Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Bejana tekan (Pressure vessel) merupakan sebuah wadah tertutup yang
digunakan untuk menampung fluida cair maupun gas dan memprosesnya,
bejana tekan sendiri digunakan untuk menampung fluida yang memiliki
temperatur berbeda dengan temperatur lingkungan sekitar serta memiliki
tekanan tinggi di dalamnya. Dewasa ini bejana tekan telah menjadi sebuah
kebutuhan yang ada pada sektor industri kimia, minyak, gas, energi listrik dan
fasilitas umum serta pada sektor rumah tangga di hampir di seluruh negara di
dunia, dan seiring waktu akan terus meningkat kebutuhannya.
Pada perancangan ulang bejana ini bertujuan untuk melakukan komparasi
antara hasil modeling menggunakan software dengan perhitungan teoretis
untuk mengetahui keamanan dan apakah bejana tekan yang digunakan sudah
sesuai standar. Kasus malfungsi/kegagalan fungsi pada bejana tekan tidak
jarang terjadi, pada 9 Juli 2010 misalnya terjadi ledakan pada tangka 3 tangki
penyimpanan bahan kimia milik PT Sulfindo Adiusaha di Cilegon yang
menyebabkan 1 korban jiwa (Anonim, 2010). Pada 31 Oktober 2016 telah
terjadi ledakan pada tangki underground milik PT Pertamina di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mergan Malang.

I.II Tujuan percobaan


Merancang bejana tekan spherical yang sesuai dengan kode dan mengalisa
kelayakan dari desain tersebut. Menentukan ketebalan dinding yang sesuai
berdasar tekanan operasi dan tekanan desain. Memperkirakan dimensi
optimal bejana tekan. Mampu menentukan desain sadel yang optimal pada
bejana tekan spherical. Memutuskan apakah penguatan (reinforcement)
diperlukan atau tidak. Percobaan ini bertujuan untuk mengukur tegangan dan
regangan pada bejana tekan dengan menggunakan “strain gauge”.
I.III Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang serta tujuan dari percobaan tegangan regangan
pada bejana tekanan tersebut. Serta sistematika penulisan laporan praktikum.

BAB II TEORI
Berisi tentang teori-teori yang mendukung percobaan tegangan regangan pada
bejana tekanan tersebut.

BAB III ALAT DAN BAHAN


Berisi tentang alat yang digunakan pada percobaan tegangan regangan pada
bejana tekanan, gambar dan keterangannya, serta cara kerja dari alat tersebut.

BAB IV TUGAS DAN PERTANYAAN


Berisi tentang tugas-tugas yang menyinggung tentang percobaan tegangan
regangan pada bejana tekanan tersebut.

BAB V PERHITUNGAN
Berisi tentang perhitungan dari hasil percobaan tegangan regangan pada
bejana tekanan.

ANALISA
Berisi tentang analisa dari percobaan tegangan regangan pada bejana tekanan
yang telah dilakukan.

KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dari percobaan tegangan regangan pada bejana
tejanan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang sumber-sumber teori yang didapat
BAB II
TEORI

I.II Teori Dasar


A. Pengertian Bejana Tekan
Definisi Bejana Tekan Menurut Satrijo (2012) bejana tekan
(pressure vessel) merupakan suatu tempat atau wadah untuk menyimpan
atau menampung suatu fluida, baik berupa cairan ataupun gas. Bejana
tekan sering digunakan sebagai salah satu alat proses yang digunakan di
suatu industri, khususnya pada industri kimia, perminyakan, dan
pembangkit listrik. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau
menahan cairan atau gas yang memiliki temperatur maupun tekanan yang
berbeda dari keadaan lingkungan. Bejana tekan merupakan suatu tempat
untuk menampung atau menyimpan suatu fluida bertekanan. Bejana tekan
dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida cair maupun
gas atau bahkan keduanya yang memiliki tekanan dan temperatur yang
berbeda-beda.
B. Klasifikasi Bejana Tekan
Menurut posisinya, bejana tekan dapat di klasifikasikan menjadi
dua macam posisi (Aziz, 2014) yaitu:
a. Posisi vertikal Posisi vertikal
(Gambar 2.1) yaitu posisi tegak lurus bejana tekan yang terhadap
sumbunya. Posisi ini banyak dipakai dalam instalasi anjungan minyak
lepas pantai, yang mempunyai tempat terbatas.

Gambar 2.1 Bejana Tekan Vertikal (Aziz, 2014)


b. Posisi horizontal Bejana tekan posisi horizontal
(Gambar 2.2) banyak digunakan di ladang minyak didataran karena
memiliki kapasitas produksi yang lebih besar.

SHELL
MANHOLE

HEAD

SADDLE SADDLE

Gambar 2.2 Bejana Tekan Horizontal (Aziz, 2014)


C. Bagian-Bagian Bejana Tekana Bejana tekan
Terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang
mendukung dalam menjalankan fungsinya. Dibawah ini merupakan
bagian-bagian dari bejana tekan (Pratama, 2013):
a. Shell adalah bagian utama dari bejana tekan.
Shell biasanya terbuat dari material baja, namun pada beberapa
aplikasi bejana tekan dapat juga menggunakan material lain. Shell
terbuat dari satu atau lebih plat yang difabrikasi dengan metode dilas
sehingga membentuk silinder atau bola.
b. Head Head
adalah bagian penutup dari kedua ujung silinder bejana tekan.
Head biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan shell-nya.
Fabrikasi head dilakukan dengan cara melakukan forming pada plat
material head sehingga terbentuk head sesuai yang diinginkan, setelah
itu head disambungkan ke bagian shell dengan cara di las. SHELL
MANHOLE HEAD SADDLE SADDLE . Ketebalan head merupakan
parameter utama yang perlu diperhatikan agar bejana tekan dapat
bekerja pada tekanan oprasionalnya dengan aman. Forming pada head
biasanya akan mengurangi ketebalan dari ketebalan awal plat head.
Oleh karena itu ketebalan head setelah proses forming harus
diperhatikan agar dapat menahan tekanan oprasi yang telah ditentukan.
Ada beberapa tipe bentuk head, diantaranya sebagai berikut (Megyesy,
1998): Hemi-spherical Head Ellipsoidal Head Cone Torisperical
Head

Hemi-spherical Head Ellipsoidal Head

Cone Torisperical Head

Gambar 2.3 Tipe Bentuk Head (Megysey, 1998)


c. Nozzle
Merupakan saluran keluar masuk dari suatu bejana tekan yang pada
umumnya berbentuk tabung dan terbuat dari material baja yang
diletakkan pada bagian head dan shell dengan cara dilas. Nozzle
memiliki nozzle memiliki beberapa macam kegunaan, misalnya
sebagai bukaan bagi alat instrumentasi atau sebagai akses keluar
masuknya manusia untuk melakukan maintanance (manhole). Bentuk
dari nozzle seperti diilustrasikan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Nozzle (Pratama, 2013)
d. Support
Adalah bagian dari bejana tekan yang menopang keseluruhan
bejana tekan. Support harus mampu menahan bejana tekan dari beban
berat, angin, dan gempa yang mungkin akan terjadi. Ada beberapa
jenis support yaitu:
1) Saddle Support
Jenis ini digunakan untuk menyangga bejana tekan horizontal.
Bejana tekan pada umumnya disangga menggunakan 2 buah
saddle.
2) Skirt Support
Jenis ini digunakan untuk menyangga bejana tekan silindris
vertikal maupun bejana tekan bola. Skirt dilas pada bejana tekan
lalu dipatenkan pada tanah yang telah diberi pondasi beton. Pada
bejana tekan vertikal skirt dilas pada bagial shell bejana tekan
atau bisa juga pada bagian buttom head bejana tekan, sedangkan
pada bejana tekan bola skirt dilas pada bagian tengah shell.
3) Leg Support
Jenis ini biasanya digunakan untuk menyangga bejana tekan
vertikal berukuran kecil yang dilas dibagian shell-nya. Rasio
maksimum antara panjang leg dengan diameter shell biasanya.
Banyaknya jumlah leg yang diperlukan tergantung dengan
besarnya ukuran bejana tekan.
e. Reinforcement Pad Plat penguat atau reinforcement pad
Adalah plat yang digunakan untuk penguatan nozzle.
Reinforcement pad terletak pada bagian bawah nozzle dan menempel
pada bagian shell dengan cara dilas. Penggunaan reinforcement pad
tidak selalu dibutuhkan, melalui perhitungan yang dilakukan dapat
diketahui apakah perlu atau tidaknya menggunakan reinforcement
pad. Ketebalan reinforcement pad menentukan kekuatan dalam
penguatan nozzle.
f. Opening
Bejana tekan didesain untuk digunakan dalam berbagai
keperluan, oleh karenanya perlu adanya opening atau lubang-lubang
untuk meletakkan komponen-komponen yang menghubungkan bejana
tekan dengan berbagai komponen lainnya pada sebuah plant,
meletakkan nosel untuk sambungan pipa-pipa pemasukkan dan
pengeluaran, lubang untuk menguras bejana tekan, lubang untuk
inspeksi. Beberapa tujuan opening pada bejana adalah sebagai berikut:
 Nosel in/out sebagai saluran keluar dan masuk fluida kerja.
 Drain sebagai lubang untuk menguras bejana tekan pada saat
inspeksi total atau pada saat perawatan.
 Manway lubang yang diperuntukkan sebagai akses orang yang
berkepentingan untuk keluar masuk bejana tekan.
Kode yang mengatur tentang pemberian lubang dan penguatan
terdapat pada ASME BPV Section VIII Div 1 UG-36 – UG-46.
Pemberian opening pada dasarnya mengganggu aliran tegangan pada
dinding bejana tekan yang mengakibatkan konsentrasi tegangan, dan
dijaga agar konstrasi tegangan tersebut tidak melebih tegangan yang
diijinkan agar tidak terjadi kegagalan pada saat operasi bejana tekan.
Opening sebaiknya tidak diletakkan pada bagian bejana tekan
yang telah diketahui mengalami tegangan yang berbahaya, ukuran
diameter opening dan jarak antar opening juga diatur sedemikian rupa
agar konsentrasi tegangan yang terjadi tidak melebihi tegangan yang
diijinkan.
Bagaimanapun juga, karena adanya penghilangan bagian
dinding bejana oleh opening, terjadi konsentrasi tegangan yang
berlebih pada bagian tersebut, oleh karenanya perlu ada penggantian
luas yang yang hilang dengan penebalan pada bagian sekeliling
opening tersebut. luas A merupakan luas yang hilang dan harus
diganti dengan total luas yang sama dari penjumlahan A1, A2, A21,
A3, dan A42. Pada Tabel dibawah terdapat persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung dimensi reinforce pad yang sesuai.
Gambar 2.5 Skema reinforce pad.

Perhitungan geometri reinforcement pad


Ketebalan Area yang Area yang tersedia
dibutuhkan
A1=(t−t r )d
pr
t r=
2 SE+ 0.2 P A1=(t−t r )(t n +t )2

A= d × t r A2=(t n−t rn ) 5t n
pr
t rn =
2 SE+0.2 P A21= A 42=l 2 fr

A3 =( D p −d−2 t n) t e fr
Dimana,
A = Luas yang dibutuhkan, in2
A1 = Luas yang terdapat pada shell, in2
A2 = Luas yang terdapat pada nosel, in2
A21 = Luas pengelasan, in2
A3 = Luas Reinforcement pad, in2
A42 = Luas pengelasan, in2
d = diameter nosel, in
t = tebal shell yang digunakan, in
tr = tebal shell yang dibutuhkan, in
tn = tebal nosel yang diguakan, in
trn = tebal nosel yang dibutuhkan, in
l = Panjang kaki pengelasan, in
fr = faktor reduksi kekuatan
Dp = diameter luar reinforcement pad, in
g. Nosel
Nosel berfungsi sebagai saluran keluar masuk dan untuk
menguras isi bejana tekan, nosel berupa pipa yang dipasang dengan
sambungan las, baut dan sebagainya pada bukaan yang pada dinding
bejana tekan. Pipa yang digunakan sebagai nosel dirancang juga
sesuai dengan tekanan kerja bejana tekan, agar mampu melayani
operasi bejana tekan tersebut. Diameter nosel disesuaikan dengan
diameter bukaan dan fungsinya, sehingga tepat penggunanaanya.
Beban nosel juga harus diperhitungkan, sebab bejana tekan juga
mendapat beban akibat berat dari nosel-nosel yang terpasang dinding
bejan tekan.
h. Flanges
Komponen bejana tekan yang berfungsi sebagai pengikat nosel-
nosel bejana tekan dengan pipa-pipa yang akan mengalirkan fluida
kerja masuk dan keluar bejana tekan. Flanges memiliki bentuk yang
bermacam-macam dan memiliki kelebihan dan kekurangan yang
berbeda tiap jenisnya. Jenis-jenis flanges antara lain slip-on, welding-
neck, blind, dan lap-joint. Ukuran standar flanges dapat ditemukan
pada ASME B16.5-1996 yang dibagi berdasarkan rating tekanan
kerja, yaitu 150, 300, 400, 600, 900, 1500, dan 2500-lb. flanges
biasanya disertai dengan gasket sebagai segel agar tidak terjadi
kebocoran pada sambungan flanges.
a. Slip-on flange

Gambar 2.6 slip-on flange


b. Weld-neck flange

Gambar 2.7 weld-neck flange


c. Blind flange

Gambar 2.8 Blind flange


d. lap joint flange

Gambar 2.9 lap joint flange


Hal yang perlu diperhatikan pada perancangan flange adalah
besarnya momen yang timbul akibat berat dan tekanan internal dari
bejana tekan tersebut. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat
momen yang timbul akibat beban dan lengan pada flange dengan
tipe slip-on, flat face dan full gasket.
Gambar 2.10 Dimensi slip-on flange untuk perhitungan momen

i. Sadel
Pemilihan tipe penyangga pada bejana tekan bergantung kepada
beberapa sebab, antara lain ukuran bejana, ketebalan dinding, area
plant yang tersedia, elevasi dari bejana dibanding dengan elevasi
tanah, dan konstruksi materialnya. Bejana tekan tipe sphere biasanya
disangga dengan kaki-kaki penyangga yang berfungsi sebagai sadel.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memutuskan jumlah
dan jenis kaki penyangga seperti kesetabilan bejana tekan dan berat
dari bejana tekan itu sendiri. Gambar 2.12 merupakan salah satu
contoh skema sadel untuk bejana tekan tipe sphere dengan kaki
penyangga berupa pipa.

Gambar 2.11 Tipe sadel spherical vessel


Gaya-gaya yang diterima bejana tekan atau struktur-struktur
yang ditanamkan pada bejana tekan diperhitungkan sebagai beban-
beban dalam merancang bejana tekan. Seorang perancang harus
mempersiapkan seluruh data perancangan secara lengkap,
menyeluruh dan seakurat mungkin. Beban-beban utama yang harus
dipertimbangkan dalam perancangan bejana tekan antara lain:
 Tekanan desain
 Beban mati
 Beban akibat angin
 Beban gempa bumi
 Beban temperatur
 Beban-beban akibat perpipaan
 Impak atau beban siklus.
Berbagai kombinasi dari beban-beban tersebut sangat mungkin
terjadi, perancang harus mampu memilih kombinasi beban yang
paling memungkinkan terjadi pada desain yang akan dibuat demi
desain yang ekonomis dan aman. Pada umumnya, kegagalan pada
bejana tekan dapat ditinjau dari beberapa sebab,antara lain:
 Material: pemilihan material yang tidak tepat untuk
lingkungan operasi; cacat; kontrol kualitas yang tidak baik.
 Desain: kondisi desain yang salah; perhitungan dan spesifikasi
teknis yang tidak matang; penyederhanaan tanpa
mempertimbangkan solusi analitik yang benar; tes yang tidak
memenuhi syarat.
 Operasi: perubahan kondisi kerja; personal perawatan yang
kurang pengalaman dan pengetahuan; inspeksi terhadap korosi
yang tidak teliti.
 Pembuatan: prosedur pembuatan yang tidak memnuhi syarat;
ispeksi yang tidak memnuhi syarat; penanganan material
khusus tanpa pengetahuan yang memadai.
D. Beban Yang Bekerja Pada Bejana Tekan
a Beban Temperatur Dalam istilah bejana tekan, ada dua macam istilah
temperatur yang digunakan, yaitu:
1. Temperatur Operasi (To)
Temperatur operasi adalah temperatur yang diperlukan pada
saat proses produksi yang dilayani oleh suatu bejana tekan.
2. Temperatur Desain (Td)
Temperatur desain adalah temperatur yang diperlukan untuk
mendesain bejana tekan. Rumus yang digunakan untuk mendesain
bejana tekan adalah sebagai berikut (2.1) Keterangan: Td =
Temperatur Desain (oF) To = Temperatur Operasi (oF) Jika
bejana tekan bekerja pada temperatur dibawah -20oF, maka
besarnya temperatur desain sama dengan temperatur terendah dari
temperatur operasinya.
b. Beban Tekanan internal Ada dua macam istilah tekanan yang
digunakan dalam bejana tekan, yaitu:
1. Tekanan Operasi (Po)
Tekanan operasi adalah tekanan yang digunakan untuk
proses produksi yang dilayani oleh bejana tekan pada saat bejana
tekan dioperasikan.
2. Tekanan Desain (Pd)
Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan dalam
merancang bejana tekan. Tekanan fluida atau kandungan lain di
dalam bejana tekan harus diperhatikan.
E. Tegangan Maksimum yang Diijinkan
Maximum allowable stress values atau tegangan maksimum yang
diijinkan berbeda-beda untuk setiap material dan tergantung pada nilai
desain temperatur. Nilai tegangan maksimum yang diijinkan diatur dalam
standar ASME B31.1.
F. Efisiensi Sambungan
Besarnya nilai efisiensi sambungan atau joint effisiency tergantung
pada bentuk sambungan dan prosentase tes radiografi yang dilakukan
pada bejana tekan. Untuk jenis sambungan las butt welding dengan
penetrasi penuh, jika X-Ray-nya 100% maka nilai efisiensi
sambungannya atau E=1.
G. Penentuan Ketebalan Shell dan Head
Perhitungan ketebalan shell dan head dilakukan berdasarkan
tekanan internal dan dimensi dalam dan dihitung dalam kondisi terkorosi
(corroded). Untuk menentukan ketebalan shell dan head bejana tekan
dapat dilakukan dengan rumus

H. Maximum Allowable Working Pressure (MAWP)


adalah tekanan kerja maksimal yang diijinkan oleh suatu bejana
tekan, MAWP bejana tekan merupakan tekana maksimum internal
atau eksternal, yang dikombinasikan dengan beban- beban yang
mungkin akan terjadi dan tidak termasuk faktor korosi (CA) pada saat
kondisi temperatur operasi. MAWP bejana tekan ditentukan oleh
komponen yang paling lemah (Komponen shell, head, atau flange).
Perhitungan untuk menentukan MAWP adalah sebagai berikut:
a. MAWP Shell

Keterangan:
S = Tegangan maksimum yang diijinkan Material [psi]
E = Efisiensi Sambungan
tcorr = Tebal Shell tanpa Faktor Korosi [in]
Rcorr = Jari-Jari Dalam Bejana Tekan tanpa Faktor Korosi
[in]

b. MAWP Head
.................. (2.5)

Keterangan:
S = Tegangan maksimum yang diijinkan Material [psi]
E = Efisiensi Sambungan Las
tcorr = Tebal Shell tanpa Faktor Korosi [in]

I Tekanan Desain

Merupakan tekanan yang digunakan sebagai dasar mendesain


bejana tekan. Dalam merancang bejana tekan beserta komponen-
komponennya direkomendasikan agar kuat terhadap tekanan yang lebih
besar daripada tekanan operasinya, tekanan desain sebaiknya lebih besar
30 psi atau 10 persen dari pada tekanan operasinya. Tekanan desain
bermanfaat untuk menentukan ketebalan minimum dinding bejana tekan.
Berdasarkan kode, ketebalan yang dibutuhkan adalah ketebalan
minimum bejana tekan berdasarkan perhitungan dalam Kode belum
termasuk perkiraan korosi. Sedangkan ketebalan desain adalah ketebalan
minimum ditambah perkiraan korosi.

J. Temperatur Desain
Temperatur desain mempengaruhi pemilihan material, dalam
kondisi temperatur tertentu mempengaruhi kekuatan material tersebut.
Berdasarkan Kode, temperatur desain sebaiknya tidak kurang dari
temperatur rata – rata material dinding bejana tekan sepanjang tebalnya
pada sebuah kondisi operasi. Dan temperatur pada dinding bejana tekan
tidak boleh melebihi temperatur maksimum yang tertera pada tabel
tegangan yang diijinkan pada meterial tersebut.

K. Beban Mati

Beban mati adalah beban akibat berat bejana itu sendiri ditambah
berat komponen yang terpasang permanen pada bejana tersebut. Pada
umumnya bejana tekan memiliki tiga tipe baban yang patut untuk
dipertimbangkan.

1. Erection (empty) dead load dari bejana, yaitu berat bejana tanpa
terpasang eksternal maupun internal struktur pasangan dan
perpipaan.
2. Operating dead load adalah berat bejana siap dengan segala
komponen yang permanen maupun yang dapat dilepas siap untuk
beroperasi.
3. Shop test dead load adalah berat bejana yang hanya terdiri diding
bejana setelah selesai semua proses pengelasan dan diisi dengan
cairan untuk mengetes kebocoran.
L. Beban Angin
Beban angin yaitu beban yang diberikan pada bejana tekan akibat
tekanan aliran turbulen yang terjadi pada alam, biasanya arah angin
berupa horizontal. Hubungan antara kecepatan angin dengan tekanan
angin saat penampang horizontal melingkar dapat dicari dengan
persamaan berikut,

Dimana: Pw = 0,0025×Vw 2 Pw = Tekanan Angin, lb/ft 2


V w =¿ Kecepatan Angin, mill/jam

M. Tegangan pada Bejana

Tekan Pada sebuah bejana tekan berdinding tipis dengan jari – jari r
dan tebal t (t ≪ r) dan bejana terkena tekanan internal sebesar p yang
mengakibatkan tegangan pada dinding yang perlu untuk diketahui
besarnya. Diketahui bahwa t ≪ r maka tegangan kearah radial dapat
diabaikan, dan tegangan pada dinding bejana seragam, maka terdapat dua
tegangan yang saling tegak lurus.

Gambar 2.12 Diagram benda bebas bejana tekan

Pertama kita potong bejana tekan menjadi setengah. Karena terkena


tekanan internal, maka pada area 𝜋r2 terkena tekanan konstan sebesar p.

N. Teori Kegagalan
Dalam dunia desain rekayasa, perancang perlu diyakinkan bahwa
desain yang dihasilkan cukup aman dan ekonomis, maka perlu diketahui
besarnya tegangan yang masih dapat diterima oleh sebuah material
sebelum gagal. Nilai kegagalan material akhirnya dapat dicapai melalui tes
– tes sederhana pada sebuah material kemudian dicatat nilai tegangan pada
saat terjadi perubahan-perubahan pada material tersebut. Hal yang menjadi
kesulitan utama para perancang adalah dari data tegangan pada tes
sederhana perancang harus yakin desain kompleks mereka cukup aman.
Kemudian munculah berbagai teori – teori kegagalan untuk menentukan
tegangan prinsipal sebuah material sehingga dapat diperkirakan desain
sudah aman dan ekonomis atau belum setelah dibandingkan dengan
tegangan yang diizinkan untuk material tersebut. Ada tiga teori kegagalan
yang biasa dipakai, yaitu teori tegangan normal maksimum, teori tegangan
geser maksimum, teori distorsi energi. Bejana tekan merupakan suatu
wadah untuk menyimpan fluida bertekanan. Fluida yang disimpan dapat
mengalami perubahan keadaan pada saat berada didalam seperti pada
kasus boiler atau dapat digabungkan dengan suatu reagen lainnyaseperti
pada pabrik kimia. Bejana tekan dirancang dengan pertimbangan
yang perlu diperhatikan karena pecahnya bejana tekan berarti
terjadinya ledakan yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa dan
kerusakan benda sekitar.

O. Teori Tegangan Normal Maksimum


Teori ini menyatakan bahwa kegagalan terjadi bila salah satu dari
tegangan utama (Pincipal Stress) sama atau melebihi dengan kekuatan
material. Misal tegangan utama pada sebuah desain disusun dalam urutan:

Gambar 2.13 Grafik Teori Tegangan Normal Maksimum


Berdasarkan Gambar 2.14 grafik teori tegangan normal maksimum
diatas, jika tegangan maksimum suatu material yang terkena beban tidak
diluar area tersebut,maka desain dinyatakan masih aman. Komponen
mekanis dalam bentuk batang atau balok sederhana, dapat dianalisis
dengan

BAB III
ALAT DAN BAHAN

III.I Alat dan bahan

Gambar III.1 Perangkat Percobaan

Keterangan Gambar :
1. Bejana Tekanan
2. Pompa Hidrolik
3. Manometer
4. Katup pengaman
5. Strain gauge
6. Panel indicator
7. Saluran pembuangan
8. Valve
9. Air penekan
III.II Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada bejana tekan adalah sebagai berikut:
1. Hidupkan amplifier dan relative.
2. Lakukan balancing rangkaian jembatan Wheatstone sehingga ΔE = 0
dengan menekan tombol auto balance di panel depang amplifier. Bila
perlu, lakukan fine tuning dengan memutar sekrup R shift dengan
obeng kecil.
3. Untuk akuisisi data, jalankan paket program LABTECH®, panggil
program data akuisisi sesuai petunjuk asisten, dan isikan informasi
yang diperlukan.
4. Lakukan penentuan relative kalibrasi dengan mengatur tombol
atenuasi (attenuator switch) sehingga diperoleh angka konversi
tegangan (dalam V) ke regangan (dalam µε).
5. Untuk membebani bejana, guanakan pompa tangan. Naikkan tekanan
secara bertahap dari 1 sampai 6 kgf/cm2. Untuk setiap tahap, tahan
posisi tuas pompa tangan, kemudian catat data tegangan keluaran
jembatan Wheatstone untuk strain gauge arah tangensial dan
longitudianl. Sesudah mencapai tekanan tertinggi, turunkan tekanan
dengan membuka katup pembalik secara bertahap dan catat juga data
tegangan keluaran jembatan.
6. Ubah data regangan dalam V menjadi µε untuk diproses lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai