Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Diseminasi Surveilans Gizi


Diseminasi Data Surveilans Menurut Depkes RI (2003), diseminasi adalah suatu
kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh
informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.
Dan diseminasi data Surveilans adalah penyebar luasan informasi, yang baik harusdapat
memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah
kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program, contohnya:
1. Membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan
2. Membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan
3. Membuat suatu tulisan di majalah rutin
4. Memanfaatkan media internet

Konsep Dasar Diseminasi


Kata diseminasi berasal dari bahasa Latin, disseminates. Lalu dimasukkan ke dalam
Inggris dengan sebutan dissemination, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mendapatkan informasi, sehingga
timbul kesadaran, menerima dan akhirnya memanfaatkaninformasi tersebut. (Soleman,
2013).
Diseminasi merupakan sinonim dari kata penyebaran. Jadi, pengertian diseminasi
informasi adalah penyebaran informasi. Penyebaran informasi yang dimaksud dapat
dilakukan melalui berbagai jenis media seperti buku, majalah, surat kabar, film,
televisi, radio, musik, game dan sebagainya. Dengan kata lain, diseminasi
merupakan kegiatan penyebaran informasi ke dalam lingkungan masyarakat.
(Soleman, 2013).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2014, Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat edaran,
laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi informasi
dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah diakses.
Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugassurveilans secara aktif
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan,
dengan menyampaikan hasil analisis.
Cara Pengumpulan Data
Karena perlunya mendapatkan data yang akurat, diperlukan desain dan metode
pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber pengumpulan data,
seperti :
1. Menurut cara pengumpulannya :
a. Langsung : dengan wawancara person dengan person, pengumpulan data
berhadapan langsung dengan sumber informasi.
b. Tidak langsung : melalui telfon atau surat, jadi melalui media atau alat/cara
tertentu untuk mencapai responden.
2. Menurut sumber pengumpulannya
a. Data primer : Data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang memerlukannya
dari tangan pertama (responden) atau subjek penelitian. Seperti hasil wawancara,
pengisian kuesioner (angket), observasi dan lain-lain.

 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap
nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya
hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan
wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara
dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
 Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain
 Bisa memperoleh data yang banyak
 Bisa membaca isyarat non verbal
 Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru
 Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden
Sementara kekurangannya adalah
 Responden bias menghentikan wawancara kapanpun
 Bisa menimbulkan bias pewawancara
 Pewawancara perlu dilatih
 Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
 Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa
daerah terpisah
 Membutuhkan waktu yang lama

 Wawancara via phone


Kelebihan
 Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
 Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
 Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)
Kelemahan
 Isyarat non verbal tidak bisa dibaca
 Wawancara harus diusahakan singkat
 Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak
terdaftar pun dihilangkan dari sampel.

 Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain
yang dijadikan responden untuk dijawabnya.Meskipun terlihat mudah, teknik
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya
cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran terkait dengan
prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain
 Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.
 Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
 Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

 Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru
dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan
observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses
yang sedang diamati.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list,
buku catatan, kamera photo, dan lain lain.
Data sekunder: Data diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan data itu
sebelumnya dimana pembaca data tinggal langsung membaca atau
memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data pertama. Misalnya untuk
membaca jumlah penduduk Indonesia, datanya tidak perlu dikumpul oleh orang
per orang atau instansi tetapi langsung dapat diperoleh dan dibaca dari Biro
Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus penduduk yang diperolehnya.

Masalah Dalam Pengumpulan Data


Masalah data tidak hanya menyangkut bagaimana mendapatkan data. Data yang
diperoleh belum tentu selalu sesuai dengan keinginan pihak yang memerlukannya.
Masalah data dapat mencakup, selain masalah memperolehnya, juga membaca,
menginterpretasi dan menyebar-luaskannya. Untuk mendapatkan, membaca maupun
menginterpretasikan suatu data tidak jarang ditemukan berbagai macam kendala.
Kemungkinan kesulitan dalam menghadapi data dapat berupa
a. Tidak tersedianya atau kesulitan memperoleh data yang diinginkan
b. Ketidak-lengkapan data. Antara data yang sudah tersedia dengan informasi yang
dibutuhkan sangat sering terjadi kesennjangan. Karena itu mungkin diperlukan usaha
tambahan untuk menjajaki berbagai sumber data atau bahkan terkadang
mengharuskan pengumpulan data sendiri.
c. Ketidakserasian data yang diperoleh dari berbagai sumber. Bahkan mungkin saja
terjadi semacam kontroversi mengenai suatu data yang diperoleh dari berbagai
sumber. 
d. Kemungkinan bias/kesalahan. Diperlukan teknik pengambilan dan proses
pengambilan yang tepat untuk menghindari kemungkinan kesalahan, baik karena
keasalahan sumber atau pengambilannya.
e. Pola penyakit yang memungkinkan sulitnya mendapatkan kasus, karena banyaknya
kasus yang sebenarnya tersembunyi. Yang tampak hanya sebagian saja, yang
sebenarnya lebih banyak yang tersembunyi. Keadaan ini biasa disebut sebagai
fenomena gunung es (iceberg phenomen).
Contoh yang baik menggambarkan fenomena gunung es ini adalah yang terjadi pada
data HIV/AIDS. Jumlah kasus yang tampak, diketahui, dilaporkan dan tercatat hanya
sekitar 500.000 kasus tahun (tahun 1990-an). Padahal jumlah kasus AIDS yang tidak
terlaporkan lebih dari 1 juta. Belum lagi besarnya jumlah sebenarnya yang terinfeksi HIV
yang belum menderita AIDS, yang jumlahnya diperkirakan berlipat ganda, mencapai
lebih 10 jutaan. Penyakit dengan fenomena gunung es ini merupakan tantangan
epidemologis yang sangat sering ditemukan pada berbagai penyakit infeksi, terlebih di
kalangan penyakit tidak menular yang perlangsungannya kronik.

B. Langkah-Langkah Diseminasi Surveilans Gizi

-Diseminasi/Komunikasi Informasi

Langkah atau Cara diseminasi/penyebarluasan informasi adalah (Amiruddin, 2013) :

a)Membuat suatu laporan yang disampaikan kepada unit kesehatan pada tingkat
yang lebih tinggi.
b)Membuat suatu laporan yang disampaikan dalam seminar atau pertemuan lain

c)Membuat suatu tulisan di majalah atau jurnal rutin.

-Contoh Diseminasi

A.Diseminasi Penyakit Malaria Stakeholder yang memiliki peranan penting dalam


penanganan masalah penyakit malaria diantaranya (Permenkes no.45 tahun 2014):

1)Dinas Kesehatan

Berikut ini merupakan contoh – contoh dari peranan yang dapat dilakukan oleh
Dinas Kesehatan untuk masalah malaria :

a.Kebijakan

Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria

1)Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.

2)Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT

3)Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting


Insekticidal Net )

4)Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program

5)Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria


Desa (Posmaldes )

6)Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian vektor

7)Pelatihan petugas

8)Penemuan aktif penderita

9)Penatalaksanaan kasus dan pengobatan

10)Pengendalian vektor

11)Pos malaria desa

12)Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan


obat-obatan (ACT)

b.Program Kegiatan

Kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan :


1)Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood
Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas )

2)Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu


hamil, bayi dan balita

3)Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada tenaga
kesehatan

4)Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )

5)Sosialisasi dan Publikasi

Kegiatan untuk Dinas Kesehatan (mis. Pusat Komunikasi


Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI) dalam upaya
untuk menanggulangi masalah malaria di Indonesia dapat berupa
Sosialisasi da Publikasi. Sosialisasi dan publikasi dalam hal ini bisa
dalam bentuk media seperti poster atau web/blog, serta bisa secara
langsung terjun ke masyarakat yang bisa berupa penyuluhan –
penyuluhan (3M plus, pencegahan dan lain-lain) oleh Puskesmas
setempat.

Dinas Kesehatan merupakan penyelenggara kegiatan surveilans


terhadap penyakit malaria. Hasil kegiatan surveilans ini berupa
datakesakitan malaria akan digunakan untuk penanganan masalah
lebih lanjut. Seperti penggalakan program pemberantasan sarang
nyamuk (fogging dan program 3M Plus) terhadap masyarakat,
penyuluhan tentang bahaya malaria oleh puskesmas setempat,juga
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan.

2)Pemerintah Kota/Kabupaten

Pemerintah kota/kabupaten berwenang dalam masalah kebijakan-


kebijakan pencegahan dan penanggulangan malaria. Kebijakan ini menjadi
langkah represif untuk penanganan dan pencegahan malaria dari Pemerintah
kota/kabupaten langsung ke masyarakat. Bentuk peran lainnya adalah
pengalokasian dana untuk program pemberantasan dan pencegahan penyakit
malaria. Peranan pemerintah setempat untuk membantu menanggulangi
masalah malaria bisa berupa penyediaan sarana prasarana untuk
membantudan menunjang dari kegiatan – kegiatan maupun program –
program dalam pemberantasan malaria.

3)Dinas Pendidikan

Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dalam


pemberantasan malaria di lingkungan sekolah. Dinas pendidikan memberi
instruksi kepada sekolah-sekolah untuk membantu pelaksanaan program
pemberantasan dengan cara menjaga lingkungan sekolah dan rumah para
siswa untuk mencegah malaria. Juga menjaga diri dari gigitan nyamuk selama
kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan cara pemakaian lotion
antinyamuk.

B.Contoh Diseminasi Informasi Pada Surveilans Penyakit Tidak Menular

Contoh diseminasi informasi pada surveilans penyakit tidak menular


adalahsebagai berikut (Permenkes no.45 tahun 2014):

a.Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau
presentasi. Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawab kepada jenjang
struktural yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota,
dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi dan
Kementerian Kesehatan. Umpan balik diberikan ke unit jenjang dibawahnya,
seperti ke dinkes kabupaten/kota dan dinkes provinsi.

b.Diseminasi informasi ditujukan kepada seluruh stakeholder yang terkait,seperti


jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada
umumnya. Untuk jajaran kesehatan, khususnya dinas kesehatan informasi
akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
pengendalian PTM serta evaluasi program.

Dafus:

Achmad Rizki Azhari. 2015. Take Home Examination. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Juni 2015.

https://www.slideshare.net/afinapermatasari/diseminasi-data-surveilans-epiemiologi-
74621314

Anda mungkin juga menyukai