Anda di halaman 1dari 11

3.

2 Sistem Proteksi Petir

Standar sistem proteksi petir (SPP) mengacu pada SNI 03-7015-2004 tentang proteksi petir.
Perhitungan kapasitas SPP yang terpasang dianalisis menurut lokasi, tinggi, lebar bangunan
serta dengan memperhatikan ada tidaknya bangunan lain di sekitar gedung dan material
struktur gedung. Data gedung yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Tabel Data

Kebutuhan Luas Panjang Lebar Tinggi


Bangunan Lantai/Ruang (m2) (m) (m) (m)

Asrama Tahfiz 2 Lantai 337 24.7 14 12,17

Adapun perhitungan SPP adalah sebagai berikut:

a. Klasifikasi Struktur Gedung

Klasifikasi struktur gedung dapat dilihat berdasarkan potensi timbulnya bahaya akibat
sambaran petir menurut jenis bangunan, konstruksi bangunan, tinggi bangunan, situasi
bangunan, dan pengaruh kilat/hari guruh per tahun yang dapat dilihat pada Tabel 1-5 berikut.

Tabel 1. Indeks A : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan


Penggunaan Dan Isi Indeks
A
Bangunan biasa yang tidak perlu diamankan baik bangunan maupun isinya. -10

Bangunan dan isinya jarang dipergunakan, misalnya di tengah sawah atau 0


ladang, menara atau tiang dari metal.
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal, misalnya 1
rumah tinggal, industri kecil atau stasiun kereta api
Bangunan atau isinya cukup penting, misalnya menara air, took barang- 2
barang berharga, dan kantor pemerintahan.
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya bioskop, sarana ibadah, 3
sekolah, dan monument sejarah yang penting.
Instalasi gas, minyak atau bensin, dan rumah sakit. 5
Bangunan yang mudah meledak dan dapat menimbulkan bahaya yang tidak 15
terkendali bagi sekitarnya, misalnya instalasi nuklir
Tabel 2. Indeks B : Bahaya Berdasarkan Kontruksi Bangunan

Kontruksi Bangunan Indeks


B

Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah menyalurkan listrik. 0

Bangunan dengan kontruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap 1
logam.

Bangunan dengan kontruksi beton bertulang, kerangka besi dan atap bukan 2
logam.

Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Tabel 5. Indeks E : Bahaya Berdasarkan


Situasi Pengaruh Kilat/ Hari Guruh
Tabel 3. Indeks C : Bahaya
Berdasarkan Tinggi bangunan
Hari Guruh Per Tahun Indeks E

2 0

4 1

8 2

16 3

32 4

64 5

125 6
256 7
Tinggi Bangunan (m) Indeks C

Sampai dengan 6 0

12 2

17 3

27 4

35 5

50 6

70 7

100 8

140 9

200 10

Tabel 4. Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan

Situasi Bangunan Indeks D

Di tanah datar pada semua 0


ketinggian

Di kaki bukit sampai % tinggi bukit 1


atau di pegunungan sampai 1000
meter

Di puncak gunung atau 2


pegunungan yang lebih dari 1000
meter
b.Penilaian Resiko & Tingkat Proteksi

Penilaian resiko bahaya sambaran petir dapat dihitung dengan menjumlahkan komponen A
sampai dengan E, yaitu R = A+B+C+D+E dan dilanjutkan dengan merunut perkiraan bahaya
berdasarkan Tabel 6.

Tabel 6. Indeks R : Perkiraan Bahaya Sambaran Petir

R= A+B+C+D+E Perkiraan Pengamanan


Bahaya
Dibawah 11 Diabaikan Tidak Perlu
Sama 11 Kecil Tidak Perlu
dengan 12 Sedang Agak dianjurkan
13 Agak Dianjurkan
14 Besar Sangat dianjurkan
Besar
Lebih 14 Sangat Sangat Perlu
Besar

Sehingga, dengan mengikuti data gedung, didapatkan kebutuhan SPP pada setiap gedung sebagai
berikut.

Tabel Kebutuhan SPP

Bangunan Tinggi (m) A B C D E R Perlu SPP?


Ruko Pramuka 12,17 1 1 3 0 7 12 Agak
Dianjurkan

c. Densitas Sambaran Petir ke Tanah (Ng)

Densitas sambaran petir ke tanah dihitung berdasarkan hari guruh rata-rata per tahun (Td)
Kalimantan terutama di lokasi pekerjaan, Iso Kraunik Level (IKL), dan tingkat kerawanan petir. Asumsi
yang digunakan adalah hari guruh kalimantan timur yaitu 227 hari per tahun.

Perhitungan densitas dapat mengikuti rumus berikut:

Dimana :
Td = adalah jumlah hari guruh per tahun yang diperoleh dari peta isokeraunik atau tabel yang
dikeluarkan oleh BMG sehingga Ng, Ng = 0,04*(227)^1,25 = 35,244 per km2 per tahun
d. Frekuensi Sambaran Petir yang Diperbolehkan pada Gedung (Nc)

Frekuensi sambaran petir yang diperbolehkan di gedung diperkirakan melalui analisa resiko
kerusakan dengan memperhitungkan faktor terkait jenis bangunan, keberadaan bahan mudah
terbakar dan mudah meledak, langkah tindakan yang mendukung untuk mengurangi
konsekuensi akibat petir, jumlah manusia yang diperhatikan dengan adanya kerusakan, jenis
kepentingan layanan, bila kerugian harta benda akibat kerusakan dan faktor lain sesuai dengan
klasifikasi gedung. perhitungan Nc juga mengacu pada IEC. yaitu Nc = 10-1 per tahun

e. Prakiraan Frekuensi sambaran petir langsung (Nd)

Prakiraan frekuensi sambaran petir langsung per tahun dihitung menggunakan rumus berikut:

Untuk,
= densitas sambaran ke tanah rata-rata tahunan, sambaran petir per
kilometer persegi per tahun, dalam daerah di tempat bangunan
gedung berada.
= area cakupan ekivalen dari bangunan gedung ( )

f. Efisiensi SPP yang diperlukan (EC)

Efisiensi SPP dihitung menggunakan rumus berikut, dan dilanjutkan dengan penentuan tingkat
proteksi dengan parameter arus petir.

EC = 1 - (Nc/Nd ), E ≥ Ec

Tabel Efisiensi SPP sehubungan dengan tingkat proteksi

Tingkat Proteksi Efisiensi SPP


E
I 0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80

Berdasarkan data dari tahap 4 hingga 6, maka dapat diketahui tingkat proteksi dari Ruko
Pramuka adalah sebagai berikut:
Tabel Tingkat Proteksi

Tingkat
Bangunan Ng Nc Ae Nd Ec Proteksi Petir

Rumah 35,244 0,00001 9104,9706 0,3208956 0,99996884 I


Tahfiz

Diketahui bahwa CCR, Canteen, Administration Building, dan Staff Dormitory memerlukan Tingkat
Proteksi Petir I dengan nilai arus puncak, muatan total, muatan impuls, energi spesifik dan
kecuraman rata-rata adalah sebagai berikut

Tabel Kaitan parameter arus petir dengan tingkat proteksi

Parameter Petir Tingkat Proteksi

I II III

Nilai Arus I (kA) 200 150 100


Puncak

Muatan total (C) 300 225 150

Muatan (C) 100 75 50


Impuls

Energi W/R (kJ/Ω) 1000 5600 2500


spesifik 0

Kecuraman di/dt30/90% 200 150 100


rata-rata (kA/μs)

g. Penentuan SPP Eksternal

Kemudian, ditentukan SPP eksternal yang diperlukan, terkait kebutuhan terminasi udara, down
conductor, grounding, bare conductor, dan grounding plate, serta detail bak kontrol grounding well

a. Air Terminal
Air Terminal atau terminasi udara
merupakan bagian dari sistem
proteksi petir eksternal yang

Gambar 3.1 teknis instalasi grounding


bertujuan untuk menangkap kilatan
petir. Adapun ukuran minimum
bahan SPP (Sistem Penangkap Petir)
yang dipakai didalam standar ini
untuk penggunaan terminasi udara
adalah dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut :

Tingkat Bahan Konduktor


Proteksi Penyalur
( )
Cu 35
I Al 70
sampai Fe 50
IV
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

b. Down Conductor
Down conductor atau konduktor
penyalur adalah bagian dari sistem
proteksi petir eksternal yang
dimaksud untuk melawatkan arus
petir dari sistem terminasi udara ke
sistem pembumian. Adapun ukuran
minimum bahan SPP dipakai didalam
standar ini untuk Penggunaan
konduktor penyalur adalah dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tingkat Bahan Konduktor


Proteksi Penyalur
( )
Cu 35
I Al 70
sampai Fe 50
IV
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

Berdasarkan data bangunan, maka diketahui kebutuhan SPP Eksternal adalah sebagai berikut:
Tingkat 20 30 45 60 Lebar Interception criteria Lighting
Proteksi h(m) mata Protrction Level
jala (LPL)
(m) Symbol Unit I II III IV
R(m) Minimum I kA 3 5 10 16
I 20 25 * * * 5 peak
II 30 35 25 * * 10 current
III 45 45 35 25 * 10 Rolling R m 20 30 45 60
IV 60 55 45 35 25 20 sphere
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan
radius
Gedung, SNI 03-7015-2004 Sumber : IEC 62305, Protection Against Lighting- Part I :
General Principles
Terminasi udara, Metode Bola Bergulir menggunakan:

• Splitzen dengan ketinggian 4-meter dari Atap jumlah 2 buah


• Down conductor: NYY 1x70 mm2

• Grounding
• Bare Conductor 90 mm2 + Grounding plate 500 mm x 500 mm (4 Unit rod)

metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk bangunannya rumit.
Metode ini dilakukan dengan cara menggambarkan bangunan dan bola bergulir dengan
jari-jari sebesar 20 meter di sekeliling bangunan. Daerah antara perpotongan,
permukaan tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan bangunan itu sendiri adalah
daerah proteksinya. Dengan cara ini terlihat bahwa masih diperlukan penangkap petir
lagi pada ujung dari atap bangunan karena titik tersebut tepat tersentuh oleh bola
bergulir dan mempunyai kemungkinan besar tersambar petir sehingga harus dipasangi
terminasi udara. Bila terminasi udara ditambahkan pada puncak atap yang ada di sisi
kanan dan kiri maka jarak terminasi dengan bagian atap yang paling luar adalah 2,5
meter.

Berdasarkan persamaan 6 diperoleh: R = 2,5 m, I = 3,39 kA

Berarti dengan tambahan penangkap petir, bangunan maksimal bisa menahan sampai
3,39 kA. Jika ada sambaran petir dengan arus bernilai lebih dari 3,39 kA maka akan
ditangkap oleh sistem proteksi petir.
JUDUL GAMBAR

RUMAH TAHFIDZ

LOKASI

JL.M.SAID SAMARINDA

GAMBAR SKALA

TIM KONSULTAN

NAMA TTD

TIM ARSITEK :
MAHDALENA RISNAWATY, ST. MT

ASTRI ASTUTI, ST

STRUKTUR :
MOCH HABIB, ST

MEP :
IMAM EFFENDY, ST

DRAFTER :
INDRA

DIPERIKSA

SRI WAHYUNI

CATATAN
DENAH PENANGKAL PETIR
SKALA 1 : 150

Anda mungkin juga menyukai