Bab II - DAFTAR PUSTAKA FINI
Bab II - DAFTAR PUSTAKA FINI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“ (hukum
alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek manusia dalam
tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi
digunakan oleh berbagai macam ahli atau professional pada bidangnya masing-
fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi (Kristanto dan
Saputra, 2011).
operator dan desain alat, namun integrasi dari peralatan yang digunakan di dalam
praktik dokter gigi. Contoh benar: Postur yang baik dan benar membutuhkan
peralatan yang baik juga, misalnya bentuk kursi operator yang ergonomik dapat
6
penalaran dan respon motorik dimana semua itu mempengaruhi interaksi antara
terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia. Pada
mengakibatkan cidera pada para pekerja. Pada kaitan tersebut di atas, ergonomik
bukan hanya tentang perasaan lebih baik secara fisik, namun juga bagaimana
2. Manfaat Ergonomi
Penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan
a. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan
kinerja pekerja
b. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja
c. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat
bekerja
d. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian
meningkatkan produktivitas
f. Mencegah dan mengurangi risiko timbulnya penyakit akibat kerja
g. Meningkatkan faktor keselamatan kerja
h. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk
gigi saat bekerja. Dokter gigi mungkin menderita musculoskeletal disorder yang
tetapi faktor risiko memberikan ciri yang khas dan dapat dilihat dalam bidang
e. Getaran
f. Temperatur
g. Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar
Hal ini adalah penting untuk memahami apakah suatu faktor risiko menjadi
penyebab atau bukan. Suatu faktor risiko tidaklah selalu menjadi suatu faktor
memperlihatkan suatu faktor risiko menjadi penyebab MSDs akan tetapi derajat
faktor risiko tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs. Dengan cara yang sama,
suatu kasus MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor risiko yang merupakan
terjadinya faktor risiko tersebut dapat terjadi diluar pekerjaan. Lebih lanjut, tidak
setiap orang yang terkena faktor risiko dapat berkembang menjadi MSDs.
dan derajat keparahan sama, belum tentu memiliki respon reaksi yang sama.
Meskipun demikian, faktor-faktor tersebut adalah faktor yang umum terjadi pada
suatu MSDs dalam beberapa kombinasi dan beberapa orang (Andrews dan
Vigoren, 2002).
Gambar II. 1 Posisi dan sudut kaki, punggung (duduk), dan kepala yang
ergonomi
9
Gambar II. 2 Posisi pedal drive dekat dengan salah satu kaki yang
memudahkan operator saat melakukan perawatan
Gambar II. 4 Jarak antara area kerja (mulut pasien) 35-40 cm dan instrumen 20-
25 cm ke mata (kacamata pelindung), serta posisi lampu dental unit yang tepat ke
area kerja (Sumber: Atas izin Sarwo Edy, 2015).
yang diintegrasikan dalam suatu praktik dokter gigi modern selama beberapa
dekade terakhir. Konsep ini dikenal sebagai four-handed dentistry yang terdiri dari
tray). Hal ini menyebabkan tekanan fisik pada tubuh yang sering bergerak dengan
posisi otot yang menegang, kemudian menyebabkan kelelahan pada mata. Alat
yang baik sekalipun belum tentu memberikan manfaat ergonomik, alat yang baik
pergerakan yang menegangkan otot serta perpindahan pandangan dokter gigi dari
daerah mulut pasien yang menyebabkan kelelahan pada mata. Namun konsep ini
bukan sekedar pemindahan alat dari asisten ke dokter gigi atau agar pekerjaan
menjadi lebih cepat dan mudah. Juga butuh keterampilan dalam melaksanakan
11
suatu kerja tim yang andal. Walaupun telah bekerja dengan konsep four-handed
dentistry, bila menggunakan alat yang tidak mendukung sistem ergonomik atau
penempatan alat yang jauh dari jangkauan asisten maupun dokter gigi sendiri,
maka akan tetap terjadi ketegangan otot akibat pergerakan yang berlebihan.
Kelelahan fisik juga dapat dialami oleh pasien akibat postur yang tegang karena
posisi duduk pasien di atas kursi gigi (Lelly dan Anorital, 2012).
Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed
suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu
asisten adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga dokter gigi hanya
harus berada di depan asisten dan jangan di samping asisten, agar tidak
e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan
terdapat ruang bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi
seperti ini menyebabkan pasien tidak merasa terkurung oleh dokter gigi
yaitu daerah operator, daerah asisten, daerah untuk memindahkan alat, dan
gejala yang menyerang otot, syaraf, tendon, ligamen, tulang sendi, tulang rawan
dan syaraf tulang belakang. Gejala penyakit tersebut bukanlah hasil dari pekerjaan
yang instant atau bukanlah peristiwa akut seperti terjatuh, terpeleset, tergelincir,
atau tertimpa, tetapi diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus dan bersifat kronis yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti beban,
diperberat oleh interaksi dalam lingkungan kerja. Komponen yang terlibat dalam
keluhan tersebut adalah otot, tendon, rangka, tulang rawan, sistem pembuluh
gangguan musculoskeletal terlihat dalam berbagai bentuk sehingga hal inilah yang
adanya rasa tidak nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang punggung
akibat posisi saat bekerja dengan postur tubuh yang tetap selama bekerja (Lelly
untuk ditentukan, namun perlu diketahui bahwa belum tentu suatu faktor risiko
akan menjadi penyebab. Banyak faktor yang menjadi penyebab dan lamanya
menimbulkan rasa nyeri; tekanan mekanis yang disebabkan oleh cedera akibat
benda tajam, peralatan atau instrumen; sikap kerja selama melakukan pekerjaan;
getaran akibat penggunaan peralatan dengan frekuensi getar di atas 5.000 Hz;
suhu udara yang tidak nyaman; dan tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar.
Faktor risiko lainnya meliputi usia, penyakit tertentu, dan aktivitas lainnya di luar
pekerjaan. Selain itu dari beberapa penelitian, diketahui bahwa ada hubungan
14
gigi, kursi asisten, pasien, teknik kerja dan pencahayaan (Lelly dan Anorital,
2012).
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai
terjadinya lelah otot pada sebagian besar bagian tubuh melalui penilaian
berdasarkan tingkat usaha suatu pekerjaan, durasi usaha yang kontinu, dan
frekuensi usaha. Bila terjadi kelelahan otot, maka cedera akan lebih mudah terjadi.
Bagian tubuh yang berpotensi mengalami lelah otot dikelompokkan menjadi low,
menghindari cedera otot. Apabila otot menerima beban statis secara berulang
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan
gejala yaitu sakit, nyeri, rasa tidak nyaman, mati rasa, rasa lemas atau kehilangan
daya dan koordinasi tangan, rasa panas, agak sukar bergerak, rasa kaku dan retak
pada sendi, kemerahan, bengkak, panas, dan rasa sakit yang membuat terjaga di
tengah malam dan rasa untuk memijit tangan, pergelangan dan lengan.
3. Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Gatchel, et al., (2014) mengelompokkan faktor risiko dari MSDs ke dalam
tiga kelompok besar yaitu faktor pekerjaan, faktor psikososial, dan faktor individu
15
a. Faktor pekerjaan
1) Postur tubuh saat bekerja
Berdasarkan posisi tubuh dan pergerakan, postur tubuh saat bekerja dalam
pada posisi yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi
bagian tubuh.
b) Posisi janggal adalah postur dimana posisi tubuh menyimpang secara
(Bridger, 2008).
Lalu berdasarkan pergerakan, postur kerja dapat dibedakan menjadi:
a) Postur statis adalah postur dimana sebagian besar tubuh tidak aktif atau
hanya sedikit terjadi pergerakan. Postur statis dalam waktu lama dapat
tubuh bergerak. Bila pergerakan tubuh wajar, hal ini dapat membantu
(Corlett, 2006).
2) Force/beban Kerja
Pada pekerjaan mengangkat atau mengangkut, efisiensi kerja dan
3) Gerakan Repetitif/berulang
Risiko MSDs akan meningkat ketika bagian yang sama dari tubuh
bahwa semakin lama durasi paparan semakin besar cedera yang terjadi
umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat. Memperpanjang waktu kerja
sakit dan pinggang pekerja ada kaitannya dengan penambahan waktu kerja
memiliki kekuatan maksimal pada saat mencapai usia 20-29 tahun, lalu
setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan otot akan menurun hingga 20%.
otot skeletal umumnya dapat mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun.
17
lokasi, 39% pria dan 45% wanita dilaporkan dengan keluhan kronis.
perempuan yang berkisar 2/3 kekuatan otot dari pria (Wijnhovn, et al.,
2006).
3) Masa Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) masa kerja adalah jangka
waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor, badan dan sebagainya. Pratiwi
responden dengan masa kerja dengan sikap kerja duduk lebih dari 5 tahun
18
semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpapar faktor
semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor
risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs
(2009) pada 117 Pekerja Panen Kelapa Sawit di PT “XX” Sumatra Selatan
menunjukkan adanya masa kerja (≥4 tahun dan ≤4 tahun) dengan keluhan
dengan responden masa kerja 1-4 tahun yang mengalami kejadian positif.
Hal ini terjadi karena semakin lama masa kerja, akan terjadi gerakan
berulang pada finger (jari tangan) secara terus menerus dalam jangka waktu
kurang dari 1 bungkus perhari atau kurang dari 15 batang perhari dan
perokok berat bila merokok lebih dari 25 batang perhari (Husten, 2009;
Rebecca, 2011).
5) Kebiasaan Olahraga
Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko terjadinya
otot sehingga keluhan otot lebih jarang akan terjadi. Pekerja yang tidak
20
Apabila tidak disertai pasokan energi yang cukup akan terjadi kekurangan
mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama
sebagai nyeri lokal pada titik inflamasi dan kesulitan untuk menggerakan
otot dan tendon pergelangan tangan bagian lateral (ibu jari). Gejala yang
timbul termasuk nyeri, edema, kesemutan dan sulit menggerakan ibu jari
(McCauley, 2012).
3) Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS terjadi ketika terjadi kompresi
yang lama, pergerakan repetitif, pemakaian sarung tangan yang tidak pas,
paparan tangan pada suhu dingin dalam waktu yang lama. Gejala yang
tangan dan jari khususnya jari telunjuk dan jari tengah (Stack, et
al.,2016).
4) Trigger Finger.
Trigger finger atau juga dikenal sebagai tenosinovitis stenosing adalah
sebagai white finger, dead finger atau fenomena Raynaud. Paparan terus
Sakit pada tangan merupakan sakit pada tangan yang terjadi dalam
jaringan ikat yang berada pada sekitar persendian. Penyakit ini akibat
posisi bahu yang janggal seperti mengangkat bahu di atas kepala dan
pada otot leher, kejang otot, dan rasa sakit yang menyebar ke bagian
brachialis, arteri dan vena subclavialis pada ekstremitas atas. Gejala yang
timbul antara lain, nyeri pada bahu atau lengan, baal dan kesemutan pada
jari.
Penderita akan merasakan otot leher mengalami peningkatan
tegangan dan leher akan merasa kaku. Ini disebabkan karena leher selalu
tubuh yang lain, sehingga leher rentan terkena trauma ataupun kelainan
yang menyebabkan nyeri pada leher dan gangguan gerakan terutama bila
23
dilakukan gerakan yang mendadak dan kuat. Sakit leher adalah gejala
umum yang terjadi di leher. Hal itu terjadi karena adanya myalgia, leher
miring atau kaku leher. Dokter gigi bisa mengalami sakit leher jika tidak
pada dokter gigi yang dalam aktivitasnya melakukan gerakan yang terus-
menerus. Gejala yang muncul akibat nyeri pada bahu yaitu: nyeri,
lunak.
mengalami tekanan yang kuat dan menekan juga bagian dari tulang
discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang
24
menyebutkan bahwa rasa sakit pada punggung bawah berasal dari sendi
Tekanan dari luar ini juga menyebabkan tendon pada lutut meradang
al., 2016).
5. Akibat Gangguan Musculoskeletal
a. Nyeri
25
macam. Jarinagn otot dapat rusak karena aktivitas sehari-hari. Trauma pada
sebuah area (karena terjatuh, fraktur, keseleo dan dislokasi) dapat pula
berulang-ulang, gerakan yang berlebihan dan tidak bergerak dalam waktu yang
akibat posisi ataupun postur tubuh yang tidak baik sehingga menyebabkan
1. Definisi CMDQ
kuesioner yang di kembangkan oleh Dr. Alan Hedge bersama dengan mahasiswa
para pekerja. Perhitungan skor pada kuisioner dapat dijadikan bukti bagi
2. Pengukuran CMDQ
27
pekerjaan frekuensi 7 hari, keparahan dalam bekerja, serta efek gangguan pada
discomfort adalah hanya untuk menyebar skor agar dapat dengan mudah
diklasifikasikan menjadi:
1. ringan : <6,5
2. sedang : 6,5-11
3. berat : >11 (Costa, et al., 2010).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Gerakan Pekerjaan Dokter Gigi
Saat Merawat Penderita
risiko, yaitu faktor pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan. Pada faktor
individu terdiri dari masa kerja, usia, kebiasaan merokok dan kebiasaan olah raga.
Masa kerja yang lebih dari 5 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terpapar Nyeri
30
Punggung Bawah (NPB), akibatnya otot menerima beban statis secara berulang
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
sendi, ligamen, tendon dan rongga diskus menyempit secara permanen yang dapat
masa kerja yang lebih dari 5 tahun dimana pada perempuan lebih rentan
faktor fisiologis kekuatan otot pada perempuan yang berkisar 2/3 kekuatan otot
dari pria. Gangguan musculoskeletal dapat menyebabkan rasa nyeri, sakit dan
ketidaknyamanan saat bekerja dan lokasinya dapat terjadi pada tangan, punggung
atas, punggung bawah, lutut, leher, bahu, tungkai kaki, lengan atas, lengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Dokter Gigi dengan masa kerja lebih dari 5
2. Sampel
a. Besar Sampel
Dalam menentukan besar sampel, dapat ditentukan dengan rumus besar
Z21-a/2 P (1-P) N
34
n=
n = = 66
Diketahui :
Z21-a/2= 1,96
N = 79
32
P = 0,50
d = 0,05
Keterangan :
(0,50)
N = besar populasi
b. Kriteria Sampel
1) Masa kerja doker gigi yang masih praktek lebih dari 5 tahun
2) Bersedia dilakukan penelitian
3) Bertempat tinggal di Kota Kediri
4) Sehat jasmani dan rohani
c. Teknik Pengambilan Sampel
sampling, yaitu setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
(Notoatmodjo, 2012).
D. Variabel Penelitian
Variabel yang Diukur :
1. Lama Masa Kerja
2. Tingkat Keluhan Musculoskeletal
E. Definisi Operasional
1. Masa Kerja
a. Definisi Masa Kerja
33
Masa kerja adalah lamanya waktu kerja praktek sebagai dokter gigi dalam
hitungan tahun. Dalam penelitian ini sehingga alat ukurnya masa kerja
menggunakan kuisioner.
2. Keluhan Musculoskeletal
a. Definisi Keluhan Musculoskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan yang mempunyai gejala yang
sendi, tulang rawan, dan syaraf tulang belakang, sehingga alat ukurnya
menggunakan CMDQ.
F. Instrumen Penelitian
1. Alat Penelitian
a. Kuisioner CMDQ
b. Informed Consent
c. Alat tulis
G. Cara Kerja
1. Melakukan survey pendahuluan dengan membuat surat permohonan izin
yang berisi daftar nama dokter gigi di Kota Kediri dan data masa kerja yang
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri kepada Kepala PDGI di Kota
bersedia diperiksa
8. Sampel menjawab pertanyaan dalam kuisioner yang diajukan oleh peneliti
Dengan menambahkan skor dari frekuensi diatas (0, 1.5, 3.5, 5, 10) dengan
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2010). Pada
penelitian ini, data sekunder ini diperoleh dari data dokter gigi dengan masa
kerja lebih dari 5 tahun yang diperoleh dari Seketaris PDGI di Kota Kediri.
Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang digunakan untuk
telah terkumpul. Hasilnya akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
tabulasi silang
J. Alur Penelitian
Melakukan ijin
penelitian
Pemilihan sampel
Persetujuan Informed
Consent
Pengukuran
menggunakan kuisioner
36
Pengumpulan data
Pengolahan dan
analisis data
Kesimpulan
BAB V
Berdasarkan tabel V.1 diatas, dapat dilihat bahwa responden di Kota Kediri
yang paling banyak dengan masa kerja 5-10 tahun sebanyak 18 dokter gigi,
dibandingkan 11-15 tahun, 16-20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun
dan >35 tahun.
Berdasarkan tabel V.2 diatas, sekitar 75,8% atau sebanyak 50 dokter gigi
Berdasarkan tabel V.3 diatas, dapat dilihat bahwa sekirat 29 dokter gigi
yang menjadi sampel dalam penelitian ini berusia 31-40 tahun. Dari tabel diatas
juga dapat dilihat bahwa dokter gigi yang berusia antara 71 – 80 tahun ada 1
orang.
38
Musculoskeletal
Berdasarkan tabel V.4 diatas, dapat dilihat bahwa dokter gigi yang
memiliki keluhan paling banyak yaitu pada bagian punggung atas sebanyak 55
orang, bahu kanan sebanyak 54 orang dan punggung bawah sebanyak 52 orang.
Pada ada tabel V.4 diatas juga memberikan informasi bahwa hampir semua
responden mengalami keluhan pada kategori ringan pada hampir semua bagian
tubuhnya.
Keluhan Frequenc
Musculoskeletal y Percent
Ringan 64 97
39
Sedang 1 1,5
Berat 1 1,5
Total 66 100
Tabel V.6 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Berdasarkan Bagian Tubuh Responden
Masa Kerja
> 35 16-20 26-30 31-35
Lokasi Tahun 11-15 Tahun Tahun 21-25 Tahun Tahun Tahun 5-10 Tahun To
Ringa Be Rin Sed Be Rin Sed Be Rin Rin Sed Rin Sed tal
n rat gan ang Ringan rat gan ang rat gan gan ang gan ang
bahu kanan 3 13 5 1 10 2 6 14 54
bahu kiri 0 4 1 1 4 1 0 8 19
Leher 3 9 5 1 9 2 6 11 46
lengan atas
kanan 2 10 5 1 9 3 5 11 46
lengan atas
kiri 0 2 1 1 2 2 0 4 1 13
lengan bawah
kanan 1 11 5 1 10 3 5 9 45
lengan bawah
kiri 0 2 1 1 2 2 0 4 12
lutut kanan 2 1 1 1 2 2 4 4 17
lutut kiri 0 1 0 1 2 2 1 3 10
paha kanan 3 3 1 1 3 1 4 2 18
paha kiri 0 3 0 1 1 1 1 2 9
pergelangan
tangan kanan 3 10 5 1 9 3 6 10 47
pergelangan
tangan kiri 1 4 0 1 3 1 1 2 13
pinggul/pantat 2 4 4 2 10 2 5 1 10 40
punggung atas 3 10 1 5 1 12 1 2 6 14 55
punggung
bawah 2 2 8 1 5 1 10 1 1 2 4 2 11 2 52
tungkai kaki
kanan 2 3 1 1 1 2 4 4 18
40
tungkai kaki
kiri 2 2 1 1 1 2 0 4 13
Tabel V.7 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Pada tabel V.7 diatas disajikan informasi tentang tabulasi silang antara
masa kerja dengan keluhan musculoskeletal berdasarkan jenis kelamin, Sebanyak
4 dokter gigi laki-laki yang memiliki masa kerja antara 5 – 10 tahun memiliki
keluhan ringan. Sedangkan dokter gigi perempuan dengan masa kerja 5 – 10
41
tahun memilki keluhan ringan juga. Pada masa kerja 21-25 tahun, 3 dokter gigi
laki-laki memiliki keluhan masuk dalam kategori ringan, dan 10 dokter gigi
perempuan memiliki keluhan masuk dalam kategori ringan. Pada rentang masa
kerja ini juga terdapat 1 dokter gigi perempuan yang memiliki keluhan masuk
dalam kategori berat.
11-15 15 0 0 15
16-20 5 0 0 5
21-25 13 0 1 14
26-30 1 1 0 2
31-35 9 0 0 9
> 35 3 0 0 3
Total 64 1 1 66
Pada tabel V.8 diatas, dapat dilihat bahwa tabulasi silang antara masa kerja
dengan keluhan musculoskeletal berdasarkan usia responden, Sebanyak 15 dokter
gigi dengan masa kerja 5-10 tahun yang memiliki usia 31-40 tahun terdapat
keluhan dalam kategori ringan, sedangkan 14 dokter gigi dengan masa kerja 11-15
tahun dengan usia yang sama terdapat keluhan dalam kategori ringan juga.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Kediri pada bulan Mei 2018 dengan
jumlah populasi 79 dokter gigi dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 66 dokter gigi sebagai responden
untuk mengetahui keluhan musculoskeletal pada dokter gigi ditinjau dari masa
karena banyak responden yang baru lulus menjadi dokter gigi dan baru bekerja
adalah punggung atas, bahu kanan dan punggung bawah. Keluhan tersebut dapat
terjadi karena posisi tubuh sewaktu bekerja kemungkinan kurang ergonomis dan
punggung atas dikarnakan posisi duduk yang salah (tulang belakang melengkung
dan tubuh membungkuk kearah depan) memberi tekanan berlebih pada diskus.
Lama kelamaan diskus dapat menjadi menonjol dan menekan syaraf yang terdapat
gigi berhubungan erat dengan beberapa faktor penunjang seperti usia dari dokter
gigi, jumlah pasien dan tipe kasus yang ditangani. Kesalahan posisi saat bekerja
dapat menjadi faktor pencetus terjadinya nyeri punggung bawah hal ini
dikarenakan posisi kerja yang salah dalam waktu berjam-jam dapat menyebabkan
kontraksi yang berlebihan pada otot punggung bawah dan memberi tekanan yang
area lumbal menjadi area yang memiliki tingkat stress yang tinggi diantara area
daerah lumbal akan menyebabkan penurunan ketinggian dari diskus dan dapat
inti kesegala arah. Hal ini menyebabkan terjadinya penonjolan struktur diskus.
menyebabkan penekanan pada syaraf spinal di sekitar area lumbal yang akan
mengahasilkan rasa nyeri pada bagian punggung bawah (Umami, dkk., 2014).
45
Hasil penelitian juga didukung oleh Sari, dkk (2017) yang mengatakan
bahwa posisi duduk kerja dapat memberi tekanan pada punggung bawah yang
cukup berat dan menimbulkan nyeri punggung bawah pada pekerja. Sama halnya
dengan posisi duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan beban yang berlebihan
pada vertebra lumbal sehingga menimbulkan nyeri pada pungung bawah. Posisi
secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam
pekerjaan. Otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban anggota gerak
atas, akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang sebagai penahan beban
utama sehingga akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi
adalah gangguan yang sering terjadi pada dokter gigi karena beban dokter gigi
yang berlebih, gerakan yang berulang dan monoton. Postur bahu yang janggal
seperti merentang lebih dari 450° atau mengangkat bahu ke atas melebihi tinggi
mengalami keluhan pada bahu. Durasi yang lama dan gerakan yang berulang juga
dapat mempengaruhi timbulnya cidera dan rasa sakit atau nyeri pada bahu
Dalam penelitian ini, keluhan musculoskeletal pada dokter gigi diperoleh
musculoskeletal terbanyak pada dokter gigi dengan kategori ringan yang artinya
jaringan, serta dapat meningkatkan sirkulasi darah dan nutrisi pada semua jaringan
tubuh. Jika sirkulasi darah tersumbat maka akan mengganggu kinerja otot
sehingga keluhan otot akan semakin cepat terjadi (Utari, dkk., 2015). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010), bahwa paling
adalah masa kerja 5-10 tahun dengan jenis kelamin perempuan, sedangkan
terbanyak dalam kategori berat adalah masa kerja 21-25 tahun dengan jenis
karena dokter gigi dengan masa kerja 5-10 tahun kemungkinan melakukan
dilakukan secara berulang, sikap kerja menahan sesuatu yang statis, sikap kerja
dengan posisi membungkuk dan menunduk, waktu istirahat yang tidak menentu,
dan usia responden dan masih diselingi dengan olahraga. Sedangkan pada masa
kerja 21-25 disebabkan karena banyaknya pasien, usia responden, gerakan yang
dilakukan secara berulang dalam jangka waktu yang lama dan tidak disertai
47
bahwa jenis kelamin pada dokter gigi di Kota Kediri yang sering mengalami
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Perbandingan otot pria dan wanita 3:1.
Ini dapat terjadi dikarenakan secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah dari pada kemampuan otot pria. Pada wanita keluhan ini lebih sering
terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses
menyebutkan bahwa wanita dan pria memiliki hormon, namun wanita memiliki
hormon yang berbeda dengan pria yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Hormon pada wanita sering tidak seimbang karena masalah hormonal menyusui,
menopause dan menstruasi, sehingga hormon tersebut menjadi turun dan dapat
adalah masa kerja 5-10 tahun dengan usia 31-40 tahun (tabel V.8). Menurut
keluhan musculoskeletal. Otot memiliki kekuatan maksimal pada saat usia 20-29
tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan otot akan menurun hingga
20% dikarenakan sikap yang tidak ergonomis saat bekerja. Keluhan otot skeletal
48
umumnya dapat mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Tingkat keluhan
dikarenakan pada umur setengah baya, ketahanan dan kekuatan otot akan mulai
responden dengan masa kerja diatas 5 tahun. Masa kerja ≥ 5 tahun mempunyai
risiko lebih tinggi terpapar Nyeri Punggung Bawah (NPB), akibatnya otot
menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama, sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada sendi, ligamen, tendon, dan rongga diskus
(Pratiwi, 2009). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rihiimaki et al (1989)
dalam Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai hubungan yang
dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat
merawat pasiennya. Dokter gigi menganggap bahwa mereka yang harus bergerak
menghampiri pasien, dari pada mengatur posisi duduk pasien di atas kursi gigi.
tanpa sadar memposisikan tubuhnya secara tidak tepat pada saat bekerja merawat
pasien. Saat melakukan preparasi gigi atau mencabut gigi misalnya, kadang-
49
memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan
berkali kali dalam jangka waktu yang panjang. Hal inilah yang dapat
ergonomis, cara kerja yang baik dan gaya hidup. Ketiga hal ini merupakan kunci
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada dokter gigi di Kota
dokter gigi di Kota Kediri adalah masa kerja 5-10 tahun dengan kategori
ringan
50
Kota Kediri adalah punggung atas, bahu kanan dan punggung bawah.
B. Saran
1. Untuk mengurangi terjadinya keluhan musculoskeletal sebaiknya dokter gigi
55
DAFTAR PUSTAKA
51
Agusdianti, L.N., Putu, L.S dan Made, S. 2017. “Edukasi Ergonomi Menurunkan
Keluhan Muskuloskeletal dan Memperbaiki Konsistensi Postur Tubuh pada
Mahasiswa PSPDG Universitas Udayana”. Bali Dental Jurnal. Vol 1 (2): 47-
53.
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Edisi 2.
Jakarta: EGC. Hlm. 193-195.
57
52
Costa, B. R. Vieira., and Edgar Ramos. 2010. “Review Risk Factors for Work-
Related Musculoskeletal Disorders: A Systematic Review of Recent
Longitudinal Studies”. American Journal of Industrial Medicine, 53: 285-
323.
Edy, S., dan Samad, R. 2015. “Aplikasi Postur yang Ergonomi pada Dokter Gigi
Selama Perawatan Klinis di Kota Makassar”. Dentofasial. Vol 14 (1): 32-37.
Hedge, A., Morimoto, S., and Mccrobie, D. 1999. Effects of Keyboard Tray
Geometry on Upper Body Posture and Comfort. Ergonomics. Vol 42 (10):
1333-1349.
Hayes, M., Cockrell, D., and Smith, D.R. 2009. “A Systematic Review of
Musculoskeletal Disorders among Dental Professionals”. International
Journal of Dental Hygiene. Vol 7 (3): 159-165.
Husten, C.G. 2009. How should we define light or intermittent smoking? Does it
matter?. Nicotine Tob Res. Vol 11 (2): 111-121.
53
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2011. Masa Kerja. Diakses: 5 Mei 2012. http:
//deskripsi.com/m/masa-kerja.
Kristanto, A., dan Saputra, A.D. 2011. “Perancangan Meja dan Kursi Kerja yang
Ergonomis pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan
Produktivitas”. Jurnal Ilmiah Tehnik Industri. Vol 10 (2): 78-87.
Lancet. 2004. Appropriate Body-mass index for Asian Populations and its
Implications for Policy and Intervention Strategies. Hlm 157-163.
Nursatya, Mugi. 2008. Risiko MSDs pada Pekerja Catering di PT. Pusaka
Nusantara Jakarta Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia. Hlm. 38-40.
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health”. Vol 3 (2): 160-
169.
Padmiswari, S.K.N., dan Griadhi, A.P.I. 2017. “Hubungan Sikap Duduk dan Lama
Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pengrajin Perak di
Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar”. e-Jurnal Medika.
Vol 6 (2): 1-10.
Rucker, L.M., and Surell, S. 2002. “Ergonomic Risk Factors Associated With
Clinical Dentistry”. Journal California Dental Association. Vol 30 (2): 139-
148.
Rebecca, E.S., Pamela, M.L., and Stanton, A.G. 2011. Health Effects of Light and
Intermittent Smoking : A Review. Circulation. Vol 121 (13): 1518-1522.
Syifa, L.L., Prabawati, H., Sari, K.I dan Rizauan, I. 2016. Smart Dent’s Pro :
Solusi Tepat Snelli Dokter Gigi Hebat. Hlm 325-329.
55
Sihombing, P.A., Kalsum., dan Sinaga, M.M. 2015. Hubungan Sikap Kerja
dengan Musculoskeletal Disorders pada Penjahit di Pusat Industri Kecil
Menteng Medan 2015. Medan : USU Press. Hlm 1-7.
Sun, K.O., Chan, K.C dan Fong, D.Y.T. 2008. “Acupunture for Frozen Shoulder”.
Hongkong Medical Journal. Vol 7 (4): 381-391.
Umami, R.A., Hartanti, I.R dan Dewi A. 2014. “Hubungan antara Karakteristik
Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
(Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis”. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol
2 (1): 72-78.
Utari, Y.F., Kalsum dan Mahyuni, L.E. 2015. “Hubungan Sikap Kerja dengan
Keluhan Musculoskeletal pada Penyortir Tembakau Di Gudang Sortasi
56
Wijaya, T.A., Darwita, R.R., and Bahar, A. 2011. “The Relation Between Risk
Factors and Musculoskeletal Impairment in Dental Students: a Preliminary
Study”. Journal of Dentistry Indonesia. Vol 18 (2): 33-37.
Yue, P., Liu, F dan Li, L. 2012. “Neck/Shoulder Pain and Low Back Pain Among
School Teachers in China, Prevalence and Risk Factors”. BMC Public
Health. Vol 12 (1): 789.