Anda di halaman 1dari 4

1.

Judul Penelitia
“ Tatalaksana Penurunan Kesadaran Pada Penderita Diabetes Mellitus”
2. Latar Belakang
Krisis hiperglikemik yaitu ketoasidosis diabetikum (KAD) atau status
hiperosmolar hiperglikemia (SHH), dan asidosis laktat maupun hipoglikemia serta
uremik ensefalopati merupakan komplikasi pada penderita diabetes mellitus (DM) yang
mengancam jiwa. Kondisi yang mengancam jiwa ini membutuhkan pemeriksaan klinis
dan penunjang yang berkelanjutan, monitoring ketat, koreksi hipovolemia, asidemia,
hiperglikemia atau hipoglikemia, ketonemia, elektrolit, dan penanganan terhadap
pencetus kondisi tersebut.

KAD merupakan penyebab lebih dari 110.000 pasien rawat inap per tahun dengan
tingkat mortalitas dari 2%-10%. Sedangkan angka kejadian SHH lebih jarang yaitu <1%
dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi yaitu 5-20%. Dibandingkan krisis
hiperglikemia, hipoglikemi sebagai komplikasi akut pada pasien penderita DM lebih
umum terjadi dan merupakan 3% penyebab kematian pada pasien insulin-dependent DM.
Asidosis laktat yang terasosiasi dengan penggunaan metformin (Metformin-Associated
Lactic Acidosis/MALA) dan uremik ensefalopati merupakan diagnosis banding pasien
DM dengan penurunan kesadaran dengan tingkat mortalitas mencapai 30%. Penegakkan
diagnosis yang akurat dan tatalaksana yang spesifik telah terbukti menurunkan angka
mortalitas pada kondisi kegawatdaruratan ini.

3. Tujuan
Membahas talalaksana beberapa penyebab penurunan kesadaran pada pasien DM, antara
lain ketoasidosis diabetikum (KAD), status hiperosmolar hiperglikemi (SHH), asidosis
laktat, hipoglikemi, dan uremik ensefalopati.
4. Responden
Pasien dengan kondisi hipoglikemi
5. Metode Penelitian
Melakukan tindakan tatalaksana pada pasien dengan penurunan kesadaran akibat
hipoglikemi
- Periksa GDS, bila:
GDS < 50 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50 ml IV
GDS <100 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 25 ml IV
- Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40%, bila:
GDS <50 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50 ml IV
GDS <100 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 25 ml IV
GDS 100-200 mg/dl, tanpa bolus Dekstrosa 40%
GDS >200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%

6. Hasil Penelitian
Intravena dekstrosa merupakan terapi lini pertama pada pasien dengan penurunan
kesadaran yang tidak dapat menerima asupan oral. Pemberian glukosa secara intravena
harus diberikan dengan perhatian. Perbaikan klinis biasanya terjadi 15-20 menit setelah
pemberian glukosa.

7. Manfaat
Krisis hiperglikemik yaitu ketoasidosis diabetikum (KAD) atau status hiperosmolar
hiperglikemia (SHH), dan asidosis laktat maupun hipoglikemia serta uremik ensefalopati
merupakan komplikasi pada penderita diabetes mellitus (DM) yang mengancam jiwa.
Terapi yang spesifik untuk masing-masing kondisi tersebut mutlak diperlukan untuk
mengurangi angka mortalitas pada komplikasi tersebut.

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulakan pemeberian tindakan terapi yang tepat
dapat membantu mempercepat perbaikan kondisi pasien guna menangi terjadinya kondisi
yang semakin memburuk akibat penurunan kadar gula di dalam darah.
ANALISA PICO

N Kriteria Pembenaran&Critical thinking


o.
1 P Hipoglikemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan irreversibel
dari otak sampai kematian, oleh karena itu setelah kadar glukosa darah bebas
(GDS) sudah didapatkan (GDS < 70 mg/dL) penangananan yang difokuskan
untuk meningkatkan kadar glukosa plasma harus segera dilaksanakan, baik
dengan asupan makanan oral, dekstrosa intravena, atau glukagon intramuskular.

2 I Dilakukan tatalaksana awal pada pasien dengan penurunan kesadaran

3 C Korelasi antara pemberian terapi input glukosa via oral dan intravena berkaitan
dengan manajemen tatalaksana awal pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Efek pemberian glukosa intravena dalam waktu 15-20 menit dengan
pemantauan observasi tiap 30 menit dalam 2 jam pertama.

4 O Analisa tindakan pasca tatalaksana awal ialah dengan pemantauan GDS pasien
dan penilaian menggunakan sleding scale berdasarkan hasil GDS yang di dapat

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulakan bahwa hasil intervensi, Terapi yang spesifik untuk
masing-masing kondisi tersebut mutlak diperlukan untuk mengurangi angka mortalitas pada
komplikasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai