Anda di halaman 1dari 5

Tokoh Tionghoa : Kisah Kapiten Souw Pan Chiang dlm

Perjuangan melawan Kumpeni / VOC ==


6 September 2015 pukul 08.21
Kisah SOUW PAN CHIANG alias Khe Panjang atau Kapitan Sepanjang.

Kiprah etnis Tionghoa dalam pentas sejarah Indonesia makin terkuak.

Salah satu pemimpin Tionghoa melawan pasukan VOC adalah Souw Phan Ciang alias Khe Panjang atau
Kapitan Sepanjang.

Kapitan Sepanjang menjadi panglima besar dalam Perang Sepanjang di Batavia, Jawa Tengah, hingga Jawa
Timur pada 1740-1743. Selama tiga tahun Kapitan Sepanjang berkolaborasi dengan pasukan Mataram (Jawa)
dan Madura untuk berperang melawan tentara VOC.

Perlawanan warga Tionghoa terhadap kompeni di Batavia, meletus ketika tentara VOC menangkap warga
Tionghoa pada Februari 1704. Bertepatan dengan tahun baru Imlek, sekitar 100 orang Tionghoa di Bekasi dan
Tanjung Priok. Pihak Tionghoa melawan dengan menyerang penjara untuk membebaskan kawan-kawannya.

Pemimpinnya tak lain adalah Kapiten Sepanjang,


Para petinggi VOC pun panik. Rumah-rumah warga Tionghoa pun digeledah. Karena tak berhasil menemukan
pemberontak, VOC mulai melakukan pembantaian massal warga Tionghoa di Jakarta.

Represi kekejaman VOC ini tak ayal membangkitkan perlawanan semua warga Tionghoa di Jawa dibawah
kepemimpinan Kapiten Sepanjang yang bernama asli Tay Wan Soey, saudara lain ibu dari salah satu Kaisar
China terbesar Dinasti Qing, Qian Long.

Perlawanan hebat kaum Tionghoa ini terus bergeser hingga ke Jawa Tengah.

Perang berkobar dengan cepat dan memperoleh simpati dari Pakubuwono II, raja Mataram yang kedaulatan
negaranya diinjak-injak VOC sejak berakhirnya peristiwa Pemberontakan Trunojoyo pada tahun 1680.

Pasukan Tionghoa yang bekerja sama dengan pasukan Mataram kemudian berperang habis-habisan melawan
Belanda. Bahkan, mereka dibantu pasukan Cakraningrat IV dari Madura.

Meski akhirnya kalah, pasukan Tionghoa-Jawa-Madura ini sempat membuat VOC kocar-kacir. Kapiten
Sepanjang ‘menghilang’ ke Bali dan baru diketahui keberadaannya pada 1758.

Epilog Rasialisme di Batavia 1740

Buku Geger Pacinan, Perang Sepanjang 1740-1743 Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC,
Eksploitasi VOC kepada para imigran Tionghoa sejak tahun 1690, berupa pemerasan dan kewajiban
membayar permissie brief, mencapai klimaksnya ketika pada tanggal 10 Oktober 1740 terjadi pembantaian
massal terhadap 10.000 orang Tionghoa di Batavia atas perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenir.
Dilanjutkan dengan pembantaian sebanyak 500 orang Tionghoa yang masih tersisa di dalam tembok kota
Batavia, kebanyakan orang tua, wanita, anak-anak dan pasien rumah sakit. Mereka diseret keluar dari tempat
tinggalnya, dikumpulkan di Stadhuisplein (lapangan besar di depan Museum Fatahillah), disembelih massal
dan mayatnya dibuang begitu saja di Kali Besar.

Mereka dianggap membangkang, menolak membayar permissie brief (izin tinggal) yang mencekik dan sarat
permainan korup itu. Berbagai pungutan
dilakukan Gubernur Jenderal VOC untuk mengisi kas VOC yang kesulitan keuangan karena turunnya harga
rempah-rempah dan menghadapi persaingan dari perusahaan dagang Inggris.

Para imigran Tionghoa di Batavia, baik yang legal maupun ilegal, menjadi sasaran pemerasan. VOC
melakukan serangkaian razia dan menangkapi serta
memenjarakan orang-orang Tionghoa yang tertangkap. Hal ini menimbulkan keresahan dan perlawanan
sejumlah orang Tionghoa.

Kekejaman VOC tadi membangkitkan perlawanan warga Tionghoa yang dipimpin oleh Kapitan Sepanjang
yang bernama asli Tay Wan Soey, saudara lain ibu dari salah satu Kaisar China terbesar Dinasti Qing, Qian
Long.

Serombongan orang Tionghoa di bawah pimpinan Kapitan Sepanjang ini, melakukan perlawanan terhadap
VOC. Dari sebuah pabrik gula, perlawanan itu bergerak menuju ke Tanah Abang dan melakukan serangan ke
pos-pos VOC. Namun karena hanya bersenjata seadanya, pasukan orang-orang Tionghoa itu dapat dihalau
serdadu VOC hingga lari ke arah Bekasi dan Kerawang.

Souw Panjang dan rombongannya setelah berkonsolidasi di Bekasi kemudian berjalan long march sampai
Jawa Tengah. Mereka menyusuri kota demi kota, mencari dukungan, menggelorakan perlawanan.

Simpati kepada Kapiten Sepanjang bangkit di mana-mana. Secara sporadis terbentuk satuan-satuan Tionghoa
di seluruh wilayah Jawa. Dari Cirebon, Tegal, Semarang, Grobogan, Jepara, Kedu, Kediri, Surabaya, sampai
Pasuruan muncul tokoh-tokoh pendekar Tionghoa.

Di Jepara muncul pendekar bernama Tan Sin Kho alias Singseh.

Di Tegal muncul pemimpin bernama Kwee Lak Kwa.

Di Blora ada Encik So.

Di Grobogan ada Encik Macan.


Mereka menjadi panglima laskar-laskar Tionghoa. Mereka didukung ribuan prajurit pribumi Jawa, gabungan
dari para desertir opsir kolonial sampai rakyat biasa. Surat ajakan melawan VOC disebarkan di mana-mana,
bahkan ada yang diapungkan melalui rakit-rakit batang pisang.

Karena terus dikejar pasukan kompeni, pada paruh pertama 1741, pasukan pasukan Sepanjang akhirnya
memasuki wilayah Kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Kerajaan Mataram saat itu wilayahnya
meliputi Jawa bagian Tengah dan Timur, Rajanya waktu itu Paku Buwono II. Raja beserta rakyat Mataram
menyambut baik kedatangan pasukan Sepanjang ini.

Perang berkobar dengan cepat dan memperoleh simpati dari Pakubuwono II, Raja Mataram yang kedaulatan
negaranya diinjak-injak VOC sejak berakhirnya peristiwa Pemberontakan Trunojoyo pada tahun 1680. Satu
persatu benteng dan kantor perwakilan VOC direbut oleh pasukan gabungan Jawa-Tionghoa, seperti Pati,
Kudus, Juwana, Tegal dan Semarang.

Puncaknya pada tanggal 10 Agustus 1741, benteng VOC di ibukota Kesultanan Mataram di Kartasura yang
juga simbol penjajahan karena terletak tidak jauh dari keraton (sama seperti benteng Vredeburg di Yogyakarta
yang hanya berjarak satu tembakan meriam dari keraton), dapat direbut oleh pasukan gabungan dua ras Jawa
dan Tionghoa.

Pasukan pejuang Tionghoa yang dipimpin Kapitan Sepanjang itu pun bersatu dengan pasukan Mataram dan
berhasil.

Namun, posisi berubah saat pasukan VOC mendatangkan pasukan tambahan dari Sulawesi Selatan (terdiri atas
prajurit Belanda, Bugis, Makassar, Ambon, dan Sumbawa) yg berhasil memukul mundur pasukan gabungan
itu serta berhasil menekan Pakubuwono II dengan memberikan pilihan untuk bergabung dengan serikat dagang
tersebut atau kekuasaannya dicabut.

Sayangnya karena takut terhadap ancaman VOC, pada awal tahun 1742, Pakubuwono II mencabut
dukungannya kepada laskar Tionghoa dan berbalik
memeranginya. Pakubuwono II memilih bergabung dengan VOC.

Babakan selanjutnya, para pejuang Tionghoa-Jawa kemudian berhasil menurunkan Keraton Pakubuwono II
dan mengangkat Mas Gerandi atau Sunan Kuning (Sunan Amangkurat V) sebagai raja mereka.

Kapiten Sepanjang adalah guru militer bagi dua bangsawan Jawa yang kelak menjadi raja di tanah Jawa,
Pangeran Mangkubumi (Hamengkubuwono I) dan Raden Mas Said (Mangkunegoro I).

Siasat perang Kapiten Sepanjang disini amat berperan. Ia memerintahkan membuat tangga-tangga yang
dilengkapi roda. Tangga-tangga itu diputar-putarkan sekeliling benteng. Pasukan Tionghoa dan Jawa naik
tangga, kemudian berlompatan masuk ke benteng.
Sahabatnya yang lain dan dianggap sebagai rajanya orang Jawa dan Tionghoa, Amangkurat V atau Sunan
Kuning nasibnya kurang beruntung karena tertangkap VOC di Surabaya pada bulan Desember 1743 dan
kemudian dibuang ke Srilangka.
Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said tetap melanjutkan perlawanan sampai akhirnya Pakubuwono II
yang dibantu VOC kehabisan tenaga dan menandatanganani Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan
Mataram menjadi dua wilayah, Yogyakarta dan Surakarta. Disusul pembentukan Praja Mangkunegaran yang
merupakan kadipaten otonom dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalicacing, Salatiga pada tahun 1757.

-----------------------------------------

Geger Pecinan 1740-1743. Sebuah perang besar yang terjadi di Pulau Jawa selain Perang Diponegoro 1825-
1830, yang berdampak pada pemisahan sistematis antara golongan pribumi dan Tionghoa oleh VOC supaya
kedua kaum ini tidak dapat mengakumulasikan kekuatannya melawan penjajah.

https://buntomi.wordpress.com/2013/05/06/sejarah-dan-mitos-sesat-tionghoa-indonesia/

http://historia.id/modern/sunan-kuning-dan-geger-pacinan

http://hurek.blogspot.com/2011/03/kapitan-sepanjang-panglima-tionghoa.html?m=1

http://www.kompasiana.com/rbwirawan/pemakaman-bapak-dan-geger-pecinan-1740-
1743_552b0088f17e612a5fd623e5

http://misteripedia.blogspot.com/2014/04/misteri-khe-pimpinan-pasukan-berani.html?m=1
===

Anda mungkin juga menyukai