Anda di halaman 1dari 15

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)

DI INSTALASI BEDAH SENTRAL


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Dian Efriannisa Tanjung Sari1, Maria Ulfa1, Winny Setyonugroho1


1
Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia
dianefriannisa@gmail.com

INTISARI

Pendahuluan: Indonesia tidak memiliki insrtumen standar untuk pengendalian


risiko infeksi sehingga menyebabkan data Healthcare Associated Infections
(HAIs) masih jarang ditemukan dan tidak dapat dipercaya penuh karena reabilitas
surveilans yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini menilai kesesuaian
Instrumen Infection Control Risk Assessment (ICRA) for Acute Care Hospital
yang sudah terstandar dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
dan menilai risiko infeksi di Unit Bedah Sentral PKU Muhammadiyah Gamping.

Metode: Penelitian menggunakan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif


(eksplorasi). Data ini termasuk penelitian lapangan (field research). Data
didapatkan dengan melakukan telusur dokumen, wawancara dan pengamatan.
Informan adalah IPCN dan Kepala beserta staf Unit Bedah Sentral RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Penelitian dilakukan selama Bulan Juli hingga
Oktober 2016.

Hasil dan Pembahasan: Unsur yang dapat dinilai pada Instrumen ICRA adalah
Demografi Fasilitas 78%, Infrastruktur 100%, Kebersihan Tangan 100%, APD
100%, CAUTI 75.9%, CLABSI 75.9%, VAE 0%, Keamanan Injeksi 100%, ILO
100%, CDI 0%, Kebersihan Lingkungan 100%, Pemrosesan Ulang 0%, dan
MDROs 79.3%. Ketersediaan di Unit Bedah Sentral sesuai instrumen ICRA
adalah Demografi Fasilitas 78%, Infrastruktur 100%, Kebersihan Tangan 91.7%,
APD 93.3%, CAUTI 69%, CLABSI 69%, VAE 0%, Keamanan Injeksi 92.3%,
ILO 100%, CDI 0%, Kebersihan Lingkungan 91.3%, Pemrosesan Ulang 0%, dan
MDROs 65.9%.

Kesimpulan: Instrumen ICRA for Acute Care Hospital dari CDC dapat
digunakan di Unit Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gamping. Risiko
infeksi pada unit adalah rendah/low risk.

Kata Kunci : HAIs, ICRA for Acute Care Hospital, Unit Bedah Sentral.
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)
IN CENTRAL SURGICAL UNIT
OF PKU MUHAMMADIYAH GAMPING HOSPITAL

Dian Efriannisa Tanjung Sari1, Maria Ulfa1, Winny Setyonugroho1


1
Hospital Management Program, Postgraduate Program,
Yogyakarta Muhammadiyah University
Yogyakarta, Indonesia
dianefriannisa@gmail.com

ABSTRACT

Background :. Indonesia does not have a standard instrument to control the


infection risk that caused Healthcare Associated Infections (HAIs) data are still
rare and unreliable because of the reliability of the surveillance was insufficient.
The study aims to assess the suitability of the instrument's Infection Control Risk
Assessment (ICRA) for Acute Care Hospital that have been standardized by the
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) and assess the risk of infection
in the Central Surgical Unit of PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Method : This research used quantitative with descriptive design (exploration).


From the data sources, this research included in field research. Data was obtained
by doing document investigations , interviews and observations. The informan are
IPCN, Head Officer and staff in Central Surgical Units of PKU Muhammadiyah
Gamping Hospital. This research had been conducted from July to October, 2016

Result and Discussion : The result of elements that can be assessed are Facility
Demographics 78%, Infrastructure 100%, Hand Hygiene 100%, PPE 100%,
CAUTI 75.9%, CLABSI 75.9%, VAE 0%, Injection Safety 100%, ILO 100%,
CDI 0%, Environmental Cleaning 100%, Device Reprocessing 0%, and MDROs
79.3%. The Availability of the Central Surgical Units according with ICRA
instrument are Facility Demographics 78%, Infrastructure 100%, Hand Hygiene
91.7%, PPE 93.3%, CAUTI 69%, CLABSI 69%, VAE 0%, %, Injection Safety
92.3%, ILO 100%, CDI 0%, Environmental Cleaning 91.3%, Device
Reprocessing 0%, and MDROs 65.9%.

Conclusion : ICRA instrument for Acute Care Hospital from CDC can be used in
Central Surgical Unit of PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. The Risk
infection of unit is low risk.

Keywords : HAIs, ICRA for Acute Care Hospital, Central Surgical Unit.
di 55 rumah sakit dari 14 negara
PENDAHULUAN yang mewakili empat wilayah kerja
Healthcare Associated Infections WHO (Eropa, Mediterania, Asia
(HAIs) terjadi di seluruh dunia, baik Tenggara dan Pasifik Barat)
di negara sedang berkembang menunjukkan rata-rata 8,7% dari
1
maupun negara maju. Berbagai pasien yang dirawat di rumah sakit
penelitian yang dilakukan di seluruh mengalami HAIs dan frekuensi
dunia menunjukkan bahwa HAIs tertinggi HAIs dilaporkan dari rumah
merupakan penyebab utama sakit di Asia Tenggara dengan
morbiditas dan mortalitas serta prevalensi 11%.6
penyebab meningkatnya biaya
Surveilans data HAIs di
kesehatan karena terjadi penambahan
Indonesia belum banyak ditemukan
waktu pengobatan dan perawatan di
Hanya terdapat data HAIs dari 10
rumah sakit.1 Prevalensi infeksi
RSU pendidikan dan tidak adanya
nosokomial di negara berkembang
standar penilaian pengendalian
dengan sumber daya terbatas lebih
infeksi serta surveilans yang tidak
dari 40%.2
memadai menyebabkan data yang
Data di Amerika Serikat ada tidak dapat dipercaya penuh.7
didapatkan bahwa pada tahun 2011 Terdapat angka kejadian HAIs yang
terdapat satu kejadian HAIs dari 25 cukup tinggi, berkisar antara 6-16 %
3
pasien rawat inap di setiap hariny. dengan rata-rata 9,8 %.8 Seperti
Penelitian lain di Amerika Serikat halnya fenomena gunung es, angka
yang dilakukan pada 183 rumah sakit tersebut belum mencerminkan angka
terdapat perkiraan total terdapat sebenarnya di Indonesia karena
648.000 angka HAIs dari 721.800 diakibatkan oleh kurangnya
4
pasien pada tahun 2011. Penelitian pelaporan.9 Selain itu kurangnya data
di Afrika Selatan pada tahun 2015 surveilans HAIs di Indonesia juga
didapatkan data terdapat 417 dari disebabkan oleh paradigma yang
5
1347 pasien rawat inap. Survei menganggap bahwa angka HAIs
prevalensi yang dilakukan oleh adalah sesuatu hal yang sensitif
World Health Organization (WHO)
terikat erat dengan nama baik infeksi paling umum terjadi dan
instansi kesehatan terkait. memiliki risiko tertinggi adalah
ILO.12 Sumber bakteri pada ILO
Pengendalian risiko infeksi
dapat berasal dari pasien, dokter dan
harus diterapkan, namun pada
tim, lingkungan, dan termasuk juga
kenyataannya di Indonesia belum
instrumentasi.12
terdapat standar instrumen penilaian
Sehubungan dengan masih
pengendalian risiko infeksi.
tingginya angka HAIs, maka peneliti
Instrumen yang tidak terstandar tidak
merasa tertarik untuk melakukan
dapat menghasilkan data yang sesuai
penelitian tentang Infection Control
dan dapat dipercaya.10
Risk Assesment (ICRA) di Unit
Penilaian pengendalian risiko
Bedah Sentral RS PKU
infeksi telah dilakukan oleh Centers
Muhammadiyah Gamping.
for Disease Control and Prevention
Pada penelitian tahun 2013
(CDC) yang memiliki empat
didapatkan hasil bahwa analisis dan
assessment tools untuk ICRA yaitu
penilaian risiko HAIs yaitu risiko
Acute Care Hospital, Hemodialysis
tertinggi dari jenis HAIs yaitu
Facilities, Long Term Care
ILO.12 Penelitian lain pada tahun
Facilities, dan Outpatient yang mana
2015 didapatkan hasil ternyatam
dapat digunakan sesuai fasilitas
perilaku petugas kesehatan di kamar
kesehatan yang akan di nilai.11
operasi belum berjalan sesuai
Assessment tools ICRA dari CDC
dengan pedoman pencegahan dan
tersebut sebelumnya belum pernah
pengendalian infeksi Kementerian
diterapkan di rumah sakit Indonesia.
Kesehatan. 13
Hingga tahun 2017 ini Indonesia
hanya menggunakan panduan ICRA Penelitian ini bertujuan untuk
untuk renovasi dan rekonstruksi menilai kesesuaian instrumen yang
bangunan. terstandarisasi dengan metode
Rumah sakit adalah tempat Infection Control Risk Assesment
dimana penularan infeksi sangat (ICRA) for Acute Care Hospital
rentan terjadi, salah satunya adalah yang dikeluarkan oleh Centers for
Unit Bedah Sentral yang mana
Disease Control and Prevention dilaksanakan pada bulan Juli 2016
(CDC) terhadap penilaian risiko hingga bulan Oktober 2016.
infeksi dan untuk mengetahui tingkat
risiko infeksi di Unit Bedah Sentral
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping Tahapan Penelitian
Satu, Penetuan Instrumen yaitu

METODE PENELITIAN dengan menelaah empat macam

Penelitian ini merupakan instrumen ICRA dari Centers for

penelitian dengan menggunakan Disease Control and Prevention


metode kuantitatif dengan desain (CDC) :

penelitian deskriptif (eksplorasi). a. Infection Control Risk

Dari segi sumber data, penelitian ini Assessment for Acute Care

termasuk penelitian lapangan (field Hospital

research) di mana data yang diambil b. Infection Control Risk

dikumpulkan secara telusur Assessment for Long-term Care

dokumen, wawancara, dan Fasilities

pengamatan di Unit Bedah Sentral c. Infection Control Risk

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Assessment for Haemodialysis

Gamping. d. Infection Control Risk


Assessment for Outpatient
Subjek penelitian ini adalah
Setting.
Bagian Manajemen Pencegahan dan
Instrumen yang paling mendekati
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
karakteristik Unit Bedah Sentral
(PPIRS), Kepala beserta para staf di
adalah instrumen ICRA for Acute
Unit Bedah Sentral Rumah Sakit
Care Hospital.
PKU Muhammadiyah Gamping.
Dua, Penerjemahan Instrumen ICRA
Objek penelitian ini adalah dokumen
dengan mengalih bahasakan instrumen
dan sarana serta prasarana Unit
ICRa yang dalam Bahasa Inggris ke
Bedah Sentral Rumah Sakit PKU
dalam Bahasa Indonesia oleh
Muhammadiyah Gamping. Penelitian
penterjemah yang ahli dalam Lima, Proses Penelitian yang mana
bidangnya. ada tiga tahap penelitian yaitu telusur
Tiga, Menyesuaikan Instrumen ICRA dokumen, wawancara, dan observasi
yaitu dengan mendiskusikan secara yang dimana keminimal lima proses
panel hasil terjemahan yang telah tersebut dilakuakan sesuai dengan
dilakukan. Diskusi panel dilakukan panduan masing-masing.
oleh peneliti bersama pembimbing a) Telusur dokumen
penelitian dan peneliti ICRA lainnya Telusur dokumen dilakukan oleh
yang berjumlah minimal lima orang minimal lima orang yang terdiri
guna untuk menyelaraskan maksud dari peneliti dan tim peneliti ICRA
pertanyaan instrumen antar dua lain dari unit yang berbeda pada
bahasa tersebut. Diskusi panel waktu yang berbeda terhadap
dilakukan hingga hasil terjemahan seluruh dokumen di Unit Bedah
dirasa sudah sesuai dengan instrumen Sentral yang terkait dengan ICRA
ICA dalam Bahasa Inggris. tools.
Empat, Identifikasi Unit dimana Unit b) Wawancara
Bedah Sentral adalah tempat dimana Wawancara dilakukan terhadap
tindakan operasi terhadap pasien Manajer Pencegahan dan
dilakukan dalam hitungan menit Pengendalian Infeksi, Kepala Unit
hingga jam dan setelah itu pasien Bedah Sentral beserta para staf di
akan mendapat perawatan pasca RS PKU Muhammadiyah
bedah di bangsal rawat inap (Acute Gamping. Wawancara
Care Hospital). Dalam studi menggunakan alat perekam suara.
pendahuluan peneliti melihat bahwa c) Melakukan observasi
setiap kegiatan di kamar operasi Observasi dilakukan untuk
sangat berpotensi menimbulkan menilai kesesuaian antara telusur
infeksi pada pasien. Setelah dokumen, ICRA tools, dan hasil
melakukan identifikasi unit dan wawancara. Pengamatan dilakukan
peneliti merasa instrumen yang oleh minimal lima orang yang
digunakan sudah tepat maka peneliti terdiri peneliti dan peneliti ICRA
melanjutkan melakukan penelitian. lainnya.
Seluruh proses penelitian dapat dinilai, dapat dinilai dengan
menggunakan panduan instrumen catatan maupun tidak dapat dinilai
ICRA yang terdiri atas penilaian serta ketersediaan sarana prasarana
Demografi Fasilitas, Infrastruktur, yang ada di Unit Bedah Sentral
Kebersihan Tangan, Alat Pelidung yang telah disesuaikan dengan poin
Diri (APD), Chateter - Associated yang ada pada instrumen ICRA.
Urinary Tract Infection (CAUTI), Sistem penilaiannya dengan
Central Line Associated menilai poin-poin yang tersedia
Bloodstream Infection (CLABSI), dimana ada jawaban ya dan tidak.
Ventilator Asociated Event (VAE), jawaban ya bernilai satu poin dan
Keamanan Injeksi, Clostridium jawaban tidak bernilai nol.
Dificile Infection (CDI), Infeksi Selanjutnya total hasil akan
Luka Operasi, Kebersihan dikonnversikan dalam persentase
Lingkungan, Pemrosesan Ulang seberapa besar kesesuaian
Alat, dan Muti Drug Resistant instrumen ICRA dan seberapa besar
Organisms (MDROs). ketersedian sarana prasarana di
Enam, Analisis Data yang Unit Bedah Sentral. Hasil
dilakukan dalam diskusi panel presentase tersebut digunakan
untuk membahas hasil dari telusur untuk mengetahui besarnya risiko
dokumen, wawancara, dan infeksi di Unit Bedah Senrtal.
pengamatan. Diskusi panel Persentase ≤ 50% menunjukan
beranggotakan minimal lima orang risiko infeksi tinggi (high risk),
yang terdiri dari peneliti dan tim 51% sd 75% menunjukkan risiko
peneliti ICRA lainnya untuk infeksi sedang (medium risk), 76%
menghindari subjektifitas. sd 100% menunjukkan risiko
infeksi rendah (low risk).

HASIL PENELITIAN
Instrumen ICRA for Acute Care Penilaian terhadap Instrumen
Hospital ICRA for Acute Care Hospital
Penelitian dilakukan dengan Hasil penilaian ini
cara menilai unsur mana saja yang menunjukan persentase penilaian
instrumen ICRA for Acute Care CLABSI, VAE, Keamanan Injeksi,
Hospital yang Penilaian tersebut ILO, CDI, Kebersihan
meliputi Demografi Fasilitas, Lingkungan, Pemrosesan Ulan
Infrastruktur, Kebersihan Tangan, Alat, dan MDRO
Alat Pelindung Diri, CAUTI,
Pada penilaian 13 instrumen ICRA for Acute Care Hospital di Unit Bedah
Sentral didapatkan data seperti pada tabel berikut :

Tabel 1 Hasil Penilaian terhadap Instrumen ICRA for Acute Care Hospital

No. Persentase (%)


Penilaian Dapat Dinilai Tidak Total
Dinilai dengan Dapat
Catatan Dinilai
1 Demografi Fasilitas 78 0 22 100
2 Infrastruktur 100 0 0 100
3 Kebersihan Tangan 100 0 0 100
4 Alat Pelindung Diri 100 0 0 100
5 CAUTI 75.9 0 24.1 100
6 CLABSI 75.9 0 24.1 100
7 VAE 0 0 100 100
8 Keamanan Injeksi 100 0 0 100
9 ILO 100 0 0 100
10 CDI 0 0 100 100
11 Kebersihan Lingkungan 100 0 0 100
12 Pemrosesan Ulang Alat 0 0 100 100
13 MDROs 79.3 0 20.7 100
Rata-Rata 69.9 0 30.1 100

Jumlah unsur instrumen ICRA for Acute Care Hospital yang dapat dinilai di
Unit Bedah Sentral adalah sebesar 69.9%.

Penilaian Unit Bedah Sentral berdasarkan Instrumen ICRA

Tabel 2 Tabel 3 Penilaian Unit Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gamping


Berdasarkan Instrumen ICRA

No Persentase (%)
Penilaian Tersedia Tidak Total
Tersedia
1 Demograi Fasilitas 78 22 100
2 Infrastruktur 100 0 100
3 Kebersihan Tangan 91.7 8.3 100
4 Alat Pelindung Diri 93.3 6.7 100
5 CAUTI 69 31 100
6 CLABSI 69 31 100
7 VAE 0 100 100
8 Keamanan Injeksi 92.3 7.7 100
9 ILO 100 0 100
10 CDI 0 100 100
11 Kebersihan Lingkungan 91.3 8.7 100
12 Pemrosesan Ulang Alat 0 100 100
13 MDROs 72.4 27.6 100
Rata-Rata 65.9 34.1 100
Jumlah unsur penilaian Unit dinilai dan tidak tersedia adalah
Bedah Sentral berdasarkan instrumen disebabkan oleh belum adanya
ICRA yang tersedia adalah sebesar program pelatihan berkala dari
65.9%. Dari kedua tabel di atas maka rumah sakit dan terdapat beberapa
tingkat risiko infeksi di Unit Bedah unsur yang tidak dilakukan pada Unit
Sentral RS PKU Muhammadiyah Bedah Sentral yaitu VAE, CDI,
Gamping yang dihitung berdasarkan Pemrosesan Ulang Alat, pemantauan
ketersediaan sarana prasarana dan harian mengenai CAUTI dan
dibandingkan dengan unsur yang CLABSI, serta komunikasi INTER
dapat dinilai pada instrumen ICRA fasilitas pada pasien MDROs.
for Acute Care Hospital adalah :
Penilaian Instrumen ICRA for

x 100% = 94.3 % Acute Care Hospital dan Unit


Bedah Sentral

1. Demografi Fasilitas
PEMBAHASAN
Unsur yang tidak dapat dinilai
Instrumen ICRA for Acute Care dan tidak tersedia di Unit Bedah
Hospital
Secara keseluruhan dengan Sentral adalah ID khusus dan ID

persentase hasil yang didapat, NHSN. Hal tersebut tidak ada

instrumen ICRA for Acute Care karena Indonesia tidak perpatokan

Hospital dapat digunakan di Unit pada NHSN tetapi berpatokan pada

Bedah Sentral Rumah Sakit PKU PERDALIN. PERDALIN sendiri

Muhammadiyah Gamping. pun tidak memiliki ID Khusus


untuk setiap instansi kesehatan.
Persentase yang didapatkan
2. Infrastruktur
mengenai unsur yang tidak dapat
Unsur dalam penilaian 14 butir yang tersedia dengan
infrasturtur 100% dapat dinilai dan persentase 93.3% dan satu butir
tersedia di Unit Bedah Sentral. yang tidak tersedia dengan
3. Kebersihan Tangan persentase 6.7% yaitu pelatihan
Seluruh unsur dapat dinilai secara berkala. Penelitian di
dengan persentase 100% dan dari Prancis mendapatkan hasil bahwa
12 unsur yang dinilai, terdapat 11 angka ILO berkisar antara 0.6%-
unsur yang tersedia dengan 8.8% dimana kejadian ILO sangat
persentase 91.7% dan satu unsur dipengaruhi oleh kepatuhan
yang tidak tersedia dengan terhadap penggunaan APD.14
persentase 8.3% yaitu pelatihan Kejadian ILO berdampak pada
secara berkala. Kepatuhan untuk memberatnya kondisi penyakit
melaksanakan hand hygiene pasien, meningkatkan angka
dipengaruhi oleh beberapa faktor kematian, Long of Stay (LOS) dan
yaitu faktor individu, organisasi biaya rumah sakit yang
dan lingkungan yang mana meningkat.15
semuaya saling berkaitan padahal 5. CAUTI
hal yang penting dan telah Penilaian untuk CAUTI, dari 29
diketahui oleh tenaga kesehatan unsur penilaian terdapat 22 unsur
adalah kebersihan tangan yang dapat dinilai dengan
merupakan salah satu hal utama persentase 75.9% dan 7 unsur yang
untuk mengurangi penularan tidak dapat dinilai dengan
penyakit. Hand hygiene dan persentase 24.1% mengenai
handrub sangat efektif untuk pemeliharaan dan pemantauan
mencegah terjadinya infeksi silang kateter urin. Terdapat 20 butir yang
dan mengurangi angka HAIs di tersedia dengan persentase 69% dan
rumah sakit.13 sembilan butir yang tidak tersedia
4. Alat Pelindung Diri dengan persentase 31%. Hasil
Seluruh unsur dalam penilaian surveilans rumah sakit
100% dapat dinilai dan dari 15 menunjukkan sejak Januari 2016
butir unsur yang dinilai, terdapat hingga penelitian ini dilakukan, di
RS PKU Muhammadiyah Gamping dari tiga kali tindakan pemasangan
terdapat tiga kejadian CAUTI kateter vena sentral.
dengan persentase 0.16% dari 1990 7. VAE
pemasangan kateter urin yang telah Penilaian terhadapat VAE tidak
dilakukan. Hal tersebut dapat dilakakuan di Unit Bedah
menunjukkan angka infeksi yang Sentral karena tindakan tersebut
terjadi lebih rendah dibandingkan hanya dilakukan di ICU.
kejadian infeksi saluran kemih di 8. Keamanan Injeksi
rumah sakit lain pada penelitian Semua unsur tersebut dapat
terdahulu yaitu angka ISK di dinilai 100% di Unit Bedah Sentral.
Rumah Sakit Roemani Dari 13 butir unsur yang dinilai,
Muhammadiyah Semarang sebesar terdapat 12 butir yang tersedia
16
1.2%. dengan persentase 92.3% dan satu
6. CLABSI butir yang tidak tersedia dengan
Penilaian untuk CLABSI, dari persentase 7.7%. Hasil surveilans
29 unsur penilaian terdapat 22 rumah sakit menunjukkan sejak
unsur yang dapat dinilai dengan Januari 2016 hingga penelitian ini
persentase 75.9% dan 7 unsur yang dilakukan, di RS PKU
tidak dapat dinilai dengan Muhammadiyah Gamping terdapat
persentase 24.1% mengenai 42 kejadian infeksi vena (Phlebitis)
pemeliharaan dan pemantauan dengan persentase 0.39%.dari
kateter vena sentral. Dari 29 butir 10.806 tindakan pemasangan infus
unsur yang dinilai, terdapat 20 butir yang telah dilakukan. Data tersebut
yang tersedia dengan persentase menunjukan angka lebih rendah
69% dan sembilan butir yang tidak dari kejadian phlebitis pada
tersedia dengan persentase 31%. penelitian lain yaitu di RS Roemani
Hasil surveilans rumah sakit Muhammadiyah Semarang yang
menunjukkan sejak Januari 2016 mana angka phlebitisnya adalah
hingga penelitian ini dilakukan, di 0.9%.16
RS PKU Muhammadiyah Gamping 9. ILO
tidak terdapat kejadian CLABSI
Semua unsur tersebut dapat unsur yang tidak tersedia sebesar
dinilai 100% di Unit Bedah Sentral. 8.7% yaitu mengenai pelatihan
Dari 24 butir unsur yang dinilai, berkala dan tenaga kontrak.
100% sudah tersedia di Unit Bedah 12. Pemrosesan Ulang
Sentral Hasil. Dari hasil surveilans Penilaian terhadapat VAE tidak
rumah sakit menunjukkan sejak dapat dilakakuan di Unit Bedah
Januari 2016 hingga penelitian ini Sentral karena tindakan tersebut
dilakukan, di RS PKU hanya dilakukan di CSSD.
Muhammadiyah Gamping terdapat 13. MDROs
satu kejadian ILO dengan Penilaian untuk MDROs, dari 29
persentase 0.14% dari 718 tindakan unsur penilaian terdapat 23 unsur
operasi yang telah dilakukan. yang dapat dinilai dengan
Angka ILO di Rumah Sakit Cipto persentase 79.3% dan 6 unsur yang
Mangunkusumo Jakarta didapakan tidak dapat dinilai dengan
sebesar 7.3%.16 Menurut survei persentase 20.7% mengenai
WHO, angka kejadian infeksi luka komunikasi INTER-Fasilitas karena
operasi di dunia berkisar antara 5% Unit Bedah Sentral bukan lini
sampai 34%.17 depan untuk melakukan
10. CDI komunikasi rumah sakit dengan
Penilaian instrumen ICRA untuk fasilitas kesehatan lainnya dan
pencegahan CDI di Unit Bedah Epidemiologis Mikrobiologi
Sentral tidak dapat dilakukan 100% dilakukan di laboratorium. terdapat
karena program khusus Pencegahan 21 butir yang tersedia dengan
dan Pengendalian CDI belum ada persentase 72.4% dan delapan butir
di Indonesia. yang tidak tersedia dengan
11. Kebersihan Lingkungan persentase 27.6%.
Seluruh unsur dapat dinilai dengan Hasil perhitungan risiko infeksi
persentase 100%. Penilaian Unit Unit Bedah Sentral menunjukan
Bedah Sentral berdasarkan angka 94.3% dan perhitungan
instrumen ICRA didapatkan unsur tersebut menunjukan bahwa hasil
yang tersedia sebesar 91.3% dan penilaian tingkat risiko infeksi di
Unit Bedah Sentral adalah risiko Hospital di Unit Bedah Sentral lain
rendah / low risk. di Rumah Sakit lain di Indonesia..
Keterbatasan pada penelitian
ini adalah tidak adanya instrumen DAFTAR PUSTAKA
ICRA khusus dari CDC untuk 1. Al-Tawfiq, J. A. and Tambyah, P.
diterapkan di Unit Bedah Sentral. A. (2014) ‘Healthcare associated
infections (HAI) perspectives’,
Pemilihan instrumen ICRA for Journal of Infection and Public
Acute Care Hospital dalam Health. King Saud Bin Abdul aziz
University for Health Sciences,
penelitian ini dipilih dengan 7(4),pp.339–
melakukan pendekatan karakteristik 344.doi:10.1016/j.jiph. 2014.
04.003.
terhadap Unit Bedah Sentral. Oleh 2. Raka, L. (2010) ‘Prevention and
karena sebab tersebut maka control of hospital-related
infections in low and middle’,
instrumen yang digunakan tidak Open Infectious Diseases Journal,
100% sesuai dengan Unit Bedah 4(SPEC. ISSUE 1), pp.125–
131.doi:10.2174/187427930
Sentral. 1004020125.
3. Rohde, R. E., Felkner, M.,
Reagan, J., Mitchell, A. H., Tille,
KESIMPULAN P. A. T., Reagan, J., Southern, G.
and Mitchell, A. H. (2016)
Instrumen yang terstandarisasi
‘Healthcare-Associated Infections
pada metode ICRA for Acute Care (HAI): The Perfect Storm has
Arrived !’, Clinical Laboratory
Hospital dari CDC dapat digunakan
Science, 29(1),
di Unit Bedah Sentral RS PKU 4. Magill, S. S., Edwards, J. R.,
Bamberg, W., Beldavs, Z. G.,
Muhammadiyah Gamping dengan
Dumyati, G., Kainer, M. A.,
kesesuaian 94.3% terhadap penilaian Lynfield, R., Maloney, M.,
McAllister-Hollod, L., Nadle, J.,
risiko infeksi dan risiko infeksi di
Ray, S. M., Thompson, D. L.,
Unit Bedah Sentral RS PKU Wilson, L. E. and Fridkin, S. K.
(2014) ‘Multistate Point-
Muhammadiyah Gamping rendah /
Prevalence Survey of Health
low risk. Care–Associated Infections’, New
England Journal of Medicine,
Saran untuk penelitian
370(13), pp. 1198–1208. doi:
selanjutnya agar dapat menggunakan 10.1056/NEJMoa1306801.
5. Dramowski, A., Cotton, M. F. and
instrumen ICRA for Acute Care
Whitelaw, A. (2017) ‘Surveillance
of healthcare-associated infection
in hospitalised South African from:
children: Which method performs https://www.cdc.gov/nhsn/about-
best?’, South African Medical nhsn/index.html
Journal, 107(1), pp. 56- 11. Rosa, E. M. (2013) ‘Infection
63.doi:10.7196/SAMJ.2017. Control Risk Assesment, Strategi
v107i. 11431. dan Dampak Penurunan Health-
6. Tombokan, C., Waworuntu, O., Care Associated Infection di RS
Buntuan, V., Eropa, W. H. O. and PKU Muhammadiyah Gamping
Tenggara, A. (2016) ‘Potensi Yogyakarta’, pp. 1–12.
Penyebaran Infeksi Nosokomial di 12. Arifianto. (2017) ‘Kepatuhan
Ruangan Instalasi Rawat Inap Perawat dalam Menerapkan
Khusus Tuberkulosis (IRINA C5) Sasaran Keselamatan Pasien pada
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Penggunaan Alat Pelindung Siri
Kandou Manado’, 4. di RS. Roemani Muhammadiyah
7. Setyonugroho, W., Kennedy, K. Semarang’. Undip:Semarang
M. and Kropmans, T. J. B. (2015) 13. Birgand, G., Azevedo, C., Toupet,
‘Reliability and validity of OSCE G., Pissard-Gibollet, R.,
checklists used to assess the Grandbastien, B., Fleury, E. and
communication skills of under Lucet, J.-C. (2014) ‘Attitudes, risk
graduate medical students A of infection and behaviours in the
systematic review’, Patient operating room (the ARIBO
Education and Counseling. Project): a prospective, cross-
Elsevier Ireland Ltd, 98 12), pp. sectional study.’, BMJ open, 4(1),
1482–1491. doi: 10.1016/j. p. e004274. doi: 10.1136/bmjopen-
pec.2015 .06.004. 2013-004274.
14. Pedersen, L., Elgin, K., Peace, B.,
Use the "Insert Citation" button to Masroor, N., Doll, M., Sanogo,
add citations to this document. K., Zuelzer, W., Peterson, G.,
8. DepKes RI (2008) Pedoman Stevens, M. P. and Bearman, G.
Manajerial Pencegahan dan (2017) ‘Barriers, perceptions, and
Pengendalian Infeksi di Rumah adherence: Hand hygiene in the
Sakit dan Fasilitas Pelayanan operating room and endoscopy
Kesehatan Lainnya. suite’, American Journal of
9. D.O. Duerinka, D. Roeshadib, H. Infection Control. Elsevier Inc.,
Wahjonoc, E.S. Lestaric, U. pp. 6–8. doi:
Hadib, J.C. Willed, R.M. De 10.1016/j.ajic.2017.01.003.
Jonge, N.J.D. Nagelkerkef, P. J. 15. Arifianto. (2017) ‘Kepatuhan
V. den B. (2006) Surveillance of Perawat dalam Menerapkan
healthcare-associated infections Sasaran Keselamatan Pasien pada
in Indonesian hospitals. Penggunaan Alat Pelindung Siri
Availableat:http://www.sciencedir di RS. Roemani Muhammadiyah
ect.com/science/article/pii/S01956 Semarang’. Undip:Semarang
70105003348. 16. Wiguna. (2106) ‘Pola Resistensi
10. CDC. National Healthcare Safety Bakteri Terhadap Antibiotik pada
Network (NHSN) [Internet]. 2015 penderita Pneumonia di Rumah
[cited 2017 Feb 5]. Available
Sakit x Periode Agustus 2013-
2015’. UMS:Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai