Anda di halaman 1dari 23

JOURNAL READING

“ PREDICTORS OF HEARING RECOVERY IN PATIENTS WITH SEVERE


SUDDEN SENSORINEURAL HEARING LOSS ”
Daniel Weiss 1 * , Armin Julius Böcker 1 , Mario Koopmann 2 , Eleftherios Savvas 1 , Matthias Borowski 3 dan Claudia Rudack 1

Pembimbing :
dr. Raden Ena Sarikencana, Sp.THT-KL

Oleh :
Zenia Ladia 1710221101

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA-HIDUNG-TENGGOROK


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABTAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
BACKGROUND
(SSHL) adalah bersifat akut, sebagian estimasi insiden adalah 10-20 /
besar disfungsi unilateral telinga 100.000 / tahun
bagian dalam ditandai dengan onset
mendadak dan perkembangan Gangguan pendengaran bisa disertai
potensial untuk mejadi tuli dengan tinitus, telinga penuh dan /
seutuhnya atau vertigo

SSHL
Etiologi SSHL idiopatik. < 1/3 dari Secara klinis, menurut audiometri nada murni,
semua kasus dapat dikaitkan SSHL frekuensi rendah, tinggi, atau sedang.
atau dapat mempengaruhi semua frekuensi
dengan gangguan (pancochlear) dengan berbagai tingkat hingga
hemoroheologis atau infeksi tuli.
virus, dan mekanisme Masing-masing bentuk ini dapat mewakili
autoimunologis paofisiology dasar yang berbeda
LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
tidak ada pilihan pengobatan yang efektif untuk sebagian besar pasien SSHL
dan banyak pasien belum sepenuhnya pulih.
Inovasi yang paling penting dalam terapi SSHL dalam beberapa dekade
terakhir adalah fibrinogen apheresis dan lipoprotein densitas rendah (LDL)
dan penatalaksanaan steroid melalui rute intratimpani

Outcome SSHL, ttm bentuk idiopatik, tidak dapat diprediksi.


penelitian hubungan antara gejala atau temuan yang
menyertainya dengan tingkat perbaikan pendengaran,tetapi
sering didaptkan hasil yang berbeda

Tujuan dari penelitian retrospektif ini :


untuk lebih mengeksplorasi dampak dari parameter klinis yang mendasari
peluang dan besarnya perbaikan fungsi pendengaran pada SSHL, dan untuk
mendeteksi variabel potensial yang memprediksi outcome (prognosis)
BAHAN DAN METODE

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSKLUSI


• Pasien dgn Diagnosis SSHL dan • Pasien dgn hasil MRI/CT
dirawat oleh Dept THT-KL RS Univ abnormal yang menunjukan
Munster, Jerman antara 1999- adanya ggn fungsi pendengaran
2015 berasal dari retrokoklear
• SSHL Unilateral ≥ 60 db, • Pasien dgn hasil test serologis yg
• akut (keterlambatan awal onset abnormal
sampai mulai terapi 1-7 hari) • Pasien yg alami ggn f/
• Minimal 4 frekuensi antar 125 pendengaran non-idiopatik
dan 8000 db dibanding telinga
yang sehat
BAHAN DAN METODE
Pengukuran
Pasien & Pemeriksaan Otoneurologis
• Audiometri • Peningkatan pendengaran
– dilaksanakan dgn/tanpa penutup dicantumkan dalam db dalm 6
telinga frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz,
– Dilakukan oleh audiometris yg 2000 Hz, 3000Hz, 4000 Hz
telah bersertifikat • Menurut Kriteria Siegel, pemulihan
– kunjungan awal pasien dari unit pendengaran didefinisikan sebagai
rawan jalan besarnya keseluruhan perbaikan
• Perbaikan f/ pendengaran pendengaran setidaknya 15 dB
dihitung dgn membandigkan • Identifikasi kemungkinan patologis
ambang nada murni dari yg mendasari, dgn pemeriksaan
kunjungan awal dan investigasi – Mikroskop Teliga, MRI/CT
terakhir (8-12 mgg setelah – Px Serologis
kunjungan pertama) – Anamnesis
– Px Vestibular
BAHAN DAN METODE
Pengukuran
Dataset
mencakup beberapa klinis parameter • tinnitus (ya / tidak),
yang diselidiki berpengaruh pada • vertigo (ya / tidak),
peluang dan besarnya pemulihan • nystagmus spontan (ya / tidak),
pendengaran: • tes kalori hasil (patologis / normal),
• usia saat diagnosis (dalam tahun), • posisi nystagmus (ya / tidak),
• jenis kelamin, • penyalahgunaan nikotin (ya / tidak),
• terapi (pentoxifyllin aplikasi, • jangka waktu yang dapat
steroid dosis rendah, steroid dosis diidentifikasi secara objektif fistula
limfa (ya / tidak),
tinggi),
• gangguan f/ pendengaran
• eksplorasi tympanotomy dengan sebelumnya (ya / tidak), dan
penyegelan putaran dan ceruk
• tingkat fibrinogen (tinggi: tingkat
jendela oval (ya / tidak), fibrinogen> 300 mg / dl, normal:
kadar fibrinogen ≤ 300 mg / dl).
BAHAN DAN METODE
Pengukuran
Analisis Statistik
• Descriptive • Multivariat
– komputasi median dan rentang – Pembuatan model dilakukan
interkuartil (IQR), absolut dan dengan cara mundur pemilihan
frekuensi relatif, dan koefisien korelasi variabel berdasarkan Kriteria
Spearman cient Informasi Akaike (CIA)
• Univariat – Koefisien regresi linier diperiksa
– Uji eksak Fisher dan uji chi 2 untuk oleh tes Wald.
menilai hubungan antara dua variabel – Odds Ratios dan referensi
kategorik kepercayaan antar Vals berasal dari
– Uji Kruskal Wallis : u/ Hubungan koefisien regresi logistik.
antara kategoris dan variabel
kuantitatif
• Semua perhitungan statistik
dilakukan dengan menggunakan R
3.1.2
HASIL
Karakteristik Pasien

• Sampel pasien yg memenuhi kriteria inklusi 198


pasien
• Keterlambatan waktu mulai dari awal onset
sampai mulai terapi adalah 1-7 hari
HASIL
Karakteristik Pasien

SEX LAKI-LAKI 53.5 %


PR 46.5%
Age (7-993 thn ) Mean : 53,9 thn , SD : 18 thn
Gejala penyerta Tinitus 76.9 %
Vertigo 31.6%
Spontan nistagmus 12.8%
Nistagmus posisional 32.4%
Uji kalori Patologi 17.4%
Parese kanal komplit 5.4%

Directional prepondarance 12%


Riw ggn f/ pendengaran ipsilateral 13 %
Riw ggn f/ pendengaran kontralateral 9.1%
Konsumsi alkohol 3.4%
Konsumsi nikotin 43.8%
Peningkatankadar fibrinogen plasma 18.7%
PENERAPAN TERAPI OBAT
HASIL
PREDIKTOR ADANYA PELUANG ALAMI PERBAIKAN FUNGSI PENDENGARAN
(PADA SEMUA PASIEN)
HASIL
PREDIKTOR UNTUK BESARNYA PERBAIKAN FUNGSI PENDENGARAN (SEMUA
PASIEN)

• Gambar1. Pengaruh Parameter Klini Terhadap Besar Perbaikan F/ Pendengaran Pada 198 Pasien
HASIL
PREDIKTOR UNTUK BESARNYA PERBAIKAN FUNGSI PENDENGARAN (SEMUA
PASIEN)
6 dB lebih tinggi untuk pria
(Wald-test: p = 0,036 )

9 dB lebih tinggi untuk pasien


8 dB lebih rendah dengan terapi steroid dosis
untuk pasien tinggi (Wald-test: p = 0,076).
dengan hasil tes
kalori
patologis(Wald-
test: p = 0,039).

Gambar 2. Perbedaan Besar Perbaikan F/ Pendengaran Pada 198 Pasien, Dgn Interval Kepercayaan
95%
HASIL
PREDIKTOR BESAR PERBAIKAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PASIEN YANG ALAMI
PENYEMBUHAN ( n=69 Pasien)

• Gambar3. Pengaruh Parameter Klini Terhadap Besar Perbaikan F/ Pendengaran Pada pasien yang
alami penyembuhan P
HASIL
PREDIKTOR BESAR PERBAIKAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PASIEN YANG
ALAMI PENYEMBUHAN ( n=69 Pasien)
pasien yang mendapat terapi
steroid dosis tinggi mungkin
dapat mencapai tingkat
pemulihan pendengaran yang
lebih tinggi dibanding
pentoxifyllin saja; 13 dB lebih
tinggi (Wald-test: p = 0,083)

10 db lebih rendah pada


pasien dgn disertai vertigo
(Wald-test, p = 0,014)

12 db lebih rendah pada


pasien dgn riw. Ggn f/
pendengaran sebelumnya
(Wald-test, p = 0,023)

Gambar 4. Perbedaan Besar Perbaikan F/ Pendengaran Pada Pada pasien yang alami penyembuhan
, Dgn Interval Kepercayaan 95%
DISKUSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti prediktor negatif dan postif yang mungkin
terlibat terhadap perbaikan fungsi pendengaran pada pasien dengan SSHL berat.

kami dapat menunjukkan adanya manfaat yang jelas pada perbaikan fungsi
mendengar untuk pasien tanpa gejala subjektif dan objektif dari disfungsi vestibular
terkait hilangnya fungsi pendengaran.
DISKUSI
Terdapat berbagai perbedaan antara berbagai penelitian dan satu penelitian yang
dipersentasikan disini, yang paling penting adalah tipe hilangnya pendengaran dan
waktu dari onset hingga diagnosis hilangnya pendengaran.
Meski demikian, semua penelitian dapat dengan jelas menunjukkan adanya
hubungan negatif antara abnormalitas pada uji kalori dan perbaikan fungsi
pendengaran.

Alasan dampak negatif dari adanya hasil patologi pada uji kalori terhadap
perbaikan fungsi mendengar setelah SSHL mungkin karena penyebabnya
berbeda dari biasanya, khususnya infeksi virus atau reaktivasi virus.
Dalam hal labirinitis, agen virus mampu sebabkan kehilangan fungsi
pendengaran yang bersifat irreversible dan berat. meskipun begitu, semua
pasien, termasuk yang ada pada penelitian ini memiliki hasil uji serologi
negatif untuk HSV dan VZV. Tentu saja, hal ini tidak menyingkirkan semua
kemungkinan agen virus sebagai penyebab dari labirinitis pada pasien kami.
DISKUSI

pria memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan wanita.

Fakta bahwa wanita memiliki perbaikan fungsi mendengar yang lebih buruk tidak
dapat dikaitkan dengan pengaruh parameter lain karena hubungan yang tetap
signifikan pada analisis multivariat dan kemungkinan prediktor negatif seperti usia,
kadar plasma fibrinogen dan jumlah penyakit jantung menunjukkan tidak adanya
perbedaan pada pasien berjenis kelamin pria (data tidak ditunjukkan).
DISKUSI

hilangnya fungsi pendengaran yang terjadi seblumnya tidak memiliki


kepentingan prognostik yang relevan

Penting untuk dicatat adalah, meskipun 13% pasien kami alami ketulian berulang
namun tidak ada satupun pasien kami yang memiliki riwayat atau gejala yang
mengarah pada diagnosis meinere disease dan vestibular schwannoma yang dapat
disingkirkan diagnosisnya menggunakan MRI.

Temuan yang sama menunjukkan prognosis yang lebih buruk setelah


episode SSHL berulang yang juga dtunjukkan oleh penelitian lain. Alasan
adanya hubungan ini belum dapat diklarifikasi lebih lanjut
DISKUSI

Terapi hilangnya pendengaran/ketulian masih diperdebatkan hingga kini.


Terdapat trend yang jelas mengarah pada perbaikan outcome pasien apabila
diberikan steroid dosis tinggi, namun, tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Meskipun sebanyak 19% pasien kami memiliki peningkatan kadar fibrinogen


plasma pada saat awal penelitian namun tidak ada satupun yang
mendapatkan terapi apheresis. Angka terapetik dari fibrinogen dan aparesis
LDL pada pasien SSHL tampaknya dapat dibandingkan dengan regimen standar
menggunakan glukokortikoid. Pedoman terapi terbaru bahkan tidak
menyebutkan untuk memberikan terapi apheresis sebagai pilihan terapi
awal.
DISKUSI

Banyak dari pasien termasuk pada penelitian ini yang menjalani


timpanotomi eksplorasi dalam rangka menyingkirkan PLF. Alasan
dari tingginya angka tindakan intervensi operatif belum dapat
dijelaskan lebih lanjut meskipun dilakukan penelitian terhadap
grafik medis pasien. PLF hanya dapat dideteksi pada sekitar 7%
pasien. dibandingkan dengan kolektif, pasien yang mendapatkan
timpanotomi dan yang tidak, ternyata tidak memberikan
perbedaan yang signifikan dalam hal perbaikan fungsi
pendengaran antara kedua kelompok penelitian.
KETERBATASAN
• Pada pengevaluasian perbaikan
f/pendengaran tidak dilakukan audiometri
bicara.
• pencatatan yang tidak lengkap  tidak
mampu melakukan analisis subkelompok
terhadap perbaikan fungsi pendengaran
terkait dengan keterlambatan waktu mulai
dari onset gejala seperti yang dilakukan oleh
kelompok penelitian lainnya.
KESIMPULAN
• Adanya gejala atau kriteria objektif dari disfungsi vestibular pada pasien
dengan SSHL berkaitan dengan perbaikan fungsi mendengar yang lebih
buruk.
• Keterbatasan :
– analisis retrospektif yang beragam jumlahnya, parameter yang
berpotensi relevan dapat sebabkan datanya sebagian tidak lengkap
yang mampu memicu terbentuknya bias penelitian dan membatasi
validitas data yang ada.
• Saran :
– melakukan penelitian acak terkontrol berdesain prospektif dalam
rangka mengklarifikasi kemungkinan hubungan.
– Rekomendasi untuk tetap menerapkan regimen steroid dosis tinggi
dalam menterapi pasien SSHL.

Anda mungkin juga menyukai