Teori Dan Aplikasi Pembuatan Pakan Ternak Ayam Dan Itik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

TEORI DAN APLIKASI PEMBUATAN PAKAN TERNAK AYAM DAN ITIK

Oleh : Eko Widodo


Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang
E-mail: ekowidodo_nmt@yahoo.co.id

I. PENDAHULUAN
Ternak ayam dan itik adalah sandaran hidup banyak masyarakat, khususnya di
pedesaan. Umumnya, memang kalau di pedesaan bisa dianggap sebagai tabungan, yang
setiap saat bisa dijual saat membutuhkan. Jutaan orang juga untuk kehidupan sehari-hari
tergantung pada peternakan ayam dan itik ini.
Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan ternak ayam maupun itik,
biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, sebagai salah satu dari
3 sendi usaha peternakan (bibit – pakan – manajemen), faktor pakan perlu mendapatkan
perhatian khusus. Pilihan bibit ayam atau itik yang baik, artinya dihasilkan dari induk dan
pejantan pilihan yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan bobot badan yang tinggi akan
menghasilkan keturunan yang memiliki potensi pertumbuhan yang cepat. Bibit yang baik
mesti dipelihara dengan manajemen yang baik pula sehingga tidak terjangkit penyakit, tidak
kepanasan/kedinginan dan tidak tertiup angin kencang atau dikandangkan dimalam hari
sehingga tidak dimakan predator misalnya kucing atau anjing. Bibit yang baik dengan
manajemen yang baik juga mesti didukung oleh pakan yang baik pula, agar potensi
genetiknya bisa muncul menjadi ayam yang tumbuh dengan baik. Apa jadinya kalau ayam
genetiknya baik dan dipelihara dengan manajemen yang baik tetapi tidak diberi pakan yang
baik, yang terjadi adalah pertumbuhan terganggu karena dari input zat makanan yang
terdapat dalam pakan yang diberikanlah ayam akan tumbuh. Secara teoritis, kebutuhan zat
makanan akan dipenuhi dari pakan yang diberikan akan digunakan untuk hidup pokok
(kebutuhan untuk bernapas, beraktivitas dan gerak misalnya), baru setelah terpenuhi maka
zat makanan tersebut akan dirombak menjadi daging.

II. TENTANG BAHAN PAKAN


Bahan pakan ternak adalah segala bahan yang dapat dimakan, yang bermanfaat
dan tidak berbahaya terhadap kesehatan ternak unggas. Bila beberapa bahan pakan
dicampur untuk memenuhi kebutuhan ternak maka akan menghasilkan pakan
sempurna/komplit. Sebenarnya bahan pakan ternak secara sederhana bisa digolongkan
menjadi:
1. Bahan pakan asal tumbuhan, seperti tepung daun lamtoro, daun kelor, daun gamal dsb.
2. Bahan pakan asal hewan, seperti tepung ikan, tepung teri dsb
3. Bahan tambahan lain seperti tepung kerang, tepung tulang, premik (produk campuran
vitamin, mineral, asam amino dll)
Bagian terpenting yang menjadi pertimbangan suatu bahan bisa dijadikan bahan
pakan adalah:
1. komposisi kimianya
Perlu diketahui bahwa komposisi zat makanan dalam suatu bahan pakan mungkin
bervariasi, kalau bahan tersebut asal tanaman misalnya tergantung umur panen, varitas
tanaman, pemupukan dsb. Disamping itu ada beberapa bahan pakan yang rentan untuk
dipalsukan, misalnya bekatul dipalsukan dengan gilingan sekam, tepung ikan dipalsukan
dengan hasil pembakaran tepung bulu dll. Tabulasi beberapa bahan pakan yang mungkin
dipakai dinataranya seperti dalam tabel 1 atau bisa diperoleh dari tabel NRC, atau bahkan
berbagai buku praktis.

TABEL 1. KOMPOSISI BAHAN PAKAN UNTUK UNGGAS


BAHAN PAKAN HARGA EM PK LK SK Ca P Lis Met
Rp Kkal/kg % % % % % % %
BEKATUL 1000 2860 10.2 7 3 0.04 0.16 0.71 0.27
JAGUNG KUNING 2800 3370 8.6 3.9 2 0.02 0.1 0.2 0.18
MENIR 800 3390 8.9 4 1 0.03 0.4 0 0.27
POLLARD 1800 1300 15 4 10 0.14 0.32 0.3 0.17
SORGHUM 900 3250 10 2.8 2 0.03 0.1 0.2 0.13
TEPUNG GAPLEK 300 2970 1.5 0.7 0.9 0.18 0.09 0.03 0.09
TETES (TEBU) 500 1960 3 0.1 0 0.9 0.1 0 0
BUNGKIL BIJI KAPAS 1500 2100 41 4.8 12 0.18 0.33 1.6 0.6
BUNGKIL KEDELE 4000 2240 42 0.9 6 0.29 0.65 2.9 0.65
BUNGKIL KELAPA 2100 2200 18.5 2.5 15 0.2 0.57 0.64 0.29
BUNGKIL WIJEN 2500 1910 45 5 5 2 0.3 1.3 1.4
BUNGKIL.KC. TANAH 3700 2200 42 1.9 17 0.2 0.2 1.8 0.5
T.IKAN (Herring)) 6500 2640 72 10 1 2 1.5 6.4 2
T.IKAN LOKAL 5000 2650 58 9 1 5.5 2.8 5 1.8
TEPUNG LAMTORO 1500 828 18.9 5.9 16.3 0.05 0 0 0.55
MINYAK KELAPA 8000 8600 0 100 0 0 0 0 0
TEPUNG BATU 450 0 0 0 0 40 0 0 0
DL Metionin 40000 0 0 0 0 0 0 0 90
GARAM 200 0 0 0 0 0 0 0 0
KULIT KERANG 250 0 0 0 0 37 0 0 0
L-lysin HCl 40000 0 0 0 0 0 0 80 0
PREMIX 5000 0 0 0 0 25 0 0 0

Suatu bahan pakan dikatakan berkualitas apabila zat-zat makanan yang terkandung
sesuai atau bahkan lebih tinggi dari standar, misalnya tabel di atas. Ada baiknya senantiasa
menganalisakan bahan pakan yang akan digunakan sehingga hasil formulasi bisa riil dan
lebih tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan mendatangi dinas peternakan (beberapa daerah di
Jawa Timur sudah memiliki fasilitas laboratoriumnya) atau Fakultas Peternakan terdekat.
Tentu diperlukan biaya, namun tidak semahal jika harus dianalisiskan ke lembaga swasta.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kadar air bahan pakan. Kadar air bahan
pakan yang terlalu tinggi akan merugikan peternak dalam 2 aspek, yaitu: 1. Cepat rusak
atau tidak bisa disimpan untuk waktu yang lama dan 2. Menurunkan kandungan nutrisi.
Untuk alasan cepat rusak mudah dimengerti karena bahan pakan akan cepat ditumbuhi
jamur. Alasan yang kedua tentang zat makanan mudahnya dijelaskan dalam diagram
berikut:

Air
Bahan Pakan
Bahan kering (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral)

Diagram tersebut mengilustrasikan bahwa jika kadar air dalam bahan pakan tinggi berarti
kadar bahan keringnya menurun. Padahal zat-zat makanan yang penting untuk
pertumbuhan, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral terdapat dalam
bahan kering. Oleh karena itu, peternak perlu memiliki tabel standar sebagaimana
perusahaan besar untuk mengontrol kualitas bahan pakan yang akan digunakan. Harga
bahan pakan mungkin lebih murah, tetapi kalau kadar airnya diatas 14% akan mudah
ditumbuhi jamur meski disimpan dengan baik.

2. Batasan penggunaan bahan pakan


Kenapa penggunaan bahan pakan perlu dibatasi? Alasannya adalah jika dipakai
terlalu banyak akan berpengaruh negatif terhadap ternak. Pengaruh negatif tersebut bisa
disebabkan oleh karena mengandung zat anti-nutrisi. Misalnya kedelai mentah kaya akan
anti-tripsin sehingga menghambat pencernaan protein. Oleh karena itu, perlu perlakuan
sebelum diberikan pada ternak misalnya dengan penyangraian selama 20-30 menit. Tetapi,
penyangraian tidak hanya memerlukan proses dan tenaga kerja tambahan dan tentu saja
ongkos tambahan untuk pegawai dan penyangraian. Untuk praktisnya, digunakanlah bungkil
kedelai yaitu kedelai hasil samping pembuatan minyak kedelai.
Batasan penggunaan bahan pakan juga diperlukan mengingat pakan ternak unggas
umumnya hanya membolehkan kadar serat kasar 5-7% saja. Serat kasar memang
dibutuhkan oleh ternak unggas, tetapi karena kemampuannya mencerna serat yang terbatas
khususnya untuk ternak muda maka penggunaan bahan pakan kaya akan serat kasar mesti
diatur. Tabel 2 dibawah bisa dijadikan acuan, biasanya peternak juga mendasarkan pada
pengalaman yang mungkin berbeda dengan teori karena didasarkan pada tingkat
keuntungan tertinggi.
TABEL. 2. MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN PAKAN UNTUK UNGGAS
Bahan Pakan Petelur Pedaging
Starter Grower Layer Starter Finisher
Jagung 60 60 70 60 70
Sorgum 25 40 40 25 40
Bekatul 10 15 30 10 10
Menir 40 40 40 40 40
Tepung gaplek 8 10 10 8 10
Pollard 5 15 30 15 20
Gandum 10 20 40 10 30
Lemak/minyak 5 6 7 5 7
Tetes 2 2 2 2 2
Tp. daun lamtoro 5 5 5 5 5
Kapur 5 5 5 5 5
Kulit kerang 2 3 5 1 3
Limbah udang 5 5 8 5 5
Bungkil kedele 30 30 40 30 40
Bungkil kacang 5 7.5 15 5 7.5
Bungkil kelapa 10 15 25 15 15
Bungkil biji kapas 5 5 10 2.5 5
Tepung ikan 7 8 10 7 10
Tepung bulu 2 5 5 5 5
Tepung daging 7 7 7 7 7
Tepung bekicot 3 3 3 3 3

III. TEORI PEMBUATAN PAKAN


Dalam hal pembuatan pakan ini diperlukan pertimbangan khusus diantaranya:
1. Bahan pakan apa yang akan digunakan
Untuk membuat pakan sendiri lebih sulit, terutama karena peternak umumnya
memiliki pilihan terhadap jenis bahan pakan yang dipakai terbatas. Mungkin peternak
memiliki hanya tidak lebih dari 8-10 jenis bahan pakan biasanya terdiri dari jagung, bekatul,
tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tapioka, tepung kerang, kalsium
karbinat/tepung batu, dan premik. Hal ini berbeda dengan pabrik pakan besar seperti
Phokphand atau Comfeed yang memiliki dana dan gudang yang besar mampu mengkoleksi
50 atau lebih jenis bahan pakan. Terlebih dalam pengadaan bahan pakan ternak
kontinyuitas suplai dan ketersediaannya merupakan hal yang sangat penting. Suplai bahan
pakan yang kontinyu dan bahan pakan tersebut selalu tersedia sepanjang tahun penting
agar formula pakan yang dibuat nanti tidak terlalu sering berubah, karena pada prinsipnya
ternak bisa diberikan pakan dengan kualitas yang sama tetapi tiap bahan pakan punya
spesifikasi sendiri misalnya mengandung anti-nutrisi yang menyebabkan palatabilitas/tingkat
kesukaan menurun dan berakibat konsumsi pakannya juga menurun. Padahal, konsumsi
pakan adalah langkah awal dari tercapainya produktifitas. Jika level konsumsi pakan tidak
tercapai maka akan sulit punya tercapai target pertumbuhannya.

2. Tabel zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan tersebut


Untuk bisa menyusun pakan atau membuat formula pakan diperlukan komposisi zat
makanan dari setiap bahan pakan yang mau dipakai. Komposisi tersebut untuk mudahnya
perlu disusun dalam suatu tabel kalau bisa dalam suatu program spreadsheet semacam
excel (program excel bisa digunakan untuk menyusun ransum). Pada saat mau menyusun
formula, tabel seperti tabel 1 tersebut akan sangat membantu.

3. Tabel kebutuhan zat makanan


Tabel kebutuhan zat makanan adalah spesifik dan berbeda menurut kebutuhannya
berdasarkan jenis ternak (berbeda antara ayam dan itik misalnya), jenis produksi (untuk
produksi daging atau telur) dan umur (karena pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh umur,
juga produksi telur dipengaruhi oleh umur). Penggunaan ayam buras untuk produksi daging,
atau ayam petelur jantan dan itik jantan sebagai ternak pedaging sebenarnya keluar dari
”kodrat”. Hanya peternak Indonesia saja yang melihat ini peluang, walaupun ketiga ternak
tersebut pertumbuhannya lambat dengan strategi pemberian pemberian yang tepat dan
murah keuntungan masih bisa diperoleh. Keuntungan dalam usaha peternakan adalah
orientasi peternak, jika untung maka banyak peternak lain yang ikut-ikutan memelihara
ternak tersebut. Tabel 3 berikut bisa dijadikan acuan peternak untuk membuat formulasi
pakan.

TABEL 3. KEBUTUHAN ZAT MAKANAN UNGGAS PEDAGING DAN PETELUR


Kebutuhan zat
Jenis Unggas Periode / umur makanan
EM PK LK SK Ca P Lis Met
Kkal/kg % % % % % % %
Ayam Pedaging Starter (0-3mg) 2900 22 5-8 3-5 0.9-1.1 0.7-0.9 1.1 0.5
Ayam Pedaging Finisher (3-6mg) 3100 20 5-8 3-5 0.9-1.1 0.7-0.9 1 0.38
Ayam Petelur Starter (0-8mg) 2800 19 4-6 4-5 0.9-1.1 0.6-0.8 0.85 0.3
Ayam Petelur Grower (8-22mg) 2600 16 4-6 5-6 0.9-1.1 0.6-0.8 0.6 0.25
Ayam Petelur Layer1(22-52mg) 2650 17 4-6 4-6 3.3-3.8 0.7-0.9 0.73 0.34
Ayam Petelur Layer2(>52mg) 2650 15.5 4-6 4-6 3.5-3.8 0.7-0.9 0.6 0.25
Ayam Petelur
jantan 1 hari-dipotong 2900 19 5-8 4-5 0.9-1.1 0.6-0.8 0.85 0.3
Itik (0-2mg) 2900 22 5-8 3-5 0.65 0.4 0.9 0.4
Itik (2-7mg) 3000 16 5-8 3-5 0.6 0.3 0.65 0.3
Itik Layer 2900 15 4-6 4-6 2.75 0.4 0.6 0.27
Itik jantan
pedaging Starter (0-3mg) 2800 22 5-8 3-5 0.65 0.4 0.9 0.4
Itik jantan
pedaging Finisher (3-7mg) 2900 16 5-8 3-5 0.6 0.3 0.65 0.3
Ayam Buras Starter (0-3mg) 2700 18 4-7 3-6 0.9-1.1 0.7-0.9 0.6 0.25
Ayam Buras Finisher (3-8mg) 2800 15 4-7 3-6 0.9-1.1 0.7-0.9 0.6 0.25
4. Metode penyusunan/formulasi pakan
Ada beberapa metode formulasi pakan, namun kali ini hanya akan dibahas 2 saja
yaitu metode pearson square dan trial and error. Lebih lanjut akan dibahas secara lebih detil
dalam sub-bab formulasi pakan.

5. Harga bahan pakan


Pakan jadi/komplit yang dibuat peternak akan murah jika disusun dari bahan pakan
yang berkualitas tetapi murah. Padahal fenomena umumnya adalah semakin murah harga
bahan pakan kualitasnya semakin jelek atau paling tidak dibawah standar. Tepung ikan
adalah ilustrasi yang paling mudah, biasanya harga tepung ikan ditentukan oleh kandungan
proteinnya. Misalnya setiap% protein adalah Rp 100,- maka tepung ikan yang kandungan
proteinnya 50% harganya Rp 5000,-/kg. Jika peternak ditawari dengan harga di bawah Rp
5000,-/kg perlu curiga kualitasnya.

IV. Praktek pembuatan formula pakan


Seperti telah dijelaskan bahwa hanya 2 metode yang akan diuraikan:
1. Metode pearson square/segi empat pearson, prinsipnya adalah:
a. menentukan dahulu standar pakan jadi yang ingin dibuat (hanya 1 zat makanan saja,
misalnya proteinnya 20%)
b. mencari 2 bahan pakan dengan ketentuan bahan pertama memiliki protein diatas 20%
(misalnya bungkil kedelai dengan protein 45%) dan bahan kedua dibawah 20% (misalnya
jagung dengan protein 9%)
jika diketahui ingin menyusun pakan jadi sebanyak 72 kg, maka selanjutnya buat segi empat
berikut:
Bungkil kedelai 45% 11 (selisih 9 dan 20) = 11/36 x 72 = 22 kg

20

Jagung 9% 25 (selisih 45 dan 20) = 25/36 x 72 = 50 kg


36 (jumlah antara 11 dan 25)

Dari perhitungan tersebut di atas maka bisa diperoleh formula bahwa bungkil kedelai yang
digunakan adalah 22 kg dan jagungnya 50 kg.
Perhitungan ini memang sederhana, tetapi banyak kelemahannya, yang utama
adalah hanya 1 zat makanan (misalnya dalam contoh di atas adalah protein) saja yang bisa
dihitung dengan tepat (20%).
2. Metode trial and error (coba dan salah) artinya kalau salah ya dicoba hitung lagi.
Berdasarkan alat perhitungannya maka bisa menggunakan kalkulator atau program excel.
Tentu saja dengan menggunakan excel akan jauh lebih mudah. Untuk mengingatkan,
apapun metode yang digunakan memerlukan 2 hal:
1. Tabel komposisi zat makanan dari bahan penyusun pakan, memang baru memuat
beberapa yang mungkin digunakan di Indonesia seperti terlihat dalam Tabel 1.
2. Tabel kebutuhan zat makanan untuk unggas yang bersangkutan (termasuk
harganya), untuk ayam ras memang sudah ada standarnya tetapi untuk ayam buras
dan ternak lokal lain mengacu pada label produk yang dikeluarkan oleh beberapa
perusahaan pakan atau sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.
3. Mempertimbangkan batasan penggunaannya

2.1. Prosedur penyusunan ransum dengan kalkulator


a. buatlah tabel dengan jumlah kolom sebanyak zat makanan yang ingin diketahui
dan dengan jumlah baris sebanyak jumlah bahan pakan yang ingin digunakan
sebagai berikut:
BAHAN % HARGA EM PK LK SK Ca P Lis Met
Rp/kg Kkal/kg % % % % % % %

b. sandingkan tabel komposisi dengan tabel tersebut untuk memudahkan


perhitungan.

c. mulailah memilih bahan pakan yang hendak digunakan sesuai yang ada tersedia
saat itu, lalu menghitung dengan mengalikan proporsi dibagi 100 dikalikan dengan
komposisi yang sesuai kolomnya.
BAHAN % HARGA EM PK LK SK Ca P Lis Met
Rp/kg Kkal/kg % % % % % % %
10/100 x
800=
BEKATUL 10 80 268 dst
JAGUNG 1500
KUNING 50 1500
BUNGKIL
BIJI
KAPAS dst
BUNGKIL
KEDELE
BUNGKIL
KELAPA
T.IKAN
LOKAL
TEPUNG
LAMTORO
MINYAK
KELAPA
GARAM
KULIT
KERANG
PREMIX
TOTAL 100

STANDAR 4- 3- 2.8- 0.7-


KUALITAS misalnya 2750 17 8 5 3.8 1.0 1.0 0.3

d. jumlahkan hasilnya

e. bandingkan dengan standar, kemudian evaluasi apakah sudah sesuai (matching).


Jika belum rubahlah proporsinya hingga didapat hasil yang ideal.

2.2. Prosedur penyusunan ransum dengan software Microsoft Excel


Secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pilih bahan yang akan dipakai boleh mengacu pada Tabel 1 atau yang lain,
sebaiknya menggunakan lebih dari 6 jenis bahan pakan supaya jika bahan pakan
yang satu kekurangan zat "A" mungkin bisa ditutupi oleh bahan pakan yang lain
(supplementary effect). Masukkan datanya dalam Microsoft excel. Contohnya
lihat Gambar berikut:
b. Buatlah kopi tabel kolom 1, lalu dibawahnya masukkan standar kebutuhan
zat makanannya sesuai jenis ternak yang dipelihara (dalam hal ini dipilih
ayam petelur layer), bisa mengacu pada Tabel 3. atau yang lainnya dan
cantumkan proporsinya. Setelah proporsinya ditentukan, buatlah
rumusnya misalnya seperti contoh berikut:
c. Bayangkan bahwa pakan jadi yang hendak disusun adalah dalam formula
100%. Maka total proporsi nanti harus seratus. Lihat Gambar berikut:
d. Jika proporsi sudah ditemukan, itulah sebenarnya formula pakan jadi
saudara. Jadi tinggal berapa kilogram pakan yang hendak disusun,
dikalikan dengan formula itu ketemu berapa bahan pakan yang
diperlukan. (Ternyata minyak kelapa, DL Methionin dan L Lisin tidak
diperlukan untuk menyusun pakan karena kebutuhan ternak sudah
terpenuhi dengan baik). Hasil akhir formulasi dapat dilihat dalam Gambar
berikut (fokus pada bagian yang diarsir/highlighted) dengan asumsi pakan
jadi yang ingin dibuat adalah 1000 kg atau 1 ton:
Sebenarnya kesederhanaan metode formulasi ini terletak pada penggunaan
perkalian dan penjumlahan saja, tetapi jika digunakan kalkulator akan sangat
menjemukan karena perubahan proporsi berdampak pada pengulangan perhitungan
dari awal. Oleh karena itu, perlu digunakan program software Microsoft Excel untuk
solusinya.

V. Pakan untuk penggemukan ayam dan itik


Dalam bab ini akan diberikan formula yang dipakai oleh beberapa peternak.
Sekali lagi jika ingin dicek apa sesuai kebutuhan bisa digunakan program excel,
tetapi peternak dasarnya bukan kebutuhan tetapi keuntungan.
Itik jantan diberi BR1 atau 411 selama 1 minggu pertama, kemudian pakan dirubah
menjadi campuran antara jagung 30 bagian, bekatul 20 bagian dan BR1 atau
konsentrat 411 sampai umur 7 minggu.
VI. Praktek pembuatan/pencampuran pakan
Formulasi pakan yang baik, juga harus dibuat/dicampur dengan cara yang
benar untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Yang dimaksud dengan cara
yang benar adalah proses pencampuran yang merata/homogen. Setelah berhasil
membuat formulasi, beberapa bahan pakan terpilih akan dicampur baik secara
manual atau dengan mesin. Agar pencampuran bisa berlangsung dengan baik dan
homogen/merata. Mulanya bahan pakan harus dalam kondisi yang sama,
maksudnya semua dalam ukuran yang sama atau sebaiknya digiling dan tidak ada
yang butiran dengan alat sederhana seperti dalam Gambar 1.

Gambar 1. Mesin giling butiran/grinder (kiri) dan penyiapan bahan pakan (kanan)

Kemudian bahan pakan yang akan digunakan disiapkan semua terlebih dahulu baru
setelah itu dicampur secara manual. Jika volumenya lumayan banyak diatas 50 kg
misalnya pencampuran bisa menggunakan sekop/pacul.

Gambar 2. Pencampuran secara manual (kiri) dan menggunakan pacul (kanan)


Jika telah dicampur, maka bisa langsung diberikan pada ternak dalam bentuk tepung
atau diproses lebih lanjut menjadi bentuk pellet yang secara sederhana dicetak
menggunakan gilingan untuk membuat sambel pecel/getuk lindri. Hanya jika ini
dilakukan bahan perlu dibasahi/dikukus dulu. Setelah itu perlu dilakukan proses
penjemuran atau pengeringan kembali kemudian disimpan lebih lanjut sebelum
diberikan pada ternak.

Demikian semoga tulisan ini bermanfaat.


Malang, 25 April 2010

Anda mungkin juga menyukai