Anda di halaman 1dari 28

BAB I

STATUS PASIEN

I.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. A. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 23 Oktober 1966
No. RM : 010822xx
Alamat : Pulo Gadung
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Berobat : 21 April 2019

I.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan tanggal 26 April 2019 di ruang Cempaka Atas RSUP
Persahabtan pukul 16.00 WIB. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan
aloanamnesis.

II.2.1 Keluhan Utama:


Bengkak pada hidung, pipi dan daerah sekitar mata sejak 7 hari SMRS

I.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien rawat inap bangsal Cempaka Atas RSUP Persahabatan dengan
keluhan bengkak pada hidung, pipi, dan daerah sekitar matanya sejak 7 hari
SMRS. Awalnya sebelum keluhan terjadi, pasien mengaku hidungnya sempat
terbentur tembok saat sedang bermain dengan anak tetangganya. Kemudian
setelah itu, muncul benjolan seperti jerawat pada tepi lubang hidung sebelah
kirinya. Hal tersebut membuat pasien merasa tidak nyaman, sehingga ia mencoba
untuk memecahkan jerawat tersebut dengan memencet-mencetnya menggunakan
tangan dan cotton bud. Beberapa hari kemudian pasien merasa hidungnya mulai
merah, bengkak, dan terasa nyeri. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan diberi
obat minum berupa antibiotik dan paracetamol, tetapi keluhan masih dirasakan
olehnya, dan bengkak pada hidung semakin hari semakin bertambah diikuti

1
dengan bengkak pada pipi dan mata pasien. Dan beberapa hari setelahnya, pasien
mengaku mulai keluar cairan berwarna putih kental dari luka jerawat pada hidung
dan tepi pangkal kedua hidungnya. Selain nyeri pada bagian yang bengkak, pasien
juga mengeluh nyeri kepala. Keluhan hidung tersumbat diakui oleh pasien.
Riwayat mengorek-ngorek hidung sebelumnya diakui oleh paisen. Riwayat
mencabut bulu hidung disangkal. Keluhan keluar cairan berupa ingus atau darah
dari hidung dan ingus yang mengalir ke tenggorokan disangkal oleh pasien.
Keluhan gangguan penciuman disangkal oleh pasien. Riwayat bersin-bersin >5
kali jika terpapar debu atau udara dingin disangkal oleh pasien. Keluhan Demam,
batuk, dan pilek disangkal oleh pasien. Riwayat kejang atau penurunan kesadaran
disangkal oleh pasien. Keluhan penurunan tajam penglihatan juga disangkal oleh
pasien.

I.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa seblumnya disangkal oleh pasien
- Riwayat DM : diakui oleh pasien, sejak tahun 2010 dan secara rutin
meminum obat metformin dan glibenklamid, dan menurut penuturan
pasien, kadar gula darahnya biasanya mencapi 300 mg/dl.
- Riwayat Hipertensi : Diakui oleh pasien.

I.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit serupa dikeluarga : disangkal oleh pasien
- Riwayat DM : Diakui oleh pasien
- Riwayat Hipertenssi : Disangkal oleh pasien

2
I. 3 PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekana darah : 126/90 mmHg
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 36.5 °C
Pernapasan : 20 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 20.2 kg/m2 (normoweight)

Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
pupil bulat isokor, paplpebra superior (edema (+/+)), palpebra
inferior (edema (+/+))
Telinga : Lihat status lokalis
Hidung : Edema (+), hiperemis (+), fluktuasi (+), Pus (+), Nyeri Tekan (+)
Mulut : Mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), gigi ada karies (-)
Tenggorok : Lihat status lokalis
Leher : Lihat status lokalis
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-/-), CRT < 2 detik

3
Status Lokalis Telinga Hidung Tenggorok
1. Telinga
AD AS

Normotia, hiperemis (-), Aurikula Normotia, hiperemis (-),


edema (-), helix sign (-), edema (-), helix sign (-),
tragus sign (-) tragus sign (-)

Tanda radang (-), pus (-), Preaurikula Tanda radang (-), pus (-),
nyeri tekan (-), fistula (-) nyeri tekan(-), fistula (-)

edema (-), hiperemis (-), Retroaurikula edema (-), hiperemis (-),


nyeri tekan (-), fistula (-), nyeri tekan (-), fistula (-),
tumor (-), sikatriks (-) tumor (-), sikatriks (-)

Hiperemis (-), edema (-), MAE Hiperemis (-), edema(-),


sekret (-), serumen (-), sekret(-), serumen (-),
massa (-) massa (-),

4
Refleks cahaya (-), Membran timpani Refleks cahaya (-),
intak (+), sekret (-), intak (+),
serumen (-) sekret (-), serumen (-)

+ Uji Rinne +

Tidak ada lateralisasi Uji Weber Tidak ada lateralisasi

Normal Schwabach Normal

2. Hidung

Rhinoskopi anterior
Kanan Kiri
Krusta (+), hipertrofi(+),
Lapang Vestibulum Hiperemis(+), bulging (+)
Pus (+), NT (+)
Lapang Kavum Nasi menyempit

(-) Sekret (-)


Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Edeam (+), Hiperemis
Hipertrofi (-) Konka inferior (+), struktur lain sulit
dievaluasi
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (+)
(-) Massa (-)
Sinus Paranasal
(+) Pembengkakan Wajah (+)
(+) Nyeri Tekan Dahi (+)
Nyeri Tekan
(+) (+)
Media Orbita

(+) Nyeri Tekan Pipi (+)

5
3. Tenggorokan
Nasofaring (Rhinoskopi posterior)

Sulit dinilai Konka superior Sulit dinilai


Hiperemis (-) Muara tuba Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Torus tubarius Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Fossa Rossenmuller Hiperemis (-)
- Adenoid -

Pemeriksaan Orofaring
Kanan Kiri
Mulut
Hiperemis (-) Mukosa mulut Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Palatum molle Hiperemis (-)
Karies (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)

T1 T1

Besar tonsil
- Kripta -
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis
Plika ariepiglotika
Plika ventrikularis Tidak Dilakukan
Plika vokalis
Rima glotis

6
4. Leher

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan KGB

Kanan Kiri
Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


I.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Lab Darah tgl 21 April 2019

7
8
Pemeriksaan Lab Darah tgl 22 Aril 2019

9
10
Pemeriksaan Lab Darah tgl 23 April 2019

11
Pemeriksaan Lab arah tgl 24 April 2019

12
I.4.2 Pemeriksaan Radiologi
- CT Scan SPN nonkontras (23/04/2019)

13
Kesan :
Penebalan mukosa sinus maksilaris dextra disertai deviasi septum nasi
Sugestif mastoiditis sinistra
Swelling jaringan lunak frontomkasila dan palpebra bilateral DD/Selulitis

I.5 DIAGNOSIS KERJA


- Abses dorsum nasi + Selulitis palpebra
- DM Tipe 2 on insulin
- Inbalance elektrolit
- Hipoalbuminemia

I.6 TATALAKSANA
I.6.1 Medikamentosa
- Pycin 4x1.5 gram IV
- Novorapid 3x6 unit
- Amlodipin 1x5 mg
- Dompridon 3x10 mg
- Omeprazol 1x20 mg
- Paracetamol 3x1000 mg

14
I.6.2 Non Medikamentosa
- GV Luka/hari
- Makan tinggi protein, seperti telur, ikan dan daging
I.6.3 Operatif
- Insisi drainage abses

I.7 PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad functionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam

15
1.8 FOLLOW UP PASIEN

Selasa, 23 April 2019, Pukul 6:30 WIB di Bangsal Cempaka Atas

S Pasien mengeluh nyeri pada hidung VAS 3, Penurunan pendengaran disangkal


pasien.

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang ,Compos Mentis


TTV : TD:110/80 mmgHg , N 87 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 90 %,
St. Lokalis Dorsum Nasi: edem, hiperemis, fluktuatif (+), pus (+)

A Selulitis + Abses Dorsum Nasal

P Konsul Cito Ts Mata, Ts Anestesi, Ts IPD pro Insisi Drainase Abses

Rabu , 24 April 2019, pukul 07:00 WIB di Bangsal Cempaka Atas

S Pasien mengeluh nyeri pada hidung VAS 6

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, SaO2 98 %,
St. Lokalis : edem, hiperemis, fluktuatif (+), pus (+)

A Selulitis + Abses Dorsum Nasal

P Pro Insisi Drainase Abses.


Post op : observasi keadaan umum dan tanda vital,ketorolac 3x30 mg iv
,gentamicin
Ganti verban per hari

Kamis, 25 April 2019 pukul 7:00 WIB

S Pasien mengeluh nyeri pada hidung VAS 4

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, SaO2 98 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P Post op Insisi Drainase Abses.


observasi keadaan umum dan tanda vital,ketorolac 3x30 mg iv ,gentamicin
Ganti verban per hari

16
Jumat, 26 April 2019 pukul 7:00 WIB

S Pasien mengeluh nyeri pada hidung VAS 3

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:120/80 mmgHg , N 88 x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, SaO2 98 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P GV /hari + gentamicin
Aff dower catheter,
Ganti kasa basah depan pagi-sore

Sabtu, 27 April 2019 pukul 7:00 WIB

S Pasien mengeluh nyeri bekas OP VAS 3

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:122/80 mmgHg , N 85 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 98 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+), draine handscoen(+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P GV /hari + gentamicin

Minggu, 28 April 2019 pukul 7:00 WIB

S Pasien mengeluh nyeri bekas OP VAS 3

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:120/80 mmgHg , N 88 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 99 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi Hari ke 4

P GV /hari + gentamicin

Senin, 29 April 2019 pukul 7:00 WIB

S Keluhan tidak ada

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:114/80 mmgHg , N 80 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus kiri(+), pus kanan (-), drain continue(+)

17
A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P Terapi lanjut, cek DPL ulang

Selasa , 30 Mei 2019 pukul 7:00 WIB

S Keluhan disangkal

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:120/80 mmgHg , N 85 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
St. Lokalis : lubang ulcus, pus kiri(+), pus kanan (-), drain continue(+)
Leukosit 12.650

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P Terapi lanjut

Rabu, 1 Mei 2019 pukul 07:00 WIB

S Keluhan tidak ada

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:120/78 mmgHg , N 85 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
St. Lokalis : udem berkurang , pus kiri minimal (+), pus kanan (-), tidak
terpasang drain (+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P Terapi lanjut

Kamis, 2 Mei 2019 pukul 07:00 WIB

S Keluhan tidak ada

O KU/Kesadaran : tampak sakit sedang , GCS Compos Mentis


TTV : TD:120/80 mmgHg , N 80 x/m , RR 18 x/m , T 36,6 C, SaO2 98 %,
St. Lokalis : udem berkurang , pus kiri minimal (+) 0,5 cm, pus kanan (-), tidak
ter pasang drain (+)

A Pasca insisi drainase ec abses dorsum nasi

P GV / hari + gentamicin, THT pro rawat jalan untuk acc terapi sesuai TS IPD.
Obat pulang dari THT: clindamicyn 2x30 mg , konsul 1 minggu, edukasi
pasien kompre NaCl, Kasa di rumah.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Cavum Nasi


Cavum nasi terletak dari nares didepan sampai choanae dibelakang.
Rongga ini dibagi oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap
belahan memiliki dasar, atap, dinding lateral, dan dinding medial. 4

Gambar1: Anatomi Hidung

Dasar dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina


horizontalisossis palatine, yaitu permukaan atas palatum durum. Bagian atap
sempit dan dibentuk dari belakang kedepan oleh corpus ossis sphenoidalis,
lamina cribrosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan cartilagenis nasi.
Dinding lateral ditandai dengan tiga tonjolan disebut concha nasalis superior,
media, dan inferior. Area dibawah setiap concha disebut meatus.
Recessus sphenoethmoidalis adalah daerah kecil yang terletak diatas
concha nasalis superior dan didepan corpus ossis sphenoidalis. Daerah ini
terdapat muara sinus sphenoidalis. Meatus nasi media terletak di bawah dan
lateral concha nasalis superior. Disini terdapat muara sinus ethmoidalis
posterior. Meatus nasi media terletak dibawah dan lateral concha media. Pada
dinding lateralnya terdapat prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang
disebabkan oleh penonjolan sinus ethmoidalis medii yang terletak di

19
bawahnya. Sinus ini bermuara pada pinggir atas meatus. Sebuah celah
melengkung, disebut hiatus semilunaris, yang terletak tepat dibawah bulla.
Ujung anterior hiatus masuk kedalam saluran berbentuk corong disebut
infundibulum. Sinus maxillaries bermuara pada meatus nasi media melalui
hiatu semilunaris. Sinus frontalis bermuara dan dilanjutkan oleh
infundibulum. Sinus ethmoidalis anterior juga bermuara pada infundibulum.
Membrane mukosa melapisi cavum nasi, kecuali vestibulum, yang
dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi. Terdapat dua jenis
membrane mucosa, yaitu : 1) mucosa olfactorius, dan 2) respiratorius.
Membrane mucosa olfactorius melapisi permukaan atas concha nasalis
superior dan ressecus sphenoithmoidalis, juga melapisi daerah septum nasi
yang berdekatan dan atap. Fungsinya adalah menerima rangsangan penghidu
dan untuk fungsi ini mukosa memiliki sel-sel penghidu khusus. Akson sel-sel
ini ( serabut n. olfactorius) berjalan melalui lubang-lubang pada lamina
cribrosa ossis ethmoidalis dan berakhir pada bulbus olfactorius. Permukaan
membrane mucosa tetap basah oleh secret kelenjar serosa yang berjumlah
banyak.
Membrane mucosa respiratorius melapisi bagian bawah cavum nasi.
Fungsinya adalah menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara
inspirasi. Proses menghangatkan terjadi oleh adanya fleksus venosus di
dalam jaringan submukosa. Proses melembabkan berasal dari banyaknya
mucus yang diproduksi oleh kelenjar- kelenjar dan sel-sel goblet. Partikel
debu yang terinspirasi akan menempel pada permukaan mukosa yang basah
dan lengket. Mukus yang tercemar ini terus menerus didorong ke belakang
oleh kerja cilia dari sel-sel silindris bercilia yang meliputi permukaan.
Sesampainya di pharynx mucus ini ditelan.

2.2. Histologi Vestibulum Nasi


Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fossa nasalis. Pada
vestibulum disekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrise ( bulu
hidung). Epitel didalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum
memasuki fosa nasalis.

20
Gambar2: Histologi Cavum Nasi

2.3. Definisi Vestibulitis


Vestibulitis adalah infeksi akut pada kelenjar sebaceous folikel rambut
vestibulum nasi. Biasanya terjadi karena iritasi dari sekret dari rongga hidung
(rinore) akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan hipersekresi sel goblet
dan kelenjar seromusinosa. Bisa juga akibat trauma karena dikorek- korek.
Hal ini menyebabkan terjadinya infeksi dari kuman Staphylococcus aureus.
3,6

2.4. Etiologi Vestibulitis


Vestibulitis paling sering disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersering
yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Infeksi bisa terjadi akibat
kebiasaan mengorek hidung atau menghembuskan nafas lewat hidung yang
berlebihan sehingga menimbulkan iritasi pada hidung. Memotong rambut
hidung bisa melukai kulit vestibulum nasi sehingga menyebabkan infeksi.
Pada orang-orang yang menderita rhinitis akut, sinusitis, dan rhinitis alergi
tidak jarang juga terjadi vestibulitis hidung karena trauma dari penggunaan
sapu tangan.
Organisme penyebab dari nasal vestibulitis adalah Staphylococcus
aureus. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan

21
spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok.
Bakteri ini merupakan mikroflora normal manusia dan biasanya terdapat pada
saluran pernafasan atas dan kulit. Infeksi S. Aureus diasosiasikan dengan
beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
dan arthritis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
memperoduksi nanah, oleh itu bakteri ini disebut piogenik, Sthaphyloccus
juga menghasilkan enzim koagulase dan enzim katalase.6

2.5. Patofisiologi Vestibulitis


Peradangan bisa menyebabkan pembentukan keropeng dan bila ujung
atau sayap hidung ditekan akan terasa nyeri; dan hal ini seringkali berulang.

Gambar3: Patofisiologi Vestibulitis

Vestibulitis paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi pada


sinus cavernosus dapat menyebar melalui vena pada otak. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi pada otak, dan pembekuan atau penyumbatan
pembuluh darah otak.7

2.6. Manifestasi Klinis Vestibulitis


Vestibulitis dapat berupa infeksi pada pangkal akar rambut atau
keropeng disekitar lubang hidung. Infeksi yang lebih berat dapat
menyebabkan berupa bisul. Infeksi juga dapat menyebar ke bawah kulit,
bahkan kadang kalanya sampai mengenai ke pembuluh darah otak,
menginfeksi otak, dan menyebabkan keadaan yang mengancam nyawa.
Gejala- gejala yang ditemukan antara lain adanya rasa nyeri,
kemerahan, atau benjolan pada lubang hidung bagian depan. Jika infeksi

22
menyebar, maka kulit bisa menjadi sangat merah, membengkak, dan panas.
Infeksi yang mengenai pembuluh darah dikepala bisa menyebabkan
pembengkakan atau penonjolan mata, penglihatan ganda, atau penurunan
pengelihatan.6,7

2.7. Diagnosis Vestibulitis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
hidung. Dari anamnesa biasanya didapatkan keluhan ujung hidung terasa
sakit, bengkak, bahkan demam atau malaise. Pemeriksaan fisik pada nasal
vestibulitis kadangkala dimulai dengan adanya furunkel, namun biasanya
sudah sering disentuh atau dikorek-korek sehingga terjadi celulitis. Temuan
klinis lainnya adalah oedema yang disertai kemerahan, indurasi, bintil
disekitar folikel rambut hidung, bahkan bisa juga terdapat supurasi atau
krusta. Hidung akan terlihat hiperemis, mengkilap dan oedem.

Gambar 4. Gambaran klinis Vestibulitis nasal

2.8. Diagnosis Banding Vestibulitis


1. Furunkel pada vestibulum nasi
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut atau jaringan
subkutan yang dapat terjadi pada daerah hidung, bokong, aksila, dan
badan. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
akibat iritasi, kebersihan kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang.
Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut(folikulitis),
kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.

23
Furunkel pada vestibulum nasi secara potensian berbahaya, kareana
infeksi dapat menyebar ke vena fasialis, vena oftalmika, lalu ke sinus
cavernosus. Hal ini dapat terjadi karena vena fasialis dan vena optalmica
tidak mempunyai katup. Oleh karena itu sebaiknya jangan memencet atau
melakukan inisi pada furunkel, kecuali jika sudah jelas terbentuk abses.
Antibiotik dosis tinggi harus selalu diberikan.53,4
2. Selulitis
Selulitis seringkali mengenai puncak hidung dan batang hidung,
dapat terjadi sebagai akibat perluasan furunkel pada vestibulum. Pada
pemeriksaan tampak hidung bengkak, berwarna kemerahan dan dirasakan
sangat nyeri. Penyebabnya ialah kuman Streptococccus dan
Staphylococus. Terapinya adalah dengan antibiotik secara sistemik dalam
dosis tinggi.1
3. Rhinophyma
Rhinophyma adalah gangguan kulit langka yang ditandai dengan
hidung merah bergelembung yang besar. Hal ini kadang juga disebut
“hidung bulat” atau “rosacea phymatous”. Penyebab pastinya belum
diketahui. Namun kondisi ini biasanya terjadi dalam kasus rosacea yang
parah.
Rosacea adalah kondisi umum, kronis inflamasi kulit. Hal ini
menyebabkan kemerahan tidak teratur atau pembilasan wajah. Pustula
(kecil, benjolan merah dengan nanah) muncul di wajah sebagai gangguan.
Rhinophyma biasanya muncul pada tahap selanjutnya dari rosacea dan
terbentuk secara bertahap selama bertahun-tahun. Hasilnya biasa masa
besar dibagian bawah hidung. Efek fisik dari kondisi bisa ekstrim, dan
dapat menyebabkan rasa malu dan kecemasan sosial.1,2
4. Erisipelas
Erisipelas merupakan peradangan akut pada kulit yang disebabkan
oleh bakteri Streptococcus B Hemolitycus. Erisipelas lebih sering terjadi
didaerah tropis dan subtropis. Biasanya orang-orang dengan kebersihan
dan kesehatan yang kurang lebih mudah terkena erisipelas. Selain itu,

24
orang yang menderita diabetes melitus, ISPA, dan kurang gizi lebih mudah
diserang penyakit ini.
Gejala yang ditimbulkan penyakit ini biasanya disertai demam.
Mula-mula timbul luka kecil selanjutnya menjadi merah cerah, berbatas
tegas, dan nyeri jika ditekan. Apabila diraba akan terasa panas, dibagian
tengah terkadang ditemukan gelembung yang berisi cairan tempat
masuknya kuman. Erisepelas biasanya terjadi didaerah kaki, tangan dan
wajah. 3,4

2.9. Terapi Vestibulitis


Setelah diagnosis dipastikan, orang- orang dengan vestibulitis hidung
biasanya perlu mendapatkan antibiotik, antara lain dalam bentuk salep. Jika
terdapat bisul yang besar, maka mungkin perlu dilakukan tindakan
pembedahan untuk mengeluarkan isinya
Terapinya berupa :
 Antibiotika adekuat
 Analgetik
 Anti inflamasi
 Drainase pus bila sudah ada fluktuasi (abses)
Antibiotik cream dioleskan pada vestibulum nasi selama infeksi
masih terjadi. Manipulasi pada hidung sangat dilarang. Jika terdapat
kecurigaan bahwa terjadi furunkel, antibiotik oral atau paranteral dosis
tinggi harus diberikan, jika mungkin dapat dikombinasi dengan antibiotik
lokal. Obat tersebut harus tetap diberikan walaupun gejala penyakitnya
telah hilang. 4
Vestibulum dibersihkan dan diberikan salep yang mengandung
antibiotik 2-3 kali/hari. Salap yang dapat diberikan Gentamicine Sulfate
0,1%. Dicloxacilin dapat menjadi antibiotik pilihan yang dapat diberikan
selama 7- 10 hari. 4
Obat antiinflamasi membantu mengurangi radang dan bengkak.
Kompres hangat dapat membantu mengurangi penyebaran peradangan.

25
Pasien diinstruksikan untuk tidak terlalu seing memegang atau
menggosok-gosok hidung.

2.10. Komplikasi Vestibulitis


Komplikasi bisa sangat serius. Dapat dikenal sebagai selulitis,
abses, dan trombosis dari sinus cavernosus. Kemungkinana trombosis sinus
cavernosus harus selalu dicurigai, hal ini dapat terjadi karena penyebaran
infeksi secara retrograde lewat vena. Kondisi ini menimbulkan keadaan
yang serius, yang sering diikuti dengan kebutaan atau bahkan kematian. Hal
in disebabkan karena hubungan antar vena wajah (vena facialis), vena
ophtalmika dan sinus kavernosus. Tidak seperti vena lain dari sistem
sirkulasi, vena kepala tidak mengandung katup satu arah, oleh karena itu
darah dapat mengalir menjauh dari tengkorak dan keluar dari wajah secara
inferior, atau mengalir kembali ke tengkorak untuk dikeringkan melalui
vena jugularis interna. Ini mengkhawatirkan karena infeksi apa pun dalam
"segitiga bahaya wajah," jika memasuki aliran darah, dapat masuk ke otak,
sehingga menyebarkan infeksi. Infeksi, selulitis pada segitiga ini bisa serius.
Ini dapat menyebabkan trombosis sinus kavernosa atau pembekuan darah di
daerah itu. Menghentikan aliran darah di sinus kavernosa akan memutuskan
aliran ke bagian otak lainnya. Awalnya pasien mengeluh sakit kepala, dan
nyeri sampai parestesis nervus trigeminal yang diikuti oleh neuropati nervus
kranial yang lain, menyebabkan ophthalmoplegia. Pemberian cepat
antibiotik intravena dosis tinggi dapat mengurangi hinga 10-27%.8 Drainase
abses mungkin diperlukan tetapi harus ditunda sampai pasien memiliki
perawatan antibiotik yang tepat selama 24 jam. Itu harus dilakukan dengan
tindakan pencegahan steril.

26
BAB III
KESIMPULAN

Vestibulitis merupakan infeksi akut pada kelenjar sebaceous folikel


rambut vestibulum nasi. Vestibulitis sering disebabkan oleh bakteri, kebiasaan
mengorek hidung, dan menghembuskan nafas lewat hidung yang berlebihan.
Gejala klinis yang ditemukan biasanya berupa hiperemis, hidung mengkilat
dan udem.
Terapi yang digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik dosis tinggi,
dan apabila terlambat penanganannya, maka komplikasinya akan mengenai
sinus kavernosus di otak.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.


Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 60.
2. Abdullah, Benny. Furunkulosis In : Dermatologi Pengetahuan Dasar dan
kasus di Rumah sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.
Surabaya. 2009. Hal 113-115.
3. Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
Hal 139
4. Snell, Richard. S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
EGC. Jakarta. 2006. Hal 803-804
5. SusuKolostrum. Data Penyakit Tht, Telinga, Hidung, dan Tenggorok.
http:/ /www .susu kolostrum. com/data-penyakit /penyakit-tht-telinga -
hidung-tenggorokan/ vestibulitis. html
6. F, Marvin P. Vestibulitis. Merck Manual. 2008
7. Emedicine. Vestibulitis Nasal. http:// webmedicine.ca /diagnosis/pcare-
6519.php
8. Probst R. Gravers G. Irp H. A Step By Step Guide Learning. Basic
Otolaryngology. Stugart, New York: Thiem. 2006

28

Anda mungkin juga menyukai