INTISARI
Hasil dan Pembahasan: Unsur yang dapat dinilai pada Instrumen ICRA adalah
Demografi Fasilitas 78%, Infrastruktur 100%, Kebersihan Tangan 100%, APD
100%, CAUTI 75.9%, CLABSI 75.9%, VAE 0%, Keamanan Injeksi 100%, ILO
100%, CDI 0%, Kebersihan Lingkungan 100%, Pemrosesan Ulang 0%, dan
MDROs 79.3%. Ketersediaan di Unit Bedah Sentral sesuai instrumen ICRA
adalah Demografi Fasilitas 78%, Infrastruktur 100%, Kebersihan Tangan 91.7%,
APD 93.3%, CAUTI 69%, CLABSI 69%, VAE 0%, Keamanan Injeksi 92.3%,
ILO 100%, CDI 0%, Kebersihan Lingkungan 91.3%, Pemrosesan Ulang 0%, dan
MDROs 65.9%.
Kesimpulan: Instrumen ICRA for Acute Care Hospital dari CDC dapat
digunakan di Unit Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gamping. Risiko
infeksi pada unit adalah rendah/low risk.
Kata Kunci : HAIs, ICRA for Acute Care Hospital, Unit Bedah Sentral.
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)
IN CENTRAL SURGICAL UNIT
OF PKU MUHAMMADIYAH GAMPING HOSPITAL
ABSTRACT
Result and Discussion : The result of elements that can be assessed are Facility
Demographics 78%, Infrastructure 100%, Hand Hygiene 100%, PPE 100%,
CAUTI 75.9%, CLABSI 75.9%, VAE 0%, Injection Safety 100%, ILO 100%,
CDI 0%, Environmental Cleaning 100%, Device Reprocessing 0%, and MDROs
79.3%. The Availability of the Central Surgical Units according with ICRA
instrument are Facility Demographics 78%, Infrastructure 100%, Hand Hygiene
91.7%, PPE 93.3%, CAUTI 69%, CLABSI 69%, VAE 0%, %, Injection Safety
92.3%, ILO 100%, CDI 0%, Environmental Cleaning 91.3%, Device
Reprocessing 0%, and MDROs 65.9%.
Conclusion : ICRA instrument for Acute Care Hospital from CDC can be used in
Central Surgical Unit of PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. The Risk
infection of unit is low risk.
Keywords : HAIs, ICRA for Acute Care Hospital, Central Surgical Unit.
di 55 rumah sakit dari 14 negara
PENDAHULUAN yang mewakili empat wilayah kerja
Healthcare Associated Infections WHO (Eropa, Mediterania, Asia
(HAIs) terjadi di seluruh dunia, baik Tenggara dan Pasifik Barat)
di negara sedang berkembang menunjukkan rata-rata 8,7% dari
1
maupun negara maju. Berbagai pasien yang dirawat di rumah sakit
penelitian yang dilakukan di seluruh mengalami HAIs dan frekuensi
dunia menunjukkan bahwa HAIs tertinggi HAIs dilaporkan dari rumah
merupakan penyebab utama sakit di Asia Tenggara dengan
morbiditas dan mortalitas serta prevalensi 11%.6
penyebab meningkatnya biaya
Surveilans data HAIs di
kesehatan karena terjadi penambahan
Indonesia belum banyak ditemukan
waktu pengobatan dan perawatan di
Hanya terdapat data HAIs dari 10
rumah sakit.1 Prevalensi infeksi
RSU pendidikan dan tidak adanya
nosokomial di negara berkembang
standar penilaian pengendalian
dengan sumber daya terbatas lebih
infeksi serta surveilans yang tidak
dari 40%.2
memadai menyebabkan data yang
Data di Amerika Serikat ada tidak dapat dipercaya penuh.7
didapatkan bahwa pada tahun 2011 Terdapat angka kejadian HAIs yang
terdapat satu kejadian HAIs dari 25 cukup tinggi, berkisar antara 6-16 %
3
pasien rawat inap di setiap hariny. dengan rata-rata 9,8 %.8 Seperti
Penelitian lain di Amerika Serikat halnya fenomena gunung es, angka
yang dilakukan pada 183 rumah sakit tersebut belum mencerminkan angka
terdapat perkiraan total terdapat sebenarnya di Indonesia karena
648.000 angka HAIs dari 721.800 diakibatkan oleh kurangnya
4
pasien pada tahun 2011. Penelitian pelaporan.9 Selain itu kurangnya data
di Afrika Selatan pada tahun 2015 surveilans HAIs di Indonesia juga
didapatkan data terdapat 417 dari disebabkan oleh paradigma yang
5
1347 pasien rawat inap. Survei menganggap bahwa angka HAIs
prevalensi yang dilakukan oleh adalah sesuatu hal yang sensitif
World Health Organization (WHO)
terikat erat dengan nama baik infeksi paling umum terjadi dan
instansi kesehatan terkait. memiliki risiko tertinggi adalah
ILO.12 Sumber bakteri pada ILO
Pengendalian risiko infeksi
dapat berasal dari pasien, dokter dan
harus diterapkan, namun pada
tim, lingkungan, dan termasuk juga
kenyataannya di Indonesia belum
instrumentasi.12
terdapat standar instrumen penilaian
Sehubungan dengan masih
pengendalian risiko infeksi.
tingginya angka HAIs, maka peneliti
Instrumen yang tidak terstandar tidak
merasa tertarik untuk melakukan
dapat menghasilkan data yang sesuai
penelitian tentang Infection Control
dan dapat dipercaya.10
Risk Assesment (ICRA) di Unit
Penilaian pengendalian risiko
Bedah Sentral RS PKU
infeksi telah dilakukan oleh Centers
Muhammadiyah Gamping.
for Disease Control and Prevention
Pada penelitian tahun 2013
(CDC) yang memiliki empat
didapatkan hasil bahwa analisis dan
assessment tools untuk ICRA yaitu
penilaian risiko HAIs yaitu risiko
Acute Care Hospital, Hemodialysis
tertinggi dari jenis HAIs yaitu
Facilities, Long Term Care
ILO.12 Penelitian lain pada tahun
Facilities, dan Outpatient yang mana
2015 didapatkan hasil ternyatam
dapat digunakan sesuai fasilitas
perilaku petugas kesehatan di kamar
kesehatan yang akan di nilai.11
operasi belum berjalan sesuai
Assessment tools ICRA dari CDC
dengan pedoman pencegahan dan
tersebut sebelumnya belum pernah
pengendalian infeksi Kementerian
diterapkan di rumah sakit Indonesia.
Kesehatan. 13
Hingga tahun 2017 ini Indonesia
hanya menggunakan panduan ICRA Penelitian ini bertujuan untuk
untuk renovasi dan rekonstruksi menilai kesesuaian instrumen yang
bangunan. terstandarisasi dengan metode
Rumah sakit adalah tempat Infection Control Risk Assesment
dimana penularan infeksi sangat (ICRA) for Acute Care Hospital
rentan terjadi, salah satunya adalah yang dikeluarkan oleh Centers for
Unit Bedah Sentral yang mana
Disease Control and Prevention dilaksanakan pada bulan Juli 2016
(CDC) terhadap penilaian risiko hingga bulan Oktober 2016.
infeksi dan untuk mengetahui tingkat
risiko infeksi di Unit Bedah Sentral
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping Tahapan Penelitian
Satu, Penetuan Instrumen yaitu
Dari segi sumber data, penelitian ini Assessment for Acute Care
HASIL PENELITIAN
Instrumen ICRA for Acute Care Penilaian terhadap Instrumen
Hospital ICRA for Acute Care Hospital
Penelitian dilakukan dengan Hasil penilaian ini
cara menilai unsur mana saja yang menunjukan persentase penilaian
instrumen ICRA for Acute Care CLABSI, VAE, Keamanan Injeksi,
Hospital yang Penilaian tersebut ILO, CDI, Kebersihan
meliputi Demografi Fasilitas, Lingkungan, Pemrosesan Ulan
Infrastruktur, Kebersihan Tangan, Alat, dan MDRO
Alat Pelindung Diri, CAUTI,
Pada penilaian 13 instrumen ICRA for Acute Care Hospital di Unit Bedah
Sentral didapatkan data seperti pada tabel berikut :
Tabel 1 Hasil Penilaian terhadap Instrumen ICRA for Acute Care Hospital
Jumlah unsur instrumen ICRA for Acute Care Hospital yang dapat dinilai di
Unit Bedah Sentral adalah sebesar 69.9%.
No Persentase (%)
Penilaian Tersedia Tidak Total
Tersedia
1 Demograi Fasilitas 78 22 100
2 Infrastruktur 100 0 100
3 Kebersihan Tangan 91.7 8.3 100
4 Alat Pelindung Diri 93.3 6.7 100
5 CAUTI 69 31 100
6 CLABSI 69 31 100
7 VAE 0 100 100
8 Keamanan Injeksi 92.3 7.7 100
9 ILO 100 0 100
10 CDI 0 100 100
11 Kebersihan Lingkungan 91.3 8.7 100
12 Pemrosesan Ulang Alat 0 100 100
13 MDROs 72.4 27.6 100
Rata-Rata 65.9 34.1 100
Jumlah unsur penilaian Unit dinilai dan tidak tersedia adalah
Bedah Sentral berdasarkan instrumen disebabkan oleh belum adanya
ICRA yang tersedia adalah sebesar program pelatihan berkala dari
65.9%. Dari kedua tabel di atas maka rumah sakit dan terdapat beberapa
tingkat risiko infeksi di Unit Bedah unsur yang tidak dilakukan pada Unit
Sentral RS PKU Muhammadiyah Bedah Sentral yaitu VAE, CDI,
Gamping yang dihitung berdasarkan Pemrosesan Ulang Alat, pemantauan
ketersediaan sarana prasarana dan harian mengenai CAUTI dan
dibandingkan dengan unsur yang CLABSI, serta komunikasi INTER
dapat dinilai pada instrumen ICRA fasilitas pada pasien MDROs.
for Acute Care Hospital adalah :
Penilaian Instrumen ICRA for
1. Demografi Fasilitas
PEMBAHASAN
Unsur yang tidak dapat dinilai
Instrumen ICRA for Acute Care dan tidak tersedia di Unit Bedah
Hospital
Secara keseluruhan dengan Sentral adalah ID khusus dan ID