Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Arfan Noer, Sp.THT
1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN
Presentasi Kasus :
“ABSES DORSUM NASAL PADA PASIEN DM TIPE II”
Disusun Oleh:
Eva Herencia Purba 1710221091
Zenia Ladia 1710221101
Titik Fadhila 1810221003
Mengesahkan:
Pembimbing Klinik Kepaniteraan Ilmu Kesehatan THT
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Presentasi
Kasus “Abses Dorsum Nasal Pada Pasien Dm Tipe II” dengan baik. Presentasi
kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik
Pendidikan Profesi Dokter di SMF Ilmu Kesehatan THT RSUP Persahabatan.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada dr.
Arfan Noer, Sp.THT selaku pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang
berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran. Aamiin.
Penulis
3
BAB I
STATUS PASIEN
I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan tanggal 26 April 2019 di ruang Cempaka Atas RSUP
Persahabtan pukul 16.00 WIB. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan
aloanamnesis.
4
dengan bengkak pada pipi dan mata pasien. Dan beberapa hari setelahnya, pasien
mengaku mulai keluar cairan berwarna putih kental dari luka jerawat pada hidung
dan tepi pangkal kedua hidungnya. Selain nyeri pada bagian yang bengkak, pasien
juga mengeluh nyeri kepala. Keluhan hidung tersumbat diakui oleh pasien.
Riwayat mengorek-ngorek hidung sebelumnya diakui oleh paisen. Riwayat
mencabut bulu hidung disangkal. Keluhan keluar cairan berupa ingus atau darah
dari hidung dan ingus yang mengalir ke tenggorokan disangkal oleh pasien.
Keluhan gangguan penciuman disangkal oleh pasien. Riwayat bersin-bersin >5
kali jika terpapar debu atau udara dingin disangkal oleh pasien. Keluhan Demam,
batuk, dan pilek disangkal oleh pasien. Riwayat kejang atau penurunan kesadaran
disangkal oleh pasien. Keluhan penurunan tajam penglihatan juga disangkal oleh
pasien.
5
I. 3 PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekana darah : 126/90 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 36.5 °C
Pernapasan : 20 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 20.2 kg/m2 (normoweight)
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
pupil bulat isokor, paplpebra superior (edema (+/+)), palpebra
inferior (edema (+/+))
Telinga : Lihat status lokalis
Hidung : Edema (+), hiperemis (+), fluktuasi (+), Pus (+), Nyeri Tekan (+)
Mulut : Mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), gigi ada karies (-)
Tenggorok : Lihat status lokalis
Leher : Lihat status lokalis
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-/-), CRT < 2 detik
6
Status Lokalis Telinga Hidung Tenggorok
1. Telinga
AD AS
Tanda radang (-), pus (-), Preaurikula Tanda radang (-), pus (-),
nyeri tekan (-), fistula (-) nyeri tekan(-), fistula (-)
7
Refleks cahaya (-), Membran timpani Refleks cahaya (-),
intak (+), sekret (-), intak (+),
serumen (-) sekret (-), serumen (-)
+ Uji Rinne +
2. Hidung
Rhinoskopi anterior
Kanan Kiri
Krusta (+), hipertrofi(+),
Lapang Vestibulum Hiperemis(+), bulging (+)
Pus (+), NT (+)
Lapang Kavum Nasi menyempit
8
3. Tenggorokan
Nasofaring (Rhinoskopi posterior)
Pemeriksaan Orofaring
Kanan Kiri
Mulut
Hiperemis (-) Mukosa mulut Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Palatum molle Hiperemis (-)
Karies (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
T1 T1
Besar tonsil
- Kripta -
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis
Plika ariepiglotika
Plika ventrikularis Tidak Dilakukan
Plika vokalis
Rima glotis
9
4. Leher
Kanan Kiri
Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)
10
11
Pemeriksaan Lab Darah tgl 22 Aril 2019
12
13
Pemeriksaan Lab Darah tgl 23 April 2019
14
Pemeriksaan Lab arah tgl 24 April 2019
15
I.4.2 Pemeriksaan Radiologi
- CT Scan SPN nonkontras (23/04/2019)
16
Kesan :
Penebalan mukosa sinus maksilaris dextra disertai deviasi septum nasi
Sugestif mastoiditis sinistra
Swelling jaringan lunak frontomkasila dan palpebra bilateral DD/Selulitis
I.6 TATALAKSANA
I.6.1 Medikamentosa
- Pycin 4x1.5 gram IV
- Novorapid 3x6 unit
- Amlodipin 1x5 mg
- Dompridon 3x10 mg
- Omeprazol 1x20 mg
- Paracetamol 3x1000 mg
17
I.6.2 Non Medikamentosa
- GV Luka/hari
- Makan tinggi protein, seperti telur, ikan dan daging
I.6.3 Operatif
- Insisi drainage abses
I.7 PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad functionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
18
1.8 FOLLOW UP PASIEN
19
Jumat, 26 April 2019 pukul 7:00 WIB
P GV /hari + gentamicin
Aff dower catheter,
Ganti kasa basah depan pagi-sore
P GV /hari + gentamicin
P GV /hari + gentamicin
20
A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi
S Keluhan disangkal
P Terapi lanjut
P Terapi lanjut
P GV / hari + gentamicin, THT pro rawat jalan untuk acc terapi sesuai TS IPD.
Obat pulang dari THT: clindamicyn 2x30 mg , konsul 1 minggu, edukasi
pasien kompre NaCl, Kasa di rumah.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
22
bawahnya. Sinus ini bermuara pada pinggir atas meatus. Sebuah celah
melengkung, disebut hiatus semilunaris, yang terletak tepat dibawah bulla.
Ujung anterior hiatus masuk kedalam saluran berbentuk corong disebut
infundibulum. Sinus maxillaries bermuara pada meatus nasi media melalui
hiatu semilunaris. Sinus frontalis bermuara dan dilanjutkan oleh
infundibulum. Sinus ethmoidalis anterior juga bermuara pada infundibulum.
Membrane mukosa melapisi cavum nasi, kecuali vestibulum, yang
dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi. Terdapat dua jenis
membrane mucosa, yaitu : 1) mucosa olfactorius, dan 2) respiratorius.
Membrane mucosa olfactorius melapisi permukaan atas concha nasalis
superior dan ressecus sphenoithmoidalis, juga melapisi daerah septum nasi
yang berdekatan dan atap. Fungsinya adalah menerima rangsangan penghidu
dan untuk fungsi ini mukosa memiliki sel-sel penghidu khusus. Akson sel-sel
ini ( serabut n. olfactorius) berjalan melalui lubang-lubang pada lamina
cribrosa ossis ethmoidalis dan berakhir pada bulbus olfactorius. Permukaan
membrane mucosa tetap basah oleh secret kelenjar serosa yang berjumlah
banyak.
Membrane mucosa respiratorius melapisi bagian bawah cavum nasi.
Fungsinya adalah menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara
inspirasi. Proses menghangatkan terjadi oleh adanya fleksus venosus di
dalam jaringan submukosa. Proses melembabkan berasal dari banyaknya
mucus yang diproduksi oleh kelenjar- kelenjar dan sel-sel goblet. Partikel
debu yang terinspirasi akan menempel pada permukaan mukosa yang basah
dan lengket. Mukus yang tercemar ini terus menerus didorong ke belakang
oleh kerja cilia dari sel-sel silindris bercilia yang meliputi permukaan.
Sesampainya di pharynx mucus ini ditelan.
23
Gambar2: Histologi Cavum Nasi
24
spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok.
Bakteri ini merupakan mikroflora normal manusia dan biasanya terdapat pada
saluran pernafasan atas dan kulit. Infeksi S. Aureus diasosiasikan dengan
beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
dan arthritis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
memperoduksi nanah, oleh itu bakteri ini disebut piogenik, Sthaphyloccus
juga menghasilkan enzim koagulase dan enzim katalase.6
25
menyebar, maka kulit bisa menjadi sangat merah, membengkak, dan panas.
Infeksi yang mengenai pembuluh darah dikepala bisa menyebabkan
pembengkakan atau penonjolan mata, penglihatan ganda, atau penurunan
pengelihatan.6,7
26
Furunkel pada vestibulum nasi secara potensian berbahaya, kareana
infeksi dapat menyebar ke vena fasialis, vena oftalmika, lalu ke sinus
cavernosus. Hal ini dapat terjadi karena vena fasialis dan vena optalmica
tidak mempunyai katup. Oleh karena itu sebaiknya jangan memencet atau
melakukan inisi pada furunkel, kecuali jika sudah jelas terbentuk abses.
Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan.53,4
2. Selulitis
Selulitis seringkali mengenai puncak hidung dan batang hidung,
dapat terjadi sebagai akibat perluasan furunkel pada vestibulum. Pada
pemeriksaan tampak hidung bengkak, berwarna kemerahan dan dirasakan
sangat nyeri. Penyebabnya ialah kuman Streptococccus dan
Staphylococus. Terapinya adalah dengan antibiotik secara sistemik dalam
dosis tinggi.1
3. Rhinophyma
Rhinophyma adalah gangguan kulit langka yang ditandai dengan
hidung merah bergelembung yang besar. Hal ini kadang juga disebut
“hidung bulat” atau “rosacea phymatous”. Penyebab pastinya belum
diketahui. Namun kondisi ini biasanya terjadi dalam kasus rosacea yang
parah.
Rosacea adalah kondisi umum, kronis inflamasi kulit. Hal ini
menyebabkan kemerahan tidak teratur atau pembilasan wajah. Pustula
(kecil, benjolan merah dengan nanah) muncul di wajah sebagai gangguan.
Rhinophyma biasanya muncul pada tahap selanjutnya dari rosacea dan
terbentuk secara bertahap selama bertahun-tahun. Hasilnya biasa masa
besar dibagian bawah hidung. Efek fisik dari kondisi bisa ekstrim, dan
dapat menyebabkan rasa malu dan kecemasan sosial.1,2
4. Erisipelas
Erisipelas merupakan peradangan akut pada kulit yang disebabkan
oleh bakteri Streptococcus B Hemolitycus. Erisipelas lebih sering terjadi
didaerah tropis dan subtropis. Biasanya orang-orang dengan kebersihan
dan kesehatan yang kurang lebih mudah terkena erisipelas. Selain itu,
27
orang yang menderita diabetes melitus, ISPA, dan kurang gizi lebih mudah
diserang penyakit ini.
Gejala yang ditimbulkan penyakit ini biasanya disertai demam.
Mula-mula timbul luka kecil selanjutnya menjadi merah cerah, berbatas
tegas, dan nyeri jika ditekan. Apabila diraba akan terasa panas, dibagian
tengah terkadang ditemukan gelembung yang berisi cairan tempat
masuknya kuman. Erisepelas biasanya terjadi didaerah kaki, tangan dan
wajah. 3,4
28
Pasien diinstruksikan untuk tidak terlalu seing memegang atau
menggosok-gosok hidung.
29
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
31