Anda di halaman 1dari 7

DASAR-DASAR PENELITIAN SEJARAH

TANGERANG

Disusun oleh : Raziq R Wardhana & Farrel R Ibrahim X IPA 3


1.Asal Mula Nama Daerah Tangerang
Dulu bernama Tanggeran. Menurut tradisi lisan yang menjadi pengetahuan
masyarakat Tangerang, nama daerah Tengerang dulu dikenal dengan sebutan
Tanggeran yang berasal dari bahasa Sunda yaitu tengger dan perang. Kata
“tengger” dalam bahasa Sunda memiliki arti “tanda” yaitu berupa tugu yang
didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar
pertengahan abad 17. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang
berasal dari kata Tanggeran (dengan satu g maupun dobel g). Daerah yang
dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng
atau tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu dibangun
oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu
tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang
isinya sebagai berikut:

Bismillah peget Ingkang Gusti


Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi

Sedangkan istilah “perang” menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut


dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten
dengan tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan
benteng pertahanan kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng
pertahanan VOC di sebelah Timur Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga
menjadi dasar bagi sebutan daerah sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah
Beteng. Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang lebih lazim disebut
dengan istilah “Beteng”.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng


pertahanan kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara,
Wangsakara dan Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka
mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat
perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari
sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga
tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso
(1651-1680) melawan VOC yang mencoba menerapkan monopoli dagang yang
merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam pertempuran melawan VOC,
ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu.

Perubahan sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah


Tangeran mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara
Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya
masuk kekuasaan Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari
bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya
dari Madura dan Makasar yang di antaranya ditempatkan di sekitar beteng.
Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan
terbiasa menyebut “Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan
dialek inilah yang diwariskan hingga kini.

Sebutan “Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun


1942-1945. Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan
Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi
dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti termuat dalam Po No. 34/2604.
Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang tersebut, Panitia Hari
Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai
hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27 Desember 1943.
Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II
Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.

2. Asal Mula Penduduk Tangerang


Latar belakang penduduk yang mendiami Tangerang dalam sejarahnya dapat
diketahui dari berbagai sumber antara lain sejumlah prasasti, berita-berita
Cina, maupun laporan perjalanan bangsa kulit putih di Nusantara.

“Pada mulanya, penduduk Tangeran boleh dibilang hanya beretnis dan


berbudaya Sunda. Mereka terdiri atas penduduk asli setempat, serta
pendatang dari Banten, Bogor, dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang
penduduk baru dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang
beretnis dan berbudaya Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan perluasan
wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu. Mereka menempati daerah pesisir
Tangeran sebelah barat”.
[1] Orang Banten yang menetap di daerah Tangerang diduga merupakan warga
campuran etnis Sunda, Jawa, Cina, yang merupakan pengikut Fatahillah dari
Demak yang menguasai Banten dan kemudian ke wilayah Sunda Calapa. Etnis
Jawa juga makin bertambah sekitar tahun 1526 tatkala pasukan Mataram
menyerbu VOC. Tatkala pasukan Mataram gagal menghancurkan VOC di
Batavia, sebagian dari mereka menetap di wilayah Tangeran.

Orang Tionghoa yang bermigrasi ke Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M,


diduga juga banyak yang kemudian menetap di Tangeran seiring
berkembangnya Tionghoa-muslim dari Demak. Di antara mereka kemudian
banyak yang beranak-pinak dan melahirkan warga keturunan. Jumlah mereka
juga kian bertambah sekitar tahun 1740. Orang Tionghoa kala itu diisukan akan
melakukan pemberontakan terhadap VOC. Konon sekitar 10.000 orang
Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya direlokasi oleh VOC ke daerah
sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan sejumlah daerah lain di Tangeran..
Di kemudian hari, di antara mereka banyak yang menjadi tuan-tuan tanah yang
menguasai tanah-tanah partikelir.

Penduduk berikutnya adalah orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di


perbatasan Tangerang-Jakarta. Mereka adalah orang-orang yang di masa
kolonial tinggal di Batavia dan mulai berdatangan sekitar tahun 1680. Diduga
mereka pindah ke Tangeran karena bencana banjir yang selalu melanda
Batavia.

Menurut sebuah sumber, pada tahun 1846, daerah Tangeran juga didatangi
oleh orang-orang dari Lampung. Mereka menempati daerah Tangeran Utara
dan membentuk pemukiman yang kini disebut daerah Kampung Melayu
(Thahiruddin, 1971)

[2]. Informasi mengenai seputar migrasi orang Lampung, akan dibahas dalam
tulisan ini di bagian bab berikutnya, Di jaman kemerdekaan dan Orde Baru,
penduduk Tangerang makin beragam etnis. Berkembangnya industri di sana,
mengakibatkan banyak pendatang baik dari Jawa maupun luar Jawa yang
akhirnya menjadi warga baru. Menurut sensus penduduk tahun 1971,
penduduk Tangerang berjumlah 1.066.695, kemudian di tahun 1980 meningkat
menjadi 1.815.229 dan hingga tahun 1996 tercatat mencapai 2.548.200 jiwa.
Rata-rata pertumbuhan per-tahunnya mencapai 5,23% per tahun.

Untuk sekedar memetakan persebaran etnis-etnis di Tangerang, dapat


disebutkan di sini bahwa daerah Tangerang Utara bagian timur berpenduduk
etnis Betawi dan Cina serta berbudaya Melayu Betawi. Daerah Tangerang
Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya Betawi. Daerah Tangeran
Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang daerah Tangeran Utara
sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa

[3]. Persebaran penduduk tersebut di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca
mengingat banyaknya pendatang baru dari berbagai daerah. Maka, apabila
ingin mengetahui persebaran etnis di Tangerang, tentunya dibutuhkan studi
yang lebih mendalam.

3.Penetapan Hari Jadi Kabupaten Tangerang


Penetapan hari jadi pemerintahan kabupaten daerah tingkat II Tangerang di
awali dengan terbentuknya panitia penelitian hari jadi kabupaten daerah tingkat
II Tangerang pada tahun 1984. panitia tersebut berjumlah 16 orang. Hasil
panitia tersebut menyimpulkan :

" Hari jadi kabupaten Tangerang terbentuk pada masa kependudukan Jepang.
Hal ini berdasarkan penelitian terhadap peraturan perundang – undangan di
masa kependudukan Jepang yang di keluarkan GUNSEIKAN yang diberi nama
OSAMUSEIRAI dan disebarkan oleh KAN PO”.

Dengan diketemukannya KAN PO nomor 34/ 2604 yang menetapkan


pemindahan kedudukan pemerintahan Jakarta Ken Yakusho berada di
Tangerang dengan seluruh stafnya pada tanggal 27 Desember 1934 yang
dipimpin oleh Kentyo M. Atih Soeradi.

Berdasarkan hasil studi kearsipan, wawancara dan lain – lain, maka ditetapkan
hari jadi Kabupaten Tangerang sebagaimana tanggal, bulan dan tahun
pergantian Djakarta Ken Yakusho menjadi Tangerang Ken yaitu pada tanggal
27 Desember 1943 atau pada tanggal 27 boelan Desember tahoen syoowa 18
( 2603 ).
4.Perjuangan kemerdekaan
Pada Oktober 1945, Laskar Hitam, milisi muslim ekstrem didirikan di
Tangerang. tujuan dari gerakan ini adalah untuk mendirikan negara Islam di
Indonesia. Gerakan ini kemudian menjadi bagian kelompok pemberontak DI TII
Pada 31 Oktober 1945, Laskar Hitam menculik Oto Iskandardinata, Menteri
Negara Republik Indonesia. Kemungkinan dibunuh di panta Mauk, Tangerang
pada 20 Desember 1945.

Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia ada kerusuhan ras di Tangerang.


Kelompok anti etnis Tionghoa menyerang etnis Tionghoa di Tangerang karena
mereka menganggap bahwa etnis Tionghoa mendukung pemerintah Belanda
yang mencoba untuk kembali menguasai Indonesia.

5.Setelah kemerdekaan Indonesia


Sejak tahun 1981 hingga 1984 Bandara International Soekarno-Hatta dibangun
di Benda Tangerang. Bandara terletak di Tangerang, namun disebut sebagai
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng,Jakarta.Cengkareng adalah nama
kecamatan di Jakarta Barat yang berdekatan dengan bandara.

Pada Agustus 1996.Walmart, pengecer terbesar dari Amerika Serikat membuka


cabang pertamanya di Indonesia di Lippo Karawaci,Tangerang. Sayangnya,
cabang tersebut dijarah dan dibakar pada lerusuhan Mei 1998.Walmart
menghentikan investasi mereka di Indonesia setelah kerusuhan.

Penutup
Demikian pemaparan tentang sejarah kota Tangerang yang merupakan pokok
bahasan dalam makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalamanan penyusun.Saran yang membangun senantiasa kami harapkan dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini dan pada penulisan makalah-
makalah selanjutnya.
   Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan membangkitkan rasa
cinta akan sejarah serta menyadarkan pemerintah dan masyarakat untuk
memelihara dan melestarikan peninggalan sejarahnya. Kami juga berharap
makalah ini dapat dimanfaatkan seluas-luasnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai