Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“ HIPERKOLESTEROL” (Kolesterol Tinggi)


DI KAMPUNG TIPAR RT 03 RW 07
PONDOK KELAPA JAKARTA TIMUR

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NIA SONIA

DOSEN PEMBIMBING : Elfira S.Kep, M.Kes

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2017
LAPORAN STASE KELUARGA KOMUNITAS
DI RT 03 RW 07 KELURAHAN PONDOK KELAPA
JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH
NIA SONIA, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2017
HIPERKOLESTEROL

1. DEFINISI
Kolesterol adalah sterol terbanyak di dalam tubuh, bentuknya dapat sebagai
kolesterol bebas ataupun terikat pada asam lemak sebagai kolesterilester.Umumnya
kolesterol dalam darah dan limfe terlihat sebagai kolesterilester Sedangkan yang dalam
sel-sel darah otot, hepar, dan jaringan lain dalam bentuk bebas (Irawan dan Poestika,
1997 dalam Yudhasari, 2008).
Struktur kimia dasar kolesterol berupa steroid. Terdapat dalam jaringan dan
lipoprotein plasma dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dari asam lemak rantai
panjang sebagai ester kolesteril. Senyawa kolesterol ini disintesis dalam banyak jaringan
dari asetil-Ko A dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh melalui empedu sebagai garam
kolesterol atau empedu. Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan
sehingga terdapat dalam semua bahan makanan yang berasal dari hewan, misalnya
kuning telur, otak, daging dan hati (Sulistyowati, 2006).
Menurut Rahayu (2005), kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang
diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam
jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah). Jika aterosklerosis ini terjadi di pembuluh darah jantung, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Penggumpalan darah yang bercampur dengan
lemak yang menempel di pembuluh darah akan menyebabkan serangan jantung. Rahayu
(2005) juga menyatakan, terdapat korelasi yang jelas antara penyakit aterosklerosis
arteria koroner dengan kadar kolesterol total dalam darah, yang terutama mencerminkan
kandungan kolesterol pada LDL (Kolesterol LDL).
Hiperkolesterolemia merupakan hasil dari meningkatnya produksi dan atau
meningkatnya penggunaan LDL (Low Density Lipoprotein). Hiperkolesterolemia dapat
merupakan hiperkolesterol familial atau dapat disebabkan karena konsumsi kolesterol
tinggi. Menurut Prawitasari dkk. (2011), hiperkolesterolemia familial (HF) merupakan
kelainan genetik tersering penyebab terjadinya penyakit jantung koroner/aterosklerosis.
Hiperkolesterol terutama fraksi LDL, adalah faktor terpenting terbentuknya
aterosklerosis (Murwani dkk., 2006).
Proses aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat menyebabkan
terjadinya jantung koroner, apabila terjadi di pembuluh darah otak dapat menyebabkan
terjadinya stroke. HDL (High Density Lipoprotein) disebut juga kolesterol baik karena
mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah
dan jaringan lain menuju hati, selanjutnya mengeluarkannya lewat empedu. Kadar LDL
yang tinggi cenderung disertai dengan kadar trigliserida yang tinggi pula, sedangkan
apabila kadar HDL tinggi maka kadar trigliserida cenderung rendah (Yudhasari, 2008).

2. ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan
oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan hiperkoleterolemia
poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari penyakit lain seperti diabetes
mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan diet lemak jenuh (saturated fat),
kegemukan dan kurang olahraga.
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang beresiko tinggi
menderita hiperkolesterolemia. beberapa faktor dapat dikurangi atau dihilangkan dengan
pengubahan gaya hidup, beberapa faktor sulit untuk diubah. tapi setidaknya pengurangan
faktor resiko harus dilakukan semaksimal mungkin. faktor resiko utama penyebab
tingginya kolesterol darah antara lain obesitas atau kegemukan, makanan tinggi asam
lemak dan lemak jenuh, biasanya makanan yg digoreng, makanan rendah serat, kurang
beraktifitas fisik, stress, merokok, tinggal di area dengan tingkat polusi tinggi (industri,
kota yg padat kendaraan bermotor), diabetes, underactive thyroid, dan polycystic ovary
syndrome.
1. Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan
lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak
disertai dengan xantoma.
2. Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada reseptor
LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati
tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian
memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan
Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai
1000 mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal
sebelum berumur 20 tahun akibat infark miokard.
3. Kebiasaan Diet lemak Jenuh, Kurang olahraga dan Kegemukan
Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak teroksidasi dan
disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk ke dalam sel
kemudian dimetabolime di hepar untuk menjadi asam empedu dan diekskresikan
keluar. Pada proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh makrofag dan kemudian
menjadi sel busa dan menumpuk di dalam tubuh, tidak diekskresi dan apabila
menumpuk didalam pembuluh darah menimbulkan plak aterome dan lama-kelamaan
menjadi aterosklerosis.
Penelitian pada binatang yang ditingkatkan kadar serumnya menunjukkan
LDL memicu atrogenesis. Ada bentuk kelainan gen pada manusia yang menyebabkan
peningkatan LDL secara berat yang menimbulkan penyakit kardiovaskuler pada usia
muda. LDL menimbulkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri. LDL juga
menyebabkan rangsangan inflamasi dani inflamasi pada lesi aterogenik. Peningkatan
LDL berhubungan dengan semua tingkatan aterogenik yaitu disfungsi endotel,
pembentukan dan pertumbuhan plak, ketidakstabilan plak dan
thrombosis.Peningkatan LDL plasma menyebabkan retensi partikel LDL pada dinding
arteri meningkat, oksidasi LDL dan pengeluaran zat-zat mediator inflamasi . Terapi
terhadap peningkatan LDL menunjukkan fungsi endotel koroner menjadi normal.

Akibat Penyakit Lain


Berikut ini dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit lain:
Tabel 3
Penyebab Hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh penyakit
No. Penyakit penyebab Kelainan lipid
1. Diabetes mellitus (DM) TG dan HDL
2. Gagal ginjal kronis TG
3. Sindrom nefrotik Kolesterol total
4. Hipotiroidisme Koleterol total
5. Penyalahgunaan alcohol TG
6. Kholestasis Kolesterol total
7. Kehamilan TG
8. Obat-obatan (kontrasepsi oral, diuretic, beta bloker, kortikosteroid) TG dan
atau Kolesterol total , HDL
Keterangan:
 TG = Trigliserida
 HDL = High Density Lipoprotein
 Meningkat
 Menurun

Peningkatan prevalensi Diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko


yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, tinggi
lemak, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain. Prevalensi faktor risiko
DM dari 2001-2004 yaitu : obesitas dari 12,7% menjadi 18,3%. Hiperglikemia dari
7,9% menjadi 11,3% dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9%. Diabetes
berpotensi menyebabkan hiperkolesterolemia dengan meningkatkan kadar kolesterol
LDL.
Sindrom nefrotik adalah sindroma klinis yang ditandai dengan adanya
proteinuria, hipoalbunemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Patogenesis terjadinya
hiperkolesterolemia adalah kebocoran pada membrane basalis glomerulus
menyebabkan proteinuria sehingga terjadi hipoalbiminemia. Hipoalbuminemia
dikompensasi oleh hepar dengan memprodusksi kolesterol sehingga terjadi
hiperkolesterolemia. Terjadi hipoalbuminemia yang selanjutnya merangsang hepar
untuk memprodusksi kolesterol sehingga terjadi hiperkolesterolemi.

3. FAKTOR RESIKO

Faktor Resiko yang Dapat dimodifikasi


 Tekanan darah tinggi
 Merokok
 Diabetes Mellitus
 Penyakit jantung lain
 Obesitas
 Intake alkohol yang tinggi
 Penggunaan obat-obatan ilegal
 Usia
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada masa awalnya adalah kolesterol tinggi muncul tanpa gejala
apa pun. Karena ini screening awal melalui pemeriksaan lab secara rutin lebih baik
jika dilakukan. untuk tingkat lanjut, hiperkolesterolemia bisa menimbulkan gejala
penumpukan lemak pada tendon dan kulit (xanthoma), pembesaran hati dan limpa,
sakit pada perut akibat pankreatitis jika trigliserida tertumpuk pada pankreas
(umumnya saat level trigliserida di atas 800 mg/dL), sakit pada dada dan mungkin
serangan jantung akibat penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang
mengalirkan darah untuk jantung.
Tabel 1
o Klasifikasi dislipidemia menurut WHO
 Fredrickson Klasifikasi dislipidemia Peningkatan lipoprotein
 I Kilomikron
 Iia Hiperkolesterolemia LDL
 Iib Dislipidemia kombinasi LDL + VLDL
 III Dislipidemia remnant VLDL remnant + kilomikron
 IV Dislipidemia endogen VLDL
 V Dislipidemia campuran VLDL + kilomikron

Keterangan:
LDL = Low Density Lipoprotein
VLDL = Very Low Density Lipoprotein(Trigliserida)

Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol melebihi batas


normal (>200 mg/dl). Semakin lanjutnya usia risiko menderita hiperkolesterolemia
semakin besar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
hiperkolesterolemia, diantaranya jenis kelamin, pola makan, obesitas, kebiasaan olah
raga dan kebiasaan merokok terhadap hiperkolesterolemia pada lansia.
Tabel 2
Klasifikasi kadar lipid plasma (mg/dl)
No. Kadar Lipid Plasma
o Kolesterol total < 200 Batas tinggi ≥ 240
o 2 LDL < 100 Optimal 100 – 129 Mendekati optimal 130 –
159 Batas tinggi 160 – 189 Tinggi ≥ 190 Sangat
tinggi
o 3 HDL < 40 Rendah ≥ 60 Tinggi 4 Trigliserida < 150
Normal 150 – 199 Batas tinggi 200-499 Tinggi ≥500
Sangat tinggi.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG dan PENEGAKAN DIAGNOSA


 CVA
a) Terapi
Hiperkolesterolemia dapat dicegah dengan pengendalian berat badan,
meningkatkan aktivitas fisik (disarankan untuk secara teratur berolahraga
ringan selama 30 menit setiap harinya), dan pengaturan diet. Diutamakan
untuk banyak mengonsumsi makanan kaya serat.
1. Terapi non farmakologi
2. Terapi nutrisi medis
Diet tinggi lemak merupakan salah satu penyebab hiperkolesterolemia.
Makan makanan yang banyak mengandung trans fat dan saturated fat seperti
margarine/mentega, es krim, minyak kelapa dan lemak hewan dapat
meningkatkan kadar LDL dan menurunkan koleterol HDL. Maka harus
dikurangi sebanyak 7% perhari. Saturated fat dapat digantikan dengan
unsaturated fat yang relatif kurang meningkatkan kadar LDL. Unsaturated
dibagi dua antara lain Multi Unsaturated Fatty Acid (MUFA) contohnya
minyak zaitun, alpokat dan Poli Unsaturated Fatty Acid (PUFA) contoh ikan.
Dengan perubahan pola makan, mampu menurunkan kadar kolesterol dalam
darah sebesar 10-15% . Makan ikan yang banyak mengandung omega 3
dapat menurunkan kadar LDL. Begitu juga dengan mengkonsumsi protein
kedelai. Diet tinggi serat yang larut dalam air seperti oat dan buah/sayuran
20-30 gram sehari dapat menurunkan 5-15% kadar kolesterol total dan LDL.
Tabel 4
Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia menurut Perkeni 2004
No. Makanan Asupan yang dianjurkan
1 Total lemak 20-25% dari kalori total
2 Lemak jenuh < 7 % dari kalori total
3 Lemak PUFA Sampai 10% dari kalori total
4 Lemak MUFA Sampai 10 % dari kalori total
5 Karbohidrat 60% dari kalori total (terutama karbohidrat kompleks)
6 Serat 30 gr perhari
7 Protein Sekitar 15% dari kalori total
8 Kolesterol < 200 mg/hari

Tabel 5
Untuk di Rumah Sakit Dr.Soetomo menggunakan Diet B (Tjokroprawiro)
dengan komposisi:
No. Makanan Asupan yang dianjurkan
1 Karbohidrat 68%
2 lemak kolesterol < 300 mg/hari
3 lemak jenuh dan trans 5%
4 PUFA 5%
5 MUFA 10%
6 protein 12%
7 serat 25-35 gr/hari.

b) Aktivitas fisik
Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan berat badan.
Olahraga disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan penderita. Penurunan
10 % berat badan berarti menurunkan 30% lingkar perut yang mana terdapat
lemak sentral di sana. AHA merekomendasikan olahraga selama 30 menit
dengan aktivitas sedang 3-4 kali dalam seminggu
c) Menghindari rokok
Merokok berhubungan dengan proses metabolis yang berefek pada
lipoprotein termasuk didalamnya meningkatkan asam lemak bebas, glukosa
dan VLDL serta menurunkan HDL. Berhenti merokok berhubungan dengan
peningkatan rata-rata HDL 6-8 mg/dl.
d) Terapi farmakologis
Berikut ini obat- obatan yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah,
terdapat beberapa golongan obat, antara lain statin, resin, niasin, ezetimibe
dan asam lemak omega-3.
Tabel 6
Obat-obatan hipolipidemik
No. Obat Kolesterol LDL Koleterol HDL Trigliserida
1 Statin 20-55% 5-15% 10-20%
2 Resin 15-30% 3-5%-/
3 Fibrat 10-15% 10-20% 35-50%
4 Niasin 10-25% 10-35% 25-50%
5 Ezetimibe 15-25% 3-5% 5-10%
6 Asam lemak Omega-35-10% 1-3% 20-30%

Tabel 7
Efek Obat hipolipidemik terhadap kadar lipid serum
No. Dislipidemia Obat pilihan
1 hiperkolesterolemia Statin/resin/kombinasi
2 Dislipidemia campuran Statin/resin/kombinasi
3 Hipertrigliseridemia fibrat
4 Isolated low HDL fibrat

Diagnosa Hiperkolesterolemia
Penegakkan diagnosa Hiperkolesterol didasarkan atas adanya keluhan dan gejala yang khas
ditambah hasil pemeriksaan kolesterol > 200 mg/dl.

6. PENCEGAHAN
 Menghentikan merokok
 Mengurangi konsumsi kolesterol
 Mempertahankan kadar gula normal
 Latihan fisik (senam) secara teratu
 Periksa tekanan darah
 Lakukan latihan olahraga.
 Konsumsi makanan yang bergizi
 Kurangi makanan berlemak.
 Jauhi alkohol

7. PENATALAKSANAAN

Terapi Hiperkolesterolemia

Menurut National Choleteroslemia Education Programme Adult Therapy


Programme (NCEP ATP III) sasaran LDL disesuaikan dengan faktor risiko yang dimiliki
seseorang yaitu (5):

1. Risiko tinggi

a. Riwayat penyakit jantung koroner (PJK)

b. Risiko yang disamakan dengan PJK

 Diabetes Melitus, stroke, penyakit obstruksi arteri tepi, aneurisma aorta abdominalis
 Faktor risiko multiple (> 2 faktor risiko dan mempunyai faktor risiko PJK dalam
waktu 10 tahun menurun skor Framingham)

2. Risiko Multipel

≥ 2 faktor risiko dengan risiko PJK dalam kurun waktu 10 tahun < 20% (skor Framingham)

3. Risiko rendah (0;1 faktor risiko)

Dengan risiko PJK dalam kurun 10 tahun < 10 %

Terapi non farmakologis (perubahan gaya hidup) antara lain terapi nutrisi medis, aktivitas
fisik, menghindari rokok, menurunkan berat badan, pembatasan asupan alkohol. Faktor risiko
utama (selain kolesterol LDL) yang menetukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai :

- Kebiasaan merokok

- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat hipertensi

- Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dL)

- Riwayat PJK dini yaitu ayah < 55 tahun dan ibu < 65 tahun

- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun

Tabel 2. Tiga kelompok risiko untuk menentukan sasaran kolesterol LDL


Kelompok risiko Sasaran kolesterol LDL (mg/dL)
Risiko tinggi < 100
Faktor risiko multiple (≥ 2 faktor risiko) < 130
Risiko rendah (0-1 faktor risiko) < 160

Terapi non farmakologi

Terapi nutrisi medis

Diet tinggi lemak merupakan salah satu penyebab hiperkolesterolemia. Makan makanan yang
banyak mengandung trans fat dan saturated fat seperti margarine/mentega, es krim, minyak
kelapa dan lemak hewan dapat meningkatkan kadar LDL dan menurunkan koleterol HDL.
Maka harus dikurangi sebanyak 7% perhari. Saturated fat dapat digantikan dengan
unsaturated fat yang relatif kurang meningkatkan kadar LDL. Unsaturated dibagi dua antara
lain Multi Unsaturated Fatty Acid (MUFA) contohnya minyak zaitun, alpokat dan Poli
Unsaturated Fatty Acid (PUFA) contoh ikan. Dengan perubahan pola makan, mampu
menurunkan kadar kolesterol dalam darah sebesar 10-15% . Makan ikan yang banyak
mengandung omega 3 dapat menurunkan kadar LDL. Begitu juga dengan mengkonsumsi
protein kedelai. Diet tinggi serat yang larut dalam air seperti oat dan buah/sayuran 20-30
gram sehari dapat menurunkan 5-15% kadar kolesterol total dan LDL.

Tabel 3. Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia menurut Perkeni 2004

Makanan Asupan yang dianjurkan


Total lemak 20-25% dari kalori total
Lemak jenuh < 7 % dari kalori total
Lemak PUFA Sampai 10% dari kalori total
Lemak MUFA Sampai 10 % dari kalori tota
Karbohidrat 60% dari kalori total (terutama
karbohidrat kompleks)
Serat 30 gr perhari
Protein Sekitar 15% dari kalori total
Kolesterol < 200 mg/hari

Untuk di Rumah Sakit Dr.Soetomo menggunakan Diet B (Tjokroprawiro) dengan komposisi


karbohidrat 68%, lemak : kolesterol < 300 mg/hari, lemak jenuh dan trans 5%, PUFA 5%,
MUFA 10%, protein 12%, serat 25-35 gr perhari.

Aktivitas fisik

Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan berat badan. Olahraga disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan penderita. Penurunan 10 % berat badan berarti menurunkan
30% lingkar perut yang mana terdapat lemak sentral di sana. AHA merekomendasikan
olahraga selama 30 menit dengan aktivitas sedang 3-4 kali dalam seminggu

Menghindari rokok
Merokok berhubungan dengan proses metabolis yang berefek pada lipoprotein termasuk
didalamnya meningkatkan asam lemak bebas, glukosa dan VLDL serta menurunkan HDL.
Berhenti merokok berhubungan dengan peningkatan rata-rata HDL 6-8 mg/dl.

Hipertensi

Kriteria hipertensi berdasarkan JNC-VII, yaitu TD sistolik ≥ 140 mmHg dan TD diastolik ≥
90mmHg (As). Cara menangani hipertensi dengan perubahan pola hidup, meningkatkan
aktivitas fisik, diet rendah garam, kurangi alcohol dan tingkatkan diet sayuran dan buah serta
rendah lemak. Juga minum obat antihipertensi seperti ACE Inhibitor dan thiazid.

Terapi farmakologis

Berikut ini obat- obatan yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah, terdapat beberapa
golongan obat, antara lain statin, resin, niasin, ezetimibe dan asam lemak omega-3.

Tabel 4. Obat-obatan hipolipidemik

Obat Kolesterol LDL Koleterol HDL Trigliserida


Statin 20-55% 5-15% 10-20%
Resin 15-30% 3-5% -/
Fibrat 10-15% 10-20% 35-50%
Niasin 10-25% 10-35% 25-50%
Ezetimibe 15-25% 3-5% 5-10%
Asam lemak 5-10% 1-3% 20-30%
Omega-3

Tabel 5. Efek Obat hipolipidemik terhadap kadar lipid serum

Dislipidemia Obat pilihan


Hiperkolesterolemia Statin/resin/kombinasi
Dislipidemia campuran Statin/resin/kombinasi
Hipertrigliseridemia fibrat
Isolated low HDL fibrat
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S

Tanggal maret 2017


Kunjungan ke-1

I. Latar belakang
a. Karakteristik Keluarga

b. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut


1. Data Demografi
Nama kepala kelurga dan anggota keluarga
2. Waktu dan tempat yang disepakati keluarga untuk pertemuan-pertemuan berikutnya.
Di rumah sendiri
3. Komposisi keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.
4. Masalah Kesehatan yang dialami setiap anggota keluarga kepala keluarga riwayat
sakit hiperkolesterol, tidak pernah di cek sebelumnya.

c. MASALAH KEPERAWATAN
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan
b. TUJUAN
- TUJUAN UMUM
Setelah melakukan interaksi dan bertatap muka dengan selama 30 menit diharapkan
keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa secara
terapeutik.

- TUJUAN KHUSUS
Keluarga diharapkan dapat membina saling percaya dengan cara :
1. Mampu menyebutkan nama kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya
2. Mampu menyebutkan kembali nama mahasiswa
3. Menerima jabat tangan mahasiswa
4. Mampu menyebutkan masalah kesehatan yang sering dialami anggota keluarga
5. Mampu menyebutkan komposisi keluarga
6. Menunjukkan sikap terbuka kepada mahasiswa, ditandai dengan menatap mata
mahasiswa dan menunjukkan respon menerima mahasiswa secara verval dan non
verbal.
7. Mampu menetapkan waktu kunjungan yang tepat untuk pertemuan berikutnya.

III. Implementasi Tindakan Keperawatan


a. Metode
 Wawancara
 Observasi
 Diskusi
b. Media dan Alat
Belum ada
IV. Kriteria evaluasi
a. Kriteria struktur
- Interaksi mahasiswa dan keluarga berlangsung sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu 30 menit
- Mahasiswa dapat bertemu dengan keluarga minimal 2 anggota keluarga
b. Kriteria proses
- Selama interaksi tidak ada penyimpanan dari tujuan yang telah ditentukan
- Keluarga menunjukkan sikap terbuka dan bias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh mahasiswa.
c. Kriteria hasil
- Mahasiswa dan keluarga dapat saling mengenal dan sudah terbina hubungan saling
percaya.
- Dengan kesepakatan bersaman dapat menentukan pertemuan selanjutnya.
Daftar Pustaka

1. Arza. 2009. Kenalan Dengan Hiperkolesterolemia. 21 Januari 2009. Diakses


dari www.wordpress.com 20 Oktober 2009, 19:46:49.
2. Halim, Herman. 2006. Mutasi reseptor LDL penyebab hiperkolesterolemia
Familier. Bagian biologi kedokteran fakultas kedokteran unika atrna jaya.
Majalah Kedokteran Damianus. Vo1.5. No. 3. September 2006.
3. Hiperkolesterolemia (Bagian1). Diakses dari Error! Hyperlink reference not
valid..
4. Hiperkolesterolemia (Bagian 2). Diakses dari Error! Hyperlink reference not
valid..
5. Hiperkolesterolemia (Kelebihan Kolesterol). 16 Juli 2008 Diakses dari
http://copeebreak.blogspot.com/search/label/healthly.
6. Hubungan merokok dengan risiko terjadinya hiperkolesterolemia pada pasien
kardiovaskuler. 2004. RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Diakses dari
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2730.
7. Hiperkolesterolemia (bagian 2). http://dokter-
medis.blogspot.co.id/2009/07/hiperkolesterolemia-bagian-2.html. diakses pada
tanggal 9 april 2017.

Anda mungkin juga menyukai