Kelompok 10:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1.Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3.Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4.Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1. Makna Dakwah dan Dalil yang Mendasarinya ........................................................... 3
2.1.1. Pengertian Dakwah ....................................................................................... 3
2.1.2. Dalil Motivasi Dakwah ................................................................................. 4
2.1.3. Tujusn Dakwah ............................................................................................. 5
2.2. Jenis-jenis Dakwah dan Manhaj yang Sesuai dengan Contoh Rasulullah .................. 7
2.2.1. Jenis-jenis Dakwah ....................................................................................... 7
2.2.2. Karakteristik Dakwah Nabi Muhammad SAW ............................................ 9
2.2.3. Manhaj Dakwah .......................................................................................... 13
2.3. Problematika Dakwah di Lingkungan Kampus dan Solusinya ................................. 16
2.3.1. Problematika yang Dihadapi Aktivis Dakwah ........................................... 17
2.3.2. Solusi dari Problematika yang Ada ............................................................ 18
BAB III (PENUTUP)
3.1.Kesimpulan ................................................................................................................. 22
3.2.Saran ........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana makna dakwah dan apa dalil yang mendasari perintah untuk
berdakwah?
b. Bagaimana jenis-jenis dakwah dan munhaj dakwah yang benar dan sesuai
dengan contoh Rasulullah?
c. Bagaimana problematika dakwah di lingkungan kampus dan solusi atas
permasalahannya?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui makna dakwah dan dalil yang mendasari perintah untuk
berdakwah
b. Mengetahui jenis-jenis dakwah dan munhaj dakwah yang benar sesui deengan
contoh Raulullah
c. Mengetahu problematika dakwah di lingkungan kampus dan solusinya.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan para pembaca mengenai makna
dakwah dan dalil yang mendasarinya, jenis-jenis dan manhaj dakwah, serta
problematika dakwah di lingkungna kampus.
b. Sebagai referensi untuk penulis lain dalam menyusun karya ilmiah mengenai
problematika dakwah di lingkungan kampus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kegiatan di jenjang perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan
wadah pengembangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk
memperoleh kenyataan dan kebenaran yang bersifat universal dan
objektif (Proyek Pembinaan Pers (Indonesia), 2006). Sehingga
secara umum dakwah kampus dapat diartikan sebagai suatu proses
mengajak civitas academica pada kebaikan yang dilakukan dalam
lingkup kampus. Melihat dari peran kampus dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, kampus dirasa memiliki potensi yang baik
untuk pengembangan wawasan keagamaan melalui dakwah
kampus.
4
d. Surat Ali-Imraan ayat 104
5
menunjukkan jalan pembinaan dai dalam mengemban tugasnya.Menurut
Sayyid Quthb, sebagai sebuah kitab dakwah, al-Qur’an berfungsi sebagai
pembangkit, pendorong dan pengawas dalam pelaksanaan dakwah. Lebih
dari itu, al-Qur’an juga menjadi rujukan para penyeru dakwah dalam
menyusun konsep gerakan dakwah dan melakukan kegiatan dakwah.
Sebagai kitab dakwah, al-Qur’an tidak hanya menetapkan dakwah
sebagai kewajiban, memberikan tuntunan pelaksanaannya, tetapi juga telah
menggariskan arah dan tujuan dakwah yang akan dicapai. Dakwah
bagaimanapun bentuknya, demikian pula metodenya dan siapapun
pelaksananya, seharusnya diarahkan pada tujuan dakwah yang telah
digariskan al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam fokus dan
orientasi dakwah dan menghindarkan bias-bias yang dapat mengaburkan
hakikat tujuan dakwah itu sendiri. Tujuan dakwah Qur’ani antara lain dapat
dilihat sebagai berikut (Jafar, 2010 ):
6
Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
2.2. Jenis-jenis Dakwah dan Manhaj yang Sesuai dengan Contoh Rasulullah
2.2.1. Jenis-jenis Dakwah
Berikut adalah jenis-jenis dakwah menurut metode yang digunakan,
diantaranya adalah:
a. Dakwah Ammah
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh
seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan
7
maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai
biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau
dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang
dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal
dakwah.
b. Dakwah bil-Lisan
Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek
dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan
dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian
yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram,
disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
c. Dakwah bil-Haal
Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini
mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
Pada saat pertama kali Rasulullah SAW tiba di kota Madinah, dia
mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan
mempersatukan kaum Anshor dan kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
d. Dakwah bit-Tadwin
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-
tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab,
majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun
sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih
baik dari darahnya para syuhada".
e. Dakwah bil-Hikmah
Dakwah bil hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang
arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak
8
obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri,
tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain
dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi
dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi ad-Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin
Wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara
lain Menurut bahasa:
• Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil
• Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari
kerusakan
• Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang
utama
• Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
• Pengetahuan atau ma'rifat.
Menurut istilah Syar'i:
• Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan
mengamalkannya, wara' dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada
tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.
9
atau peringatan. Seperti yang tercantum dalam Al – Qur’an surat Al –
Hadiid ayat 28 yang berbunyi :
10
kemudian berupaya membukanya dengan lemah lembut dan berinteraksi
dengannya dengan penuh kasih sayang dan berusaha menghadirkan
perasaan cinta dalam berbicara dengan objek dakwah. Dengan itulah
maka hati yang keras akan menjadi lunak, jiwa yang penuh maksiat
menjadi istiqomah dalam kebaikan. Karena apa saja yang berasal dari
hati itu akan sampai ke hati, dan apa saja yang keluar dari lisan akan
masuk telinga.
Singkatnya bahwa pendekatan kasih sayang adalah suatu upaya
untuk mengesankan objek dakwah bahwa peranan juru dakwah adalah
sebagai teman dekat yang menyayangi dan sebagai yang mencari segala
hal yang bermanfaat baginya dan membahagiakannya. Sebab
kelemahlembutan dalam memberikan nasihat sering kali dapat
meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar. Bahkan
lebih muda melahirkan kebaikan ketimbang larangan dan ancaman.
Lebih daripada itu, sesungguhnya kelemah-lembutan, pelan-pelan, dan
sikap penuh kasih sayang dalam berdakwah dapat membuat seseorang
merasa dihargai kemanusiaannya dan membangkitkan perasaan seperti
itu pula dalam dirinya. Ia akan sangat tersentuh, karena rasa cinta dan
sayang yang diperlihatkan juru dakwah dapat membangkitkan
semangatnya untuk menjadi mukmin yang sejati.
3. Memberikan Kemudahan (al – Taisir)
Agama Islam yang didakwahkan nabi Muhammad SAW sarat
dengan kemudahan-kemudahan. Banyak aturan di dalamnya yang oleh
sebagian orang dianggap menyulitkan, ternyata tidak demikian.
Contohnya adalah orang yang tidak dapat menjalankan sholat dengan
berdiri, ia boleh sholat dengan cara duduk. Apabila sholat dengan duduk
pun tidak dapat, maka ia boleh sholatdengan berbaring. Begitu pula
dalam hal bersuci, apabila tidak mendapatkan air, atau secara medis
dilarang menggunakan air, ia boleh bersuci dengan tayamum.
Dari sinilah dapat dipahami kiranya wajib bagi seorang da’i
untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akalnya. Sehingga
memudahkan apa-apa yang belum jelas bagi mereka. Seorang da’i tidak
perlu menampakkan penampilan seakan sebagai seorang alim dan bijak,
agar dikatakan oleh manusia bahwa ia adalah seorang yang alim. Karena
11
kalau demikian yang terjadi maka amalnya akan terhapus dan sia-sia.
Sebaliknya tugas pokok baginya adalah memberi kemudahan kepada
manusia dan di antara upaya mempermudah itu adalah menjauhi tafassuh
(sok fasih) dan berlebihan dalam berbicara. Ini adalah suatu sikap dan
perbuatan yang dituntut untuk dimiliki oleh setiap da’i.
4. Tegas dan Keras (al – Syiddah)
Di samping sikap-sikap yang lemah lembut dan tidak
mempersulit, pada saat-saat tertentu nabi Muhammad SAW juga
menunjukkan sikap tegas dan keras. Sikap seperti ini biasanya beliau
perlihatkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah
akidah, hak Allah, dan dalam masalah dimana seseorang sahabat
misalnya, masih mau melanggar larangan padahal ia sudah mengetahui
hal itu dilarang.
5. Ofensif dan Aktif ( Hujuni wa Fa’ali)
Dari segi kebahasaan, kata dakwah adalah bentuk ketiga dari
kata da’a. Lengkapnya adalah da’a, yad’u, da’wah. Dalam al Qur’an,
kata dakwah dan kata-kata yang terbentuk dari kata dakwah disebutkan
tidak kurang dari 213 kali. Semua artinya berkisar pada tiga kategori,
yaitu menyembah, berdoa, meminta, memohon, mengajak, mengundang,
memanggil dan menyeru.
Mengajak, mengundang, memanggil dan menyeru adalah
pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu ofensif
dan aktif. Karenanya, dari sini dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah
upaya yang bersifat ofensif karena ia memulai perbuatan lebih dahulu. Ia
tidak bersifat defensif (bertahan) yang hanya berbuat apabila ada prang
lain yang memulai. Dakwah juga bersifat aktif, karena ia merupakan
upaya persuasif yang berusaha untuk meyakinkan pihak lain agar mau
mengikuti isi dakwah. Dakwah tidak bersifat reaktif, yang hanya
melakukan sesuatu apabila mendapat umpan.
12
dakwah Islam yang terselenggara pada saat ini akan tetap terpelihara
hakikatnya serta dapat memberikan hasil dakwah yang gemilang seperti yang
telah dicapai oleh nabi Muhammad SAW.
13
mengajak kepada agama Islam, menjelaskan kebaikan-kebaikan Islam dan
berusaha menarik simpati masyarakat. Disini Nabi melancarkan jihad
dakwah dan melarang jihad perang karena hal tersebut bertolak belakang
dengan perilaku hikmah. Dan dalam dakwahnya Nabi e banyak melakukan
strategi mudaroh atau musalamah.
Ketika beliau hijrah ke Madinah, jumlah ummat Islam telah banyak
dan kuat, sementara permusuhan orang-orang kafir kepada Islam semakin
hebat. Maka Nabi SAW memerintahkan jihad perang disamping jihad
dakwah. Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang sangat
baik bagi kaum muslimin.
(( َيس ُِّروا َوٗلَ ت ُ َعس ُِّروا َو َبش ُِّروا َوٗلَ تَنَفَّ ُروا)) متفق عليه
Allah memerintah tawassuth dan i’tidal dan mencela taqshir
(mempermudah) dan ghuluw (melebih - lebihkan).
Tawassuth dalam ibadah (dengan menggabungkan antara Ikhlash kepada
ma’bud dan mutaba’ah kepada rasul). Tawassuth mengenai para Nabi,
ulama dan wali, dalam sedekah dan infak, makan, minum, gerak, jalan dan
suara dan dalam segala hal.
4. Memilih satu diantara dua mashlahat yang paling utama serta satu
diantara dua mudharat yang paling ringan.
Dua kaidah ini banyak disinggung oleh ayat al-Qur’an, dan diantaranya
adalah mafhum mukhalafah (pemahaman kontras) dari firman Allah:
14
5. Ucapan Nabi SAW dalam berdakwah selalu sesuai dengan objek
dakwah
Seruan Nabi SAW kepada kaumnya yang di dakwahi memiliki banyak
keistimewaan antara lain:
Nabi SAW berbicara dengan kaumnya dengan lisan dan bahasa mereka
Ucapan Nabi SAW sangat jelas, beliau memiliki kata, kalimat dan gaya
yang dapat dicerna oleh semua lapisan.
Untuk memahamkan satu ajaran beliau menggunakan seribu cara yang
dalam bahasa al-Qur`an disebut “”تصريف األيات
Khitab Nabi selalu didukung oleh argumentasi (dalil) dan alasan hukum
(ta’lil) yang memuaskan sebagaimana yang diajarkan oleh Allah SWT
didalam al-Qur`an. Seperti dalam surat al-Nur ayat 58.
Ucapan Nabi selalu serius dan meyakinkan, menggugah emosi dan akal
secara serempak.
Ucapan beliau fokus dan konsisten dalam berfikir dan berucap, tidak
bingung dan membingungkan.
Ucapan beliau jauh dari bias yang membuat salah paham atau yang
menusuk perasaan mad’u, tetapi lembut, bijak dan obyektif sebagaimana
perintah Allah Ta'ala.
15
penempatan orang, komando kontrol adalah lazim dilakukan oleh Nabi e.
Sebagaimana beliau menganalisa kekuatan, kelemahan, tantangan dan
peluang serta mengambil langkah-langkah antisipasi.
Pemuda adalah tonggak kebangkitan suatu umat. Sebagai umat islam, sudah
sepatutnya pemuda-pemuda muslim memiliki semangat untuk bangkit dari
keterpurukan kaum muslimin yang sekarang tengah terjadi. Kemerosotan akidah dan
akhlak hampir terjadi disemua lini kehidupan masyarakat, perilaku hedonisme dari
barat mereka tiru sedangkan ajaran islam mereka tinggalkan. Pemikiran-pemikiran
sekuralisme, liberalisme dan kapitalisme sudah menjadi ideologi baru bagi umat
manusia. Akidah islam sudah banyak ditinggalkan oleh umat islam itu sendiri,
sehingga ajaran islam tidak diterapkan disegala sisi kehidupan, melainkan hanya
sebagai bentuk peribadatan saja. Maka tidak dapat dipungkiri jika nantinya islam
akan kembali lagi dalam keadaan asing, seperti yang pernah disabdakan oleh
Rosulallah SAW.
Mahasiswa sebagai pemuda tidak perlu ragu untuk mendakwahkan islam
ditengah-tengah masyarakat saat ini. Meskipun tantangan yang dihadapi nantinya
akan semakin berat. Namun janji Allah akan balasan surga-Nya adalah pasti. Jika
kita bersungguh-sungguh mengajak pada kebenaran dan menjauhkan kemungkaran,
Allah lah sebaik-baik pemberi balasan untuk kita semua. Maka dari itu dakwah bagi
mahasiswa sangatlah penting untuk kebangkitan islam, dimana keberkahan dan
kedamaian hidup akan dirasakan oleh semua umat manusia.
Kegiatan dakwah kampus bukannya tanpa kendala dan masalah, karena
sejatinya menyeru kebaikan itu tidaklah mudah. Setan akan senantiasa berusaha
menghasut manusia entah itu yang menyeru ataupun yang diseru untuk melakukan
keburukan. Para aktivis dakwah akan disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang
dapat membuat mereka sibuk sehingga lupa dengan misi utamanya. Atau bisa
dengan membuat mereka terpengaruh dengan lingkungannya sehingga mereka futur
iman dan malah terjerumus pada lembah kesesatan. Setan juga menggoda orang-
orang yang telah sesat untuk senantiasa menyesatkan oang-orang beriman
disekelilingnya agar mereka tidak menyeru pada kebaikan tapi malah mengikuti
jalan orang-orang yang sesat. Begitulah jika orang-orang sesat telah tertutup hatinya
16
dari kebaikan. Mereka tidak akan pernah ridho sampai orang-orang beriman
mengikuti jalan orang-orang yang sesat.
2.3.1. Problematika yang Dihadapi Aktivis Dakwah
Berikut ini problematika yang sering dihadapi oleh aktivis dakwah kampus
baik dari faktor internal (dari dalam organisasi lembaga dakwah kampus)
maupun faktor eksternal (dari lingkungan atau luar):
a. Faktor Internal
1. Kader-kader dakwah hilang, tidak kembali berdakwah karena
kurangnya penjagaan dari pengaruh dunia luar yang negatif.
2. Kualitas kader dakwah yang perlu dipertanyakan, apakah sekedar ikut
meramaikan organisasi lembaga dakwah kampus atau benar-benar
ingin berkontribusi dalam berdakwah.
3. Keteladanan kader dakwah baik dari segi akhlak maupun prestasi yang
dicapai sering menjadi tolak ukur seseorang dalam menerima apa yang
didakwahkan oleh kader tersebut. Misalkan seorang aktivis dakwah
giat berdakwah kepada teman-temannya agar tidak titip absen. Namun
kenyataannya dia masih melakukannya juga.
4. Adanya perpecahan antar gerakan islam. Perpecahan yang terjadi
disebabkan karena setiap jamaah memiliki padangan bahwa dirinyalah
jamaah yang benar dan sesuai ajaran Rosulallah. Padahal tidak
seharusnya suatu jamaah memiliki pandangan seperti ini, karena pada
dasarnya perbedaan-perbedaan yang muncul dari jamaah yang ada jika
itu hal yang wajar seperti perbedaan mahzab dan aqidah mereka adalah
islam, maka mereka semua tetaplah saudara dan tidak dibenarkan suatu
golongan membenarkan dirinya sendiri dan mengkafirkan golongan
yang lain. Sudah seharusnya sebagai aktivis dakwah yang memiliki
latar belakang jamaah yang berbeda saling bekerja sama untuk
menyeru kebaikan dan menjauhkan dari kemungkaran.
5. Dakwah fardiyah (dakwah individu) yang seharusnya wajib dilakukan
oleh setiap mahasiswa namun kenyataanya masih banyak mahasiswa
yang belum melakukannya, karena adanya masalah komunikasi jika
akan mengingatkan kebaikan pada temannya entah itu malu, tidak enak
hati, takut menyinggung perasaan orang yang diingatkan dll.
17
b. Faktor Eksternal
1. Sruktural-birokrasi
Ketatnya aturan kampus dalam memberi izin kegiatan taklim ataupun
kajian-kajian umum, karena adanya pengawasan yang ketat terhadap
paham terorisme dan radikalisme. Masalah ini baru terjadi belakangan
ini akibat dari isu terorisme dan radikalisme yang mencuat di Indonesia.
2. Sosiokultural-budaya
Adanya sikap hidup pragmatisme, materialisme, naturalisme,
hedonisme yang merasuki pemikiran masyarakat terutama dikalangan
akademisi kampus.
3. Sumber dana yang kurang ketika akan melaksanakan program-program
dakwah.
4. Sarana prasarana yang kurang ketika akan melaksankan program-
program dakwah.
5. Ghozwul fikri dalam seluruh segi kehidupan (misal: sekularistik).
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam
guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa
mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur
dengan hal-hal yang tidak islami. Dalam arti luas, Ghozwul Fikri
adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pikiran,
tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan propaganda.
6. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlak atau adab islam.
(misal: suasana ikhtilat yang terjadi disemua sudut masyarakat kampus).
2.3.2. Solusi dari Problematika yang Ada
Berdasarkan uraian permasalahan pada poin 2.3.1. diatas, maka berikut solusi
yang ditawarkan untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang ada:
a. Faktor Internal
Problematika dakwah kampus yang disebabkan oleh faktor internal
sejatinya merupakan masalah yang disebabkan oleh diri individu
pengemban dakwah itu sendiri. Setiap muslim merupakan pengemban
dakwah yang wajib mengingatkan saudaranya jika melakukan kesalahan
dan senantiasa mengajak dalam berbuat kebaikan. Namun jika suatu saat
terjadi kefuturan iman dan rasa jenuh dalam berdakwah, atau mungkin
malah terjerumus dengan lingkungan yang sedang didakwahkannya, maka
18
patut diwaspadai dan hendaknya selalu berhati-hati agar tidak malah
melebur dengan lingkungan yang didakwahi. Sehingga berikut ini solusi
yang ditawarkan untuk membantu mengatasi problematika dakwah
kampus yag disebabkan oleh faktor internal:
1. Pemahaman Urgensi Dakwah dan Pembinaan Secara Rutin
Dalam memahamkan urgensi dakwah dan pembinaan secara
rutin kepada pengemban dakwah, hendaknya disampaikan oleh guru
ataupun orang yang disegani yang memiliki kapasitas pengetahuan
agama yang lebih banyak. Hal ini bertujuan agar pengemban dakwah
selalu termotivasi dalam mengemban amanah dakwah, sehingga ketika
mereka mulai futur dan jenuh akan ada yang mengingatkannya.
Pengemban dakwah akan kembali tercharge keimananannya dan
semangat kembali memulai misi mulianya. Tidak hanya pembinaan
rutin saja, namun lingkungan yang islami juga perlu menjadi tempat
kembali pengemban dakwah ketika mereka membutuhkan saran
ataupun diskusi dalam bertukar pikiran. Sehingga meskipun mereka
berdakwah dilingkungan yang kurang islami, pengemban dakwah
masih bisa berada disekeliling orang-orang shaleh yang senantiasa
mengingatkan dalam kebaikan. Kemungkinan mereka melebur dalam
lingkungan yang didakwahinya akan semakin kecil.
2. Meyakinkan diri bahwa semua umat islam adalah saudara
Untuk mengatasi masalah perbedaan gerakan islam yang
membuat umat islam seperti bersekat-sekat yaitu kembali lagi pada
individunya masing-masing dimana mereka harus menurunkan egonya
bahwa golongannya yang paling benar. Mereka harus banyak mengkaji
islam mana perbedaan yang boleh terjadi antar gerakan islam dan mana
yang mutlak harus sama. Sehingga dalam berdakwah secara jama’i
tidak akan terjadi yang namanya saling berkompetisi dalam
menebarkan dakwah sesuai gerakan islam masing-masing. Namun
lebih dari itu, para pengemban dakwah harus saling toleran antar
gerakan islam apabila mereka memang bukan merupakan golongan
yang sesat, dan para pengemban dakwah harus saling berkolaborasi
dalam berdakwah agar dakwah yang dilakukan dapat mencapai semua
lapisan kampus.
19
3. Belajar cara menyampaikan kebenaran
Dakwah fardiyah memang tidaklah mudah yang dibayangkan
dalam pelaksanaannya. Kerapkali individu yang akan menebarkan
kebenaran seringkali mengalami ketakutan sebelum berhasil
menyampaikan ke teman-temannya. Hal ini disebabkan oleh dominasi
lingkungan yang lebih kuat dibandingkan dirinya yang hanya sendiri
atau bersama dengan dua tiga individu lainnya yang juga berdakwah.
Akhirnya mereka kurang percaya diri dalam berdakwah di
lingkungannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, hendaknya
individu tersebut mencoba berdakwah mulai dari ke teman terdekatnya
dulu. Dalam menyampaikan kebenaran pun, individu pengemban
dakwah harus memiliki etika dan sopan santun agar apa yang akan
disampaikan nantinya dapat didengar dengan baik dan diterima oleh
target dakwah. Agar individu pengemban dakwah memiliki keberanian
dalam menyampaikan kebenaran tersebut hendaknya selalu
mencobanya berulangkali agar terbiasa, lalu bersama gurunya atau
orang yang cukup ahli dalam bidang dakwah bisa diajak diskusi untuk
menyelesaikan masalah keberanian dalam berdakwah yang sedang dia
hadapi. Tidak lupa juga agar individu pengemban dakwah selalu
berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan lisannya untuk
mendakwahkan kebenaran.
b. Faktor Eksternal
Berdasarkan permasalahan yang dibentuk oleh faktor eksternal
sebagaimana dijelaskan pada poin 2.3.1, berikut adalah beberapa solusi
yang diberikan untuk mengatasi permsalahan tersebut:
1. Melakukan upaya untuk meluruskan pemahaman islam terkait
dengan dakwah, jihad, dan terorisme. Sehingga tidak
menimbulkan persepsi yang salah yaitu dengan mengidentikkan
dakwah islam dan jihad dengan kekerasan ataupun terorisme,
terutama perjuangan dalam penegakan syariat islam.
2. Melakukan upaya sosialisasi mengenai cara hidup islami,
sedemikian hingga pemikiran ataupun sifat-sifat materialisme,
hedonisme, dan beberapa sifat ataupun gaya hidup yang tidak
20
sesuai dengan syariat islam lainnya yang ada pada masyarakat
dapat diminimalisir.
3. Pengadaan kesekretariatan untuk mempermudah jalannyakegiatan
dakwah yang bisa digunakan kapan saja dan melalui birokrasi
yang panjang Selain itu dapat menghemat biaya yang biasa
digunkan untuk meminjam ruangan. Adanya kesekretariatan ini
juga bisa digunakan untuk menyimpan investaris dan membuat
perpustakaan mini tentang islam yang terbuka untuk siapa saja.
4. Melakukan wirausaha dan penggalangan dana untukmenyediakan
dana secara terus menerus. Wirausaha dapat dilakukan oleh setiap
perkumpulan islam yang ada, sedangkanuntuk penggalangan dana
dapat disebarkan melalui kotak amal yang diletakkan di masjid.
5. Dewasa ini, penyebaran informasi tidak hanya dapat dilakukan
dengan tatap muka, akan tetapi dapat memanfaatkan
perkembangan teknologi yang ada, yaitu media sosial. Begitu pula
dengan dakwah kampus, hal yang dapat dialkukan adalah dengan
memperluas jaringan publikasi. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan proses berdakwah jika bermasalah dengan sarana
dan prasarana yang ada. Seperti halnya dengan cara menyebarkan
selebaran pengumuman atau poster tentangadanya majelis dakwah.
Selain itu bisa melalui SMS gateway yakni suatu program dimana
bisa menyebarkan pesan singkat keseluruh masyarakat kampus
dengan sekali enter, namun sebelumnya harus menghimpun nomer
handphone yang dibutuhkan.
6. Kader dalam dakwah. Kader dalam dakwah kampus harus mampu
memposisikan dirinya pada sistem dan mampu memberdayakan
atau berkontribusi secara total dalam bersosialisasi di dalamnya,
baik dalam lingkup studinya, tempat tinggal, maupun Unit
Kegiatan Mahasiswa yang lain.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dakwah merupakan suatu proses mengajak manusia untuk berbuat baik dan
meninggalkan keburukan yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.
Dakwah yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana dalam
lingkup kampus dapat disebut sebagai dakwah kampus. Terdapat beberapa
ayat dalam Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai motivasi untuk berdakwah,
misalnya QS. Fushilat : 33 dan QS. An-Nahl: 125.
2. Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik bagi umat muslim. Sehingga
dalam hal berdakwah, haruslah meneladani apa yang telah dilakukan
Rasulullah saat berdakwah pada zamannya. Hal itu dapat dilakukan dengan
memulai dan memfokuskan materi tauhid, berdakwah sesuai dengan objek
dakwah, menyampaikan dengan cara yang mudah dimengerti dan tidak
mempersulit, dan lain sebagainya. Serta tidak lupa untuk meneladani sifat-sifat
dakwah nabi seperti menggembirakan (Al – Tabsyir) dan kasih sayang dan
lemah lembut (al - Rifq wa al - Lin).
3. Terdapat beberapa kendala atau permasalahan yang dapat menjadi
problematika dakwah kampus. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat di
sebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa permasalahan
tersebut diantaranya adalah komunikasi yang kurang efektif, kondisi
lingkungan yang tidak mendukung, keadaan sosial-budaya, dan gaya hidup
atau pemikiran masyarakat. Tiap permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
cara yang berbeda-beda. Oleh karena itu da’i atau pendakwah harus dapat
memposisikan diri dalam berbagai elemen masyarakat, khususnya di
lingkungan kampus.
3.2. Saran
1. Pembaca dapat membaca literatur atau mencari refensi lain untuk menambah
informasi mengenai problematika dakwah kampus.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Jum’ah A.A. 2011. Fiqh Dakwah: studi atas berbagai prinsip dari kaidah yang harus
dijadikan acuan dalam dakwah islamiah. Solo: Era Adicitra Intermedia, h. 296.
Ikhsan, Arief M. 2018. Beginilah Jalan Dakwah; Solusi Dakwah bagi Permasalahan Umat.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Proyek Pembinaan Pers (Indonesia), Departemen Penerangan. 2006. Kedudukan, fungsi dan
tugas penerbitan kampus. Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia.
h.113.
Said Bin Ali Al Qahthani. 1994. Dakwah Islam Dakwah Bijak, terj.Masykur Hakim. Jakarta:
Gema Insani Press, h.362.
Ya’qub, Ali Mustafa. 1997. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus,
h.32.
http://dakwahdanilallah.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
https://muslim.or.id/6057-keutamaan-dakwah-ilallah.html
https://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com/analisis-instant-problematika-dakwah-
kampus/
https://www.academia.edu/12858408/Karakteristik_Dakwah_Rasul
https://www.academia.edu/19138186/problematika_dakwah_kampus
https://www.academia.edu/25272082/PROBLEMATIKA_DAKWAH_KAMPUS_DAN_SO
LUSINYA
https://www.kiblat.net/2016/05/21/7-kiat-membangkitkan-semangat-dakwah-pemuda-bag-1/
23