Anda di halaman 1dari 3

Sinkronik

Pembantaian besar di Batavia 10


Oktober 1740 , awalnya VOC mulai
menetapkan kuota bagi imigram Tionghoa
yang masuk ke Batavia dengan pajak 15
ringgit per kepala. VOC mulai menekan
orang Tionghoa setelah ini. Pada saat
perayaan imlek Februari 1740 VOC merazia
orang Tionghoa secara besar-besaran.
Sekitar 100 orang Tionghoa ditahan oleh
VOC. Akhirnya orang Tionghoa mulai
melakukan semacam demonstrasi sekitar
1000 orang berkumpul di depan pabrik gula dipimpin oleh Kapiten
Sepanjang Tan Wan Soey. Situasi Batavia pun memburuk dan pos-pos
VOC diserang di Meester Cornelis dan De Qual. Puncaknya, pada
tanggal 10 Oktober dimana Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier
memerintahkan membantai orang Tionghoa tanpa pandang bulu.
Dalam 2 hari pembantaian sekitar 7000-10000 orang yang meninggal.
Hal ini menimbulkan reaksi pada keesokan harinya. Sebanyak 3000
pasukan Tionghoa menyerbu Benteng Kompeni di Tangerang dan
memakan korban yang sangat banyak antara VOC dan Tionghoa.
Ketika mendengar adanya pembantaian di Batavia, semua VOC di kotakota di Pulau Jawa bersiaga seperti di Semarang, Tangerang, dll. Akhir
1740 pengungsi Tionghoa yang berhasil lolos dari pembantaian
Batavia tiba di Lasem. Mereka ditolong oleh priayi putra mantan Bupati
Lasem, Raden Panji Margana.
Demak di peralat VOC untuk menghabisi Tionghoa pasukan
Tionghoa dalam jumlah besar muncul dipimpin oleh Singseh. Bupati
Demak Wirasastro diminta menumpas pasukan Tionghoa. Dia enggan
sebetulnya memimpin pasukan. Setelah berada dalam jarak yang
dekat dengan pasukan Tionghoa dia hanya melepas 3 kali tembakan
lalu mundur dari pertempuran. Diduga Wirasastro sudah menghadap
Patih Notokusumo yang bersimpati terhadap perjuangan rakyat
Tionghoa. Patih Notokusumo inilah nanti yang membantu pasukan
Sepanjang dalam melawan VOC.
Serangan laskar Tionghoa ke Tugu sebelah barat Semarang,
pasukan Tionghoa dari Batavia sudah bergabung dengan pasukan
Tionghoa di Welahan. Kompeni pun meminta Bupati Demak untuk

mengirim 300 penembak dan 700 penombak untuk menghadapi laskar


Tionghoa yang berulangkali menyusup lewat laut kearah Kaliwungu
sebelah barat Semarang. Ada juga pasaukan Tionghoa yang berhasil
menyusup dalam jumlah yang besar dan mendarat di Kaliwungu
dengan menumpang 70 perahu. Kompeni juga mengerahkan pasukan
Eropa dan Bumiputera ditambah pasukan dari Bupati Surabaya tetapi
mereka akhirnya meninggalkan medan pertempuran. Kompeni harus
bertempur sendirian. Kompeni mundur dan bertahan di sekitar Bukit
Bergota. Meski terdesak dengan korban tujuh orang tewas dan 19
lainnya terluka, Kompeni berhasil memukul mundur serangan frontal
laskar Tionghoa dan mundur ke kota Semarang. Setelah itu banyak
kota-kota di Jawa Tengah yang sudah dikepung oleh laskar Tionghoa.
Konflik Mataram dan Kompeni, tanggal 20 Juli 1741 pasukan
Mataram menyerang Benteng Kompeni di Kartasura. Tercatat 10
prajurit Kompeni tewas di dalam dan di sekitar benteng. Konflik
terbuka Kerajaan Mataram dan VOC pun dimulai. Pasukan Tionghoa
pun pergi Kartasura dan bergabung dengan pasukan Mataram
mengepung benteng Kompeni. Panglima Tionghoa yang dipercaya
adalah Singseh, Leyang, Etik, dan Epo. Pemimpin pasukan dari Batavia
adalah Kapiten Sepanjang. Mereka dipercayakan mengoperasikan
meriam-meriam Keraton Kartasura untuk menggempur VOC. Awalnya
Sunan Pakubuwono II mendukung pasukan Tionghoa untuk melawan
VOC dengan menggunakan Keraton Kartasura sebagai tempat
bertempur tetapi perintah itu dicabut di awal tahun 1742
dan
Pakubuwono II memihak kompeni. Para bangsawan Jawa pun kecewa
dan akhirnya mereka membentuk pasukan gabungan Jawa- Tionghoa
melawan Kompeni dan Sunan Pakubuwono II.
Pengepungan Kota Semarang oleh laskar Tionghoa, pada akhir
Agustus 1741, Sunan Pakubuwono II memerintahkan Patih Notokusumo
mengirim pasukan membantu laskar Tionghoa mengepung Semarang.
Pasukan Kapitan Sepanjang menempati Bukit Bergota, Singseh dan
Martapuro menyiapkan pasukan di Terboyo. Sunan Pakubuwono juga
meminta para Bupati menyerang pos-pos VOC agar terjadi perang
semesta. Pada bulan oktober pasukan Tionghoa sudah menguasai
Semarang. Kompeni mengirim pasukan yang dipimpin oleh Hugo
Verisjel dan Jan Herman untuk membantu mengatasi perang di
Semarang dan wilayah Mataram. Akhirnya pada akhir Oktober 1741
mendekati bulan Ramadhan, pasukan Mataram mulai jenuh dan
pasuka Tionghoa juga mulai menurun kewaspadaannya. Benteng kayu
di Pecinan Semarang berhasil diserbu Kompeni. Dalam serangan

malam hari oleh Kompeni, Kwee An Say, komandan laskar Tionghoa di


phansia tewas dalam pertempuran.

Anda mungkin juga menyukai