Anda di halaman 1dari 44

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Popov (1978) bejana tekan berdinding tipis adalah bejana yang
memiliki dinding yang idealnya bekerja sebagai membran, yaitu tidak
terjadi lenturan dari dinding tersebut. Sebenarnya bola merupakan bentuk
bejana tekan tertutup yang paling ideal bila isinya memiliki berat yang bisa
diabaikan, tetapi pada kenyataannya pembuatan bejana tekan berbentuk bola
sangat sulit sehingga orang lebih memilih bejana tekan berbentuk silinder.
Bejana berbentuk silindris pada umumnya baik kecuali pada sambungan-
sambungan lasnya.

Untuk menghasilkan kekuatan sambungan las yang baik maka material


yang digunakan untuk merancang bejana tekan harus memenuhi persyaratan
yang tertulis dalam UG-4 sampai UG-15 (ASME – EDITION 10) dan harus
memiliki sifat mampu las yang baik (UW-5 ASME). Sedangkan bahan yang
mengalami tegangan karena tekanan harus memenuhi salah satu dari
spesifikasi yang terdapat dalam ASME Section II dan harus dibatasi pada
bahan yang diijinkan dalam Part of Subsection C (UG-4(a), ASME). Selain
itu suhu desain harus tidak kurang dari suhu rata-rata logam dari seluruh
tebalnya yang mungkin terjadi pada kondisi operasi bejana tersebut (UG-
20(a), ASME) dan tidak boleh melampaui suhu maksimum yang tertera
dalam setiap spesifikasi dan grade material untuk harga tegangan tarik ijin
maksimum yang diberikan dalam tabel Material Section II Part D(UG-23).

Bejana yang tercakup dalam Divisi of Section VIII harus didesain


berdasarkan kondisi yang paling ekstrim pada kombinasi tekanan dan suhu
bersamaan yang diperkirakan terjadi pada kondisi operasi normal (UG-21,
ASME).

4
Kegagalan retak pada bejana baja karbon bisa terjadi karena pecah ulet
atau karena penggabungan void-void mikro, retak getas (brittle fracture)
atau retak pecah, atau sobekan yang terjadi karena retak rapuh. Penurunan
temperatur, penambahan takikan, dan laju pembebanan yang tinggi akan
mendorong terjadinya retak rapuh.

Perubahan dari retak rapuh ke retak ulet tergantung pada ukuran butir
dan komposisi baja yang merupakan sifat dari material tersebut (R.L
Sindelar, dkk, 1999)

Menurut Tom Siewert, retak awal dimulai pada daerah yang memiliki
struktur mikro yang keras yang dikenal peka terhadap tegangan retak
hidrogen. Struktur mikro yang keras ini terbentuk selama pengelasan pada
saat perbaikan. (ASME - 2010 EDITION)

2.2 Dasar Teori

2.1.1 Definisi Bejana Tekan

Menurut Satrijo (2012) bejana tekan (pressure vessel) merupakan suatu


tempat atau wadah untuk menyimpan atau menampung suatu fluida, baik
berupa cairan ataupun gas. Bejana tekan sering digunakan sebagai salah satu
alat proses yang digunakan di suatu industri, khususnya pada industri kimia,
perminyakan, dan pembangkit listrik. Bejana tekan dirancang agar mampu
menampung atau menahan cairan atau gas yang memiliki temperatur
maupun tekanan yang berbeda dari keadaan lingkungan.

2.1.2 Klasifikasi Bejana Tekan

Pada umumnya bejana tekan dapat digolongkan dalam beberapa bentuk,


yaitu:

1. Bejana tekan Silinder Berbentuk Vertikal (Vertical Cylinder Vessel).

5
2.Bejana tekan Silinder Berbentuk Horizontal (Horizontal Cylindrical
Vessel).

3. Bejana tekan Berbetuk Bola (Hemispherical Vessel).

Bentuk vertikal biasanya dipergunakan pada area yang sempit sedangkan


untuk horizontal dipergunakan jika tersedia area yang cukup luas adapun
bentuk bola biasanya dipergunakan pada tempat yang memiliki fluktuasi
temperatur yang tinggi untuk mengantisipasi efek-efek perpindahan panas.

Menurut posisinya, bejana tekan dapat di klasifikasikan menjadi dua


macam posisi yaitu:

1. Posisi vertikal
Posisi vertikal (Gambar 2.1) yaitu posisi tegak lurus bejana tekan
terhadap sumbunya. Posisi ini banyak dipakai dalam instalasi anjungan
minyak lepas pantai, yang mempunyai tempat terbatas

Opening

Opening

Gambar 2.1 Bejana Vertikal

6
2. Posisi horizontal
Bejana tekan posisi horizontal banyak digunakan di ladang minyak
didataran karena memiliki kapasitas produksi yang lebih besar

Gambar 2.2 Bejana Horizontal

Berdasarkan dimensi dinding, bejana tekan dapat dibagi menjadi dua,


yaitu:

1. Bejana tekan dinding tebal, memiliki ketebalan dinding (sheel) lebih dari
𝐷
1/10 diameter sheel. = 10
𝑡

2. Bejana tekan dinding tipis, memiliki ketebalan dinding (sheel) kurang


𝐷
dari 1/10 diameter sheel. = 10
𝑡

7
Gambar 2.3 (a) Bejana tekan dinding tipis (b) Bejana tekan dinding tebal
(Sumber: Dennis R. Moss, edisi ke-3, 2004)

Perbedaan bejana tekan dinding tipis dengan dinding tebal berada pada
distribusi tegangan yang terjadi pada dinding bejana tekan tersebut, pada
bejana tekan. Menurut tekanan kerja, bejana tekan dapat di klasifikasikan
menjadi empat macam yaitu :

1. Tangki bertekanan atmosfir


Tangki bertekanan atmosfir dirancang dan dilengkapi untuk
menyimpanan fluida dengan tekanan atmosfir. Kategori ini biasanya
menggunakan tangki silinder vertical. Konfigurasi berbagai ukuran yang
disediakan dari work shop kemudian dilas dilapangan yang besar
didirikanlah tangki. Tangki di baut, dan terkadang tangki dilas
rectangular juga digunakan untuk menyimpan fluida dengan tekanan
atmosfir. ( 1 atm = 101325 Pa )

2. Bejana Bertekanan Rendah [0 sampai 17 kPa (ga)]

Tangki bertekanan rendah biasanya diaplikasikan untuk penyimpanan


lanjutan dan produk yang membutuhkan tekanan kerja disekitar tekanan
atmosfir sampai tekanan gas dari 0-17 kPa (ga). Umumnya berbentuk
silinder dengan dasar datar atau dished dan sloped atau domed roofs.
Tangki penyimpan bertekanan rendah biasanya didesain dilas. Namun,
tangki dengan menggunakan baut sering juga digunakan untuk tekanan
operasi sekitar tekanan atmosfir. Banyak tangki penyimpan berpendingin
beroperasi pada skitar 3,5 kPa (ga).

3. Bejana Bertekanan Medium [17 sampai 100 kPa (ga)]

8
Tangki bertekanan medium biasanya digunakan untuk penyimpanan
lanjutan volatilitas tinggi dan produk yang tidak dapat disimpan dalam
tangki tekanan rendah. Bentuknya dapat berbentuk silinder dengan dasar
datar atau dished dan sloped atau domed roofs. Tangki dengan tekanan
medium biasanya dibuat dengan dilas. Tangki berbentuk bola (spherical
tank) juga dapat digunakan, terutama pada tekanan atau sekitar 100 kPa
(ga).

Gambar 2.4 Bejana penyimpanan berbentuk bola (spherical)


Sumber, dokumentasi PT.Surya Besindo Sakti
4. Bejana Bertekanan Tinggi (High pressure)

Tangki bertekanan tinggi pada umumya digunakan untuk


penyimpanan atau untuk produk olahan atau komponen difraksinasi pada
tekanan diatas 100 kPa (gauge). Tangki didesain dilas dan mungkin
berbentuk silinder atau bola.

2.3 Komponen Utama Bejana Tekan

Komponen utama bejana tekan merupakan komponen yang paling


dominan dan selalu ada pada setiap bejana tekan. Komponen-komponen ini
antara lain; shell, head, nozzle,opening, support dan skirt support.

2.3.1 Shell

Shell adalah komponen yang paling utama yang berisi fluida yang
bertekanan. Pada umumnya ada dua tipe shell yang ada yaitu shell silindris
dan spherical shell. Tetapi hanya shell silindris sering digunakan dalam
desain bejana tekan.

9
Ketebalan shell dipengaruhi oleh tekanan desain. Tekanan desain
dibedakan menjadi dua yaitu tekanan desain internal dan tekanan desain
eksternal. Untuk menentukan ketebalan shell harus memperhatikan beban
yang terjadi pada shell. Arah penyambungan shell juga akan mempengaruhi
perhitungan ketebalan shell.
A. Tegangan pada shell

Berdasarkan standar ASME, ketebalan shell berdasarkan internal


pressure bisa ditentukan dengan persamaan berikut:

Gambar 2.5 tegangan pada bejana

1. Sambungan melingkar (circumferential atau hoop joint)


Untuk sambungan jenis ini ketebalan shell harus bisa menahan
tegangan yang terjadi. Tegangan yang dominan pada sambungan
memanjang adalah tegangan arah melingkar atau circumferential stress.
Besarnya ketebalan shell ditentukan dengan persamaan berikut:

𝑃𝐷
t= ……………………………………………..…………(2.1)
4𝑡

diketahui :
D = diameter shell, inchi
P = tekanan desain internal, psi (kPa)
s1 = tegangan longitudinal, psi (kPa)

10
s2 = tegangan circumferential, psi (kPa)
t = corrosion allowance, inchi

2. Sambungan memanjang (longitudinal joint)


Sambungan melingkar harus bisa menahan tegangan arah
longitudinal atau longitudinal stress. Untuk memenuhi kriteria tersebut
maka ketebalan shell dapat ditentukan dari persamaan berikut:

𝑃𝐷
t = ……………………………………………..…….... (2.2)
2𝑡

diketahui :
D = diameter shell, inchi
P = tekanan desain internal, psi (kPa)
s1 = tegangan longitudinal, psi (kPa)
s2 = tegangan circumferential, psi (kPa)
t = corrosion allowance, inchi

B. Ketebalan shell berdasarkan tekanan dalam (internal pressure design)

𝑃𝑅
t = 𝑆𝐸−0,6𝑃

atau
𝑆𝐸𝑡
P = 𝑅−0,6𝑡

diketahui :
t = tebal shell, inchi
P = tekanan desain internal, psi (kPa)

11
R = jari-jari dalam, inchi
E = efisiensi sambungan

C. Ketebalan shell berdasarkan tekanan luar (external pressure design)

Ketebalan shell untuk beberapa tipe sambungan berdasarkan external


pressure dapat ditentukan dari persamaan di bawah ini.

3. Untuk silinder dengan Do/t ≥ 10

4𝐵
Pa = 𝐷0 ………….………………………….…….………(2.3)
3( )
𝑡

atau dengan persamaan jika A dikiri grafik


untuk nilai A yang jatuh di sebelah kiri garis suhu yang berlaku, nilai
Pa dapat dihitung dengan rumus

2𝐴𝐸
Pa = 3𝐷𝑜/𝑡…………………………...……….…...….……..(2.4)

diketahui :
t = tebal shell, inchi
Pa = tekanan desain external, psi (kPa)
R = jari-jari dalam, inchi
E = efisiensi sambungan
Do = diameter luar shell, inchi

4. Silinder dengan harga Do/t < 10

Tentukan harga faktor A dan factor B dari grafik UGO-28.0 dan


UCS-28.2. Jika Do/t kurang dari 4 maka faktor A dapat ditentukan
dengan persamaan berikut

1,1
A=(𝐷𝑜/𝑡)2 …………………………………………….….(2.5)

12
Untuk harga A lebih besar dari 0,1 maka harga A yang dipakai
adalah 0,1. Kemudian untuk menentukan harga tekanan eksternal ijin
maksimum Pa bisa ditentukan dengan persamaan berikut

……….……………....…………(2.6)

…………….…………….…..…(2.7)

Diantara harga Pa1 dan Pa2 dicari harga yang paling kecil kemudian
dijadikan sebagai tekanan kerja ijin maksimum eksternal Pa,
kemudian bandingkan dengan P (tekanan desain eksternal). Apabila
Pa labih kecil dari P maka ketebalannya harus diperbesar dari harga
semula.

5. Cara menentukan harga A dan B di grafik UGO-28.0 dan UCS-28.2

Nilai B akan ditentukan dengan cara berikut :

1. Asumsi nilai untuk t ( pressure vessel handbook pages 49-51)

2.Memasukan Fig. UGO-28.0 pada nilai L/Do. Saat L/Do lebih besar
dari 50 dan pada 0,05 saat L/Do kurang dari 0,05

3. pindah secara horizontal ke garis yang mewakili Do/t. membentuk


titik
persimpangan bergerak secara vertikal untuk menentukan nilai
faktor A
4. pada nilai factor A, bergerak secara vertikal untuk menentukan
garis suhu yang berlaku
5. membentuk simpang bergerak horizontal dan membaca nilai B
menghitung maksimum preasure kerja yang diijinkan (Pa)
jika tekanan kerja maksimum yang diijinkan lebih kecil dari
tekanan desain, prosedur desain harus diulangi dengan menambah
ketebalan bejana atau menurunkan L oleh stiffening ring

13
Grafik 1 UGO -28.0

14
Grafik 2 UCS-28.2

15
2.3.2 Head

Seluruh bejana tekan harus ditutup dengan head. Head lebih banyak
berbentuk kurva dari pada pelat datar. Bentuk kurva lebih banyak memiliki
keuntungan antara lain kuat sehingga ketebalan head bisa lebih tipis, lebih
ringan walaupun agak mahal.
Berikut tipe head dan persamaan unuk menetukan ketebalanya.

A. Ketebalan head berdasarkan tekanan internal.

1. Sphere dan hemispherical head


𝑷𝑹
t = 𝟐𝑺𝑬+𝟎,𝟖𝑷……………………………………………..…..(2.8)

2. Ellipsoidal head
𝑷𝑫
t = 𝟐𝑺𝑬+𝟏,𝟖𝑷…………………………………..………….….(2.9)

3. Cone dan conical head


𝑷𝑫
t = 𝟐𝒄𝒐𝒔⁡(𝒂)+(𝑺𝑬+𝟎,𝟒𝑷)………………………………………..(2.10)

4. ASME flanged and dished head

Jika perbandingan L/r = 50/3


0,885𝑃𝐿
t = 𝑆𝐸+0,8⁡𝑃………………………………………………..…(2.11)

Jika perbandingan L/r kurang dari 50/3


𝑃𝐿𝑀
t = 2𝑆𝐸+⁡𝑃(𝑀−0,2)…………………………………………….(2.12)

5. Circular flat head


t = d √0,13𝑃/𝑆𝐸 atau t = dx√𝐶𝑃/𝑆𝐸………………….…..(2.13)

A. Ketebalan Head Berdasarkan Tekanan Eksternal

1. Sphere dan hemispherical head

Prosedur untuk menentukan ketebalan head.

- asumsikan ketebalan head kemudian hitung harga A.

16
- Masukan harga A pada grafik material Fig G ASME

- Dari grafik tersebut akan ditemukan harga B kemudian


subtitusikan ke persamaan berikut.
𝐵
Pa = 𝑅𝑎/𝑡………………………………………………..…..(2.14)

Jika Pa perhitungan di atas lebih besar dari tekanan desain


maka ketebalan yang diasumsikan aman digunakan, tetapi
jika Pa lebih kecil dari tekanan desain maka ketebalan yang
diasumsikan harus diperbesar dan prosedur diulangi lagi.
2. Ellipsoidal head

Penentuan ketebalan ellipsoidal head sama dengan prosedur


diatas tetapi R0 = k1xDo, dimana k1 = 0.9 (Tabel UG-37
ASME)
a) ASME flanged and dished head

Prosedur untuk menentukan ketebalan head sama hanya


harga Ro adalah sama dengan Do.
b) Cone and conical section

Prosedur untuk menentukan ketebalan head pada prinsipnya


sama tetapi untuk head tipe ini menggunakan tabel UGO-28
ASME dengan harga Pa dibawah ini.
4𝐵
Pa = 3(𝐷𝑡/𝑡𝑜 dimana te=tcos………………………………….(2.15)

2.3.3 Nozzle/Opening

Nozel adalah komponen silinder yang berupa lubang yang menembus


shell atau head dari bejana tekan. Nozel memiliki beberapa fungsi.

1. Merekatkan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari


atau ke bejana tekan.
2. Sebagai tempat untuk sambungan instrumen, seperti level gauges,

17
thermowells

atau pressure gauges.

3. Sebagai tempat masuk orang untuk mempermudah perawatan.

4. Sebagai tempat untuk akses langsung ke peralatan lain misalnya heat

Gambar 2.6 Opening tanpa reinforcements

Keterangan gambar.

tn = tebal dinding leher nozel tanpa korosi ijin,

t = tebal shell tanpa korosi ijin, in


a = ukuran lasan minimal, in

= harga terkecil dari t atau tn atau 0,375 in


Ketebalan dinding shell yang dibutuhkan (tr)
𝑃𝑅
tr = 𝑆𝐸−0,6𝑃………………………………………………..(2.16)

Ketebalan dinding nozel yang diperlukan (trn)

𝑃𝑅𝑛
trn = 𝑆𝐸−0,6𝑃………………………………………………(2.17)

dimanaP = tekanan desain, psi

18
R = diameter dalam vessel, in

Rn = diameter dalam nozel,in


S = tegangan ijin maskimum, psi
E = efisiensi sambungan las

Gambar. 2.7 Reinforcements opening

Keterangan gambar.

Dp = diameter luar elemen reinforcements, in

d = diameter akhir opening, in


Rn = jari jari dalam nozel, in
t = tebal dinding shell,in
te = tebal pelat reinforcements, in

tr = tebal dinding shell yang diperlukan,


in tn = tebal dinding nozel, in
trn = tebal dinding nozel yang diperlukan, in
Luas total reinforcements yang diperlukan dibawah tekanan
dalam tidak boleh kurang dari A.

A  dtr F  2tntr F 1  f r1 ..................................................(2.18)

19
dimana F = factor koreksi,1

fr1 = 1
sedangkan luas total reinforcements berdasarkan tekanan luar hanya
50% dari luas reinforcements dibawah tekanan dalam dengan tr
adalah ketebalan dinding yang diperlukan berdasarkan perhitungan
tekanan luar.

1. Nozzle Outlet
Fungsi nozzle outlet adalah saluran keluar fluida dari bejana
tekan ke pipa pemakaian. Nozzle outlet terdiri dari flensa dan pipa.
Untuk pemilihan material nozzle outlet yang digunakan adalah jenis
carbon steel sesuai dengan standar ANSI/ASME B16.5 dan sesuai
dengan rating, temperatur dan tekanan yang direncanakan.
2. Nozzle Pressure Indicator
Fungsi pressure indicator adalah untuk menunjuk/mengontrol
tekanan yang terdapat didalam bejana tekan melalui jarum penunjuk
tekanan. Untuk pemilihan material nozzle pressure indicator yang
digunakan adalah jenis carbon steel sesuai dengan standar
ANSI/ASME B16.5 sesuai dengan rating, temperatur dan tekanan
yang direncanakan.
3. Nozzle Spare
Nozzle Spare adalah nozzle cadangan. Untuk pemilihan material
nozzle spare yang digunakan adalah jenis carbon steel sesuai
dengan standar ANSI/ASME B16.5 dan sesuai dengan rating,
temperatur dan tekanan yang direncanakan.

4. Flensa (Flange)
Flensa digunakan untuk menyambung pipa dan pipa, atau
antara pipa dengan nozzle pada peralatan proses (equipment) yang
mudah dilepas. Kata flensa berarti sisi yang menonjol, bisa juga
dikatakan atau bibir yang dapat diikat dengan baut. Maksudnya
adalah agar potongan pipa yang satu dapat disambung dengan

20
potongan pipa yang lain dan sewaktu-waktu dapat dilepas. Flensa
memiliki beberapa bentuk dan fungsi yang berbeda dengan
karakteristik khas, yaitu :
1. Flensa Buta (Blind Flange), yakni flensa yang tidak berlubang
pipa, yang berfungsi untuk menutup aliran atau tekanan media
dalam pipa. Flensa diikat dengan baut untuk merapatkan
sambungan. Flensa ini bermuka menonjol (raised face) unutuk
pemasangan gasket.

Gambar 2.8 Blind flange


Sumber, Eugene F. Megyesy. PRESSURE VESSEL
HANDBOOK Elevent Edition, PRESSURE VESSEL
PUBLISING.
2. Slip on Flange, fungsinya untuk menyambung pipa
bertekanan, dimana dalam penggunaannya pipa disusupkan
kedalam lubang flensa.
3. Flensa Berulir (Thread Flange), bentuknya mirip slip on
flange hanya cara memasang pipa kedalamnya menggunakan
ulir. perbedaannya adalah memiliki (thread internal) ulir
dalam. Flange jenis ini biasanya digunakan untuk tekanan
rendah dan tidak digunakan untuk temperatur atau stres yang
sangat tinggi.

2.3.4 Support

Komponen ini berfungsi untuk menahan bejana tekan agar tidak


berpindah atau bergeser. Penyangga ini harus bisa menahan beban baik

21
berupa beban berat bejana ataupun beban dari luar seperti angin dan
gempa bumi. Perancangan penyangga tidak seperti desain bejana tekan
karena penyangga tidak mempunyai tekanan.

1. Saddle Support
Tabung horizontal biasanya disangga dengan saddle supports
pada dua tempat. Struktur seperti ini akan menyebarkan berat
bejana sehingga akan menghindari terjadinya tegangan lokal pada
shell pada titik sangga. Dimensi penyangga tergantung pada
ukuran dan kondisi desain dari bejana tekan.

Gambar 2.9 Saddle Suport

2. Leg Supports
Bejana tekan vertikal kecil biasanya menggunakan penyangga
tipe leg support. Perbandingan maksimum antara panjang leg
dengan diameter bejana tekan biasanya 2:1. Banyaknya leg yang
dibutuhkan tergantung pada ukuran bejana tekan dan besarnya
beban yang diterima.

22
Gambar 2.10 Leg support

3. Lug Supports

Lug support adalah penyangga yang penyambunganya


langsungh dilas di shell. Jenis penyangga seperti bisa juga
digunakan pada bejana tekan vertikal. Lug support bisa digunakan
pada bejana tekan dari ukuran kecil sampai medium (diameter 1
sampai 10 ft) dan bejana tekan dengan perbandingan tinggi dan
diameter antara 2:1 sampai 5:1.

Gambar 2.11 Lug Support

4. Skirt Supports

23
Bejana tekan silindris vertikal biasanya menggunakan
penyangga tipe skirt support. Penyangga skirt adalah
perpanjangan shell yang dilas lebih rendah dari shell pada
bejana tekan vertikal silindris. Sedangkan skirt untuk bejana
tekan tipe spherical dilas didekat garis tengah bejana.

Gambar 2.12 Skirt support

Ketebalan skirt dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada


skirt pada saat vessel beroperasi maupun pada saat
pengujian hidrostatik. Beban yang bekerja pada skirt
adalah berat total bejana dan momen. Berikut persamaan
untuk menentukan ketebalan skirt.

24
12𝑀𝑡 𝑊
tr = (𝑹)2πSE ………………………………….(2.19)
πDSE

dimana
MT = momen pada sambungan skirt dengan vessel, lb.ft
W = berat total bejana, lb
R = jari-jari luar lingkaran skirt, in
D = diameter luar lingkaran skirt, in
S = tegangan ijin maksimum material skirt, psi
E = efisiensi sambungan las (0,6 untuk sambungan butt weld)

2.3.5 Kelengkapan Bejana Tekan (Acessories)


Selain komponen utama yang merupakan komponen inti dari bejana
tekan, terdapat beberapa komponen tambahan atau aksesoris, yang
merupakan komponen pendukung bejana tekan. Komponen tambahan ini
tidak mempengaruhi fungsi operasi bejana tekan tersebut dan lebih bersifat
sebagai pelengkap ataupun sebagai pengaman. Sehingga penggunaannya
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan

kondisi kerja bejana tekan tersebut. Beberapa yang termasuk


kategori komponen asesoris, diantaranya adalah :
1. Pelat Pengangkat (Lifting Lug)
2. Penyangga (Support / Saddle)
3. Ring penguat (Stiffening Ring)
4. Jaket (Jacket)

1. Pelat Pengangkat (Lifting Lug)


Pelat pengangkat (Lifting Lug) Dirancang agar dapat
menahan beban bejana tekan pada saat proses instalasi.
Posisi Lifting lug dihitung berdasarkan titik keseimbangan
bejana. Contoh penempatan Lifting lug diilustrasikan pada
gambar 2.12.

25
Gambar 2.13 Beberapa bentuk dan lokasi
Pelat pengangkat (lifting lug) pada bejana
tekan

2. Ring Penguat (Stiffening Ring)

Ring penguat (Stiffening Ring) ditambahkan pada


bejana jika tekanan kerja yang terjadi sangat tinggi,
sehingga dibutuhkan penguat dinding bejana. Selain itu
penambahan ring penguat ini akan menambah usia pakai
dari bejana tekan itu sendiri. Gambar 2.14 memberikan
gambaran bejana tekan yang

menggunakan ring penguat dengan bejana tekan yang tidak


menggunakan ring penguat.

26
Gambar 2.13 Bejana Tekan tanpa dilengkapi
dengan Steffening Ring (1) dan
Bejana Tekan yang dilengkapi
dengan Stiffening Ring (2)

3. Jaket (Jacket)
Saat beroperasi dengan tekanan yang tinggi, suhu fluida
yang diproses didalam bejana tekan akan meningkat. Pada
beberapa kasus, suhu yang dihasilkan akan menjadi sangat
tinggi dan akan mempengaruhi suhu lingkungan
dimana bejana tekan tersebut beroperasi. Keadaan ini
sangat berbahaya bagi mahluk hidup yang ada dilingkungan
sekitar bejana tekan.
Oleh karena itu, untuk meminimalisasi dampak negatif
dari peningkatan suhu yang terjadi, diperlukan suatu
komponen tambahan yang dapat menahan panas dari bejana
tekan agar panas yang dilepaskan kelingkungan tidak
berbahaya bagi lingkungannya. Komponen yang berfungsi
sebagai isolator panas ini dinamakan Jaket (Jacket). Jaket
(Jacket) berfungsi untuk melindungi lingkungan kerja dan
pekerja dari panas berlebihan yang diterima bejana tekan
pada saat proses berjalan ataupun panas yang dihasilkan
oleh fluida. Penggunaan Jaket pada bejana tekan ditunjukan

27
pada gambar 2.14

Gambar 2.14 Bejana Tekan dengan Jacket pelindung panas

2.4 Tegangan Internal Pada Bejana Tekan


Ketika silinder tipis diberikan tekanan internal, ada tiga tegangan
principal yang saling tegak lurus yaitu, tegangan tekanan-melingkar
(hoop), tegangan longitudinal, dan tegangan radial yang bereaksi di dalam
Jika rasio ketebalan t dan diameter dalam dari dt silinder kurang dari 1:20,
teori membran dapat dipakai dan dapat diasumsikan bahwa hoop dan
tegangan longitudinal adalah konstan pada ketebalan dinding. Besarnya
tegangan radial sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Hal ini harus
dipahami bahwa pendekatan yang disederhanakan ini dapat digunakan
secara luas untuk desain bejana tekan silinder dinding tipis. Namun, dalam
kenyataannya, tegangan radial bervariasi mulai dari nol pada permukaan
luar dengan nilai yang sama dengan tekanan internal di permukaan dalam,
dimana ujung silinder diasumsikan tertutup. Tegangan hoop diatur agar
dapat mengimbangi efek pecah dari tekanan yang diaplikasikan pada
bejana dan dengan mengambil keseimbangan, setengah dari bejana
silinder,

1. Tegangan Longitudinal / longitudinal stress

28
Tegangan longitudinal adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan
pipa, ia pararel dengan arah pipa. dapat di samakan pula dengan arah
aksialnya, tapi perlu di bedakan Antara beban dengan tegangan seperti
yang saya sebutkan di atas

Di
Ap1

l
P

Gambar 2.15 Tegangan Longitudinal

Kesetimbangan gaya dalam arah aksial dirumuskan sebagai tegangan


longitudinal

𝑃𝑖𝑥𝑑𝑖
𝜎𝑙 = …………………………………………………….(2.20)
4𝑡

atau

𝑃𝑖𝑥𝑟𝑖
𝜎𝑙 = …………………………………………………….(2.21)
𝑡

2. Circumferintal stress atau hoop stress


Tegangan circumferintal atau sebagian menyebutnya juga dengan hoop,
yaitu tegangan yang arahnya tangensial terhadap area potong pipa.
maksudnya seperti ini, kalau keadaan yang lebih buruk maka
circumferintal ini akan membelah pipa menjadi dua bagian. Gaya yang
membelah pipa itulah gaya cerkumferintal, kalau kita lihat las lasan pipa,
disitulah kira kira gaya hoop stress yang akan terjadi.
Circumferintal stress kadang dikenal dengan tangensial stress, jadi gaya
dengan arah ini memiliki tiga nama yaitu circumferintal stress, hoop stress
dan tangesial

29
Gambar 2.16 Tegangan Hoop atau Circumferintal stress

𝑃𝑖𝑥𝑑𝑖
𝜎𝑙 = ……………………………………………..(2.22)
2𝑡

Keterangan :

p Tekanan
= dalam perancangan ( internal design pressure ), psi

D = Diameter dinding bejana ( shell ), in

S1 = Longitudinal stress, psi

S2 = Circumferential (hoop) stress, psi

ta = Ketebalan dinding shell, corrosion allowance termasuk, in

3. Radial stress

Radial stress adalah tegangan yang arahnya menyebar ke semua


penjuru pipa (melingkari dinding pipa). jadi tegangan ini melingkar,
mengenai seluruh dinding si pipa. kadang memang membingungkan kalau
di bandingkan dengan hoop stress pada awalnya, tapi jelas berbeda ko dua
istilah ini.
Jadi ketika pipa itu di aliri fluida di dalamnya, ia menjadi bertekanan.
Tekanan itu akan menyebar ke segala arah. Ke arah lurusnya pipa, ia akan
menghasilkan tegangan longitudinal nantinya. Ke arah menyebar ke

30
dinding pipa, ia akan menghasilkan radial stress. Dari tekanan menyebar
ini, karena pipa hanya sebuah plat yang dibuat melingkar dan di las
(kadang ada yang tidak mengunakan pengelasan) maka akan timbul gaya
hoop stress, yang bisa membelah pipa menjadi dua bagian (secara extream
nya).Besarnya tegangan radial ini, sama dengan pressure yang bekerja
didalam fluidanya Cuma arahnya saja negative karena sifatnya menahan.

2.5 Beban yang Bekerja pada Bejana Tekan


Bejana tekan dikenai bermacam-macam pembebanan yang berbeda-
beda pada setiap komponennya. Kategori dan intensitas gaya-gaya ini
menjadi fungsi dari pembebanan alami dan geometri serta kontruksi dari
komponen bejana.

2.5.1 Tekanan Desain


Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan untuk menentukan
ketebalan shell minimum yang diperlukan bejana. Tekanan desain
besarnya diatas tekanan operasi (10% dari tekanan operasi atau
minimum10 psi) ditambah dengan besarnya static head dari fluida kerja.
Tekanan desain minimum untuk bejana Code nonvacuum adalah 15 psi.
Untuk tekanan desain yang lebih kecil Code tidak berlaku.
Bejana dengan tekanan operasi terukur harganya negatif umumnya
didesain untuk bejana vakum.
Tekanan Kerja Ijin Maksimum (Maximum Allowable Working
Pressure) didefinisikan sebagai tekanan maksimum yang terukur yang
diijinkan yang diukur pada bagian paling atas dari bejana pada kondisi
operasi dan pada tekanan desain. Definisi ini berdasarkan asumsi sebagai
berikut:
2. Pada kondisi korosi
3. Masih di bawah pengaruh temperatur desain
4. Pada kondisi operasi normal
5. Di bawah pengaruh pembebanan lain

31
Tekanan yang dialami bejana bisa dikategorikan menjadi dua jenis
yaitu tekan dalam (internal pressure) dan tekanan luar (external pressure).
Tekanan dalam pada bejana berasal dari fluida yang dikandung oleh bejana
itu sendiri, biasanya adalah bejana yang memiliki tekanan kerja lebih besar
dari tekanan atmosfir. Sedangkan tekanan luar adalah tekanan untuk
bejana vakum.

Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan dalam


merancang bejana tekan. Tekanan fluida atau kandungan lain di
dalam bejana tekan harus diperhatikan.

Tekanan desain dirumuskan sebagai berikut.


Pd = po + a + Phs ………………………………..…………..(2.25)
atau
Phs = p x g x z ………………………………………..………(2.24)

Keterangan:

Pd = Tekanan Desain [psi]

Po = Tekanan Operasi [psi]


a = Margin [maks (0,1 . Po atau 10 psi)]

Phs =Tekanan Hidrostatik (Tekanan yang timbul


akibat fluida cair di dalam bejana tekan)
[psi]

= Densitas Fluida (Air) [kg/m3]

g = Percepatan gravitasi bumi [m/s2]

z = Tinggi Bejana Tekan [in]

2.5.2 Bobot Mati Bejana (Dead Load)

Dead load adalah beban yang berupa berat bejana itu sendiri dan
elemen- elemen lain yang terpasang secara permanen pada bejana.

32
Berat bejana bias digolongkan menjadi 3, yaituBobot kosong

1. Adalah berat bejana tanpa insulasi luar, fireproofing, panel-


panel operasi, atau struktur luar dan perpipaan. Pada dasarnya
ini adalah berat bejana yang hanya terdiri dari shell dan head.
2. Bobot operasi

3. Adalah berat bejana pada kondisi terpasang dan beroperasi


penuh. Ini adalah berat bejana dengan tambahan insulasi
internal maupun eksternal, fireproofing, segala elemen
internal, opening yang menghubungkan system perpipaan,
semua struktur yang diperlukan pada system bejana , dan
peralatan yang lain (heat exchangers).
4. Shop test dead load

5. Berat bejana yang hanya terdiri dari shell saja setelah proses
pengelasan selesai dan diisi dengan fluida tester (air).

2.5.3 Beban Angin

Angin yang dimaksud adalah angin dengan aliran yang turbulen


dipermukaan bumi dengan kecepatan yang bervariasi. Angin disini
juga diasumsikan sebagai angin yang mempengaruhi kecepatan
rata-rata terentu pada fluktuasi aliran turbulen tiga dimensi lokal.
Arah aliran biasanya horizontal meskipun bisa saja menjadi
vertikal ketika melewati permukaan yang berintangan.
Kecepatan angin diukur berdasarkan ketinggian standar
30 ft. Tekanan angin dirumuskan sebagai

Pw= 0,0025xVw2 .................................................................(2.25)

dimana Pw = Tekanan angin, psf

Vw = Kecepatan angin, mph

Akibat tekanan angin ini maka terjadi geseran dan momen.

33
Tegangan geser akibat beban angin dirumuskan sebagai
berikut.
V  Pw DH ..................................................................................(2.26)

dan momen terbesar di dasar bejana akibat beban angin adalah

M  Pw DHh ..............................................................................(2.27)

sedangkan momen pada ketinggian hT

MT  M  hT V  0,5Pw DhT .................................................(2.28)

dimana

V = tegangan geser akibat


beban angin, lb
D = diameter luar bejana, ft

H = panjang vessel, ft

hT = jarak antara dasar bejana dengan sambungan


skirt, ft h = H/2

2.5.4 Beban karena Gempa

Kekuatan seismik pada bejana berasal dari pergerakan


getaran yang tidak teratur secara tiba-tiba di dalam tanah
tempat bejana berada dan bejana terpengaruh oleh gerakan
tersebut. Faktor utama yang merusakan struktur bejana
akibat getaran adalah intensitas dan durasi gempa yang
terjadi. Gaya dan tegangan yang terjadi selama gempa paada
struktur adalah transien, tegangan dinamik alami, dan
tegangan kompleks.
Untuk menyederhanakan prosedur desain komponen
vertikal pergerakan gempa biasanya diabaikan dengan
asumsi pada arah vertikal struktur memiliki kekuatan yang
cukup untuk menahan pergerakan gempa.

34
Gaya aksi akibat gempa arah horizontal pada bejana
direduksi dalam gaya statik equivalen. Hal yang terpenting
untuk mengatasi kekuatan gempa pada sebuah struktur
adalah struktur yang paling beresiko mengalami kegagalan
terhadap pengaruh seismik gempa harus didesain untuk bisa
menahan gaya geser horizontal minimum yang diterima pada
bagian dasar bejana pada segala arah.
Tegangan yang terjadi pada bejana tekan vertikal akibat
beban seismik adalah tegangan geser di dasar bejana dan
momen. Tegangan geser dasar adalah tegangan geser total
akibat beban seismik pada dasar bejana. Tegangan geser V
untuk bejana dengan silinder shell yang kaku bisa
dirumuskan sebagai berikut

V=ZIKCSW.................................................................................(2.29)

dimana:

Z = faktor seismik
I = koefisien occupancy importance
K= faktor gaya horizontal
C= koefisien numeris
S = koefisien numeris untuk struktur yang beresonsi
Pf = Massa jenis fluida
Wkonstruksi = (IS x L) + (2 x head)
W= berat total bejana = Wkostruksi +6%+Berat isi
Harga koefisien numeris bisa ditentukan dengan persamaan berikut
1
C= 15√𝑇 ………………………………….…………………(2.30)

Harga C tidak boleh lebih dari 0.12.

35
Nilai S bisa ditentukan dengan persamaan di bawah ini S=1.5 jika
T≤2.5
S=1.2+0.24T-0.48T2 jika T>2.5
Sedangkan harga T bisa dicari dengan menggunakan persamaan
berikut

𝐻 𝑤𝐷
T=0.0000265( )2√ ………………………………………(2.31)
𝐷 𝑡

dimana:

H = panjang bejana termasuk skirt,


ft

D = diameter luar bejana, ft


w = berat persatuan panjang, lb

t = tebal vessel yang (dibutuhkan sudah termasuk factor


korosi), in
Sedangkan momen yang terjadi akibat gempa dirumuskan sebagai
berikut.

M  Ft H  V  Ft 2H / 3......................................................(2.32)

dimana Ft = 0,7TV atau Ft = 0 untuk T ≤ 0,7

2.6 Maximum Allowable Working Pressure (MAWP)

Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) adalah tekanan


kerja maksimal yang diijinkan oleh suatu bejana tekan, MAWP bejana
tekan merupakan tekana maksimum internal atau eksternal, yang
dikombinasikan dengan beban- beban yang mungkin akan terjadi dan
tidak termasuk faktor korosi (CA) pada saat kondisi temperatur operasi.
MAWP bejana tekan ditentukan oleh komponen yang paling lemah
(Komponen shell, head, atau flange).

36
Perhitungan untuk menentukan MAWP adalah sebagai berikut:

a. MAWP Shell

………..…..(2.33)

Keterangan:

S = Tegangan maksimum yang diijinkan Material [psi]

E = Efisiensi Sambungan

tcorr = Tebal Shell tanpa Faktor Korosi [in]

Rcorr = Jari-Jari Dalam Bejana Tekan tanpa Faktor Korosi


[in]

b. MAWP Head

……………….……....(2.34)

Keterangan:

S = Tegangan maksimum yang diijinkan Material [psi]

E = Efisiensi Sambungan Las

tcorr = Tebal Shell tanpa Faktor Korosi [in]

Dcorr = Diameter Bejana Tekan tanpa Faktor Korosi [in]

c. MAWP Flange

Penentuan MAWP flange dilakukan dengan memilih


ratting yang memiliki nilai MAWP diatas tekanan desain
(Pd) dengan menggunakan tabel ASME B16.5.

d. MAWP Bejana Tekan

Besarnya MAWP bejana tekan ditentukan oleh


MAWP terkecil dari tiga komponen bejana tekan diatas

37
(Komponen shell, head, atau flange).

2.7 Pengaruh Korosi Dan Batasan Korosi (Corrosion Allowance)


Korosi merupakan salah satu penyebab utama kerusakan pada
bejana tekan. Hampir semua logam dan paduan-paduannya yang
berhubungan dengan udara atau medium lain yang mengelilinginya,
secara bertahap akan mengalami perusakan, dimulai dari
permukaannya. Peristiwa perusakan permukaan logam secara bertahap
yang disebabkan oleh media yang mengelilinginya disebut korosi. Jadi,
korosi adalah reaksi kimia atau elektrokimia antara suatu logam dengan
media disekitarnya yang mengakibatkan perusakan. Cepat atau
lambatnya reaksi perusakan ini terutama tergantung pada 3 faktor yaitu :
1. Sifat kimia dari logam atau paduan itu sendiri.

2. Sifat kimia dari media yang mengelilinginya.


3. Temperatur media itu sendiri.

Oleh karena itu dalam perencanaan bejana tekan perlu adanya apa
yang disebut batasan korosi. Batasan korosi adalah batasan-batasan
tambahan ketebalan untuk pelat bejana tekan yang berguna untuk
mengatasi adanya perusakan permukaan logam secara bertahap
yang disebabkan oleh media yang mengelilinginya. (Ca = 0,125 inch
atau 3,175 mm)

2.8 Proses Fabrikasi

Secara garis besar fabrikasi Pressure Vessel dapat dibagi menjadi


beberapa tahap, antara lain

1. Preparation and Assembly

2. Inspection for Test

38
3. Finishing atau Painting

1. Material Identification

1. Validasi spesifikasi dengan mill certificate/test report

2. Cross check tipe, grade, cutting size dengan design drawing

Gambar 2.17 Material stamp

2. Head Forming

Gambar 2.18 Head Forming 1

39
Gambar 2.19 Head Forming 2

3. Cutting and Edge Preparation

1. Pemotongan pipa dan nozzle sesuai dengan desain

2. Finishing ujung nozzle dan butt weld menggunakan machining dan


grinding

3. Untuk material stainless steel, cutting menggunakan plasma cutting

Gambar 2.20 Cutting 1

40
Gambar 2.21 Cutting 2

4. Shell and Plate Rolling

1. Proses rolling plate pada rolling machine (cold forming)

Gambar 2.22 Roling 1

5. Fit Up Nozzle

1. Dimensional check dilakukan setelah marking lokasi daripada nozzle

2. Check orientasi dari nozzle menurut design drawing

41
Gambar 2.23 Fitup

6. Welding

1. Proses penyambungan antara lain nozzle ke shell, longitudinal dan


circum welding pada shell, head ke shell dan beberapa koneksi lain

2. Tipe welding yang sering digunakan Shield Metal Arc Welding


(SMAW), Gas

3. Tungsten Arc Welding (GTAW)

Gambar 2.24 Welding

42
7. Inspection & Test Plan

Dokumen yang berisi record berbagai macam aktifitas inspeksi untuk


sebuah pressure vessel dari mulai persiapan hingga desain dan fabrikasi
yang sesuai dengan design drawing, code standard dan spesifikasi yang
sudah ditentukan.

8. Non Destructive Test

NDT adalah suatu metode pemeriksaan yang digunakan untuk


memeriksa kondisi cacat atau kerusakan mekanikal pada sebuah logam
tanpa mengubah atau merusak secara fisik

8. Finishing (Blasting and Painting)

Sebuah proses untuk menghilangkan karat pada bejana tekan dengan


menyemprotkan semacam granule butiran-butiran pasir khusus. setelah
itu proses pengecatan. Painting atau pengecatan dilakukan sesuai dengan
Standard Procedure atau Client Specification.

Gambar 2.25 Blasting

43
Gambar 2.26 Painting

2.9 Pengelasan Bejana Tekan

Sambungan las pada bejana tekan dikategorikan menjadi


beberapa bagian menurut standar ASME Part UW.
1) Kategori A

Sambungan berlas longitudinal yang berada pada badan utama,


ruang hubung, transisi diameter atau nozel; tiap sambungan
berlas yang berada pada bejana berbentuk bola, pada formed
head atau flat head, atau pada pelat sisi dari suatu bejana bersisi-
datar; sambungan berlas melingkar yang menghubungkan
hemisferis head ke badan utama, ke transisi diameter, ke nozel
atau ke ruang hubung.
2) Kategori B

Sambungan berlas melingkar yang berada pada badan utama,


ruang hubung, nozel, atau transisi diameter termasuk
sambungan antara transisi dan silinder baik pada ujung besar
maupun ujung kecilnya; sambungan berlas melingkar yang
menghubungkan formed head selain hemisferis ke badan utama,
ke transisi diameter, ke nozel atau ke ruang hubung.
3) Kategori C

44
Sambungan berlas yang menghubungkan flensa, Van Stone Lap,
dudukan tube, atau flat cover ke badan utama, ke formed head,
ke transisi diameter, ke nozel atau ke ruang hubung; tiap
sambungan berlas yang menghubungkan satu pelat sisi ke palat
sisi lainya dari bejana bersisi-datar.
4) Kategori D

Sambungan berlas yang menghubungkan ruang hubung atau


nozel ke badan utama, ke bejana berbentuk bola, ke transisi
diameter, ke head atau bejana bersisi datar, dan sambungan yang
menghubungkan nozel ke ruanghubung (untuk nozel pada ujung
kecil dari trsnsisi diameter, lihat kategori B).

Gambar 2.26 Kategori Sambungan Las Pada Bejana Tekan

Tipe-tipe sambungan las bejana tekan:

1. Double-welded butt joint

2. Single-welded butt joint

45
3. Single-welded butt joint with backing strip

4. Double-full fillet lap joint

5. Single-full fillet lap joint with plug welds

6. Single-full fillet lap joint without plug welds

2.10 Perencangan Estimasi Biaya Pembuatan

Estimasi biaya pembuatan dari sebuah konstruksi bejana tekan hanya


digunakan sebagai perkiraan. Hal itu dikarenakan harga dari waktu ke waktu
akan berubah mengikuti dengan perkembangan. Namun demikian,
estimasibiaya dapat ditentukan sebagai berikut

a. Biaya Konstruksi

Biaya konstruksi berisi harga dari konstruksi sebuah bejana tekan,


seperti plat untuk shel dan head nozzle, flange, dll. Semuanya dihitung
jadi satu sehingga menjadi biaya konstruksi.

b. Biaya Pembuatan dan Jasa

Berisi biaya untuk pembuatan konstruksi dari bejana tekan serta jasa

46
yang diperlukan. Estimasi yang diambil sebesar 30% dari biaya
konstruksi.

c. Biaya Pengetesan

Dalam hal ini mencakup biaya untuk melakukan pengetesan setelah


konstruksi selesei dibuat. Estimasi yang diambil sebesar 5% dari biaya
konstruksi.

d. PPN

Biaya ini merupakan pajak yang harus dibayarkan. Estimasi yang


diambil sebesar 10% dari biaya kostruksi

47

Anda mungkin juga menyukai