuntukkan untuk penghantar 3 fasa masing-masing
LI/R, L2/S, dan L3/T dan satu rel lagi diperuntukkan untuk hantaran PE
atau PEN, yang diletakkan pada bagian bawah di PHB. Sedangkan
untuk rel fasanya dipasang pada bagian atas secara mendatar.
34
Sehubungan dengan kapasitas pembebanan dari rel utama ini,
ukuran rel harus ditentukan dengan cermat. Sebagai dasar untuk
menentukan ukuran rel diantaranya adalah : kondisi operasi normal dan
rating arusnya, kondisi hubung singkat (berupa panas yang dibangkitkan
diakibat oleh arus hubung singkat tersebut) dan besarnya ketegangan
dinamis.
Rating arus dan arus hubung singkat dari rel utama mempunyai
harga yang berbeda menurut jenis PHB nya, dan tergantung oleh :
1) Posisi pemasangan komponen PHB
2) Luas penampang penghantar
3) Kekuatan mekanik penghantar
4) Pemisahan antar penopang
5) Kemungkinan pengaruh pemanasan dari komponen lain
6) Pengaruh dari penghantar yang satu terhadap yang lain
Hantaran rel untuk pentanahan (PE atau PEN) secara listrik
harus dihubungkan ke kerangka PHB dan ukurannya diperhitungkan
agar mampu dialiri oleh setiap arus hubung singkat yang mungkin
timbul. Ukuran rel penghantar untuk PE atau PEN umumnya adalah
25% kali ukuran rel penghantar fasanya.
35
(b)
(a)
(c) (d)
(e)
Gambar 10. Beberapa jenis Saluran Masuk dan Keluar PHB : (a) Satu
Pengisian di Satu Sisi, (b) Satu Pengisian dari Tengah,
(c) Dua Pengisian pada Sisinya, (d) Dua Pengisian di
Tengah, (e) satu Pengisian di Tengah dan Dua di Sisi
36
h. Bahan dan Penandaan Rel
37
Kemudian untuk rel pentanahan PE atau PEN indentifikasi
warnanya adalah loreng (hijau-kuning). Identifikasi juga dapat dilakukan
cukup dengan menggunakan lambang huruf, yaitu untuk fasanya adalah
L1/R, L2/S, L3/T dan N untuk netral.
i. Beban Motor
j. PHB Standar
PHB jenis ini dipakai untuk distribusi daya listrik dengan kapasitas antara
250-1800 A, bahan selungkup yang dipakai adalah terbuat dari:
a) Bahan isolasi
b) Plat logam
c) Baja tuang
Semua selungkup dibuat dari glass-feber-polyester resin, ini secara
teknis merupakan kombinasi bahan dengan kualitas yang baik dan baik
untuk kebutuhan PHB, bahan isolasi ini mempunyai keunggulan :
a) Isolasinya tinggi
b) Derajat pengamanannya tinggi
c) Tidak korosi
d) Kekuatan mekanik yang besar
e) Mudah dalam pengerjaannya
f) Tahan panas
38
g) Tidak memerlukan perawatan
h) Bobotnya ringan
Salah satu contoh PHB jenis box dengan selungkup pelat logam
cocok untuk PHB induk, distribusi dan kontrol. Rakitan box ini dapat
dipasang di atas lantai (free standing) atau juga menempel di dinding.
PHB dengan selungkup pelat ini mempunyai keunggulan dalam hal :
a) Andal dalam pengoperasian
b) Mudah untuk melakukan perluasan
c) Mudah dalam pemasangannya
d) Tidak memerlukan banyak perawatan
PHB distribusi dengan selungkup terbuat dari baja disajikan pada
gambar berikut ini. PHB ini mempunyai konstruksi yang kokoh dan
tahan korosi. Oleh karena itu banyak digunakan pada tempat-tempat
berdebu, pekerjaan kasar, lembab, dan pada daerah yang
mempunyai iklim yang ekstrim.
PHB distribusi mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Konstruksinya kokoh
b) Dibuat dengan sistem modular
c) Membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas
d) Pemasangannya mudah
e) Perencanaan proyek dapat dilakukan dengan mudah
f) Memungkinkan untuk diadakan perluasan
g) Mudah dikombinasikan
39
Penggunaan dari PHB ini pada umumnya untuk konsumen
rumah tangga, gedung administrasi, gedung komersial dan tempat-
tempat umum. PHB distribusi kecil dengan rating arus sampai dengan
63 A dihubungkan setelah KWH meter atau PHB induk. Komponen-
komponen yang ada di PHB distribusi ini biasanya berupa sakelar
tegangan rendah, ELCB, MCB sakering dsb.
40
a) Sekering
Sekering atau pengaman lebur ini umumnya digunakan untuk :
Pengaman lebur ini dapat bekerja dalam waktu yang lama apabila
ada beban lebih 20% dan akan bekerja lebih cepat apabila arus
kesalahannya lebih besar (hubung singkat).
Jenis lain dari sekring ini adalah sekring pisau atau HRC
Fuse.Jenis sekering ini mempunyai kapasitas pemutusan yang
tinggi (sampai 80 kA). Rating arus dari sekering ini berkisar antara
2-1200A pada tegangan 415 volt.
b) Pemutus tenaga
Pemutus tenaga ini dapat memutuskan rangkaian secara otomatis
apabila terjadi beban lebih (overload) atau hubung singkat. MCB
dan MCCB merupakan komponen yang umum digunakan untuk
peutus tenaga ini.
c) Sakelar Pemisah
Sakelar ini dipakai untuk menghubungkan dan memutuskan
rangkaian dalam keadaan tidak berarus (tidak berbeban),
d) Sakelar Beban
Sakelar beban ini boleh dioperasikan dalam keadaan rangkaian
berarus (berbeban)
e) Penopang Rel
Penopang rel ini adalah merupakan bagian atau komponen PHB
yang penting, karena komponen ini berfungsi kecuali sebagai
dudukan rel dan sekaligus mengikat rel tersebut agar tidak
bergerak, sehingga jarak antar rel dan jarak antara rel dengan
bagian konduktif yang terdapat pada panel dapat terjaga dengan
baik. Disamping itu juga berfungsi sebagai isolator antara rel
dengan bagian-bagian konduktif yang terdapat pada panel.
41
Terdapat beberapa jenis desain konstruksi penopang rel,
diantaranya adalah rel penopang bentuk : silinder, persegi, tangga,
jepit, dan sebagainya. Alat Ukur Parameter Panel
Alat ukur parameter pada panel merupakan salah satu komponen
yang harus ada pada panel sebagai indikasi mengetahui besar
parameter-parameter listrik sistem instalasi tenaga yang terdapat
dalam PHB. Alat ukur yang harus ada pada panel hubung bagi
adalah seperti berikut.
Amperemeter
Merupakan alat ukur arus untuk mengetahui besar dari arus
yang mengalir pada beban yang dikontrol dalam PHB. Alat ukur
juga dapat membantu mengontrol parameter arus yang
mengalir pada sistem. Bentuk alat ukur arus yang umum
digunakan pada PHB disajikan pada gambar berikut
Voltmeter
Merupakan alat ukur tegangan untuk mengetahui tegangan
tenaga listrik yang akan dialirkan pada sistem melalui PHB. Alat
ukur ini dapat membantu memeriksa dan mengontrol parameter
tegangan listrik untuk sistem instalasi tenaga serta memeriksa
keseimbangan dan kestabilan besar parameter tegangan untuk
listrik 3 fasa.
Pada PHB dengan jenis penutup logam baik untuk desain lemari
dan box alat ukur dipasang pada penutup logam dan menghadap
keluar. Sehingga pada saat PHB dalam keadaan tertutup alat ukur
tersebut dapa terlihat. Bentuk pemasangan dari alat ukur ini
disajikan pada gambar.
2) Asesori PHB
Asesories PHB adalah merupakan bagian dari komponen PHB
disamping komponen utama. Asesories PHB ini adalah merupakan
bagian kelengkapan dari PHB, sedang kita sendiri tahu bahwa
terdapat pula berbagai macam jenis PHB, maka asesories PHB ini
jenis dan bentuknya pun sangat bervariasi.
a) Rel Penyambung
42
Rel penyambung ini berfungsi untuk menyambungkan secara
listrik beberapa MCB satu atau tiga fasa, panjang rel ini dapat
dipotong sesuai dengan kebutuhan dan biasanya panjang standar
yang ada dipasaran adalah 2 m. Terminal
Pada PHB ini tidak bisa dihindari bahwa pencabangan mesti ada,
yang memerlukan terminal untuk pencabangan.
43