Standar sistem proteksi petir (SPP) mengacu pada SNI 03-7015-2004 tentang proteksi petir.
Perhitungan kapasitas SPP yang terpasang dianalisis menurut lokasi, tinggi, lebar bangunan
serta dengan memperhatikan ada tidaknya bangunan lain di sekitar gedung dan material
struktur gedung. Data gedung yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Tabel Data
Klasifikasi struktur gedung dapat dilihat berdasarkan potensi timbulnya bahaya akibat
sambaran petir menurut jenis bangunan, konstruksi bangunan, tinggi bangunan, situasi
bangunan, dan pengaruh kilat/hari guruh per tahun yang dapat dilihat pada Tabel 1-5 berikut.
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap 1
logam.
Bangunan dengan kontruksi beton bertulang, kerangka besi dan atap bukan 2
logam.
2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
125 6
256 7
Tinggi Bangunan (m) Indeks C
Sampai dengan 6 0
12 2
17 3
27 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
Penilaian resiko bahaya sambaran petir dapat dihitung dengan menjumlahkan komponen A
sampai dengan E, yaitu R = A+B+C+D+E dan dilanjutkan dengan merunut perkiraan bahaya
berdasarkan Tabel 6.
Sehingga, dengan mengikuti data gedung, didapatkan kebutuhan SPP pada setiap gedung sebagai
berikut.
Densitas sambaran petir ke tanah dihitung berdasarkan hari guruh rata-rata per tahun (Td)
Kalimantan terutama di lokasi pekerjaan, Iso Kraunik Level (IKL), dan tingkat kerawanan petir. Asumsi
yang digunakan adalah hari guruh kalimantan timur yaitu 227 hari per tahun.
Dimana :
Td = adalah jumlah hari guruh per tahun yang diperoleh dari peta isokeraunik atau tabel yang
dikeluarkan oleh BMG sehingga Ng, Ng = 0,04*(227)^1,25 = 35,244 per km2 per tahun
d. Frekuensi Sambaran Petir yang Diperbolehkan pada Gedung (Nc)
Frekuensi sambaran petir yang diperbolehkan di gedung diperkirakan melalui analisa resiko
kerusakan dengan memperhitungkan faktor terkait jenis bangunan, keberadaan bahan mudah
terbakar dan mudah meledak, langkah tindakan yang mendukung untuk mengurangi
konsekuensi akibat petir, jumlah manusia yang diperhatikan dengan adanya kerusakan, jenis
kepentingan layanan, bila kerugian harta benda akibat kerusakan dan faktor lain sesuai dengan
klasifikasi gedung. perhitungan Nc juga mengacu pada IEC. yaitu Nc = 10-1 per tahun
Prakiraan frekuensi sambaran petir langsung per tahun dihitung menggunakan rumus berikut:
Untuk,
= densitas sambaran ke tanah rata-rata tahunan, sambaran petir per
kilometer persegi per tahun, dalam daerah di tempat bangunan
gedung berada.
= area cakupan ekivalen dari bangunan gedung ( )
Efisiensi SPP dihitung menggunakan rumus berikut, dan dilanjutkan dengan penentuan tingkat
proteksi dengan parameter arus petir.
EC = 1 - (Nc/Nd ), E ≥ Ec
Berdasarkan data dari tahap 4 hingga 6, maka dapat diketahui tingkat proteksi dari Ruko
Pramuka adalah sebagai berikut:
Tabel Tingkat Proteksi
Tingkat
Bangunan Ng Nc Ae Nd Ec Proteksi Petir
Diketahui bahwa CCR, Canteen, Administration Building, dan Staff Dormitory memerlukan Tingkat
Proteksi Petir I dengan nilai arus puncak, muatan total, muatan impuls, energi spesifik dan
kecuraman rata-rata adalah sebagai berikut
I II III
Kemudian, ditentukan SPP eksternal yang diperlukan, terkait kebutuhan terminasi udara, down
conductor, grounding, bare conductor, dan grounding plate, serta detail bak kontrol grounding well
a. Air Terminal
Air Terminal atau terminasi udara
merupakan bagian dari sistem
proteksi petir eksternal yang
b. Down Conductor
Down conductor atau konduktor
penyalur adalah bagian dari sistem
proteksi petir eksternal yang
dimaksud untuk melawatkan arus
petir dari sistem terminasi udara ke
sistem pembumian. Adapun ukuran
minimum bahan SPP dipakai didalam
standar ini untuk Penggunaan
konduktor penyalur adalah dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Berdasarkan data bangunan, maka diketahui kebutuhan SPP Eksternal adalah sebagai berikut:
Tingkat 20 30 45 60 Lebar Interception criteria Lighting
Proteksi h(m) mata Protrction Level
jala (LPL)
(m) Symbol Unit I II III IV
R(m) Minimum I kA 3 5 10 16
I 20 25 * * * 5 peak
II 30 35 25 * * 10 current
III 45 45 35 25 * 10 Rolling R m 20 30 45 60
IV 60 55 45 35 25 20 sphere
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan
radius
Gedung, SNI 03-7015-2004 Sumber : IEC 62305, Protection Against Lighting- Part I :
General Principles
Terminasi udara, Metode Bola Bergulir menggunakan:
• Grounding
• Bare Conductor 90 mm2 + Grounding plate 500 mm x 500 mm (4 Unit rod)
metode bola bergulir sangat baik digunakan terutama jika bentuk bangunannya rumit.
Metode ini dilakukan dengan cara menggambarkan bangunan dan bola bergulir dengan
jari-jari sebesar 20 meter di sekeliling bangunan. Daerah antara perpotongan,
permukaan tanah, gedung dan keliling bola bergulir dan bangunan itu sendiri adalah
daerah proteksinya. Dengan cara ini terlihat bahwa masih diperlukan penangkap petir
lagi pada ujung dari atap bangunan karena titik tersebut tepat tersentuh oleh bola
bergulir dan mempunyai kemungkinan besar tersambar petir sehingga harus dipasangi
terminasi udara. Bila terminasi udara ditambahkan pada puncak atap yang ada di sisi
kanan dan kiri maka jarak terminasi dengan bagian atap yang paling luar adalah 2,5
meter.
Berarti dengan tambahan penangkap petir, bangunan maksimal bisa menahan sampai
3,39 kA. Jika ada sambaran petir dengan arus bernilai lebih dari 3,39 kA maka akan
ditangkap oleh sistem proteksi petir.
JUDUL GAMBAR
RUMAH TAHFIDZ
LOKASI
JL.M.SAID SAMARINDA
GAMBAR SKALA
TIM KONSULTAN
NAMA TTD
TIM ARSITEK :
MAHDALENA RISNAWATY, ST. MT
ASTRI ASTUTI, ST
STRUKTUR :
MOCH HABIB, ST
MEP :
IMAM EFFENDY, ST
DRAFTER :
INDRA
DIPERIKSA
SRI WAHYUNI
CATATAN
DENAH PENANGKAL PETIR
SKALA 1 : 150