a. Sintesis Table
4. (Damanik, Untuk mempelajari a. Design: Penelitian ini a. Hasil utama: Berdasarkan CASP
dkk,. 2011) persepsi remaja menggunakan kombinasi Pemahaman indikator tentang kosmetik 1. Pada penelitian ini tidak
perempuan tentang penelitian survei dan penelitian berbahaya diketahui remaja melalui menjelaskan mengenai
waktu penelitian
risiko paparan kosmetik kualitatif dengan rancangan studi informasi pemberitaan di TV dan banyak
2. Pada penelitian ini tidak
berbahaya dan perilaku kasus melalui pendekatan dijual pada pedagang kaki lima. Kosmetik
menjelaskan sumber
dalam memilih dan deskriptif eksploratif tidak terdaftar (berasal dari cina dan belum dana atau konflik
menggunakannya b. Tempat & Waktu: -. Pemilihan diuji) kosmetik berbahaya dipahami kepentingan yang bisa
lokasi dan tempat survei dilakukan sebagai produk berbeda. Pendaftaran mempengaruhi
secara multistage sampling. produk dipahami sebagai formalitas izin interprestasi penelitian
3. Pada penelitian ini tidak
c. Populasi: Populasi peneitian ini edar. Remaja memastikan kosmetik itu
menjelaskan bagaimana
pertama dipilih klaster kecamatan berbahaya bila menyebabkan flek noda
etika dalam penelitian
yang memiliki jumlah sekolah hitam dan jerawat banyak, iritasi kulit
(Informed Consent,
terbanyak dari 5 kecamatan yang dianggap sebagai reaksi atau cara kerja
Anonimity,
ada menjadi 3 kecamatan yaitu: kosmetik.
Confidentialy).
Sirimau, Nusaniwe, dan Teluk Perilaku menggunakan dan memilih
Baguala Ambon. Kedua, tiap-tiap produk kosmetik dengan memperhatikan
kecamatan diambil klaster sekolah manfaat, cara pakai, kadaluarsa,
sebanyak 4 sarana sehingga kesesuaian jenis produk yang dibeli dan
diperoleh total sekolah sebanyak pengguna. Tingginya risiko terpapar
12 sarana yang terdiri dari 6 SMA kosmetik berbahaya disadari remaja putri
swasta dan SMA negeri. Pemilihan disebabkan karena beberapa faktor yaitu:
sekolah dilakukan secara langsung faktor sikap; mudah tergiur dengan harga
oleh peneliti murah dan ajakan teman, faktor perilaku;
d. Sample besar: Sample penelitian sering ganti-ganti kosmetik dan tidak teliti
ini dengan jumlah responden dalam memilih, dan faktor rendahnya
sebanyak 394 orang. Pengambilan pengetahuan.
informan FGD diambil dari hasil b. Hasil-hasil terkait masalah penelitian:
survei secara purposive sampling Remaja Putri di Kota Ambon pada
yaitu peneliti memiliki kebebasan umumnya memiliki kulit berwarna
dalam penentuan jumlah sampel kecoklatan hingga hitam. Warna kulit
sesuai dengan tujuan penelitian yang dimiliki seharusnya tidak menjadi
sehingga diperoleh total informan penghalang bagi mereka untuk tampil
FGD sebanyak 44 orang. menarik diri. Body image digambarkan
e. Inklusi & eksklusi: dengan konsep cantik yang dipahami dapat
Pemilihan sampel untuk survei memberi rasa kepuasan terhadap keadaan
yaitu dengan kriteria inklusi siswi fisik yang dimiliki dan mempengaruhi rasa
kelas 3, bersedia untuk diteliti, dan percaya diri dalam pergaulan khususnya
masih aktif sekolah. Pemilihan pertemanan dengan lawan jenis.
SMA swasta dan negeri dengan Perubahan paradigma cantik menyebabkan
jurusan IPS dan IPA dimaksudkan kebutuhan yang besar terhadap kosmetik.
untuk memperoleh variasi yang Harapan yang besar untuk menjadi seperti
maksimum dalam sampel. paradigma yang dipahami, mengakibatkan
Sampel dalam FGD diambil remaja putri lebih konsumtif terhadap
dengan kriteria inklusi yaitu: siswi kosmetik untuk merombak penampilan
kelas 3, menggunakan banyak wajah, rambut, dan tubuh.
jenis kosmetik, bersedia sebagai Masalah-masalah yang terjadi setelah
informan, dan pernah mengalami menggunakan kosmetik seperti kulit
atau sedang mengalami masalah mengelupas, kulit merah dan rasa terbakar,
pada kulit akibat menggunakan dan gatal dianggap sebagai efek samping
kosmetik kosmetik dan bukan merupakan bahaya
f. Metode pengumpulan data: iritasi kulit tersebut dipersepsikan sebagai
Pengumpulan data penelitian ini reaksi dari cara kerja kosmetik untuk
adalah deskriptif dan deskripsi membuat kulit jadi putih dan halus.
Focus Group Discription (FGD) Remaja memastikan kosmetik itu
dilakukan pada 3 kelompok siswi berbahaya baginya, bila dalam
SMU negeri dan siswi SMA penggunaan menimbulkan flek noda
swasta. Masing-masing kelompok hitam, dan jerawat yang banyak.
FGD terdiri dari 6-8 orang. Impian yang kuat dari remaja putri untuk
g. Instrument: Instrumen penelitian terlihat sempurna seperti memiliki kulit
ini adalah tiap-tiap sekolah dalam putih dan halus mempengaruhi sikap dan
satu ruangan kemudian perilaku remaja dalam memilih dan
membagikan kuesioner dan diisi menggunakan kosmetik. Faktor risiko
langsung pada waktu yang sama. lainnya yang dipersepsikan remaja putri
Pengisian kuesioner setiap sekolah adalah kurangnya pengetahuan tentang
dilakukan pada waktu berbeda kosmetik dan ketidaktahuan terhadap
sesuai dengan persetujuan waktu tindakan pencegahan, sehingga
yang ditentukan oleh pihak menyebabkan mereka berisiko tinggi
sekolah. terpapar kosmetik berbahaya.
h. Jenis analisis: Penelitian ini c. Rekomendasi penelitian:
menggunakan analisis data Disarankan untuk menggunakan
tematis. responden pria dan wanita sehingga dapat
diketahui bagaimana tanggapan remaja
pria terhadap konsep cantik, melakukan
penelitian dengan jenis penelitian
kuantitatif untuk melihat hubungan antara
persepsi tentang risiko terpapar kosmetik
berbahaya dengan perilakunya dalam
memilih dan menggunakan kosmetik,
hubungan antara status ekonomi dengan
perilaku dalam memilih dan menggunakan
kosmetik, dan hubungan antara frekuensi
penggunaan dengan masalah iritasi kulit.
5. (Sari, Siti,. Penelitian ini bertujuan a. Design: Design penelitian ini non- a. Hasil utama: Berdasarkan CASP
2012) untuk mengetahui eksperimental dengan pendekatan Tingkat pendidikan seseorang tidak 1. Pada penelitian ini
hubungan antara tingkat cross sectional menentukan perilaku pemilihan produk tidak menjelaskan
pendidikan dan status b. Tempat dan waktu: Penelitian ini pencerah kulit pada seseorang seutuhnya. sumber dana atau
pekerjaan terhadap dilaksanakan pada Februari 2010 Status pekerjaan seseorang menentukan konflik kepentingan
pemilihan produk di Desa Tamantirto, di Dusun I perilaku pemiilihan produk pencerah kulit yang bisa
pencerah kulit pada Geblakan RW 01 RT 04 di mana wanita yang bekerja lebih banyak mempengaruhi
wanita. Tegalwangi Bantul menggunakan produk pencerah kulit interprestasi penelitian
c. Populasi: Populasi penelitian ini daripada wanita yang tidak bekerja. 2. Pada penelitian ini
adalah semua wanita berusia 22-55 b. Hasil-hasil terkait masalah penelitian: tidak menjelaskan
tahun yang sudah menikah yang Tingkat pendidikan seseorang tidak bagaimana etika
ada atau menetap di dusun tersebut menentukan perilaku pemilihan produk dalam penelitian
d. Sample besar: Sampel penelitian pencerah kulit pada seseorang akibat (Informed Consent,
ini sebanyak 32 orang adanya peningkatan peran wanita dibidang Anonimity,
Variabel bebas yang digunakan sosial , maka wanita-wanitta yang berkerja Confidentialy).
adalah tingkat pendidikan dan menyadari bahwa penampilan diri sangat
status pekerjaan, sedangkan penting. Seseorang yang mendapatkan
variabel tergantung adalah informasi atau pengetahuan akan
perilaku pemilihan mempersepsikan informasi tersebut sesuai
produk/kosmetik pencerah kulit dengan predisposisi psikologinya.
e. Inklusi & eksklusi: Kriteria c. Rekomendasi penelitian:
inklusi adalah wanita yang sudah Perlu penelitian lanjut mengenai faktor-
menikah dengan usia 22-55 tahun, faktor yang mempengaruhi perilaku
sedangkan kriteria eksklusi adalah seseorang dalam menentukan pilihan
wanita yang menolak untuk terhadap produk kesehatan, terutama
berpartisipasi menjadi responden kesehatan kulit.
f. Metode pengumpulan data:
Data diambil dengan wawancara
terstruktur berdasarkan kuesioner
g. Instrument: 21 pertanyaan
terbuka dan tertutup.
h. Jenis analisa data: Data dianalisis
secara statistik dengan uji korelasi
Spearman
b. Kesimpulan tabel sintesis
Selama tahun 2018 BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal, bahan
dilarang atau bahan berbahaya. Hasil laporan PMAS (Post Marketing Alert System) yang di
laporkan oleh negara lain sebanyak 113 item kosmetik merupakan produk yang tidak
terdaftar di BPOM RI. Banyak pilihan produk kosmetik agar wanita lebih cantik salah
satunya krim pemutih wajah. Menurut (Parengkuan, dkk.,2013 dalam Erasiska, dkk.,2015)
krim pemutih adalah campuran bahan kimia atau bahan lainya dengan khasiat untuk
memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam pada kulit. Penelitian (Susanti, Silvia,. 2017)
terdapat kadar merkuri tinggi pada krim pemutih tidak bermerek 2.307,9928 ppm melebihi
ambang ketentuan BPOM >1mg/L (2014). Merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada area
tubuh khususnya wajah jika terlalu lama terpapar dapat terjadi kerusakan sel yang akan
menjadi kanker kulit (Susanti, Silvia,.2017). Usia remaja memiliki kecenderungan untuk
mencoba hal baru, seperti tingginya keinginan untuk memiliki wajah mulus, bersih, kulit
putih, efek yang cepat dan harga yang murah sering menyebabkan orang tidak
memperdulikan informasi, termasuk dalam penggunan krim pemutih wajah, remaja putri
mempersepsikan cantik harus memiliki identitas seperti model yang dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan meningkatkan citra diri yang menyebabkan remaja putri lebih konsumtif
terhadap kosmetik untuk merombak penampilan wajah (Darmanik, dkk,.2011). Remaja
menggunakan kosmetik karena adanya dorongan dalam dirinya untuk menjaga
penampilannya, adanya dorongan dari anggota keluarga atau teman yang menggunakan krim
pemutih wajah, atau terpengaruh oleh media massa yang selalu membuat tertarik, remaja
sering kali mengabaikan informasi dan salah persepsi seperti menganggap terjadinya
pengelupasan kulit atau iritasi kulit merupakan cara kerja dari kosmetik (Oktaviani,
Lilis,.2016). Pengelupasan kulit secara tidak wajar terus-menerus tanpa disertai pemberian
nutrisi yang baik bagi sel, sehingga permukaan kulit tampak putih pucat, Merkuri (Hg) masuk
melalui pori- pori kulit dan terhubung dengan pembuluh darah akhirnya dapat menyebabkan
gangguan syaraf, ginjal, serta organ tubuh lainnya (Rohaya, dkk.,2016). Hampir 50% wanita
menggunakan krim pemutih selama tiga tahun yang menyebabkan ketergantungan bila
dihentikan akan timbul jerawat, bintik merah, iritasi serta rasa gatal (Mayaserli,
Sasmita,.2016). Meskipun memiliki pengetahuan yang cukup harus didukung bagaimana
mereka merespon segala informasi yang didapatkan (Ningsih, Nurlaela,.2016). Remaja hanya
mengetahui bahan berbahaya merkuri dan hidroquinon padahal masih banyak bahan
berbahaya seperti asam retinoat, bahan pewarna, K3, K10 dan lain-lain (Lisnawati,
dkk,.2016). Tingginya perilaku konsumtif dalam pembelian produk kosmetik disebabkan
karena remaja putri mulai memandang tidak realistis dengan tidak menilai dirinya apa
adanya, tidak menghargai apa yang dimilikinya, keluarganya, dan orang lain seperti keadaan
yang sebenarnya sehingga menimbulkan perasaan tidak puas dan rasa kecewa karena impian
remaja putri untuk memiliki kulit putih dan halus mempengaruhi sikap dan perilaku remaja
dalam memilih dan menggunakan produk kosmetik (Sunastiko, dkk). Persepsi tentang
bahaya kosmetika dilatarbelakangi oleh faktor pengalaman, usia, kepribadian. Bagi wanita
mode dan trend baru yang sangat mempengaruhi penampilan dan sering menjadi perhatian
salah satunya kulit, kulit putih dan cantik, remaja memperoleh informasi tentang kosmetik
dari teman, internet, perpustakaan sekolah, iklan di TV dan lebel kemasan (Lisnawati,
dkk,.2016). Pengetahuan kosmetika dan persepsi secara simultan berpengaruh pada
keputusan pembelian produk BB cream untuk penampilan diri (Ningsih, Nurlaela,. 2016).
Faktor risiko remaja putri yaitu kurangnya pengetahuan tentang kosmetik dan ketidaktahuan
terhadap tindakan pencegahan dan karena banyaknya/ terjadi peningkatan jumlah kosmetik
berbahaya (Darmanik, dkk,.2011). Kurangnya pengetahuan tentang produk kosmetik wajah
baik dan aman menjadikan orang tetap menggunakan krim pemutih, namun tidak sedikit yang
mengetahui bahaya pemakaian krim pemutih yang mengandung merkuri justru tetap
menggunakannya untuk mempercantik diri dalam waktu yang singkat tanpa memikirkan efek
samping dan bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan (Mayaserli, Sasmita,.2016).