PENDALAMAN MATERI
BAHASA ARAB
Penulis:
PENDAHULUAN ..................................................................................................
Rasional dan Deskripsi Singkat .................................................................
Relevansi ..................................................................................................
Petunjuk Belajar ........................................................................................
Relevansi
Bahasa Arab di Indonesia merupakan bahasa asing dan bahasa sumber
agama Islam (Al-Quran dan Hadis) yang harus diajarkan sesuai dengan kaidah-
kaidah bahasa yang baku atau tersandar, khususnya berkaitan dengan aturan
linguistik Arab (ilmu al-lughah). Kaidah-kaidah yang harus dikuasai oleh guru bahasa
Arab berkaitan dengan ilmu sharf (morfologi), ilmu nahwu (sintaksis), dan ilmu
balaghah (semantik-stilistika).
Ilmu sharf ialah ilmu yang membahas tentang pola-pola kata (awzân al-
kalimah) dalam bahasa Arab dan perubahan bentuknya (qawa’id tashrîf al-shîghah),
khususnya sebelum kata tersebut digunakan di dalam struktur/kalimat. Perubahan
bentuk kata ini berimplikasi pada perubahan arti atau makna. Ilmu sharf (morfologi)
termasuk bidang ilmu linguistik yang harus dikuasai lebih awal oleh para guru
bahasa Arab karena struktur dasar (elemen inti) dari bahasa berpangkal pada kata,
lalu frasa, kalimat, dan wacana. Artinya, guru bahasa Arab yang tidak menguasai
ilmu sharf atau morfologi bahasa Arab dinilai tidak layak atau tidak memenuhi
kualifikasi untuk mengajarkan bahasa Arab.
Dalam mengajarkan bahasa Arab, para guru bahasa Arab di Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), serta juga
di sekolah yang sederajat, dituntut minimal menguasai ilmu sharf (morfologi Arab),
antara lain: klasifikasi kata, kata dasar (ashl al-kalimah), wazan (pola), shighah al-
kalimât (bentuk kata), tashrîf ishthilâhî (derivasi), tashrîf lughawî (infleksi), pola-pola
fi’il tsulâtsî mujarrad, dan fi’il tsulâtsî mazîd. Dengan mempelajari materi modul ini,
diharapkan Anda memperoleh manfaat untuk lebih mengenal aneka pola kata,
bentuknya, perubahan strukturnya, serta beragama artinya.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi ilmu sharf atau morfologi bahasa Arab ini dengan memberi
tanda-tanda khusus pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1: TAKRIF ILMU SHARF DAN URGENSINYA
Pokok-Pokok Materi
)ﺻﺮف اﻟﻜﻼم ﻋﻦ: اﻟﺘﺤﻮﻳﻞ واﻟﺘﻐﻴﻴﺮ واﻻﻧﺘﻘﺎل ﻣﻦ ﺣﺎل إﻟﻰ ﺣﺎل؛ وﻣﻨﻪ ﻗﻮﻟﻬﻢ:اﻟﺼﺮف ﻟﻐﺔ
.ﺣﻘﻴﻘﺘﻪ( أي ﻏﻴّﺮﻩ وﺑﺪّﻟﻪ
“Sharf” ( )ﺻﺮْ فsecara bahasa ialah tahwîl (perubahan bentuk), taghyîr
(perubahan pada umumnya), dan intiqâl hâl ilâ hâl (perpindahan suatu kondisi ke
kondisi yang lain). Dari sinilah terdapat ungkapan Arab: ﺻﺮف اﻟﻜﻼم ﻋﻦ ﺣﻘﯿﻘﺘﮫ
(sharafa al-kalâm ‘an haqîqatihî), maksudnya: “mengubah dan mengganti
ucapan/kalam dari yang sebenarnya.”
Dengan demikian, “ilmu sharf” diartikan sebagai ilmu yang membahas
tentang perubahan/pergeseran bentuk atau keadaan kata bahasa Arab.
Syaikh Musthafa al-Ghalayaini, Penulis Jâmi‘al-Durûs Al-‘Arabiyyah,
mendefinisikan ilmu sharf sebagai berikut:
.ﺑﺄﺻﻮل ﺗُﻌﺮَف ﺑﻬﺎ ﺻِﻴ ُﻎ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ وأﺣﻮاﻟُﻬﺎ اﻟﺘﻲ ﻟﻴﺴﺖ ﺑﺈﻋﺮاب وﻻ ﺑﻨﺎء
ٍ اﻟﺼﺮف ﻋﻠ ٌﻢ
ض ﻟﻪ ﻣﻦ ﺗﺼﺮﻳﻒ وإﻋﻼل وإدﻏﺎم وإﺑﺪال وﺑ ِﻪ
ُ ﺣﻴﺚ ﻣﺎ ﻳَﻌ ِﺮ
ُ ﻳﺒﺤﺚ ﻋﻦ اﻟ َﻜﻠِﻢ ﻣﻦ
ُ ﻓﻬﻮ ﻋﻠ ٌﻢ
.ﻧﻌﺮِف ﻣﺎ ﻳﺠﺐ أن ﺗﻜﻮن ﻋﻠﻴ ِﻪ ﺑﻨﻴﺔُ اﻟﻜﻠﻤﺔ ﻗﺒ َﻞ اﻧﺘﻈﺎﻣﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﺠﻤﻠﺔ
“Sharf ialah ilmu tentang kaidah-kaidah pokok untuk mengetahui bentuk-bentuk
kata berbahasa Arab (shiyagh al-kalimât al-‘arabiyyah) serta keadaan-
keadaannya yang bukan termasuk dalam kajian i‘râb dan binâ’. Sharf ialah ilmu
yang membahas tentang kalim (kata-kata) dari sisi perubahan yang muncul
darinya seperti tashrîf, i‘lâl, idghâm, dan ibdâl. Dengan ilmu ini, kita dapat
mengetahui apa yang dipersyaratkan dalam bangunan kalimah sebelum ia
tersusun dalam jumlah (struktur/kalimat).”
Beberapa istilah yang terkait dengan definisi ilmu sharf di atas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tashrîf ()ﺗﺼﺮﯾﻒ, secara harfiah berarti perubahan bentuk (taghyîr). Dalam
ilmu sharf, tashrîf dipahami sebagai perubahan kontruksi kata (kalimah)
bahasa Arab yang berkaitan dengan harf-harf (konsonan morfem-akar) yang
asli atau tambahan, shahîh (konsonan murni) atau ‘illat (semi vokal: a, y/i,
u/w), serta apakah konstruksi kata itu mengandung i‘lâl (pembuangan,
penggantian, dan penukaran posisi harf illat dengan harf shahîh) atau ibdâl
(penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf shahîh dan atau
dengan harf illat), dan sebagainya.
Menurut Syaikh Mushthafa al-Ghalayaini, istilah tashrîf memiliki dua
makna, yaitu: pertama, perubahan kalimah (akar kata) ke dalam berbagai
bentuk kata baru yang berbeda-beda dan menghasilkan aneka makna,
seperti perubahan kata mashdar (infinitif) ke bentuk fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘,
fi‘il amr, isim fâ‘il, isim maf‘ûl, dan seperti perubahan bentuk nisbah dan
tashghir. Makna kedua, ialah perubahan yang terjadi di dalam proses
pembentukan kata yang tidak menimbulkan perubahan makna, seperti
ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl
(penggantian harf), qalb (penukaran posisi harf), dan idghâm (pemasukkan
harf ke harf yang sejenis).
Secara lebih aplikatif, dalam khazanah pembelajaran ilmu sharf di
Indonesia, Muhammad Ma‘shum bin ‘Ali, penulis Al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah,
memperkenalkan dua model tashrîf, yaitu: pertama, tashrîf isthilâhî, yaitu:
perubahan kata dasar (morfem-akar) ke berbagai bentuk kalimah baru yang
memiliki istilah/terminologis khusus, seperti fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, mashdar
ghair mîmî, mashdar mîmî, isim fâ‘il, isim maf‘ûl, fi‘il amr, fi‘il nahy, isim
zamân, dan isim makân. Kata dasar dan kata-kata baru yang terbentuk
dalam pola tashrîf isthilâhî ini diurutkan secara mendatar dan di atasnya
diletakkan wazn-wazn (timbangan kata) yang menjadi acuan kata-kata di
bawahnya. Model tashrîf isthilâhî ini dapat dikatakan sebagai penjabaran
makna tashrîf secara aplikatif yang telah dikemukakan oleh Al-Ghalayaini di
atas, yaitu perubahan suatu kata dasar (morfem-akar) bahasa Arab ke dalam
berbagai bentuk kata baru yang berbeda untuk menghasilkan berbagai
macam makna.
Istilah kedua yang dikemukakan oleh Muhammad Ma‘shum bin ‘Ali
ialah tashrîf lughawî, yaitu perubahan suatu kalimah secara bahasa yang
disesuaikan dengan keadaan subjek berupa dhamîr (pronomina persona).
Acuan dalam tashrîf lughawî adalah dhamîr-dhamîr yang diurutkan secara
vertikal/menurun (dari atas ke bawah) dengan klasifikasi dhamîr al-ghâ’ib,
dhamîr al-mukhâthab, dan dhamîr al-mutakallim. Urutan dhamîr tersebut
ialah ھﻮ, ھﻤﺎ, ھﻢ, ھﻲ, ھﻤﺎ, ( ھﻦhuwa, humâ, hum, hiya, humâ, hunna) untuk
dhamâ’ir al-ghâ’ib (kata ganti orang ketiga), lalu َأﻧﺖ, أﻧﺘﻤﺎ, أﻧﺘﻢ, ﺖ
ِ أﻧ, أﻧﺘﻤﺎ, أﻧﺘﻦ
(anta, antumâ, antum, anti, antumâ, antunna) untuk dhamâ’ir al-mukhâthab
(kata ganti orang kedua), lalu ( أﻧﺎanâ) untuk dhamîr al-mutakallim wahdah
(kata ganti orang pertama tunggal) dan , ( ﻧﺤﻦnahnu) untuk dhamîr al-
mutakallim ma‘al-ghair (kata ganti orang pertama jamak). Dengan demikian,
setiap kata yang ditasrifkan dengan pola tashrîf lughawî ini akan dibaca dari
atas ke bawah sesuai dengan urutan dhamîr tersebut. Muhammad Hamzah
bin Sattar dalam Tashrîf Binâ’ al-Af‘âl: Mawâzîn wa Amtsilah, (Kairo, Dar al-
Fajr al-Islami, 2007), mengikuti kedua model tasrif tersebut, yakni tashrîf
isthilâhî dan tashrîf lughawî, tetapi dengan penyempurnaan beberapa istilah
terkait.
2. I‘lâl, yaitu pembuangan harf ‘illat (semi vokal), penggantiannya dengan harf
shahîh atau ‘illat, dan penukaran posisinya dengan harf shahîh dan atau harf
‘illat.
3. Idghâm, yaitu pemasukkan satu harf (konsonan) pada harf sejenis dengan
cara men-sukûn-kan yang pertama lalu memasukkannya sehingga
dilambangkan dengan satu harf yang memiliki syiddah (_ّ_).
4. Ibdâl, yaitu penggantian/penukaran posisi harf shahîh dengan harf shahîh
dan atau dengan harf ‘illat.
Selain definisi yang dikemukakan oleh al-Ghalayaini tersebut di atas, ada
beberapa defisini ilmu sharf yang cukup aplikatif sebagai berikut:
:اﻟﺼﺮف اﺻﻄﻼﺣﺎ
ٍْﻞ اﻟﻮاﺣ ِﺪ إﻟﻰ أﻣﺜﻠ ٍﺔ ﻣﺨﺘﻠﻔ ٍﺔ ﻟِﻤﻌﺎ ٍن ﻣﻘﺼﻮدة
ِ ﺗَﺤﻮﻳﻞُ اﻷﺻ-١
أﺣﻮال أﺑﻨﻴ ِﺔ اﻟﻜﻠﻤ ِﺔ اﻟﺘﻲ ﻟﻴﺴﺖ ﺑِﺈﻋﺮاب وﻻ ﺑﻨﺎء
ُ ﻋﻠ ٌﻢ ﺑِﻘﻮاﻋ َﺪ ﺗُﻌﺮَف ﺑﻬﺎ-٢
أﺣﻮال أﺑﻨﻴﺔ اﻟﻜﻠ ِِﻢ ﻗﺒ َﻞ ﺗﺮﻛﻴﺒِﻬﺎ
ُ ﺑﺄﺻﻮل ﺗُﻌﺮَف ﺑﻬﺎ
ٍ ﻋﻠ ٌﻢ-٣
1. Perubahan akar kata (al-ashl al-wâhid, dasar yang tunggal) ke dalam berbagai
bentuk kata yang berbeda-beda untuk mengungkapkan aneka makna
(maksud/tujuan).
2. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengan kaidah itu dapat diketahui keadaan
bangunan/kontruksi kalimah (kata) yang bukan termasuk bahasan i‘râb dan
binâ’ (maksudnya, bukan perubahan [i‘râb] dan ketetapan [binâ’] yang terjadi
pada bunyi akhir kata sebagaimana yang dibahas di dalam ilmu nahwu).
3. Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
bangunan/kontruksi kalim (kata-kata) sebelum disusun di dalam
struktur/kalimat.
Contoh perubahan akar kata ke beberapa bentuk lainnya yang berbeda,
sebagaimana ditegaskan dalam definisi nomor 1 ialah perubahan mashdar
(infinitif) ke bentuk fi‘il mâdhi (kata kerja kala lampau), fi‘il mudhâri‘(kata kerja kala
kini dan akan datang), dan fi‘il amr (kata kerja perintah/imperatif), termasuk
perubahan mashdar (infinitif) ke bentuk kata-kata benda yang dibentuk
darinya/yang menjadi turunannya (asmâ’ musytaqqât), yaitu isim fâ‘il (isim pelaku,
active participle), isim maf‘ûl (isim objek pekerjaan/passive participle), shifah
musyabbahah (adjektiva), dan sebagainya.
Perhatikan tabel perubahan akar kata berikut (dibaca dari kanan):
Tentang kalimah yang menjadi objek kajian ilmu sharf, al-Ghalayaini secara
khusus menyebutkan dua jenis kalimah (kata), yaitu: isim mutamakkin ( اﻻﺳﻢ
)اﻟﻤﺘﻤﻜﻦatau isim mu‘rab ( )اﻻﺳﻢ اﻟﻤﻌﺮبdan fi‘il mutasharrif ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺘﺼﺮف. Dua jenis
kalimah inilah yang menjadi objek kajian ilmu sharf karena keduanya menerima
perubahan bentuk. Maksud perubahan bentuk pada kalimah, menurut al-
Ghalayaini, adalah perubahan dari akar kata tunggal ke dalam berbagai bentuk
kata baru yang memiliki aneka makna, seperti perubahan kata mashdar (infinitif)
ke bentuk fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, fi‘il amr, isim fâ‘il, dan isim maf‘ûl, dan
perubahan yang terjadi di dalam proses pembentukan kata yang tidak
menimbulkan perubahan makna, seperti ziyâdah (penambahan harf atau
sejenisnya), hadzf (pembuangan harf), ibdâl (penggantian harf), qalb (penukaran
posisi harf), dan idghâm (pemasukkan harf ke harf yang sejenis). Lebih lanjut, al-
Ghalayaini juga menandaskan bahwa persoalan yang berkaitan dengan
perubahan di dalam kata seperti tashrîf, i‘lâl, idghâm, dan ibdâl juga merupakan
kajian di dalam ilmu sharf.
Dari penjelasan di atas, cakupan atau objek kajian ilmu sharf dapat
dijabarkan sebagai berikut:
5. Asmâ’ mutamakkinah, yaitu semua isim yang dibentuk atau diturunkan dari
akar kata/masdar (infinitif), seperti isim fâ‘il (isim pelaku, active participle), isim
maf‘ûl (isim bermakna objek/pasif, passive participle), shifah musyabbahah
(kata sifat, adjektiva), dan bentuk-bentuk isim lainnya yang menerima
perubahan.
8. al-Ma‘nâ al-sharfî, yaitu makna yang muncul dari setiap perubahan pada
kalimah, seperti ziyâdah (penambahan harf atau sejenisnya), dan makna yang
terjadi pada setiap pembentukan kalimah baru dari akar kata yang tunggal,
seperti makna dari fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘, dan fi‘il amr, dan fi‘il nahy serta
makna dari isim fâ‘il, isim maf‘ûl, shifah musyabbahah (kata sifat, adjektiva),
dan sebagainya.
Ringkasnya, ilmu sharf ialah ilmu yang mengkaji ketentuan perubahan
bentuk kata bahasa Arab (qawâ‘id sharfiyyah) atau secara khusus membahas
asmâ’ mu‘rabah atau mutamakkinah (isim-isim yang dapat berubah bentuk) dan
af‘âl mutasharrifah (fi‘il-fi‘il yang menerima perubahan) berikut makna-makna
yang terkandung di dalamnya. Dengan catatan, semua kalimah yang menjadi
objek kajian ilmu sharf ini belum tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat.
Dengan demikian, objek kajian ilmu sharf dapat diungkapkan sebagai berikut:
1. Ilmu sharf membahas semua kalimah berbahasa Arab yang dapat berubah
(mutamakkinah) atau menerima perubahan bentuk (mutasharrifah), seperti
isim fâ‘il, isim maf‘ûl, dan shifah musyabbahah yang diturunkan dari masdar
(infinitif) serta fi‘il mâdhi, fi‘il mudhâri‘,fi‘il amr, dan fi‘il nahy.
5. Ilmu sharf juga membahas ashl al-musytaqqât, yaitu akar semua kalimah yang
dibentuk atau diturunkan serta mengkaji wazn-wazn (penimbang/acuan kata)
yang menjadi patokan bagi semua kalimah yang dibentuk atau menjadi
turunannya.
6. Meskipun ilmu sharf lebih banyak membahas kalimah bahasa Arab, makna-
makna yang muncul dari setiap perubahan bentuk kalimah juga menjadi
spesifikasi kajian ilmu sharf. Artinya, ilmu sharf juga mengkaji makna dari kata-
kata yang berubah itu.
Adapun ilmu nahwu mengkaji kondisi akhir setiap kalimah yang telah
tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat. Secara lebih spesifik, ilmu nahwu
didefinisikan sebagai berikut:
وﻫﻮ. ﻋﻠﻢ ﻳﺒﺤﺚ ﻋﻦ أﺣﻮال أواﺧﺮ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﻹﻋﺮاب و اﻟﺒﻨﺎء:اﻟﻨﺤﻮ
.ﻳﺒﺤﺚ ﻋﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت ﰲ ﺣﺎل ﺗﺮﻛﻴﺒﻬﺎ أو ﺑﻌﺪ اﻧﺘﻈﺎﻣﻬﺎ ﰲ اﳉﻤﻠﺔ
“Nahwu ialah ilmu yang mengkaji kondisi akhir kalimah berbahasa Arab dari
perspektif i‘râb dan binâ’. Ilmu nahwu membahas kalimah (kata-kata) pada saat
atau setelah ia tersusun di dalam jumlah atau struktur kalimat.”
Maksud i‘râb ialah perubahan yang terjadi pada akhir kalimah (umumnya
pada harakat a, i, dan u atau sejenisnya) karena perubahan jabatan/kedudukan
kata di dalam jumlah (kalimat) atau karena perbedaan ‘âmil (sesuatu yang
berpengaruh) pada perubahan jebatan tersebut. Sedangkan, binâ’ adalah
kebalikan dari i‘râb, yaitu kondisi tetap (mabnî) pada harakat akhir kata di dalam
kalimat (jumlah), meskipun jabatannya dalam kalimat itu berubah, atau meskipun
ada ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) pada perubahan kata tersebut. Persoalan
i‘râb dan binâ’ tidak dibahas di dalam ilmu sharf karena termasuk dalam kajian
ilmu nahwu. Begitu pula persoalan ‘âmil (sesuatu yang berpengaruh) terhadap
posisi atau kedudukan kata di dalam kalimat.
Tentang spesifikasi ilmu sharf dan ilmu nahwu, sebuah ungkapan bahasa
Arab mengatakan:
“Ilmu sharf adalah (bagaikan) induk/ibu dari semua ilmu (bahasa Arab),
sedangkan ilmu nahwu adalah (bagaikan) ayah dari semua ilmu (bahasa Arab)”.
Ungkapan Arab tersebut dapat dipahami dengan meninjau dua aspek, yaitu
aspek materi yang dikaji dalam dua ilmu tersebut dan aspek peranan keduanya di
dalam mengkaji kalimah berbahasa Arab. Ditinjau dari aspek materi, ilmu sharf
secara khusus membahas materi-materi perubahan kalimah yang berada di
dalam konstruksi kata yang bersifat internal, sedangkan spesifikasi ilmu nahwu
yang membahas domain perubahan akhir kalimah berbahasa Arab yang berada
di luar konstruksi kata atau bersifat ekternal, yaitu di dalam struktur kalimat.
Sedangkan ditinjau dari aspek peranannya, ilmu sharf lebih memperhatikan
perubahan-perubahan dalam pembentukan kata (kalimah) dan konstruksinya
yang merupakan domain internal kata, sedangkan ilmu nahwu tidak
memperhatikan bangunan kata secara mandiri tetapi meninjau perubahan akhir
kata yang terkait dengan struktur kalimat.
Pada aspek materi dan peranannya ini, terdapat perbedaan yang siginifikan
antara ilmu sharf dan ilmu nahwu. Ilmu sharf mengurusi wilayah internal kalimah
berbahasa Arab, sedangkan ilmu nahwu mengurusi wilayah eksternal kalimah
berbahasa Arab. Persoalan yang dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu
sharf seperti peran ibu di dalam rumah tangga pada umumnya, yaitu melahirkan
anak-anak dan mengurus semua keperluan internal rumah tangga/keluarga,
sedangkan persoalan yang dibahas dan peran yang dimainkan oleh ilmu nahwu
bagaikan peran ayah di luar rumah, yaitu mengurus persoalan ekternal rumah
tangga serta hubungan sosial lainnya. “Anak-anak” yang dilahirkan dari ilmu sharf
diumpamakan kalimah-kalimah yang dibentuk dari akar kata yang tunggal, atau
dari induk “sharf”. Ketika “anak-anak” atau kalimah-kalimah berbahasa Arab itu
telah tersusun di dalam struktur kalimat, maka ilmu nahwu berperan untuk
mengatur bagaimana interaksi itu berjalan dengan baik dan benar. Aturan tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir kalimah dalam struktur kalimah
disebut dengan kaidah-kaidah nahwu (qawâ‘id nahwiyyah).
Para ahli bahasa, utamanya ilmu sharf, berbeda pendapat tentang siapa
yang pertama kali meletakkan dasar-dasar ilmu sharf atau siapa yang membidani
lahirnya ilmu sharf. Pendapat yang paling kuat menyatakan bahwa perintis ilmu
sharf ialah Mu‘adz bin Muslim al-Harra’, seorang ulama Kufah yang meninggal di
Kufah pada tahun 187 H. Akan tetapi, pendapat ini tidak sepenuhnya benar.
Sebab, Al-Kitâb karya Sibawaih sarat dengan persoalan-persoalan perubahan
kata atau ilmu sharf. Hanya saja, apa yang dikaji oleh Mu‘adz bin Muslim pada
saat itu terfokus pada persoalan-persoalan pembentukan dan perubahan kata
dengan menampilkan latihan-latihan (tamârîn). Para pakar ilmu nahwu dan sharf
menilai latihan-latihan itu sebagai tashrîf atau cikal bakal ilmu sharf.
Adapun alasan utama yang melatarbelakangi lahirnya ilmu sharf (juga ilmu
nahwu) ialah menjaga kebenaran bahasa Al-Quran dari kesalahan dalam
membaca, menulis, dan memahaminya. Sebagaimana diketahui, sejak awal abad
ke-2 Hijriah, Islam telah menjangkau wilayah-wilayah non-Arab seperti Persia dan
Rowami. Interaksi bahasa Arab dan budaya Islam dengan bahasa dan budaya
asing telah mendorong para pelajar non-Arab untuk mempelajari bahasa Arab
dan budaya Islam, khususnya dari Al-Quran. Akan tetapi, interaksi itu telah
menimbulkan ekses negatif berupa kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab
fusha. Dan, ilmu sharf, di antaranya, telah berperan dalam membenarkan
kesalahan-kesalahan berbahasa, khususnya dalam menggunakan aneka kalimah
sesuai dengan maksudnya.
Di sisi lain, sebenarnya para ulama Islam menaruh perhatian yang besar
terhadap ilmu pengetahuan kebahasaaraban sehingga mereka telah melahirkan
berbagai karya ilmu bahasa dan sastra Arab, seperti sharf ()اﻟﺼﺮف, i‘rab/nahwu
()اﻹﻋﺮاب أو اﻟﻨﺤﻮ, bayan ()اﻟﺒﯿﺎن, ma‘ani ()اﻟﻤﻌﺎﻧﻲ, badi‘ ()اﻟﺒﺪﯾﻊ, arudh ()اﻟﻌﺮوض, qawafi
()اﻟﻘﻮاﻓﻲ, puisi/syair ()ﻗﺮض اﻟﺸﻌﺮ, imla’ ()اﻹﻣﻼء, insya’ ()اﻹﻧﺸﺎء, pidato ()اﻟﺨﻄﺎﺑﺔ, sejarah
sastra ()ﺗﺎرﯾﺦ اﻷدب, dan kajian teks bahasa ()ﻣﺘﻦ اﻟﻠﻐﺔ. Lahirnya karya-karya ulama
ini pada awalnya semata untuk menjaga Al-Quran dan bahasa Arab fusha dari
kesalahan dalam membaca, menuliskan, dan memahaminya.
"اﳊﻔﺎظ ﻋﻠﻰ ﺣﻘﺎﺋﻖ ﻟﻔﻆ وﻛﺘﺎﺑﺔ اﳌﻔﺮدات اﻟﻠﻐﻮﻳﺔ؛ واﻟﱵ ﲟﻌﺮﻓﺘﻬﺎ ﻋﻠﻰ أﺳﺲ ﺻﺤﻴﺤﺔ
Secara lebih konkret dan aplikatif, tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah
untuk menjaga kesalahan berbahasa Arab secara lisan dan tulisan, khususnya
dalam menggunakan berbagai jenis kalimah yang berbeda, serta untuk lebih
memantapkan pengetahuan tentang konstruksi kalimah bahasa Arab berupa
konsonan (harf) yang asli atau tambahan (ziyâdah). Tujuan ini dapat diungkapkan
sebagai berikut:
Dari tujuan dan mafaat di atas, dapat dipahami bahwa signifikansi atau arti
penting ilmu sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-acuan yang benar
dalam pembentukan dan perubahan kalimah berbahasa Arab sehingga para
pengguna (pelajar) bahasa Arab terhindar dari kesalahan berbahasa, khususnya
dalam mengucapkan aneka bentuk kalimah/kosakata bahasa Arab,
membacanya, dan atau menuliskannya. Acuan-acuan pembentukan dan
perubahan kalimah bahasa Arab pada awalnya ditulis dalam bentuk kaidah yang
dijelaskan secara naratif dengan mengemukakan contoh-contoh yang sesuai
dengan kaidah. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan kepenulisan, acuan-
acuan ini dapat dipaparkan secara sistematis dan aplikatif, misalnya dalam
bentuk tasrif ishthilâhî dan lughawî.
Selanjutnya, signifikansi ilmu sharf dapat dipahami dari fakta bahwa bahasa
merupakan bunyi-bunyi yang diungkapkan oleh setiap komunitas untuk
menyatakan apa yang dikehendakinya ()اﻟﻠﻐﺔُ أﻟﻔﺎظٌ ﯾُﻌﺒ ُﺮ ﺑﮭﺎ ﻛﻞ ﻗﻮمٍ ﻋﻦ ﻣﻘﺎﺻﺪھﻢ.
Maksud “bunyi bahasa” adalah rangkaian kosakata/kalimah yang dapat diujarkan,
diungkapkan, dan disalin dalam bentuk teks. Karena bahasa terdiri dari ujaran
atau teks kosakata/kalimah, maka ilmu yang mempelajari tentang bentuk kalimah
harus dikuasai, sebelum atau secara bersamaan dengan ilmu bahasa yang lain.
Mempelajari ilmu sharf menjadi signifikan karena ia merupakan pengetahuan
tentang elemen dasar bahasa Arab.
Perhatikan juga perbedaan teks kalimah dan makna jumlah di bawah ini:
اﻟﺠﻤﻠﺔ
أَﺧْ ﺮَجَ اﻟﺮﺟﻞ اﻟﻜﻠﺐ ﺧَ ﺮَجَ اﻟﺮﺟﻞ
Lai-laki itu mengusir anjing Laki-laki itu keluar
Pada dua tabel di atas, dapat diketahui bahwa perubahan bunyi kalimah
dan perbedaan bentuk kalimah sangat mempengaruhi arti ungkapan berbahasa
Arab. Perbedaan bentuk kalimah dapat diketahui dari ilmu sharf. Kesalahan
membaca dan menulis bentuk kalimah dapat mengakibatkan kesalahan dalam
pemahaman struktur kalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
signifikansi ilmu sharf ialah menjaga terjadinya kesalahan membaca dan menulis
aneka bentuk kalimah, serta membantu seseorang dalam memahami struktur
kalimat berdasarkan komponen kosakata yang tersusun di dalam struktur
tersebut.
Rangkuman
1. Ilmu Sharf ialah ilmu yang membahas tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pada kalimah (kata) berbahasa Arab sebelum digunakan di dalam
struktur/kalimat. Kaidah-kaidah perubahan kalimah dalam bahasa Arab
disebut qawâ‘id sharfiyyah. Proses pembentukan dan perubahan kalimah
disebut tasrif (tashrîf). Tasrif memiliki dua model, yaitu: tashrîf isthilâhî
(perubahan morfem-akar ke bentuk kalimah baru yang memiliki
istilah/terminologis khusus) dan tashrîf lughawî (perubahan kata yang
disesuaikan dengan kondisi dhamîr [pronomina persona]).
2. Objek kajian ilmu sharf adalah bangunan/konstruksi semua kalimah
berbahasa Arab, proses pembentukannya, dan perubahan shîghah
(bentuk kalimah) yang disertai dengan perubahan makna. Ilmu sharf
hanya mengkaji kalimah yang mengalami perubahan, yaitu isim
mutamakkin (kata benda dan sifat yang mengalami perubahan bentuk)
dan fi‘il mutasharrif (kata kerja yang menerima perubahan). Akan tetapi,
ditinjau dari bentuknya sebagai kalimah, harf (partikel) tetap disinggung
dalam ilmu sharf. Harf tidak menjadi bahasan utama karena bentuknya
tidak berubah atau tetap.
3. Spesifikasi kajian ilmu sharf ialah semua kalimah berbahasa Arab yang
dapat berubah bentuk dalam keadaannya yang tunggal (ifrâd) atau belum
tersusun di dalam jumlah/struktur kalimat. Ilmu sharf mengkaji perubahan
akar kata atau al-hurûf al-ashliyyah, yaitu konsonan asli (bukan
tambahan) yang menjadi dasar konstruksi kalimah (morfem-akar), ashl al-
musytaqqât (akar kalimah yang dibentuk), wazn-wazn (acuan kata), dan
makna yang muncul dari setiap perubahan kalimah. Ilmu sharf berbeda
dengan ilmu nahwu dalam meninjau kalimah. Bila ilmu sharf meninjau
kalimah dari segi bentuknya (dan maknanya) sebelum digunakan di dalam
struktur/kalimat, maka ilmu nahwu meninjau kalimah dari segi fungsinya di
dalam struktur/kalimat. Ilmu sharf memperhatikan semua perubahan yang
terjadi di dalam kalimah/kata, sedangkan ilmu nahwu memperhatikan
perubahan yang terjadi pada setiap akhir kalimah yang tersusun di dalam
jumlah karena perbedaan ‘âmil (faktor) yang mempengaruhinya.
4. Tujuan pembelajaran ilmu sharf ialah untuk menjaga kesalahan berbahasa
Arab dan menuliskan kosakatanya sesuai dengan kaidah atau acuan yang
benar. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pembelajaran ilmu sharf
ialah mengetahui berbagai konstruksi kalimah berbahasa Arab serta akar
katanya untuk menjaga lidah dari kesalahan berbahasa disertai upaya
memperhatikan aturan penulisan kosakata bahasa.
5. Signifikansi ilmu sharf dalam tata bahasa Arab ialah adanya acuan-acuan
yang benar dalam pembentukan dan perubahan kalimah berbahasa Arab
sehingga para pengguna bahasa Arab terhindar dari kesalahan
berbahasa, khususnya dalam mengucapkan aneka bentuk
kalimah/kosakata bahasa Arab, membacanya, dan atau menuliskannya.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Takrif Ilmu
Sharf dan Urgensinya dalam Tata Bahasa Arab. Agar Anda dapat lebih memahami
materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep dari Ilmu Sharf
serta Tujuan dan Manfaat dalam mempelajarinya.
Tes Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat.
Pokok-pokok Materi
PETA KONSEP
Kalimah (kata) ialah lafazh (bunyi, ujaran bahasa) yang mengandung
makna dalam keadaan mandiri atau ketika bersambung dengan lafazh
yang lain. Kalimah dapat dipadankan dengan “kata” dalam bahasa
Indonesia. Kata ialah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat
diujarkan sabagai bentuk yang bebas dan mengandung makna; atau
satuan (unsur) bahasa yang berupa morfem bebas dan mengandung
makna.
Kalimah diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu: isim ()اﺳﻢ, fi‘il ()ﻓﻌﻞ,
dan harf ()ﺣﺮف. Dalam linguistik umum, isim ( )اﺳﻢdapat dipadankan
dengan nomina dan adjektiva, fi‘il ( )ﻓﻌﻞdisejajarkan dengan verba, dan
harf ( )ﺣﺮفdisetarakan dengan partikel.
Ciri kalimah isim antara lain: dapat disisipi alif lam “ ”الdi awalnya,
dapat didahului harf jarr ()ﺣﺮف اﻟﺠﺮ, dapat didahului harf nidâ’ (;ﺣﺮف اﻟﻨﺪاء
partikel sapaan), dapat menerima tanwin ( ٌ ) ـ ًــٍــdi akhir, dan bisa
menjadi sandaran ( )ﻣﺴﻨﺪbagi kata lainnya. Ciri kalimah fi‘il ialah dapat
disisipi dhamîr (kata ganti) َت, ت ِ , ُت, dan ْ تdi akhirnya, dapat disisipi ْي
di akhir fi‘il amr, dapat disisipi ّ( نnun syiddah) di akhir fi‘il mudhâri dan
fi‘il amr, dan dapat didahului oleh ﻗَـ ْﺪ, َس, dan َﺳَﻮْ ف. Ciri kalimah harf ialah
tidak dapat menerima ciri-ciri kalimah isim dan fi‘il.
Kalimah yang menjadi objek utama kajian ilmu sharf ialah kalimah isim
dan kalimah fi‘il yang menerima perubahan bentuk (mutasharrif).
Sedangkan kalimah harf tidak dibahas secara khusus di dalam ilmu
sharf. Akan tetapi, mengetahui bentuk-bentuk kalimah harf sangat
penting mengingat ia merupakan salah satu kelas kalimah.
اﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ
أﻗﺴﺎﻣﻪ أﻗﺴﺎﻣﻪ
ﺣﺮوف اﻟﻤﻌﺎﻧﻲ
Partikel Semantis
Klasifikasi Verba Klasifikasi
Klasifikasi Verba أﺣﻮاﻟﻪ أﺣﻮاﻟﻪ
Nomina
ﺣﺮوف اﻟﻤﺒﺎﻧﻲ
Bentuk Verba Bentuk Nomina
Pertikel Statis
اﻟﺘﺼﺮﻳﻒ ﺗﺮﻛﻴﺒﻪ
ﻫﻲ: واﻟﻜﻠﻤﺔ،".... "إن ﻗﺎم زﻳﺪ: ﻛﻘﻮﻟﻚ، ﻣﺎ ﺗﺮﻛﺐ ﻣﻦ ﺛﻼث ﻛﻠﻤﺎت ﻓﺄﻛﺜﺮ:اﻟﻜﻠﻢ
.اﻟﻠﻔﻆ اﻟﻤﻮﺿﻮع ﻟﻤﻌﻨﻰ ﻣﻔﺮد
Artinya: “Kalim” ( )ﻛِﻠﻢialah susunan kalimat yang terdiri atas tiga kalimah atau
lebih, seperti ucapan: “...،( ”إن ﻗﺎم زﯾﺪJika Zaid berdiri…), sedangkan “kalimah” ()ﻛﻠﻤﺔ
ialah lafazh (ujaran) yang sengaja diucapkan untuk makna yang tunggal (mufrad).
Akan tetapi, “kalimah” kadang juga digunakan untuk makna “kalâm”, yaitu
lafazh yang tersusun dan mengandung pengertian sempurna, seperti ucapan ﻛﻠﻤﺔ
( اﻹﺧﻼصkalimah al-ikhlash) dan ( ﻛﻠﻤﺔ اﻟﺘﻮﺣﯿﺪkalimah al-tauhîd), yaitu ( ﻻ إﻟﮫ إﻻ ﷲlâ
ilâha illallâh: tiada tuhan selain Allah). Juga, seperti sabda Nabi Saw.:
: ﻳﺮﻳﺪ ﻗﺼﻴﺪة ﻟﺒﻴﺪ ﺑﻦ رﺑﻴﻌﺔ اﻟﻌﺎﻣﺮي اﻟﺘﻲ أوﻟﻬﺎ.""أﻓﻀﻞ ﻛﻠﻤﺔ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺷﺎﻋﺮ ﻛﻠﻤﺔ ﻟﺒﻴﺪ
وﻛﻞ ﻧﻌﻴﻢ ﻻ ﻣﺤﺎﻟﺔ زاﺋﻞ/ أﻻ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻣﺎ ﺧﻼ اﷲ ﺑﺎﻃﻞ
Artinya: “Sebai-baik kalimah yang diucapkan oleh penyair adalah kalimah
Lubaid”. Maksudnya, senandung syair dari Lubaid bin Rabi‘ah al-‘Amiri yang
dimulai dengan: “Ingatlah, segala sesuatu yang bukan karena Allah itu batil
(rusak), dan setiap kesenangan itu pasti akan sirna.”
Kalimah (kata), sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu ‘Aqil dan para ahli tata
bahasa Arab, adalah unsur pembentuk kalimat yang lazim disebut kalâm, atau
dalam istilah lain adalah “jumlah”. Menurut Ibnu Malik, kalâm ialah ujaran (lafzh)
yang memberikan makna kepada lawan bicara, seperti kata “( ”اِ ْﺳﺘَﻘِ ْﻢistaqim):
“bersikap luruslah” atau “tetaplah dalam kebaikan”, meskipun ujaran “ ”اِ ْﺳﺘَﻘِ ْﻢitu
tidak tersusun dari dua kata atau lebih. Sedangkan “kalim” ialah susunan tiga
kalimah atau lebih, meskipun tidak memberikan makna kepada lawan bicara,
seperti ucapan: “...،( ”إن ﻗﺎم زﯾﺪApabila Zaid berdiri…) yang belum sempurna.
Dalam al-Mu‘jam al-Wasîth, dikatakan:
)اﻟﻜﻠﻤﺔ واﻟﻜﻠﻤﺔ( اﻟﻠﻔﻈﺔ اﻟﻮاﺣﺪة و )ﻋﻨﺪ اﻟﻨﺤﺎة( اﻟﻠﻔﻈﺔ اﻟﺪاﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻣﻔﺮد
اﻟﺠﻤﻠﺔ أو اﻟﻌﺒﺎرة اﻟﺘﺎﻣﺔ- و.ﺑﺎﻟﻮﺿﻊ ﺳﻮاء أﻛﺎﻧﺖ ﺣﺮﻓﺎ واﺣﺪا ﻛﻼم اﻟﺠﺮ أم أﻛﺜﺮ
. ﺣﻜﻤﻪ أو إرادﺗﻪ: وﻛﻠﻤﺔ اﷲ.اﻟﻤﻌﻨﻰ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻬﻢ "ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ" ﻛﻠﻤﺔ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
و )ﻛﺬﻟﻚ ﺣﻘﺖ ﻛﻠﻤﺔ رﺑﻚ ﻋﻠﻰ اﻟﺬﻳﻦ،(وﻓﻲ اﻟﺘﻨـﺰﻳﻞ اﻟﻌﺰﻳﺰ )وﻛﻠﻤﺔ اﷲ ﻫﻲ اﻟﻌﻠﻴﺎ
. أو رﺳﺎﻟﺔ، أو ﻣﻘﺎﻟﺔ، أو ﺧﻄﺒﺔ، ﻗﺼﻴﺪة، اﻟﻜﻼم اﻟﻤﺆﻟﻒ اﻟﻤﻄﻮل-ﻓﺴﻘﻮا(؛ و
“Kalimah” dan “Kilmah”: ujaran/lafazh yang tunggal; menurut ahli nahwu (tata
bahasa): lafazh tunggal yang menunjukkan makna satuan dengan cara disengaja,
baik ia berupa satu harf (partikel), seperti lâm al-jarr (lam yang menyebabkan isim
setelahnya dibaca jarr) maupun lebih dari satu kalimah. “Kalimah” berarti: kalimat
atau ungkapan yang sempurna maknanya, seperti ucapan orang Arab: “Lâ ilâha
illallâh ialah kalimah tauhid.” Kalimah Allah: hukum-Nya dan kehendak-Nya. Di
dalam Al-Quran dikatakan, “Kalimah (hukum dan kehendak) Allah itulah yang
tinggi.” Dan, “Demikianlah hukum Tuhanmu itu tetap bagi orang-orang yang
fasik.” “Kalimah” berarti juga: ucapan yang tersusun panjang; kasidah/kumpulan
puisi; khutbah; makalah; atau surat.
. وﺣﺮف، وﻓﻌﻞ،ٌ وﻫﻲ ﺛﻼﺛﺔُ أﻗﺴﺎم اﺳﻢ.ٍﻆ ﻳﺪﱡل ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨ ًﻰ ﻣُﻔﺮد
ٌ اﻟﻜﻠﻤﺔُ ﻟﻔ
“Kalimah ialah lafzh (ujaran, kata) yang menunjukkan makna tunggal.
Kalimah dibagi tiga, yaitu: isim, fi‘il, dan harf
B. Klasifikasi Kalimah
Dalam bahasa Arab, kalimah (kata) dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu isim,
fi’il, dan harf. Sedangkan dalam linguistik umum, dikenal beberapa label kelas
kata, yaitu: nomina (n), verba (v), adjektiva (a), adverbial (adv), numeralia (num),
partikel (p), pronominal (pron).
Berikut ini diurakan takrif kalimah isim, fi‘il, dan harf.
1. Isim (kata benda atau sejenisnya)
Di dalam Syarh Matn al-Âjurûmiyyah, isim ditakrifkan sebagai berikut:
.اﻻﺳﻢ ﻫﻮ ﻛﻠﻤﺔ دﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﲎ ﰲ ﻧﻔﺴﻬﺎ وﱂ ﺗﻘﱰن ﺑﺰﻣﻦ وﺿﻌﺎً ﻛﺰﻳﺪ وأﻧﺎ وﻫﺬا
Isim ialah kalimah (kata) yang menunjukkan arti pada dirinya dan situasinya
tidak disertai dengan kala/waktu, seperti kata ( زﯾﺪZaid; nama orang), ( أﻧﺎsaya;
kata ganti orang pertama), dan ( ھﺬاini; kata tunjuk).
Atau dapat diungkapkan:
اﻟﻔﻌﻞ ﻫﻮ ﻛﻠﻤﺔ دﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﲎ ﰲ ﻧﻔﺴﻬﺎ واﻗﱰﻧﺖ ﺑﺰﻣﻦ وﺿﻌﺎً؛ ﻓﺈن دﻟﺖ ﺗﻠﻚ
وإن دﻟﺖ ﻋﻠﻰ زﻣﻦ ﳛﺘﻤﻞ اﳊﺎل، ﻗﺎم:اﻟﻜﻠﻤﺔ ﻋﻠﻰ زﻣﻦ ﻣﺎض ﻓﻬﻲ اﻟﻔﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﳓﻮ
وإن دﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﻃﻠﺐ ﺷﻰء ﰲ اﳌﺴﺘﻘﺒﻞ، ﻳﻘﻮم:واﻻﺳﺘﻘﺒﺎل ﻓﻬﻲ اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﳓﻮ
. ﻓﻬﻲ ﻓﻌﻞ اﻷﻣﺮ ﳓﻮ ﻗُ ْﻢ
“Fi‘il ialah kalimah (kata) yang menunjukkan arti pada dirinya dan situasinya
disertai dengan kala/waktu. Apabila kalimah itu menunjukkan kala yang telah
lalu, ia disebut dengan fi‘il mâdhi ()ﻓﻌﻞ ﻣﺎض, seperti kata: ;ﻗـﺎمapabila kalimah
itu menunjukkan kala sekarang/kini atau akan datang/nanti, ia disebut dengan
fi‘il mudhâri‘ ()ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع, seperti kata: ﯾﻘـﻮم, dan apabila kalimah itu
menunjukkan permintaan sesuatu pada kala yang akan datang, ia disebut fi‘il
amr ()ﻓﻌﻞ اﻷﻣﺮ, seperti kata: ﻗـ ُـ ْﻢ.”
Dari takrif di atas, diketahui bahwa kalimah fi‘il ialah kata yang
menunjukkan arti pada dirinya. Secara umum, arti yang ditunjukkan kalimah fi‘il
ialah perbuatan atau kejadian. Karena itu, kata ini disebut dengan ( ﻓِ ْﻌ ٌﻞfi‘l[un])
yang artinya perbuatan, pekerjaan, atau kejadian. Selanjutnya, apabila ditinjau
dari kala/waktu yang menyertai situasinya, kalimah fi‘il dibagi ke dalam tiga
jenis, yaitu: fi‘il mâdhi ()ﻓﻌﻞ ﻣﺎض, fi‘il mudhâri‘ ()ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع, dan fi‘il amr ( ﻓﻌﻞ
)اﻷﻣﺮ, seperti kata-kata: ﻗـ ُـ ْﻢ- ﻗَﺎ َم – ﯾَﻘُﻮْ ُم.
Takrif yang lebih sederhana dapat diungkapkan sebagai berikut:
.وﺟ ْﺊ
ِ ُوﳚﻲء
َ َﲎ ﰱ ﻧـَﻔْﺴﻪ ﻣُﻘﱰِن ﺑﺰﻣﺎ ٍن ﻛﺠﺎء
ً دل ﻋﻠﻰ ﻣﻌ
ّ ﻣﺎ
“Fi‘il ialah kata yang menunjukkan arti pada dirinya yang disertai dengan
kala/waktu, seperta kata: ْ ِﺟﺊ،ُ ﯾَ ِﺠﻲْ ء،َ َﺟﺎء.”
Tentang ciri-ciri fi‘il diungkapkan sebagai berikut:
واﳊﺮف ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﰲ.اﳊﺮف ﻫﻮ ﻛﻠﻤﺔ دﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﲎ ﰲ ﻏﲑﻫﺎ ﳓﻮ إﱃ وﻫﻞ وﱂ
ﻓﺈ ّن )ﻫﻞ( ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ اﻻﺳﺘﻔﻬﺎم و)ﱂ( ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ،ﺗﺄﻟﻴﻒ اﻟﻜﻼم إﻻ إذا ﻛﺎن ﻟﻪ ﻣﻌﲎ ﻛﻬﻞ وﱂ
زاي زﻳﺪ: ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﰲ ﺗﺮﻛﻴﺐ اﻟﻜﻼم ﻛﺤﺮوف اﳌﺒﺎﱐ ﳓﻮ، ﻓﺈن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﻌﲎ.اﻟﻨﻔﻲ
. ﻓﺈ ّن ﻛﻼً ﻣﻨﻬﺎ ﺣﺮف ﻣﺒﲏ ﻻ ﺣﺮف ﻣﻌﲎ،وﻳﺎﺋﻪ وداﻟﻪ
Harf ialah kalimah yang menunjukkan arti pada (bersama) kalimah lain, seperti
( إﻟﻰke), ْ( ھَﻞapakah), dan ( ﻟَ ْﻢtidak/belum). Harf tidak masuk ke dalam susunan
kalam kecuali ia memiliki makna, seperti harf ْ ھَﻞyang artinya istifhâm (kata
tanya: apakah) dan harf ﻟَ ْﻢyang artinya nafy (tidak/belum). Apabila harf tidak
memiliki arti, maka ia tidak masuk ke dalam struktur kalimat, seperti harf ز/z,
ي/y, dan د/d, yang membentuk kata زﯾﺪ. Harf ز, ي, dan دadalah hurûf al-mabânî
(tetap, tidak memiliki arti), bukan harf ma‘nâ (yang memiliki arti bila bersanding
dengan kalimah lain).
Dari takrif di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimah harf ialah kalimah
yang tidak memiliki arti yang sempurna kecuali setelah berhubungan dengan
kalimah lain. Kalimah harf bersifat pengait atau penghubung kalimah lain.
Bentuk kalimah harf berbeda dengan kalimah isim dan fi‘il. Dan, semua ciri
kalimah isim dan kalimah fi‘il tidak terdapat pada kalimah harf.
Perhatikan contoh kalimah isim, fi‘il, dan harf berikut:
RANGKUMAN
1. Kalimah (kata) ialah lafazh (bunyi bahasa) yang sengaja diucapkan untuk
makna tunggal (mufrad); atau lafazh yang mengandung makna dalam
keadaan mandiri atau ketika bersambung dengan lafazh lain. Kalimah
dapat dipadankan dengan “kata” dalam bahasa Indonesia. Kata ialah
satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat diujarkan sabagai bentuk yang
bebas dan mengandung makna; atau satuan (unsur) bahasa yang
berupa morfem bebas dan mengandung makna.
2. Kalimah diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu: isim ()اﺳﻢ, fi‘il ()ﻓﻌﻞ, dan
harf ()ﺣﺮف. Dalam linguistik umum, isim ( )اﺳﻢdapat dipadankan dengan
nomina dan adjektiva, fi‘il ( )ﻓﻌﻞdisejajarkan dengan verba, dan harf
( )ﺣﺮفdisetarakan dengan partikel.
3. Ciri isim ialah dapat disisipi alif lam “ ”الdi awalnya, dapat didahului harf
jarr ()ﺣﺮف اﻟﺠﺮ, dapat didahului harf nidâ’ ( ;ﺣﺮف اﻟﻨﺪاءpartikel sapaan),
dapat menerima tanwin ( ٌ ) ـ ًــ ٍــdi akhir, dan bisa menjadi sandaran ()ﻣﺴﻨﺪ
bagi kata yang lain.
4. Ciri fi‘il ialah dapat disisipi dhamîr (kata ganti) َت, ت ِ , ُت, dan ْ تdi akhir,
dapat disisipi ْ يdi akhir fi‘il amr, dapat disisipi ّ( نnun syiddah) di akhir fi‘il
mudhâri dan fi‘il amr, dan dapat didahului oleh ﻗَـ ْﺪ, َس, dan َﺳَﻮْ ف.
5. Ciri harf ialah tidak dapat menerima ciri-ciri kalimah isim dan fi‘il.
Umumnya terdiri dari satu huruf atau dua huruf yang bermakna.
Tugas
Tes Formatif 2
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 2, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Pokok-pokok Materi
PETA KONSEP
Kalimah isim ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu:
mudzakkar ( )اﻟﻤﺬﻛﺮdan mu’annats ()اﻟﻤﺆﻧﺚ, ditinjau dari arti umum dan
arti khusus, dibagi menjadi dua, yaitu: nakirah ( )اﻟﻨﻜﺮةdan ma‘rifah
()اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ, dan ditinjau dari bilangan artinya dibagi menjadi tiga, yaitu:
mufrad ()اﻟﻤﻔﺮد, mutsannâ ()اﻟﻤﺜﻨﻰ, dan jama‘ ()اﻟﺠﻤﻊ.
Kalimah isim ditinjau dari huruf terakhir dalam konstruksinya dibagi
menjadi dua, yaitu: shahîh al-âkhir ( )ﺻﺤﯿﺢ اﻵﺧﺮdan ghair shahîh al-
âkhir ()اﻵﺧﺮ ﻏﯿﺮ ﺻﺤﯿﺢ. Isim ghair shahîh al-âkhir dibagi menjadi tiga,
yaitu: isim maqshûr ()اﻟﻤﻘﺼﻮر, isim manqûsh ()اﻟﻤﻨﻘﻮص, dan isim mamdûd
()اﻟﻤﻤﺪود.
Kalimah fi‘il ditinjau dari huruf shahîh atau ‘illat yang terdapat di dalam
konstruksinya dibagi menjadi dua, yaitu: fi‘il shahîh ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺼﺤﯿﺢdan fi‘il
mu‘tall ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﻌﺘﻞ. Fi‘il shahîh ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻔﻌﻞdibagi menjadi tiga, yaitu:
sâlim ()ﺳﺎﻟﻢ, mahmûz ()ﻣﮭﻤﻮز, dan mudhâ‘af ( ;)ﻣﻀﺎﻋﻒsedangkan fi‘il
mu‘tall dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: mitsâl ()ﻣﺜﺎل, ajwaf ()أﺟﻮف, nâqish
()ﻧﺎﻗﺺ, lafîf mafrûq ()ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻔﺮوق, dan lafîf maqrûn ()ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻘﺮون.
Kalimah fi‘il ditinjau dari jumlah huruf di dalam konstruksinya dibagi
menjadi dua, yaitu: fi‘il mujarrad ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺠﺮّدdan fi‘il mazîd ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺰﯾﺪ.
Fi‘il mujarrad dibagi dua, yaitu: fi‘il tsulâtsî mujarrad ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺠﺮّد
dan fi‘il rubâ‘î mujarrad ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺠﺮّد. Begitu juga fi‘il mazîd ( اﻟﻔﻌﻞ
)اﻟﻤﺰﯾﺪdibagi dua, yaitu: fi‘il tsulâtsî mazîd ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪdan fi‘il rubâ‘î
mazîd ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ. Fi‘il tsulâtsî mazîd dibagi tiga, yaitu: yang
ditambah satu huruf ( ٍ)اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺤَﺮْ ف, dua huruf ()ﺑﺤَﺮْ ﻓﯿﻦ اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ, dan
tiga huruf ( ٍ)اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣْ ﺮُف. Sedangkan, fi‘il rubâ‘î mazîd dibagi
menjadi dua, yaitu fi‘il rubâ‘î yang ditambah satu huruf ( اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ
)ﺑﺤﺮفdan dua huruf ()اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ.
Kalimah fi‘il ditinjau dari kala/waktu yang menyertai situasinya dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: fi‘il mâdhi ()ﻓﻌﻞ ﻣﺎض, fi‘il mudhâri‘ ()ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع,
dan fi‘il amr ()ﻓﻌﻞ أﻣﺮ. Jenis fi‘il mâdhi memiliki 14 (empat belas) bentuk
sesuai dengan dhamîr yang berfungsi sebagai pelakunya (fâ‘il). Jenis
fi‘il mudhâri‘ juga memiliki 14 (empat belas) bentuk sesuai dengan
dhamîr yang berfungsi sebagai pelakunya (fâ‘il). Sedangkan jenis fi‘il
amr memiliki 6 (enam) bentuk sesuai dengan dhamîr yang berfungsi
sebagai pelakunya (fâ‘il).
Kalimah fi‘il ditinjau dari kebutuhannya pada objek dibagi menjadi
dua, yaitu: fi‘il lâzim ( )ﻓﻌﻞ ﻻزمdan fi‘il muta‘adî ()ﻓﻌﻞ ﻣﺘﻌﺪي. Fi‘il lâzim
ialah fi‘il yang tidak membutuhkan maf‘ûl bih (objek/penderita).
Sedangkan, fi‘il muta‘adî ialah fi‘il yang membutuhkan maf‘ûl bih
(objek/penderita).
Kalimah harf dibagi menjadi tiga macam, yaitu: harf yang masuk pada
kalimah fi‘il, harf yang masuk pada kalimah isim, dan harf yang bisa
masuk pada kalimah isim dan fi‘il.
Uraian Materi
A. Klasifikasi Isim Berdasarkan Jenisnya
Salah satu keistimewaan dan keunikan bahasa Arab ialah semua kalimah
isim diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu mudzakkar (jenis laki-laki) dan
mu’annas (jenis perempuan):
1. Isim Mudzakar
Isim mudzakar ialah isim yang menunjukkan arti laki-laki atau yang
dianggap laki-laki menurut penutur/ahli bahasa Arab. Contohnya: ﻣﺤﻤﺪ
(Muhammad), ( ﺣﺼﺎنkuda jantan), ( ﻗﻤﺮrembulan), ( رﺟﻞlaki-laki), ( ﻛﺘﺎبbuku),
( ﻣﺴﺠﺪmasjid). Cirinya: bisa ditunjuk dengan bantuan kata ( ھﺬاini) dan ( ذﻟﻚitu),
sebagaimana dalam kalimat berikut:
Contohnya:
RANGKUMAN
1. Kalimah isim ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi dua, yaitu: mudzakkar
( )اﻟﻤﺬﻛﺮdan mu’annats ()اﻟﻤﺆﻧﺚ.
2. Kalimah isim ditinjau dari arti umum dan khusus, dibagi menjadi dua,
yaitu: nakirah ( )اﻟﻨﻜﺮةdan ma‘rifah ()اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ.
3. Kalimah isim ditinjau dari bilangan artinya dibagi menjadi tiga, yaitu:
mufrad ()اﻟﻤﻔﺮد, mutsannâ ()اﻟﻤﺜﻨﻰ, dan jama‘ ()اﻟﺠﻤﻊ
4. Kalimah isim dilihat dari bentuk akhirnya, dibagi menjadi dua, yaitu:
shahîh al-âkhir ( )ﺻﺤﯿﺢ اﻵﺧﺮdan ghair shahîh al-âkhir ()اﻵﺧﺮ ﻏﯿﺮ ﺻﺤﯿﺢ.
5. Isim ghair shahîh al-âkhir dibagi menjadi tiga, yaitu: isim maqshûr ( اﺳﻢ
)اﻟﻤﻘﺼﻮر, isim manqûsh ()اﺳﻢ اﻟﻤﻨﻘﻮص, dan isim mamdûd ()اﺳﻢ اﻟﻤﻤﺪود.
6. Kalimah fi‘il ditinjau dari huruf shahîh dan huruf ‘illat yang menjadi
konstruksinya dibagi menjadi dua, yaitu: fi‘il shahîh ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺼﺤﯿﺢdan fi‘il
mu‘tall ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﻌﺘﻞ. Fi‘il shahîh ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺼﺤﯿﺢdibagi menjadi tiga, yaitu:
sâlim ()ﺳﺎﻟﻢ, mahmûz ()ﻣﮭﻤﻮز, dan mudhâ‘af ( ;)ﻣﻀﺎﻋﻒsedangkan fi‘il
mu‘tall dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: mitsâl ()ﻣﺜﺎل, ajwaf ()أﺟﻮف, nâqish
()ﻧﺎﻗﺺ, lafîf mafrûq ()ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻔﺮوق, dan lafîf maqrûn ()ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻘﺮون.
6. Kalimah fi‘il ditinjau dari jumlah huruf dalam konstruksinya dibagi
menjadi dua, yaitu: fi‘il mujarrad ( )اﻟﻤﺠﺮّد اﻟﻔﻌﻞdan fi‘il mazîd ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺰﯾﺪ.
Fi‘il mujarrad dibagi dua, yaitu: fi‘il tsulâtsî mujarrad ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺠﺮّد
dan fi‘il rubâ‘î mujarrad ()اﻟﻤﺠﺮّد اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ.
7. Fi‘il mazîd ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺰﯾﺪdibagi menjadi dua, yaitu: fi‘il tsulâtsî mazîd ( اﻟﻔﻌﻞ
)اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪdan fi‘il rubâ‘î mazîd ()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ. Fi‘il tsulâtsî mazîd
dibagi tiga, yaitu: yang ditambah satu huruf ( ٍ)اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑ َﺤﺮْ ف, dua huruf
()اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ, dan tiga huruf ( ٍ)اﻟﺜﻼﺛﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣْ ﺮُف. Sedangkan, fi‘il
rubâ‘î mazîd dibagi menjadi dua, yaitu fi‘il rubâ‘î yang ditambah satu
huruf ( )اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮفdan dua huruf ()اﻟﺮﺑﺎﻋﻲ اﻟﻤﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ.
8. Kalimah fi‘il ditinjau dari kala/waktu yang menyertai situasinya dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: fi‘il mâdhi ()ﻓﻌﻞ ﻣﺎض, fi‘il mudhâri‘ ()ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع,
dan fi‘il amr ()ﻓﻌﻞ أﻣﺮ. Jenis fi‘il mâdhi memiliki 14 (empat belas) bentuk
sesuai dengan dhamîr yang menyertai situasinya. Jenis fi‘il mudhâri‘ juga
memiliki 14 (empat belas) bentuk sesuai dengan dhamîr yang menyertai
situasinya. Sedangkan jenis fi‘il amr memiliki 6 (enam) bentuk sesuai
dengan dhamîr yang menyertai situasinya.
9. Kalimah fi‘il ditinjau dari kebutuhannya pada objek (maf‘ûl bih) dibagi
menjadi dua, yaitu: fi‘il lâzim ( )ﻓﻌﻞ ﻻزمdan fi‘il muta‘adî ()ﻓﻌﻞ ﻣﺘﻌﺪي. Fi‘il
lâzim ialah fi‘il yang tidak membutuhkan maf‘ûl bih (objek/penderita).
Sedangkan, fi‘il muta‘adî ialah fi‘il yang membutuhkan maf‘ûl bih
(objek/penderita).
10. Kalimah harf dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: harf yang masuk
pada kalimah fi‘il, harf yang masuk pada kalimah isim, dan harf yang bisa
masuk pada kalimah fi‘il dan isim.
Tugas
1.
Untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang ..............., Anda dapat
menikmati pembelajaran Sharf ..... pada:
Insert: www.geocities,ws>eyangcaca>2.pdf
2.
Anda juga dapat mengerjakan tugas tentang perubahan bentuk kata dalam tautan
(URL) berikut.
Insert: https://m.youtube.com/watch?v=jPqvg7j6DiY
Tes Formatif 3
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 3, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Pokok-pokok Materi
1. Mizan Sharfi
2. Bina al-Kalimah
PETA KONSEP
Mîzân sharfî ( )اﻟﻤﯿﺰان اﻟﺼﺮﻓﻲatau wazn sharfî ( )اﻟﻮزن اﻟﺼﺮﻓﻲadalah alat
timbang atau acuan untuk menentukan bangunan/konstruksi sebuah
kalimah (kata; morfem bebas). Mîzân sharfî dilambangkan dengan tiga
harf: ف, ع, dan لyang membentuk wazn ( ﻓَـــﻌَـــ َﻞfa-‘a-la); artinya berbuat.
Suatu kalimah terdiri dari huruf-huruf asli/akar ( ;اﻟﺤﺮوف اﻷﺻﻠﯿﺔkonsonan
dasar) yang menjadi unsur pembentuknya. Mayoritas kalimah bahasa
Arab memiliki 3 (tiga) huruf asli/konsonan dasar yang dapat
diperbandingkan dengan wazn ( ﻓَـــﻌَـــ َﻞfa-‘a-la) tersebut. Dalam linguistik
umum, huruf-huruf asli ini dipadankan dengan morfem akar.
Binâ’ shahîh ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺼﺤﯿﺢsecara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: binâ’
sâlim ()اﻟﺴﺎﻟﻢ, binâ’ mahmûz ()اﻟﻤﮭﻤﻮز, dan binâ’ mudha‘‘af ()اﻟﻤﻀﻌّﻒ.
Sedangkan, binâ’ mu‘tall ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞdibagi menjadi lima, yaitu: binâ’ mitsâl
()اﻟﻤﺜﺎل, binâ’ ajwaf ()اﻷﺟﻮف, binâ’ nâqish ()اﻟﻨﺎﻗﺺ, binâ’ lafîf mafrûq ( اﻟﻠﻔﯿﻒ
)اﻟﻤﻔﺮوق, dan binâ’ lafîf maqrûn ()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮون.
Binâ’ shahîh sâlim ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺴﺎﻟﻢialah konstruksi kalimah yang tiga huruf
aslinya (akar) shahîh atau tidak cacat salah satunya, tidak ada hamzah,
dan tidak sejenis huruf kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il). Binâ’
shahîh mahmûz ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﮭﻤﻮزialah konstruksi kalimah yang salah satu
dari tiga huruf aslinya (akar) berupa hamzah, tidak sejenis huruf kedua
dan ketiganya, dan tidak ada huruf ‘illat di dalamnya. Sedangkan, Binâ’
shahîh mudha‘‘af ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﻀﻌّﻒialah konstruksi kalimah yang sejenis
huruf kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il), serta tidak ada hamzah dan
huruf ‘illat di dalamnya.
Binâ’ mu‘tall ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞsecara umum dibagi dua, yaitu yang huruf ‘illat-
nya satu dan yang huruf ‘illat-nya dua. Yang huruf ‘illatnya satu, yaitu:
binâ’ mitsâl ()اﻟﻤﺜﺎل, binâ’ ajwaf ()اﻷﺟﻮف, dan binâ’ nâqish ()اﻟﻨﺎﻗﺺ.
Sedangkan, yang huruf ‘illat-nya dua, yaitu: binâ’ lafîf mafrûq ()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻔﺮوق,
dan binâ’ lafîf maqrûn ()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮون.
Binâ’ mitsâl ( )اﻟﻤﺜﺎلialah konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il)
dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-fâ’ ( ﻣﻌﺘﻞ
)اﻟﻔﺎء. Binâ’ ajwaf ( )اﻷﺟﻮفialah konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain
fi‘il) dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-‘ain
()ﻣﻌﺘﻞ اﻟﻌﯿﻦ. Binâ’ nâqish ( )اﻟﻨﺎﻗﺺialah konstruksi kalimah yang huruf ketiga
(lâm fi‘il) dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-
lâm ()ﻣﻌﺘﻞ اﻟﻼم.
ٌﻣﻀﻌّﻒ اﻟﺒﻨﺎء/اﻟﻔﻌﻞ
اﻟﺼﺤﯿﺢ
ﺳﺎﻟﻢ
ﻣﻌﺘ ّﻞ/أﺟﻮف
اﻟﻌﯿﻦ
ﻣﻌﺘ ّﻞ اﻟﻼم/ﻧﺎﻗﺺ اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞ/اﻟﻔﻌﻞ
ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻔﺮوق
ﻟﻔﯿﻒ ﻣﻘﺮون
URAIAN MATERI
اﻟﺤﺮوف اﻷﺻﻠﻴﺔ اﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻔﻌﻞ ﻻم اﻟﻔﻌﻞ ﻋﯿﻦ اﻟﻔﻌﻞ ﻓﺎء = اﻟ ِﻤ ْﻴـﺰَان/اﻟﻮزْن
َ
Huruf ل ع ف
Kata TIMBANGAN
Asli/Akar
َﻣـ ّﺪ د د م د د م
ﻓَـ ّﺮ ر ر ف ر ر ف
َو َﻋ َﺪ د ع و د ع و
ﺴ َﺮ
َ َﻳ ر س ي ر س ي
ـﺎل
َ َﻗـ ل و ق ل ا ق
= اﻟﻤ َْﻮزُوْن
ﺻـﺎ َم
َ م و ص م ا ص TERTIMBANG
ﺳَـﺎ َر ر ي س ر ا س
َـﺎل
َ ﺳ ل ي س ل ا س
َوﻗَــﻰ ى ق و ى ق و
ﺷَـﻮَى ى و ش ى و ش
Ditinjau dari linguistik struktural yang memandang kata dari segi konstruksi
huruf, morfem akar untuk fi‘il (verba) adalah morfem-terbagi yang terdiri atas tiga
huruf (konsonan) yang dipisahkan oleh harakah al-harf (vokal pada konsonan).
Misalnya, morfem akar-terbagi ب، ت،( كk-t-b) yang artinya ‘tulis’ merupakan
dasar untuk kata-kata seperti: َ( ﻛَـﺘَـﺐkataba): ‘ia [laki-laki/lk] menulis’, ْﻛَـﺘَـﺒَﺖ
(katabat): ‘ia [perempuan/pr] menulis’, َ( ﻛَـﺘَـﺒْﺖkatabta): ‘kamu [lk] menulis’, ﺖ
ِ ﻛَـﺘَـ ْﺒ
(katabti): ‘kamu [pr] menulis’, ُ( ﻛَـﺘَـﺒْﺖkatabtu): ‘aku [lk/pr] menulis’. Begitu juga
mofem akar untuk isim yang dibentuk/diturunkan (musytaqq) dari mashdar
()اﻟﻤﺼﺪر, seperti ٌ( ﻛَﺎﺗِﺐkâtib[un]): ‘penulis, pencatat’, ٌ( َﻣ ْﻜﺘُﻮْ بmaktûb[un]): ‘yang
ditulis atau dicatat’, dan ٌ( َﻣ ْﻜﺘَﺐmaktab[un]): ‘kantor, perpustakaan, toko buku’.
Begitu juga morfem akar-terbagi ح، ت،( فf-t-h) ‘buka’ merupakan dasar
untuk pembentukan kata-kata seperti: ( ﻓَﺘَ َﺢfataha): ‘ia [lk] membuka’, ْﻓَﺘَﺤَﺖ
(fatahat): ‘ia [pr] membuka’, َ( ﻓَﺘَﺤْ ﺖfatahta): ‘kamu [lk] membuka’, ﺖ
ِ ْ( ﻓَﺘَﺤfatahti):
‘kamu [pr] membuka’, ُ( ﻓَﺘَﺤْ ﺖfatahtu): ‘aku [lk/pr] membuka’, ( ﻓَﺎﺗِﺤَﺔfâtihah):
‘pembukaan’, ح
ٌ ْ( َﻣ ْﻔﺘُﻮmaftûh): ‘yang terbuka’, ( ِﻣ ْﻔﺘَﺎ ٌحmiftâh): ‘kunci’, dan
sebagainya.
ﻆ
ٌ ِﺣَﺎﻓ ٌِﻋَﺎﱂ ﺳَﺎ ِﻣ ٌﻊ ﻓَﺎﺗِ ٌﺢ ئ
ٌ ﻗَﺎ ِر ِﺐ
ٌ ﻛَﺎﺗ
َْﳏﻔ ُْﻮ ٌظ َﻣ ْﻌﻠُﻮٌم ٌﻣ ْﺴﻤُﻮع َﻣ ْﻔﺘـ ُْﻮ ٌح ْب ﻣ ْﻘﺮُوء
ٌ َﻣ ْﻜﺘـٌﻮ
Alir َﺎل
َﺳ ل ل س ي ا س
Jaga َوﻗَﻰ ي ق ى و ق و
Panggang ﺷَﻮَى ي و ى ش و ش
Contoh binâ’ shahîh berupa fi‘il mâdhi seperti dalam tabel berikut:
اﳌﻌﲎ اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺼﺤﻴﺢ اﳌﻌﲎ اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺼﺤﻴﺢ
Rasakan
ﺷﻌَﺮ Masuk
دﺧَﻞ
Catat
ﻛﺘَﺐ Duduk
ﺟﻠَﺲ
Tahu
ﻋﻠِﻢ Dengar
ﲰِﻊ
Pahami
ﻓﻬِﻢ Lihat
ﺑﺼِﺮ
Keluar
ﺧﺮج Baca
ﻗﺮَأ
Keterangan: Semua huruf yang menjadi konstruksi fi‘il mâdhi di atas adalah
huruf sahih (sehat), tidak ada satu pun yang berupa huruf ‘illat (cacat).
Binâ’ Shahîh dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Binâ’ Sâlim ()ﺳﺎﻟﻢ, yaitu konstruksi yang tiga huruf aslinya berupa huruf
shahîh (sehat), tidak berupa hamzah, dan tidak ada yang sejenis (sama)
sehingga harus disatukan/di-idghâm-kan lalu ditambah syiddah ( ّ◌_ ).
Contoh binâ’ shahîh sâlim dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
b. Binâ’ Mahmûz ()ﻣﮭﻤﻮز, yaitu konstruksi yang salah satu dari tiga huruf aslinya
(morfem akar) berupa hamzah (أ, ء, )ئ. Apabila hamzah menjadi huruf pertama
disebut Mahmûz al-Fâ’ ()ﻣﮭﻤﻮز اﻟﻔﺎء, apabila hamzah menjadi huruf kedua
disebut Mahmûz al-‘Ain ()ﻣﮭﻤﻮز اﻟﻌﯿﻦ, dan apabila hamzah menjadi huruf ketiga
disebut Mahmûz al-lâm ()ﻣﮭﻤﻮز اﻟﻼم.
ﲰﻲ، إذا وﻗﻌﺖ اﳍﻤﺰة ﰲ أوﻟﻪ. ﻣﺎ ﻛﺎن أﺣﺪ ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ ﳘﺰة:)اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻬﻤﻮز
ﲰﻲ، وإذا وﻗﻌﺖ ﰲ ﺛﺎﻟﺜﻪ، ﲰﻲ ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻔﺎء، وإذا وﻗﻌﺖ ﰲ ﺛﺎﻧﻴﻪ،اﻟﺒﻨﺎء ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻔﺎء
رأس ]ﻣﻬﻤﻮز، دأب، ﺳﺄل،[ أﻣَﻞ ]ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻔﺎء، أﻛَﻞ، أﺧَﺬ: ﻣﺜﻞ.ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻼم
.([ ﻗﺮأ ]ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻼم، ﺻﺪأ، ﺑﺪأ،[اﻟﻌﲔ
Contoh binâ’ shahîh mahmûz dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
اﻟﺼﺤﻴﺢ اﻟﻤﻬﻤﻮز
Keterangan: Salah satu dari tiga huruf yang menjadi konstruksi fi‘il mâdhi di
atas berupa hamzah.
c. Binâ’ Mudha‘‘af ()ﻣﻀﻌّﻒ, yaitu konstruksi yang huruf kedua dan ketiga-nya
sejenis (sama) sehingga harus disatukan lalu ditambah syiddah ( ّ◌_ ). Hal ini
terjadi pada bentuk tsulâtsî mujarrad (jumlah huruf aslinya tiga). Apabila
bentuknya rubâ‘î mujarrad (jumlah huruf aslinya empat), konstruksi huruf
pertama dan ketiga-nya sejenis serta huruf kedua dan keempat-nya juga
sejenis. Pada rubâ‘î mujarrad, tidak terjadi penyatuan huruf atau idghâm.
وﻳﻨﻘﺴﻢ. ﻳﻌﲏ اﻟﻮاو أو اﻟﻴﺎء، ﻣﺎ ﻛﺎن أوّل ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ: )ﺑﻨﺎء اﻟﻤﺜﺎل
: ﻣﺜﻞ، ﻣﺎ ﻛﺎن أول ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ واوا: ﻓﺎﳌﺜﺎل اﻟﻮاوي.إﱃ ﻣﺜﺎل واوي و ﻣﺜﺎل ﻳﺎﺋﻲ
ﻣﺎ ﻛﺎن أول ﺣﺮوﻓﻪ: وﻣﻖ؛ واﳌﺜﺎل اﻟﻴﺎﺋﻲ، وﺟﻞ، وﺳﻊ، وﻗﻊ، وﺟﺪ، وﺻﻒ،وﻋﺪ
.( ﻳﻘﻦ، ﻳﻘﻆ، ﳝﻦ، ﻳﺴﺮ: ﻣﺜﻞ،اﻷﺻﻠﻴﺔ ﻳﺎء
Contoh binâ’ mitsâl dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
Keterangan: Pada binâ’ mitsâl wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli (akar)
yang pertama adalah huruf ‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ mitsâl yâ’î
(kolom sebelah kiri), huruf asli yang pertama adalah huruf ‘illat ya’ ( ) ي.
2. Binâ’ ajwaf ()اﻟﺒﻨﺎء اﻷﺟﻮف, yaitu konstruksi kalimah yang huruf asli (akar)
yang kedua atau huruf tengah berupa huruf ‘illat. Binâ’ ajwaf dibagi dua,
yaitu: ajwaf wâwî ( )اﻷﺟﻮف اﻟﻮاويdan ajwaf ya’î ()اﻷﺟﻮف اﻟﯿﺎﺋﻲ.
، ﻳﻌﲏ اﻟﻮاو أو اﻟﻴﺎء، ﻣﺎ ﻛﺎن ﺛﺎﱐ ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ:)اﻟﺒﻨﺎء اﻷﺟﻮف
( ﻃﺎب، ﺑﺎن، ﺑﺎع، ﺳﺎر، ﺳﺎد، ﻗﺎم، ﻗﺎل، ﺻﺎن:ﻣﺜﻞ
Contoh binâ’ ajwaf dapat Anda lihat dalam tabel berikut:
Keterangan: Pada binâ’ ajwaf wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli kedua
berupa huruf ‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ ajwaf yâ’î (kolom sebelah
kiri), huruf asli kedua adalah huruf ‘illat ya’ ( ) ي.
3. Binâ’ nâqish ()اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻨﺎﻗﺺ, yaitu konstruksi kalimah yang huruf asli (akar)
yang terakhir berupa huruf ‘illat, yaitu: alif, wawu, dan ya’ (ا, و, )ي. Binâ’
nâqish dibagi dua, yaitu: nâqish wâwî ( )اﻟﻨﺎﻗﺺ اﻟﻮاويdan nâqish ya’î ( اﻟﻨﺎﻗﺺ
)اﻟﯿﺎﺋﻲ.
. ﻳﻌﲏ اﻟﻮاو أو اﻟﻴﺎء، ﻣﺎ ﻛﺎن آﺧﺮ ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ:)اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻨﺎﻗﺺ
( ﻟﻘﻲ، رﻣﻰ، ﺻﻔﺎ، دﻧﺎ: ﻣﺜﻞ
Keterangan: Pada binâ’ nâqish wâwî (kolom sebelah kanan), huruf asli ketiga
atau terakhir berupa huruf ‘illat wawu ( ) و, sedangkan pada binâ’ nâqish yâ’î
(kolom sebelah kiri), huruf asli terakhir adalah huruf ‘illat ya’ ( ) ي.
4. Binâ' lafîf mafrûq ()اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻔﺮوق, yaitu konstruksi kalimah yang huruf
pertama (fâ’ fi‘il) dan huruf ketiganya (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
أو ﻣﺎ، ﻣﺎ ﻛﺎن أول ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ وآﺧﺮﻫﺎ ﺣﺮﰲ اﻟﻌﻠﺔ: )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻠﻔﻴﻒ اﻟﻤﻔﺮوق
( وﱄ، وﺻﻰ، وﻋﻰ، وﰱ، وﻗﻰ: ﻣﺜﻞ،ﻛﺎﻧﺖ ﻓﺎء اﻟﻔﻌﻞ وﻻﻣﻪ ﺣﺮﰲ اﻟﻌﻠﺔ
Contoh binâ' lafîf mafrûq dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
5. Binâ’ lafîf maqrûn ()اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮون, yaitu konstruksi kalimah yang huruf
kedua (‘ain fi‘il) dan huruf ketiganya (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
أو ﻣﺎ، ﻣﺎ ﻛﺎن ﺛﺎﱐ ﺣﺮوﻓﻪ اﻷﺻﻠﻴﺔ وآﺧﺮﻫﺎ ﺣﺮﰲ اﻟﻌﻠﺔ:)اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻠﻔﻴﻒ اﻟﻤﻘﺮون
( ﺳﻮي، ﻗﻮي، روى: ﻣﺜﻞ،ﻛﺎﻧﺖ ﻋﲔ اﻟﻔﻌﻞ وﻻﻣﻪ ﺣﺮﰲ اﻟﻌﻠﺔ
Contoh Binâ’ lafîf maqrûn dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
Contoh-contoh fi‘il shahîh dan fi‘il mu‘tall di atas, ditinjau dari ada atau
tidaknya huruf sahih dan huruf ‘illat disebut dengan binâ’ al-kalimah (konstruksi
kata) atau binâ’ al-af‘âl (konstruksi fi‘il). Apabila di dalam suatu kata terdapat dua
bentuk binâ’ (konstruksi), seperti kata رأىdan وأد, maka binâ’-nya disebut secara
lengkap. Misalnya, kata رأىdisebut binâ’ mahmûz ‘ain ( )ﻣﮭﻤﻮز اﻟﻌﯿﻦdan binâ’
nâqish yâ’î ()اﻟﻨﺎﻗﺺ اﻟﯿﺎﺋﻲ. Sedangkan kata وأدdisebut binâ’ mahmûz ‘ain ( )ﻣﮭﻤﻮز
اﻟﻌﯿﻦdan mistâl wâwî ()اﻟﻤﺜﺎل اﻟﻮاوي.
RANGKUMAN
1. Mîzân sharfî ( )اﻟﻤﯿﺰان اﻟﺼﺮﻓﻲatau wazn sharfî ( )اﻟﻮزن اﻟﺼﺮﻓﻲadalah alat
timbang atau acuan untuk menentukan sebuah bangunan/konstruksi
kalimah (kata). Mîzân sharfî dilambangkan dengan tiga harf: ف, ع, dan ل
yang membentuk wazn ( ﻓَـــ َﻌـــ َﻞfa-‘a-la); artinya berbuat. Suatu kalimah
terdiri atas huruf-huruf asli/akar ( )اﻟﺤﺮوف اﻷﺻﻠﯿﺔyang menjadi unsur
pembentuknya. Mayoritas kalimah bahasa Arab memiliki 3 (tiga) huruf
asli/konsonan dasar yang dapat diperbandingkan dengan wazn ( ﻓَـــﻌَـــ َﻞfa-
‘a-la) tersebut.
2. Binâ’ al-kalimah ( )ﺑﻨﺎء اﻟﻜﻠﻤﺔadalah bentuk dasar konstruksi kalimah
(bangunan kata). Bentuk dasar konstruksi kalimah berkaitan erat dengan
harf ‘illat (semi vokal), yaitu: alif ()ا, wawu ()و, dan ya’ ( )يyang menjadi
unsur pembentuknya. Binâ’ al-kalimah secara umum dibagi menjadi 2
(dua): binâ’ shahîh ()اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺼﺤﯿﺢ, yaitu konstruksi yang tidak memiliki harf
‘illat; dan binâ’ mu‘tall ( ّ)اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞ, yaitu konstruksi yang memiliki harf ‘illat.
Kalimah fi‘il jika ditinjau dari ada atau tidaknya huruf ‘illat di dalam
konstruksinya dibagi dua, yaitu: fi‘il shahîh ( )اﻟﻔﻌﻞ اﻟﺼﺤﯿﺢdan fi‘il mu‘tall
()اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﻌﺘ ّﻞ.
3. Binâ’ shahîh ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺼﺤﯿﺢsecara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: binâ’
sâlim ()اﻟﺴﺎﻟﻢ, binâ’ mahmûz ()اﻟﻤﮭﻤﻮز, dan binâ’ mudha‘‘af ()اﻟﻤﻀﻌّﻒ.
Sedangkan, binâ’ mu‘tall ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞdibagi menjadi lima, yaitu: binâ’
mitsâl ()اﻟﻤﺜﺎل, binâ’ ajwaf ()اﻷﺟﻮف, binâ’ nâqish ()اﻟﻨﺎﻗﺺ, binâ’ lafîf mafrûq
()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻔﺮوق, dan binâ’ lafîf maqrûn ()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮون
4. Binâ’ shahîh sâlim ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺴﺎﻟﻢialah konstruksi kalimah yang tiga huruf
aslinya (akar) shahîh atau tidak cacat salah satunya, tidak ada hamzah,
dan tidak sejenis huruf kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il).
5. Binâ’ shahîh mahmûz ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﮭﻤﻮزialah konstruksi kalimah yang salah
satu dari tiga huruf aslinya (akar) berupa hamzah, tidak sejenis huruf
kedua dan ketiganya, dan tidak ada huruf ‘illat di dalamnya.
6. Binâ’ shahîh mudha‘‘af ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﻀﻌّﻒialah konstruksi kalimah yang
sejenis huruf kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il), serta tidak ada
hamzah dan huruf ‘illat di dalamnya.
7. Binâ’ mu‘tall ( )اﻟﺒﻨﺎء اﻟﻤﻌﺘﻞsecara umum dibagi dua, yaitu yang huruf ‘illat-
nya satu dan yang huruf ‘illat-nya dua. Yang huruf ‘illatnya satu, yaitu:
binâ’ mitsâl ()اﻟﻤﺜﺎل, binâ’ ajwaf ()اﻷﺟﻮف, dan binâ’ nâqish ()اﻟﻨﺎﻗﺺ.
Sedangkan, yang huruf ‘illat-nya dua, yaitu: binâ’ lafîf mafrûq ( اﻟﻠﻔﯿﻒ
)اﻟﻤﻔﺮوق, dan binâ’ lafîf maqrûn ()اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮون.
8. Binâ’ mitsâl ( )اﻟﻤﺜﺎلialah konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il)
dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-fâ’ ( ﻣﻌﺘﻞ
)اﻟﻔﺎء. Binâ’ ajwaf ( )اﻷﺟﻮفialah konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain
fi‘il) dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-‘ain
()ﻣﻌﺘﻞ اﻟﻌﯿﻦ. Binâ’ nâqish ( )اﻟﻨﺎﻗﺺialah konstruksi kalimah yang huruf
ketiga (lâm fi‘il) dari tiga huruf aslinya berupa huruf ‘illat, disebut juga
mu‘tall al-lâm ()ﻣﻌﺘﻞ اﻟﻼم.
9. Binâ’ lafîf mafrûq ( )اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻔﺮوقialah konstruksi kalimah yang huruf
pertama (fâ’ fi‘il) dan huruf ketiga (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat. Binâ’ lafîf
maqrûn ( )اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮونialah konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain fi‘il)
dan huruf ketiga (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat
:اﳋﻼﺻﺔ
:ﻳﻨﻘﺴﻢ اﻟﺒﻨﺎء ﰲ ﻋﻠﻢ اﻟﺼﺮف إﱃ أرﺑﻌﺔ ﻋﺸﺮ ﻧﻮﻋﺎ ﻛﻤﺎ ﰲ اﳉﺪول اﻵﰐ
أﻣﺜﻠﺔ ﻧﻮع اﻟﺒﻨﺎء اﻟﺮﻗﻢ
ﺣﺴﻦ – ﳛﺴﻦ اﻟﺼﺤﻴﺢ اﻟﺴﺎﱂ ١
أدب – ﻳﺄدب ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻔﺎء ٢
ﺳﺄل – ﻳﺴﺄل ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻌﲔ ٣
ﺑﺮئ – ﻳﱪأ ﻣﻬﻤﻮز اﻟﻼم ٤
ﻓّﺮ – ﻳﻔّﺮ اﳌﻀﻌّﻒ اﻟﺜﻼﺛ ّﻲ ٥
ﻗﻠﻘﻞ – ﻳﻘﻠﻘﻞ اﳌﻀﻌّﻒ اﻟﺮﺑﺎﻋ ّﻲ ٦
وﺟﻞ – ﻳﻮﺟﻞ ي
اﳌﺜﺎل اﻟﻮاو ّ ٧
ﳝﻦ – ﻳﻴﻤﻦ اﳌﺜﺎل اﻟﻴﺎﺋ ّﻲ ٨
ﻋﺎد – ﻳﻌﻮد ي
اﻷﺟﻮف اﻟﻮاو ّ ٩
ﻧﺎل – ﻳﻨﺎل اﻷﺟﻮف اﻟﻴﺎﺋﻲ ١٠
ﲰﺎ – ﻳﺴﻤﻮ ي
اﻟﻨﺎﻗﺺ اﻟﻮاو ّ ١١
ﺧﺸﻲ – ﳜﺸﻰ اﻟﻨﺎﻗﺺ اﻟﻴﺎﺋ ّﻲ ١٢
وﻋﻰ – ﻳﻌﻲ اﻟﻠﻔﻴﻒ اﳌﻔﺮوق ١٣
ﻗﻮي -ﻳﻘﻮى اﻟﻠﻔﻴﻒ اﳌﻘﺮون ١٤
Tugas
Carilah perbedaan antara: (1) mizan sharfi, (2) bina al-kalimah
Tes Formatif 4
1. Apa yang Anda ketahui tentang mîzân sharfî ( )اﻟﻤﯿﺰان اﻟﺼﺮﻓﻲatau wazn sharfî
( ?)اﻟﻮزن اﻟﺼﺮﻓﻲJelaskan dan berikan contohnya!
2. Sebutkan wazan ( )اﻟﻮزنdan nama wazan ( )اﺳﻢ اﻟﻮزنdari kata-kata berikut:
اﺳﻢ اﻟﻮزن اﻟﻮزن اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﻤﻮزوﻧﺔ
َﺷ َﻜَﺮ،َﺐ َ َﻛﺘ،َﺐ َ ﻃَﻠ
َﻛ ِﺮَﻩ،ِﺐ َ ﻟَﻌ،َﻗَﺒِﻞ
َﻣﻄْﺒَ ٌﺦ، َﻣﻘَﺎم،َﻣﺄْﺧَﺬ
ٌ ﻣِﺴﻄﺮة،ِﻀﺮب ٌ ﻣ،ٌﻣِﻔﺘﺎح
ﻳَﺒِْﻴ ُﻊ،َُﺴْﻴـﺮ ِ ﻳ،ﻳَِﻔﺮﱡ
ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻢ،ُ ﻳـَ ْﻘَﺮأ،ُﻳـَْﻨ َﺸﺄ
ِﺣ ْﻠ ٌﻢ،ٌ ِﺣ ْﻘﺪ،ٌﻛِْﺒـﺮ
ْلٌ ﻃُﻮ،ٌ ﳝُْﻦ،ٌُﺣ ْﺴﻦ
رٍَام،َﺎضٍ ﻗ،ٌَﺎﺟﺪ ِﺳ
َﺐ
ْ اِﻟْﻌ،ْ اِﻗْـﺒَﻞ،ْا ِْر َﺣﻢ
ٌ َﻣﺄْﺧ ُْﻮذ،ٌ َﻣ ْﻌﻠ ُْﻮم،ْبٌ ﻀﺮُوْ َﻣ
ﺑِ ْﻊ، ِﺳ ْﺮ،ﻓِﺮﱠ
3. Apa yang Anda ketahui tentang binâ’ al-kalimah ( ?)ﺑﻨﺎء اﻟﻜﻠﻤﺔJelaskan dan berikan
contohnya!
4. Secara umum, binâ’ ( )اﻟﺒﻨﺎءada dua macam, yaitu binâ’ shahîh dan binâ’ mu‘tall;
jelaskan perbedaan di antara keduanya dan berikan contoh masing-masing!
5. Jelaskan pengertian binâ’ shahîh sâlim ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺴﺎﻟﻢberikut dengan contohnya!
6. Jelaskan pengertian binâ’ shahîh mahmûz ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﮭﻤﻮزberikut dengan
contohnya!
7. Jelaskan pengertian binâ’ shahîh mudha‘‘af ( )اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﻤﻀﻌّﻒberikut dengan
contohnya!
8. Jelaskan pengertian binâ’ mitsal ( )اﻟﻤﺜﺎلberikut dengan contohnya!
9. Jelaskan pengertian binâ’ ajwaf ( )اﻷﺟﻮفberikut dengan contohnya!
10. Jelaskan pengertian binâ’ nâqish ( )اﻟﻨﺎﻗﺺberikut dengan contohnya!
11. Jelaskan pengertian binâ’ lafîf mafrûq ( )اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻔﺮوقberikut dengan contohnya!
12. Jelaskan pengertian binâ’ lafîf maqrûn ( )اﻟﻠﻔﯿﻒ اﻟﻤﻘﺮونberikut dengan contohnya!
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 4, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Tugas Akhir
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan 1 s.d., buatlah peta
konsep dari materi sharf/morfologi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Abdurrahim, Nazhm al-Maqshûd fi ‘Ilm al-Sharf, Surabaya: Pustaka Al-
Hidayah, tt.
Alfat, Ibnu Wahid, Rafa: Reaktualisasi Fan Nahwu, Kediri, Sumenang, 2010
Fahrurrozi, Aziz, dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tt.
Hakim, Taufiqul, Amtsilatiy (Metoda Praktis Mendalami al-Quran dan Membaca Kitab
Kuning), jilid 1-7, Jepara: PP Darul Falah Bangsri, 2002
Hamzah ibn Sattar, Muhammad, Tashrîf Binâ’ al-Af‘âl: Mawâzîn wa Amtsilah, Kairo,
Dar al-Fajr al-Islami, 2007
Harun, Salman, Pintar Bahasa Arab Al-Quran: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab
Agar Paham Al-Quran (Edisi Baru), Jakarta, Lentera Hati, 2009
Jarim, Ali dan Amin, Mushthafa, al-Nahw al-Wâdhih, Kairo: Dar al-Ma‘arif, 1962
al-Kailany, Abi al-Hasan Ali bin Hisyam, Syarah li Tashrif al-Izziy, Semarang: Toha
Putra, tt.
Khaironi, A. Shohib, Awdhah al-Manahij fi Mu ‘jam Qawa ‘id al-Lughah al-Arabiyyah,
baina al-qa‘idah wa al-tathbiq, Bekasi, WCM Press, 2008
Purwanto, Agus, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, Bandung,
Mizania, 2010
Ya‘qub, Emeil Badi‘, al-Mu‘jam al-Mufashshal fi ‘Ilm al-Sharf, Beirut: Dar al-Ma‘arif, tt.
GLOSARIUM
Ajwaf ()اﻷﺟوف: konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain fi‘il) dari tiga huruf aslinya
berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-‘ain ()ﻣﻌﺗل اﻟﻌﯾن.
Binâ’ al-kalimah ()ﺑﻧﺎء اﻟﻛﻠﻣﺔ: bentuk dasar konstruksi kalimah yang terdiri atas huruf
shahîh dan ‘illat.
Fi‘il ()ﻓﻌل: kalimah yang menunjukkan arti pekerjaan dan disertai kala pada
situasinya; dipadankan dengan kata kerja.
Fi‘il amr ()ﻓﻌل اﻷﻣر: fi‘il yang menunjukkan arti perintah untuk melakukan sesuatu
atau permohonan.
Fi‘il mâdhi ()ﻓﻌل ﻣﺎض: fi‘il yang menunjukkan perbuatan, pekerjaan, atau peristiwa
yang sudah lampau.
Fi‘il mudhâri‘ ()ﻓﻌل ﻣﺿﺎرع: fi‘il yang menunjukkan perbuatan, pekerjaan, atau
peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Tanda fi‘il mudhâri‘: diawali dengan
salah satu huruf mudhâra‘ah ( ;)ﺣروف اﻟﻣﺿﺎرﻋﺔyaitu hamzah ()أ, ta’ ()ت, nun ()ن,
dan ya’ ()ي
Fi‘il nahy ()ﻓﻌل اﻟﻧﮭﻲ: fi‘il yang menunjukkan arti larangan untuk melakukan perbuatan.
Harf ()ﺣرف: kalimah yang menunjukkan arti bila berkait dengan isim dan fi‘il,
dipadankan dengan partikel semantis (huruf yang memiliki makna sendiri).
Huruf ‘illat ()اﻟﺣرف اﻟﺻﺣﯾﺢ: huruf yang cacat, yaitu: alif ()ا, wawu ()و, dan ya’ ( )يyang
menjadi unsur pembentuk kalimah; semi vokal, karena luluh menjadi /a/, /i/, /u/
bila diharakati sukun/mati.
Hurûf ashliyyah ()اﻟﺣروف اﻷﺻﻠﯾﺔ: huruf-huruf asli atau morfem-akar yang membentuk
kalimah. Mayoritas kalimah bahasa Arab memiliki 3 (tiga) huruf asli/konsonan
dasar yang dapat diperbandingkan dengan wazn ( ﻓَـــﻌَـــ َلfa-‘a-la) tersebut.
Huruf shahîh ()اﻟﺣرف اﻟﺻﺣﯾﺢ: huruf yang sehat, selain huruf ‘illat.
Hurûf zâ'idah ()اﻟﺣروف اﻟزاﺋدة: huruf-huruf tambahan yang menjadi sisipan atau
imbuhan di dalam kalimah. Huruf tambahan berjumlah 10 huruf yang
terhimpun dalam kata: َﺳﺄ َ ْﻟ ُﺗﻣ ُْوﻧِ ْﯾﮭَﺎ, yaitu: sîn ()س, hamzah ()أ, lâm ()ل, tâ’ ()ت, mîm
()م, wawu ()و, nûn ()ن, yâ' ()ي, hâ ()ھـ, alif ()ا.
Ilmu sharaf ()ﻋﻠم اﻟﺻرف: ilmu yang membahas tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pada kalimah (kata) berbahasa Arab sebelum digunakan di dalam
struktur/kalimat.
Isim ()اﻻﺳم: kalimah yang menunjukkan arti benda, perbuatan, dan sifat; dipadankan
dengan kata benda dan sifat.
Isim jâmid ()اﺳم ﺟﺎﻣد: isim yang statis, tidak menerima perubahan pada huruf aslinya.
Isim mamdûd ()اﻻﺳم اﻟﻣﻣدود: isim yang berakhiran hamzah dan sebelumnya berupa
alif, seperti ( ﺳﻣﺎءlangit) dan ( ﻛﺳﺎءpakaian)
Isim manqûsh ()اﻻﺳم اﻟﻣﻧﻘوص: isim yang berakhiran yâ’ lâzimah dan sebelumnya
dibaca kasrah, seperti ( اﻟﻘﺎﺿِ ﻲhakim), ( اﻟﮭﺎدِيpemberi petunjuk), ( اﻟراﺟِﻲyang
berharap)
Isim maqshûr ()اﻻﺳم اﻟﻣﻘﺻور: isim yang berakhiran alif lâzimah dan sebelumnya
dibaca fathah, seperti ( ﻣوﺳﻰMusa), ( ﻋﯾﺳﻰIsa), ( ﯾﺣﯾﻰYahya)
Isim musytaqq ()اﺳم ﻣﺷﺗق: isim yang dibentuk/diturunkan dari mashdar, menerima
perubahan pada huruf aslinya, baik imbuhan maupun sisipan.
Kalimah ()اﻟﻛﻠﻣﺔ: lafazh (bunyi, ujaran bahasa) yang mengandung makna dalam
keadaan mandiri atau ketika bersambung dengan lafazh yang lain; dipadankan
dengan “kata” dalam bahasa Indonesia.
Kata: satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat diujarkan sabagai bentuk yang bebas
dan mengandung makna; atau satuan (unsur) bahasa yang berupa morfem
bebas dan mengandung makna.
Lafîf mafrûq ()اﻟﻠﻔﯾف اﻟﻣﻔروق: konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il) dan huruf
ketiga (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
Lafîf maqrûn ()اﻟﻠﻔﯾف اﻟﻣﻘرون: konstruksi kalimah yang huruf kedua (‘ain fi‘il) dan huruf
ketiga (lâm fi‘il) berupa huruf ‘illat.
Mitsâl ()اﻟﻣﺛﺎل: konstruksi kalimah yang huruf pertama (fâ’ fi‘il) dari tiga huruf aslinya
berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-fâ’ ()ﻣﻌﺗل اﻟﻔﺎء.
Mîzân sharfî ()اﻟﻣﯾزان اﻟﺻرﻓﻲ: adalah alat timbang atau acuan untuk menentukan
bangunan/konstruksi sebuah kalimah (kata; morfem bebas). Mîzân sharfî
dilambangkan dengan tiga harf: ف, ع, dan لyang membentuk wazn ( ﻓَـــﻌَـــ َلfa-
‘a-la); artinya berbuat.
Nâqish ()اﻟﻧﺎﻗص: konstruksi kalimah yang huruf ketiga (lâm fi‘il) dari tiga huruf aslinya
berupa huruf ‘illat, disebut juga mu‘tall al-lâm ()ﻣﻌﺗل اﻟﻼم.
Qawâ‘id sharfiyyah ()ﻗواﻋد ﺻرﻓﯾﺔ: kaidah-kaidah tentang perubahan kalimah dalam
bahasa Arab.
Rubâ‘î mazîd ()اﻟرﺑﺎﻋﻲ اﻟﻣزﯾد: konstruksi kalimah yang huruf aslinya 4 (empat)
ditambah 1 huruf atau 2 huruf. (mazîd bi harf) dan 2 huruf (mazîd bi harfain).
Rubâ‘î mujarrad ()اﻟرﺑﺎﻋﻲ اﻟﻣﺟرد: konstruksi kalimah yang jumlah hurufnya 4 (empat)
dan semuanya asli/akar (tidak ada tambahan).
Shahîh mahmûz ()اﻟﺻﺣﯾﺢ اﻟﻣﮭﻣوز: konstruksi kalimah yang salah satu dari tiga huruf
aslinya (akar) berupa hamzah, tidak sejenis huruf kedua dan ketiganya, dan
tidak ada huruf ‘illat di dalamnya.
Shahîh mudha‘‘af ()اﻟﺻﺣﯾﺢ اﻟﻣﺿﻌّف: konstruksi kalimah yang sejenis huruf kedua (‘ain
fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il), serta tidak ada hamzah dan huruf ‘illat di
dalamnya.
Shahîh sâlim ()اﻟﺻﺣﯾﺢ اﻟﺳﺎﻟم: konstruksi kalimah yang tiga huruf aslinya (akar) shahîh
atau tidak cacat salah satunya, tidak ada hamzah, dan tidak sejenis huruf
kedua (‘ain fi‘il) dan ketiganya (lâm fi‘il).
Sharf ()اﻟﺻرف, secara harfiah berarti perubahan bentuk, penukaran sesuatu.
Tadh‘îf ()ﺗﺿﻌﯾف: penggandaan huruf dengan cara menambahkan huruf pada huruf
asli yang sejenis. Tadh‘îf dilambangkan dengan syiddah atau tasydîd, seperti
pada kata “karrama” ( ﻛّرﱠ َمka/r/ra/ma). Adanya syiddah di atas huruf ( رrâ')
menunjukkan bahwa huruf ( رrâ’) tersebut ada dua, satu asli dan lainnya
tambahan.
Tashrîf ()اﻟﺗﺻرﯾف: pembentukan kalimah dari akar yang tunggal atau perubahan-
perubahan yang terjadi pada huruf yang menjadi komponen kalimah beserta
harakatnya.
Tashrîf isthilâhî ()اﻟﺗﺻرﯾف اﻻﺻطﻼﺣﻲ: perubahan morfem-akar ke bentuk-bentuk
kalimah baru berdasarkan istilah/terminologis kelas dan jenis kata
Tashrîf lughawî ()اﻟﺗﺻرﯾف اﻟﻠﻐوي: perubahan kalimah yang bersifat bahasa, bukan dari
akar kata, disesuaikan dengan keadaan subjek dhamîr (pronomina persona).
Tsulâtsî mazîd ()اﻟﺛﻼﺛﻲ اﻟﻣزﯾد: konstruksi kalimah yang jumlah huruf aslinya 3 (tiga)
dan ditambah 1 huruf, 2 huruf, atau tiga huruf. Bila ditambah 1 (satu) huruf
disebut tsulâtsî mazîd bi harf; bila ditambah 2 (dua) huruf disebut tsulâtsî
mazîd bi harfain; bila ditambah 3 (tiga) huruf disebut tsulâtsî mazîd bi tsalâtsah
ahruf.
Tsulâtsî mujarrad ()اﻟﺛﻼﺛﻲ اﻟﻣﺟرد: konstruksi kalimah yang jumlah hurufnya 3 (tiga)
dan semuanya asli/akar (tidak ada tambahan).
Wazn ()اﻟوزن: kata pokok yang menjadi acuan atau timbangan bagi kata-kata lain
yang mengikutinya.
No. Kode: ....../2018
Penulis:
PENDAHULUAN ..................................................................................................
Rasional dan Deskripsi Singkat .................................................................
Relevansi ..................................................................................................
Petunjuk Belajar ........................................................................................
Relevansi
Bahasa Arab di Indonesia merupakan bahasa asing dan bahasa sumber
agama Islam (Al-Quran dan Hadis) yang harus diajarkan sesuai dengan kaidah-
kaidah bahasa yang baku atau tersandar, khususnya berkaitan dengan aturan
linguistik Arab (ilmu al-lughah). Kaidah-kaidah yang harus dikuasai oleh guru bahasa
Arab berkaitan dengan ilmu sharf (morfologi), ilmu nahwu (sintaksis), dan ilmu
balaghah (semantik-stilistika).
Ilmu nahwu ialah ilmu yang membahas tentang aneka struktur kalimat dalam
bahasa Arab, fungsi-fungsi kata di dalam struktur kalimat, dan perubahan yang
terjadi pada bunyi/bentuk akhir kata akibat perbedaan fungsinya dalam struktur. Ilmu
nahwu termasuk bidang linguistik yang harus dikuasai lebih awal oleh para guru
bahasa Arab karena ia merupakan elemen dasar dari bahasa. Artinya, guru bahasa
Arab harus menguasai ilmu nahwu atau sitaksis Arab, serta mampu memahami
dengan baik berbagai macam struktur kalimat bahasa Arab.
Dalam mengajarkan bahasa Arab, para guru bahasa Arab di Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), serta juga
di SMA/SMK, dituntut minimal menguasai ilmu nahwu, khususnya struktur kalimat
sederhana, yaitu: pola kalimat dasar dalam bahasa Arab, jumlah fi‟liyyah atau
struktur kalimat yang terdiri atas fi‟il + fa‟il dan atau fi‟il + fa‟il + maf‟ul bih, jumlah
ismiyyah atau struktur kalimat yang terdiri atas mubtada + khabar, tarkib idhafi
(struktur idhafah/kata majemuk) dan tarkib wahfi (stuktur kata bersifat). Dengan
mempelajari materi modul ini, diharapkan Anda memperoleh manfaat untuk lebih
mengenal struktur kalimat sederhana dalam bahasa Arab serta ciri-cirinya.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi nahwu I (sintasksis dasar) ini dengan memberi tanda-tanda
khusus pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1: ILMU NAHWU DAN POLA KALIMAT DASAR
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
Kata nahwu ditinjau dari bahasa adalah bentuk mashdar dari kata - حنا
ينحو, yang artinya menuju, arah, sisi, seperti, ukuran, bagian, dan tujuan (Ma‟luf,
1986: 796). Kata “Nahwu” (حو
ُ ْ َ)الن, menurut Mar‟i bin Yusuf bin Abi Bakr bin Ahmad
al-Karami al-Maqdisi al-Hanbali (1033 H), penulis Dalîl al-Thâlibîn li Kalâm al-
Nahwiyyîn, memiliki beberapa arti, yaitu:
1. ص ُد
ْ ( ال َقsengaja/maksud)
2. ( اَلْ ِم ْق َد ُارukuran/takaran)
3. ُاْلِهة
َ ْ (arah)
4. مثْل ِ
ُ ْ( اَلpadanan/seperti/contoh)
5. ُ( النَّوعjenis)
ْ
6. ضُ ( البَ ْعsebagian)
Secara umum, kata “nahwu” berarti contoh. Hal ini tampak pada ulasan-
ulasan dalam ilmu nahwu yang selalu menyertakan contoh. Misalnya, dalam satu
kaidah nahwu, akan ditampilkan banyak contoh yang sesuai dengan kaidah,
sehingga orang yang menguasai suatu kaidah dalam ilmu nahwu pun mampu
membuat contoh-contoh dari kaidah tersebut. Selain itu, dikisahkan bahwa
Sayyidina „Ali bin Abi Thalib r.a. memerintahkan Abu al-Aswad al-Du‟ali untuk
menyusun secara sistematis kaidah-kaidah bahasa Arab sambil berkata: "“ انح ىذا
;النجوunhu hâdzan nahwa!” (ikutilah yang semisal ini)". Dari perkataan „Ali bin Abi
Thalib r.a. tersebut, tercetuslah istilah “nahwu”.
Para ahli nahwu dan tata bahasa Arab, seperti Ibnu Malik, Ibnu „Aqil, dan al-
Ghalayaini, mendefinisikan ilmu nahwu atau sintaksis Arab sebagai pengetahuan
yang membahas tentang berbagai kaidah (ushûl) yang berkaitan dengan perubahan
(i„râb) atau ketetapan (binâ‟) akhir kata dalam struktur kalimat. Perubahan akhir kata
ini, biasanya pada bunyi harakatnya atau hurufnya, disebabkan oleh „âmil (faktor)
yang mempengaruhinya. Menurut al-Thanthawi, ilmu nahwu ialah ilmu yang
membahas keadaan setiap akhir kata dalam struktur kalimat, baik yang mu‟rab
(berubah) atau yang mabnî (tetap).
Ilmu nahwu merupakan salah satu bidang ilmu bahasa Arab yang mengkaji
struktur kalimat yang menjadi unsur terpenting dalam memahami bahasa. Ilmu
nahwu membahas tentang kaidah-kaidah yang mengatur tentang perubahan (i‟râb)
atau penetapan (binâ‟) pada bunyi akhir struktur kata (kalimah) berbahasa Arab.
Penetapan bunyi akhir kata diatur dalam kaidah tentang binâ‟. Kata yang akhirnya
selalu tetap (tidak berubah dalam kalimat apa pun) disebut dengan mabnî.
Sedangkan, perubahan bunyi akhir kata (kalimah) diatur dalam kaidah i„râb yang
terdiri atas rafa‟ (marfu„), nashab (manshûb), jar (majrûr), atau jazm (majzûm).
Dengan kata lain, ilmu nahwu membahas tentang kaidah-kaidah dan dasar-
dasar untuk mengetahui keadaan suatu kata apakah ia termasuk dalam kategori
i‟rab (mu„rab) atau bina‟ (mabnî). Apabila kata tersebut mabnî, maka apa tanda
bina„-nya (tetapnya). Apabila kata tersebut mu‟rab, maka apa tanda i‟rab-nya
(perubahannya). Namun, pembahasan yang paling dominan dalam ilmu nahwu
adalah i‟râb karena mayoritas kata bahasa Arab adalah mu‟rab (berubah akhirnya).
Para ahli nahwu mentakrifkan i‟râb sebagai berikut.
.اإلعراب ىو تغيري أواخر الكلم الختالف العوامل الداخلة عليها لفظا أو تقديرا
Artinya: "i'râb ialah perubahan pada akhir kata yang disebabkan oleh perbedaan
'amil (faktor) yang masuk ke kata tersebut, baik perubahan itu nyata (tampak)
maupun tidak nyata (diperkirakan)".
Secara umum, objek kajian ilmu nahwu adalah semua kata bahasa Arab
yang tersusun di dalam struktur kalimat ditinjau dari perbedaan faktor-faktor yang
mempengaruhinya atau fungsi kata tersebut di dalam kalimat. Para ahli nahwu
sepakat untuk mengatakan sebagai berikut.
صلى- االحرتاز عن اخلطأ يف اللسان واالستعانة على فهم معاين كالم اهلل ورسولو:وفائدتو
. وسلاطبة العرب بعضهم لبعض- اهلل عليو وسلم
Seorang guru bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) atau yang sederajat, dituntut untuk
mengusai kaidah-kaidah tata bahasa di dalam ilmu nahwu, minimal kaidah dasar.
Sebab, dengan menguasai ilmu nahwu, seorang guru bahasa Arab telah berperan
dalam menjaga keaslian, ketepatan, dan kebenaran bahasa Al-Quran dan hadis,
serta bahasa Arab secara umum, dari aspek-aspek yang merusak bahasa, seperti
interferensi, kesalahan penggunaan tata bahasa, dan kekeliruan penuturan.
Adapun para siswa yang belajar bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) atau yang sederajat tidak
perlu mempelajari ilmu nahwu secara khusus. Sebab, pembelajaran bahasa Arab di
tingkat satuan pendidikan tersebut menggunakan bahan ajar yang berorientasi pada
sistem pembelajaran terpadu, integrated system, atau all in one system (nazhariyyah
wahdah). Pada sistem ini, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang utuh, dan saling
berhubungan, bukan sebagai bagian yang terpisah-pisah. Oleh karena itu, hanya
ada satu mata pelajaran, yaitu bahasa Arab, satu buku teks, satu evaluasi, dan satu
nilai hasil belajar.
Ilmu nahwu atau sintaksis Arab memiliki posisi yang sentral dan utama dalam
pengkajian bahasa. Sebab, dengan ilmu nahwu, kita dapat membedakan mana
perkataan, tuturan, atau struktur kalimat yang benar dan mana pula yang salah atau
keliru. Orang yang menguasai ilmu nahwu (sintaksis) akan mampu menangkap
maksud yang tepat dari sebuah perkataan atau tuturan yang tertulis dalam
rangkaian kalimat. Sebaliknya, yang tidak menguasai ilmu nahwu akan kesulitan
dalam memahami maksud dari rangkaian struktur kalimat. Dengan pemahaman
terhadap struktur kalimat tersebut, ia pun dapat memahami makna yang tersurat dari
teks (nashsh). Selanjutnya, apabila penguasaan ilmu nahwu ini ditunjang dengan
ilmu balaghah, semantik, pragmatik, dan analisis wacana, ia pun akan mampu
menemukan makna-makna yang tersirat dan tersembunyi dari teks.
Salah satu bahasan penting dalam kaidah ilmu nahwu adalah kalâm, tuturan,
atau kalimat dasar. Secara umum, kalâm ialah tuturan yang memiliki maksud
tertentu yang disepakati oleh penutur (penulis) dan petutur (pembaca). Dalam kajian
ilmu nahwu klasik, persoalan kalâm, kalimah, kalim, dan qaul merupakan persoalan
pokok yang menjadi acuan pembahasan kaidah-kaidah nahwu. Muhammad bin
Abdullah bin Malik al-Tha‟i al-Jayyani al-Andalusi (600-672 H), penulis nazham
Alfiyyah mengantarkan persoalan nahwu dan sharf dengan bab kalam, yaitu: “al-
kalâm wa mâ yata‟allafu minhu” (Kalimat dan strukturnya).
Dalam nazham yang sangat ringkas tersebut (Alfiyyah disebut juga nazham
mukhtashar al-nahwi [ringkasan nahwu] karena isinya sangat padat), Ibnu Malik
menjelaskan persoalan sebagai berikut.
Satuan dari (kalim) disebut kalimah, sedangkan qaul itu umum. “Kalimah” kadang
dimaksudkan sebagai Kalam.
Dalam bahasa Arab, struktur Kalimat Dasar (kalâm) dibagi menjadi dua,
yaitu:
Secara umum, struktur jumlah fi‟liyyah ialah pola kalimat yang diawali dengan
kata fi‟il (verba) sebagai pangkal kalimat lalu diikuti dengan fa‟il (subjek) atau naibul
fa‟il (pengganti subjek). Contohnya sebagai berikut.
Secara umum, struktur jumlah ismiyyah ialah pola kalimat yang diawali
dengan kata isim (nomina) sebagai mubtada yang merupakan pangkal kalimat lalu
diikuti oleh khabar (predikat) sebagai pelengkap mubtada. Contohnya sebagai
berikut.
َزيْ ٌد قَ َام-ٔ
ِ
َص ُر اهلل َجاء ْ َ ن-ٕ
ٍ َ يَ َدا أَِِب َذل-ٖ
ب تَبَّتَا
ادلؤمنون ُم ْفلِ ُح ْون-ٗ
الذي جعل يف السماء بروجا تبارك-٘
Silakan Anda perhatikan peta konsep kata isim (nomina), fi„il (verba), dan
partikel (harf) dalam bahasa Arab yang sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah
nahwu. Selain itu, perhatikan juga peta konsep Isim Dhamir / Pronomina, Isim
Isyarah / Pronomina Demonstatif, Pronomina Relatif / Isim Maushul, Zharf /
Adverbia, I‟rab Isim / Kasus Nomina, I‟rab Fi‟il / Modus Verba, Isim Adad / Numeria,
Fi‟il Muta‟addi & Lazim / Verba Transitif & Intransitif, Fi‟il Ma‟lum & Majhul / Diatesis
Aktif dan Pasif, Majrurat / Kasus Genitif, dan lain sebagainya.
PETA KONSEP NOMINA
PETA KONSEP VERBA
PETA KONSEP PARTIKEL
PETA KONSEP ISIM DHAMIR / PRONOMINA
PETA KONSEP ISIM ISYARAH / PRONOMINA DEMONSTRATIVA
PETA KONSEP ISM AL-MAUSHUL / PRONOMINA RELATIF
PETA KONSEP ZHARF (ZHURÛF) / ADVERBIA
PETA KONSEP ISIM ADAD / NUMERIA
PETA KONSEP KLASIFIKASI VERBA / TAQSÎMÂT AL-FI’IL
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Definisi,
Objek Kajian, dan Urgensi Ilmu Nahwu, serta Pola Kalimat Dasar. Agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep
dari ilmu nahwu dan objek kajiannya.
Tes Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat.
Pokok-pokok Materi
Jumlah Ismiyyah
1. Mubtadanya Isim dan Khabarnya Isim (nomina)
2. Mubtadanya Isim dan Khabarnya Jarr Majrur atau Zharf Mazhruf
3. Khabar didahulukan atas Mubtada‟
Uraian Materi
Jumlah Ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata isim (nomina).
Jumlah ismiyyah terdiri dari 2 bagian, yaitu "Mubtada" ( ) ُمْبتَ َدأsebagai pangkal
kalimayt dan "Khabar" ( ) َخ َبsebagai pelengkap kalimat.
Mubtada adalah subjek sebuah kalimat, bisa berupa kata benda atau bisa
berupa kata ganti (dhamir). Mubtada harus Marfu' ( ٌ) َم ْرفُ ْوع, artinya harokat
terakhirnya harus dhommah atau dhommatain atau sesuai dengan tanda pada i‟rab
isim atau kasus nomina (perhatikan peta konsep tentang i‟rab isim / kasus nomina).
Khabar adalah predikat sebuah kalimat yang berfungsi melengkapi makna
mubtada atau memberikan informasi / berita mengenai mubtada.
Contoh:
يب
- Al Masjidu Qoriibun (Masjid itu dekat) -
ٌ ادلسجد قر
ُ
Al Masjidu (ادلسجد
ُ ) Mubtada, Qoriibun ( )قريبKhabar.
ٌ
- Ana mudarissun (Saya seorang guru) - انا مدرس
ٌ
Ana ( )اناMubtada, Mudarrisun ( )مدرسKhabar.
ٌ
- Hadza Qolamun (Ini adalah pena) - ىذا قلم
ٌ
Hadza ( )ىذاMubtada, Qolamun ( )قلمKhabar.
ٌ
Dengan demikian, jumlah ismiyyah ialah pola kalimat yang diawali dengan
kata isim (nomina) sebagai mubtada yang merupakan pangkal kalimat lalu diikuti
oleh khabar (predikat) sebagai pelengkap mubtada. Perhatikan contoh berikut:
. اهلل الصمد، اهلل أحد-ٔ
زلمد رسول اهلل-ٕ
. القائم زيد، زيد قائم-ٖ
. احلمد اهلل رب العادلني-ٗ
Untuk mengenal lebih jelas tentang jumlah ismiyyah, akan dijelaskan
pengertian mubtada dan khabar serta kaidah-kaidah yang terkait dengannya.
a. Pengertian Mubtada
الع َو ِام ِل اللَّ ْف ِظيَّ ِة
(
َ العا ِرى َع ِن
َ ُ)ادلُْبتَ َدأُ ُى َو ا ِإل ْس ُم ادلَْرفُ ْوع
"Mubtada ialah isim yang dirofakan yang kosong dari amil-amil bangsa lafadz".
2. Khabar
)اخلَبَ ُر ُى َو ا ِإل ْس ُم ادل ْرفُ ْوعُ ادل ْسنَ ُد اِلَْي ِو
(
“Khobar ialah isim yang dirofa'kan yag disandarkan kepada mubtada”.
ُ َ
Ada juga yang mendefinisikan sebagai berikut:
ِاِ ِِسم مرفُوع ُُيِب عن حالَِة ادلبتدأ
َ َْ َ ْ َ ُ ْ ٌ ْ ْ َ ٌ ْ
ُ
“Khobar ialah isim yang dirofa'kan yang memberitakan keadaan mubtada atau yang
terletak setelah mubtada”.
) الزيْ ُد ْو َن قَائِ ُم ْو َن ِ الزي َد ِان قَائِم
َّ ان َو َّ و م ِك زي ٌد قَائ ِ( َحنو قَول
َ ْ َ ٌ ْ َ َ ُْ
Contoh:
اب ُم ِهم ِ
ُ َالكت
“Kitab itu penting”
العِْل ُم نَافِ ٌع
“Ilmu itu bermanfa'at”
اب ِ ِ
Kata "
ُ َ "الكتdan " " الع ْل ُمadalah mubtada karena isim yang dirofa'kan yang terletak
pada formula'an jumlah. Mubtada dirofa'kan dengan ibtida (karena jadi formula'an).
Sedangkan kata " ُم ِهم " dan kata" نَافِ ٌع " adalah khobar, karena isim yang dirofa'kan
yang memberitakan keada'an mubtada atau terletaknya setelah mubtada. Contoh
yang lain:
اج ٌح ِ الولَ ُد الَّ ِذى اِ ْشتَ رَك ِِف ا ِإلمتِح-
ِ َان ن س َس ْه ٌل
َ َ َ ُ الد َّْر-
ٌادل ْد َر َسةُ َكبِْي َرة-
3. Persesuaian antara mubtada dan khobar
َ
Antara mubtada dan khobar harus sesuai di dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Di dalam mufrodnya
b. Di dalam tasniyahnya
c. Di dalam jama'nya
d. Di dalam muannats dan mudzakarnya
- Contoh Mubtada yang terdiri dari mufrod mudzakar, tasniyah, jama mudzakar.
ُزلَ َّم ُد ْو َن َعالِ ُم ْو َن- ِ دان عالِم
ان ِ ِ
َ َ ُزلَ َّم- ٌُزلَ َّم ٌد َعال
- Contoh mubtada khobar yang terdiri dari mufrod muannats, tasniyah dan jama.
ات ِ ِ ِ َان عالِمت
ِ ِ ٌاط َمةٌ َعالِ َمة
ِ َف
ٌ ات َعال َم
ٌ فَاط َم- ان َ َ َ فَاط َمت-
- Contoh yang terdiri dari jama yang tidak berakal.
ٌس َكبِْي َرة ِ
ُ ادلََدار- ٌب ُم ِه َّمة
ُ ُال ُكت
ٌ س َكبِْي َر
ات ِ
ُ ادلََدار- ٌ ب ُم ِه َّم
ات ُ ُال ُكت
- Contoh jama' taksir yang berakal.
ات ِ ال قَائِ ُم ْو َن
ٌ ِّساءُ قَائ َم
َ الن- ُ الر َج
ِّ
Kalau mubtada terdiri dari jama' yang tidak berakal, maka boleh khobarnya terdiri
dari mufrodah muannatsah atau jama muannats. Sebagaimana pada contoh no 3
Pembagian Mubtada
ض َم ُر اِثْنَا َع َشَرَ :وِى َي اَنَا َوَْحن ُن ضمر .فَالظَّ ِ
اى ُر َما تَ َق َد َم ِذ ْك ُرهَُ .وادل ْ ٌ َ اىٌر َوُم ْ ان :ظَ ِ (وادلبتَ َداُ قِسم ِ
َ ُْ ِْ َ
ِ ِ
ك اَنَا قَائ ٌم َْحن ُن قَائ ُم ْو َن َوَما ِ ُ ِ
.حن ُو قَ ْول َ
ُت َوُى َو َوى َي َو ُُهَا َوُى ْم َوُى َّن َْ
ت َواَنْت َواَنْتُ َما َواَنْتُ ْم َواَنْ ُ ََّواَنْ َ
ك) ِ
اَ ْشبَوَ ذَل َ
Mubtada itu terrbagi kepada dua bagian, yaitu:
1. Mubtada dhohir seperti pada contoh di atas.
2. Mubtada dlomir (mubtada yang dibuat dari isim dlomir atau isim dlomir munfashil
marfu').
Contoh Mubtada isim dhamir:
-اَنتُما قَائِمتَ ِ
ان ات ِ
ُ -ى َّن قَائ َم ٌ ُى َو قَائِ ٌم
َ ِ َ
اتُت قَائ َم ٌ -اَنْ ُ َّ ت قَائِ ٌم -اَنْ َ
ُُها قَائِم ِ
ان َ َِ
-اَنَا قَائِ ٌم -اَنْتُما قَائِم ِ
ان َ َ ُى ْم قَائ ُم ْو َن
َْ -حن ُن قَائِ ُم ْو َن -اَنْتُ ْم قَائِ ُم ْو َن ِى َي قَائِ ِمةٌ
ت قَائِ َمةٌ -اَنْ ِ ُُها قَائِمتَ ِ
ان َ َ
Pembagian Khobar
ك َزيْ ٌد قَائِ ٌمَ .و َغْي ُر ادل ْفَرِد اَْربَ َعةُ اَ ْشيَاءَ :اْلَ ُار ِ ٍ ( واخلَب ر قِسم ِ
ان ُم ْفَرٌد َو َغْي ُر ُم ْفَرد فَادل ْفَرُد َْحن ُو قَ ْول َ َُ ْ َ
ِ ِ ُ ِ ِ ِِ ُ ِ ِ ِ ِ
ك َزيْ ٌد ِف الدَّار َوَزيْ ٌد عْن َد َك َوَزيْ ٌد ف َوالف ْع ُل َم َع فَاعلو َوادلْبتَ َدأُ َم َع َخ َبه َْحن ُو قَ ْول َ َوادل ْج ُرْوُر َوالظَّْر ُ
ُ قَ َامَ اَبُ ْوهُ َوَزيْ ٌد َجا ِريَتُوُ ذَ ِاىبَةٌ ).
Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari mubtada‟ sebagai pokok kalimat umumnya berupa
kata benda (isim) sebagai mubtada dan khabar. Namun, ada juga jumlah ismiyyah
yang berupa syibh al-jumlah, yakni jar majrur atau zarf mazhruf sebagai penjelas
mubtada‟.
Pada contoh nomor 2, struktur jumlah ismiyyah diawali oleh mubtada berupa isim
ma‟rifat, sedangkan pelengkapnya adalah khabar berupa fi‟il mudhari atau jumlah
fi„liyyah.
Pada contoh nomor 3, struktur jumlah ismiyyah diawali oleh mubtada berupa isim
ma‟rifat, sedangkan pelengkapnya adalah jar-majrur dan zharf-mazhruf.
Selanjutnya, struktur Jumlah Ismiyyah tidak selalu diawali oleh mubtada‟, bahkan
jika mubtada‟ tidak berupa isim ma‟rifat maka jumlah tersebut pada umumnya
diawali oleh khabar, yaitu jika mubtada‟nya berupa isim nakirah dan khabarnya
berupa jar-majrur atau zarf-mazhruf. Misalnya :
Tugas
1.
Untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang pola kalimat nomina / jumlah
ismiyyah, silakan pelajari kembali …………. :
2.
Bacalah Juz 30 Al-Quran (Surah An-Naba‟ sampai dengan Surah An-Nâs, lalu
temukan pola-pola jumlah ismiyyah sebagaimana yang Anda ketahui, dan buatlah
dalam bentuk tabel.
Tes Formatif 3
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 3, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Uraian Materi
Dalam bahasa Arab, kata “jumlah” ( )جلة berarti kalimat. Jumlah fi‟liyyah
berarti kalimat fi‟liyyah. Maksudnya, kalimat yang unsur pokoknya adalah fi‟il. Dalam
bahasa Indonesia dan Inggris, istilah yang sepadan dengan jumlah fi‟liyah adalah
kalimat verba, tetapi struktur kalimat verba bahasa Arab berbeda dengan struktur
kedua bahasa tersebut. Secara umum, struktur jumlah fi‟liyyah (kalimat verba) dalam
bahasa Arab menempatkan kata fi‟il (verba) di awal kalimat, sedangkan di dalam
bahasa Indonesia atau Inggris, umumnya kata verba tersebut berada setelah subjek
atau bukan di awal kalimat.
Unsur pokok pembentuk jumlah fi‟liyyah ada dua, yaitu: fi‟il (verba/predikat)
dan fa‟il (pelaku/subjek) atau fi‟il (verba) dan naibul fa‟il (pengganti subjek). Adapun
maf‟ul bih (objek) hanya menjadi pelengkap kalimat apabila kata fi‟il-nya
membutuhkan objek (maf‟ul bih). Karena posisinya sebagai unsur pokok pembentuk
jumlah fi‟liyyah, kata fi‟il berada di awal kalimat. Fi‟il sendiri artinya kejadian atau
peristiwa (al-hadats), sehingga jumlah fi‟liyyah menggambarkan adanya suatu
kejadian atau peristiwa. Dalam istilah nahwu, unsur pokok pembentuk jumlah
disebut dengan „umdah al-jumlah atau „umdah al-kalâm, sedangkan unsur
pelengkapnya disebut fudhlah al-jumlah atau fudhlah al-kalâm.
Tentang definisi jumlah fi‟liyyah, para ahli nahwu/sintaksis Arab mentakrifkan
sebagai berikut.
.اْلملة الفعلية ىي اليت تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل
Jumlah fi‟liyyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi‟il (verba) dan
tersusun dari fi‟il (verba/predikat) dan fa‟il (subjek) atau fi‟il (verba/predikat) dan nâ‟ib
al-fâ‟il (pengganti subjek).
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah fi‟liyyah atau kalimat
verba memiliki dua pola dasar, yaitu:
Akan tetapi, patut dipahami pula bahwa dua pola kalimat di atas bisa
bertambah atau berkembang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh fi„il dan fâ‟il atau
nâ‟ib al-fa‟il. Secara umum, ada beberapa pola struktur jumlah fi‟liyyah sebagai
berikut.
1. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek), apabila bentuk fi‟il-nya aktif dan tidak butuh
objek;
2. Fi„il (verba/predikat) + Na‟ib al-Fa„il (pengganti subjek), apabila fi‟il-nya pasif dan
fâ‟il-nya tidak diketahui (majhul);
3. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) + Maf„ûl bih (Objek), apabila fi‟il-nya butuh
keterangan objek;
5. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) + Harf Zharf + Isim Mazhrûf, apabila fi‟il-nya
butuh harf zharf atau keterangan tertentu;
6. Fi„il (verba/predikat) + Fâ„il (subjek) + Hâl (kondisi subjek), apabila fâ‟il-nya
butuh keterangan kondisional);
Untuk mendalami pola struktur jumlah fi„liyyah tersebut, berikut ini akan
dijelaskan tentang kaidah-kaidah yang berhubungan dengan fi‟il (verba), fâ‟il (subjek
dari verba), nâ‟ib al-fâ„il (pengganti subjek karena verbanya bentuk pasif), maf‟ûl bih
(objek dari verba transitif).
Dalam bahasa Arab, fi„il ( )فِ ْعل memiliki arti perbuatan, pekerjaan, atau
kejadian. Sesuai dengan arti yang dikandungnya, kata fi„il (verba) menunjukkan
sebuat peristiwa atau perbuatan. Secara aksiomatis, sebuah perbuatan atau
peristiwa pasti membutuhkan pelengkapnya, seperti pelaku, objek, waktu/masa,
situasi, dan sebagainya. Sebagian ada yang inhern (terkandung) di dalam kata fi„il
(verba) tersebut, sebagian lagi ada yang berupa kata lain yang menyertainya.
Karena itu, dalam struktur kalimat bahasa Arab, kata fi„il (verba) tidak pernah hadir
dalam ruang kosong. Artinya, apabila ada kata fi„il (verba), maka ada fâ„il-nya
(subjek dari verba) atau nâ‟ib al-fâ„il (pengganti verba). Karena tuntutan
eksistensinya tersebut, kata fi„il (verba) pun menerima konsep masa atau kala yang
inhern atau menyertainya.
الفعل ىو كلمة دلت على معىن يف نفسها واقرتنت بزمن وضعاً؛ فنن دلت تلك الكلمة على
وإن دلت على زمن حيتمل احلال واالستقبال فهي، قام:زمن ماض فهي الفعل ادلاضي حنو
. وإن دلت على طلب شىء يف ادلستقبل فهي فعل األمر حنو قُ ْم، يقوم:الفعل ادلضارع حنو
“Fi„il ialah kalimah (kata) yang memiliki arti sendiri dan situasinya disertai dengan
kala/waktu. Apabila menunjukkan kala yang telah lalu, ia disebut dengan fi‘il mâdhi
( )فعل ماض, seperti kata: ;ق ام apabila menunjukkan kala sekarang/kini atau akan
datang/nanti, ia disebut dengan fi‘il mudhâri„ ( )فعل مضارع, seperti kata: يق وم, dan
apabila menunjukkan permintaan sesuatu pada kala yang akan datang, ia disebut
fi‘il amr ()فعل األمر, seperti kata: قُ ْم.”
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa kalimah fi„il ialah kata yang memiliki
arti sendiri (tidak bergantung dengan kata lain), tidak seperti kata harf (partikel) yang
memiliki arti jika bersambung dengan kata isim atau kata fi‟il. Selanjutnya, secara
umum, arti yang ditunjukkan kalimah fi„il ialah perbuatan atau kejadian. Hal ini sesuai
dengan arti dari kata ( فِ ْع ٌلfi„l[un]), yaitu perbuatan, pekerjaan, atau kejadian. Apabila
ditinjau dari kala/waktu yang menyertai situasinya, kata fi„il dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu: fi„il mâdhi ( )فعل ماض, )فعل مضارع,
fi„il mudhâri„ ( dan fi„il amr ()فعل األمر,
seperti: ق م- قَام – ي ُقوم.
ُْ ُْ َ َ
Takrif lain yang lebih sederhana menyebutkan:
ِ وَييء
.وج ْئ ٍ ِ
ُ َ َمعىن ِف نَ ْفسو ُمقرتن بزمان كجاء
ً دل على
ّ ما
“Fi„il ialah kata yang menunjukkan arti pada dirinya yang disertai dengan kala/waktu,
seperta kata: ِج ْئ،ُ ََِي ْيء،َ َجاء.”
Adapun ciri-ciri kata fi„il ialah sebagai berikut.
"ضمري ِ
التأنيث الساكنة ،أو
َ "سوف" ،أو "تاءَ
"السني" أو ْ
َ يقبل "قَ ْد" أو
ِ َ وعالمتو أن
قامت،
نذىبْ ، ُ ستذىب ،سوف
ُ يقوم،
قام ،ق ْد ُ
الفاعل" ،أو "نون التوكيد" .ومثالُو :قد َ
اكتَب. ِ ِ
َبْ َ ،يكتَب ،اكتُ ّ
يكتَب ،ل َ ّ
قمت ،قمتّ َ ،َ
ت (di awal),سوف ,س ,قَ ْد “Ciri-ciri fi„il ialah dapat menerima ْ (di akhir), dhamîr al-fâ„il
َ
ن (kata ganti pelaku), atau قد ,قد قام ْ (nûn taukîd) di akhir kata. Contohnya ialah:نَّ /
.اكتبنَ ,اكتبنَ ,ليكتبنَ ,يكتبنَ ,قمتَ ,قمتَ ,قامت ,سوف نذىب ,س تذىب ,يقوم
Secara lebih spesifik, bentuk-bentuk kata fi‟il madhi, fi‟il mudhari‟, fi‟il amr,
dan fi‟il nahi ialah sebagai berikut.
الفعل َالماضي :صيغة فعل تدل على وقوع عمل يف الزمن ادلاضي ،مثلَ :
نصر،
شجع ،وثِق ،وِرث. طلَب ،ضرب ،جلَس ،فتَح ،ذىب ،علِمِ ،
حسنُ ،ُ م،رح َ َ
Contoh fi„il mâdhi dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
المثالَفيَالجملة َ الفعلَالماضي َ
اط ِن الشِّدَّةِ
نصرَ اهلل الْم ْؤِمنِني ِيف مو ِ نصر
ُ ُ َْ ْ ََ َ
ِ ِ ِِ ِ
طلبَ اهللُ م ْن َمالَئ َكتو أَ ْن يَ ْس ُج ُد ْوا ِل َد َم فَ َس َج ُد ْوا لَوُ طلَب
ضربَ اللَّوُ َمثَ ًال َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َجَرٍة طَيِّبَ ٍة... ضرب
َ
َص َحابِِو ِ
جلسَ َر ُس ْو ُل اهلل َ م َع أ ْ جلَس
ف تحَ َر ُس ْو ُل اهللِ َ م َّكةَ َسنَةَ ٛه فتَح
ص ُرو َن ذىبَ اللَّو بِنُوِرِىم وتَرَكهم ِيف ظُلُم ٍ
ات َال ي ب ِ ذىب
ُْ َ ْ َ َ ُْ ُ َ
علمَ اللَّوُ أَنَّ ُك ْم ُكْنتُ ْم ََتْتَانُو َن أَنْ ُف َس ُك ْم فَتَ َ
اب َعلَْي ُك ْم َو َع َفا َعْن ُك ْم علِم
ف قَ ْد َر نَ ْف ِس ِو
رحمَ اهللُ ْامَرءًا َعَر َ ِ
رحم
المثالَفيَالجملة َ الفعلَالمضارع َ
ومن ي ْش ُكر فَِنََّّنَا يش ُك َر لِنَ ْف ِس ِو ،ومن َك َفر فَِن َّن اللَّو َغ ِِن َِ
ْحي ٌد يش ُكر
َ ََ ْ َ ُ ََ ْ َ ْ
السماو ِ ِ ِِ
ض طَْو ًعا َوَك ْرًىا (الرعد)ٔ٘ : ات َو ْاأل َْر ِ َوللَّو يس ُج َُد َم ْن يف َّ َ َ يَ ْس ُج ُد
يم ي غف َر لِمن ي َشاء وي ع ِّذب من ي َشاء ،واللَّو َغ ُف ِ ِ
يغفر
ور َرح ٌ ُ َ ْ َ ُ ََُ ُ َ ْ َ ُ َ ُ ٌ
اَ ْحل ُّق بِالَ نِظَ ٍام ي غلب َوُ الْب ِ
اط ُل بِالنِّظَ ِامُ َ َ يغلِب
كان النيب يقرأ يف صالة الفجر يوم اْلمعة (ال تنزيل) السجدة يقرأ
َ
ِ
َخلَ َدهُ ب أ َّ
َن َمالَوُ أ ْ َّدهُ ،يحس َُالَّذي َجَ َع َم ًاال َو َعد َ حيسب
َ
السيِّئ ِ ِِ ِ
ات َوُى َو الَّذي ي قب َُل الت َّْوبَةَ َع ْن ِعبَاده َويَ ْع ُفو َع ِن َّ َ يقبَل
ث بَ ْع َد َىا َكا َن رسو ُل اهللِ يكرَه النَّوم قَبل الْعِش ِاء و ْ ِ يكره
احلَديَ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ ُْ َ
َوِمْن ُه ْم َم ْن ي ُقولَُ َربَّنَا آَتِنَا ِيف الدُّنْيَا َح َسنَةً (البقرة)ٕٓٔ : يَ ُق ْول
اْلَن َِّة َوالْ َم ْغ ِفَرةِ بِِن ْذنِِو (البقرة)ٕٕٔ :
َواللَّوُ يدعُو إِ ََل ْ يَ ْدعُو
ث َم ْن ِيف الْ ُقبُوِر (احلج)ٚ :
َن اللَّوَ ي ب ع َُ
َوأ َّ ث
يَْب َع ُ
وم ِْ
ني يَ ْوَم ي ُق َُربَّنَا ا ْغ ِفر ِِل ولِوالِ َد َّ ِ ِ ِ وم
اب (إبرىيم)ٗٔ :
احل َس ُ ي َول ْل ُم ْؤمن َ ْ ََ َ يَ ُق ُ
( 3. Fi„il Amr )فعل األمر
Fi„il amr ialah shîghah (bentuk) fi„il yang menunjukkan arti perintah atau
tuntutan untuk melakukan perbuatan. Situasinya mengandung kala nanti (al-
zaman al-mustaqbal). Dalam bahasa Arab diungkapkan:
فعلَاألمر :صيغة فعل تدل على أمر أو طلب عمل يف الزمن ادلستقبل ،مثلْ :
اس ُج ْد،
ابعث ،ا ْذ َىب ،اِ ْشَرح.
اجعلَ ،
اقرأَ ،
ِ
ادخلْ ،ادعُ ،قُ ْم ،اغفرَ ،
ُ
Contoh fi„il amr dapat Anda perhatikan dalam tabel berikut:
المثالَفيَالجملة َ فعلَاألمر َ
ِ
ب (العلق)ٜٔ : َك َّال َال تُط ْعوُ َواس ُجدَ َواقْ َِرت ْ اس ُج ْد
ْ
ت قَ ْوِمي يَ ْعلَ ُمو َن (يس)ٕٙ : يل اد ُخلَ ْ قِ ادخل
اْلَنَّةَ قَ َال يَا لَْي َ َ ُ
احلَ َسنَ ِة (النحل)ٕٔ٘ :
ْم ِة َوالْ َم ْو ِعظَِة ْ
احلك َ
ك بِ ِْعُ إِ ََل َسبِ ِيل َربِّ َ
اد َ ْادعُ
قُمَ اللَّْي َل إَِّال قَلِ ًيال (ادلزمل)ٕ : قُ ْم
يت ُم ْؤِمنًا (نوح)ٕٛ :ي َولِ َم ْن َد َخ َل بَْي ِ
َّ د ب اغفرَ ِِل ولِوالِ
َر ِّ ِ
اغفر
َ َ ََ
ك َح ِسيبًا (اإلسرا)ٔٗ : ك َك َفى بِنَ ْف ِس َ
ك الْيَ ْوَم َعلَْي َ اق رأَكِتَابَ َ اقرأ
َ
ب اجعلَ َى َذا بَلَ ًدا آَِمنًا (البقرة)ٕٔٙ:
َر ِّ اجعل
َ
يب َذلُ ُم اب عثَ لَنَا َملِ ًكا نُ َقاتِ ْل ِيف َسبِ ِيل اللَّ ِو (البقرة: ِ
إِ ْذ قَالُوا لنَِ ٍّ ابعث
َ
)ٕٗٙ
اذىبَ إِ ََل فِْر َع ْو َن إِنَّوُ طَغَى(النازعات)ٔٚ: ا ْذ َىب
ص ْد ِري َويَ ِّس ْر ِِل أ َْم ِري (طو)ٕٙ-ٕ٘ :
ب اشرحَ ِِل َ
قَ َال َر ِّ اِ ْشَرح
المثالَفيَالجملة َ فعلَالنهي َ
اس ُج ُدوا لِلَّ ِو الَّ ِذي َخلَ َق ُه َّن ِ
س َوَال ل ْل َق َم ِر َو ْ
َّم ِ ِ
َل َتس ُج ُدوا للش ْ ال تَ ْس ُج ْد
(فصلت)ٖٚ :
ين آَ َمنُوا َلَتد ُخلُوا بُيُوتًا َغْي َر بُيُوتِ ُك ْم( ...النور)ٕٚ : َّ ِ َال تَ ْد ُخ ْل
يَا أَيُّ َها الذ َ
السائِ َل فََلَت ن هرَ (االنشراح)ٔٓ-ٜ :
يم فََلَت قهرََ ،وأ ََّما َِّ
ال تَ ْق َه ْر ،الَ تَ ْن َه ْر فَأ ََّما الْيَت َ
ين آَ َمنُوا َلَت قربُوا َّ َّ ِ تقرب
الص َال َة َوأَنْتُ ْم ُس َك َارى (النساء)ٖٗ : يَا أَيُّ َها الذ َ ال ْ
َلَت قرأَ الْ ُق ْرآن ِعْن َد ما تَ ْستِ َم ُع إِ ََل ُخطْبَة اْلُ ُمعة ال تقرأ
ِِ
َلَتجعلَ َم َع اللَّو إ َذلًا آَ َخَر فَتَ ْقعُ َد َم ْذ ُم ً
وما سلَْ ُذ ًوال (اإلسراء)ٕٕ : ال َْجت َعل
ين ِم ْن قَ ْبلِنَا (البقرة: َّ ِ
َربَّنَا َوَلَتحملَ َعلَْي نَا إِ ْ
صًرا َك َما َْحَْلتَوُ َعلَى الذ َ ال ََْت ِم ْل
)ٕٛٙ
س َعلَى التَّ ْق َوى( ...التوبة)ٔٓٛ : َلَت ُقمَ فِ ِيو أَبَ ًدا .لَ َم ْس ِج ٌد أ ِّ
ُس َ ال ت ُقم
صَر َوالْ ُف َؤ َاد ُك ُّل ك بِِو ِع ْل ٌم إِ َّن َّ
الس ْم َع َوالْبَ َ ف َما لَْي َ
س لَ َ َوَل َت ق َُ ف
َال تَ ْق ُ
أُولَئِ َ
ك َكا َن َعْنوُ َم ْسئُ ًوال (اإلسراء)ٖٙ :
ض َولَ ْن تَ ْب لُ َغ ا ْْلِبَ َال ض َمَر ًحا إِن َ
َّك لَ ْن ََتْ ِر َق ْاأل َْر َ َوَل َتمشَ ِيف ْاأل َْر ِ َال َتَْ ِ
ش
طُ ًوال (اإلسراء)ٖٚ :
B. Macam-macam Fa‟il
Fa‟il bisa berbentuk:
1. Isim Mu‟rab
Isim mu‟rab adalah isim yang berubah akhir harakatnya. Contoh fa‟il dari isim
mur‟ab:
س
ُ َجاءَ الْ ُم َد ِّر
Artinya: “Seorang guru” datang.
2. Isim Mabni
Isim mabni adalah kata yang harakat tidak bisa berubah. Yang termasuk isim mabni
diantaranya isim dhamir, isim isyarah, dan isim maushul). Contoh:
ُ ْقَ َرأ
ت الْ ُق ْرأ َن
Artinya: Aku membaca Al-Quran. Fa‟ilnya adalah ( ت
ُ ) yang merupakan kependekan
أَنَا
dari ( ) yang artinya saya.
Perlu diingat bahwa semua kata kerja sudah memiliki fa‟il berupa dhamir
(tersimpan), dan dhamir ini hanya bisa ditampilkan menjadi isim zhahir
(konkret/jelas) apabila berupa dhamir ghaib.
ب ِ َّ
َ َقَ َام الذ ْي َكت
Artinya: “Orang yang menulis” telah datang. Kata (ذا َ ) َىberkedudukan sebagai fa‟il.
3. Mashdar Muawwal
Mashdar muawwal adalah susunan dari huruf mashdar seperti ( ), ( ), ( َّ ),
) َك ْي َما لَ ْو, (أن
أ ْن
dan ( ) dan jumlah ismiyyah atau fi‟liyyah yang bisa semakna dengan mashdar
sharih. Contoh:
ت
َ َّك َجنَ ْحَ ين أَن ِ
ْ يَ ُس ُر
يَْنبَغِي أَ ْن تَ ُف ْوَز
Artinya:
“Kesuksesanmu membuatku bahagia”
“Keberhasilan adalah keharusan”
Contoh tersebut semakna dengan:
ك
َ اح
ُ َين َجنِ
ْ يَ ُس ُر
يَْنبَغِي فَ ْوُزَك
C. Kaidah/Ketentuan Fa‟il
1. Fa‟il selalu marfu‟ dan terletak setelah fi‟il ma‟lum, baik secara langsung atau
tidak. Contoh:
Bentuk fiil mabni majhul hanya dua, yaitu fi‟il madhi dan fiil mudhari. Apabila
berbentuk fiil madhi, maka huruf pertama fiil madhi tersebut dibaca dhammah dan
huruf sebelum akhirnya dibaca kasrah. Apabila berbentuk fiil mudhari, maka huruf
pertama fiil mudhari tersebut dibaca dhammah dan huruf sebelum akhirnya dibaca
fathah.
Contoh:
ب
َ ب الْ َولَ ُد الْ َك ْل
َ ضَر
َ
(Anak itu telah memukul anjing “Fi‟il Madhi Ma‟lum (Aktif)”
ب َ ض ِر
ُ ب الْ َك ْل ُ
(Anjing itu telah dipukul) “Fi‟il Madhi Majhul ( Pasif )”
Contoh:
ِ
س ُ ب الطَّال
َ ب الد َّْر ُ ُيَكْت
(Siswa itu sedang menulis pelajaran) “Fi‟il Mudhori‟ Ma‟lum (Aktif)”
س
ُ ب الد َّْر
ُ َيُكْت
(Pelajaran itu telah ditulis) “ Fi‟il Modhori‟ Majhul ( Pasif )”
Adapun cara membentuk Naibul Fa‟il adalah dengan mengubah fiil mabni ma„lum
(verba aktif) menjadi fiil mabni majhul (verba pasif). Contoh:
َ ُش ِر
ُب الْ َق ْه َوة
(Kopi itu telah diminum) “ Fi‟il Madhi Majhul (Pasif)”
Kedua; Lafazh َ الْ َق ْه َوةditempatkan pada tempat fa‟il dan dijadikan marfu‟ ُالْ َق ْه َوة
Ketiga ; Fi‟il Madhi dan Mudhori‟ yang sebelumnya ma‟lum (verba aktif) diubah
menjadi majhul (verba pasif), berarti dari kata ب َ ُش ِرdan kata ب
َ َشَرmenjadi ب ُ يَ ْشَر
menjadi ب
ُ يُ ْشَر.
Penjelasan:
Untuk Fi‟il Madhi Ma‟lum, apabila ia diubah ke bentuk Fi‟il Madhi Majhul (bentuk
pasif), maka rumusnya huruf pertama diberi baris dhommah dan baris kasrah pada
huruf sebelum huruf terakhir.
ب َ ُش ِر
َ َشَرmenjadi ب
Untuk Fi‟il Mudhori‟ Ma‟lum, apabila ia diubah ke bentuk Fi‟il Mudhori‟ Majhul (bentuk
pasif), maka rumusnya huruf pertama diberi baris dhommah dan baris fathah pada
huruf sebelum huruf terakhir.
ب
ُ يَ ْشَرmenjadi ب
ُ يُ ْشَر.
Kesimpulannya adalah:
Fi‟il Madhi Majhul : Dhommah pada huruf pertama dan kasrah pada huruf sebelum
terakhir.
Fi‟il Mudhori‟ Majhul : Dhommah pada huruf pertama dan fathah sebelum huruf
terakhir.
ب ِ
َ ت فَاط َمةُ الْ َك ْل
ْ َضَرب
َ
(Fathimah telah memukul anjing) “Fi‟il Madhi Ma‟lum (Aktif)”
ب ْ َض ِرب
ُ ت الْ َك ْل ُ
(Anjing itu telah dipukul) “ Fi‟il Madhi Majhul ( Pasif )”
1. Tidak diketahui siapa pelakunya. Seperti, ada barang yang dicuri dan tidak
diketahui siapa pencurinya, maka diungkapkan;
ُ ( ُس ِر َق الث َّْوBaju itu telah
ب
dicuri) “Fi‟il Madhi Majhul (Pasif)”
2. Sudah sama-sama tahu dan tidak perlu disebutkan fa‟ilnya (pelakunya)
صيَ ُام
ِّ ب َعلَْي ُك ُم ال ِ
supaya ringkas dan singkat, contoh;
َ ( ُكتTelah diwajibkan
kepadamu berpuasa). Kita sudah mengetahui bahwa yang mewajibkan
puasa itu adalah Allah, jadi tidak perlu lagi disebut fa‟ilnya ( Allah).
ِ َ ; ظyaitu Naib Fa‟il yang terdiri dari isim zahir, seperti; فُتِح الْباب
اىٌر
1. Pertama
ُ َ َ
(Pintu itu telah dibuka) dan ُُستَاذ ِ
ْ ( ُسئ َل األUstadz itu telah ditanya)
Kedua مي ر ِ
2.
ٌْ ضَ ; Na‟ib Fa‟il yang terdiri dari isim dhamir, seperti; ت ُ ( أُم ْرAku telah
diperintah) dan َل ُ ُسأ
ْ ( أSaya akan ditanya)
Ketentuan-Ketentuan Naibul Fa‟il
1. Naibul Fa‟il harus senantiasa Marfu‟. Seperti: ُسئِ َل, اب ِ س ِر َق الثَّو
ُ َ فُت َح الْب,ب
ُ ْ ُ
ُُستَاذ
ْ األ
2. Naibul Fa‟il harus selamanya didahului oleh fi‟il majhul. Seperti
ُ ُس ِر َق الث َّْو
,ب
ُُستَاذ ِ ِ
ْ ُسئ َل األ, اب
ُ َفُت َح الْب
3. Naibul Fa‟il itu harus berasal dari Maf‟ul bih, tetapi karena fa‟ilnya tidak ada
maka ia menggantikan tempat fa‟il. Seperti dari ب ُزلَ َّم ٌد الْ َق ْه َوَة
ُ يَ ْشَرmenjadi
ُب الْ َق ْه َوة
ُ يُ ْشَر
4. Jika Naibul Failnya mutsanna atau jama‟ , maka fi‟ilnya tetap dalam keadaan.
ِ ْ ( يَكْتُب الطَّالِب الد َّْر َسSiswa itu menulis dua pelajaran) menjadi
ني
Seperti
ُ ُ
ِ ( يكْتَب الدَّرسKedua pelajaran itu ditulis)
ان َْ ُ ُ
Jika Naibul Fa‟ilnya muannats, maka fi‟ilnya harus diberi tanda ُاطمة ِ
5.
َ َت ف
ْ َضَرب
َ
ب
َ الْ َك ْلdari kata ب ُ ت الْ َك ْلْ َض ِرب
ُ
6. Setiap ada Naibul Fa‟il maka fi‟il mesti tidak ada. Sementara dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris, fa‟ilnya masih bisa disebut seperti contoh:
(Saya dipukul oleh ali = Iam hit by Ali), akan tetapi dalam bahasa Arab tidak
bisa diungkapkan dengan Fi‟ilnya : ت بِ َعلِ ٍّي
ُ ْض ِرب
ُ
7. Jika Maf‟ul bih nya dua atau lebih maka maf‟ul bih yang pertama dijadikan
naibul fa‟il dan yang kedua tetap manshub sebagai maf‟ul bih contoh أ َْعطَى
( َعلِي ِم ْس ِكْي نًا ثَ ْوبًاAli memberi pakaian kepada orang miskin) ني ِ ِ ِ
ٌْ أ ُْعط َي م ْسك
( ثَ ْوبًاOrang miskin itu diberikan pakaian)
Penjelasan
Kata ِم ْس ِكْي نًاsebagai maf‟ul bih pertama dan kata ثَ ْوبًاsebagai maf‟ul bih kedua.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Naibul Fa‟il itu diambil dari Maf‟ul bih akan tetapi
pada kalimat diatas terdapat dua maf‟ul bih yaitu kata ِم ْس ِكْي نًاdan ثَ ْوبًا, maka yang
ِ ِمسyang kemudian berubah menjadi ِمس ِكني
menjadi Naibul fa‟il adalah kata كْي نًا
ْ ٌْ ْ
sedangkan kata ثَوباtetap bertindak sebagai Maf‟ul bih.
ًْ
4. Maf„ul bih, Ciri-Cirinya, dan Kondisinya
Maf’ul bih ialah isim yang nashab yang menunjukkan kepada pihak yang dikenai
amalnya fa’il bersamaan dengan tidak berubahnya bentuk fi’il. Dalam nadzam ilmu
nahwu, Maf'ul bih diartikan:
َو نَهُ ُح ْك ٌم إِع َْزاتِ ًْ َو ُه َو,ي َوقَ َع َعهَ ٍْ ِه فِ ْع ُم ا ْنفَا ِع ِم
ْ ب اَنَّ ِذ ُ س ُم ا ْن َم ْن
ُ ص ْو ِ ْ ي أَنَّهُ دَائِ ًما " اَ ْن َم ْف ُع ْو ُل تِ ِه ُه َو
ْ اْل ْ َة " أُ صْ َّاَنن
ْ ُ
ص ْو َرة انفِ ْع ِم َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ
ُ ُب ٌَ ُد ُّل َعهى َمنْ َوق َع َعه ٍْ ِه انفِ ْع ُم انفا ِع ُم َو َلتتغٍِّ ُز َم َعه ٌ ص ْو ْ
ُ س ٌم َمن ْ ْ َ
ْ ِ ان َمف ُع ْو ُل تِ ِه إ. ب
ٌ ص ْوُ َم ْن
Maf‟ul Bih adalah Isim yang dibaca nashab, yang terletak pada fi‟il dan fa‟il, hukum
I‟rabnya adalah Nashob. Dan Maf‟ul bih merupakan isim yang menunjukkan kepada
objek /penderita. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami Jika fi‟ilnya memukul
berarti maf‟ul bih-nya yang dipukul. Jika fi‟ilnya menolong maka maf‟ul bih-nya yang
ditolong.
Pertama : Maf'ul bih ظاىر. Maf‟ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).
Contoh : ًعلي كلبا
ٌ ضرب َّ ُ يقرأ: Muhammad sedang
َ : Ali memukul anjing ًزلم ُد قرآنا
membaca Quran
Kedua : Maf'ul bih َضمير. Maf‟ul bih yang terdiri dari isim dhamir/kata ganti. Maf‟ul
bih dhamir sendiri dibagi menjadi dua :
ِ وضر,بك
بك َ وضر, وضربنا,ضربِن, ,بكما
1. Dhamir Muttashil (bersambung), yaitu :
َ وضر
وضرهبُ ْم,هبما َ وضر, وضرهبَا,ُ وضربَو,بكن َّ وضر,وضرب ُك ْم, هبن َّ وضر.
2. Dhamir Munfashil (terpisah) yaitu : اك َ َّ واي, وايَّانَا,اي ِ
َ ّاي, , وايَّا ُك ْم,اكما
َ َّ واي,وايَّاك
وايَّاىا,ُ وايَّاه,وايَّا ُك َّن, اى َّن
ُ َّ واي,اى ْم
ُ َّ واي, وايَّاُها.
Contoh-Contoh Maf'ul Bih dalam Al Quran
¤ الربَا
ِّ وحَّرَم
َ يع
َ ََح َّل اهللُ الب
َ “ َوأDan Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba” (Al
Baqarah: 275)
¤ يم َخلِ ًيال ِ ِ َّ
َ َواَتَ َذ اهللُ إبْ َراى “Dan Allah telah mengambil Ibrahim sebagai kekasih” (An
Nisa‟: 125)
¤ فَ ِري ًقا َك َّذبْتُ ْم َوفَ ِري ًقا تَ ْقتُلُو َن “Sebagian kalian dustakan dan sebagian kalian bunuh”
(Al Baqarah: 87)
نيِ َ َّاك نَعب ُد وإِي ِ
¤ ُ اك نَ ْستَع َ ُ ْ َ َّ“ إيHanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya
kepada Engkau kami meminta pertolongan.”
Perhatikan contoh kalimat maf'ul bih dibwah ini. Sekalian kita belajar meng-i'rob
untuk mengetahui kedudukan kalimatnya. Format susunan kalimatnya : (Fi'il - Fa'il -
Maf'ul Bih) مفعول بو- فعل- فاعل
ال ُق ْرآن- قَ َرأَ – ُزلَ َّم ُد
I'rob : َ = قَ رأfi'il madhi mabni fathah pada harkat terahir, dibaca fathah karena fi'il
َ
madhi shahih akhir dan tidak bersambung dengan sesuatu. د ُ = ُزلَ َّمialah Fai'il yang
dibaca rofa'. Adapun tanda rofa'nya ialah dengan harkat dhammah pada harkat
terahirnya. Dibaca dhammah karena isim mufrod. = ال ُق ْرآنialah maf'ul bih yang
dibaca nashab, adapun tanda nashabnya ialah harkat fathah karena isim mufrod.
س ِ
َ ( يُ َذاك ُر ُزلَ َّم ُد اَلد َّْرMuhammad sedang mengulangi pelajaran )
اْلَ ِريْ َد َة ِ
ْ ات ُ َ ( تَ ْقَرأُ الطَّالبPara mahasiswi sedang membaca koran )
سَ ب الْ َولَ ُد الد َّْر َ َ ( َكتAnak itu telah menulis pelajaran )
ُستَاذُ َولَ ًدا ْ ب ْاأل َ ضَرَ ( Guru itu telah memukul anak )
َ ْ َّت َم ْرََيُ الل
َب ْ َ ( َش ِربMaryam telah minum susu )
سَ اخلُْب ْ ( أَ َك َل ُزلَ َّم ٌدMuhammad telah makan roti )
ب َعلِي َك ْلبًا َ ضَر َ ( Ali telah memukul anjing )
( يَ ْقَرأُ ُزلَ َّم ٌد قُ ْرآنًاMuhammad sedang membaca al-Qur‟an )
اب
َ ََْحَ ُد الْب ْ ( يَ ْفتَ ُح أAhmad sedang membuka pintu )
ِ َ ( ََْت ِمل فFatimah sedang membawa polpen )
اط َمةُ الْ َقلَ َم ُ
Contoh maf'ul Bih dengan Tanda Jama' Taktsir
ب َ ُستَاذُ الطَُّّال ْ ( يُ َعلِّ ُم ْاألGuru itu sedang mengajar para mahasiswa )
َسلِ َح َة ْ ( َْحي ِم ُلPara tentara sedang membawa senjata )
ْ اْلُنُ ْوُد اَْأل
ُستَاذُ ْاأل َْوَال َد
ْ ب ْاأل َ ضَر َ ( Ustadz telah memukul para anak )
ِ َ ( ََْت ِمل فFatimah sedang membawa polpen-polpen )
اط َمةُ ْاألَقْ َال َم ُ
ابَ َْحَ ُد ْاألَبْ َو
ْ ( يَ ْفتَ ُح أAhmad sedang membuka pintu )
Contoh maf'ul Bih dengan Tanda Nashob Kasrah
ِ ْ َ ( َْحي ِمل التِّ ْل ِمْي ُذ الْ ِكتَبSiswa sedang membawa dua buku)
ني ُ
ِ ْ َ ( تَ ْقرأُ الْم َد ِّر َسةُ الْم َقالَتGuru itu sedang membaca dua makalah )
ني َ ُ َ
ِ
َ ْ س الْ ُم ْج ِرَم
ني ُ ض الْبُ ْولْي ُ ِ( يَ ْقبPolisi sedang menangkap dua penjahat )
ِ احل ِ
اضَريْ َن َْ ب ُ ( يَْنتَظْي ُر الطَُّّالPara siswa itu sedang menunggu dua hadirin )
ِ ِ
َ ْ س الْ ُم ْج ِرم
ني ُ ض الْبُ ْولْيُ ِ( يَ ْقبPolisi sedang menangkap para penjahat )
ِ احل
اض ِريْ َن ِ
َْ ب ُ ( يَْنتَظْي ُر الطَُّّالPara siswa itu sedang menunggu para hadirin )
ِ ِ
َ ْ ( يُ َكلِّ ُم الْ ُمديْ ُر الْ ُم َوظَّفDirektur itu sedang berbicara dengan para pegawai )
ني
Catatan:
Tidak selamanya Maf‟ul bih diletakan setelah Fi‟il maupun Fa‟il. Dalam keadaan
tertentu juga, terkadang Maf‟ul bih harus didahulukan karena beberapa hal :
a. Maf‟ul bih berupa Dhamir Muttashil, sedangkan Fa‟il berupa isim dhahir.
ِ (قد احبAdam benar-benar mencintaimu)
ك اّدم
Contoh :
ّ
b. Terdiri dari isim syarat.
Contoh : من يضلل اهلل فمالو من ىاد
c. Bila terdiri dari isim istifham.
Contoh : كم كتابا قرأت؟ من اكرمت؟
d. Boleh dibuang fi‟ilnya.
Contoh : من يريد؟ صديقو
maka boleh hanya dijawab dengan aslinya
يريد صديقو
Pada dasarnya maf‟ul bih itu terletak setelah fi‟il, tetapi sering juga kita jumpai bahwa
maf‟ul bih didahulukan dari pada Fa‟ilnya. Sebagaimana penjelasan di atas
Jumlah fi‟liyyah seharusnya membutuhkan fi‟il (predikat), fa‟il (subjek) dan maf‟ul bih
(objek). Akan tetapi, kita hanya menggunakan fi‟il (predikat) dan naibul fa‟il
(pengganti fa‟il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas
diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa‟ilnya. Adapun fi‟il
(subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi‟il majhul dan
kaidahnya sebagai berikut: ف نن كان الفعل ماضيا ضم أولو وكسر ما قبل آخره وإن كان
ٜ[ ]مضارعا ضم أولو وفتح ما قبل آخرهJika fi‟il madhi maka huruf yang pertamanya
didhammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi‟il mudhari‟
maka huruf yang pertama didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum
akhirnya. Contoh dari fi‟il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan
dikasrahkan huruf sebelum akhirnya adalah فُتِح الباب قُتِل الكافرون قُ ِرأت الرسالة
ُكتِبت الرسائلKaidah ini ditambah oleh Fu‟ad Ni‟mah didalam kitabnnya Mukhtashor
qawa‟id al-lughah al-„arabiyah di juz pertama halaman 48 yaitu: Jika suatu fi‟il
didahului dengan ta‟ maka huruf yang kedua didhammahkan seperti halnya ta‟[10].
Misalnya: تسلمت سعاد اْلائزة: ُتُ ُسلِّمت اْلائزةJika huruf sebelum akhir adalah alif
maka alif tersebut diubah menjadi ya‟ dan huruf sebelum ya‟ tersebut
قال زلمد احلق: احلق ِ
dikasrahkan[11]. Misalnya: ّ قيلKemudian contoh fi‟il mudhari‟
yang huruf pertamanya didhammahkan dan huruf yang sebelum akhir difathahkan
adalah: يفتح زلمد الباب: يُفتَح الباب يقتل ادلسلمون الكافرين: يُقتَل الكافرون تقرأ عائشة
الرسالة: قرأ الرسالة يكتب زلمد الرسائل
َ ُت: تُكتَب الرسائلDitambahkan oleh Fu‟ad
Ni‟mah bahwasannya jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya‟ atau wawu maka
huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya: يبيع الفالح القطن: يبَاع القطن يصوم
ادلسلمون رمضان: يصام رمضان
َ Macam-macam naibul fa‟il: Menurut Ash-shanhaji
didalam matan Al-Aajurumiyah, naibul fa‟il terbagi menjadi dua macam yaitu dhahir
dan mudhmar[12]. Sedangkan menurut Fu‟ad Ni‟mah naibul fa‟il terbagi menjadi
empat, yaitu: isim mu‟rab, isim mabni, mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu
muttasharif / jar dan majrur).[13] II. PENUTUP Dari makalah yang telah kami susun
ini, besar harapan kami agar bermanfaat bagi semua kalangan, baik kalangan
mahasiswa ataupun umat muslim di Negara kita ini. Wallahua‟lam bi ash-shawab
Jumlah fi‟liyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata kerja, baik berupa fi‟il madli
mudlari‟ maupun fi‟il amar, misalnya :
Di samping dua jumlah di atas sebagai unsur pokok dalam sebuah kalimat, ada satu
bentuk lagi yang disebut dengan syibh jumlah terdiri dari: a) jar majur yaitu setiap
kata yang diawali dengan salah satu huruf jar misalnya, misalnya :
• Terkadang yang disebutkan hanya sifat dari maf‟ul mutlaqnya saja, sementara
maf‟ul mutlaqnya sendiri tidak disebutkan, seperti pada contoh nomor 4, dan
terkadang juga maf‟ul mutlaq disebutkan secara tersendiri, tanpa ada fi‟il maupun
fa‟ilnya, seperti dua contoh yang terakhir, nomor 7 dan 8.
4-Maf‟ul ma‟ah, yakni kata yang terletak setelah wawu maiyyah yang maknanya
“dengan” dan tidak bisa dimaknai sebagai wawu „ataf dalam kalimat ersebut,
misalnya:
5-Maf‟ul fih, yakni kata yang menjelaskan kapan atau di mana perbuatan itu
dillakukan, misalnya:
جلس الرجل الذي مات أبوه يف احلرب باكيا حزينا تتألق العبات يف عينيو
Orang yang ayahnya mati dalam peperangan itu duduk seraya menangis sedih
berlinangan air mata
النعت:
طلب العلم أمر مهم يهملو كثري من الناس
Menuntut ilmu adalah hal penting yang diabaikan banyak orang.
Dalam contoh di atas, ada dua bentuk naat : yang pertama naat mufrad yaitu kata
muhimm, dan yang kedua adalah naat jumlah yaitu kata yuhmiluh katsir min an-nas.
Kalimat ( jumlah ) ini terletak setelah dan sekaligus menjelaskan isim nakirah yaitu
muhimm. Sementara kata muhimm bukan berupa kalimat ( jumlah ) maka ketika
kata tersebut menjadi sifat bagi kata sebelumnya yakni amr , kata tersebut disebut
na‟at mufrad (pengertian mufrad di sini adalah bukan kalimat atau jumlah )
Contoh yang terakhir di aas disebut na‟at sababi yakni kata at-tayyibah. Cirinya
adalah bahwa na‟at tersebut mempunyai fa‟il dalam contoh di atas adalah kata
akhlaquhum, yang mengandung dlamir (kata ganti) yang kembali kepada man‟ut
dalam contoh di atas kata al-asdiqa.. Na‟at sababi tersebut akan selalu dalam
bentuk mufrad sebagaimana hubungan antara fi‟il dengan fa‟ilnya. Tetapi harus
mengikuti kata yang sesudahnya, yakni failnya dalam hal muannats dan
muzakkarnya, meskipun harus berbeda dengan man‟utnya, mislanya:
التوكيد:
جنح أولئك الطالب جيعهم يف االمتحان
Mahasiswa-mahasiswa itu lulus ujian semuanya.
Kata jami‟ di atas merupakan taukid yakni kata yang memperkuat pernyataan, sebab
jika tidak diberi kata semacam itu, kemungkinan dipahami bahwa yang lulus
sebagian amat besar boleh jadi ada satu atau dua mahasiswa yang tidak lulus.
البدل:
األستاذ أْحد يلقي زلاضرة عن تطور اجملتمع اإلسالمي يف كندا
Profesor Ahmad menyampaian ceramah tentang perkembangan masyarakat Islam
di Canada.
Yang di maksud dengan ustadz di sini adalah Ahmad, dan Ahmad yang dimaksud di
sini adalah Ahmad yang profesor (ustadz). Kedua kata tersebut sama maksudnya,
karena itu maka badal tersebut disebut badal kull min al-kull.
يعجبِن حسان صوتو
Saya kagum dengan suara Hassan (Saya kagum dengan Hassan, suaranya)
Kata shaut menggantikan Hassan, jadi yang dikagumi bukan Hassannya tapi
suaranya. Karena suara seseorang merupakan sesuatu yang tercakup dalam dirinya
maka badal ini disebut badal isytimal
Kata nishf menggantikan masafah, yang ditempuh bukan seluruh jarak perjalanan
tetapi separuhnya. Nishf atau setengan adalah merupakan bagian dari suatu
keseluruhan, maka badal ini disebut badal ba‟dl min al-kull
9. Idlafah
b) b)idlafah lafziyyah.
Adapun Idlafah ma‟nawiyyah adalah merupakan penyatuan dua kata atau lebih yang
menimbulkan makna salah satu dari tiga berikut : pertama, makna من (dari),
misalnya : ( خامت ذىبcincin dari emas); kedua, makna (يفdalam) misalnya صالة
(العصرsalat dalam waktu ashar) dan ketiga, makna (لmilik atau untuk), misalnya
(منزل أْحدrumah milik Ahmad). Idlafah terdiri dari mudlaf dan mudlaf ilaih. Struktur
ini bisa terdiri dari dua kata sebagaimana contoh di atas, bisa juga lebih dari dua,
misalnya : (فناء منزل أْحدhalaman rumah Ahmad) atau seperti فناء منزل رئيس ادلدرسة
(halaman rumah Kepala Sekolah).
Idlafah lafziyyah adalah idlafah yang tidak menimbulkan salah satu dari tiga makna
huruf jar di atas, yakni من ؛ ل ؛ يف. Disebut lafziyyah karena hanya lafalnya saja
yang tampak dalam struktur idlafah, sementara maknanya bukan idlafah, misalnya:
( كثري ادلالbanyak uangnya); atau ( قليل الكالمsedikit bicaranya). Oleh karena itu,
berbeda dengan idlafah ma‟nawiyyah, yang mudlaf nya tidak boleh diberi tambahan
ال, dalam idlafah lafziyyah , mudlaf nya bisa diberi الmisalnya : kata كثري الكالم
bisa menjadi ( الكثري ادلالorang yang banyak harta) dan begitu pula kata قليل الكالم
bisa menjadi ( القليل الكالمorang yang sedikit bicara)., hampir sama dengan
ungkapan الذي كثر مالوdan الذي قل كالمو.
ّ
Apa yang dijelaskan di atas adalah pola-pola struktur kalimat yang terdiri dari
unsur pokok ( ma‟mul „umdah )yakni jumlah ismiyyah dan jumlah fi‟liyyah ,
sementara yang lainnya adalah unsur pelengkap, (ma‟mul fudlah). Semakin banyak
unsur pelengkap yang ada pada suatu kalimat, semakin lengkap pula informasi yang
terkandung didalamnya. Pola-pola struktur tersebut membentuk berbagai macam
kalimat. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya sebuah kalimat terjadi dari kombinasi
unsur-unsur di atas. Kombinasi isi sifatnya arbriter, dan bisa bersifat kompleks,
tergantung pada kebutuhan pengungkapan. Semakin lengkap ragam pola struktur
yang digunakan dalam sebuah kalimat semakin lengkap informasi yang terkandung
didalamnya dan semakin kompleks kalimat tersebut.
Jika kata yang digaris bawah di atas dibaca aljadida, maka stuktur kata
tersebut merupakan sifat atau naat dari kata shadiq, teapi kalau dibaca al-jadidi kata
tersbut menjadi sifat atau naat dari kata at-tabib. Perbedaan struktur ini pada
akhirnya juga berpengaruh pada makna kalimat. Arti kalimat di atas: Saya kemarin
melihat teman dokter yang baru. Jika dibaca al-jadida maka yang baru adalah teman
dokter tersebut, tetapi jika dibaca al-jadidi, yang baru adalah dokternya. Dengan
demikian, penentuan struktur kalimat tersebut tergantung pada maknanya, dan ini
hanya dapat dipastikan melalui konteksnya.
Fi'il adalah pekerjaan yang dilakukan, dan Fa'il adalah pelaku pekerjaan.
Maf'ul bih adalah objek dari perbuatan Fa'il (pelaku pekerjaan).
Tugas
1. Setelah membaca modul tentang Jumlah Fi‟liyyah di atas, mari berlatih untuk
menemukan struktur jumlah fi‟liyyah dalam Al-Quran. Bacalah ayat Al-Quran
Surah Al-Mu‟minun dan temukan struktur Jumlah Fi‟liyyahnya.
Insert: https://www.youtube.com/watch?v=-KvUgS0FkwE
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 2, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Pokok-pokok Materi
Genre Drama
1. Tarkib Idhafi
2. Tarkib Washfi
Uraian Materi
Syarat-Syarat Idhofah
a. Dalam susunan mudhof tidak boleh didahului alif lam ( ). ال
Contoh: Mudhof= الر ُس ْو ُل
َّ mudhof ilaih=
ُاهلل. Maka dalam Susunan idhofahnya
ِرسو ُل اهلل
menjadi :
ُْ َ
b. Idhofah tidak boleh tanwin.
Contoh: Mudhof= ٌ َح ِقْيبِةmudhof ilaihi= ُزلَ َّم ٌد. Dalam Susunan idhofahnya menjadi,
َح ِقْيبَةُ ُزلَ َّم ٍد
c. Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.
ِ كِتَابmudhof ilaihi= ُزل َّم ٌدSusunan idhofahnya : كِتَابا ُزل َّم ٍد
ان
Contoh: mudhof=
َ َ َ َ
Macam-macam idhofah
1. Idhofah ma‟nawiyyah, disebut juga idhofah mahdhoh. Yaitu idhofah yang
mudhofnya bukan berupa isim sifat dan mudhof ilaihnya bukan ma‟mulnya. Contoh:
ب الْقاَ ِضى ِ ٍ
ُ كاَت, غُالَ ُم َزيْد
2. Idhofah lafdhiyyah disebut juga idhafah ghairu mahdhoh. Yaitu mudhofnya berupa
isim sifat (isim fail, isim maf‟ul,), sedangkan mudhof ilaihnya merupakan ma‟mulnya.
Contoh : َح َس ُن الْ َو ْج ِو
Na'at dan man'ut Na'at adalah lafadz/kata yang menunjukkan sifat pada isim
sebelumnya, maka isim yang disifati tersebut dinamakan Man'ut Na'at akan
mengikuti man'ut ketika posisi rafa', nasab, dan jarr.
Na'at dalam bahasa indonesia biasa disebut keterangan sifat, sedangkan man'ut
adalah kata yang disifati, kondisi i'rab na'at akan mengikuti man'ut, jika man'ut dalam
posisi rafa' (berharokat dhammah) maka na'at juga berharokat fathah, begitu pula
nasab dan jarr. na'at juga akan mengikuti man'ut dalam hal mufrad (tunggal), tasniah
(dua) dan jamak. juga dalam hal mudzakkar dan muannats, lalu dalam hal ma'rifat
dan nakirah. contoh: ( جاء زيد كرَيzaid yg mulia datang)
/zaid/ adalah man'ut dari /mulia/ karena posisi zaid adalah fail (pelaku) maka zaid
berstatus rafa' maka na'atnya (mulia) juga rafa'
contoh lain: ( رأيت زيدا عادلاsaya melihat zaid berilmu)
Pada contoh ini, karena posisi /zaid/ sebagai maf'ul bih, maka kata tersebut menjadi
mansub (berharokat fathah) lalu na'at (berilmu) mengikuti menjadi mansub juga.
(Na‟at) Na‟at adalah tabi‟ yang menyifati isim sebelumnya. Na‟at bisa disebut sifat.
ِ تُصلِّي مسلِمةٌ ص
( َجاءَ إِ َم ٌام َع ِاد ٌلSeorang imam yang adil telah datang) ٌاحلَة
Contoh:
َ َ ُْ َ
(Seorang muslimah yang shalihah sedang shalat)
Ketentuan-Ketentuan Na‟at:
1. Na‟at harus mengikuti man‟ut dari sisi ta‟yin (kejelasan)nya.
Contohnya:
ِ ( رجع طَالِب مSeorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
اىٌر
ِ َ ٌ ِ َََ
ُ ( َر َج َع الطَّالSeorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali)
ب الْ َماى ُر
Na‟at adalah tabi‟ yang menyifati isim sebelumnya. Na‟at biasanya disebut sifat.
Na‟at juga isim yang mengikuti isim sebelumnya atau man‟ut dalam hal rafa‟, nashab
dan jarnya, serta ma‟rifah dan nakirahnya. Maksudnya, na‟at itu harus mengikuti
man‟utnya. Ia harus dibaca Rafa‟, jika man‟utnya marfu‟; dibaca Nashab, jika
man‟utnya manshub; dibaca Khafad/Jarr, jika man‟utnya majrur. Ia juga harus
Ma‟rifah, jika man‟utnya ma‟rifah; serta Nakirah, jika man‟utnya nakirah.
Contoh: ( َجاءَ اَِم ٌام َع ِاد ٌلSeorang imam yang adil telah datang)
اء ج ام م ِع ِاد ٌل اNa‟at dari " "اِمامmarfu‟ dengan tanda rafa‟nya adalah dhommah
َ َ ٌ َ َ ٌَ
dzahirah
Fa‟il marfu‟ dengan tanda rafa‟nya adalah dhommah dzahirah Fi‟il Madhi صلِّيَ ُت
ِ مسلِمةٌ صSeorang muslimah yang shalihah sedang datang
ٌاحلَة صلِّي ِ ِ
َ َ ْ ُِ َ ُصاحلَةٌ ُم ْسل َمةٌ ت
َ
Na‟at dari "ٌ "مسلمةmarfu‟ dengan tanda rafa‟nya adalah dhommah dzahirah Fa‟il
َ ُْ
marfu‟ dengan tanda rafa‟nya adalah dhommah dzahirah Fi‟il Mudhori‟
Sering sekali bagi pemula yang belajar nahwu atau bahasa arab bingung antara
susunan idhofah dan mudhof-mudhof ilaih. Mari kita bahas perbedaan antara
keduanya
1 Mudhof-mudhof ilaih, tidak masalah dengan perbedaan jenis antara mudhof
dan mudhof ilaihnya; yaitu dalam hal mudzakkar dan mu-annats. Misalnya :
( َسيَّ َارةُ َح ِام ٍدmobilnya Hamid)
ُ َسيَّ َارة: Kata benda muannats karena ber ta‟ mabuthoh
َح ِام ٍد: Nama laki-laki termasuk isim mudzakkar
Adapun Na-at – man‟ut harus sesuai dalam hal mudzakkar dan muannatsnya.
Na‟at harus mengikuti jenis dari man‟utnya. Misalnya,
اب َج ِديْ ٌد ِ
ٌ َ( كتkitab yang baru)
atau
ٌاعةٌ َج ِديْ َدة
َ ( َسjam tangan yang baru)
Perhatikan kedua contoh susunan na‟at-man‟ut diatas, jika man‟utnya mudzakkar
maka na‟atnya harus mudzakkar. Sebaliknya, jika man‟utnya muannats, maka
na‟atnya harus dalam keadaan muannats juga.
2. Dalam susunan idhofah, mudhof harus nakiroh dan mudhof ilaihnya harus
ma’rifat. misalnya :
( َسيَّ َارةُ َح ِام ٍدMobilnya Hamid)
ُ َسيَّ َارةadalah isim nakiroh yang kemudian tanwinnya dihilangkan karena dia di-
idhofahkan. د ٍ ح ِامadalah isim ma‟rifat berupa nama orang
َ
ت ادل ِديْ ِر
ُ ( بَْيRumahnya kepala sekolah)
ُ ِ
تُ بَْيadalah isim nakiroh yang tanwinnya dihilangkan; ادلُديْ ِرadalah isim ma‟rifat
dengan AL
Adapun Na‟at-man‟ut, maka ia harus bersesuaian dalam hal nakiroh dan
ma‟rifatnya.
Misalnya :
س َج ِديْ ٌد ِ ِ
ٌ ( َحام ٌد ُم َد ِّرHaamid adalah murid baru). Na‟atnya yaitu َجديْ ٌدharus nakiroh
karena man‟utnya د ِّرس َ ُمberupa isim nakiroh. Begitu juga sebaliknya.
ٌ
س اْلَ ِديْ ُد ؟ ِ
ُ ( أَيْ َن ادلَُد ِّرdimana guru yang baru?) Na‟atnya yaitu اْلَديْ ُدharus ma‟rifat
karena man‟utnya yaitu د ِّرس
ُ َُ ادلberupa isim ma‟rifat.
3. Kedudukan mudhof ilaih HARUS majrur sedangkan mudhof tergantung
kedudukannya dalam kalimat. Misal
ِ ( َسيَّارةُ الطَّبِْيmobilnya dokter)
ب َ
ُ َسيَّ َارةkarena tidak diawali huruf jar, maka dia kembali seperti hukum asal isim mu‟rob
di awal kalimat yaitu dalam keadaan marfu„ dengan tanda dhommah.
Adapun ِ الطَّبِْي
ب
maka ia HARUS MAJRUR karena mudhof ilaih WAJIB MAJRUR; disini tanda
majrurnya adalah kasroh. Contoh lainnya yaitu:
ِاب اهلل
ِ َ( ِيف كِتdidalam kitabnya Allah)
ْ
ِ َ كِتdidalam penggalan kalimat diatas dalam keadaan majrur karena di awali oleh
اب
ِ yang mulia maka dia dalam keadaan majrur sebagai
huruf jar ِيف. Adapun lafadz اهلل
ْ
mudhof ilaih.
Sedangkan pada susunan na‟at man‟ut, maka kedudukan na‟at mengikuti
kedudukan man‟utnya. Misal :
ِ ( الطَّالِبَةُ اْلَ ِديْ َدةُ من الصSeorang pelajar baru itu dari China)
ني
ُ اْلَ ِديْ َدةadalah na‟at untuk man‟utnya yaitu ُ الطَّالِبَةdan kedudukan na‟atnya mengikuti
man‟utnya; dalam hal ini marfu dengan tanda rafa„nya dhammah.
ِ( ذَ َىب َح ِام ٌد َإَل ادل ِديْنَ ِة ادلنَ َّورةHamid pergi ke madinah yang bercahaya)
َ ُ َ َ ِ ادلmajrur
ِ ادلنَ َّورةadalah na‟at dalam keadaan majrur karena mengikuti man‟utnya ديْ نَ ِة
َ ُ َ
oleh huruf jar yaitu إَل َ.
4. Pada susunan idhofah, jumlah/bilangan mudhof ilaih tidak mesti sama
dengan mudhofnya. Misalnya :
ِ ْ َ( ذُ ْو ال َقرنpemilik dua tanduk)
ني ْ
ذُ ْوadalah mudhof dan hanya berarti satu/mufrod tapi mudhof ilaihnya
yaitu ني ِ ْ َ ال َقرنadalah isim mutsanna yaitu isim yang berarti jumlahnya ada dua.
ْ
Contoh lain yaitu pada kata ن ِ ْ( ذُ ْو النُ َريpemilik dua cahaya). Ada yang tahu siapa
pemilik gelar ini? Adalah Sahabat Utsman bin „Affan radhiyallahu „anhu karena
beliau memiliki dua orang istri yang merupakan anak dari Nabi shalallahu „alaihi
wasallam.
Sedangkan pada susunan na‟at-man‟ut, maka jumlah bilangan HARUS
sama. kecuali jika man‟utnya berupa jamak taksir maka na‟atnya boleh mufrod
muannats.
Tugas
Carilah perbedaan antara: (1) tarkib idhafah, (2) tarkib washfi
Tes Formatif 4
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 4, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
Tugas Akhir
Setelah mempelajari materi yang terdapat pada kegiatan 1 s.d. 4, buatlah
peta konsep dari jumlah fi‟liyyah dan jumlah ismiyyah.
Tes Sumatif
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 2
1. D
2. A
3. A
4. C
5. B
Tes Formatif 3
1. B
2. C
3. A
4. B
5. D
Tes Formatif 4
1. A
2. C
3. A
4. B
5. D
DAFTAR PUSTAKA
Penulis:
Ahmad Royani, M. Hum.
PENDAHULUAN ..................................................................................................
Rasional dan Deskripsi Singkat .................................................................
Relevansi ..................................................................................................
Petunjuk Belajar ........................................................................................
Relevansi
Bahasa Arab di Indonesia merupakan bahasa asing dan bahasa agama
yang harus diajarkan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baku atau
tersandar, khususnya dalam bidang linguistik (ilmu al-lughah). Kaidah-kaidah yang
harus dikuasai oleh guru bahasa Arab berkaitan dengan ilmu sharf, ilmu nahwu, dan
ilmu balaghah.
Ilmu nahwu ialah ilmu yang membahas tentang aneka struktur kalimat dalam
bahasa Arab, fungsi-fungsi kata di dalam struktur tersebut, dan perubahan yang
terjadi pada kata akibat perbedaan fungsinya dalam struktur/kalimat. Ilmu nahwu
termasuk bidang ilmu yang harus dikuasai oleh para guru bahasa Arab. Artinya, guru
bahasa Arab harus mampu mengenali dan memahami dengan baik berbagai macam
struktur kalimat bahasa Arab.
Dalam mengajarkan bahasa Arab, para guru bahasa Arab di Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), serta juga
di SMA/SMK, dituntut minimal menguasai ilmu nahwu, khususnya struktur kalimat
sederhana, yaitu: pola kalimat dasar dalam bahasa Arab, jumlah fi’liyyah atau
struktur kalimat yang terdiri atas fi’il + fa’il dan atau fi’il + fa’il + maf’ul bih, jumlah
ismiyyah atau struktur kalimat yang terdiri atas mubtada + khabar, dan struktur
idhafah atau kata majemuk. Dengan mempelajari materi modul ini, diharapkan Anda
memperoleh manfaat untuk lebih mengenal struktur kalimat sederhana dalam
bahasa Arab serta ciri-cirinya.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi ilmu nahwu (struktur kalimat sederhana) ini dengan memberi
tanda-tanda khusus pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1: MARFUATUL ASMA’
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
.َل
ُ و اﻟﺒَﺪ،ُ و اﻟﺘﱠﻮﻛﻴﺪ،ْﻒ
ُ و اﻟ َﻌﻄ،ْﺖ
ُ اﻟﻨﱠـﻌ:
Ada 7 macam marfuatul asma, yaitu: fail, naibul fail, mubtada, khabar, isim kana dan
saudaranya, khabar inna dan saudaranya, dan ta’bi yaitu naat, athaf, tawkid, dan
badal.
1. Fail
Fail adalah isim marfu yang terletak setelah fiil ma’lum untuk menunjukkan makna
pelaku dari suatu pekerjaan, contoh :
ْﺐ
َ َب َﻋﻠِ ﱞﻲ اﻟْ َﻜﻠ
َ ﺿﺮ
َ Ali telah memukul anjing
س
َ ُﺐ ﳏَُ ﱠﻤ ٌﺪ اﻟﺪ ْﱠر
ُ ﻳَ ْﻜﺘ Muhammad sedang menulis pelajaran
Ketentuan-Ketentuan Fa’il:
1. Fa’il adalah isim yang marfu’
2. Naibul Fa’il
Naibul fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul untuk menunjukkan
orang yang dikenai pekerjaan.
Contoh:
ُ( ﺿُرِ بَ ا ْﻟ َﻛﻠْبAnjing itu telah dipukul),
ُ( ُﯾ ْﻛﺗَبُ اﻟدﱠرْ سPelajaran sedang ditulis)
1. Khobar Mufrod
Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa jumlah maupun syibhul jumlah.
Contoh: (ا ْﻟﻌَﺎ ِﻣ ُل ﺣَ ﺎﺿِ ٌرSeorang pekerja itu hadir)
(ا ْﻟﻌَﺎ ِﻣﻼَ ِن ﺣَ ﺎﺿِ رَ ا ِنDua orang pekerja itu hadir)
َ(ا ْﻟ ُﻌﻣﱠﺎ ُل ﺣَ ﺎﺿِ ر ُْونPara pekerja itu hadir)
2. Khobar Murokkab
Khobar murokkab adalah khobar yang berupa jumlah atau syibhul jumlah.
a. Khobar yang berupa jumlah
1) Jumlah Ismiyah
Contoh: (اﻟ َْوﻟَ ُد ِﻛﺗَﺎ ُﺑ ُﮫ ﺟَ ِد ْﯾ ٌدAnak laki-laki itu bukunya baru)
(اﻟ َْوﻟَ ُد أَ ُﺑ ْوهُ ﺣَ ﺎﺿِ ٌرAnak laki-laki itu bapaknya hadir)
َ(ا ْﻟﻣَدْ رَ َﺳ ُﺔ ُﻣدَرﱢ ُﺳﮭَﺎ ﺣَ ﺿَرSekolahan itu pengajarnya telah hadir)
2) Jumlah Fi’liyah
Contoh: ُ(اﻟ َْوﻟَ ُد ﺣَ ﺿَرَ أَﺑ ُْوهAnak itu telah hadir bapaknya)
َ(ا ْﻟ ُﻣدَرﱢ سُ ﺣَ ﺿَرSeorang pengajar itu telah hadir)
ﺿر ُْوا
َ َ(ا ْﻟ ُﻣدَرﱢ ﺳ ُْونَ ﺣPara pengajar itu telah hadir)
b. Khobar yang berupa syibhul jumlah
1) Jer dan Majrur
Contoh: ت
ِ (ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﻓِﻰ ا ْﻟ َﺑ ْﯾMuhammad di dalam rumah)
ب
ِ (ا ْﻟ ِﻛﺗَﺎبُ َﻋﻠَﻰ ا ْﻟ َﻣ ْﻛ َﺗBuku itu di atas meja)
2) Dhorof dan Mudhof ilaih
Contoh: ت
ِ (ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد أَﻣَﺎ َم ا ْﻟ َﺑ ْﯾMuhammad di depan rumah)
ب
ِ (ا ْﻟﮭِرﱠ ةُ ﺗَﺣْ تَ ا ْﻟ َﻣ ْﻛ َﺗKucing itu di bawah meja)
Isimnya ﻛﺎن
Contoh:
ﻛَﺎنَ ﻣُﺳْ ﻠِﻣًﺎ: ھ َُو ﻣُﺳْ ﻠِ ٌم
ﻛَﺎﻧَﺎ ﻣُﺳْ ﻠِ َﻣ ْﯾ ِن: ُھﻣَﺎ ﻣُﺳْ ﻠِﻣَﺎ ِن
ت ﻣُﺳْ ﻠِ َﻣ ًﺔ
ِ ُﻛ ْﻧ: ت ﻣُﺳْ ﻠِ َﻣ ٌﺔ
ِ أ ْﻧ
Saudari-Saudari Kaana
1. َﺿ ﱠل – أَ ْﻣﺳَﻰ – ﺑَﺎت
َ – ( أَﺻْ َﺑ َﺢ – أَﺿْ ﺣَ ﻰUntuk menunjukkan waktu)
Contoh: (ﺑَﺎتَ اﻟ َْوﻟَ ُد ﻧَﺎﺋِﻣًﺎAnak itu tidur di malam hari)
2. َ( ﻟَﯾْسUntuk penafian)
Contoh: ً(ﻟَﯾْسَ اﻟﻧﱠﺟَ ﺎ ُح َﺳ ْﮭﻼKesuksesan itu tidaklah mudah)
3. َ( ﺻَﺎرUntuk menunjukkan terjadinya perubahan)
Contoh: (ﺻَﺎرَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﺷَﺎ ّﺑًﺎMuhammad telah menjadi seorang pemuda)
4. ( ﻣَﺎدَا َمUntuk menunjukkan jeda waktu)
Contoh: (ﻻَ ﺗَﺧْ رُجْ ﻣَﺎدَا َم ا ْﻟﯾ َْو ُم ُﻣ ْﻣطِ رً اJangan keluar selama hari masih hujan)
5. ك – ﻣَﺎ َﻓﺗِﺊَ – ﻣَﺎزَ ا َل
( ﻣَﺎﺑَرِ َح – ﻣَﺎ ْﻧ َﻔ ﱠUntuk menunjukkan adanya kesinambungan)
Contoh: (ﻣَﺎزَ ا َل ا ْﻟﺳَﺎرِ قُ ُﻣ َﻛدﱢرً اPencuri itu senantiasa membuat resah)
Saudara-Saudara Inna:
1. أَن, = إِنﱠUntuk Taukid (Menguatkan sesuatu)
Contoh:
َ(إِنﱠ ﷲَ ﻣَﻊَ اﻟﺻﱠﺎﺑِرِ ﯾْنSesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar)
ِﺻﺑْر
( َواﻋْ ﻠَﻣ ُْوا أَنﱠ اﻟﻧﱠﺻْ رَ ﻣَﻊَ اﻟ ﱠKetahuilah sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran)
2. َ = ﻟَﯾْتUntuk berandai-andai
Contoh:
(◌ٌ ﻟَﯾْتَ اﻟ ﱠﻧﺗِﯾْﺟَ َﺔ ﺣَ َﺳﻧَﺔSeandainya nilainya baik)
3. = َﻛﺄ َنﱠUntuk Tasybih (Menyerupakan)
Contoh:
( َﻛﺄ َنﱠ ُﻋﻣَرَ أَﺳَدSeakan-akan Umar adalah singa)
4. = ﻟَﻛِنﱠUntuk Menyatakan kebalikan dari kalimat sebelumnya
Contoh:
ﺻ ِﻐ ْﯾ ٌر ﻟَ ِﻛ ﱠﻧ ُﮫ ُﻣﻔِ ْﯾ ٌد
َ ُ(اَ ْﻟ ِﻛﺗَﺎبKitab itu kecil akan tetapi berfaidah)
5. = ﻟَ َﻌ ﱠلUntuk pengharapan
Contoh:
(ﻟَ َﻌ ﱠل اﻟْﺟَ وﱠ ﻣُﻌْ َﺗ ِد ٌلMudah-mudahan udaranya nyaman)
6. ِﺟﻧْس
ِ = ﻻَ اﻟﻧﱠﺎﻓِ ْﯾ ُﺔ ﻟِ ْﻠUntuk meniadakan jenis
Contoh:
ت
ِ (ﻻَ رَ ُﺟ َل ﻓِﻲ ا ْﻟ َﺑ ْﯾTidak ada seorang lelaki pun di dalam rumah itu)
Tashrif Inna:
Isim Inna terbagi dua, yang berupa isim Mu’rob dan Mabni.
c. Isim Inna yang berupa isim mu’rob
Contoh:
ٌ(إِنﱠ ﻣُﺣَ ﱠﻣدًا ﺟَ ﺎﻟِسSesungguhnya Muhammad duduk)
(إِنﱠ اﻹِ ْﻣﺗِﺣَ ﺎنَ َﺳ ْﮭ ٌلSesungguhnya Ujian itu mudah)
(إِنﱠ ا ْﻟﻣَرْ أَ َﺗ ْﯾ ِن ﺣَ ﺎﺿِ رَ ﺗَﺎ ِنSesungguhnya dua wanita itu hadir)
َﺟد ْﱡون
ِ (إِنﱠ اﻟﻼﱠ ِﻋﺑِﯾْنَ ُﻣSesungguhnya para pemain itu bersungguh-sungguh)
d. Isim inna yang berupa isim mabni
Contoh:
(إِ ﱠﻧﮭَﺎ ﻗَﺎﺋِ َﻣ ٌﺔSesungguhnya dia -perempuan- berdiri)
ك أ ُﺳْ ﺗَﺎ ٌذ
َ (إِ ﱠﻧSesungguhnya kamu adalah seorang ustadz)
ٌ(إِﻧﱢﻲ طَﺎﻟِبSesungguhnya aku adalah seorang pelajar)
Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya.
Contoh: (رَ ﺟَ ﻊَ طَﺎﻟِبٌ ﻣَﺎ ِھ ٌرSeorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
(رَ ﺟَ ﻊَ اﻟطﱠﺎﻟِبُ ا ْﻟﻣَﺎ ِھ ُرSeorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali)
2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya.
Contoh: (رَ ﺟَ ﻊَ َطﺎﻟِبٌ ﻣَﺎ ِھ ٌرSeorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
(رَ ﺟَ ﻊَ طَﺎﻟِﺑَﺎ ِن ﻣَﺎھِرَ ا ِنDua orang mahasiswa yang pandai telah kembali)
َطﻼﱠبٌ ﻣَﺎ ِھر ُْون
ُ َ(رَ ﺟَ ﻊPara mahasiswa yang pandai telah kembali)
3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya.
Contoh: (رَ ﺟَ ﻊَ طَﺎﻟِبٌ ﻣَﺎ ِھ ٌرSeorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
ٌ(رَ ﺟَ ﻊَ طَﺎﻟِ َﺑ ٌﺔ ﻣَﺎھِرَ ةSeorang mahasiswi yang pandai telah kembali)
Catatan:
1. Apabila man’ut berupa isim jama’ yang tidak berakal ( )ﻟِ َﻐﯾْرِ ﻋَﺎﻗِ ٍل ﺟَ ْﻣ ٌﻊmaka na’atnya
boleh berbentuk mufrod muannats atau jama’ muannats.
Contoh: ﺟﺑَﺎ ُل ا ْﻟﻌَﺎﻟِ َﯾ ُﺔ
ِ ت ا ْﻟ
ِ َ( ِا ْﻧﻔَﺟَ رGunung-gunung yang tinggi itu meletus)
ُﺟﺑَﺎ ُل ا ْﻟﻌَﺎﻟِﯾَﺎت
ِ ت ا ْﻟ
ِ َ( ِا ْﻧﻔَﺟَ رGunung-gunung yang tinggi itu meletus)
2. Setiap jumlah (kalimat) yang terletak setelah isim nakirah maka dia dianggap
sebagai na’at (sifat).
Contoh: ( َھذَا َﻋ َﻣ ٌل ُﯾﻔِ ْﯾ ُدIni adalah amalan yang berfaidah)
ٌ( َﻣﺿَﻰ ﯾ َْو ٌم ﺑَرْ ُدهُ ﻗَﺎرِ صHari yang dinginnya menusuk telah berlalu)
ُاَ ْﻟﻌَطْ ف
(‘Athaf)
‘Athaf adalah tabi’ yang terletak setelah huruf-huruf athaf (huruf-huruf penghubung /
penyambung)
Contoh: ُ(ﺟَ ﺎ َء ُﻋ َﻣ ُر َو ُﻋ ْﺛﻣَﺎنUmar dan Utsman telah datang)
(ﻧَﺎ َم ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ُﺛ ﱠم َﻋﻠِﻲﱞMuhammad tidur kemudian Ali)
Catatan:
Alfazhuzh taukid harus bersambung dengan dhomir-dhomir yang sesuai dengan
dengan kata yang ingin dikuatkan.
Diantara lafazh-lafazh taukid adalah:
1. ُ َﻧﻔْسContoh: ﺻَﺎ َم ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد َﻧ ْﻔ ُﺳ ُﮫ
2. ُ َﻋﯾْنContoh: ﺟَ ﺎﺋَتْ ﻣَرْ َﯾ ُم َﻋ ْﯾﻧُﮭﺎ
3. َ ِﻛﻼContoh: ُﻋ ْﺛﻣَﺎنُ َو َﻋﻠِﻲﱞ ِﻛﻼَ ُھﻣَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﺟَ ﱠﻧ ِﺔ
4. ِﻛ ْﻠﺗَﺎContoh: ﺣَ ﺿَرَ تْ ُﻣ َد ﱢر َﺳﺗَﺎ ِن ِﻛ ْﻠﺗَﺎ ُھﻣَﺎ
5. ﻋَﺎ َﻣ ُﺔ,ُ ﺟَ ِﻣ ْﯾﻊ, ُﻛلﱡContoh: رَ ﺟَ ﻊَ اﻟ ﱡطﻼﱠبُ ﺟَ ِﻣ ْﯾ ُﻌ ُﮭ ْم
Faidah Tambahan:
Apabila ditemukan kata yang bentuknya adalah mufrad akan tetapi secara makna
mempunyai anggota bagian maka ia dikuatkan dengan lafazh taukid jamak.
Contoh: ﺟَ ﺎء اﻟْﺟَ ﯾْشُ ﺟَ ِﻣ ْﯾ ُﻌ ُﮫ ﺣ ٌد
ِ اَﻷ ُ ﱠﻣ ُﺔ اﻹِﺳْ ﻼَ ِﻣ ﱠﯾ ُﺔ ﺟَ ِﻣ ْﯾ ُﻌﮭَﺎ َﻗﻠْبٌ َوا
ُ اَ ْﻟ َﺑ َدل
(Badal)
Badal adalah tabi’ yang disebutkan di dalam suatu kalimat untuk mewakili kata
sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.
Contoh: (ﯾَﺟْ ﻠِسُ اﻷ ُﺳْ ﺗَﺎ ُذ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌدUstadz Muhammad sedang duduk)
(ﺿُرِ بَ َﻋﻠِ ٌﻲ رِ ﺟْ ﻠ ُ ُﮫAli dipukul kakinya)
Badal bisa dikenal dengan menambahkan kata “yaitu” pada terjemah kata yang
digantikan.
1. ٌَﺑ َد ٌل ُﻣطَﺎﺑِق
Yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya (mubdal minhu) secara utuh.
Contoh: (اَﻹِﻣَﺎ ُم أَﺣْ َﻣ ُد رَ ُﺟ ٌل ﺻَﺎﻟِ ٌﺢImam Ahmad adalah seorang lelaki yang shalih)
2. ض ﻣِنَ ا ْﻟ ُﻛ ﱢل
ِ َْﺑ َد ُل ا ْﻟﺑَﻌ
Badal yang mewakili anggota bagian dari kata sebelumnya. Contoh: ُﺟدَا ُره
ِ ُِا ْﻧ َﮭ َد َم ا ْﻟ َﺑﯾْت
(Rumah itu dindingnya roboh)
3. َﺑ َد ُل اﻻِ ْﺷﺗِﻣَﺎ ِل
Badal yang mewakili sebagian sifat dari kata sebelumnya. Contoh: ﺟ ُﺑﻧِﻲ ا ْﻟ َﺑﯾْتُ َﻧظَﺎ َﻓ ُﺗ ُﮫ
ِ ْﯾُﻌ
(Kebersihan rumah itu mengagumkanku)
Catatan:
1. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhomir yang
sesuai dengan mubdal minhu nya.
2. Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah:
a. Nama orang atau gelar
Contoh: ب
ٍ ِ(ﻗَﺎ َل َﻋﻠِﻲﱡ ﺑْنُ أَﺑِﻲ طَﺎﻟAli bin Abi Thalib berkata)
( َﻛﺗَبَ اﻟ َﺷ ْﯾ ُﺦ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد رِ ﺳَﺎﻟَ ًﺔ ُﻣﻔِﯾ َد ًةSyaikh Muhammad menulis sebuah risalah yang berfaidah)
b. Isim Isyarat
Contoh: ( َھذَا ا ْﻟ ِﻛﺗَﺎبُ ُﻣﻔِ ْﯾ ٌدKitab ini berfaidah)
ٌك ا ْﻟ َﺑﯾْتُ ﻧَظِ ﯾْف
َ ِ( َذﻟRumah itu bersih)
c. Pembagian
Contoh: اِﺳْ ٌم وَ ﻓِﻌْ ٌل وَ ﺣَ رْ فٌ أَ ْﻗ َﺳ ُم ا ْﻟ َﻛﻠِ َﻣ ِﺔ َﺛﻼَ َﺛ ٌﺔ:(Kalimat terbagi tiga: Isim, Fi’il dan Huruf) ك
ُ ْاﻟﺷﱢر
أَ ْﻛ َﺑ ُر َوأَﺻْ َﻐ ُر:ِ(ﻧ َْوﻋَﺎنSyirik terbagi dua: Besar dan Kecil)
Catatan Khusus:
Apabila badal berupa lafadz اﺑن, maka mubdal minhu (yang dibadali/kata yang
terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafadz اﺑنdihilangkan alifnya
(menjadi )ﺑنdan kata yang terletak setelahnya dimajrurkan sebagai mudhaf ilaih.
Contoh: ُﻣﻌَﺎ ُذ ﺑْنُ ﺟَ َﺑ ٍل
Rangkuman
Marfuatul asma termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata yang
berubah-ubah kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan kata
dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini didasari
oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun. Adapunmarfuatul asmatermasuk kelompok isim rafa’ atau dhammah.
Oleh karena itu guru harus mengetahui ciri-ciri marfuatul asma dengan pemarkahnya agar tidak
keliru dalam menentukan mana fail, naibul fail, mubtada’, khabar, isim kana, khabar inna, dan
tawabi (naat, tawkid, ataf, dan badal)
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Marfuatul
Asma.. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 1, buatlah peta konsep dari Marfuatul Asma.
Tes Formatif 1
Jawablah dengan benar soal-soal berikut !
1. Jelaskan pengertian marfuatul asma.
2. Sebutkan contoh-contoh dari marfuatul asma
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. Pengertian Manshubat asma
Manshubat asma adalah kumpulan isim (kata benda) yang berada dalam
kondisi manshub dalam i’rabnya. Penyebab marfu’nya adalah dikarenakan
adanya ‘amil (pemarkah) yang berada di depan isim tersebut.
Manshubat asma termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata
yang berubah-ubah kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan
kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini
didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah,
kasrah, dan sukun. AdapunManshubat asmatermasuk kelompok isimnasab atau
fathah.
B. Macam-macam manshubat asma
ﻣﻨﺼﻮﺑﺎت اﻷﲰﺎء
ﻣﻨﺼﻮﺑﺎت اﻷﲰﺎء ،ﲬﺴﺔ ﻋﺸﺮ ،و ﻫﻲ :اﳌﻔﻌﻮل ﺑﻪ ،و اﳌﺼﺪر ،و ﻇﺮف اﻟﺰﱠﻣﺎن ،و ﻇﺮف
اﳌﻜﺎن ،و اﳊﺎل ،و اﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ،و اﳌﺴﺘﺜﲎ ،و اﺳﻢ ﻻ ،و اﳌﻨﺎدى ،و اﳌﻔﻌﻮل ﻣﻦ أﺟﻠﻪ ،و
أرﺑﻌﺔ
ﺷﺮح
و ﺳﻨﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ واﺣﺪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﳌﻮاﻗﻊ ﰲ ﺑﺎب ﳜُﺼﱡﻪ ،ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺤﻮ اﻟﺬي ﺳﻠﻜﻨﺎﻩ ﰲ
.١أن ﻳﻘﻊ ﻣﻔﻌﻮﻻ ﺑﻪ ،ﳓﻮ ،ﳓﻮ )ﻧﻮﺣﺎ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ ) :إﻧﱠﺎ أرﺳﻠﻨﺎ ﻧﻮﺣﺎ(
.٣أن ﻳﻜﻮن ﻇﺮف ﻣﻜﺎن أو ﻇﺮف زﻣﺎن؛ ﻓﺎﻷول ﳓﻮ )أﻣﺎم اﻷﺳﺘﺎذ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ
اﳋﻤﻴﺲ(.
.٦أن ﻳﻘﻊ ﻣُﺴﺘﺜﲎ ،ﳓﻮ )ﳏﻤﺪا( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﺣﻀﺮ اﻟﻘﻮم إﻻﱠ ُﳏﻤﱠﺪا(.
.٧أن ﻳﻘﻊ إﲰﺎ ﻟﻼ اﻟﻨﺎﻓﻴﺔ ،ﳓﻮ )ﻃﺎﻟﺐ ﻋﻠﻢ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﻻ ﻃﺎﻟﺐ ﻋﻠﻢ ﻣﺬﻣﻮم(.
.٨أن ﻳﻘﻊ ﻣُﻨﺎدى ،ﳓﻮ ) رﺳﻮل اﷲ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ(.
.٩أن ﻳﻘﻊ ﻣﻔﻌﻮﻻ ﻷﺟﻠﻪ ،ﳓﻮ )ﺗﺄدﻳﺒﺎ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﻋﻨﱠﻒ اﻷﺳﺘﺎذ اﻟﺘّﻠﻤﻴﺬ ﺗﺄدﻳﺒﺎ(.
)ذاﻛﺮت و اﳌﺼْﺒﺎح(.
ُ أن ﻳﻘﻊ ﻣﻔﻌﻮﻻ ﻣﻌﻪ ،ﳓﻮ )اﳌﺼﺒﺎح( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ .١٠
.١١
ﳓﻮ ) ﺻﺪﻳﻘﺎ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﻛﺎن إﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺻﺪﻳﻘﺎ ﻟﻌﻠﻲﱢ( و اﻟﺜﺎﱐ ﳓﻮ )ﳏﻤﺪا( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ
أن ﻳﻘﻊ ﻣﻌﻄﻮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﺼﻮب ،ﳓﻮ )ﺑﻜﺮا( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻚ )ﺿﺮب ﺧﺎﻟ ٌﺪ ﻋﻤﺮاً و .١٣
ﺑﻜﺮا(.
أن ﻳﻘﻊ ﺑﺪﻻ ﻣﻦ ﻣﻨﺼﻮب ،ﳓﻮ )ﻧﺼ َﻔﻪُ( ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ ) :ﻗُ ِﻢ اﻟﻠﱠْﻴ َﻞ إﻻﱠ ﻗﻠﻴﻼ ﻧﺼﻔﻪ أو اﻧﻘﺺ
ﻣﻨﻪ ﻗﻠﻴﻼ(.
1. Maf’ul bih
Maf’ul bih adalah termasuk kelompok isim mansub.
Contoh:
( َﯾﻘْرَ أ ُ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد اَﻟ ﱢرﺳَﺎﻟَ َﺔMuhammad membaca surat)
( ِا ْﺷﺗَرَ ى ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ِﻛﺗَﺎ َﺑ ْﯾ ِنMuhammad membeli dua buah buku)
َ( ﻗَﺎ َﺗ َل ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِﻣ ُْونَ ا ْﻟﻛَﺎﻓِرِ ﯾْنOrang-orang muslim memerangi orang-orang kafir)
Letak-letak maf’ul bih dalam struktur kalimat:
1. َﻣ ْﻔ ُﻌ ْو ٌل ﺑِ ِﮫ –ﻓِﻌْ ٌل – ﻓَﺎ ِﻋ ٌلContoh: ( رَ ﻓَسَ ﻣُﺣَ ّﻣ ٌد اَ ْﻟ ُﻛ ّر َةMuhammad menendang bola)
( َذ َﺑ َﺢ ﻣُﺣَ ّﻣ ٌد اَ ْﻟ َﻐ َﻧ َمMuhammad menyembelih kambing)
2. ﻓِﻌْ ٌل – َﻣ ْﻔﻌ ُْو ٌل ﺑِ ِﮫ – ﻓَﺎ ِﻋ ٌلContoh: ( أَ َﻛ َل اﻟ ّر ّز اَﻟ َْوﻟَ ُدAnak kecil itu makan nasi)
( َﺳﺄ َ َل اﻷ ُﺳْ ﺗَﺎ َذ ﺗِ ْﻠ ِﻣ ْﯾ ٌذMurid itu bertanya kepada guru)
3. َﻣ ْﻔﻌ ُْو ٌل ﺑِ ِﮫ –ﻓِﻌْ ٌل ﻓَﺎ ِﻋ ٌلContoh: ( َﺳﺄَﻟْتُ اﻷ ُﺳْ ﺗَﺎ َذAku bertanya kepada ustadz) (ﻗَرَ أْتُ ا ْﻟﻣَﺟَ ﻠ ّ َﺔAku
membaca majalah)
4. َﻣ ْﻔﻌ ُْو ٌل ﺑِ ِﮫ ﻓِﻌْ ٌل ﻓَﺎ ِﻋ ٌلContoh: َ( أَﻣَرْ ﺗُكAku memerintahkan kepada kamu) ( ﺿَرَ َﺑ ُﮫDia
memukulnya)
5. ﻓِﻌْ ٌل َﻣ ْﻔﻌ ُْو ٌل ﺑِ ِﮫ – ﻓَﺎ ِﻋ ٌلContoh: ( َﺳﺄَﻟَﻧِﻲ أ ُﺳْ ﺗَﺎ ٌذSeorang ustadz bertanya kepadaku) ُ ك ﷲ
َ ﺣ َﻣ
ِ َر
(Semoga Allah merahmatimu)
6. ﻓِﻌْ ٌل ﻓَﺎ ِﻋ ٌل – َﻣ ْﻔﻌ ُْو ٌل ﺑِ ِﮫContoh: ك ﻧَﻌْ ُﺑ ُد
َ (إِﯾّﺎHanya kepada-Mu kami menyembah) ُُﺧﺑْزً ا أَ َﻛﻠْت
(Aku hanya makan roti)
2. Maf’ul fih
Maf’ul fih (zhorof) adalah isim yang menunjukkan keterangan waktu atau tempat
terjadinya suatu perbuatan.
Contoh:
ً(ﺷَﺎﻓَرْ تُ ﻟَ ْﯾﻼAku bersafar pada waktu malam)
ﺻ ْﻣتُ ﯾ َْو َم اﻹِ ْﺛ َﻧ ْﯾ ِن
ُ (Aku berpuasa pada hari senin)
ِ(ﺟَ ﻠَﺳْ تُ أَﻣَﺎ َم ا ْﻟ ِﻣ ْﻧﺑَرAku duduk di depan mimbar)
ب
ِ (ﻧَﺎ َم ا ْﻟ َﻛﻠْبُ ﺧَ ﻠْفَ ا ْﻟﺑَﺎAnjing itu tidur di belakang pintu)
Catatan:
1. Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu dikenal sebagai
zhorof zaman ظَرْ فُ اﻟ ّزﻣَﺎ ِن
2. Maf’ul fiih yang digunakan untuk menunjukkan keterangan tempat dikenal sebagai
zhorof makan ظَرْ فُ ا ْﻟ َﻣﻛَﺎ ِن
Diantara contoh zhorof zaman Diantara contoh zhorof makan
adalah: adalah:
ﺻﺑَﺎﺣً ﺎ
َ (Pagi hari) َ(ﻓ َْوقDi atas)
ً(ﻟَ ْﯾﻼMalam hari) َ( َﺑﯾْنDi antara)
( َﺷﮭْرً اBulan) ( ِﻋ ْﻧ َدdi sisi)
(ﺗَﺎرَ ًةTerkadang) (ورَ ا َءDi
َ belakang)
( َﻗ ْﺑ َلSebelum) َ(ﺗَﺣْ تDi bawah)
(أَﻧِﻔًﺎBaru saja) (ﺣَ ْو َلSekitar)
( َﻏدًاBesok) َ( َﯾ ِﻣﯾْنSebelah kanan)
َ(اَﻷَنSekarang) (ﺷِ ﻣَﺎ َلSebelah kiri)
(أَﺣْ ﯾَﺎﻧًﺎKadang-kadang) (ﻧَﺣْ َوArah)
Macam-Macam Zhorof
A. Zhorof mutashorrif adalah lafazh zhorof yang dapat difungsikan untuk selain zhorof.
Contoh:
ﺻ ْﻣتُ ﯾ َْو َم اﻹِ ْﺛ َﻧ ْﯾ ِن
ُ (Aku berpuasa pada hari senin)
ك
ٌ َ(ﯾ َْو ُم ا ْﻟ ُﺟ ُﻣ َﻌ ِﺔ ﯾ َْو ٌم ُﻣﺑَﺎرHari jum’at adalah hari yang diberkahi)
B. Zhorof ghoiru mutashorrif adalah lafazh yang hanya dapat difungsikan sebagai
zhorof dan tidak dapat difungsikan untuk yang lainnya.
Di antara contohnya adalah: َﻗ ْﺑ َل, َورَ ا َء,َ أَﻣَﺎم, ِﻋ ْﻧ َد,َ أَ ْﺛﻧَﺎء,َﺑﻌْ َد
Contoh: (ﻻَﺗَرْ ﻗُدْ َﻗ ْﺑ َل اﻟْوُ ﺿ ُْو ِءJanganlah kamu tidur sebelum wudhu)
Catatan Zhorof:
1. Zhorof ghoiru mutashorrif boleh di-jer-kan dengan huruf ْ ﻣِنContoh:
ﺟ َد ﻣِنْ َﻗ ْﺑﻠِ ُﻛ ْم
ِ ْ( َدﺧَ ﻠْتُ ا ْﻟﻣَﺳAku telah memasuki masjid sebelum kalian)
2. Ada beberapa zhorof yang bentuknya adalah mabni.
Contoh: (أَﻣْسKemarin) ُ(ﺣَ ﯾْثDi manapun)
3. Maf’ul liajlih
Ma
Maf’ul liajlih adalah isim yang digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya
perbuatan.
Contoh:
ﺻﻠﱠ
َ (Aku shalat karena iman kepada Allah)
(زُرْ تُ َﻋﻠِﯾّﺎ ُﺣﺑّﺎ ﻟَ ُﮫAku mengunjungi Ali karena cinta kepadanya)
(أَﻋْ َطﯾْتُ ا ْﻟ َﻔﻘِﯾْرَ َطﻌَﺎﻣًﺎ َﺷ َﻔ َﻘ ًﺔ ﻟَ ُﮫAku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan
kepadanya)
Maf’ul liajlih di bentuk dari amalan-amalan hati.
Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maf’ul liajlih:
(إِﻛْرَ اﻣًﺎKarena hormat)
(ﺣَ ﯾَﺎ ًءKarena malu)
(ﺣُزْ ﻧًﺎKarena sedih)
(رَ ﺣْ َﻣ ًﺔkarena sayang)
(ﺧَ ْوﻓًﺎkarena takut)
(ﺣَ َﺳدًاkarena iri)
Catatan:
Lafazh-lafazh maf’ul liajlih dapat di-jer-kan dengan huruf lam.
Contoh:
(أَﻋْ َطﯾْتُ ا ْﻟ َﻔﻘِﯾْرَ َطﻌَﺎﻣًﺎ ﻟِ َﺷ َﻔ َﻘﺗِ ِﮫAku memberi orang fakir itu makanan karena kasihan
kepadanya)
4. Maf’ul muthlaq
Maf’ul muthlaq adalah isim yang berasal dari lafazh fi’il yang berfungsi untuk
penguat makna, penjelas bilangan atau penjelas sifat.
Contoh: ﺣ ْﻔظًﺎ
ِ َ(ﺣَ ﻔِظْ تُ اﻟدﱠرْ سAku telah menghafal pelajaran itu dengan sebenar-benarnya
hafal)
(ﺿَرَ ْﺑ ُﺗ ُﮫ ﺿَرْ ﺑًﺎAku telah memukulnya dengan sebenar-benar memukul)
(ﺣَ ﻔِظْ تُ اﻟدﱠرْ سَ ﺣَ ْﻔ َظ ًﺔAku telah menghafal pelajaran itu dengan sekali hafal)
(ﺿَرَ ْﺑ ُﺗ ُﮫ ﺿَرْ َﺑ ًﺔAku telah memukulnya dengan sekali pukul)
ﺣ ْﻔظًﺎ ﺟَ ﱢﯾدًا
ِ َ(ﺣَ ﻔِظْ تُ اﻟدﱠرْ سAku telah menghafal pelajaran itu dengan hafalan yang baik)
(ﺿَرَ ْﺑ ُﺗ ُﮫ ﺿَرْ ﺑًﺎ َﺷ ِد ْﯾدًاAku telah memukulnya dengan pukulan yang keras)
5. Maf’ul maah
Maf’ul ma’ah adalah isim yang terletak setelah huruf ( )وyang mempunyai arti
“bersama” untuk menunjukkan kebersamaan.
Contoh: (ﺳَﺎرَ َﻋﻠِﻲﱞ َواﻟْﺟَ َﺑ َلAli berjalan bersama dengan gunung)
(ﺟَ ﺎ َء ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد َو ُﻏر ُْوبَ اﻟ ﱠﺷﻣْسMuhammad datang bersamaan dengan terbenamnya matahari)
Perbedaan antara wau ma’iyyah dengan wau ‘athof:
1. Isim yang terletak setelah wau maiyyah selalu mansub, adapun isim yang terletak
setelah wau ‘athof tergantung ma’thufnya.
Contoh :
=ﺳَﺎرَ َﻋﻠِﻲﱞ َواﻟْﺟَ َﺑ َلwaunya adalah wau ma’iyyah
ٌ =ﺳَﺎرَ َﻋﻠِﻲﱞ َوﺣَ ﺳَنwaunya adalah wau ‘athof
2. Pelaku pada wau ma’iyyah hanya terdiri dari satu pihak, sedangkan pelaku pada
wau ‘athof terdiri dari dua belah pihak.
Catatan:
Pada dasarnya, huruf wau yang terletak di antara dua buah isim adalah wau ‘athof.
Oleh karena itu seandainya sebuah kalimat cocok untuk dimaknai dengan wau
‘athof, maka wau tersebut adalah wau ‘athof.
6. Hal
Hal adalah isim mansub yang digunakan untuk menjelaskan keadaan fa’il atau
maf’ul bih saat terjadinya fi’il (perbuatan).
Contoh:
ﺻﻠﱠﻰ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﻗَﺎ ِﻋدًا
َ (Muhammad shalat dalam keadaan duduk)
ﺟ ِد ﻣَﺎﺷِ ﯾًﺎ
ِ ْ( َذھَبَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد إِﻟَﻰ ا ْﻟﻣَﺳMuhammad pergi ke masjid dengan berjalan)
(رَ أَﯾْتُ اﻷ ُﺳْ ﺗَﺎ َذ رَ ا ِﻛﺑًﺎAku melihat ustadz sedang naik kendaraan)
Ketentuan-ketentuan Hal:
1. Hal merupakan isim yang mansub. Contoh: ﺻﻠﱠﻰ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﻗَﺎ ِﻋدًا
َ (Muhammad shalat dalam
keadaan duduk)
2. Hal berbentuk isim nakiroh, sedangkan shohibul hal (isim yang dijelaskan
keadaannya oleh Hal) berbentuk isim ma’rifat.
Contoh: (أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَ ُد ﻗَﺎﺋِﻣًﺎAnak itu makan dalam keadaan berdiri)
=اَﻟ َْوﻟَ ُدShohibul hal, ma’rifat
=ﻗَﺎﺋِﻣًﺎHal, nakiroh
3. Hal mengikuti shohibul hal dari sisi nau’ (mudzakkar atau muannats) dan ‘adad
(mufrod, mutsanna, jama’).
Contoh:
(ﺷَرِ بَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﺟَ ﺎﻟِﺳًﺎMuhammad minum dalam keadaan duduk)
(ﺷَرِ ﺑَتْ ﻓَﺎطِ َﻣ ُﺔ ﺟَ ﺎﻟِ َﺳ ًﺔFatimah minum dalam keadaan duduk)
(أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَ ُد ﻗَﺎﺋِﻣًﺎAnak itu makan dalam keadaan berdiri)
(أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَدَا ِن ﻗَﺎﺋِ َﻣﯾْنDua anak itu makan dalam keadaan berdiri)
Macam-macam hal
Ketentuan-ketentuan Hal:
1. Hal merupakan isim yang mansub. Contoh: ﺻﻠﱠﻰ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﻗَﺎ ِﻋدًا
َ (Muhammad shalat dalam
keadaan duduk)
2. Hal berbentuk isim nakiroh, sedangkan shohibul hal (isim yang dijelaskan
keadaannya oleh Hal) berbentuk isim ma’rifat.
Contoh: (أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَ ُد ﻗَﺎﺋِﻣًﺎAnak itu makan dalam keadaan berdiri)
=اَﻟ َْوﻟَ ُدShohibul hal, ma’rifat
=ﻗَﺎﺋِﻣًﺎHal, nakiroh
3. Hal mengikuti shohibul hal dari sisi nau’ (mudzakkar atau muannats) dan ‘adad
(mufrod, mutsanna, jama’).
Contoh:
(ﺷَرِ بَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌد ﺟَ ﺎﻟِﺳًﺎMuhammad minum dalam keadaan duduk)
(ﺷَرِ ﺑَتْ ﻓَﺎطِ َﻣ ُﺔ ﺟَ ﺎﻟِ َﺳ ًﺔFatimah minum dalam keadaan duduk)
(أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَ ُد ﻗَﺎﺋِﻣًﺎAnak itu makan dalam keadaan berdiri)
(أَ َﻛ َل اﻟ َْوﻟَدَا ِن ﻗَﺎﺋِ َﻣﯾْنDua anak itu makan dalam keadaan berdiri)
7. Tamyiz
Tamyiz adalah isim nakiroh yang disebutkan dalam suatu kalimat untuk memberi
penjelasan sesuatu yang masih samar.
Sesuatu yang masih samar yang dijelaskan oleh tamyiz dikenal dengan istilah
mumayyaz ()اَ ْﻟ ُﻣ َﻣ ﱠﯾ ُز.
Contoh: ( ِا ْﺷ َﺗرَ ﯾْتُ ِﻋﺷْرِ ﯾْنَ ِﻛﺗَﺎﺑًﺎAku membeli dua puluh kitab)
َ = ِﻋﺷْرِ ﯾْنMumayyaz
= ِﻛﺗَﺎﺑًﺎTamyiz
ﺿ ًﺔ
( ِا ْﺷﺗَرَ ﯾْتُ دِرْ َھﻣًﺎ ﻓِ ﱠAku membeli satu dirham perak)
=دِرْ َھﻣًﺎMumayyaz
ﺿ ًﺔ
=ﻓِ ﱠTamyiz
أَﻧ َْوا ُع ا ْﻟ ُﻣ َﻣﯾﱠز
Macam-Macam Mumayyaz
Mustatsna adalah isim yang disebutkan setelah adatul istitsna (alat pengecualian)
untuk menyelisihi hukum kata sebelum adatul istitsna. Kata yang terletak sebelum
adatul istitsna dikenal dengan istilah mustatsna minhu اَ ْﻟﻣُﺳْ َﺗ ْﺛﻧَﻰ ِﻣ ْﻧ ُﮫ
Contoh:
(ﻧَﺟَ َﺢ اﻟ ﱡطﻼ ﱠبُ إِﻻ ﱠ ﺣَ َﺳﻧًﺎPara siswa lulus kecuali Hasan)
إِﻻﱠ = Alat pengecualian / Adat istitsna
ُ = اَﻟ ﱡطﻼﱠبMustatsna minhu
ﺣَ َﺳﻧًﺎ = Mustatsna
(ﺣَ ﺿَرَ اﻟرﱢ ﺟَ ﺎ ُل إِﻻ ﱠ زَ ْﯾدًاPara lelaki itu telah hadir kecuali Zaid)
إِﻻﱠ = Alat pengecualian
= اَﻟرﱢ ﺟَ ﺎ ُلMustatsna minhu
زَ ْﯾدًا = Mustatsna
(أَدَاةُ اﻻِﺳْ ﺗِ ْﺛﻧَﺎءAdatul istitsna) ada enam, yaitu: ﺣَ ﺎﺷَﺎ, َﻋدَا,َ ﺧَ ﻼ, ﺳِ َوى,ُ َﻏ ْﯾر,إِﻻﱠ
9. Munada
Munada adalah isim yang disebutkan setelah huruf nida’ (huruf yang digunakan
untuk memanggil).
Contoh:
(Wahai hamba Allah) ِﯾَﺎ َﻋ ْﺑ َد ﷲ
(Wahai orang yang tidur, bangunlah) ْﯾَﺎ ﻧَﺎﺋِﻣًﺎ اِﺳْ َﺗ ْﯾﻘِظ
Huruf-huruf Nida’:
َ =أUntuk memanggil jarak dekat.
Contoh:
(Wahai Abdullah, tulislah) ْأَ َﻋ ْﺑ َد ﷲِ ا ُ ْﻛﺗُب
َھﯾﱠﺎ,أَﯾَﺎ, ْ =أَيUntuk memanggil jarak jauh
Contoh:
(Wahai Abdullah, apakah engkau mendengar suaraku?)أَﯾﺎ َﻋ ْﺑ َد ﷲِ َھ ْل ﺗَﺳْ َﻣ ُﻊ ﺻ َْوﺗِﻲ
=ﯾَﺎDapat digunakan untuk memanggil dekat ataupun jauh.
Contoh:
(Wahai Abdullah, cepatlah) ْﯾَﺎ َﻋ ْﺑ َد ﷲِ أَﺳْ رِ ع
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Marfuatul
Asma.. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 1, buatlah peta konsep dari Manshubat Asma.
Tes Formatif 1
Jawablah dengan benar soal-soal berikut !
3. Jelaskan pengertian manshubat asma.
4. Sebutkan contoh-contoh dari manshubat asma
Uraian Materi
A. Pengertian Majrurat asma
Majrurat asma adalah kumpulan isim (kata benda) yang berada dalam kondisi
majrur dalam i’rabnya. Penyebab majrurnya adalah dikarenakan adanya ‘amil
(pemarkah) yang berada di depan isim tersebut.
majrurat asma termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata yang
berubah-ubah kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan kata
dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini
didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah,
kasrah, dan sukun. Adapunmajrurat asmatermasuk kelompok isim majrur atau
kasrah.
B. Macam-macam majrurat asma
Kelompok Majruratul Asma:
a. ف اﻟْﺟَ ﱢر
ِ ْﻣَﺟْ ر ُْو ٌر ﺑِﺣَ ر
b. ﻣَﺟْ ر ُْو ٌر ﺑِﺎﻹِﺿَﺎﻓَﺔ
c. اَﻟﺗ َﱠواﺑِ ُﻊ ﻟِ ْﻠﻣَﺟْ ر ُْور
ف اﻟْﺟَ رﱢ
ِ ْ(ﻣَﺟْ ر ُْو ٌر ﺑِﺣَ رMajrur Karena Huruf Jar)
Yang dimaksud dengan isim majrur karena huruf jer adalah isim yang mempunyai
I’rob majrur apabila didahului oleh salah satu dari huruf jer.
Huruf jer ada 17 (tujuh belas), yaitu:
,َ ﺧَ ﻼ,ُ ُﻣ ْﻧذ, ْ ﻣُذ,( َ ﺗَﺎ ُء ا ْﻟ َﻘ َﺳ ِم )ت,( َ َواوُ ا ْﻟ َﻘ َﺳ ِم )و, ﺣَ ﺗﱠﻰ,( اَﻟﻼﱠ ُم ) ِل,(َ اَ ْﻟﻛَﺎفُ )ك,(ِ اَ ْﻟﺑَﺎ ُء )ب, رُبﱠ, ﻓِﻲ, َﻋﻠَﻰ, ْ ﻋَن, إِﻟَﻰ, ْﻣِن
. ﺣَ ﺎﺷَﺎ,َﻋدَا
Contoh masing-masing penggunaan huruf jer:
1. ْ( ﻣِنDari) ( ﺧَ رَ ﺟْ تُ ﻣِنَ ا ْﻟ َﻣﻧْزِ لAku keluar dari rumah)
2. ( إِﻟَﻰKe) ( َﺳﺄ َذْ ھَبُ إِﻟَﻰ ا ْﻟﻣَﺳْ ﺟِدAku akan pergi ke masjid)
3. ْ( ﻋَنDari) ( َھذَا اﻟْﺣَ ِدﯾْثُ ُروِيَ ﻋَنْ ﻋَﺎﺋِ َﺷ َﺔHadits ini diriwayatkan dari Aisyah)
4. ( َﻋﻠَﻰDi atas) ( اَ ْﻟ ِﻛ َﺗﺎ ُب َﻋﻠَﻰ ا ْﻟ َﻣ ْﻛﺗَبBuku itu berada di atas meja)
5. ( ﻓِﻲDi dalam) ( ا ْﻟﻣَﺳْ ﺟِد ﻧَﺣْ نُ ﻧَطْ ﻠ ُبُ ا ْﻟ ِﻌ ْﻠ َم ﻓِﻲKami menuntut ilmu di dalam masjid)
6. ( رُبﱠBetapa banyak / sedikit) ( اﻟ ﱢﻧ ﱠﯾ ُﺔ رُبﱠ َﻋﻣَلٍ ﺻَﺎﻟِ ٍﺢ ُﺗ َﻌ ﱢظ ُﻣ ُﮫBetapa banyak amalan yang
kecil menjadi besar nilainya disebabkan oleh niat)
7. ب
ِ – ( اَ ْﻟﺑَﺎ ُءDengan) ( َﻛ َﺗﺑْتُ اﻟدﱠرْ سَ ﺑِﺎ ْﻟ َﻘﻠَمAku menulis pelajaran dengan pena)
8. ك
َ – ُ( اَ ْﻟﻛَﺎفSeperti) ( ُﻋ َﻣ ُر ﻛَﺎﻷَ َﺳ َدUmar seperti singa)
9. ( اَﻟﻼﱠ ُم – ِلMilik) ( َھذَا ا ْﻟ ِﻛﺗَﺎبُ ﻟِﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدKitab ini miliknya Muhammad)
10. ( ﺣَ ﺗﱠﻰSampai) ك ﺣَ ﺗﱠﻰ رَ ْأﺳِ ﮫ
َ ( أَ َﻛﻠْتُ اﻟ ﱠﺳ َﻣAku makan ikan sampai kepalanya)
11. َ)واوُ ا ْﻟ َﻘ َﺳ ِم )و
َ ( َوﷲِ أَﻧَﺎ ﻣُﺳْ ﻠِ ٌمDemi Allah aku adalah seorang muslim)
12. َ)ﺗَﺎ ُء ا ْﻟ َﻘ َﺳ ِم )ت (Demi Allah aku adalah seorang muslim)
13. 13, 14. ُﻣ ْﻧ ُذdan ْ( ﻣُذSejak) ِ( ا ْﻟﻣَﺎﺿِ ﯾَﺔ ﻣَﺎ رَ أَ ْﯾ ُﺗ ُﮫ ُﻣ ْﻧ ُذ اﻷ ُﺳْ ﺑ ُْوعAku tidak melihatnya semenjak
seminggu yang lalu)
14. 15, 16, 17. َﺧَ ﻼ, َﻋ َدdan ( ﺣَ ﺎﺷَﺎSelain / kecuali) ( رَ ﺟَ ﻊَ اﻟ ﱡطﻼ ﱠبُ ﺧَ ﻼَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدPara mahasiswa
telah pulang kecuali Muhammad)
Majrur Karena Idhafah
Idhafah adalah bentuk penyandaran suatu isim dengan isim yang lain.
Contoh:
( ِﻛﺗَﺎبُ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدBukunya Muhammad) ب
ٍ (ﺧَ ﺎ َﺗ ُم َذ َھCincin emas)
a. Isim yang pertama yaitu ُ ِﻛﺗَﺎبdan ﺧَ ﺎ َﺗ ُمdikenal dengan istilah mudhaf.
b. Isim yang kedua yaitu ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدdan ب
ٍ َذ َھdikenal dengan istilah mudhaf ilaihi.
Mengingat susunan idhafah adalah terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaihi,
terkadang istilah idhafah dikenal dengan istilah mudhaf – mudhaf ilaihi.
I’rab mudhaf adalah mengikuti kedudukannya didalam kalimat adapun I’rab
mudhaf ilaihi adalah selalu majrur.
Contoh:
( ِﻛﺗَﺎبُ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍد ُﻣﻔِ ْﯾ ٌدBukunya Muhammad bermanfaat)
(أَﺳْ َﺗ ِﻌ ْﯾ ُر ِﻛﺗَﺎبَ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدAku meminjam bukunya Muhammad)
ب ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍد
ِ ( َھ ِذ ِه ا ْﻟ ُﻣﻼَﺣَ َظ ُﺔ ﻣ َْوﺟ ُْو َدةٌ ﻓِﻲ ِﻛﺗَﺎCatatan ini terdapat di bukunya Muhammad)
1. Mu’rob
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur. Contoh:
ِﻛﺗَﺎبُ ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِ َﻣ ْﯾ ِن ِﻛﺗَﺎبُ ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِ ِم
ﺣَ ِدﯾْثُ ﻋَﺎﺋِ َﺷ َﺔ ﺗَﺎبُ ا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِ ِﻣﯾْن
2. Mabni
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir
(sesuai bentuk aslinya).
Contoh:
ك
َ ( ِﻛﺗَﺎ ُﺑKitabmu – laki-laki)
ِ( ِﻛﺗَﺎﺑُكKitabmu – wanita)
ﺿﺎ َﻓ ِﺔ
َ ِﺷر ُْو ُط اﻹ
ُ
(Syarat-Syarat Idhofah)
Syarat-syarat idhofah ada 3:
1. Mudhof tidak boleh ditanwin. Contoh:
=ﺣَ ﻘِ ْﯾﺑِ ٌﺔmudhof =ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌدmudhof ilaihi
Susunan idhofahnya adalah,
(ﺣَ ﻘِ ْﯾ َﺑ ُﺔ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدTas Muhammad)
=ﺟَ وﱠ ا ٌلmudhof =ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌدmudhof ilaihi
Susunan idhofahnya adalah:
(ﺟَ وﱠ ا ُل ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدHandphone Muhammad)
2. Membuang nun mutsanna atau jama’ pada mudhof. Contoh:
= ِﻛﺗَﺎﺑَﺎ ِنmudhof
=ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٌدmudhof ilaihi
Susunan idhofahnya adalah,
( ِﻛﺗَﺎﺑَﺎ ﻣُﺣَ ﱠﻣ ٍدKitab Muhammad)
َ = ُﻣدَرﱢ ﺳ ُْونmudhof
=ﻣَﻌْ َﮭ ٌدmudhof ilaihi
Susunan idhofahnya adalah,
( ُﻣدَرﱢ ﺳ ُْو ﻣَﻌْ َﮭ ٍدPara pengajar ma’had)
3. Membuang alif lam dari mudhof
Contoh:
=اﻟرﱠ ﺳ ُْو ُلmudhof ُ =ﷲmudhof ilaihi
Susunan idhofahnya adalah,
ِ(رَ ﺳ ُْو ُل ﷲRasulullah)
ُ =اﻟﺑَﺎبmudhof ﺟ ُد
ِ ْ =ا ْﻟﻣَﺳmudhof ilahi
Susunan idhofahnya adalah,
ﺟ ِد
ِ ْ(ﺑَﺎبُ ا ْﻟﻣَﺳPintu Masjid)
Faidah:
1. Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:
a. Bermakna ْ( ﻣِنdari)
Contoh:
(ﺧَ ﺎ َﺗ ُم ﺣَ ِد ْﯾ ٍدCincin besi)
Maknanya adalah,
(ﺧَ ﺎ َﺗ ٌم ﻣِنْ ﺣَ ِد ْﯾ ٍدCincin dari besi)
b. Bermakna ( ِلmilik)
Contoh:
( َﺑﯾْتُ َﻋﻠِﻲﱟRumah Ali)
Maknanya adalah,
( َﺑﯾْتٌ ﻟِ َﻌﻠِﻲﱟRumah milik Ali)
c. Bermakna ( ﻓِﻲdi dalam)
Contoh:
ِ( َﻋذَابُ اﻟ َﻘﺑْرAzab Kubur)
Maknanya adalah,
ِ( َﻋ َذابٌ ﻓِﻲ اﻟ َﻘﺑْرAzab di dalam kubur)
2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi berupa
ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah
Contoh:
َ( َﯾدَايKedua tanganku)
Asalnya adalah َﯾدَا ِنsebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadi َﯾدَا
. mengingat َﯾدَاberakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim
menjadi َ َﯾدَاي.
َ( ُھدَايPetunjukku)
Asalnya adalah,
اَ ْﻟ ُﮭ َدىdan ya’ mutakallim ()ي
َ(ﺳِ َوايSelainku)
Asalnya adalah,
ﺳِ َوىdan ya’ mutakallim ()ي
3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa
ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh:
( ُﻣدَرﱢ ﺳِ ﻲﱠPara pengajarku)
Asalnya adalah,
َ ُﻣدَرﱢ ﺳِ ﯾْنdan ya’ mutakallim ()ي
(ﻣُﺣَ ﺎﻣِﻲﱠPengacaraku)
Asalnya adalah,
اَ ْﻟﻣُﺣَ ﺎﻣِﻲdan ya’mutakallim ()ي
( ُﻣ ْﻔﺗِﻲﱠMuftiku)
Asalnya adalah,
ُﻣ ْﻔﺗِﻲdan ya’ mutakallim ()ي
Rangkuman
Majrurat asma termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata yang
berubah-ubah kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan kata
dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini didasari
oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun. Adapunmajrurat asmatermasuk kelompok isim majrur atau kasrah
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Marfuatul
Asma.. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 1, buatlah peta konsep dari Majrurat Asma.
Tes Formatif 1
Jawablah dengan benar soal-soal berikut !
5. Jelaskan pengertian majrurat asma.
6. Sebutkan contoh-contoh dari majrurat asma
Pokok-Pokok Materi
A. Pengertian MAJZUMAT
B. Macam-macam MAJZUMAT
Uraian Materi
A. Pengertian Majzumat/al-Jazmu
Secara bahasa kata al-Jazmu bemakna al-Qoth’u [memutus atau memastikan].
Adapun menurut istilah nahwu yang dimaksud dengan jazm adalah perubahan
khusus yang ditandai dengan harokat sukun -di akhir kata- atau tanda lain yang
menggantikannya. I’rob jazm ini hanya ada pada fi’il mudhori’ [kata kerja
sekarang/akan datang] dan tidak ada pada isim [kata benda] atau jenis fi’il yang lain
[madhi dan amr]
Contoh Fi’il Yang Majzum
َْﯾ ْﻠ َﻌب
artinya: “Bermain”; majzum dengan tanda sukun di akhirnya
َْﯾﻧْﺟَ ﺢ
artinya: “Lulus”; majzum dengan tanda sukun di akhirnya
ُْﯾﺳَﺎﻓِر
artinya: “Bepergian”; majzum dengan tanda sukun di akhirnya
ﯾَﺳْ ﺄ ْل
artinya: “Bertanya”; majzum dengan tanda sukun di akhirnya
Catatan: Untuk menyederhanakan, bisa dikatakan bahwa apabila suatu kata [fi’il
mudhori’] diakhiri dengan sukun maka ia disebut dengan istilah majzum.
B. Tanda Jazm
ﻋﻼﻣﺎت اﻟﺠﺰم
اﻟﺴﻜﻮن
وﻳﻜﻮن اﻟﺴﻜﻮن ﻋﻼﻣﺔ، وﻫﻮ ﻋﻼﻣﺔ اﳉﺰم اﻷﺻﻠﻴ ﺔ وﺑﺎﻗﻲ اﻟﻌﻼﻣﺎت ﺗﻌﺘﱪ ﻓﺮﻋﻴﺔ،اﻟﺴﻜﻮن ﻫﻮ ﻗﻄﻊ اﳊﺮﻛﺔ
ﻟﻠﺠﺰم ﰲ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع اﻟﺬي ﱂ ﻳﺘﺼﻞ ﺑﻪ ﻧﻮن اﻟﻨﺴﻮة وﻧﻮن اﻟﺘﻮﻛﻴﺪ وﻛﺬﻟﻚ ﻳُﺸﱰط أﻻ ﻳﻜﻮن ﻣﻌﺘﻞ
وﻳﻘﺎل ﰲ اﻹﻋﺮاب ﳎﺰوم.[3] اﻵﺧﺮ أو ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﳋﻤﺴﺔ وﻳﺸﱰط ﻛﺬﻟﻚ أﻻ ﻳُﺴﺒﻖ ﺑﺄي ﻧﻮاﺻﺐ
. وﻳﻨﻮب ﻋﻦ اﻟﺴﻜﻮن ﺣﺬف ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ وأﻳﻀﺎً ﺣﺬف ﺣﺮف اﻟﻨﻮن.وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺰﻣﻪ اﻟﺴﻜﻮن
اﻟﻔﺘﺤﺔ إذا ﻛﺎن ﻣﻌﺘﻞ اﻵﺧﺮ ﺑﺎﻷﻟﻒ وﺣﺮﻛﺔ اﻟﻀﻤﺔ إذا ﻛﺎن ﻣﻌﺘﻞ اﻵﺧﺮ ﺑﺎﻟﻮاو وﺣﺮﻛﺔ اﻟﻜﺴﺮة إذا ﻛﺎن
ﺣﺬف اﻟﻨﻮن
اﳌﺨﺎﻃﺒﺔ ،إذا ﺳُﺒﻘﺖ ﺑﺄﺣﺪ ﺟﻮازم اﳌﻀﺎرع ﲝﺬف اﻟﻨﻮن ،وﻫﻲ ﻛﺬﻟﻚ ﺗﻨﺼﺐ ﺑﺎﻟﻌﻼﻣﺔ ﻧﻔﺴﻬﺎ .ﻣﺜﻞ ﻟﻢ
َل.
ﻳﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ اذا اﺗﺼﻠﺖ ﺑﻪ ﻧﻮن اﻟﺘﻮﻛﻴﺪ ،ﻣﺜﻞ ﻟَﻴُ ْﺨ ِﺮ َﺟ ﱠﻦ ْاﻷَ َﻋ ﱡﺰ ِﻣ ْﻨـﻬَﺎ ْاﻷَذ ﱠ
ﻣﻮاﺿﻊ اﻟﺠﺰم
ﺟﺰم ﲜﻮاب اﻷﻣﺮ واﻟﻨﻬﻲ. ﺟﺰم ﺑﺮد ﺣﺮﻛﺔ اﻹﻋﺮاب.
ﻣﻌﺘﻞ اﻵﺧﺮ ﺑُﲏ ﻋﻠﻰ ﺣﺬف ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ وﻫﻮ ﻛﺬﻟﻚ ﻳﺒﲎ ﻋﻠﻰ ﺣﺬف اﻟﻨﻮن إذا ﻛﺎن ﻣﻀﺎرﻋﻪ ﻣﻦ
اﻷﻓﻌﺎل اﳋﻤﺴﺔ.
ﺟﺰم اﻟﻤﻀﺎرع
ﳚﺰم اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع إذا ﺳﺒﻘﻪ ﺟﺎزم أو ﻛﺎن ﺟﻮاﺑﺎً ﻟﻠﻄﻠﺐ .وﳚﺰم ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن إذا ﻛﺎن ﺻﺤﻴﺢ اﻵﺧﺮ،
وﳚﺰم ﻋﻠﻰ ﺣﺬف اﻟﻨﻮن إذا ﻛﺎن ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﳋﻤﺴﺔ ،وﳚﺰم ﻋﻠﻰ ﺣﺬف ﺣﺮف اﻟﻌﻠﺔ إذا ﻛﺎن ﻣﻌﺘﻞ
اﻵﺧﺮ .وﻳﻜﻮن ﺟﺰم اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع إﻣﺎ ﳏﻠﻲ إذا ﻛﺎن ﻣﺒﻨﻴﺎً )إذا ﺗﺼﻞ ﺑﻪ ﻧﻮن اﻟﻨﺴﻮة أو ﻧﻮن اﻟﺘﻮﻛﻴﺪ( ،أو
ﻟﻔﻈﻲ إذا ﻛﺎن ﻣﻌﺮﺑﺎً .وﺟﻮازم اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻧﻮﻋﲔ ،اﻷول ﳚﺰم ﻓﻌﻼً واﺣﺪاً ،واﻵﺧﺮ ﳚﺰم ﻓﻌﻠﲔ ،وﻣﻨﻬﺎ
اﻷدوات اﻟﱵ ﲡﺰم ﻓﻌﻞ واﺣﺪ ﻫﻲ أرﺑﻊ )ﱂ( و)ﳌﺎ( و)ﻻم( اﻟﻄﻠﺐ وﻻ اﻟﻄﻠﺐ .ﻟﻢ وﻟﻤﺎ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺣﺮف
ﻧﻔﻲ وﺟﺰم وﻗﻠﺐ أي ﻳﻨﻔﻴﺎن اﳌﻀﺎرع وﳚﺰﻣﺎﻧﻪ وﻳﻘﻠﺒﺎن زﻣﺎﻧﻪ ﻣﻦ اﳊﺎل أو اﻹﺳﺘﻘﺒﺎل إﱃ اﳌﺎﺿﻲ )ﻣﺜﻞ ﻟﻢ
ﺗﺘﻜﻠﻤﻮا ،و ﻟﻤّﺎ ﻳﺒﺪأ درس اﻟﻘﻮاﻋﺪ )واﻟﻔﺮق ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ أن "ﳌﺎ" ﻳﺘﻮﻗﻊ ﺣﺼﻮل ﻣﻨﻔﻴﻬﺎ وﻛﺬﻟﻚ ﳚﻮز ﺣﺬف
ﳎﺰوﻣﻬﺎ ﺑﻴﻨﻤ
ﲟﻌﲎ "ﺣﲔ
ﻻم اﻟﻄﻠﺐ وﺗﺴﺘﺨﺪم ﻟﻄﻠﺐ إﺣﺪاث أﻣﺮ ﻣﺎ ﻣﺜﻞ ﻟﺘﻄﻠﺒﻮا اﻟﻌﻠﻢ .ﻓﺈن ﻛﺎﻧﺖ ﺻﺎدرًة ﳑﻦ ﻫﻮ أﻋﻠﻰ إﱃ
ﻣﻦ ﻫﻮ أﻗﻞ درﺟﺔ ﲰﻴﺖ "ﻻم اﻷﻣﺮ" وإن ﻛﺎﻧﺖ ﺻﺎدرة ﳑﻦ ﻫﻮ أﻗﻞ إﱃ ﻣﻦ ﻫﻮ أﻋﻠﻰ درﺟﺔ ﲰﻴﺖ "ﻻم
ﺑﻌﺾ اﻟﺸﻮاﻫﺪ ﻟﺬﻟﻚ وﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﻧﺴﺒﻮﻩ إﱃ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ،وﻫﺬﻩ اﻟﻼم ﺗﻜﻮن ﻣﻜﺴﻮرة ﻏﻼ إذا ﺳُﺒﻘﺖ
ﺑﺎﳊﺮوف اﻟﻮاو واﻟﻔﺎء وﰒ .وﻳﻘﻞ دﺧﻮل ﻻم اﻷﻣﺮ ﻋﻠﻰ اﳌﺘﻜﻠﻢ اﳌﻔﺮد اﳌﻌﻠﻮم ،ﻓﺈن ﻛﺎن ﻣﻊ اﳌﺘﻜﻠﻢ ﻏﲑﻩ،
ﻓﻴﻜﻮن دذﻃﻜﻤﻨﺘﻌﺎﻟﺮﲞﻮﳍ ﺎ أﻳﺴﺮ ،وذﻟﻚ ﻷن اﻷﻣﺮ داﺋﻤﺎً ﻣﺎ ﻳﻜﻮن ﺑﲔ ﻃﺮﻓﲔ ﳐﺘﻠﻔﲔ .وﳝﻜﻦ ﻟﻼم
ﻻ اﻟﻄﻠﺐ
ﻫﻮ أدﱏ ﻣﻨﻬﺎ ﲰﻴﺖ "ﻻ اﻟﻨﺎﻫﻴﺔ" وإن ﻛﺎﻧﺖ ﳑﻦ ﻫﻮ أدﱏ ﳌﻦ ﻫﻮ اﻋﻠﻰ ﻣﻨﻪ ﲰﻴﺖ "ﻻ اﻟﺪﻋﺎﺋﻴﺔ" وإن
ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻦ وإﱃ ﻃﺮﻓﲔ ﻣﺘﺴﺎوﻳﲔ ﲰﻴﺖ "ﻻ اﻟﱵ ﻟﻼﻟﺘﻤﺎس" .وﻫﻲ ﲡﺰم اﻟﻔﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﺑﺸﺮط أﻻ ﻳﻜﻮن
ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻓﺎﺻﻞ إﻻ ﻟﻠﻀﺮورة اﻟﺸﻌﺮﻳﺔ ،وﻳﺸﱰط أﻻ ﺗﺴﺒﻖ ﺑﺈن اﻟﺸﺮﻃﻴﺔ وﻏﲑﻫﺎ ﻣﻦ أدوات اﻟﺸﺮط وﻋﻨﺪﻫﺎ
أﱏ .وﻫﺬﻩ اﻷدوات ﲡﺰم ﻓﻌﻠﲔ ﻳﺴﻤﻰ اﻷول ﻓﻌﻞ اﻟﺸﺮط واﻟﺜﺎﱐ ﺟﻮاﺑﻪ أو ﺟﺰاﺋﻪ .وﻫﺬﻩ
َﻛْﻴـ َﻔﻤَﺎ ،إ ْذ ﻣَﺎّ ،
اﻷدوات اﻟﺸﺮط ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎﻫﻮ ﺣﺮف ﺑﺎﺗﻔﺎق وﻫﻮ "إن" ،وﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﻫﻮ ﳐﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ ﻣﺜﻞ "إذ ﻣﺎ" وﻳﺮﺟﺢ ﻓﻴﻪ أن
ﻳﻜﻮن ﺣﺮﻓﺎً ،وآﺧﺮ ﻳﺮﺟﺢ ﻓﻴﻪ أن ﻳﻜﻮن اﲰﺎً وﻫﻮ "ﻣﻬﻤﺎ" ،وﻣﺎ ﺗﺒﻘﻰ ﻓﻬﻮ اﺳﻢ ﺑﺎﺟﺘﻤﺎع اﻟﻨﺤﺎة .وﲨﻴﻌﻬﺎ
اﺳﻢ ﻣﺒﻬﻢ ﻟﻐﲑ ﺧﻼف ،ﻣﻊ ﲟﻌﲎ اﻟﺰﺟﺮ واﻟﻨﻬﻲ وﻣﻨﺮﻛﺒﺔ ﻣﻦ "ﻣﺎ" اﳌﺘﻀﻤﻨﺔ ﻣﻌﲎ
ﻣﻬﻤﺎ ﻣﺒﲏ
اﻟﻌﺎﻗﻞ "اﻟﺸﺮﻃﻴﺔ
ﺗﺴﺘﺨﺪم ﻟﻠﺪﻻﻟﺔ
ﻣﱴ اﺳﻢ ﻣﺒﲏ ﻛﺜﲑاً ﻣﺎ ﺗﻠﺤﻘﻬﺎ ﻣﺎ اﻟﺰاﺋﺪة ﻟﻠﺘﻮﻛﻴﺪ( ﻣﺘﻰ ﻣﺎ)
ﻋﻠﻰ اﻟﺰﻣﺎن
ﲣﺘﻠﻒ أي ﻋﻦ
اﺳﻢ ﻣﺒﻬﻢ ﻳﺘﻀﺢ
ﻹﺿﺎﻓﺘﻬﺎ إﱃ اﳌﻔﺮد وﻫﻲ ﰲ ﻫﺬا ﺧﺎﻟﻔﺖ اﳊﺮف اﻟﺬي
أي اﺳﻢ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻋﻨﺪ ﻣﻌﺮب
ﻳﻘﻀﻲ ﺑﺒﻨﺎء اﻷﲰﺎء ،وداﺋﻤﺎً ﻣﺎ ﺗﻜﻮن ﻣﻀﺎﻓﺔ ﻏﻠﻰ
إﺿﺎﻓﺘﻪ ﳌﺎ ﺑﻌﺪﻩ
اﳌﻔﺮد ﻓﺈن ﺣﺬف ﻇﻬﺮ اﻟﺘﻨﻮﻳﻦ ﻋﻮﺿﺎً ﻋﻨﻪ
Rangkuman
Secara bahasa kata al-Jazmu bemakna al-Qoth’u [memutus atau memastikan].
Adapun menurut istilah nahwu yang dimaksud dengan jazm adalah perubahan
khusus yang ditandai dengan harokat sukun -di akhir kata- atau tanda lain yang
menggantikannya. I’rob jazm ini hanya ada pada fi’il mudhori’ [kata kerja
sekarang/akan datang] dan tidak ada pada isim [kata benda] atau jenis fi’il yang lain
[madhi dan amr]
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Marfuatul
Asma.. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan
Belajar 1, buatlah peta konsep dari Majzumat.
Tes Formatif 1
Jawablah dengan benar soal-soal berikut !
1. Jelaskan pengertian majzumat.
2. Sebutkan contoh-contoh dari majzumat
Ahmad bin Abdurrahim, Nazhm al-Maqshûd fi ‘Ilm al-Sharf, Surabaya: Pustaka Al-
Hidayah, tt.
Alfat, Ibnu Wahid, Rafa: Reaktualisasi Fan Nahwu, Kediri, Sumenang, 2010
Fahrurrozi, Aziz, dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tt.
Hakim, Taufiqul, Amtsilatiy (Metoda Praktis Mendalami al-Quran dan Membaca Kitab
Kuning), jilid 1-7, Jepara: PP Darul Falah Bangsri, 2002
Hamzah ibn Sattar, Muhammad, Tashrîf Binâ’ al-Af‘âl: Mawâzîn wa Amtsilah, Kairo,
Dar al-Fajr al-Islami, 2007
Harun, Salman, Pintar Bahasa Arab Al-Quran: Cara Cepat Belajar Bahasa Arab
Agar Paham Al-Quran (Edisi Baru), Jakarta, Lentera Hati, 2009
Jarim, Ali dan Amin, Mushthafa, al-Nahw al-Wâdhih, Kairo: Dar al-Ma‘arif, 1962
al-Kailany, Abi al-Hasan Ali bin Hisyam, Syarah li Tashrif al-Izziy, Semarang: Toha
Putra, tt.
Khaironi, A. Shohib, Awdhah al-Manahij fi Mu ‘jam Qawa ‘id al-Lughah al-Arabiyyah,
baina al-qa‘idah wa al-tathbiq, Bekasi, WCM Press, 2008
Purwanto, Agus, Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, Bandung,
Mizania, 2010
Penulis:
i
DAFTAR ISI MODUL IV:
BALA@GHAH
PENDAHULUAN
2. Relevansi
3. Petunjuk Belajar
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
KB2. MA’A>NI>
3. Pokok-Pokok Materi
ii
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
KB3. BAYA>N
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
KB4. BADI>’
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
iii
TES SUMATIF
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
iv
PENDAHULUAN
Relevansi
Dalam pembelajaran bahasa Arab tidak bisa melepaskan kajiannya pada
bala>ghah. Kajian nahwu dan sharaf tidaklah cukup. Misalnya ketika ditemukan
dalam teks ada kata ضرب maka maknanya bisa beragam sesuai situasi dan
kondisi serta konteks. Bagaimana melakukan pembicaraan kepada mukha>tab
yang pintar, sedang atau bahkan rendah seraca intelektual. Dalam memahami
teks al-Qur’an banyak sekali maja>z, banyak pula izti’a>rah, kina>yah dan lain
sebagainya. Dengannya maka pemahaman al-Qur’an akan semakin kuat.
Demikian halnya terkait dengan keindahan bahasa. Bahasa harus
dituturkan secara indah baik lafadz maupun makna. Keindahan lafadz dan
v
makna ini ada dalam kajian bala>ghah. Dengannya pula keindahan ayat-ayat al-
Qur’an akan sangat terasa. Bahasa yang diajarkan oleh guru harus tepat
berdasarkan kaidah bala>ghah ini, agar membuat siswa merasa bermakna dalam
belajar bahasa Arab.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi ilmu badi>’ ini, dengan beri tanda-tanda khusus pada bagian
yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah rangkuman yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila
menemukan kajian inti khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
7.
vi
KB.1.
2. Subcapaian Pembelajaran
3. Pokok-Pokok Materi
a. Konsep bala>ghah
c. Konsep fasha>hah
4. Uraian Materi
Bahan kajian pada KB ini adalah konsep bala>ghah, bidang kajian bala>ghah dan
1
4.a. Konsep Bala>ghah
‘sampai’sinonim kata وصل. Sesuai dengan surat al-kahfi, ayat 90 sebagai berikut:
ْ َ ُ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ََ ُ ُْ َ َ َ َ َ
(٠٩( ونها ِطت ًرا
ِ ع وجدىا جطلؼ غلى كى ٍم لم هجػل ل ُهم ِمن د ْ َّ َ ْ َ َ ََ َ َّ َ
ِ حتى ِإذا بلغ مط ِلؼ الشم
‚Hingga apabila Dia telah sampai ke tempat terbit matahari (bagian Timur) Dia
menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.‛
sehingga perubahan situasi dan kondisi para mukha>tab menuntut perubahan susunan
2
()مظاوة. Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicara kepada
orang yang kurang cerdas apalagi orang bodoh. Oleh karena itu muncullah istilah
‚ ‚ لكل ملام ملالyang artinya untuk setiap situasi dan kondisi ada كالمyang sesuai
dengannya.
Dalam kajian sastra, bala.ghah ( ) بالغتini menjadi sifat dari كالمdan مخكلم,
sehingga lahirlah sebutan كالم بليغdan مخكلم بليغ. Maksud dari كالم بليغyaitu
ucapan atau pembicaraan yang sesuai dengan situasi dan kondisi pendengar serta
terdiri dari kata-kata yang fashi>h, adapun مخكلم بليغ yaitu orang yang mampu
dengan kata-kata yang tepat nan indah. Sehingga apa yang ada dalam pikiran
pembicaraan ()كالم itu dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi, setelah
dilihat dari aspek nahwiyah tidak dianggap menyalahi aturan, yang dapat
mengakibatkan ضػف الخأليف (lemah susunan) dan حػليد (rumit), dari aspek
bahasa tidak terdapat kata-kata ( غسابتasing), dan jika dilihat dari aspek sharaf tidak
sharaf seharusnya ‚ ّ
ألاجل ‚. Sedangkan jika dilihat dari aspek ذوقterbebas dari
3
Secara istilah bala>ghah didefinisikan:
لها في الىفع أثس، هي جأدًت املػنى الجليل واضحا بػبازة صحيحت فصيحت:البالغت
وألاشخاص الرًن ًذاطبىن، مؼ مالئمت كل كالم للمىطن الري ًلال فيه،دالب
keindahan. Kalam yang paling bali>gh dan memiliki fashahah tertinggi adalah al-
kalimat, dalam kalimat yang berbeda, antara kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Dalam ilmu bala>ghah sangat diperhatikan konteks, karena konteks akan menentukan
makna kata, kalimat, paragraf bahkan teks secara keseluruhan. Konteks berperan
sebagai petunjuk (qari>nah) bagi pembaca untuk memastikan makna kata atau
kelompok kata.
Konteks terdiri dari konteks linguistik (الىص )طياق dan konteks situasi
(املىكف )طياق. Konteks linguistik meliputi konteks nahwu, konteks kamus, dan
konteks semantik (siya>q dala>li>). Konteks situasi meliputi konteks tradisi ()الػسفي,
4
konteks sejarah ()الخازٍخي, konteks geografis ()الجغسافي, dan konteks penalaran
()الرىني.
pikiran dan perasaan melalui bahasa. Uslub yang baik adalah yang efektif sesuai
dengan kaidah balaghah yang bisa berdampak psikologis dan artistik sehingga dapat
atau keduanya sesuai yang dikehendaki oleh mutakallim. Uslub efektif harus
fasha>hah dan sesuai dengan situasi dan kondisi (tujuan mutakallim, memperhatikan
siapa mutakallim dan siapa mukhatab serta seusuai dengan tempat dan waktu
ujaran).
Ilmu balaghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah
keindahan dan kejelian pemilihan kata yang sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi kata itu diungkapkan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu bala>ghah
5
a. Ilmu ma’a>ni> ( ) غلم املػاوى
Secara etimologi مػاوىberarti ‘maksud’, ‘arti’, atau ‘makna’. Para ahli ilmu
ma’a>ni> mendefinisikannya sebagai pengungkapan melaluai ucapan sesuatu yang ada
غلم ٌػسف به أحىال اللفظ الػسبي التى بها ًطابم ملخض ى الحال
‚Ilmu yang mempelajari hal ihwal bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi
dan kondisi.‛
Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-Jurzanji. Adapun
gagasan dengan redaksi yang bervariasi. Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh
Abu Ubaidah Ibn al-Matsa>ni> dengan kitab karangannya yang berjudul مجاش اللسان.
diantara objek yang menjadi kajian ilmu ini adalah ( حشبيهpenyerupaan), مجاش
(majaz), dan ( كىاًتkonotasi).
6
c. Ilmu badi>’ ( )غلم البدٌؼ
Menurut pengertian leksikal, badi>’ adalah suatu ciptaan baru yang tidak ada
membuat kalimat semakin indah, bagus dan menghiasinya dengan kebaikan dan
keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dan telah jelas
Peletak dasar ilmu badi>’ adalah Abdullah Ibn al-Mu’ta>z (W. 274 H). Adapun
Objek kajian ilmu ini adalah upaya memperindah bahasa, baik pada tataran lapal (
4.c. Fasha>hah
Suatu kata disebut pasti atau jelas, jika kata tersebut terbebas dari aspek-aspek
berikut ini:
7
yaitu خ, ه, dan عyang dibaca berulang-ulang. Kata yang terdiri dari huruf-
huruf seperti ini biasanya sulit diucapkan, dan yang seperti ini dinamakan
جىافس الحسوف.
2) Ghara>bah/غسابت, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata asing, jarang
dipakai, dan tidak masyhur. Contoh: ما لكم جكأكئخم غلي كخكأكئكم غلى ذي
جىت افسهلػىاArtinya: ‚mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton
orang gila? Peregilah!‛ Kata yang sulit disini adalah جكأكئخمdan افسهلػىا.
Kedua kata tersebut dianggap ghara>bah, karena jarang digunakan sehingga
sulit diartikan.
dengan kaidah ilmu sharaf, karena jika mengikuti kaidah ilmu sharaf
ُ
seharusnya حالdan ًحل.
Artinya kalimat yang baik, indah, mudah diucapkan dan difahami. Suatu
8
1) Susunan kalimatnya tidak tana>fur, yakni tidak tersusun dari kata-kata yang
berat atau sukar diucapkan. Bisa jadi kata-katanya fashi>h, akan tetapi
حسب بمكان كفس – وليع كسب كبر حسب كبرArtinya: ‚Adapun kuburan
musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat kuburan itu.‛
lemah, sebab menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf. Contoh: ضسب غالمه
شٍدseharusnya ضسب شٍد غالمه
3) Adanya ta’qi>d lafdzi>/حػليد لفظى, yakni kerancuan pada kata-kata. Suatu
menunjukkan tujuan karena ada cacat dalam susunannya. Contoh: وما ِمثله ِفى
ُ ُْ َ َ
ىو ًُلا ِزُب ُهُ حي َا ُب
ّ الا ِملكا َا ُبى ِّأمه
ّ
الىاض Susunan kaliamat di atas asalnya, وما
ََ
ِ
ُ الا ملكا َا ُبى ّأمه َا ُب
ىو
ّ ُُ ُ ّ
الىاض حي ًلا ِزبه ىف ُ م ْث ُلArtinya: ‚tiadalah seorang pun
ه
ِ ِ ِ ِ ِ
yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya itu masih hidup, yaitu
manusia yang masih hidup yang menyerupai dia, kecuali raja yang
9
‚aku mencari tempat yang jauh dari kamu sekalian, agar kamu kelak menjadi
dekat denganku dan supaya kedua mataku mengucurkan air mata, kemudian
supaya menajdi keras.‛ Maksudnya, ‚sekarang aku lebih suka berpisah jauh
karena prihatin.‛ Untuk mengambil makna dari syi’ir di atas sangat sulit,
melekat pada seorang mutakallim. Seorang mutakalim yang fasih adalah orang yang
dapat menyampaikan maksudnya dengan ucapan yang fashihah atau baik dan lancar.
Bahasa Arab memiliki keunikan yang tidak dimiliki selainnya. Dan dengannya
kaya kosakata, adanya isytiqa>q yang membuat kata berkembang secara elastis, ada
jumlah ismiyyah dan fi’liyyah yang menentukan kata mana yang dipentingkan dalam
kalimat berdasar pada urutan penempatan kata tersebut, bahasa i’rab; satu-satunya
bahasa yang mempertahankan i’ra>b, kaya bunyi bahasanya jumlah abjadnya sama
dengan bahasa lain ada 28 namun ada bunyi vokal (panjang dan pendek) disamping
10
5. Rangkuman
Ilmu bala>ghah yang mencakup ilmu baya>n, ma’a>ni>, dan badi>’. Secara singkat
kalimat, dalam kalimat yang berbeda, antara kalimat yang satu dengan yang lainnya
Uslub ( )ألاطلىبatau gaya bahasa atau style adalah cara mengungkapkan pikiran
Ilmu baya>n yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara menyampaikan suatu gagasan
dengan redaksi yang bervariasi. Ilmu ma’a>ni yaitu Ilmu yang mempelajari hal ihwal
bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Sedangkan ilmu badi>’
yaitu ilmu yang mempelajari segi-segi dan keistimewaan- keistimewaan yang dapat
membuat kalimat semakin indah baik lafadz maupun makna. Bahasa Arab memiliki
semakin tinggi.
6. Tugas
11
3. Jelaskan balagha>han ayat tersebut dalam kertas karton dengan menggunakan
peta konsep
7. Tes Formatif
12
KB2.
MA’A>NI>
Memahami kajian ilmu ma’a>ni> dan menerapkannya dalam teks berbahasa Arab
3. Pokok-Pokok Materi
b. Uslu>b ma’a>ni>
4. Uraian Materi
Kajian ma’a>ni> terdiri dari konsep dan uslu>b ma’a>ni>, uslu>b yang dimaksud dan
paling penting diantaranya adalah I>ja>z, Hadzf, Qashr, Tikra>r, Dzikr al-Kha>sh ba’d
13
4.A. Konsep Ilmu Ma’a>ni>
Kata ma’a>ni> ( )مػاوىadalah bentuk jamak (prulal) dari kata ma’na> ()مػنى.
Secara leksikal kata ma’a>ni berarti maksud atau arti. Ahli ma’a>ni> mendefinisikannya
sebagai pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’a>ni> adalah ilmu yang mempelajari lafazh
atau kata bahasa arab yang sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi. Berikut
.ٌى الحا غلم اإلاػاوي هى الري ٌػسف به ؤحىاٌ اللفظ الػسبى التى بها ًطابم ملخض
Ilmu ma’a>ni> adalah ilmu untuk mengetahui lafadz bahasa Arab yang sesuai dengan
غلم اإلاػاوي هى ؤضىٌ وكىاغد ٌػسف بها ؤحىاٌ الىالم الػسبي التي ًيىن بها مطابلا
.ٌإلالخض ى الحا
Ilmu ma’a>ni> adalah kaidah untuk mengetahui kalam Arab yang sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Ilmu ma’a>ni> pertama kali di kembangkan oleh Abd al- Qahir al- Jurzani.
Objek kajian ilmu ma’a>ni> adalah kalimat-kalimat yang berbahasa arab meski bahasa
14
lain pun pastinya sama. Ilmu ini bertujuan untuk mengungkap kemukjijatan al-
berbentuk puisi maupun prosa. Objek kajian ilmu ma’a>ni> hampir sama dengan ilmu
nahwu. Kaidah-kaidah yang berlaku dan digunakan pada ilmu nahwu berlaku dan
digunakan pula dalam ilmu ma’a>ni>. Perbedaan antara keduanya terletak pada
wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad (berdiri sendiri) sedangkan ilmu
ma’a>ni> lebih bersifat tarkibi (dipengaruhi faktor lain). Sesuai dengan pernyataan
Hasan Tamam, bahwa tugas ilmu nahwu hanya membahas kalimah dalam suatu
kalimat tidak sampai melangkah pada kalimat yang lain. Kalam al-Arabi menjadi
salah satu bahan kajian ilmu ma’a>ni>. Dalam perkembangannya kala>m itu terbagi atas
Kalam dalam bidang ilmu ma’a>ni> terbagi menjadi dua yaitu kalam khabari>> dan
kalam insya>’i>. Perlu diperhatikan bahwa setiap kalam, baik kalam khabari> maupun
kalam insya>’i>, terdiri atas dua unsur asasi, yaitu mahku>m ‘alaih dan mahku>m bih.
Unsur pertama disebut sebagai musnad ilaih dan unsur kedua disebut sebagai
musnad. Sedangkan kata-kata selebihnya, di luar mudhaf ilaih dan shilah, disebut
sebagai qa>id.
orang yang benar atau dusta. Bila kalimat itu sesuai dengan kenyataan, maka
15
pembicaranya adalah benar; dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan kenyataan,
maka pembicaranya ialah dusta. Contohnya adalah pernyataan Abu Ishaq Al-Ghazi:
ّ
الىىدي ما لىال امخلث ؤبى الطُب#. مظامؼ الىاض مً مدح ابً حمدان
‚ Seandainya tidak ada Abuth- Thayyib Al-Kindi, maka tidak akan penuh
Pada contoh di atas Abu Ishaq Al-Ghazzi mengkisahkan bahwa Abu Ath-
Saifud – Daulah bin Hamdan. Untuk itu ia berkata, ‚Seandainya tidak ada Abu
seluruh kelebihannya seperti yang telah mereka ketahui sekarang.‛ Pernyataan ini
memungkinkan Al-Ghazzi berkata benar, atuapun berkata dusta. Dan ukuran benar
luar negeri sejak kemarin. Pernyataan itu bisa benar dan bisa salah, dengan itu kalam
16
Ragam Kala>m KhabarI
Ragam kala>m khabari> dibagi ke dalam tiga sesuai dengan kondisi mukhatab.
أ. Khaaliyudz-dzihni
Maknanya adalah hati mukha>tab bebas dari hukum yang terkandung di dalam
tanpa disertai adat tawki>d. Kala>m khabari> semacam ini disebut sebagai ibtida>’i>.
Contoh:
Pada contoh kalimat diatas, kondisi mukha>tab hatinya bebas dari hukum yang
b) Thalabi>
ketika mukha>tab ragu terhadap hukum dan ingin memperoleh suatu keyakinan
17
فترهذ ما ؤهىي إلاا ؤخش ى# إوى زؤًذ غىاهب الدهُا
sesungguhnya aku mengetahui seluruh akibat dunia. Karena itulah, maka aku
tinggalkan apa yang aku ingini mengingat apa yang aku takuti.
pada contoh diatas tergambar bahwa mukha>tab sedikit merasa ragu dan tampak
seperti ini baik sekali disampaikan kepadanya kalimat berita yang berkesan
meyakinkan dan menghilangkan keraguan. Oleh karena itu dalam contoh ini
Dalam kondisi demikian, kalimat wajib disertai penguat dengan satu penguat
atau lebih sesuai dengan frekuensi keinginannya. Kalimat yang demikian disebut
inka>ri>. Contoh:
Dalam kondisi seperti ini kalimat wajib disertai beberapa sarana penguat yang
18
mampu mengusir keingkaran mukha>tab dan menjadikannya menerima. Pemberian
penguat ini harus disesuaikan dengan frekuensi keingkarannya. Oleh karena itu,
kalimat pada contoh ini diperkuat dengan dua penguat, yaitu inna dan lam.
seperti:
Kala>m Insya>’i>
Kala>m insya>’i> adalah kalimat yang pembicaranya tidak dapat disebut sebagai
orang yang benar ataupun sebagai orang yang dusta. Contohnya adalah Fatwa Al-
Hasan r.a.:
19
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai
Dua contoh diatas adalah kala>m insya>’i> karena keduanya tidak mengandung
belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan. Oleh karena itu, kala>m insya>’i>
yang demikian disebut sebagai insya> thalabi> sedangkan contoh yang kedua tidak
bersoda atau kalimat alangkah cantiknya putri sang menteri. Dalam al-Qur’an
banyak ditemukan ungkapan misalnya: اكسؤ باطم زبً الري خلمatau ayat yang
berbunyi ووػم ؤجس الػاملين.
A. Insya>’ Thalabi>
20
B. Insya>’ Ghair Thalabi>
Kala>m Insya’ Ghair Thalabi> adalah kalimat yang tidak menghendaki terjadinya
sesuatu. Kalam jenis ini tidak menghendaki terjadinya sesuatu. Kalam jenis ini
banyak bentuknya, antara lain ta’ajjub ( kata untuk menyatakan pujian ), adz-dzamm
(kata untuk menyatakan celaan), qasam, kata-kata yang diawali dengan dengan
af’a>lur raja>, dan demikian pula kata-kata yang mengandung makna akad ( transaksi ).
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai
Beberapa kenis kalam insya>’ thalabi> yakni amar, nahyi dan tamanni.
Amar adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan dari pihak yang lebih
tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Amar mempunyai empat macam redaksi,
yaitu fi’il amar, fi’il mudhari’ yang didahului dengan lam amar, isim fi’il amar, dan
mashdar yang menggantikan fi’il amar. Kadang- kadang redaksi amar tidak
digunakan untuk maknanya yang asli, melainkan kepada makna lain. Hal ini dapat
21
diketahui melalui susunan kalimat. Definisi lain dari amar adalah ‚ هى ؤن ًطلب
‛اإلاخيلم مً املخاطب ؤداء فػل ما غلى طبُل الاطخػالء. Makna lain tersebut adalah
untuk irsyad (bimbingan), doa (permohonan), iltima>s (tawaran), tamanni> (harapan
dalam QS.Maryam: 12 yang berbunyi: )23 : خر الىخاب بلىة ( مسٍم artinya:
Qathari bin Al-Fuja>’ah menyatakan ‚ فما هُل# فطبرا فى مجاٌ اإلاىث ضبرا
‛الخلىد بمظخطاع maknanya ‚Bersabarlah dengan sesabar-sabarnya dalam hal
kematian, sebab meraih keabadiannya itu suatu yang tidak mungkin‛. Khalid bin
22
b. Nahyi (larangan)
disampaikan oleh seseorang kepada orang yang martabatnya lebih rendah. Redaksi
nahyi meliputi fi’il mudhari’ didahului dengan laa nahiyah. Adakalanya redaksi
nahyi keluar dari maknanya yang hakiki dan menunjukan makna lain yang dapat
dipahami dari susunan kalimat serta kondisi dan situasinya, seperti dengan tujuan
doa, iltima>s, tamanni>, irsya>d, taubah, tai-i>s (pesimistis), tahdi>d, dan tahqi>r
(penghinaan). Contoh dalam QS.al-an’am: 152 berbunyi: و ال جلسبىا ماٌ الُدُم إال
ً بالتي هي ؤحظartinya: ‚dan janganlah kau dekati harta anak yatim kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat‛. (QS.al-an’am: 152)‛.
Dalam QS. An-nuur:22 berbunyi: و ال ًإجل ؤولىا الفػل مىىم و الظػت ؤن
ًؤجىآ ؤولى اللسبى, artinya ‚Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan
dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi
23
c. Istifha>m
diketahui. Adatul istifha>m ( kata tanya ) itu banyak sekali, diantaranya adalah
hamzah dan hal. Contoh: ؤ ؤهذ اإلاظافس ؤم ؤخىن ؟artinya ‚Apakah kamu yang
telah bepergian atau saudaramu?‛. Contoh lain ‚ ‛هل ًىمى الجماد ؟artinya ‚Apakah
benda mati itu dapat berkembang?‛. Dan ‚ ‚ما الىسي ؟artinya ‚Apakah kantuk
itu?‛.
d. Tamanni>
keberhasilannya, baik karena memang perkara itu mustahil terjadi, atau mungkin
terjadi namun tidak dapat diharapkan tercapainya. Bila sesuatu yang menyenangkan
yang dipergunakan untuk tamanni> adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga
kata-kata hal, lau, dan la’alla atas dasar tujuan bala>ghah. Contohnya Ibnur-Rumi
berkata tentang bulan ramadhan ‚ ‛فلُذ اللُل فُهartinya ‚Maka alangkah baiknya
jika satu malam bulan ramadhan itu lamanya sebulan, sedangkan siangnya berjalan
ّ
secepat perjalanan awan‛. Dalam QS. Al-a’raf : 53 Allah berfirman: ‚ ًفهل لىا م
‛شفػأء فِشفػىا لىاartinya ‚maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan
memberi syafa’at bagi kami? (QS. Al-a’raf : 53)‛. Firman Allah dalam QS. Al-
24
Qashash:79: ‚…..كازون ‛ًلُذ لىا مثل مأ ؤوحي artinya: ‚Aduhai, seandainya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun. (QS. Al-Qashash:79)‛.
لػلىم جخلىن
لػلىم حشىسون
لػلىم جسشدون
e. Nida>’ (seruan)
huruf yang menggantikan lafaz ad’uu. Huruf- huruf nida> itu ada delapan : hamzah
()ء, ay ()ؤي, yaa ()ًا, aa ()آ, aay ()آي, ayaa ()ؤًا, hayaa ()هُا, dan waa ()وا. Hamzah
dan ay untuk memanggil munada yang dekat, sedangkan huruf nida’ yang lain
untuk memanggil munada yang juah. Adakalanya muna>da> yang jauh dianggap
sebagai muna>da> yang dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida>’ hamzah dan ay. Hal
ini merupakan isyarat atas dekatnya muna>da> dalam hati orang yang memanggilnya.
Adakalanya munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu dipanggil
dengan huruf nida’ selain hamzah dan ay. Hal ini sebagai petunjuk atas ketinggian
derajat muna>da>, atau kerendahan martabatnya, atau kelalain dan kebekuan hatinya.
Kadang-kadang nida>’ dapat menyimpang dari maknanya yang asli kepada makna
lain, dan hal ini dapat diketahui melalui beberapa qari>nah, seperti sebagai teguran,
25
Abu Nuwas: ‚هثرة
ّ ‛فللد غلمذ
ًا ز ّب ؤن غظمذ ذهىبي# بان غفىن ؤغظم
maknanya ‚Wahai Rabb-ku, seandainya dosa-dosaku sangat besar, maka
senandung:
ketika pada suatu saat kita bertemu dalam suatu pertemuan, wahai Jarir.
Dalam ilmu ma’a>ni> ada beberapa uslu>b diantaranya adalah al-I>>ja>z, al-Hadzf, al-
Qashr, at-Tikra>r, adz-Dzikr al-Kha>sh ba’d al-‘A>mm, al-I’tira>dh, al-Fashl baina al-
Al-Ija>z
لايجاز
ؤلاًجاش هى الخػبير غً ألافياز الىاطػت و اإلاػاوي الىثيرة بإكل غدد مً ألالفاظ
: وهى هىغان.
وٍيىن بحرف ولمت ؤو جملت ؤو ؤهثر مؼ جمام اإلاػنى (ؤي ال: ؤلاًجاش بالحرف.ؤ
ٌ و اطإ. ؤي في طبُل هللا. و جاهدوا في هللا حم جهاده: )مثل.ًخخل اإلاػنى
ُ ُ َّ َ َ َ ً ً
كال ْذ ؤوى ًَيىن ِلي. خللذ طلُلا ؤي خللً هللا طلُلا.اللسٍت ؤي ؤهل اللسٍت
26
ً َ َ َ َُ َ
غال ٌم َول ْم ًَ ْم َظ ْظ ِني َبش ٌس َول ْم ؤ ُن َب ِغ ًُّا )) (20طىزة مسٍم .ؤي لم ؤهً بغُا ،فلد
ً
حرفذ هىن الفػل جخفُفا .
ب .ؤلاًجاش باللطس :وٍيىن بخػمين الػبازاث اللطيرة مػاوي هثيرة مً غير حرف
ُ ْ َ ََُ ْ َْ ُ َ َ
.مثل :حػالى " :ؤال له الخلم وألامس " الػبازة جىضح مػاوي هثيرة جخػلم بالخالم و
غظمخه و كدزجه و وحداهِخه ....إلخ" .ولىم في اللطاص حُاة " الػبازة جىضح
مػاوي هثيرة مً جخىٍف لللاجل و حلً للدماء و شػىز باألمً وألامان ...إلخ.
كاٌ السطىٌ -ملسو هيلع هللا ىلص - :إذا لم حظخح فاضىؼ ما شئذ !! زواه البخازي.
وفي كىٌ السطىٌ -ملسو هيلع هللا ىلص ( -إذا لم حظخح فاضىؼ ما شئذ ) ،الىثير مً اإلاػاوي
التي ًحملها ذلً ألامس التهدًدي ،ومػىاه ؤهه إذا اهتزع الحُاء مً هفع ؤلاوظان
ً ً ً ً
فلد ٌػمد إلى غمل الفىاحش واإلاىىساث بإهىاغها ،طسا وجهسا ،كىال وغمال ،
ولىً الػاكل ًدزن ؤن وزاء هرا اللىٌ ما وزاءه مً تهدًد ووغُد ،فمً ًلدم
غلى ذلً ،فالحظاب ؤمامه والػلاب ًيخظسه .جاء في زطالت السطىٌ -ضلى
َ َ
هللا غلُه وطلم -إلى هظسي :ؤطلم ح ْظل ْم زواه البخازي .وفي كىٌ السطىٌ ؤطلم
حظلم غاًت ؤلاًجاش ،ومىخهى الاخخطاز ،فمػنى هاجين اليلمخين :اغسف ؤلاطالم
َّ ّ
وطلم ؤمسن َّلل ،باالهلُاد له بالطاغت والخلىص مً الشسن ، ،وادخل فُه ِ ،
فئن جحلم ذلً طلمذ هفظً مً الػراب وطلطاهً مً الانهُاز
القصر
هى جخطُظ ؤمس بإمس بئحدي طسق اللطس .وزهىاه ملطىز وملطىز غلُه .وله
ؤزبؼ طسق واآلحي:
27
ُ
الىسٍم) ،فلفظ الجاللت -2الىفي والاطخدثىاء ،هلىٌ الػسب (ال ًحب َ
هللا إال
(هللا) ملطىز ،وولمت (الىسٍم) ملطىز غلُه ،وهى ما بػد ؤداة الاطخثىاء.
-3الػطف بلفظ (بل) ؤو (لىً) ؤو (ال) .فئن وان الػطف بـ(ال) وان اإلالطىز
غلُه ملابال إلاا بػدها ،وإن وان الػطف بـ(لىً) و(بل) وان اإلالطىز غلُه
ما بػدهما ،هلىٌ الػسب (ضداكت الجاهل حػب بال زاحت) ،وهلىلهم (ال
ؤجُد الخطابت لىً الشػس) وكىلهم (ما وغؼ ؤلاحظان في غير مىغػه
غدال بل ظلم).
( -4إهما) ،وٍيىن اإلالطىز غلُه مؤخسا وجىبا ،هلىله حػالى (إهما اإلاؤمىىن
إخىة).5
6
-5جلدًم ما حله الخإخير ،هلىله حػالى (إًان وػبد وإًان وظخػين)
والقصرهوعان:
-2كطس ضفت غلى مىضىف كطسا حلُلُا ،هلىٌ الػسب (لم ًبن ألاهسام إال
اإلاطسٍىن) ،فلد كطسوا ضفت بىاء ألاهسام غلى اإلاطسٍين.
-3كطس مىضىف غلى ضفت كطسا إغافُا ،هلىٌ الػسب (ما اإلاخىبي إال
شاغس) ،كطسوا ضفت الشاغسٍت غلى اإلاخىبي.
28
Al-Tikra>r
الخىساز
"الخىساز" هي ظاهسة مىطُلُت ومػىىٍت جلخض ي ؤلاجُان بلفظ مخػلم بمػنى ،ثم
إغادة اللفظ مؼ مػنى آخس في هفع الىالم(ً .خحلم الخىساز غبر غدة ؤهىاع:
-2جىساز الحسف :وهى ًلخض ي جىساز حسوف بػُنها في الىالم ،مما ٌػطي ألالفاظ
التي جسد فيها جلً الحسوف ؤبػادا جىشف غً حالت الشاغس الىفظُت.
-3جىساز اللفظت :وهى جىساز بػُد اللفظت الىازدة في الىالم لغىاء داللت ألالفاظ،
وإهظابها كىة جاثيرًت.
-4جىساز الػبازة ؤو الجملت :وهى جىساز ٌػىع ألاهمُت التي ًىليها اإلاخيلم إلاػمىن
جلً الجمل اإلاىسزة باغخبازها مفخاحا لفهم اإلاػمىن الػام الري ًخىخاه اإلاخيلم .
وَظخدعي "الخىساز" الخاهُد والخرهير ؤي جىساز ألالفاظ التي جخدم اإلاىغىع هما
كاٌ ابً اثير" :اغلم ؤن في اللسآن مىسزا الفائدة في جىسٍسه ،فان زؤًذ شِئا مً حُث
الظاهس ،فإوػم هظسن فُه ،فإهظس غلى طىابله ولىاحله.
29
Dzikr al-Kha>sh ba’d al-‘A>mm dan Kebalikannya
diikuti yang lebih khuusus tujuannya untuk memberi penekanan atau menonjolkan
al-I’tira>dh
24:
ْ ُ ُ ْ ُ َّ َ ُ ُ َ َّ َ َّ ُ َّ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َّ َ
اس َوال ِح َجا َرة ۖ أ ِع َّدت فاتقوا الىارال ِتي وقودها الى- َولن تف َعلوا- ف ِإن ل ْم تف َعلوا
َ َْ
(12( ِللكا ِف ِرين
al-Fashl baina al-Jumlatain artinya ada dua kalimat yang antara keduanya
tidak dihubungkan dengan huruf ‘athaf waw. Kalimat kedua fungsinya menjelaskan
makna kalimat pertama. Sebagaimana dalam firman Allah Swt. QS. Tha>ha>: 120:
30
)231 كاٌ ًا آدم هل ؤدلً غلى شجسة الخلد (طه/ فىطىض إلُه الشُطان
Kalimat kedua merupakan penjelas bagi kalimat pertama.
al-Iltifa>t.
Adalah mengalihkan perhatian mukhatab dari satu ke yang lain missal dari
kata ganti orang pertama menjadi kata ganti orang kedua atau ketiga dan sebaliknya.
5. Rangkuman
Kajian ma’a>ni> terdiri dari konsep dan uslub ma’a>ni>, uslub yang dimaksud dan
paling penting diantaranya adalah al- Ija>z, al-Hadzf, al- Qashr, at-Tikra>r, adz-Dzikr
6. Tugas
dari aspek kala>m insya>I dan kalam khabari>, al-Ija>z, al-Hadzf, al-Qashr, al-Tikra>r,
Dzikr al-Kha>sh ba’d al-‘A>mm, al-I’tira>dh, al-Fashl baina al-Jumlatain dan al-Iltifa>t.
31
7. Tes Formatif
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan al-Fashl baina al-Jumlatain dan al-Iltifa>t!
32
KB.3
ILMU BAYA>N
bahasa Arab
3. Pokok-Pokok Materi
b. Uslu>b-uslu>b baya>n
4. Uraian Materi
Bahasan mengenai ilmu baya>n terdiri dari konsep ilmu baya>n dan uslu>b-uslu>b
33
4.A. Konsep Ilmu Bayan
konteks ilmu bala>ghah, ilmu baya>n adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
Adapun menurut Imam Akdhari ilmu baya>n bermakna ilmu yang mempelajari tata
berbeda-beda penjelasannya.
الػلم الري ٌػسف به بًساد اإلاػنى الىاخد بؿسم مسخلكت في: البُان في اضؿالح قهى
.وغىح الداللت غلُه
‚Ilmu untuk mengetahui cara menyampaikan tujuan makna dengan bahasa yang
berbeda‛
Ilmu baya>n pertama kali dikembangkan oleh Abu Ubaidah ibn al-Matsa>ni> (211
H). Sebagai dasar pengembangan ilmu ini, ia menulis sebuah kitab dengan judul
Maja>z Al-Qur’á>n. Kemudian setelahnya muncul tokoh terkemuka dalam ilmu baya>n
ini, yaitu: Abd al-Qa>hir al-Jurza>ni>. Ilmu ini terus berkembang dan disempurnakan
oleh para ulama berikutnya, seperti: al-Ja>hizh ibn Mu’ta>z, Qudda>mah, dan Abu Hila>l
al-‘Askari>. Sampai kini ilmu ini sudah matang dalam kajian kebahasaaraban.
34
At-Tasybi>h ()الدشبيه
Tasybi>h merupakan salah satu dari lima bidang kajian dalam ilmu baya>n.
‘penyerupaan’. Ia juga merupakan penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal
memiliki kesamaan sifat dengan hal lain. Adapun tasybi>h menurut pakar ilmu baya>n
adalah suatu istilah yang di dalamnya terdapat penyerupaan atau perserikatan antara
dua perkara (musyabbah dan musyabbah bih), persamaan tersebut terjadi pada suatu
makna (wajhu syibah) dan dengan menggunakan sebuah alat (ada>t tasybi>h). Dalam
ْ َ ُْْ َ ْ ُ ََ
أث ِفي ال َب ْد ِس
ِ يهىله حػالى (وله الج َى ِاز اإلايش،هى بلحام ؤمس بإمس في وضل بإداة
َ َْ َ
والٍاف في ًلمت، وًلمت (ألاغالم) مشبه به، قٍلمت (الجىاز اإلايشأث) مشبه،1)ًاْل ْغال ِم
.(ًاْلغالم) ؤداة الدشبُه
Rukun Tasybi>h ( )ؤزًان الدشبُهterdiri dari empat sebagai berikut:
2. Musyabbah bih ()اإلاشبه به, yaitu sesuatu yang diserupai. Kedua unsur ini
3. Wajhu syibbah ()وحه الشبه, yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu.
4. Ada>t tasybi>h ()ؤداة الدشبُه, yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk
menyatakan penyerupaan.
1
.42 آلاًت:ًطىزة السخم
35
َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُّ ُ َّ َ َ ْ َ َّ ُ
ان ؤ ْط َى َد الؿ ُْل َظ ِانً زب لُ ٍل ًإهه الطبه ِفي الحظ ًِ و ِبن
‚Sering kali malam itu indah bagaikan pagi meskipun sehitam toga.‛
َ ْ ْ ْ َ ْ َ ًّ ُ ُ ْ َّ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َْ
ع غلىا و البد ِز ِفي ؤلاشس ِام ِ ؤهذ ًالبد ِس ِفي الظماخ ِت و الشم
‚Kelapanganmu bagaikan lautan, ketinggianmu bagaikan matahari, dan cahaya
َ َ ُ َ َ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َّ ُ ْ ُ ْ ُ ْ
ل ؤو ًالؿُ ِل لِع له ِبنامه
ِ ُالػمس ِمشل الػ
‚Umur itu bagaikan tamu atau mimpi, tidak memiliki kepastian.‛
Lautan, Kelapangan,
bulan. cahaya.
Tidak
Tamu atau
3 Umur ى/مشل memiliki
mimpi
kepastian
Jenis-jenis Tasybih bias dilihat dari ada>t tasybi>h dan wajh syibh, sebagai
berikut:
36
1) Dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat tashbih.
َْ َ ََ
1.a). Tasybi>h mursal adalah tasybi>h yang disebut adat tasybi>h-nya. Contoh: ؤها ًاإلا ِاء
َ ُ ْ َ
ض َك ًاء َو ِاذا َما َس ِخؿ ُذ ي ْى ُذ ل ِه ُْ ًبا
َ ب ْن َزغ ِْ ُذmaknanya ‚Bila aku rela, maka aku
ِ ِ
setenang air yang jernih; dan bila aku marah, maka aku sepanas api menyala.‛
1.b). Tasybi>h Mu’akkad adalah tasybi>h yang dibuang adat tasybi>h-nya. Contoh:
ٌ َ ُّ ْ َ َ ْ ٌم
اؾل ز سب ت غسالظ يف ُ ْال َج َىartinya ‚Kecepatan kuda balap itu bagaikan kilat
اد
ِ ِ ِ
ُ ُُْ ْ َ ْ َْ َ َ َ َ ْ ٌ ْ َ َ َْ
yang menyambar.‛ Dan contoh lain ‚ اء ججخ ِلَُ الػُىن ُ غو ت ػق
ٍ ِ ٍ ِ ِز يف م ج ه ؤهذ
َ ً َ
‛ش ْسنا َو ؾ ْسًباartinya ‚ Kedudukanmu yang tinggi dan kemasyhuranmu bagaikan
bintang yang tinggi lagi bercahaya. Semua mata, baik di belahan timur maupun
barat, menatap ke arahmu.‛
37
3. Tasybi>h Bali>gh
Tasybi>h bali>gh adalah tasybi>h yang dibuang adat tasybi>h-nya dan wajhu syibh-
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُّ َ َ ْ ُ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ُّ َ ْ ْ َ
السَبا َو اه َذ الؿ َم ُام ؤًً ؤشمػذ ؤيهاذا الهمام؟ هدً هبذ
‚Ke manakah Tuan hendak menuju, wahai raja yang pemurah? Kami adalah tumbuh-
َّ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ َ ْ ٌ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ّ
ل َغ َى ٌماليشس ِمظَ و الىحىه دها ِهحر و اؾساف ألاي ِ
‚Baunya yang semerbak itu bak minyak kesturi, wajah-wajahnya yang berkilauan
al-Isti’a>rah
الاسخعازة
ُ
اطخػسث مً الاطخػازة لؿت زقؼ الش يء وجدىٍله مً مٍان بلى آزسً ،إن ًُهاُ:
ً ً
غسقها يشحر مً ألادباء اضؿالخا ،قهد ّ خى ُلخه مً ًده بلى ًديّ ،ؤما
شِئا ،ؤي َّ قالن
ّ ّ
وًل ؤنىالهم في ما ًخػلو قيها جخلخظ في َّؤنها اطخػماُ والبلؿاءً ،الجاخظ والجسحاويّ ،
ُّ
الخىطؼ في الكٌسة، ًلمت ،ؤو مػنى لؿحر ما ُو ِغػذ به ،ؤو حاءث له لشبه بُنهما؛ بهدف
ً ّ ّ ؤو هي حشبُه ُخرف ُ
الحجاج" :بوي ؤزي زئوطا ند ؤًىػذ وخان ؤخد ؤزًاهه ،يهىُ ِ
ُ
والهؿاف للىباث ولِع لإلوظان ،وند ُخ ِرف هىا ِنؿاقها"؛ بذ حظخسدم ًلمخا ؤًىػذِ ،
َّ
شبه به وهى الش َمس.اإلاُ َّ
ؤزًان الاطخػازة
38
َ
الاطخػازة هىع مً املجاش اللؿى ّي ،وهرا الىىع قُه مشابهت بحن اإلاػنى الحهُهي،
وجخٍىن الاطخػازة مما ًإحي: ّ واإلاػنى املجاشي،
ُ َّ ً ُ َ
-1اإلاظخػاز مىه :مػنى ألاضل الري وغػذ له الػبازة ؤوال ،وهى اإلاشبه به .
ُ
َّ ً ُ َ ُ
-4اإلاظخػاز له :مػنى الكسع الري لم جىغؼ له الػبازة ؤوال وهى اإلاشبه .
َّ َ ُ َّ ُ َّ َ ُ
-3اإلاظخػاز :ؤي اللكظ اإلاىهىُ بحن اإلاشبه واإلاشبه به ،ؤو هى وحه الشبه .
وإما ّ
خالُت لكظُتّ ، ّ الحهُهي ،وهي ّبما
ّ -2الهسٍىت :هي التي جمىؼ مً بزادة اإلاػنى
ُ
ها.....ؤبطسث َّ
ًل ؤوشبذ ؤظكا َز الهرلي( :وإذا اإلاَى ُّت َ ّ ُج ّبحن الحاُ .ومشاُ ذلَ نىُ
ِ
شبه شبه اإلاَ ِى ُّت بدُىان ُمكترض له ؤظاقس ،وند ُخ ِرف اإلاُ َّ جىكؼ ).قهد ّ جمُمت ال ُ
ِ
ُ
للم ِى ُّت .ومً ؤشهس ما ذيس في الاطخػازة مً به هىا ،والهسٍىت بزباث ألاظاقس َ
ُ ُ َ َ َ َ َّ ُ َ
ؤض ش ًِبا) ]11[.قاإلاظخػاز مىه هى الىاز ،واإلاظخػاز الهسآن الٌسٍم( :واشخػل الس
ُ له هى َّ
الشِب ،واإلاظخػاز هى قػل الاشخػاُ.
ؤضل الاطخػازة ًاهذ الػسب حظخػحر الٍلمت قخػػها في مٍان ًلمت ؤزسي حشبهها،
ً بُؼ ٌ طببا لها ،يهىُ الػسبَ :
ؤضابىا ز ٌ ً ً
بايس؛ بذا ؤمؿسث بايسا في ًإن جٍىن حصءا منها ،ؤو
خهُهي ،وبُان مشترى بحن اإلاظخػاز ،واإلاظخػاز ّ ولٍل اطخػازة مػنى قطل السبُؼّ ]13[.
ِ
كهم بال باالطخػازة. له ال ًُ َ
أهىاع الاسخعازة
وجم بها بُان بإنها خظىت؛ بذا يثرث قيها ؤطالُب البالؾتّ ، جىضل الاطخػازة َّ
َ
وجىضل بالهبذ؛ بذا زلذ مً ؤطالُب البالؾت ،ومشاُ َ اإلاػنى بىحىه ال ّ
جخم بالحهُهت،
ٌ ٌ قإهكرا ،والخػبحر ( َ
ذلَ نىُ الشاغس :ؤًا َمً مى نلبي بظهم َ
ؤهكرا) اطخػازة خظىت؛ إلاا ٍ ز
ً
قيها مً بالؾت في وضل الظسغت ،وطهىلت الىكاذ ،ويرلَ ألامس لى ناُ( :قإضابا) مشال؛
ً
مشال( :قإدزال) ،لٍاهذ اطخػازة نبُدت؛ َّ
ْلنها ال لبالؾت جدهُو ؤلاضابت ،ؤما لى ناُ
39
هظم الاطخػازة مً خُث ذيس ؤخد جدهو البالؾت في وضل الظهىلت والظسغتُ .ج َ ّ
ِ
ؤؾساقها بلى:
شبه به ،ؤو ما ض ّسح قيها بلكظ اإلاُ َّ جطسٍدُت :وهي ما ُذيس قيها ،ؤو ُ ّ ؤ -اطخػازة
َ ِ
لىاه ب َل َ
َُ خاب ؤ َهص ُ شبه ،ومشاله نىُ هللا حػالى(ِ :ي ٌ للم َّ
شبه به ُ اطخػحر قيها لكظ اإلاُ َّ ُ
ِ
ُّ ُ
ػملذ ًلمخا الظلماث الىىز) ]1١[.وند ُ
اطخ الظ ُلماث ب َلى ُّ َ ّ َ َ ُّ
سسج الىاض ِمً
ِ ِ ِ ِ ِلخ ِ
بدال مىه اإلاُ َّ ً شبه ُ الػالُ والىىز ،وند ُخ ِرف اإلاُ َّ ّ
والىىز ،لخدال غلى ّ
شبه واطخ ِػحر
خالُت جكهم مً
ّ ُ ّ
جطسٍدُت ،والهسٍىت ض ّ ِسح به قهي اطخػازة شبه ُ وْلن اإلاُ َّ
له؛ ّ
ُ
اإلاػنى ،ويهىُ اإلاخىبي ًَ ِطل طُل الدولت( :وؤنبل ًمش ي في البظاؽ قما
اطخ ِػحر لكظا البدس والبدز، دزي......بلى البدس ٌظعى ؤم بلى البدز ًسجهي) .وند ُ
ّ
لُدال غلى يسم طُل الدولت ،وزقػخه .
شبه به ،ؤو اإلاظخػاز مىه ،و ُز ِمص له مٌىُت :وهي التي ُخ ِرف قيها اإلاُ َّ ب -اطخػازة ّ
اعي( :ال حعجبي ًا طلم مً بش يء مً لىاشمه[ ،]1١يهىُ الشاغس الخص ّ
حل..........ضحَ اإلاَشِب بسؤطه قبٍى) .قهد ُش ّبه اإلاَشِب وهى َّ
الشِب بةوظان ِ ز
ُ
اإلاشبه به ؤلاوظان) ،و ُز ِمص بلُه بإمس ّ ًطحَ ،وند ُخ ِرف اإلاظخػاز مىه (وهى
َ َ َ َ َّ ُ َ
ؤض ش ًِبا)[]1١ مً لىاشم ؤلاوظان وهى الطحَ .ويهىُ هللا حػالى( :واشخػل الس
شبه به ،و ُز ِمص بلُه بش يء مً لىاشمه وهى وخ ِرف اإلاُ ّقهد ُش ّبه السؤض بالىنىدُ ،
ِ
َّ ُ ُ
الاشخػاُ ،قاإلاظخػاز مىه هى الىاز ،واإلاظخػاز له الشِب ،واإلاػنى الري ًجمؼ
اهبظاؽ الىاز . بُنهما هى ِ
ً ّ
ًهظم البلؿاء الاطخػازة ؤًػا مً خُث لكظها بلى:ِ
ً ً ُ
ؤضلُت :ؤي ؤن ًٍىن اللكظ اإلاظخػاز اطما حامدا ؾحر ُم ّ ّ
شخو ،مشل نىُ ؤ -اطخػازة
ُ َ َّ َ
بىاب ْه ).قهد ش ِّبه الدهس بدُىان َّ
الشاغس( :غػىا الدهس بىابه.....لُذ ما خل ِ
40
الػؼ ،والدهس اطم ّ شبه به و ُز ِمص بلُه بش يء مً لىاشمه وهى ُمكترض ،زم ُخ ِرف اإلاُ َّ
ِ
حامد .
ً ًّ ً ُ ب -اطخػازة ّ
مشخها ،ؤو قػال مشل نىُ هللا جبػُت :وهي ؤن ًٍىن اللكظ اإلاظخػاز اطما
ػ ُب) ]4٢[.قلكظت طٌذ مظخػازة ،وهي بدُ ًلمت الؿ َ َ حػالى(َ :و َإلاّا َط ٌَ َذ َغً َ
مىس ى
شبه به وهى ؤلاوظان ،وند ُز ِمص بلُه اهخهى ،وند ُش ّبه الؿػب بةوظان ،زم ُخ ِرف اإلاُ َّ
ِ
بش يء مً لىاشمه وهى الظٍىث .
شبه به:- هظم الاطخػازة مً خُث ؾسقيها باغخباز اإلاُال ِئم -ؤي ش يء ًالئم اإلاُ َّ ُج َ
ُ ؤ -الاطخػازة اإلاُسشحت :وهي ما ُذ ِيس مػها مالئم اإلاُ َّ
الم ُُطخػاز مىه ،واإلاالئم شبه به ،ؤي ُ
حس غلى شبه به ،ومشاُ ذلَ نىُ الشاغس( :بذا ما الدهس ّ ش يء ًالئم اإلاُ َّ
ؤهاض.....يالًله ؤهار بأزسٍىا) .ومػنى البِذ َّؤن غادة الدهس جٌدًس الػِش غلى
شبه الدهس َ ؤهاطا بإذي ،زم ًيخهل لُطِب آزسًٍ ،وند ّ ً
بجمل بال الىاض ،قُطِب
الطدز ،والهسٍىت هي شبه به (الجمل) ،وؤشاز بلُه بلكظ يالًل ،وَػني َّ ّؤهه خرف اإلاُ َّ
بزباث الٌالًل للدهس .
ُ جسدة :وهي ما ُذيس مػها مالئم اإلاُ َّ امل َّ ُ
شبه ؤي اإلاظخػاز له ،وغلى طبُل ب -الاطخػازة
ُ ً َ
اإلاشاُ ،ن ْىُ" :زخم هللا امسءا ؤلجم هكظه بةبػادها غً شهىاتها" ،خُث ش ِ ّبهذ
وخ ِرف لكظ الجىاد ،و ُز ِمص بلُه بش يء مً لىاشمه وهى ٌبذُ ، الىكع بجىاد ًُ َ
ؤلالجام .
ً شبه واإلاُ َّ
ث -الاطخػازة اإلاُؿلهت :وهي التي زلذ مً مالئماث اإلاُ َّ َ
شبه به ،ؤو هي ؤًػا ما
ً شبه واإلاُ َّ
ُذ ِيس مػها مالئماث اإلاُ َّ
شبه به مػا ،ومشاُ ما زلذ مً اإلاالئماث نىُ اإلاخىبي:
َ (ًا بدز ًا بدس ًا ؾمامت ًا......لُث الشسي ًا ِخمام ًا زحل) .واإلاُ َّ
شبه هىا اإلامدوح،
ي ٌّ َّ ُ
والحمام ،والهسٍىت هي ِ ، الشس ولُث ت، والؿمام والبدس، البدز، مً ًل به ه شب واإلا
ُ َ ُ ّ ُ َّ ُ َّ ّ
الىداء ،وهي زالُت مً ما ًالئم اإلاشبه واإلاشبه به؛ ولرلَ ط ِمُذ باإلاؿلهت .
كسدةُ ،وم َّسيبت ،وفي ما ًإحي بُان ّ ؤًػا بلى ُم ًَ ُج َ
لٍل منهما: ٍ هظم الاطخػازة
41
ّ ً ً ُ ؤ .الاطخػازة اإلاُ َ
الخطسٍدُت كسدة :هي التي ًٍىن اإلاظخػاز قيها لكظا مكسداً ،االطخػازة
ّ
واإلاٌىُت .
لكظاُ ،وح َّ ً ً ُ ُ َّ
ظمى ب .الاطخػازة اإلاسيبت :وهي التي ًٍىن اإلاظخػاز قيها جسيُبا ولِع
شابهت مؼ اطخػمل في ؾحر مىغػه؛ لػالنت اإلاُ َ الخمشُلُت ،وهي جسيُب ُ
ّ باالطخػازة
ِ
الدز ؤمام ألاضلي ،ومشاُ ذلَ نىُ" :ال جىثر ّ ّ نسٍىت ماوػت مً جدهُو اإلاػنى
ّ ّ الحهُهي هىا هى ّ
الدز ؤمام الخىاشٍس ،بال ؤهه ًُهاُ الىهي غً هثر ّ ّ الخىاشٍس!" ،واإلاػنى
الىصح ًهدم ُّ ًإزر بها .وهىا ُش ّبه مً ّ ُ
ًكهمها ،ؤو الًهدم الىطُدت إلاً ال ُ مجا ًا إلاً ّ
ِ ِ ِ ش
ّ
الدز ؤمام الخىاشٍس؛ بذ بن ًليهما ال ًيخكؼ إلاً ال ًكهمه ،ؤو ال ٌػمل به ،بمً ًىثر ّ
الحهُهي ّ ّ ُ
خالُت بالش يء الشمحن الري ؤ ِلهي بلُه ،والهسٍىت التي جمىؼ مً بزادة اإلاػنى
كهم مً طُام الٌالم . ُج َ
خصائص الاسخعازة
ً ً
مػنى يشحرا الاطخػازة ضكت مً ضكاث البالؾت ،وقطاخت الهىُ ،قهي حػؿي
ّ
بلكظ ٌظحر ،ومً زطائطها الدصخُظ ،وججظُد اإلاػنى ،وبث الحُاة في الجماد،
ً
وجهسٍب اإلاػنى ،وإبساشه ؤًػا.
ّ
ألاطاطُت التي هطد بةحساء الاطخػازة جدلُلها بلى غىاضسها بحساء الاطخػازة ًُ َ
شبه ،واإلاُ َّ ًل مً اإلاُ َّ جخإلل منها ،وَشمل الخدلُل حػُحن ّ ّ
شبه به في الاطخػازة ،ووحه ِ
ُ
شبه واإلا َّ ُ
الشبه ،ؤو الطكت التي ججمؼ بحن ؾسفي الدشبُه (اإلا َّ َّ
شبه به) ،وهىع الاطخػازة،
كهمخالُت ُج َ
لكظُت ،ؤو ّ الحهُهي ،وًىنها ّ ّ ويرلَ هىع الهسٍىت التي جمىؼ مً بزادة اإلاػنى
ًىضح غىاضس الاطخػازة؛ بذ ًهىُ ابً اإلاُػتزُ :
(ح ِمؼ مً طُام الٌالم ،واإلاشاُ آلاحي ّ
ِ
الحو لىا في بمام ......نخل البسل وؤخُا الظماخا )وفي البِذ اطخػازجان :ألاولى في نخل ّ
شبه به)ً ،جمؼ شبه) ،بالهخل (وهى اإلاُ َّ ًل مظاهس البسل (وهي اإلاُ َّ البسل؛ خُث ُش ّبهذ ُّ
ِ
ُ ّ
جطسٍدُت؛ خُث بن اإلا َّ ّ بُنهما ّ
شبه به وهى الصواُ ،ؤما الهسٍىت قهي البسل ،والاطخػازة
42
ُ
طس ٌح بهّ .ؤما الاطخػازة الشاهُت قكي غبازة "ؤخُا الظماخا"؛ خُث ش ِّبه ججدًد الهخلُ ،م َّ
شبه به) ،لىحه الشبه في شبه) ،باإلخُاء الري هى (اإلاُ َّ
ما جالش ى مً غادة الٌسم (وهى اإلاُ َّ
شبه به وهى ؤلاخُاء وْلن اإلاُ َّ
لكظُت في ًلمت الظماخا؛ ّ ّ ؤلاًجاد بػد الػدم ،والهسٍىت
ّ
جطسٍدُت. طسح به ،قاالطخػازةُم َّ
َ ُ ّ الكسم بحن الدشبُه والاطخػازة ال ٌُ َ
ظخسدم له في ظخػمل الدشبُه بال لؿسغه اإلا
ًخؿحر غً خهُهت مػىاهّ ،ؤما الاطخػازة ،قهي حػلُو الػبازة غلى ؾحر ما ؤضل اللؿت ،قال ّ
جخػمً مػنى الدشبُه ،بِىما لِع ّ ًل اطخػازةقةن ُّوغػذ له في ؤضل اللؿت؛ لرلَ ّ
ِ
ًل حشبُه اطخػازة. ُّ
al-Maja>z al-Mursal
ُ ُ
املسسل املجاش
ض ّلي لػالنت ؾحر اإلاشابهت َمؼَ ْ َ اط ُخ ْػم َل ْذ في َؾ ْحر َ ًلمت ْ ٌ ُ ا ُ
ِ ٍ ِ ألا ػىاها م ِ اإلاسطل هى ملجاش
َ َّ َّ ُ َّ َّ ُ ُ َ ألاض ّ ْ َ اإلاػنى ْ نسٍىت ماوػت مً ب ادة َ
لي .و ِمً غالناث املجاش اإلا ْسطل :الظببُت -اإلاظببُت - ِ ٍ ِز ِ ٍ
َّ ُ ّ ُ ََ ُّ ُ َ َّ ُ ْ َ ُ ُ ُ
الحالُت. اغخباز ما ًٍىن -املح ِلُت ِ - الجصئُت -الٍلُت -اغخباز ما ًان -
ْ ً
الظ َماء ِزشنا َو َما ﴿ه َى َّال ِري ًُس ٌٍُ ْم َآًا ِج ِه َو ٍُ َج ّز ُُ َل ٌُم ّم ًَ َّ هللا َ -ح َػ َالى ُ :- مشاله نىُ ُ
ِ ِ ِ
ُ ً ََ َ ُّ ُ َ َ َّ ًَ َخ َر َّي ُس ب َّال َمً ًُ ِى ُ
ماء غلى ِغب ِاد ِه خهُهت؟ السشم ِؤم َ ِب﴾ َما الري ًُ ِجزله -ح َػالى ِ -مً الظ ِ
َّ
ِ
ُ َ ْ ُ َّ َّ َ َ ً ْ ُ َ ََ َ ُ َْ َ َ
آلاًت والؿُث؟ هدً وػلم ؤن الظماء ال اإلارًىز ِفي ِ ِ الؿُث؟ وما الػالنت بحن لك ِظ "زشنا"
هللا ًٌُس ُم َ بإن َ ووػلم َّ َّ ً َ ُ ُ َ َ َ ً ً َ ُج ُ
الؿُث ِم ًَ ِ اُ ِ ص بةه غباد ُ
ه ِ
ُ ، اام ػ ؾ س مؿ
ِ ج وال , ت قػ وال مؿس ذهبا
شم الس ُ ًان ّ الظماء .وإلاَّا َ
ِ لكظ "زش ًنا" ُه َى اإلاَ ُاء اإلانهم ُس م ًَ َّ ِ
ىد -بذن -م ْ
ً ط ُ الظماء ،قاإلاه ُ َّ
ِ ِ ِ ِ
َ ُ ّ َ َّ َ َ َّ ً
بُنه َما غالنت الػالنت ُ ًاهذ
سشمِ ، ِ الِ ي فِ
ٌ
طبب ُث الؿ ؤن ى مػن بِ ،الؿُثِ غًمظب ِبا
هى َم َج ٌاش ُم َ الظ َبب َ لُدُ َغلى َّ َ اإلاظب ُب َّ واملجاش الري ًُري ُس قُه َّ َ َّ ُ َّ ّ
سط ٌل ِ ِ بب،اإلاظب ِب بالظ ِ
ُُ َ ُ
اإلاظ َّب َّبُت. غالنخه
43
َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
نبت" ِفي ًلمت "ز ٍ ﴿و َمً ن َخ َل ُم ْا ِم ًىا زؿ ًئا ق َخ ْد ِس ٍُس َزن َب ٍت ُّم ْا ِم َى ٍت﴾ بن ًهى ُُ -ح َػالى :-
ٌّ َّ َ َ الظهل ْؤن َه َ ؤلاوظ ُ
قةهه ال آلاًت مجاشي، ِ ي ف ِ ها اطخػمال كه َم َّؤن ان ،وم ًَ َّ
ِ
آلاًت ًُ َس ُاد ب َها َ
ِ ِ
َ ْ َ َ َ ُ َ ْ ُ
ؤلاوظان ِ ولِع بُن َها َوبحن حصء ِمً ؤلاوظان وجسى الباقيَ ,
ِ ِ جدسٍس ٍ َ ًمًٌ ؤن ًٍىن اإلاهطىد
حصء م ًْ َح َ َ َ َ َ َّ َّ َ مشاب َهتَ ,قال َّبد م ًْ ُ
ؤلاوظان ِ د ِ ظ ِ نبت ٌ الس بن ؟ ي ه ِ ا م ق , ي ؤزس غالنت
ٍ ىد ِ وح ِ ؤي َ ٍ ُّ
َّ ُ الػالنت َ َ
اُِ :ب َّن لَ ًُ َه ُ الٍل ,ول َر َ ُ ُ َ يبحر قُهُ ،قإ َ ٌ َ
الجصئُت. هىا الجصء وؤ ِزٍد ُّ ِ ؾلو ول َها شإن ٌ ِ
الحهُهي واإلاَ َ الجصئُت َب ْح َن اإلاَ َ َ َ َّ
ػنى ّ ػنى َّ اللت َغلى الػالن ِت الٌسٍمت ِفي الد ِ ِ آلاًت
ومشل ِ ُ
َ ً ؤط َدي ُله َّ دد ُر َغ ًْ َشخظ ْ املجاش ّي نى ُُ الشاغسَ ًَ 2خ َّ
قهاب َل مػسوق ُه مػسوقا َ اغس الش ُ
ٍ ِ
مخه هظمَ غل ُ ُ َ ّ ْ ََ. َّ ّ ََ َ َّ ََ ُ ُ َ ُ َّ
طاغده زماوي ويم ىم قلما اشخد ِ بالجحىد والػد ِاء :ؤغ ِلمه السماًت ًل ً ٍ ِ
َ ْ
ػلم َّؤن الهاق َُت ُجؿ ُ َ َ ً َ
ألازحر ِم ًَ ِ الجصء
ِ لو َغلى ِ ويما و ُ ناُ ناقُت هجاوي َ الهىافي قلما َ
َ ْ ػنى ل َلكظت َ الشاغ َس ْ ُ ْ َ َ َ َ ًهي َّؤن َّ ّ
الها ِق َُ ِت ،بذ َّبن هظ َم لم ً ِسد هرا اإلا ِ ِ ِ الب ِد ّ الشػس ,وم ًَ َ
بِذ ِ ِ ِ ِ
بالبِذ ؤو َ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ
الش َ َّ ُ ّ
ؤيثر ِ بالهاقُت وخدها ،بل ِ ؾحر ِه ،ال ًٍىن ػس وما ٌػبر غىه ِمً ِهج ٍاء ؤو ِ ِ ِ
َ َّ ً ً َ َّ ّ
مؼ َّؤن لكظت ؤيثر م ًَ الشػسْ ،
ِ بلكظت "ناقُت" بِخا ؤو َ ِ ِ اغ ُس ؤ َز َاد هىا ػس ،قالش ِ الش ِ ِمً ِ
َ
ً ْ ُ ً َّ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ً َ َ ُ ُّ َّ َ َ
اإلارًىز "ناقُت" ِ لكظ ِ ال ن ح ب ت ن ال الػ قةن ، بذا ، ه ى م ِ ِ ِ حر ألاز الجصء
ِ ى ل "ناقُت" ال جدُ بال غ
ُ َّ ُ َّ ُ َ ُ ّ َ َ
الجصء لُدل َىا قُه بالٍل ,واملجاش الري ًري ُس ِ ّ
الجصء ِ ِ "الش ْػس" ِه َي غالنت واإلاػنى اإلاس ِاد ِ
الجصئُت.
ُّ
مسطل غالن ُخ ُه
ٌ َ
الٍل ُه َى َم َج ٌاش َغ َلى ّ
َ ِ
َ ُ
﴿وإوي ًل َما َد َغ ْى ُت ُه ْم لخؿك َس ل ُه ْم َح َػلىا ؤ َ َ ْ َ َّ ُ ّ َ َ َ ُ
ض ِاب َػ ُه ْم ِفي آذ ِان ِه ْم ِ ِ ًهىُ -حػالى ِ ِ :-
َ
ىغ ُؼ اطخ ٌْ َبا ًزا﴾ َه ْى ُظ ُس في نىله َ -ح َػ َالى َ ,-ق َهل َما ًُ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ََ َ َ ْ َ َْ
ِ ِِ واطخؿشىا ِزُاب ُه ْم وؤض ُّسوا واطخٌب ُروا ِ
َ َّ َ َ ؤلاضبؼ ًُّل َها؟ الَّ , ُ
ضبػ ُه ًل َها ِفي ػ َؼ ِب ظخؿُؼ ْؤن ًَ َ ُ ؤلاوظان ال ٌَ ْلن ُ ِفي ألاذ ِن َلِ ُظ َّد َها ُه َى
ْ ُ ُ ألا َهام ُل ,ول َه َرا ههى َُُّ : ً َ َ َ ُؤذههَ ،
ؾلهذ وؤز ٍَد الٌسٍمت ؤ
ِ آلاًت
ِ ي ف ِ
َ
ألاضابؼ بن ِ ِ ي وه
ِ ا منه بػػا ل ْ ب ِِ
َّ َ َ قُه ُّ َ ُ َّ ُ َ َ حصء وألاضاب ُؼ ٌّ ؤؾساق َها ,وألاؾساف ٌ ُ ُ
الجصءِ الٍل لُدُ غلى ًل ,واملجاش الري ًري ُس ِ ِ
َ َ َ ٌ َ َُْ النخ ُه َّ مسطل َغ ُ هى ٌ
ؤزسي هري ُس ِم ْن َها نىله -ح َػالى الٌسٍمت آًاث ِ آلاًت
ومشل ِ الٍلُتُ . ٌ مجاش َ
ُ َ َ ُ َ َّ ُ َ َّ َ ُ َ ْ َ ْ َ
َ
الجصء ؾلو الٍ َّل "ألاًدي" َوا َز َاد الظا ِزنت قانؿ ُػىا ؤ ًْ ِد َي ُه َما﴾ خُث ؤ ﴿ :-والظ ِازم و
َّ
"ألايل".
44
َ َْ ُُ ْ َّ َ ََ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ ُ َ َ
﴿وآجىا ال َُ َخ َامى ؤ ْم َىال ُه ْم َوال جد َب َّدلىا الخ ِبِث ِبالؿ ُِّ ِب َوال جإًلىا هللا -ح َػالى :- ناُ
وهم ضؿ ٌاز،
َ آبائهم ُ اث ُ رًً َم َ َّ
الُ َخ َامى ُه ُم ال َ ان ُخ ًىبا َيب ًحرا﴾ َ َؤ ْم َى َال ُه ْم بلى ؤ ْم َىال ٌُ ْم ب َّه ُه ًَ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ًإم ُس ؤنْ َ
قهل ٌػه ُل ؤن هللا ُ َّ َ ُ السحاُْ ، ّ َ ُ ْ ْ ُ َ ْ ْ َ َ َّ
وند ازخظ هرا الاطم بمً لم ًبلـ منهم مبلـ ِ ِ ِ
ُ َ َ ُ َ
بإمىزهم؟, ِ
ونُم ُ
ًهىم بداحت بلى ًاقل ًٌكلهم ّ
ِ ٍِ ٍ وه ْم َما َشالىا ؤمىاُ آبائهم ُ
ِِ
َ هاالء
ِ ٌُػؿى
ُ َ ً
ػد ْؤن ًاهىا منهم َب َ شد ُ والس ِ وضلىا ِط ًَّ البلىؽ ُّ بةغؿاء ألامىاُ بلى َم ًْ َ
ِ ِ جإم ُ
س قاآلًت ُ ، ؤبدا
َ َُ َ ػملذ ِفي البالؿحن َّ ْ ُ َّ ٌ َ ُ َ َ
الس ِاشدًً ,والػالنت ًخامى ،قٍلمت "الُخامى" هىا مجاشْ ,لنها اطخ ِ
اإلاسطل. املجاش غالناث بخدي ًان" وه َي َ "اغخباز ما َ
ِ ِ ِ ِ
ألا ْزع مًَ َ َ َ ُ ٌ َّ ّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ناُ َ -ح َػ َالىَ -غ ًْ َ َ
ِ ِ هىح غلُه الظالم﴿ :وناُ هىح ز ِب ال جرز غلى ٍ ان ِ لظ
ط َد ًٍ َد ًَّا ًزا * ب َّه ََ بن َج َر ْز ُه ْم ًُػ ُّلىا غ َب َاد َى َ َوال ًَل ُدوا ب َّال َقاح ًسا َي َّكا ًزا﴾َ .ق َه ْل َن َ ْال ٍَاقس َ
ُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ْ ُ ً
ؤؾكاُ نىم ِه ًىلدون قجازا ويكازا مىر َّ َّ ً َّ َ ُ َّ ٌ
والدت ِهم، اغت ألاولى ِمً ِ الظ ِ َ ِ هىح غلُه الظالم ؤن
ُ
نُمذ ِب ِه الػالنت الاغخباز َّالري ُؤ ْ ُ شد؟ َوما طً ُّ بػد بلىؾهم َّ قجىز ُهم طٍُى ُن َ َ ؤم َّؤن
الس ِ ِ
غلُه، بسٍئا ال َ ُ َ ْ َ ً ُ َ ُ َ
ىلىد َغلى َب َ
ذهب له وال بزم ِ الكؿسة
ِ اإلاىلىد؟ ًىلد اإلا ِ الٍاقس و ِ الكاحس ِ حن
دى الٌكس ،وإلاَّا َ ًدقػىه ُه َه َ َ َُ َ نَ
الكجازُ ًان َّ
ِ ؤلاًمان ؤو ِ ولًٌ َم ًْ ًدُؿى ِب ِه ًإزروهه هدى
َ َّ
َ
ألاؾكاُ هاالء
ِ ىح غلُه الظالم َّؤن بمىالُد نىم هىحَ ،غ َس َف ُه ٌ املحُؿحن والٌك ُاز ُهم ُ
ؤيثر َّ
ِ ِ
ًَ ٌ َ َ نَ ً ٍَ طً ُّ ػد بلىؾهم َّ طٍُىهى َن َب َ
غليهم حمُػا. ِ هىح ا غ قد م، ه ِ ب ِ ًدُؿى ً إلا ِ ضىزة شد ِ الس ِ ِ
دا به َما اإلاىلىدَ ً َّ ً َ َ َّ َ َ هللا َّ - ون ْد َذ َي َس ُ َ
ناض ِِ هىح لكظي "قاحسا يكازا" ِ ِ ٍ ان لظ ى ل غ - وحل غص
ُ َ َ َ ُ نُ ُ ُ ٌ وه َرا ٌ باغخباز َما َط ٍَُى ُن غلُهَ ،
مسطل غالنخه "اغخباز ما طٍُى ". مجاش ِ ِ
الىاض َُت * َهاض َُت ًَاذ َبت َزاؾ َئت * َق ْل َُ ْدعُ ﴿ي َّال لئن َّل ْم ًَ َيخه ل َي ْظ َك ًػا ب َّ َ َ َ
ِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ناُ هللا حػالى:
َ
ػنى غشحرج ُه, َ قلُدع َ ُ هللا َ -ح َػ َالى ْ ،- ٌ َ َ َ َ َ
ومجلظ ِهِ ٌ , ِ هاد ًِه ؤهل ِ ؤي
َ
ه ِادًه﴾ هرا وغُد ِمً ِ
َّ َ َ ُ ُّ َ ُ ُ قلُيخط ْس ِبهم َبذا َّ
ػسف ِ و ا ى ه قة ِ ، والاطخسكاف
ِ خسٍت
ِ للس - ا هى - مس وألا , ه ِ ب
ِ هللا ِ غهاب خل ِ ِ
َ ْ َ َ َ َّ ػنى الىادي م ُ َّؤن َم َ
اإلاٍانِ الٌسٍمت مً ِفي هرا ِ آلاًت
الاحخماع ،ولًٌ اإلاهطىد ِب ِه ِفي ِ ٍان ِ
ّ َّ ُ ُ ُّ َ ُّ َ َُ ِ ٌ ُ ُ ْ
"املحلُت", ِ قُه املحل وؤزٍد الحاُ ،قالػالنت ِمً غشحرِج ِه وهطسا ِئ ِهِ ،قهى مجاش ؤؾلو ِ
امل َجاش اإلاُ َ َ َ َ
سط ِل. ِ الناث وه َي بخدي غ ِ ِ
45
ّ َّ َ َ َّ َ ْ َ َّ ْ ُ ُ ُ َ
ّللا ُه ْم ِق َيها ْ
وحل﴿ :وؤ َّما ال ِرًً ابُػذ وحىه ُه ْم ق ِكي َزخ َم ِت ِ
ًهىُ هللا َّ
غص
ؤمسخم ُت ٌ الٌسٍم ُتَّ ,
قالس َ َ ُ َ
الظ ِاب َه ِت جإ ِحي َه ِر ِه آلاًت الح َال ِت َّ النت في َ َ َ َ ُ َ .
ز ِالدون﴾ ِب ِس ِ
الف الػ ِ ِ
ُ َ
وإه َما ًُ َد ُّل ِفي َمٍا ِه ِه ,قاطخػمال ُه ُ -ه َىا ُ -ه َى ػنى م ًَ اإلاػاوي َال ًُ َد ُّل قُهَّ , ُّ َ َ
ِ ِ ِ مػىىي وم ِ
امل َحلُّ،ُّ ُ َ َ َ ُّ ُ َ َ َ ُّ َ ُ َ ٌّ َ ْ ُ ٌ
قُه الحاُ وؤ ِزٍد املحل ,وإذا ذ ِيس الحاُ وؤ ِزٍد اطخػماُ مجاشي ,ند ؤؾلو ِ
َ ََ َ َ َُ ّ
اث.الػالن ِ وه َي ير ِل ََ ِب ْخ َدي َه ِر ِه ِ ت"، "خال ّ
ُ قالػالنت
ٌ َ َ َ
الظ ِاب َه ِت ز ْؤً َىا َّؤن ً َّل َم َج ٍاش ِم َّما َط َب َو ًاهذ ل ُه غالنت اطخيخاج :م ًْ ِزالُ ألامشل ِت َّ
ِ ِ
َ ُّ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ
ألاضليَ ،وهرا الىىع ِمً امل َج ِاش اللؿى ّي ّ ادة اإلاػنى ماوػت ِمً بز ِ ٍ نسٍىت
ٍ إلاشابهت َمؼ
ِ ُ
ؾحر ا
ََ غىا َ وؤغس َ ُ َ ََ َ َْ َ َ َ ُ ٌُ َّ
بػػ َها آلاز ِس يس ِ ِ ذ ِ ً غ اث َ ِ الن الػ ؼ ػب اسه ي ذ د ون ". اإلاسطل "املجاش ظمى
يس ُه. اغه َبلى َما َم َّس ِذ ُ الري ًُمٌ ًُ بز َح ُ
>al-Maja>z al-‘Aqli
املجاش َ
الع ُّ ُ
قلي
الػ َسِب َُّ ِتَ ٌُ ,ػ ِّب ُر َغ ًْ َط َػ ِت َه ِر ِه
لؿت َ ُّ َ ىب م ًْ َؤ َ ُ
ؤطل ٌ املجاش َ
الػ ُّ ُ
ُب ال ِ ِ ال
ِ ط ِ هلي هى
اُ قُه ُ َ َْ َ الخ ََ َ ش وندزت َها َغ َلى َج َ ُّ َ ُ
الهاه ِس
ِ غبد ِ ِ ن د ون . اُِ ُ ى ل ب الحهُهت
ِ ِ خدود
ِ ِ او ج ِ اللؿ ِت,
ُ َ َ ٌَْ ْ ُ َّ َ َّ ُ َ َ َ َ َّ َ 4
البالغ ِت ,ومادة ىش
الجسحاوي " :هرا الضسب ِمن املج ِاش على حد ِج ِه ,كنز ِمن كى ِ
. والاحساع في َطسيق َ
الب َي ِان"
ّ
ان َ
وإلاحس إلابداع يف ليغ الشاعس املفلق ,والكاجب َ
الب
َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ
ُ
الػهلي ؾحر اللؿىيْ ،لن ألازحر ٌظخػمل قُه اللكظ في ؾحر ما وغؼ له وٍساد ُ ّ ُّ وامل َج ُاش
الػهلي قُما ُوغؼ له .قلى نلىا "بنى ّ ؾحر ما ُوغؼ له ،بِىما ٌُظخػمل اللكظ في املجاش
ٌ
وشيس الخعليم العالي جامعت" اطخػملىا قػل بنى في مػىاه ،ويرلَ ًلمت الىشٍس،
وؤزدها منها داللتهما اإلاىغىغت ،ولٌىىا طلٌىا مظلَ مجاش آزس هى اإلاىطىم باملجاش
ّ
الػهلي والري ًٍىن قُه املجاش في بطىاد وبىاء الجامػت بلى الىشٍس ،ؤي ؤهىا ّادغُىا في
مظب ُ ْلهه آلامس بالبىاء ّ ّ ّ
به هى الباوي مؼ ؤهه لِع الباوي خهُهت .وهرا ِ الػهل ؤهه الىشٍس,
ُ ُ
ًسخلل غما لى اطخػملىا لكظ الظبب في اإلا َظ ّبب وؤزدها مىه اإلا َظ ِّبب يما في املجاش
46
ً
اللؿىي اإلاسطل ،خُث ال ٌػىد الىشٍس مظخػمال في اإلاىغىع له.
والػهل هى الهسٍىت غلى هرا املجاش الػهلي وهرا الادغاء والخجزًل ،وهرا املجاش
ً في ؤلاطىادْ ,لن الىشٍس ٌظخدُل في الػادة ؤن َ
ًبني حامػت وخده ،بل هى ال ٌشازى في
مصٍا بىغؼ حجس ألاطاض ،بل زحاله مً مهىدطحن ُ ً
وغماُ هم بىائها في الػادة بال ز
غهلي وإطىاد للكػل بلى ؾحر ّ الرًً نامىا بهرا الػمل ،وإطىاد البىاء بلُه مجاش
ّ ٌ ٌ َ َ ضاخبه .ول َه َرا َّ
طىىض ُح َها ِم ًْ ِ ؤلاطىاد
ِ بازخالف
ِ مسخلكت غالناث اش
ِ ج امل َ ً م ىع
ِ ِ الى ِ
َ َ
جُت: ِزال ُِ ألام ِشل ِت آلا ِ
ُ
ال ِف ْس َع ْىن َيا سغى َنَ ﴿ :و َق َ طبداه ُه خ ٍَ َاً ًت َغ ًْ ق َ
ِ ِ
َ -1عالقت السببيتً :هى ُُ ُ
هللا
ُ ُ َ َ ْ ً َّ َ ّ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ َ . َ َ ُ ْ
آلاًت هجد ٌشبه في جدلُله هامان اب ِن ِلي صسحا لع ِلي أبلغ ْلاسباب﴾ ِفي ه ِر ِه ِ
ان ُ - قةن َه َام َ الحهُهيَّ , َ َ
وه َى ّ قاغ ِل ِهِ ِ ؾحر ى بل "ابن" ؤط ِىد ُ
اإلاشل الظابو ,قالكػل ِ
وإه َما َم ًْ ًَ ُه ُ هىم بكػل الب َىاء بىكظهَّ , ُ َ
بالكػل ُه ُم ِ ىم ِ ِ واإلاظدشاز -ال ًَ ُ ِ ِ ِ ِ ُ
الىشٍس
ً ْ َّ َ َ َ
الىشٍس َط َببا ِفي ِب َى ِاء ُ ًان َهرا مس ,ولًٌ إلاا ألا َ ػؿي َّ َ ُ َ َ ْ ُ
اُ والبىائون ,وهى مً ٌ ِ الػم ُ َّ
الك َ َ ٌ َ َ ٌ َّ ان َ قػالن ُت َه َام َ َ الطسحُ ,ؤطى َ َّ
ػل - بالبى ِاء غالنت طب ِب َُّت ,وْلن ِ ِ , بلُه
ِ ُ
الكػل د ِ ِ
الحهُهي ُه َى ّ َ
ؤلاطى َاد خهُهيَّ ,
ْلن ّ ؾحر طى ُاد ُ هىا ُ -ؤطى َد ب َلى َط َببهَ ,و َه َرا ؤلا َ َ
ِ ِِ ِ ِ
ُ َ ْ َ َ َ ُ
قاإلطىاد َهرا َم َج ِاش ٌّيُ ,وَ َظ َّمى بـ "املجاش ّ
الحهُهي, اغ ِل ِهالكػ ِل بلى ق ِ بطىاد ِ
العقلي".
ىذ حاه ًال َو ٍَ َ ألا ًّ ُام ما ُي َ َ َ َ ُ ُ َّ
إجَُ ِ اغ ُسَ .طدبدي لَ -4عالقت الفاعليتً :هىُ الش ِ
َ َّ َ ُ َ ُ َ َ َ اْلزباز َمً َلم ُج َص ّ َ
ػلم َّؤهه ال ؤلابداء بلى ألاً ِام ,وهدً و ِ
ُ
بطىاد البِذِ ا ر ه ي ف ،
ِِ ِ د و ِ ِب
وند ؤ َاد َّ َ لألًام ْؤن ُجبد َي ُوجظه َسَّ ,
الش ُ
اغس ز مان ِل ُحطى ُِ ؤلا ْب َد ِاء, وإه َما ه َي ش ٌ
ِ ِ ِ ًمًٌ ِ
ُ ُ َّ
َ َ ُ ىاد َر َّ َ َُ َ ً ْ
ؤلاب َد َاء بلى قةطىاد ُه ْ ُ بدي ل ََ, ألاً ِام طد ِ
َّ َ
خهُهت ؤن ًهىُ ملخاؾ ِب ِه :بن خ ِ
ُ
ؤلابداء ,جٍى ُن ِ الص َم ِانَ ,وم َد ٌّل ِلىن ِىع حصء م ًَ َّ
غهليِ ,وبما ؤن ألاًام ٌ ِ
مجاش ٌّ َ َّ َّ َ ألاًامٌ ,
ِ
َّ
غالن ًت "ش ّ َُ َ
ماهيت" الػالنت
َ ُ وليل ُه قائ ٌم"َّ , ٌ ُ ومشل َه َرا َلى ُن َلىاُ :
ىم ؤط ِى َد بلى الط َ قةن َّ ِ الص ِاه ِد صائم "نهاز َّ ُ
47
وال ُ َّ ُ َ َ ُ َ َّ مان ّ وإه َما ُه َى ش ٌ ًطىمَّ , ُ ّ ُ َ َّ
لُل لُل, ِ ال ى بل ام ُ اله ِ د ى
ِ ط وؤ , ُام ِ للط ِ ال هاز ,والنهاز الن ِ
بلُه د ظى ُقػل ٌُ َ ٌ د ىح ُ ظ في َه َرا اإلاشاُ َّؤهه َال ًُ َ ُ
الخ وه
ُ
, ُه ق ىم ,وإهما ُ
ًهام َال ًَ ُه ُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
شبُه الكػل في ُن ّىجه َو َي َرلََ ُ الكاغ ِل وه َرا حائصْ ,لن َ
اطم َّ ٌ اطم قاغلَ , وإه َما ُ َّ
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ٍ
ط َد ِز. اطم اإلاكػىُ واإلاَ ْ ُ
ِ
َ ْ ُ َّ َ َّ ً ْ عالقت املكاهيتً :هى ُُ َ
قلما َّ جُت ُظ ِبُظَ :١ملٌىا قٍان الػكى مىا س الح َ -3
اغ ِل ِه ق
َ ْ َ َ َ
حر ؾ ى بل ؤي , ؤبؿذ ى
َ
بل الدم بالدم ْؤب َؿ ُذَ ١ل َه ْد ُؤ ْطى َد َط َُ ُ
الن طاُ َّ َ م ْ خَم َل ٌْ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ُ َ َّ َ َ ُ َّ َ بؿ َذ ُ َ َّ
قُه وه َى الد ُم, ُل ما ِ
ُل ،وإه َما ٌظ ُ َ
ِ مٍان ط َُالن الدم وه َى ال ٌ ِظ ُ
ِ ِ ْلن ألا
ُ
مجا ِشٍَّا َغالن َخه "املكاهيت".
َ ؤلاطىاد َ ُ ض َاز الدم َ ؤلاطىاد َبلى َمٍان َح َسٍان َّ ُ وإلاَّا َ
ًان
ِ ِ ِ
ُ ُّ َّ َ َ ْ َ ُّ َ َ ُ ُ َ ُ ُ
اض الحمدا ِوي :طُريسوي نىمي ِبذا حد ِحدهم عالقت املصدزيتً :هىُ ؤبى ِقس ٍ -2
ؤطىد الج َّد بلى الج ّ َ ُ َ كخ َه ُ الظلماء ًُ َ َّ َ َ َ
الاحتهاد ،وهى ِ ؤي ، د ِ ِ ِ ند دز الب د ِ ت وفي الل ِ
ُل
ً َ الجاد ًّ ُّ الجاد -قإضله َّ ُّ ُ َ
احتهد احتهادا، حدا ،ؤي حد بكاغل له ،بل قاغله ِ لِع
َ َ
مطدز ُ الج ِّد وهى َ
قدرف الكاغل ألاضلي وهى الجاد ،وؤطىد الكػل بلى ِ
ُّ َّ َ
ٌ َ
ؤلاطىاد املجاش َّي ُه َىا هي "املصدزيت". َ الحهُهيِ ,ول َهرا ًاهذ غالنت ّ الكاغل
ِ
َ َ ُ َ َ َ َ ََْ َ ََْ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ
عالقت الفاعليتً :هىُ هللا -حػالى﴿ :-و ِإذا قسأث القسآن جعلىا بيىك وبين -5
َ ً َّ ْ ُ ً َ ُ َ . َّ َ َ ُ ْ ُ َ
ولِع َ ضل ِه َطا ِج ٌس, الحجاب ِفي ِ
ؤ اآلخ َس ِة ِحجابا مسخىزا﴾ ِ ال ِرين ال يؤ ِمىىن ِب ِ
الكاغل ,وًان ّ للمكػىُ َبلى َ َ ُّ ُُ ُ َ َ ْ ُ َ ُ ً
خهه ؤن ِِ ِ اإلابني ل ظخىزا ,وهىا ههى :ؤط ِىد الىض م
ً ً
ٌُ ْظ َى َد الى اإلاكػىُْ :لن اطم اإلاػكىُ ًؿلب هائب قاغل ؤي :مكػىال ،ال قاغال،
ُ َّ ُ الن ُخ ُ َ َ َ َ َ ً َ َّ ً َ َ ُ
آلاًتِ ومشل . " ت "الفاعلي ه غ ا هلُ غ ا
ش ا ج م ا ر ه ًان الكاغل بلى طىد ؤ قةذا
َّ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ ًّ . ْ ُ َ َ ََ
اإلابازي ِت نىل ُه -ح َػالىِ ﴿ :-إهه كان وعده مأ ِجيا﴾
ً 1٢ ً َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ ّ َّ
عالقت املفعىليتً :هىُ هللا -حػالى﴿ :-أولم هم ِكن لهم حسما ِآمىا﴾ . -6
وإه َما ُه َى مإمى ٌن اض باْلمً م ًْ ضكاث ألاخُاءَّ , ؤلاخظ َ َ ْلن الحسم َال ًٍى ُن آم َى ًاَّ , ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ َ ٌ َ ٌّ َ َ َ قاطم َ
هلي َغالن ُخ ُه هىا -ؤط ِى َد بلى اإلاكػى ُِ ,وهرا مجاش غ الكاغل َ -
ِِ
ُ قُه,
َّ ُ
"املفعىليت"
48
الهىاغد السئِظت
-1املجاش الػهلي هى بطىاد الكػل ؤو ما في مػىاه بلى ؾحر ما هى له لػالنت مؼ
نسٍىت ماوػت مً بزادة ؤلاطىاد الحهُهي.
-2ؤلاطىاد املجاشي ًٍىن بلى طبب الكػل ؤو شماهه ؤو مٍاهه ؤو مطدزه ؤو بةطىاد
اإلابني للكاغل بلى اإلاكػىُ ؤو اإلابني للمكػىُ بلى الكاغل.
al-Kina>yah
الكىايت
هي لكظ ؤؾلو وؤزٍد به الشم مػىاه مؼ حىاش بزادة اإلاػنى ألاضلي ،هدى (يشحر
ٌ
ظاهس السماد) ؤي :يسٍم .الخػسٍل آلازس ؤن الٌىاًت هي لكظ ٌػخمد غلى مػىُحنٌ ،
واخد
جدُ ًلمت ؤو حملت غلى ش يء ّ
مػحن ؾحر مهطىد ،وآزس مسكي هى اإلاهطىد ،بمػنى ؤن ّ
شِئا ؾحره بشٍل ؾحر مباشسّ ، ً
وحػد الٌىاًت مً ألاطالُب بشٍل مباشس ،ولٌنها جسكي
الػسبُت ،وجسجبـ بػلم البالؾت ،وهى الػلم الري ٌُظخسدم
ّ ّ
اللؿىٍت اإلاظخسدمت في اللؿت
ّ قالن ٌ
في ضُاؾت الٍلماث بؿسٍهت مازسة ،قُهاٌُ :
بلُـ ،ؤي ًازس في آلازسًٍ باطخسدام
ً ُ
ؤطلىب الٌالم اإلاهىؼ ،لرلَ حظخسدم الٌىاًت في الػدًد مً الىطىص ،وزطىضا في
الػسبُت ،قدسص ؤؾلب الشػساء الػسب في ًاقت الػطىز غلى ّ ّ
الشػسٍت الهطائد
ّ
اطخسدامها في ؤبُاتهم الشػسٍت ،لىضل اإلاىضىف في الهطُدة بالطكاث اإلاهترهت به .
َ ّ
جىغُحي :ونل مسقىع السؤض .اإلاػنى الظاهس :هى زقؼ السؤض بلى ؤنص ى ازجكاع مشاُ
ممًٌ .اإلاػنى املخكيً :دُ غلى الكسس ،والاغتزاش .
أهىاع الكىايت
للٌىاًت زالزت ؤهىاع ،وهي :الطكت ،واليظبت ،واإلاىضىف .أوال ،يىاًت غً الطكت
هي الٌىاًت التي جدُ غلى ضكت جالشم اإلاػنى املخكي في الجملتً ( ،الطدم ،وألاماهت،
49
والاخترام ،والخهدًس ،والٌسم ،بلخ ،)..بمػنى ذيس الػىطس اإلاىضىف مؼ ضكت ما ،ولٌنها
ُ
لِظذ اإلاهطىدة ،وإهما اإلاهطىد ضكت ؤزسي ،جكهم مً مػنى الجملت .ؤمشلت :هسقؼ
الهبػت للمػلماث واإلاػلمحن( .اإلاػنى الظاهس :هى زقؼ الهبػت غً السؤض ،ؤما اإلاػنى
املخكي :هى اخترام ،وجهدًس اإلاػلماث ،واإلاػلمحن ).نىُ الشاغس ؤبى قساض الحمداوي:
بظؿذ ًَد الهىي( .اإلاػنى الظاهس :هى جسُُم اللُل غلى الشاغس، ُ بذا ُ
اللُل ؤغىاوي
وَظخدُ غلُه مً ًلمت (ؤغىاوي) ،ؤما اإلاػنى املخكي :قهد شبه اللُل بةوظان وند خل
غلُه ،وهى في خاُ ًُسسى لها.
الثاوي ،يىاًت غً اليظبت هي الٌىاًت التي حشحر بلى اإلاىضىف ،وضكخه ،ولٌنها ال
ً ُ
جيظب بلُه مباشسة ،بل لش يء ًدُ غلُه ،ؤو ًسجبـ بهً ،اليظبت بلىُ :خظً الخلو،
ؤط َم َػ ْذ ًَلماحي َم ًْ به َ
ض َم ُم( .اإلاػنى وقطاخت اللظان ،بلخ ..).مشاُ :نىُ اإلاخىبيَ :و ْ
ِ ِ
الظاهس :طماع ألاضم لشػس اإلاخىبي؛ وهرا ما دُ غلى يىاًت الظمؼ ،وهي ضكت مىحىدة
في ًل بوظان ،ولًٌ ألاضم :هى ؤلاوظان الري ال ٌظمؼ ،وَظخيخج اإلاػنى املخكي مً
البِذ ،ؤن اإلاخىبي ناله :إلادح هكظه وشػسه
الثالث ،يىاًت غً اإلاىضىف هي الٌىاًت التي جريس الطكت ،وال جريس اإلاىضىف،
ؤي حشحر بلُه باطخسدام ش يء زاص قُهً ،لهب ،ؤو جسيُب مػحن .مشاُ :ناُ الشاغس
السخُلّ ، جخىقى ،نبل ّّ
السخُال .اإلاػنى الظاهسٌ :شحر بلى السخُل ؤي بًلُا ؤبى ماض ي:
اإلاؿادزة .اإلاػنى املخكي :وهى اإلاىضىف ،وٍدُ السخُل هىا غلى اإلاىث ،والري ًخطح
ّ شس الجىاة في ألازع ٌ ً
ًامال ،وهىّ :بن ّ
هكع ....جخىقى نبل السخُ ِـل غىد نساءة البِذ
ّ
السخُال .
50
ؤي ضكاث ؾحر ؤزالنُتً ،
طىاء في اإلاػنى الظاهس ،ؤو اإلاػنى املخكي.
51
5. Rangkuman
Baya>n adalah Ilmu yang diketahui dengannya maksud suatu makna dengan
bala>ghah terdiri dari konsep ilmu baya>n dan uslu>b-uslu>b baya>n yang meliputi: at-
6. Tugas
7. Tes Formatif
ً
ّ مثاال في
!كل من هره املىازد ٍ اعط
ِ
الدشبُه-1
الاطخػازة-4
املجاش اإلاسطل-3
املجاش الػهلي-2
الٌىاًت-5
!بين ما ياحي واذكسأهىاعها
الدشبُه-1
الاطخػازة-4
املجاش اإلاسطل-3
املجاش الػهلي-2
الٌىاًت-5
52
KB.4
ILMU BADI>>’
bahasa Arab
3. Pokok-Pokok Materi
b. Uslub-uslub badi>’
53
4. Uraian Materi
Bahasan mengenai badi>’ terdiri dari konsep ilmu badi>’ dan uslu>b-uslu>b badi>’
muhassina>t al-lafdziyyah meliputi al-jina>s, al-saja’ dan radd al-‘ajuz ‘ala> al-shadr &
ta’ki>d al-madh bi ma> yusybih al-damm, dan I’tila>f al-lafdz ma’a al-ma’na>. Berikut
rincian masing-masing:
Ilmu badi>’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan kalimat yang
sesuai dengan keadaaan, jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna, maka
dinamakan dengan muhassinaa>t ma’nawiyah dan bila aspek keindahan itu ada pada
bahwa Ilmu Badi>’ yaitu: ilmu untuk mengetahui cara membentuk kala>m yang baik
menyebutkan bahwa Ilmu Badi>’ secara bahasa adalah wazan ﻓلُﻞdari ﺑذقyang
searti dengan isim maf’u>l-nya, yakni sesuatu yang dibuat tanpa didahului oleh
contoh. Sedangkan menurut istilah yaitu ilmu untuk mengetahui cara memperindah
pembicaraan yang telah sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (mutha>baqah li
muqtadho al-ha>l). Jadi ilmu badi>’ adalah ilmu bagaimana cara mengetahui keindahan
54
lafadz dan makna bahasa serta membuat bahasa yang indah baik lafadz maupun
makna.
Al-Jina>s
1
ظىسة الشوم :آلاًت .255
2
ظىسة غاﻓش :آلاًت .55
55
’Al-Saja
ً
السجم هى حؽاﺑه ﻓىاصﻞ اليلم كلى هفغ الخذًث جلشٍبا ،ﺑملنى ؤن جيىن
الجمﻞ مدعاوٍت في كذد ولماتها ومحخىٍت كلى وغمت ؤلاًلاق مدؽابهت ،ومً ﻓىائذ
ً
السجم ؤهه ٌلؼي سوهلا ووغمت مىظُلُت للىالم ،ﺑحُث ًيىن لها الىكم وألاثش الخعً
في هفغ العامم ،ومً ؤهم خصاص السجم حعً ظالظت اإلالنى ولُىهخه ﺑملنى ؤن ال
ً
ًيىن السجم مخيلف ؤو مصدىم في اليلماث ،وؤًظا ؤن ال ًيىن السجم مخبخزٌ في
اليلماث ،هما ًيبغي ّؤال ّ
ًخم جىشاس اليلماث اإلاسجىكت هفعه ،وججذس ؤلاؼاسة إلى ّؤن
السجم هىكحن وهما ،السجم الؼىٍﻞ والسجم اللصحر .مثاٌ السجم ،كىله حلالى:
ُ ُ ٌ َ ْ َ َّ َ ٌ َ َ ّ َ َ ٌ
اؿ َشة".
اطشة * ِإلى ِسبها ه ِ
"وحىه ًىم ِئز ه ِ
56
اللفـحن في آخش البِذ ،وآلاخش في صذس اإلاصشاق ألاوٌ ،ؤو حؽىه ،ؤو عجضه ،ؤو صذس
اإلاصشاق الثاوي؛ ﻓهزه ؤسبلت ؤكعام.
Al-Tauriyyah
الخىسٍت هي لفف رو ملىُحن ،ملنى كشٍب وملنى خفي بلُذ وهى اإلاشاد ،هلىله
حلالى (الشحمً كلى اللشػ اظخىي) ،ﻓيلمت (اظخىي) لها ملىُان ،ؤحذهما الاظخلشاس
في اإلايان ،وهى اإلالنى اللشٍب (اإلاىسي ﺑه) وهى غحر ملصىد ،ألن هللا حلالى مجزه كً
رلً ،والثاوي الاظدُالء واإلالً ،وهى اإلالنى البلُذ اإلالصىد الزي وسي كىه ﺑاللشٍب
اإلازوىس.
Al-Thiba>q
الؼباق هى الجمم ﺑحن ملىُحن مخظادًً ،هلىٌ الشظىٌ ملسو هيلع هللا ىلص( :اغخىم خمعا كبﻞ
خمغ :ﻓشاغً كبﻞ ؼغلً ،وصخخً كبﻞ ظلمً ،وغىان كبﻞ ﻓلشن ،وؼباﺑً كبﻞ
هشمً ،وحُاجً كبﻞ مىجً) .وٍىلعم الؼباق إلى كعمحن:
-1ػباق ؤلاًحاب ،هلىله حلالى (وؤهه هى ؤضخً وؤﺑيى).3
-2ػباق العلب ،هلىله حلالى (كﻞ هﻞ ٌعخىي الزًً ٌللمىن والزًً ال ٌللمىن
4
إهما ًخزهش ؤولى ألالباب)
3
ظىسة الىجم :آلاًت .44-43
4
ظىسة الضمش :آلاًت .9
57
Al-Muqa>balah
جػزيف املقابلة
وكشﻓها العياوي ،ﻓلاٌ :اإلالاﺑلت ؤن ججمم ﺑحن ؼِئحن ﻓإهثر ،وجلاﺑﻞ ﺑاألطذاد
،ثم إرا ؼشغ هىا ؼشػذ هىان طذه ".وكشﻓها الخؼُب اللضوٍني ،ﻓلاٌ " :هي ؤن
ًؤحى ﺑملىُحن مخىاﻓلحن ،ؤو ؤهثر ،ثم ﺑما ًلاﺑﻞ رلً كلى الترجِب " وَلشﻓها ﺑذس الذًً
الضسهش ى ًلىٌ " :هى رهش الش يء مم ما ًىاصهه في بلع صفاجه ،وٍخالفه في بلظها "
.وخالصت اللىٌ مً الخلشٍفاث العاﺑلت لها ؤن اإلالاﺑلت :هي ؤن ًإحي اإلاخيلم في هالمه
ﺑملىُحن مخىاﻓلحن ؤو ؤهثر لِغ ﺑُنهما جظاد ،ثم ًإحي ﺑما ًلاﺑﻞ رلً كلى الترجِب .كلى
ؼاولت كىله حلالى (( :ﻓلُضخيىا كلُال ،ولُبيىا هثحرا حضاءا ﺑما واهىا ًىعبىن )) .ﻓلذ
ؤحى هللا ظبحاهه وحلالى في هزه آلاًت ﺑملىُحن " ًضخيىا " و "كلُال " وهما ملىُان
مخىاﻓلان ؤي لِغ ﺑُنهما جظاد ،ثم ؤحى بلذ رلً ﺑما ًلاﺑلهما كلى الترجِب ﺑلىله "
ولُبيىا " و " هثحرا " .مً رلً ؤًظا كىله حلالى (( :ﻓإما مً ؤكؼى واجلى ،وصذق
ﺑالخعنى ﻓعىِعشه للِعشي ،وؤما مً ﺑخﻞ واظخغنى وهزب ﺑالخعنى ﻓعىِعشه
لللعشي )) ،ﻓلذ كاﺑﻞ ﺑإسبلت ملان ،ﺑإسبلت ؤخشي ،ألاسبلت ألاولى هي " :ؤكؼى " "
,اجلى" " ,صذق " و "الِعشي " .وألاسبلت الثاهُت هي " :ﺑخﻞ " و "اظخغنى " و" هزب " و
"اللعشي".
أنىاع املقابلة:
اإلالاﺑلت جإحي اإلالاﺑلت كلى ؤسبلت ؤهىاق هي :
-1ملاﺑلت اثىحن ﺑاثىحن :ومً رلً في ألاظلىب اللشآوي كىله حلالى (( :ﻓلُضخيىا
كلُال ولُبيىا هثحرا.
58
-2ملاﺑلت ثالثت ﺑثالثت :ومً ؤمثلت رلً في ألاظلىب اللشآوي ،كىله حلالى :وٍحﻞ
لهم الؼُباث ،وٍحشم كليهم الخبائث)
-3ملاﺑلت ؤسبلت ﺑإسبلت :ومثاله في ألاظلىب اللشآوي كىله حلالى :ﻓإما مً ؤكؼى
واجلى وصذق ﺑالخعنى ﻓعىِعشه للِعشي ،وؤما مً ﺑخﻞ واظخغنى ،وهزب
ﺑالخعنى ،ﻓعىِعشه للِعشي
-4ملاﺑلت خمعت ﺑخمعت :كاٌ كلماء البالغت ولما هثر كذد اإلالاﺑلت واهذ ؤﺑلغ ،
ﻓمً ملاﺑلت خمعت ﺑخمعت ،وكذ وكم رلً في الؽلش هثحرا ،ومً ؤمثلخه كىٌ
ؤبي الؼُب اإلاخىبي : .ؤصوسهم وظىاد اللُﻞ ٌؽفم لي وؤهثني وبُاض الصبح ٌغشي
بي كاٌ صاحب ؤلاًظاح :طذ اللُﻞ املخع هى النهاس ال الصبح ،واإلالاﺑلت
الخامعت ﺑحن "بي " و "لي " ،ﻓيها هـش ألن الباء ،والالم ،صلخا الفللحن.
Mura>’a>t Al-Nazdi>r
مزاغاة النظير
مشاكاة الىـحر وحعمى الخىاظب والخىﻓُم والائخالف والخلفُم .وهي كىذ البالغُحن
ؤن ًجمم اإلاخيلم ﺑحن ؤمشًٍ مخىاظبحن ؤو ؤمىس مخىاظبت ال كلى حهت الخظاد .ومً
مشاكاة الىـحر ﺑحن ؤمشًٍ كىله حلالى (( :وهى العمُم البصحرّ .
ﻓئن ثمت جىاظبا ﺑحن
ً
العمم والبصش ،مً وحهت ؤن هال منهما ﻓلﻞ حاظت مً الخىاط الخمغ .وٍلخف
الزهً هىق جألف وجلاسب ﺑحن ( العمُم ) و ( البصحر ) الًحصﻞ لى وان اللفف الثاوي
ً
الخبحر مثال .ومً مشاكاة الىـحر ﺑحن ؤهثر مً امشًٍ كىله حلالى:ؤولئً اللزًً اؼتروا
الظاللت ﺑالهذي ﻓما َسبحذ ججاستهم.
59
جماليات مزاغاة النظير
حمالُاث مشاكاة الىـحر :ؤﺑشص كىاصش هزه الجمالُت هى الاوسجام والدعاوق
والخىاغم ،وهي ؤمىس الٌؽً احذ في اهخمائها إلى الجماٌ وإًلاؿها الخغ الجمالي .
ً ً
وهحعب اًظا ؤن هزا الفً البذٌعي ًظفي كلى الىالم مـهشا مً مـاهش اللىة اإلاخاهت
ّ
وَؽذ ؤصسها .وَش ي اظخخذام ،ﻓئن اإلالاوي اإلاخىاظبت ٌلضص بلظها داللت بلع وٍىميها
ﺑىالم
كاٌ مً الىعي والُلـت كىذ اإلايش ئ ،الزي اظخؼاق ؤن ًإحي ٍ
ﺑلذس ٍ
هزا الفً ٍ
جشبؽ ﺑحن ؤحضائه ؼبىت مللذة مً اللالكاث.
al-musya>kalah
جػزيف املشاكلة
اإلاؽاولت هي رهش الش يء ﺑلفف غحره لىكىكه في صخبخه ،ؤي ملجُئه مم هى ؤمً
اللبغ ملىٌ ﻓُه كلى ملمىٌ اللفف الزي جمذ الؽاولت ﺑه ،ؤو كلى كامله .ألاوٌ:
هلىٌ ؤحمذ ألاهؼاوي وكذ دكاه ؤصخاﺑه إلى الصبىح في ًىم ﺑاسد :وؤغشوه ﺑإنهم
ظُجُذون ػبخ ما ًشٍذ ؤوله,لىً حاحخه إلى الثُاب واهذ ؤؼذ مً حاحخه إلى الؼلام
ﻓىخب إليهم :ؤصخاﺑىا كصذوا الصبىح بسخشة وؤحى سظ ــىلهم إلى خصُصا .كالىا :اكترح
حبت وكمُصا ؤكام (اػبخىا) ملام ّ
(خُؼىا) ؼِئا هجذ لً ػبخه كلذ اػبخــىا لي ّ
ّ
لذاللت اإلالمىٌ وهى (حبت اللمُص) كلُه كصذا إلى اإلاؽاولت ﺑحن ما ًخاغ وما ًؼبخ.
والثاوي :هلىٌ هللا حلالى :حللم ما في هفس ي وال ؤكلم ما في هفعً .ؤكام ((مافي هفعً))
60
ملام (ما كىذن ؤو ما في كلمً) لدؽاوﻞ (مافي هفس ي) واللشٍىت اللامالن (حللم)
(والؤكلم).
نىع املشاكلة
واإلاؽاولت هىكان :جحلُلُت :واألمثلت العاﺑلت وجلذًشٍت :وهي همى حيي كً بلع
الىالة وان ٌغشط غشظا حىٌ مسجذ ﻓىكف كلُه مً ؤوؽذه :إن الىالًت ال جـ ــذوم
لىاحذ إن هىذ جزهشه ﻓإًً ألاوٌ وؤغشط مً الفلﻞ الجمُﻞ غشائعا ﻓئرا كضلذ ﻓئهـها
ال حلضٌ كمال ال كىال واهذ اللشٍىت حالُت ,ال لفـُت وملزسة كلى ؤلاػالت وجلبلىا
جحُاحي .
Al-Laff wa Al-Nasyr
َ ْ َ ُ َّ ّ َ َّ ْ
ف والنش ِز:
أقسام الل ِ
هللا الي ْؽ ُش ْاإلاُ َّشج ُب :م َث ُال ُه َ :كى ُ
ٌ ً َّ ُّ َ َّ
و ف الل : الؤو حن َ
م الي ْؽ ُش ًىلعم إلى ك ْ
ع
َّ ُّ َ َّ
اللف و
ِ ِ : ِ ِ
َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َّ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ
ظ ِل ِه َول َللى ْم الن َه َاس ِلد ْعى ُىىا ِﻓ ُِه وِلخبخغىا ِمً ﻓ ح َلالى ﴿:و ِمً سحم ِخ ِه حلﻞ لىم اللُﻞ و
ْ َّ َّ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ ون ﴾ .ﻓلىله َح َل َالى ِ ﴿:ل َد ْع ُى ُى ْىا ِﻓ ُِه ﴾ ،س ٌ َح ْؽ ُى ُش َ
احم إلى اللُ ِﻞ ،ؤيِ :لدعىىىا ِفي اللُ ِﻞ،
الن َه ِاس ،ﻓفي ظله في َّ الن َهاسَ ،ؤ ْيَ :ول َخ َبخ ُغ ْىا مً َﻓ ْ
َ َّ َ ْ َ َ َُ ْ
ِِِ ِ ِ وكىله ﴿:وِلخبخغىا ِمً ﻓظ ِل ِه ﴾ ساحم إلى و ِ
61
اٌ ًَا هللا َح َل َالى َ ﴿:وإ َلى َم ْذ ًَ ًَ َؤ َخ ُاه ْم ُؼ َل ُْ ًبا َﻓ َل َ ِ ٌ ف َو َو ْؽ ٌش ُم َّشج ٌبَ .وم َث ُال ُه ً
ؤًظا َكى ُ َ ٌّ
آلاًت ل
ِ ِ
َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َْ َّللا َوا ْس ُحىا ْال َُ ْى َم ْآلاخ َش َ َوال َح ْل َث ْ اك ُب ُذوا َّ َ َك ْىم ْ
ىه ﻓإخز ْت ُه ُم ض ُم ْف ِع ِذًً *ﻓىزﺑ ِ س ألا ْ يف ِ ا ى ِ ِ
َ ُ َ َ َ َ َ َ ُ
الش ْح َفت ﻓإ ْ
ىد َوك ْذ ج َب َّح َن لى ْم ِم ًْ َم َع ِاه ِن ِه ْم َوص ٍَّ ًَ ص َب ُحىا في َداسه ْم َحاثم َحن * َو َك ًادا َوث ُم َ
ِِ ِ ِِ َّ
ون َو ِﻓ ْش َك ْى َن ًٍ * َو َك ُاس َ العبُﻞ َو َو ُاهىا ُم ْع َد ْبصش َ ص َّذ ُه ْم َكً َّ ان َؤ ْك َم َال ُه ْم َﻓ َ الؽ ُْ َؼ َُل ُه ُم َّ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ ًُ ُ َ َ َ ْ ىس ى ﺑ ْال َب ِّ َى ِ ْ ُ
َ ْ َ َ ان َو َل َل ْذ َح َاء ُه ْم ُم َ َو َه َام َ
ض و َما واهىا َظ ِاﺑ ِلحن *ﻓىال ْ
اث ﻓاظخىبروا ِفي ألاس ِ ِ ِ
الص ُْ َح ُت َوم ْن ُه ْم َمًْ َؤ َخ ْز َها ﺑ َز ْهب ِه َﻓم ْن ُه ْم َم ًْ َؤ ْس َظ ْل َىا َك َل ُْ ِه َحاص ًبا َوم ْن ُه ْم َم ًْ َؤ َخ َز ْج ُه َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ نَ َ
خ َع ْف َىا ِﺑ ِه ألاسض و ِمنهم مً ؤغشكىا وما وان َّللا ِلُـ ِلمهم ول ِىً واهىا ؤهفعهم ًـ ِلمى
َ ْ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ٌ َ
ىه َوح ْع َى ُّد هللا ح َلالى ً ﴿:ىم جبُع وح
َ َ َ ُُ َ ُ ﴾َّ ُ ْ َ ْ َّ َ ُّ َّ ً .
ثاهُا :اللف واليؽ ُش غ ُحر اإلاشج ِبِ :مثاله :كىٌ ِ
ُ وكىا ْال َل َز َ ُ ُ ٌ َ َ َّ َّ َ ْ َ َّ ْ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ُ
اب ِﺑ َما ه ْى ُخ ْم وحىه ﻓإما ال ِزًً اظىدث وحىههم ؤهفشجم بلذ ِإًما ِهىم ﻓز
َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َّ َّ َ ْ َ َّ ْ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َّ
َّللا ُه ْم ِﻓ َيها خ ِال ُذون ﴾. جىفشون *وؤما ال ِزًً اﺑُظذ وحىههم ﻓ ِفي سحم ِت ِ
Al-Muba>laghah
جػزيف املبالغة
ّ
اللغت :الاحتهاد في الش يء إلى ّ
حذ الاظخلصاء والىصىٌ ﺑه إلى غاًخه، اإلابالغت في
حذه الزي هى له في الخلُلتً ،لاٌ لغت: وجإحي ﺑملنى اإلاغاالة ،وهي الضٍادة ﺑالش يء كً ّ
ً ً ً َ
ﺑالغ في ألامش ُمبالغت وبالغا ،إرا احتهذ ﻓُه واظخلص ى ،وإرا غالى ﻓُه ؤًظا .واإلابالغت
ً ًّ ّ
اإلاخيلم لىصف ما َّؤهه ﺑلغ في ّ ً
حذا معدبلذا الؽذة ؤو الظلف ٍ اصؼالحا هىا :ؤن ًّذعي
ً
ؤو معخحُال.
62
آلاراء حىل قبىلها أو غدمه:
ّ ّ ً اإلادؽذدًً َس ْﻓ َ
ّ
والصذق. الخم ظها مؼللا ،لخشوحها كً مىهج ًشي بلع
ْ َُ ّ َّ ً ّ ُ
وٍشي اإلاترخصىن كبىلها مؼللا ،في الخلبحراث ألادﺑُت ،ﺑذكىي ؤن ؤكزب الؽلش ؤهزﺑه.
ً
ألامش ،ﻓلبلىا مً اإلابالغت ما وان منها حعىا جىظ ُؼىا في ْ
ّؤما حمهىس الللماء وألادﺑاء ﻓلذ َّ
ً ً ً حمُال حاس ًٍا َ ً
مجشي الاكخذاٌ الزي ال ًشاه الىاط معدىىشا وال ُم ْع َخ ْه َجىا ،ؤو كائما كلى
الخصىٍش الخُالي في ظُاق مً الىالم ٌَ ْع َم ُح ﺑزلً ،بؽشغ ؤن ال ًيىن في اإلابالغت ٌ
إيهام
ٌ ً ّ
اإلاخللي َّؤن الىالم َم ُعىق كلىّ ُْ ُ
ﺑيﻞ كىاصشها ،ﺑﻞ ًذ ِسن ِ حلُلت واكلت ّ ﺑإن اإلاخيلم ًُ َل ّش ُس
ّ
ٍادة ملبىلت.
َ َ
ظبُﻞ اإلابالغت ،ﻓُإخز منها اإلالنى اإلالخاد في الىثرة مم ص ٍ
أقسام املبالغة:
كعم كلماء البذٌم اإلابالغت إلى ثالثت ؤكعام :اللعم ألاوٌ" :الخبلُغ" وهي اإلابالغت ّ
ً ً ً ً
"ؤلاغشاق" وهي اإلابالغت اإلامىىت كلال ال كادة. ِ الثاوي: اللعم . وكادة كلال اإلامىىت
ُ ّ
اللعم الثالث" :الغلى" وهي اإلابالغت غحر اإلامىىت ال في اللادة وال في الللﻞ.
Uslu>b Al-Haki>m
63
ُ
ًلىٌ الصىلاوى سحمه هللا في ظبﻞ العالم : -...وَلشف حىاب الخىُم كىذ الللماء ﺑـ:-
"ؤن ًضٍذ اإلافتي في الجىاب كلى ظؤاٌ العائﻞ حتى ٌعخفُذ العائﻞ ؤي :ال جخم الفائذة
إال ﺑالضٍادة في الجىابً .لىٌ العُذ هاؼمى في حىاهش البالغت ؤظلىب الخىُم:-
هى جللي املخاػب بغحر ما ًتركبه إما ﺑترن ظؤاله :وؤلاحاﺑت كً ظؤاٌ لم ٌعإله .وإما
ﺑحمﻞ هالم اإلاخيلم كلى غحر ما وان ًلصذ وٍشٍذ ،جيبيها كلى ؤهه وان ًيبغي له ؤن ٌعإٌ
هزا العؤاٌ ،ؤوٍلصذ هزا اإلالنى .ﻓمثاٌ ألاوٌ :-ما ﻓلﻞ اللبلثري ﺑالدجاج ،إر كاٌ له
الدجاج مخىكذا (ألحملىً كلى ألادهم ًشٍذ الدجاج :اللُذ الخذًذ ألاظىد .ﻓلاٌ
اللبلثري :مثﻞ ألامحر ًحمﻞ كلى ألادهم وألاؼهبٌ .لني الفشط ألاظىد ،والفشط
ألاﺑُع ،ﻓلاٌ له الدجاج :ؤسدث الخذًذ .ﻓلاٌ اللبلثري :ألن ًيىن حذًذا خحر مً ؤن
ًيىن ﺑلُذا ،ومشاده جخؼئت الدجاج ﺑإن ألالُم ﺑه الىكذ ال الىكُذ.
64
الذم بما ُي ْشب ُه ْ
املد َح ثأكيد ّ ُ
ِ ِ
صفت مذح َّ
مىفُ ٍت ألاو ٌُ ْؤن ٌُ ْع َد ْثنى ْ
مً ؤًظاَّ .ط ْشبان ً الزم ﺑما ٌُ ْؽب ُه ْ
اإلاذ َحَ : جإهُذ ّ ُ
ٍ ِ ِ ِ ِ
َ ْ قُ َّ َّ ُ َ َ َّ ُ ﻓالن ال َ هحىٌ :رم كلى جلذًش دخىلها ﻓيهاُ ، صفت ُّ
ﻓُه ،إال ؤهه ًخصذق ﺑما ٌع ِش . خحر ِ ِ ِ ٍ
ْ ُ ّ ُ َ َ ُ ّ َُْ َ ْ
َ ُ ْ
رم ؤخشي، اظخثىاء ج ِليها صفت ٍ
ٍ ﺑإداة
رم ،وٍؤحى بلذها ِ والثاوي ،ؤن ًثبذ لش ٍيء صفت ٍ
ْ وظىء ُمشاكاة وما َ ً ُ َّ َّ هلىلهَ :
ران في اليل ِب ٍ َ ﻓُه َماللت
اليلب إال إن ِ هى ِ
5. Rangkuman
’>Bahasan mengenai badi>’ terdiri dari konsep ilmu badi>’ dan uslu>b-uslu>b badi
& muhassina>t al-lafdziyyah meliputi al-jina>s, al-saja’ dan radd al-‘ajuz ‘ala> al-shadr
’ta’ki>d al-madh bi ma yusybih al-damm, dan I’tila>f al-lafdz ma’a al-ma’na. Ilmu badi
65
adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan kalimat yang sesuai dengan
keadaaan, jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna, maka dinamakan
ma’nawiyyah.
6. Tugas
Tulislah 30 ayat al-Qur’an dalam QS. Ali ‘Imra>n kemudian analisislah dengan
jelas berbasis uslu>b badi>’ meliputi al-jina>s, al-saja’ dan radd al-‘ajuz ‘ala> al-shadr &
7. Tes Formatif
3) Jelaskan dan berikan contoh baik ayat al-Qur’an maupun hadits dan
a. al-jina>s
b. al-saja’
66
d. al-tauriyyah
e. al-thiba>q
f. al-muqa>balah
g. mura>’a>t al-nazdi>r
h. al-musya>kalah
i. al-laff wa al-nasyr
j. al-muba>laghah
k. uslu>b al-haki>m
4) Berikan masing-masing tiga contoh mengenai hal-hal berikut dari kreasi anda
sendiri:
a. al-jina>s
b. al-saja’
d. al-tauriyyah
e. al-thiba>q
f. al-muqa>balah
g. mura>’a>t al-nazdi>r
h. al-musya>kalah
67
i. al-laff wa al-nasyr
j. al-muba>laghah
k. uslu>b al-haki>m
68
DAFTAR PUSTAKA
Akhdlori, Imam, Ilmu Balaghah Tarjamah Jauhar Maknun (H. Moch Anwar),
Bandung: al-Ma’arif, 1989. Cet ke. 3,
Al-Jarim, Ali & Usman Musthafa (1994), Al Balaghatul Wadhihah . Bandung : Sinar
Baru Algensindo
Basyuni, Abdul Fatah. 2015. Ilmu Bayaan Dirosatu Takhliiliyyah al-Masaail al-
Bayan. Kairo: Muassasah Mukhtar.
Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung:
Refika Aditama.
69
Sumber Internet
http://afaqattaiseer.net/vb/showthread.php?t=1054
http://islamport.com/w/lqh/Web/2180/804.htm
http://mawdoo3.com
http://www.alukah.net/sharia/0/102728/#ixzz5Jnwhn6iE
http://www.atida.org/forums/showthread.php?t=2882
http://www.dzodz.com/vb/showthread.php?t=7356
http://www.twhed.com/vb/t4438/
https://riungsastra.wordpress.com/2010/10/16/pengertian-ilmu-ma%E2%80%99ani/
https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/04/27/balaghah-arti-ilmu-badi-obyek-
bahasan-pengaruh-ilmu-badi-penyusun/
https://www.almaaref.org
https://www.materipendidikan.info/2017/09/pengertian-ilmu-balaghah-dan-
bidang.html
70
PENDALAMAN MATERI BAHASA ARAB
MODUL 5
FIQH LUGHAH DAN ILM LUGHAH
Penulis:
PENDAHULUAN ..........................................................................................................
Rasional dan Deskripsi Singkat ...................................................................
Relevansi .....................................................................................................
Petunjuk Belajar ..........................................................................................
Relevansi
Fiqh lughah dan Ilm lughah adalah dua ilmu yang sangat penting dalam kajian
bahasa arab. Fiqh lughah adalah kajian bahasa arab klasik yang meliputi sejarah
kemunculan dan perkembangan bahasa arab. Linguistik dalam definisi yang paling
sederhana adalah kajian bahasa secara ilmiah. Ini berarti bahwa kajian bahasa itu
objektif, tidak subjektif. Objektivitas yang dituntut ini membawa ke stabilnya banyak
fakta dan terbentuknya banyak metode serta penciptaan iklim ilmiah yang
memberikan derajat tinggi tentang kerja sama dan saling tukar pengalaman kepada
para linguis yang spesialis dalam berbagai bahasa.
Pada modul ini, kita akan mempelajari ruang lingkup fiqh luhah dan ilm
lughah, linguistik modern dan metode linguistik yang dapat digunakan untuk
mengkaji bahasa dari sisi sejarah perkembangannya, deskripsi bahasa,
perbandingan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain baik yang serumpun
maupun yang tidak serumpun.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi fiqh lughah dan ilm lughah ini, dengan beri tanda-tanda khusus
pada bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah glosarium yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila menemukan
istilah-istilah khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
KEGIATAN BELAJAR 1: FIQH LUGHAH DAN ILM LUGHAH
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. Antara Fiqh Al-Lughah dan Ilm Al-Lughah
Ada dua istilah yang membahas tentang bahasa yaitu, Fiqh Al-
Lughah dan Ilm Al-Lughah. Apakah istilah pertama sama dengan istilah
kedua atau keduanya berbeda?
Fiqh Al-Lughah ( ) ﻓﻘﮫ اﻟﻠﻐﺔterdiri dari 2 kata yaitu ﻓﻘﮫdan اﻟﻠﻐﺔ. Al-Fiqh
secara bahasa, sebagaimana yang disebutkan dalam kamus lisanul arab
berarti pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu. Sedangkan di dalam
kamus Al-Wasith, Al-Fiqh berarti pemahaman, pengertian yang mendalam,
dan pengetahuan. Pengertian ini dikuatkan oleh kamus-kamus bahasa arab
yang menyebutkan bahwa kata Fiqh berarti pengetahuan, dan Fiqh Al-
Lughah berarti Ilm Al-Lughah.
Adapun kata Al-Lughah memiliki banyak pengertian yang barangkali
telah tercakup pada sebuah pengertian yang berbunyi “Al-lughah adalah
fenomena psikologi sosial, kebudayaan yang diperoleh tanpa dipengaruhi
oleh sifat biologis seseorang, akan tetapi Al-Lughah tersusun dari kumpulan
simbol bunyi bahasa yang diperoleh melalui pemilihan, dengan kata lain Al-
Lughah itu sesuatu yang telah ditentukan di dalam pikiran. Melalui aturan
simbol bunyi ini, masyarakat bisa saling memahami dan saling bersosialisasi.
Fiqh Al-Lughah dari sisi bahasa adalah Ilm Lhugah dengan ketetapan
kebahasaan ( Ilm Lughah), maka apakah Fiqh Al-Lughah termasuk bagian
dari istilah yang sama dengan salah satu kata bahasa Inggris (Philology),
dan apakah Ilm Al-Lughah sama dengan kata bahasa Inggris (Lingusitik)?
Sesungguhnya ulama bahasa Arab klasik tidak membedakan 2 istilah
ini. Dan hal ini tetap berlanjut hingga masa peneliti bahasa kontemporer.
Menurut Ali Abdul Wahid Wafi, kajian tentang Ilm Al-Lughah itu telah
dipelajari oleh sebagian penulis-penulis Arab yang berkaitan dengan Isim-
isim yang berbeda yang kemudian dikenal dengan Fiqh Al-Lughah.
Penamaan ini sesuai jika ditempatkan dalam kajian tersebut. Sesungguhnya
pengetahuan tentang sesuatu, selalu berkaitan dengan aspek filosofisnya,
pemahamannya, dan pengalaman yang sesuai kaidah-kaidah praktis.
Menurut Syaikh Shubha Ash-Shalih, sangat sulit untuk menentukan
pokok perbedaan antara Ilm Al-Lughah dan Fiqh Al-Lughah karena mayoritas
pembahasaannya saling tumpang tindih pada setiap golongan Linguis di
Barat maupun Timur, Klasik maupun Kontemporer. Jika kita cari perbedaan
antara dua jenis kajian bahasa ini tentu kita akan menemukan kesulitan. Dan
kita mengapresiasi para peniliti bahasa kontemporer, yang tidak mengganti
penamaan klasik ini karena telah populer pada seluruh kajian bahasa.
Akan tetapi ada beberapa peneliti kontemporer lain yang
membedakan antara Fiqh Al-Lughah dan Ilm Al-Lughah, diantaranya Kamal
Basyar, Laghwi Bashar, yang memberikan pengertian tentang Fiqh Al-
Lughah yaitu Pada masa klasik ada 2 macam penelitian bahasa yang utama,
pertama penelitian yang mencakup kamus dan sejenisnya, juga ada
permasalahan-permasalahan tentang makna kosakata, originalitasnya,
kepopulerannya, sinonimya, seni ukirannya, derivasinya dan bentuk majazi
dan haqiqinya. Kedua, penelitian yang meliputi kajian umum yang
menyajikan ilmu-ilmu seperti Kalam yang mencakup dialeg, fungsi bahasa,
asalnya dan sumbernya. Ada sebuah pernyataan” Fiqh Al-Lughah belum
hilang pada zaman kontemporer, artinya penelitian tentang masalah ini,
masih dikombinasikan oleh para pelajar dengan mengemukakan pengertian
baru. Mereka menamainya ketika mereka berdiskusi walaupun ada
persamaan. Kombinasi ini jelas. Fiqh Al-Lughah dengan pemahaman lama
dan barunya tidak menjadi bagian dari kajian-kajian Ilm Al-Lughah. Dan
mungkin tidak memerlukannya dan cukup dengan istilah umum ini saja yang
aplikasinya terus berlangsung hingga sekarang dan menjadi salah satu
macam pelajaran bahasa. Demikin juga yang disimpulkan oleh Abduh Rajahi,
seorang peneliti dan linguis mesir di bukunya yang berjudul “Fiqh Al-Lughah
pada buku buku bahasa Arab” bahwasanya dia memiliki banyak penjelasan
hingga sekarang bahwa ada perbedaan yang jelas antara Ilm Al-Lughah dan
Fiqh Al-Lughah dan metodenya pada pembelajaran bahasa dan perbedaan
ini seharusnya menjadi jelas ketika orang arab melakukan penelitian metode
bahasa.
Demikianlah, kita bisa lihat bahwa ada perhatian Linguis yang
menulis Fiqh Al-Lughah. Perhatian pertamanya mereka mempercayai
metode arab klasik dalam membedakan Fiqh Al-Lughah dan Ilm Al-Lughah,
sedangkan perhatian keduanya adalah adanya pengaruh kajian kebahasaan
modern yang dikembangkan oleh para linguis Eropa dan Amerika walaupun
ada perbedaan diantara keduanya.
Rangkuman
Setelah adanya pertentangan pendapat di kalangan Linguis Modern
mengenai konsep Fiqh Al-Lughah dan Ilm Al-Lughah, akhirnya kita sampai
kepada gerakan kebahasaan yang berkembang sangat cepat dalam
beberapa tahun terakhir yang cenderung memiliki perbedaan dasar diantara
keduanya, yaitu:
1. Fiqh Al-Lughah mengkaji bahasa sebagai sarana untuk kajian
kebudayaan atau sastra, sedangkan Ilm Al-Lughah mengkaji esensi
bahasa itu sendiri, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh De
Sausaree bahwa konsep Ilm Al-Lughah adalah bahasa itu sendiri.
2. Sesungguhnya ruang lingkup Fiqh Al-Lughah itu lebih luas dan lebih
komprehensif. Tujuan ilmu Fiqh Al-Lughah adalah mengkaji
kebudayaan dan sastra serta meneliti alam pikiran dari segala
kontennya. Oleh karena itu Fiqh Al-Lughah memperhatikan
pembagian bahasa serta perbandingannya satu dengan yang lain dan
meninjau ulang gaya-gaya tulisan teks klasik melalui cara identifikasi
terhadap konten budaya yang berbeda. Adapun Ilm Al-Lughah fokus
kepada analisis tata bahasa dan deskriptifnya.
3. Istilah Fiqh Al-Lughah mendahului istilah Ilm Al-Lughah dilihat dari sisi
waktu.
4. Ilm Al-Lughah ditandai sejak pertumbuhan dan perkembangan ilmu
science menurut pemahaman yang cermat terhadap istilah ini,
sedangkan belum bisa dirubah
5. Pekerjaan ahli fiqh al-Lughah merupakan pekerjaan sejarawan
(Historical Comparative) adapun ahli ilmu Lughah adalah Descriptive.
Pantas saja disebutkan perbedaan antara Fiqh Al-Lughah dan Ilm Lughah, ini
merupakan perkara yang baru, karena Ilm Lughah belum memyebar kecuali
pada akhir abad 19, Fiqh Al-Lughah merupakan ilmu tarikh yang bertujuan
untuk mengetahui peradaban masa lampau dengan cara melalui dokumen
yang tertulis yang telah ditinggalkannya dan dokument tersebut telah
membantu kita untuk memahami peradaban dan penjelasan pentafsiran
bahasa.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Metode
Linguistik Modern. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep dari fiqh lughah dan ilm lughah.
Tes Formatif 1
Pokok-Pokok Materi
1. Bahasa se rumpun
2. Perkembangan bahasa semit
3. Ciri-ciri bahasa semit
4. Asal-usul bahasa arab.
Uraian Materi
A. Sejarah Bahasa Samiyah
1 Ahmad Muhammad Qoddur, Al Madhkal ila Fiqh Al Lughah, (Dar al-Fikr al Mu’ashir: Bairut,
1992), hal.23
macam; bahasa Tharani, Turki, Mongol, dan juga termasuk bahasa Jepang
dan termasuk juga di dalamnya bahasa Cina dan Tibet dan bagian bahasa
melayu juga termasuk menjadi bahasa Indonesia.
Yang bergantung pada pembagian bahasa menurut kriteria
pengembangan dan peningkatan yang berhubungan dengan kaidah sorof
dan struktur aturan.
Menurut teori terdapat 4 jenis makna, yaitu:
1. Bahasa isolasi yaitu bahasa yang tidak berubah-ubah, bentuk
kata ini tidak berubah dan dasarnya tidak melekat dengan huruf-huruf
tambahan baik di awal ataupun di akhir dan bukan bagian-bagian
susunan penyambung dari tiap-tiap bahasa ini. Yang termasuk ke
dalam bahasa-bahasa ini yaitu bahasa Cina, Barmania, Tibet dan
banyak lagi dari bahasa-bahasa primitif.
2. Bahasa yang melekat atau bahasa penggabungan, yaitu
bahasa yang dihiasi oleh awalan dan akhiran yang terikat dengan
bahasa asli, maka berubahlah maknanya dan hubungannya selain
dari bagian-bagian susunan. Meliputi Turki, Mongolia, Mansyuria,
Jepang, dan lain sebagainya.
3. Bahasa analisis atau berubah-ubah yaitu berubah bentuknya
dengan perubahan maknanya, dan dari bahasa-bahasa Semitik ini
dalam bahasa arab, dan kebanyakan bahasa-bahasa India dan
Eropa.
Dan uraian pembagian ini merupakan diluar bahasan yang akan kita bahas,
maka kita cukupkan dengan memberikan isyarat bahasa-bahasa semit untuk
mempermudah penelitian perkembangan bahasa arab sampai ke cabang-
cabangnya.
Adapun perbedaan di antara bahasa semit dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu sebagai berikut:
Memakrifahkan kata, di mana setiap bahasa dalam rumpun bahasa semit memiliki
perbedaan dalam memakrifahkan kata. Bahasa Arab menggunakanalif lam pada
awal isim, Bahasa Ibriya memakai ha pada awal isim, Bahasa Sabak menggunakan
huruf nun pada akhir kata, Bahasa Armenia menggunakan ( )اpada akhir kata,
Bahasa Syuria dan bahasa Habsy tidak terdapat cara memakrifahkan secara mutlak.
Bahasa Arab yang memiliki huruf ذ, غ, ظ, dan ضyang tidak terdapat dalam bahasa
Ibriya.
Dua fonetik Ibriya yaitu p ( ), dan v ( ) yang tidak terdapat di dalam bahasa Arab.
Biasanya apabila dalam bahasa Ibriya berbentuk سmaka dalam bahasa Arab dan
Habsy berbentuk شdan sebaliknya.
Tata bahasa
Dilihat dari segi masa perkembangannya, maka bahasa Arab itu terbagi kepada
dua macam:
1. Al-Arabiyat al-ba’idah dikenal dengan sebutan Arabiyat al-nuqusy (bahasa
Arab prasasti), yaitu bahasa Arab yang telah punah. Beberapa dialek yang
tergolong al-Arabiyat al-ba:idah ini, misalnya, adalah dialek al-tsamudiyah, al-
shafawiyah, dan al-lihyaniyah.
2. Al-Arabiyat al-Baaqiyah, yaitu bahasa Arab yang masih tinggal atau masih
ada sekarang ini merupakan peracampuran dari berbagai macam dialek,
yang terletak di bagian selatan Jazirah Arab dan utara.
Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang dipergunakan secara
mutlak oleh bangsa Arab (orang-orang Arab) baik dalam tulisan, karangan
kesusastraan dan sebagainya, seperti yang ada sekarang ini. Dan secara
langsung dapat kita saksikan dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
Bahasa Arab Baqiyah ini tumbuh dan berkembang di negeri Nejed
dan Hijaz. Kemudian tersebar luas ke sebagian besar negeri Semit dan
Hamit. Dari sinilah timbul dialek. Dialek yang dipergunakan di masa kini di
negeri Hijas, Nejed, Yaman dan daerah sekitarnya seperti Emirat arab,
Palestina, Yordania, Syiria, Libanon, Irak, Kuait, Mesir, Sudan, Libia, al-
Jazair, dan Maroko.
Bahasa Arab baqiyah meninggalkan pembebasan kata terhadapnya
dan bahasa yang masih digunakan sehari-hari oleh orang-orang di berbagai
daerah Arab. Hal itu adalah perpaduan dari berbagai dialek yang berbeda-
beda, sebagian besar dari Jazirah Utara, dan sebagian lagi dari negeri-
negeri Selatan yang bercampur satu sama lain sehingga menjadi bahasa
yang satu yaitu (Arab Fushah) yang digunakan sehari-hari dalam beberapa
tulisan, pidato, radio, surat kabar, dan sebagainya. Hal itu telah telah
tersebar sebelum Islam, kemudian dirangkai menjadi sajak-sajak yang
digunakan untuk berkhutbah/berpidato. Dari aspek bahasa fushah ini
banyak dialek yang berbeda satu sama lain dari segi bunyi, makna, tata
bahasa, dan kosa kata. Kita akan membicarakan hal ini secara rinci di bab
berikutnya (kehidupan berbahasa Arab).
a. Al-Arab al-Aribah, mereka itu berasal dari Qahtan. Bani qathan dengan
dua suku induknya, Kahlan dan Himyar mendirikan Himyar dan
Tababi'at. Disebut dalam al-Qur'an "Tabba". Selain itu mereka pulalah
mendirikan kerajaan Saba' kira-kira abad ke- 8 SM. Bani Qahtan inilah
yang memerintah semenanjung Arabiyah sesudah al-Arab al-Baidah.
b. Al-Arab al-Musta Ribah keturunan nabi Ismail, mereka kemudian
terkenal dengan nama "bani Adnan", suku inilah yang merebut
kekuasaan bani Qahtan. Bani Adnan tingal di Hijaz, Nejed dan
Tihamah. Bani ini mempunyai empat suku induk yaitu Rabi'ah, Mudhar,
Iyad dan Anmar. Dari kabilah Adhan ini lahirlah beberapa kabilah, di
antaranya Lahillah, kabila bani Kinanah yang selanjutnya melahirkan
kabilah Quraisy.
2. Pada bahsa Arab standard tidak terdapat ciri-ciri yang bersifat kedaerahan
atau yang ada kaitannya dengan kabilah tertentu. Dengan demikian ketika
seseorang berbicara dengan menggunakan bahasa Arab standard, sulit
diketahui dari kabilah mana dia berasal.
Rangkuman
Tes Formatif 1
Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
A. Linguistik Komparatif
Linguistik komparatif mengkaji sekelompok bahasa yang berasal dari satu
rumpun bahasa melalui studi komparatif. Linguistik komparatif merupakan metode
linguistik modern yang paling lama. Dengannya dimulailah kajian bahasa pada masa
kecemerlangannya pada abad 19.
Studi komparatif itu mengacu pada adanya klasifikasi yang jelas terhadap
bahasa-bahasa sampai rumpun-rumpun bahasa. Kekerabatan antar bahasa belum
dikenal secara ilmiah dan akurat sampai ditemukan bahasa Sansekerta di India.
Bahasa Sansekerta telah dibandingkan dengan bahasa Yunani dan bahasa Latin. Dari
komparasi ini terbukti adanya kekerabatan bahasa antarbahasa ini dan hal itu merujuk
ke asal yang lama dan musnah.
Sedikit demi sedikit kajian bahasa telah mencapai kemajuan. Maka
dibandingkanlah berbagai bahasa Eropa, bahasa Iran (Persia), dan bahasa India.
Dengan perbandingan-perbandingan ini, terbukti bahwa banyak bahasa ini yang
mengandung aspek-aspek kemiripan dalam bentuk dan leksikon. Dengan demikian
jelaslah rambu-rambu rumpun bahasa yang besar dan mencakup banyak bahasa di
India, Iran, dan Eropa. Para linguis mengistilahkan rumpun bahasa dengan nama
rumpun bahasa Indo-Eropa, sedangkan para linguis Jerman sendiri menamakannya
rumpun bahasa Indo-German. Juga, para linguis bahasa Semit menerapkan metode
komparatif sebagaimana yang berkembang dalam bidang bahasa Indo-Eropa. Dengan
demikian muncullah linguistik komparatif bahasa Semit yang mengkaji sekelompok
bahasa Arab, bahasa Ibrani, bahasa Aramea, bahasa Akadis, bahasa Arab Selatan, dan
bahasa Habsyi (Ethopia). Studi komparatif tentang bahasa-bahasa Semit telah
mencapai kecemerlangan pada periode waktu temuan-temuan peninggalan itu
menampakkan bahasa-bahasa klasik tulis pada prasasti-prasasti, yaitu bahasa Akadis
di Irak, bahasa Arab Selatan di Yaman, dan bahasa Fenesia di pantai Syam (Syria). Di
samping bahasa-bahasa Semit pada abad 20 ada bahasa Ugarit yang ditemukan di
pantai Syam dengan kota Ra'susyamra pada tahun 1926.
Sesungguhnya studi komparatif itu mengkaji rumpun bahasa yang utuh atau
salah satu cabang dari rumpun bahasa ini. Oleh karena itu, linguistik Indo-Eropa
bandingan dianggap sebagai salah cabang tersendiri dalam kajian bahasa. Demikian
pula linguistik Semit bandingan dianggap sebagai cabang lain dalam kajian bahasa.
Linguistik komparatif mengkaji bidang-bidang linguistik tersebut. Dari segi fonologi,
ia membahas bunyi-bunyi yang ada dalam bahasa-bahasa ini yang berasal dari
rumpun bahasa yang sama dengan berupaya mencapai kaidah-kaidah yang berlaku
umum yang dapat menafsirkan perubahan-perubahan fonologis yang terjadi
sepanjang zaman. Maka satu bahasa dapat dibagi ke dalam dialek-dialek dan banyak
bahasa yang pada gilirannya terbagi ke dalam bahasa-bahasa lain.
Dalam kajian fonologi bandingan, jelaslah bahwa seperangkat bunyi
berlangsung terus tanpa perubahan yang berarti dalam semua rumpun bahasa yang
sama. Misalnya, semua bahasa Semit memiliki bunyi ( )اﻟﺮاءtanpa perubahan.
Sebaliknya dari ini, ada bunyi-bunyi yang tunduk kepada perubahan-perubahan yang
jauh jangkaunnya. Misalnya, bunyi ( )اﻟﻀﺎدyang tersembunyi karena berlalunya
waktu dari semua bahasa Semit kecuali bahasa Arab. Atas dasar itu, kajian bunyi-
bunyi halq (paring) dalam bahasa-bahasa Semit atau kajian bunyi ithbaq (velarisasi)
dalam bahasa-bahasa Semit atau kajian bunyi-bunyi bilabial dalam bahasa-bahasa
Semit dianggap termasuk masalah fonologi bandingan dalam bahasa-bahasa Semit.
Yang demikian itu karena kajian-kajian ini berada dalam bidang fonologi dan dapat
dilakukan dengan metode komparatif.
Adapun dari segi morfologi, linguistik komparatif mengkaji segala apa yang
berkaitan dengan wazan (pola kata), prefiks, sufiks, dan berbagai fungsinya. Oleh
karena itu, kajian tentang dhamir (pronomina) dalam bahasa Semit termasuk kajian
morfologi bandingan karena ia berada dalam ruang lingkup konstruksi kata dan dapat
dilakukan dengan metode komparatif. Kajian-kajian tentang konstruksi fi'il (verba)
atau isim fa'il (participle) atau mashdar (gerund) dalam bahasa Semit, semua kajian
ini termasuk dalam morfologi bandingan bahasa Semit. Kaji banding tentang
sintaksis dianggap termasuk bidang kajian ketiga dalam linguistik bandingan.
Sesungguhnya kajian jumlah khabariyah (kalimat berita), baik fi'liyah (verbal)
maupun ismiyah (nominal) dalam bahasa-bahasa Semit dianggap sebagai salah satu
topik kajian utama. Semua masalah yang berkaitan dengan konstruksi kalimat dalam
bahasa Semit masuk juga dalam kerangka ini. Di antara topik-topik ini adalah
istifham (kata tanya), istitsna (pengecualian), muthabaqah (persesuaian) antara fi'il
dan fa'il, dan muthabaqah antara 'adad (numeralia) dan ma'dud (penggolong) dalam
bahasa-bahasa Semit.
Dalam bahasa Semit, semantik bandingan mengkaji segala apa yang berkaitan
dengan sejarah kata dan pengasalannya. Ada sejumlah kata dalam bahasa Semit
kolektif yang kita dapati dalam semua bahasa Semit; terkadang maknanya sama dan
terkadang maknanya berdekatan. Kajian kata-kata ini termasuk semantik bandingan.
Dan ada banyak kata dalam bahasa Semit yang tersusun dari entri-entri yang kolektif;
kajian kata-kata baru ini dan perubahan semantis yang terjadi padanya, juga termasuk
semantik bandingan. Aspek terapan semanatik bandingan adalah pengasalan entri-
entri bahasa dalam kamus, sedangkan pengasalan entri leksikal Arab dengan
mengembalikannya ke asal kata dalam bahasa Semit, jika ada, dianggap termasuk
tambahan-tambahan penting yang kita dapati - misalnya - dalam kamus besar yang
diterbitkan oleh lembaga bahasa Arab di Kairo. Pengasalan-pengasalan ini berdasar
pada semantik bandingan dalam bahasa-bahasa Semit.
B. Linguistik Deskriptif
Linguistik deskriptif mengkaji satu bahasa atau satu dialek secara ilmiah pada
masa tertentu atau tempat tertentu. Ini berarti bahwa linguistik deskriptif mengkaji
tataran satu bahasa. Para linguis pada abad 19 dan awal abad 20 masih mengkaji
bahasa-bahasa melalui metode komparatif.
Studi komparatif adalah satu-satunya bentuk yang menggambarkan kajian
bahasa. Akan tetapi linguis, De Saussure menetapkan - melalui kajiannya tentang
teori bahasa - kemungkinan mengkaji satu bahasa dengan mengenali konstruksi
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantiknya. Menurutnya kajian ini berkaitan
dengan tataran bahasa itu sendiri pada masa tertentu. Ini berarti bahwa kajian
deskriptif tidak boleh mencampurkan pase-pase waktu atau mencampurkan berbagai
tataran.
Setelah De Saussure, para linguis mulai mengembangkan metode-metode
penelitian konstruksi bahasa. Pada tahun 1950-an yang lalu perhatian para linguis
terhadap metode deskriptif semakin bertambah. Dalam rangka inilah terbentuk
beberapa mazhab yang berbeda-beda dalam teknik deskripsi bahasa. Akan tetapi
mazhab-mazhab ini bertolak dari dasar-dasar yang terbentuk pada De Saussure dan
orang yang sesudahnya.
Linquistik deskriptif menjadi dominan di kalangan kebanyakan orang yang
berkecimpung dalam kajian bahasa di dunia sehingga sebagian orang berbicara
tentang linguistik modern, yakni linguistik deskriptif. Seolah-olah metode itu
merupakan satu-satunya metode baru dalam linguistik.
Sesungguhnya semua kajian yang mengkaji salah satu tataran bahasa dengan
kajian yang menyeluruh atau partial terhadap salah satu aspeknya itu termasuk topik-
topik linguistik deskriptif. Maka kajian konstruksi fonologi bahasa Arab fusha pada
abad 2 H, kajian tentang fonologi bahasa Arab modern, dan kajian silabel dalam
dialek Aman termasuk kajian fonologi deskriptif. Adapun morfologi deskriptif
mengkaji topik-topik seperti konstruksi fi'il (verba) dalam dialek Kairo, konstruksi
isim (nomina) dalam bahasa Arab fusha modern, isytiqaq (derivasi) dalam Al-
Qur'anul Karim, dan mashdar dalam syair Jahili. Ini adalah contoh-contah kajian
yang mengkaji konstruksi kata pada salah satu tataran bahasa tertentu. Juga, masalah
analisis konstruksi kalimat termasuk dalam linguistik deskriptif. Di antara contoh-
contoh konstruksi kalimat yang dikaji melalui metode deskriptif adalah jumlah
‘arabiyah (kalimat bahasa Arab) dalam syair Jahili, jumlah khabariyah (kalimat
berita) dalam Al-Qur'anul Karim, jumlah thalabiyah (kalimat permobonan) dalam
kitab Al-Ashma'i, jumlah syarthiyah (kalimat kondisional/pengandaian) menurut
orang-orang Hudzail, jumlah istifham (kalimat tanya), natsar (prosa) Arab modern.
Dan dalam aspek leksikal - juga - ada ruang linqkup besar untuk menerapkan
metode deskriptif. Ada kamus-kamus yang diterbitkan untuk tataran bahasa tertentu,
seperti kamus kata-kata Al-Qur'an. Sekarang dalam rangka penyusunan skripsi pada
Fakultas Sastra Universitas Kairo, disiapkan kamus-kamus yang masing- masing
bertalian dengan penyair tertentu atau penulis tertentu dari para penulis dalam bahasa
Arab. Itu merupakan usaha yang bertujuan mendaftar realita leksikal dalam teks-teks
ini. Demikianlah, bidang kajian deskriptif itu banyak. Kajian fonologi, kajian
morfologi, kajian sintaksis, atau kajian semantik apapun terhadap salah satu tataran
bahasa Arab, baik lama maupun baru dianggap kajian deskriptif.
C. Linguistik Historis
Linguistik historis mengkaji perkembangan sebuah bahasa lewat beberapa masa
atau dengan makna yang lebih akurat, ia mengkaji perubahan dalam sebuah bahasa
sepanjang masa. Ada para linguis yang menolak kata perkembangan dalam rangka ini
karena dianqqap mengandung indikasi peningkatan, yaitu perubahan ke arah yang le-
bih baik. Ini penilaian evaluatif. Itu tidak mungkin dalam bidang perubahan bahasa.
Maka tidak ada suatu bentuk yang lebih baik daripada bentuk lain dan tidak ada suatu
bunyi yang lebih utama daripada bunyi lain. Oleh karena itu, kebanyakan linguis
modern lebih mengutamakan deskripsi apa yang teriadi itu sebagai perubahan. Dan
ada perbedaan antara pendapat yang mengatakan bahwa dialek merupakan akibat
perubahan bahasa dan dialek merupakan akibat perkembangan bahasa.
Kajian-kajian bahasa bandingan memiliki ciri historis, tetapi ia berusaha
menyusun tataran-tataran bahasa dan berbagai tataran yang berasal dari satu rumpun
dengan susunan yang dalam posisi pertama mementingkan bentuk dan tataran-tataran
bahasa yang musnah pada masa lalu. Dan dari tataran itu linguis dapat mengenali
bentuk asli atau bentuk yang paling klasik; dari bentuk itu dapat diproduksi bentuk-
bentuk lainnya. Oeh karena itu, kegiatan ini disebut kegiatan historis bandingan.
Terkadang sebagian linguis menggambarkan bahwa linguistik historis bisa cukup
dengan tahap-tahap yang sedini mungkin dalam sejarah setiap bahasa, yaitu tahap
yang kondusif dan paling klasik serta relatif paling dekat ke bahasa klasik. Akan
tetapi kejelasan metodologis dalam linguistik memberikan kemungkinan adanya
kajian deskriptif tentang berbagai tataran bahasa lewat beberapa abad. Juga hal itu
memberikan kemungkinan agar kajian-kajian deskriptif yang banyak ini terintegrasi
untuk membuka jalan di depan kajian bahasa secara historis. Dengan kata lain, kajian
tentang sejarah bahasa dari teks yang paling klasik yang terbukukan sampai sekarang.
Ada banyak masalah dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis. dan semantik
yang masuk dalam kerangka linguistik historis. Maka kajian perubahan bunyi dalam
bahasa Arab tergolong ke dalam kajian fonologi historis; kajian bentuk-bentuk jamak
dalam bahasa Arab dengan menelusuri distribusinya dan persentase keumumannya
dalam berbagai tataran bahasa lewat beberapa masa, itu merupakan salah satu topik
morfologi historis; kajian jumlah istifham (kalimat tanya) dalam bahasa Arab lewat
beberapa masa, itu termasuk kajian sintaksis historis. Demikian pula, jumlah
syarthiyah (kalimat kondisional/pengandaian) dan jumlah istitsna (kalimat
pengecualian) dalam bahasa Arab. Dan kajian perubahan semantis dan penyiapan
kamus-kamus yang berkaitan dengannya termasuk bidang linguistik yang paling
penting. Kamus historis itulah yang merupakan kamus yang memberikan sejarah
setiap kata dalam sebuah bahasa. Permulaan setiap kata itu dicatat berdasarkan
sejarahnya dari mulai teks yang paling kuno yang ada sampai teks yang paling akhir
untuk ditelusuri semantiknya dan perubahannya. Kamus Oxford Historis bahasa
Inggris dianggap termasuk kamus historis bahasa. Kajian leksikal deskriptif yang
disiapkan untuk bahasa Arab bertujuan menjadi dasar-dasar dalam penyusunan kamus
historis bahasa Arab.
Ada banyak bidang kajian bahasa historis. Sejarah bahasa dengan segala
aspeknya yang utuh yang berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
sejarah kehidupan bahasa. Kajian ini tidak terbatas pada perubahan struktur bahasa
dari aspek fonologi, aspek morfologi, aspek sintaksis, dan aspek leksikon, melainkan
juga mengkaji tataran-tataran pemakaian bahasa di berbagai lingkungan dan
perubahan yang demikian itu lewat segala zaman. Juga, ia mengkaji persebaran
bahasa dan masuknya bahasa ke daerah-daerah baru dan mengkaji persebaran bahasa
di daerah-daerah tertentu. Misalnya, bahasa Arab selama beberapa abad ada di
Andalusia dan Iran (Persia).
Di semenanjung benua India bahasa Arab pernah menjadi bahasa kebudayaan.
Kajian gerakan pengaraban dari satu aspek kemudian persebaran bidang pemakaian
bahasa Arab di sebagian daerah ini dianggap termasuk kajian bahasa historis. Atas
dasar itu, sejarah bahasa mengkaji perubahan dalam struktur bahasa dan perubahan
dalam tataran pemakaiannya.
D. Linguistik Kontrastif
Linguistik kontrastif merupakan cabang linguistik terbaru; ia lahir setelah
perang dunia kedua. Linguistik kontrastif berdasar pada gagasan yang sederhana.
Tidak syak lagi bahwa banyak orang yang mempelajari bahasa asing atau
mengajarkannya telah memahaminya. Maka kesulitan yang dihadapi oleh pembelaiar
bahasa asing yang pada mulanya berkaitan dengan perbedaan-perbedaan antara
bahasa asing dan bahasa ibu. Istilah bahasa ibu atau bahasa pertama digunakan pada
bahasa tempat dibesarkannya seseorang atau bahasa yang ia peroleh sejak kanak-
kanak, baik di lingkungannya, dalam hubungan keluarganya, maupun dalam
hubungan sosial setempat. Sebaliknya, istilah bahasa kedua menyatakan bahasa yang
diperoleh manusia sesudah itu. Tentu, termasuk dalam hal ini semua bahasa asing
yang diperoleh manusia pada berbagai jenjang pendidikan atau ketika bergaul
langsung dengan para penutur asli.
Oleh karena itu, dalam kajian-kajian yang bertalian dengan pengajaran bahasa,
istilah bahasa kedua digunakan pada bahasa asing, sedangkan dalam bidang
pengajaran, istilah bahasa sasaran digunakan pada bahasa yang hendak dipelajari.
Yang demikian itu kebalikan dari bahasa sumber, yaitu bahasa ibu atau bahasa
pertama.
Berdasarkan perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa sasaran muncullah
kesulitan. Bunyi-bunyi yang tidak ada dalam bahasa sasaran dan tidak ada dalam
bahasa pertama, tentu akan menimbulkan kesulitan yang sebaiknya diupayakan
solusinya. Linguistik kontrastif merupakan cabang linguistik terbaru Kita
menghindari pemakaian kata muqaranah (komparasi) agar linguistik kontrastif tidak
bercampur dengan linguistik komparatif. Linguistik komparatif membandingkan
bahasa-bahasa yang berasal dari satu rumpun bahasa. Pada mulanya ia mementingkan
pemakaian yang paling klasik dalam bahasa-bahasa ini untuk sampai pada bahasa
yang menghasilkan semua bahasa. Oleh karena itu, linguistik komparatif mempunyai
tujuan historis yang berupaya mengungkap aspek-aspek dari masa lalu yang jauh.
Adapun linguistik kontrastif tidak berurusan dengan perhatian historis;
kajiannya mempunyai tujuan aplikatif dalam pengajaran bahasa. Oleh karena itu,
kajian kontrastif itu mungkin ada di antara dua bahasa dari satu rumpun atau dua
rumpun yang berbeda dengan tujuan bukan untuk mengenali asal-usul bahasa klasik,
tetapi dengan tujuan mengenali perbedaan morfologis, pebedaan sintaktis, dan
perbedaan leksikal antara dua sistem bahasa. Misalnya, kajian kontrastif dapat
dilakukan antara bahasa Arab dan bahasa Tigerinia - bahasa Aritaria; keduanya
termasuk bahasa bahasa Semit. Juga, kajian kontrastif dapat dilakukan antara bahasa
Arab dan bahasa Urdu; keduanya termasuk dua rumpun bahasa yang berbeda.
Kajian kontrastif tidak terbatas pada kajian perbedaan antara dua bahasa, tetapi
dapat juga antara dialek lokal dan bahasa fusha yang dicari. Kesulitan yang terjadi,
yang dihadapi oleh para penutur dialek itu dalam upaya pemerolehan bahasa fusha -
pada mulanya - diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan antara dialek ini dan bahasa
itu. Maka kesulitan yang dihadapi oleh para penutur Mesir dalam belajar bunyi-bunyi
bainal asnaniyyah (antardental), yaitu: ()اﻟﺜﺎء, ()اﻟﺬال, dan ( )اﻟﻈﺎءdalam bahasa fusha,
kesulitan yang dihadapi oleh para penutur Irak dan Jazirah Arab dalam membedakan
bunyi antara ( )اﻟﻀﺎدdan ()اﻟﻈﺎء, dan kesulitan yang dihadapi oleh sejumlah orang
Palestina dalam membedakan bunyi antara ( )اﻟﻘﺎفdan ()اﻟﻜﺎفitu disebabkan oleh
perbedaan-perbedaan antara dialek setempat dan bahasa fusha. Kajian kontrastif tidak
terbatas pada bidang fonologi, melainkan juga kajian kontrastif ini menyangkut
morfologi, sintaksis, dan semantik. Struktur bahasa itu berbeda antara bahasa ibu dan
bahasa sasaran. Struktur yang berbeda di antara kedua bahasa itu dan kata-kata yang
berbeda semantiknya antara kedua tataran itu dapat dikenali melalui kajian kontrastif.
Lalu pemecahan kesulitan ini adalah dengan memperhatikan keduanya dalam
program pengajaran bahasa.
Apabila bahasa pertama kehilangan bunyi-bunyi yang terdapat dalam bahasa
kedua, maka harus diperhatikan latihan pengucapan terhadap bunyi-bunyi ini. Dan
apabila sebagian kata dipakai dalam dialek setempat dengan semantik yang berbeda
dengan bahasa sasaran, maka perlu diperhatikan latihan yang menielaskan makna
yang tepat dalam bahasa sasaran. Demikianlah kajian kontrastif dapat menyajikan
asas kebahasaan yang objektif untuk mengatasi kesulitan dalam belaiar bahasa.
Rangkuman
Linguistik modern mengkaji konstruksi bahasa dari beberapa aspek, yaitu (1)
fonetik-fonologi, (2) morfologi, (3) sintaksis, dan (4) semantik. Pembagian ini
bertolak dari satuan-satuan kecil dalam bahasa sampai satuan-satuan besar.
Linguistik modern telah memperkenalkan beberapa metode sejak lahirnya pada
abad 19 hingga sekarang, yaitu: (1) linguistik komparatif, (2) linguistik deskriptif, (3)
linguistik historis, dan (4) linguistik kontrastif.
Linguistik komparatif mengkaji sekelompok bahasa yang berasal dari satu
rumpun bahasa melalui studi komparatif. Linguistik komparatif merupakan metode
linguistik modern yang paling lama.
Linguistik deskriptif mengkaji satu bahasa atau satu dialek secara ilmiah pada
masa tertentu atau tempat tertentu. Ini berarti bahwa linguistik deskriptif mengkaji
tataran satu bahasa.
Linguistik historis mengkaji perkembangan sebuah bahasa lewat beberapa masa
atau dengan makna yang lebih akurat, ia mengkaji perubahan dalam sebuah bahasa
sepanjang masa.
Linguistik kontrastif merupakan cabang linguistik terbaru. kajian kontrastif itu
mungkin ada di antara dua bahasa dari satu rumpun atau dua rumpun yang berbeda
dengan bertujuan mengenali perbedaan morfologis, pebedaan sintaktis, dan
perbedaan leksikal antara dua sistem bahasa.
Tugas
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Metode
Linguistik Modern. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat pada
Kegiatan Belajar 1, buatlah peta konsep dari metode linguistik modern.
Tes Formatif 1
Pokok-pokok Materi
1. Pengertian psikolinguistik
2. Jangkauan psikolinguistik
3. Pemerolehan bahasa
4. Hubungan bahasa dan pengguna bahasa
5. Perkembangan psikolinguistik.
Uraian Materi
A. Pengertian Psikolinguistik
Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan
Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama
sebuah disiplin ilmu. Secara umum, Psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan
hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Pakar psikologi
sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir
manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan mengkaji
proses berpikir itu ialah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia.
Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa
(Bloomfield, 1928:1). Bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah
sistem bunyi yang arbriter, konvensional, dan dipergunakan oleh manusia sebagai
sarana komunikasi. Hal ini berarti bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan
bahasa dengan fenomena lain. Bahasa dipandang sebagai bahasa yang memiliki
struktur yang khas dan unik. Munculnya ilmu yang bernama psikolinguistik tidak
luput dari perkembangan kajian linguistik
Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic
psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology
of language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah
dan sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik
(psycholinguistic).
Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses-proses psikologis
yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang
didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh manusia (Simanjuntak, 1987: 1). Aitchison (1984), membatasi
psikolinguistik sebagai studi tentang bahasa dan pikiran. Psikolinguistik merupakan
bidang studi yang menghubungkan psikologi dengan linguistik. Tujuan utama
seorang psikolinguis ialah menemukan struktur dan proses yang melandasi
kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa. Psikolinguis tidak
tertarik pada interaksi bahasa di antara para penutur bahasa. Yang mereka kerjakan
terutama adalah menggali apa yang terjadi ketika individu yang berbahasa.
Pakar psikologi maupun pakar linguistik sama-sama terlibat mempelajari
psikolinguistik. Kedua pakar itu termasuk pakar ilmu sosial. Oleh sebab itu,
pendekatan yang mereka gunakan dalam bidang ilmu ini hampir sama atau mirip.
Semua ilmuwan ilmu sosial bekerja dengan menyusun dan menguji hipotesis.
Misalnya, seorang psikolinguis berhipotesis bahwa tuturan seseorang yang
mengalami gangguan sistem sarafnya akan berdisintegrasi dalam urutan tertentu,
yaitu konstruksi terakhir yang dipelajarinya merupakan unsur yang lenyap paling
awal. Kemudian ia akan menguji hipotesisnya itu dengan mengumpulkan data dari
orang-orang yang mengalami kerusakan otak. Dalam hal ini seorang ahli psikologi
dan linguis agak berbeda. Ahli psikologi menguji hipotesisnya terutama dengan cara
eksperimen yang terkontrol secara cermat. Seorang linguis, dalam sisi yang lain,
menguji hipotesisnya terutama dengan mengeceknya melalui tuturan spontan. Linguis
menganggap bahwa keketatan situasi eksperimen kadang-kadang membuahkan hasil
yang palsu.
1) Pemerolehan Bahasa
Apakah manusia memperoleh bahasa karena dia dilahirkan dengan dilengkapi
pengetahuan khusus tentang kebahasaan? Atau mereka dapat belajar bahasa karena
mereka adalah binatang yang sangat pintar sehingga mampu memecahkan berbagai
macam masalah?
5.Neuropsikolinguistik (Neuropsycholinguistics)
Neuropsikolinguistik berbicara tentang hubungan bahasa dengan otak manusia.
Misalnya, otak sebelah manakah yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa?
Saraf-saraf apa yang rusak apabila seserorang terkena afasia broca dan saraf
manakah yang rusak apabila terkena afasia wernicke? Apakah bahasa itu memang
dilateralisasikan? Kapan terjadi lateralisasi? Apakah periode kritis itu memang
berkaitan dengan kelenturan saraf-saraf otak?
Periode 3
Perubahan tekanan pada periode ini menuju ke arah pragmatik komunikatif. Aspek bahasa
dalam lingkaran teori transformasional secara mendalam masih mempengaruhi teori
Psikolinguistik dan juga pengajaran bahasa kedua pada tahun 70-an.
Periode 4
Pada akhir dekade terakhir pandangan Pragmatik atau Sosiolinguistik menjadi arus utama
pada periode ini.
Periode 5
Pada tahun-tahun terakhir diusulkan model integratif yang terdiri atas komponen
behavioral dan kognitif serta ciri kepribadian
Audisi Fonasi
0 k: konsep
k b
O b: bayangan bunyi
Fonasi Audisi
1. Memahami Tuturan
Masalah menghasilkan tuturan dan memahami tuturan dalam komunikasi
merupakan masalah yang rumit jika ditinjau dari sudut bahasa. Masalah utamanya
adalah mungkin saja hubungan di antara keduanya itu tidak merupakan hubungan
langsung. Meskipun, mungkin akan sangat lebih sederhana apabila psikolinguis
mengatakan bahwa hubungan itu langsung. Tentu saja asumsi semacam itu tidak
berdasar dan paling tidak ada beberapa kemungkinan hubungan, di antaranya sebagai
berikut.
1) Menghasilkan dan memahami tuturan merupakan dua hal yang memang sama
sekali berbeda.
2) Memahami tuturan itu tidak lain adalah menghasilkan tuturan dan sebaliknya
3) Memahami tuturan dan menghasilkan tuturan itu sama saja
4) Memahami tuturan dan menghasilkan tuturan itu mungkin sebagian sama dan
sebagian yang lain berbeda (Aitchison, 1984)
Rentangan pilihan itu harus kita pertimbangkan untuk memperlakukan
pemahaman dan prouksi ujaran itu secara terpisah. Tampaknya kemungkinan 4
merupakan kemungkinan yang realistis. Proses produksi kalimat itu pada hakikatnya
bermula dari makna dan kemudian pembicara menggantikannya dengan bunyi bahasa
dan pendengar menggantikannya dengan makna. Dalam menghasilkan kalimat atau
tuturan, urutan ketat antara tahap-tahap semantik, sintaksis, dan fonetik tidak perlu
harus ditaati. Kadang-kadang urutan itu bisa dilompati.
Dalam proses memahami tuturan, sebenarnya telah terjadi proses mental dalam
diri pendengar. Pendengar tidak hanya secara pasif mendaftar bunyi-bunyi itu saja,
tetapi ia secara aktif memproses dalam pikirannya. Ada tuturan yang mudah dipahami
dan ada pula tuturan yang sukar dipahami. Tuturan itu sukar bagi pendengar apabila
tuturan itu tidak sesuai dengan harapan kebahasaannya dan jauh dari batas psikologis
tertentu. Pendengar merekonstruksi secara aktif bunyi-bunyi bahasa dan kalimat
dalam keselarasannya dengan harapan, baik secara kebahasaan maupun secara
psikologis.
Selama ini linguis beranggapan bahwa proses memahami itu sederhana.
Pendengar menebak, seperti seorang sekretaris duduk dengan mesin tiknya mengetik
apa yang didiktekan kepadanya. Sekretaris itu secara mental mengetik bunyi-bunyi
yang didengamya satu per satu dan kemudian membaca bunyi-bunyi yang
membentuk kata itu. Dapat juga diibaratkan proses memahami tuturan itu seperti
seorang detektif memecahkan kejahatan dengan mencocokkan sidik jari yang
ditemukan di tempat kejadian perkara dengan sidik jari yang terdapat dalam arsipnya
dan melihat sidik jari siapa itu. Karena tidak ada dua sidik jari pun yang sama, maka
dianggapnya bunyi-bunyi itu mempunyai pola bunyi yang unik.
Ternyata pendekatan sekretaris dan sidik jari itu telah dibuktikan salah, baik
oleh para ahli fonetik maupun ahli psikolinguistik. Hal itu menimbulkan beberapa
masalah. Pertama, jelas bahwa pendengar tidak dapat mencocokkan bunyi satu per
satu. Kecepatan tuturan tidak memungkinkan hal itu terjadi. Kedua, tidak ada
representasi bunyi yang pasti dengan simbol pada mesin tik, misalnya huruf /t/. Bunyi
itu bervariasi dari orang ke orang dan dari distribusi ke distribusi. Dengan demikian,
tidak akan ada kecocokan secara langsung antara bunyi itu dengan simbol huruf pada
mesin tik. Ketiga, bunyi secara akustis berada dalam sebuah kontinum. Bisa saja
bunyi itu mempunayi kemiripan, misalnya /g/ seperti /k/, /d/ bisa menjadi /t/, dan
sebagainya.
Pendengar memproses bunyi-bunyi itu secara aktif, melihat berbagai
kemungkinan pesan bunyi itu dengan menggunakan latar belakang pengetahuannya
tentang bahasa. Bukti yang paling jelas ialah betapa sulitnya kita menafsirkan
bunyi-bunyi yang berasal dari bahasa asing yang kita tidak memiliki pengetahuan
atau sedikit sekali pengetahuan tentangnya. Hal itu disebabkan kita begitu sibuk
mencari apa yang kita harapkan untuk didengar. Kita gagal memperhatikan fitur yang
baru. Yang diharapkan oleh pendengar itu tidak hanya pola bunyi, tetapi juga pola
kalimat dan makna. Urutan pemahaman juga tidak harus kaku dari bunyi ke kalimat,
kemudian ke makna, tetapi dapat saja seorang melompat dari bunyi langsung ke
makna. Sebagai contoh, jika mendengar suara menggonggong, tanpa melihatpun kita
tahu bahwa itu adalah suara anjing atau bisa pula orang meniru suara anjing. Bukti itu
menyarankan bahwa kita membuat dugaan yang mirip tentang apa yang kita dengar.
Macam dugaan seseorang itu bergantung pada apa yang diharapkan untuk
didengarnya. Apa yang sebenarnya diharapkan oleh pendengar ketika akan
memahami tuturan?
Ketika seseorang siap untuk memahami tuturan ia sebenamya mencocokkan
tuturan itu dengan sejumlah asumsi atau harapan tentang struktur dan isi kalimat
bahasanya. Kalimat yang cocok dengan harapannya akan lebih mudah dipahami dan
yang tidak cocok akan sukar dipahami. Seperti apakah asumsi itu? Ada empat asumsi
menurut Aitchison (1984), yakni sebagai berikut.
Asumsi 1:
Setiap kalimat terdiri atas satu atau dua penggalan bunyi dan setiap penggalan
secara normal merupakan frase kata benda yang diikuti oleh frase kata kerja dan
secara manasuka diikuti oleh frase kata benda yang lain. Jadi, setiap kalimat mungkin
sederhana atau kompleks dan dapat terdiri atas beberapa penggalan bunyi.
Contoh:
- Anak itu makan. (Frase kata benda -frase kata kerja)
- Anak itu makan kacang. (Frase benda -frase kata kerja -frase kata benda)
Asumsi 2:
Dalam urutan ‘frase kata benda-kata kerja-frase kata benda’, kata benda yang
pertama biasanya adalah pelaku dan yang kedua adalah objek. Begitulah kalimat itu
mempunyai urutan pelaku tindakan dan objek.
Contoh:
- Ali memukul bola.
Ali sebagai pelaku. Bola sebagai objek
Asumsi 3:
Bila sebuah kalimat kompleks dibentuk dari klausa utama dan klausa bawahan,
klausa utama itu biasanya muncul lebih dulu
Contoh:
- Ayah sedang makan ketika ibu datang
‘ayah sedang makan’ sebagai klausa utama.
‘ketika ibu datang’ sebagai klausa bawahan.
Asumsi 4:
Kalimat itu biasanya membentuk makna. Artinya, orang itu mengatakan sesuatu
yang mempunyai makna dan tidak hanya asal berbicara.
Contoh:
1. Bunga itu harum sekali.
2. Karena dan itu bukan hanya daripada dari sebab.
Kalimat (1) mempunyai makna. tetapi, kalimat (2) itu tidak dapat disebut
sebagai kalimat yang bermakna dan tidak akan diucapkan oleh penutur yang sehat
pikirannya.Dengan dipandu oleh asumsi itu, pendengar mengatur strategi untuk
menangkap makna kalimat yang didengarnya. Jika seseorang itu mendengar kalimat,
ia akan mencari isyaratnya yang akan memperkuat bahwa harapannya benar. Ketika
menemukannya, ia akan melompat pada simpulan tentang apa yang didengarnya.
Keempat asumsi itu meskipun disebutkan berurutan tetapi ketika digunakan
untuk menangkap makna kalimat ia akan dapat bekerja secara serentak.
2. Produksi Ujaran
Tujuan proses produksi ujaran adalah untuk menghasilkan seperangkat bunyi
yang digunakan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Hal itu dilakukan
dengan menggunakan rumus sintaksis dan fonologi secara kompleks dan dengan
secara terus-menerus menggunakan pertalian bunyi-makna. Gagasan yang hendak
disampaikan oleh penutur mengandung dua asas, yaitu tujuan dan proposisi.
Komponen tujuan menyampaikan makna melibatkan keinginan penutur untuk
menyampaikan proposisi kepada pendengar. Topik seperti itu dalam bidang linguistik
lazim diperbincangkan dalam bagian tindak bahasa (speech act) dan tindak ilokusi
(illocutionary act). Misalnya, berkenaan dengan proposisi [bahagia Joko], seorang
penutur menegaskan proposisi itu benar dengan membuat kalimat Joko bahagia, atau
penutur dapat juga membuat pengingkaran Joko tidak babagia. Atau ia membuat
pertanyaan, Bahagiakah Joko? atau membuat perintah Berbahagialah Joko!, dan
dapat pula penutur membuat ramalan, Kau tidak akan babagia Joko. Semua tujuan
yang berlainan itu melibatkan proposisi yang sama, yakni [bahagia, joko]. Proses
universal ini menggunakan pengetahuan dan cadangan konsep-konsep untuk
menghasilkan pikiran. Proses ini dirangsang oleh berbagai pengaruh mental dan fisik.
Pengetahuan merupakan cadangan atas sejumlah unsur konsep dan pertalian
konsep dan dengan ini pengetahuan tentang dunia (selain pengetahuan bahasa) dibina
dan disimpan. Cadangan utama konsep ini dimiliki semua bahasa manusia.
Tujuan dan Proposisi merupakan pokok pikiran yang hendak disampaikan
penutur kepada orang lain (pendengar). Pokok ini bersifat konseptual dan bukan
bersifat kebahasaan. Penyampaian pikiran dilakukan dalam bentuk kebahasaan atau
dalam bentuk tingkah laku. Tujuan melibatkan berbagai keinginan seperti bertanya,
mengingkari, menegaskan, dan memberikan perintah melalui proposisi. Proposisi itu
sendiri mengandung tiga jenis konsep yang bukan merupakan konsep kebahasaan,
yakni argumen, predikat, dan keterangan.
Keterangan yang diperlukan oleh bahasa meliputi beberapa konsep bebas
bahasa seperti data rujukan dan data kesopanan. Keterangan yang diperlukan ini
berbeda menurut bahasa. Misalnya, bahasa Inggris mensyaratkan sesuatu benda yang
dirujuk harus ditentukan memiliki persamaan jurnlah dalam kelasnya atau sebaliknya.
Representasi semantik merupakan pikiran sempurna yang hendak disampaikan
penutur kepada pendengar. Di dalamnya terdapat konsep universal bahasa dan ada
yang wajib (tujuan dan proposisi dan ada pula yang manasuka seperti kesopanan dan
rujukan).
Strategi asas merupakan satu dari beberapa komponen bahasa yang digunakan
untuk mengganti representasi semantik dengan bentuk fonetik. Ini dilakukan dengan
terus mencari pada komponen butir tersimpan atau jika ini gagal, dapat dicari dengan
rumus transformasi. Berkenaan dengan komponen butir tersimpan, komponen strategi
asas akan mendapatkan butir yang tepat ataupun menggunakan suatu analogi rutin
untuk butir yang sama.
Semua lema morfem, perkataan, dan kalimat mengandung dua jenis pernyataan,
yaitu bentuk bunyi dan maknanya. Oleh sebab itu, memperoleh bentuk bunyi secara
langsung dan cepat tanpa melakukan pencarian dengan rumus transfromasi dan rumus
fonologi dapat dilakukan. Lagi pula, frase dan kalimat yang berkaitan dengan butir ini
disimpan juga di sini.
Apabila komponen butir tersimpan tidak dapat memberikan bekal representasi
semantis secara langsung, maka kendali rumus transformasi diperlukan. Rumus
transformasi itu memberi bekal struktur sintaksis yang menyatakan pertalian antara
argumen dan predikatnya.
Pengendalian rumus transformasi dan strategi asas gunanya ialah memberikan suatu
struktur permukaan sintaksis yang terisi dengan bentuk-bentuk perkataan.
Rumus fonologi menghasilkan representasi fonetis apabila terdapat struktur
permukaan sebagai masukan. Representasi fonetis menentukan penyebutan bagi
keseluruhan kalimat. Representasi fonetis ini merupakan tuturan yang ditanggap pada
tahap psikologi dan mengandung bunyi bahasa diskret dan fitur prosodi, misalnya
bunyi [b] dan tekanan.
Otak mengawal gerak lidah, bibir, pita suara, dan sebagainya, agar bunyi bahasa
fisik dapat dihasilkan.
Isyarat ini mengandung gelombang bunyi yang dapat terjadi berdasarkan
frekuensi, amplitudo, dan perubahan waktu. Bunyi bahasa tidak dikenal sebagai
bunyi yang diskret. Sebaliknya, bunyi bahasa merupakan paduan gelombang bunyi
bersambungan yang kompleks.
Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang
Psikolinguistik. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 2 ini
meliputi:
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku
yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan
bahasa dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya. Contoh
perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara
dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan contoh prilaku yang
tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca
sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan
diucapkan atau ditulisnya atau ketika di amemahami bahasa.
Peran Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting karena
dengan memamahami psikolinguistik seorang guru memahami proses yang terjadi
dalam diri siswa ketika siswa menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis
sehingga manakala kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, garu
dapat melihat dari sudut pandang psikologi sebagai alternative solusinya.
Tugas
Tes Formatif 2
Jika telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Namun jika masih kurang dari 80%, Anda
dipersilakan mempelajari kembali Kegiatan Belajar 2, terutama pada bagian yang
kurang Anda kuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Muhammad Qadur, Mabadi al-Lisaniyat, Dar al-Fikr al-Mu’ashir, Libanon, 1996
Ahmad Muhammad Qadur, Madkhal ila Fiqh al-Lughah al-Arabiyah, dar El-Fikr, Beirut, 1993
Aitchison, J., General LInguistik, London: The English Universities Press Ltd., 1974
al-Arabiy, Shalâh 'Abd al-Majîd (1981) Ta'allum al-Lughât al-Hayyah wa Ta'lîmuhâ: Baina al-
Nazharîyah wa al-Tathbîq, Beirût: Maktabah Lubnân
al-Hadidi, Ali (t.th) Musykilat Ta’lim al-Lugah al-Arabiyah, al-Kahirah: Dar al-Katib al-Arabiy
Asher, James J. 1994. Brainswitching – Practical Applications of the right -left brain. Sky
Oaks Productions, Inc.
Asher, James J. 1996. Learning Another Language Through Actions. Sky Oaks Productions,
Inc.
Austin, J.L. 1962. How to do Things with Words. Cambridge: Harvard University Press.
Bialystok, Ellen. 1980. “A Theoretical Model of Second Language Learning” dalam Kenneth
Croft (ed). Reading on English as a Second Language. Cambridge: Winthrop
Publishers Inc.
Bochenski, J.M., The Methods of Contemporary Thought, Dordrecht: Reidel, 1965
Bolinger, D., Aspecys of Language, New York: Harcourt, Brace and World, Inc., 1968.
Brown, Douglas H. (1987) Principles of Language Learning and Teaching, New Jersey:
Prentice-Hall, Inc
Curran, Charles A., (1976) Counseling-Learning in Second Language. Illinois, Apple River
Press
Dulay, Heidi, Marina Burt & Stephen D. Krashen. 1982. Language Two. Oxford: Oxford
University Press.
Ellis, Rod. 1984. Classroom Second Language Development. Oxford: Pergamon Press.
Ellis, Rod. 1987. Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University
Press.
Felix, Sascha W. 1977. “Perspective Orders of Acquisition in Child Language”. dalam
Lingua. Vol. 41 No. 2551.
Ferguson, C.A. dan Snow, C (ed). 1977. Talking to Children: Language Input and
Acquisition. New York: Cambridge University Press.
Francis, Nelson W., The Structure of American English, New York: The Ronald Press
Company, 1958.
Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition).
Orlando: Harcourt Brace College Publishers.
Hamied, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Harimurti Kridalaksana, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa, Ende Flores: Nusa Indah 1978, cet.
ke-2
Hassan, Abdullah (ed.), Rencana Linguistik, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1978
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford
University Press.
Hymes, D., "Linguistics; the field" dalam International Encyclopedia of the Social Sciences,
1968, jilid 2
Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Jones, Daniel, An Outline of English Phonetics, Cambridge: W. Heffer and Sons Ltd., 1950.
Kaswanti Purwo, Bambang. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum
1984. Yogyakarta: Kanisius.
Lyons, J., "Linguistics" dalam The New Encyclopedia Britannica; Macropaedia, 1975, jilid 10
Mahmud Fahmy Hijazy, Ilm al-Lughah al-Arabiyah, Wakalat al-Mathbu’at, Kuwait, 1973
Mugly, Sami’ Abu. 1987. Fi Fiqhi al-Lughah, wa Qadlaaya al-Arabiyyah Ardan: Majid Lawi.
Newmeyer, Frederick J. (ed.). 1989. Linguistics: The Cambridge Survey Book II Linguistic
Theory: Extentions and Implications. Cambridge: Cambridge University Press.
Parera, Jos Daniel (1987) Linguistik Edukasional, Jakarta: Erlangga
Parera, Jos Daniel. 1987. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer (1991) Linguistik Terapan, Ende-Flores: Nusa Indah
Pateda, Mansur. 1990. Aspek Aspek Psikolinguistik. Ende Flores: Nusa Indah.
Piaget, J., "The Place of The Science of Man in The System of Sciences" dalam Main Trends of
Research in the Social and Human Sciences, 1970
Pike, K.L., Phonemics: A Technique for Reducing Languages to Writing, Ann Arbor: The
University of Michigan Press, 1947.
Purwo, Bambang Kaswanti (ed). 1990. PELLBA 3. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Afma
Jaya.
Ramdhan Abduttawab, Fushul fi fiqh Al Arabiyah. Maktabah Al-kahnji, Kairo, 1994
Robins, R.H., General Linguistics; an Introductinory Survey, London: Longman, 1970, edisi ke-
2
Samsuri, Bahasa dan Ilmu Bahasa, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1972
Verhaar, J.W.M., Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1977.
Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Diposkan
oleh: Umar Khalid, Umar Khalid_Bahasa & Sastra di 19.22
GLOSSARIUM
Ablaud :ablaut
Acoustics :akustika
Acquisition :pemerolehan
Adjectival :adjektival
Allophone :alofon
Base :dasar
Bilabial :bilabial
Bilingualisme :kedwibahasaan
Blend :paduan
Case :kasus
Clause :klausa
Collocation :kolokasi
Competence :komplemen
Dative :datif
Decoding :pengawasandian
Devinite article :kata sandang pasti;artikel tentu
Dexis :deiksis
Dental :dental
Dialect :dialek
Diffuse :baur
Diglossia :diglosia
Dissemination :penyebarluasan
Domain :ranah
Egressive :egresif
Ellipsis :lesapan
Emic :emik
Evistemology :epistemologi
Etic :etik
Field :bidang
Frequency :frekuensi
Function :fungsi
Fusion :peleburan
Glottal :glotal
Graphemics :grafem
Habit :kebiasaan
Hierarchy :hierarki
Historical semantics :semantik historis
Historicity :kebersejarahan
Holophrase :holofrasa
Idiolect :idiolek
Inductivism :induktivisme
Informant :informan
Initial :awal
Intelligility :kemengertian
Intension :intensi
Interlocutors :interlokutor
Interrupted :tersela
Isolect :isolek
Jargon :jargon
Juncture :jeda
Jussive sentence :kalimat jusif
Key :nada
Kind :jenis
Kine :kine
Kineme :kinem
Kinemcs :kinemik
Kinesics :kinesik
Koine :koine
Kymograph :kimograf
Language :bahasa
Macrolinguitics :makrolinguistik
Microlinguistics :mikrolinguistik
Modality :modalitas
Mood :modus
Morphophnemics :morfofonemik
Morphophonology :morfofonologi
Negation :negasi
Notation :notasi
Obligation :keharusan
Oral :oral
Palatal :palatal
Paralanguage :parabahasa
Parole :parole
Phoneme :fonem
Phonemic :fonemik
Phonetic :fonetik
Phonetics :fonetik
Phonic :fonik
Pitch :pijin
Quality :kualitas
Quantification :kuantifikasi
Quantity :kuantitas
Question :pertanyaan
Recording :perakaman
Recursion :pengulangan
Reduction :penghilangan
Redundant :lewah
Reflexive :refleksif
Release :pelepasan
Representation :representasi
Rhyme :rima
Rhythm :ritma
Sequencing :penderetan
Silence :kesenyapan
Sound :bunyi
Speech :spektrum
Stress :tekanan
Syllabic :silabik
Tempo :tempo
Tense :tegang
Term :istilah
Tone :tona
Tongue :lidah
Trema :trema
Umlaut :umlaut
Unilateral :unilateral
Urbanisation :urbanisasi
Utterance :tuturan
Validity :kesahehan
Variable :variabel
Variation :variasi
Velar :velar
Vibration : getaran
Vowel :vokal
Wave :gelombang
Weakening :pelemahan
Whisper :bisik
Penulis:
i
DAFTAR ISI MODUL VI:
PENDAHULUAN
2. Relevansi
3. Petunjuk Belajar
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
ii
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
6. Tugas
7. Tes Formatif
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
5. Rangkuman
iii
6. Tugas
7. Tes Formatif
TES SUMATIF
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
iv
MODUL VI:
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Relevansi
Dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Arab guru harus memiliki
kompetensi pembelajaran bahasa Arab. Pertama, guru harus memahami konsep
pemerolehan dan pembelajaran bahasa Arab. Apakah bahasa Arab akan disampaikan
dengan model pemerolehan bahasa Arab sebagaimana anak kecil dalam memeroleh
bahasa ibunya. Ataukah harus dibelajarkan secara formal. Tanpa memahami
keduanya maka guru mustahil sukses dalam membelajarkan bahasa Arab.
Kedua, materi pembelajaran bahasa Arab yang diajarkan harus tepat dan
sesuai dengan tujuan. Materi bukan tujuan melainkan salah satu alat mencapai
tujuan. Materi harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga akan memudahkan
tercapainya tujuan. Materi berbeda dengan teori ilmiah, materi harus disajikan sesuai
dengan perkembangan teori pendidikan yang ada.
v
Ketiga, media pembelajaran harus ada dan dikembangkan guna
mempermudah mencapai tujuan. Media bukan alat unjuk gigi atau hanya sebagai
hiasan dalam pembelajaran. Tanpa kehadiran media yang tepat pembelajaran sulit
digapai dengan cepat dan efektif serta efisien. Demikian halnya strategi, menjadi
bagian penting, tak salah jika ada idiom yang mengatakan metode atau strategi lebih
penting dari materi dalam mensukseskan pembelajaran bahasa Arab.
Dan keempat, penilaian pembelajaran bahasa Arab harus dikembangkan dan
dilaksanakan dengan baik dan tepat. Penilaian harus sesuai dengan tujuan, penilaian
harus menyeluruh: proses dan hasil belajar, kognitif, efektif dan psikomotorik, unsur-
unsur bahasa Arab (bunyi, kosakata, kaidah dan makna) dan keterampilan bahasa
(menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan, Anda dapat mengikuti petunjuk berikut.
1. Bacalah secara cermat tujuan belajar yang hendak dicapai.
2. Pelajari contoh yang tersedia.
3. Cermati materi pembelajaran bahasa Arab, dengan beri tanda-tanda khusus pada
bagian yang menurut Anda sangat penting.
4. Lihatlah rangkuman yang terletak di bagian akhir tulisan ini, apabila ingin
menemukan kajian inti khusus yang kurang Anda pahami.
5. Kerjakan latihan dengan baik, untuk memperlancar pemahaman Anda.
6. Setelah Anda mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan, mulailah
membaca modul ini secara teliti dan berurutan.
vi
KB1
KONSEP PEMEROLEHAN
bahasa Arab
3. Pokok-Pokok Materi
4. Uraian Materi
konsep pemeroleh bahasa Arab dan konsep pembelajaran bahasa Arab. Pemeroleh
1
melalui proses tidak sadar pembelajaran melalui proses sadar. Berikut rincian
masing-masing:
bertambah rumit, ataupun teori –teori yang masih terpendam yang mungkin sekalai
terjadi, dengan ucapan – ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan
suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta paling
sederhana dari bahasa tersebut. Anak- anak melihat dengan pandngan yang cerah
akan kenyataan – kenyataan bahasa yang di pelajarinya dengan melihat tata bahasa
asli orang tuanya, serta pembaharuan – pembaharuan yang telah mereka buat,
sebagai bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun suatu tata bahasa
(response).Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap
2
rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan.
si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut.
Apabila sutu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak
dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang
aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu
organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain,
akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan
menjelaskan kalimat-kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah
yang kita kerjakan tiap hari. Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan
3
Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan
beberapa asumsi.
memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan
3. lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga
juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat
bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh
4
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh
bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya
sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam
waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga
memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi
bahasa.
Ketiga, Teori Kognitivisme. Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang
bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di
perkembangan bahasa.Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang
menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas.Begitu juga dengan
5
ada.Anak hanya memahami dunia melalui indranya.Anak hanya mengenal benda
yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti
bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol
untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian
berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak (Chaer, 2003: 223).
adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki
pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan
yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada
teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir
(telah ada LAD).Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah
dilakukan oleh Howard Gardner.Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah
6
Tahap- tahap Pemerolehan Bahasa
Masa Bayi atau masa balita (di bawah Lima Tahun) adalah masa yang paling
signifikan dalam kehidupan manusia dan jika di ibaratkan pondasi dalam sebuah
bangunan jika pondasinya kokoh maka bangunanya akan kuat dan tahan lama dan
begitu juga sebaliknya, Tahap Pemerolehan Bahasa, yang pertama Pada masa balita,
manusia pertama kali belajar atau di perkenalkan dengan suasana yang sama sekali
hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya
dipergunakan untuk tidur, Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan berbagai
kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain
sebagainya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul,
walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama sekali, Pada usia 12-14 bulan,
bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun social, Secara
bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja
yang ada di sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang
disebut “bahasa”.Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari
beberapa bagian yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada manusia khusunya
7
Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)
aspek-aspek komunikatif dari tangisan – entah diniatkan atau tidak- berfungsi cukup
termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi -bayi dan bahasa-
Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi
yang tidak bermakna bagi mereka.Mereka bisa membuat pilihan fonetik yang sudah
tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa. (Werker, 1989: 54-59).
Di tahap ini bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal.Bagi telinga
produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilih –entah bunyi vokal
maupun konsonannya- yang merupakan ciri bahasa asal bayi Oleh karena itu,
mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda.
Salama tahap Ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain
8
2. Ucapan Satu Kata
oleh satu dua kata lagi.Segera sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul.Ucapan ini
terbatas pada bunyi vokal dan konsonan yang digunakan.Bayi menggunakan satu
kata ini –yang disebut holo frase- untuk menyampaikan intense, keinginan dan
tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah kata benda yang melukiskan objek yang
dikenal, yang biasa dilihat anak (seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan
Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata
,Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua keinginanya.
lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan sacara keliru makna kata-kata
dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan tetapi masih
ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada
benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai
menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada usia
ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan
mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap
satu kata satu frase atau kalimat,yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak
9
itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan);
“pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini).
Secara bertahap, antara usia 1,5 sampaai 2,5 tahun, anak-anak mulai
ditinggalkan oleh karena itu, para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini
mirip ujaran didalam telegram. Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk
menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun
terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut.Kalau pada
tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan
makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan
konteksnya.Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat”
meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum
dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata
benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan
10
mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini
Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari
sekitar 300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun.hampir
secara menakjubkan, mulai dari kira-kira usia 4 tahun, dengan kemahiran kosakata
yang bertambah, kemampuan anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang
dewasa. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi
konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun,
bahasa ibu. Jika ia maka pembelajaran harus dilakukan persis sebagaimana ibu
kata kata benda, kata perintah, dengan jumlah yang tak terhitung bahkan dengan
respon pasif dari anak sekalipun. Proses ini berlangsung bertahun-tahun baru
kemudian anaknya merespon mungkin hanya dengan tindakan atau hanya dengan
peniruan yang jauh dari sempurna. Anak mulai belajar bicara dan proses ini
menulis, adakalanya membaca dulu atau bahkan menulis dulu dari mulai mewarnai
11
membaca. Lebih jelasnya pola pemerolehan ini sifatnya alamiah dengan memberikan
pembiasaan alamiah dan dengan lingkungan alamiah serta waktu yang relatif lama.
unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus
pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
lebih ke arah sikap. Belajar dilakukan oleh peserta didik baik dengan atau tidak
dengan bantuan guru. Sementara mengajar adalah kegiatan belajar mengajar akan
tetapi fungsi guru lebih aktif dibanding dengan siswa. Kebalikannya pembelajaran
sadar oleh guru dan siswa dilakukan dengan proses lebih formal. Namun siswa harus
lebih aktif. Oleh karena merupakan sistem maka pembelajaran merupakan satu
12
kesatuan antar komponen pembelajaran, guru dan siswa. Komponen yang dimaksud
adalah tujuan, materi, strategi dan metode, media dan penilaian pembelajaran.
13
وهىان خىاز :هل ألافػل اإلادزض الىاؾم باللغت الػسبُت أو الىاؾم باللغت التي
جيلم بها الدازطىن في جدزَع الػسبُت .بػؼ ًظً أن الخدزَع طُيىن فػاال إذا وان
اإلادزض هاؾم اللغت الػسبُت وبػؼ آخس ًسون أن اإلادزض الىاؾم باللغت التي جيلم بها
الدازطىن أهثر فػاال .وبدث كدمه وظىجُىن كدم الخالضت أن اإلادزض الىاؾم باللغت
التي جيلم بها الدازطىن أهثر فػاال ،بشسؽ أن ًيىن كد حػمم حػملا أًػا باللغت
.)Nasution, (2006, 23-24 الػسبُت وله مىاضفاث ومػاًير لغىٍت وأهلُت وزلافُت
واخخلف الخدزَع الري أداه اإلادزض الىاؾم باللغت والىاؾم بلغت الؿالب .وغلى ول
خاٌ وفي ألاخىاٌ وان اإلادزض الىاؾم بلغت الؿالب أهثر فػاال بيظت اإلادزض الىاؾم
باللغت الػسبُت (.)Chaqoqo, 2008: 131
وٍخخلف الخدزَع بين الدوٌ الىاؾلت بغيرها ،مثال اخخلف بين ًابان وأإلااهُا،
ومليزًا وإهدوهِس ي .وهرا الاخخالف ٌػخمد غلى مظخىٍاث اخخالفاث اللغت ولغت جلً
الدوٌ .بل في الدولت الىاخدة اخخلف بين الشػىب وألاخسي مثال في إهدوهِظُا اخخلف
بين طىدهُين وحاوٍين وفادهجُين وبخاوٍين .وللىاؾم الظىدوي ضػب هؿم بػؼ
الخسوف الػسبُت همثل الفاء والشدة ألن ؾبُػت لغتهم لم ًخيلمىا fوهرلً واهىا
ًخػىدون باللين في الىالم فهم الًخػىدون غلى هؿم الدشدًد .وضػب للجاوٍين هؿم
ضىث الػين وطهل لهم هؿم الفاء وللبخاوٍين ضػب هؿم الراء وما إلى ذلً.
الاخخالفاث في الخدزَع ؾبػا خىٌ الخطمُماث وألاداء .وفي الخطمُم اخخلفذ
اإلاىاد الػسبُت وجطمُمها ،وجطمُم اإلاداخل والىمىذج والاطتراجُجُت والؿسائم .وفي
ألاداء الخدزَس ي اخخلفذ الخلىُاث والخىخُياث ،وأما الخلىُاث جخػلم بدالت احخماغُت
في الخدزَع وأما الخىخُياث جخػلم بدالت اإلادزطين وكدزتهم ومهازتهم وما إلى ذلً.
14
واخخلفذ وجؿىزث اللغت بظبب مً ألاطباب منها )1طبب اللهجاث ،في الػساق
جلفظ ولمت هُف خالً بـ )2 .cef halacطبب جؿىٍس الخلىُت مثل ولمت cableهثر
اطخخدامها في الػسب ولى وان أضله الػسبي خبل )3 .طبب الىظام الظُاس ي في الدولت
اإلالىُت هثير اطخخدام ولمت "فخامت ،حاللت ،مػالي ،طػادة" وهثرث اطخخدام ولمت
طُادة أو طُد ولى للسئِع الجمهىزي وهثر اطخخدام غمير الجمؼ للخػظُم مثل
فػُلخىم ،أخُـ بىم غلما ،أزحى مً طُادجىم" وأما في الدولت الدًملسجُت هثرة
اطخخدام الػمير اإلافسد همثل "فػُلخً ،أخُـ بً غلما ،أزحى مً طػادجً" وفي
هره الدولت أًػا حىاش اطخخدام الىظسة الخس ولى مؼ زئِع الجمهىزٍت )4 .طبب
اخخالف الدًً ،الػسب اإلاظلم ٌظخخدم هثيرا ولمت الظالم غلُىم وفي وكذ الخعجب
ًلىٌ الإله إال هللا ،وأما غير اإلاظلم ًبدلها بػبازة ضباح الخير أو مظاء الخير )5 .طبب
اكخطادي ،غادة وان الػسب ألاضلي ٌظخخدم اليلماث اإلاخجهت إلى الخػاون ،اإلاػُت وال
اإلاادًت وهى ًلىٌ ولماث "الشم وظاغده ،وػؿي له مظاغده ،هىسمه" ،وأما في بػؼ
اإلاىؿلت هثير اطخخدام اليلماث اللسٍبت مً الثلافت اإلاادًت مثل ولماث "دفػذ له ول
اهخمامي ،اطتهلىذ فُه وكخا هثيرة ،كبػذ مىه الش يء ،غسامت الخُاة" )6 .طبب حغير
الىظام الاحخماعي ،في اإلاىؿلت التي اطخخدمذ مىطب البؿسٍسن ()patriachat
ٌظخخدمىن ولمت غم ،غمت ،خاٌ ،خالت ،وأما في التي اطخخدمذ الىظام الىالدي
فللُل اطخخدام غم ،غمت ،خاٌ ،وخالت .وبظبب ازجفاع كُمت اإلادازاة فِظخخدم
الػسب ولمت كبل ،دبس ،إلاع امسأجه ،كض ى خاحخه وما إلى ذلً(Nasution, 2006, 112-
.)119
وكام مبازن بالبدث وهخج أن حػلُم اللغت الػسبُت للىاؾلين بها وبغيرها خاضت
ؾالب ؤلاهدوهِظين .والخػلُم في بالد إهدووظُا ًدخاج إلى حهد هبير وؾاكت واطػت مً
15
كبل اإلادزطين ،وغليهم الترهيز غلى الىلاؽ الهامت منها )1جدزَع اإلاهازاث اللغىٍت
جدزحا )2 ،حشجُؼ الؿالب لُيىن لهم خماطت في ممازطتها وجؿبُلها )3 ،جيىًٍ البِئت
اللغىٍت داخل الفطل وخازحه ،و )4اطخخدام اللغت الػسبُت هثيرا (مبازن:2112 ،
.)71
ولرلً هدخاج إلى الاطترجُجُاث والىطائل اإلاؿىزة في جدزَع الػسبُت ألاهثر
طسغت وغمُلت وطهلت .ومً الاطتراجُجُاث التي ًمىً وظلىها هي الاطتراجُجُت
الظُاكُت والىطُلت اإلاؿىزة ألاخظً اطخخدامها هي شبىت الاهترهِذ أو ما ٌظمى
بخلىُت اإلاىاضالث والاجطاالث .والاطختراجُجُت مخخلفت باخخالف اخخالفاث الىاؾم
وغير الىاؾم بها.
16
جلً اإلافسداث الداخلت إلى لغتهم ألام مشىالث منها حغُير اإلاػنى مً مػىاه ألاضلي همثل
ولمت ماشاء هللا الجدٌ غلى الخالت العجُبت ،حغُير ألاضىاث همثل ولمت بسهت وخبر،
حغُير اإلاػنى بدون حغير اللفظ مثل "ولمت" في اللغت ؤلاهدوهِظُت جدٌ غلى مػنى
الجملت ،وما إلى ذلً.
( )3اإلاشىالث اللىاغدًت التي جدخىي غلى الطسف والىدى وؤلاغساب التي جدخاج
إلى الخجدًد في جدزَع اللغت الػسبُت )4( .اإلاشىالث التراهُبُت جخػلم بالجملت ؤلاطمُت
والفػلُت ،والثاهُت منهما مً خاضُت اللغت الػسبُت ،إذا مً الالشم غلُىا جدزَع الجملت
الفػلُت في مسخلت زاهُت بػد جدزَع الجملت الاطمُت وٍدخاج إلى الخدزٍباث ألاهثر .وأما
اإلاشىالث غير اللغىٍت فهي حشمل الدوافؼ واإلاُىٌ في الخدزَع ،الىطائل الخػلُمُت،
هفاءة اإلادزض ،ؾسائم الخدزَع ،والىكذ اإلاخىفس ،والبِئت اللغىٍت( Fahrurrozi, 2014:
17
جدزَع الػسبُت في إهدوهِظُا
وهىان جددًاث وفسص جدزَع اللغت الػسبُت في إهدوهِظُا هما كدمها مدبب،
ومً الخددًاث هي أوال ،ظهىز اللهجاث الػسبُت في ول مً الدوٌ الػسبُت اٌ ،22وهره
الظاهسة جظهس بظبب الػىإلات وختى اطخخدام اللغت الفطخى ًىلظ ًىما بػد ًىم في
الدوٌ الػسبُت هفظها .وأخيرا ظهسث أًػا الفطػمُت التي ججدد اللىاغد وجِظسها بل
أخُاها جبػد اللىاغد الالشمت في الػسبُت الفطخى .والثاوي ،جددًاث الػىإلات وجددًاث
الخُاة همـ
الاطخػماز الغسبي وختى وشس اللغت في الػالم ؤلاطالمي ،والغسب ًداوٌ غلى جبدًل
الػسبُت أو في أكل حجمها جللُل زغبت الشػب في جدزَع اللغت الػسبُت .والثالث ،هىان
مداولت إلى إؾماء الػلُدة وألاخالق وجبػُد الجُل ؤلاطالمي مً اإلاطادز ؤلاطالمُىت
مً خالٌ جطىٍس الظِئت للػسب .وفي وكذ وان الغسب ًلىم بالخملت غلى اللغت
ؤلاهجليزًت ولغت غاإلاُت وجلىُت .والسابؼ ،جىحه جدزَع اللغت الػسبُت في اإلاػاهد
ؤلاهدوهِظُت غير واضح بين الخىحه الػلمي والخىحه اإلاهازي(.)Abdul Wahab, 2007: 6-7
وآلان أًػا غسبُجي وهى جبدًل الخسوف الػسبُت الالجُيُت في الفِش التي اطخخدمها
الجُل الػسبي آلان (.)Abdul Wahab, 2007:7
وأما مثنى كدم أزبػت حىاهب مشىالث جدزَع اللغت الػسبُت وهي أوال ،الجاهب
التربىي ٌػني أن اإلاسافم والدظهُالث والؿسائم واإلادزطين غير مىاطب وجدخاج إلى
إغادة الىظس مً كبل اإلاؤهلين .والثاوي ،الجاهب الاحخماعي والثلافي ،بمػنى أن جدزَع
الػسبُت هثير ما وكؼ هى غدم البِئت الػسبُت الطالخت واللغت ؤلاهجليزًت أهثر اطخخداما
في هالم الشباب الُىم .الجاهب اللغىي ،بمػنى أن مػظم الدازطين ٌػخلدون أن اللغت
الػسبُت أضػب مً اللغاث ألاخسي ،مهما وان ول اللغت لديها مشىالث وضػىباث وهي
18
الطػىباث غادة بظبب اخخالفاث بين اللغت اإلادزوطت ولغتهم ألام .والسابؼ ،الجاهب
الظُاس ي والدبلىماس ي ،بمػنى أهه ًخم جىحد مداوالث حادة في جىزُم الػالكت الثىائُت
بين ؤلاهدوهِظُت والبالد الػسبُت غلى السغم مً إمياهُت الخػاون بُنهما ،بل واهذ
الجامػاث ؤلاطالمُت أهثر الخػاون أوادًمُا مؼ حامػاث الغسب وإطترالُا وما إلى ذلً
مً الجامػاث البػُدة غً الػسب (مثنى2117 ،م.)67-64 :
وهرلً كام مظسووان بالبدث غً مػىكاث اهدشاز اللغت في إهدوهِظُا وخطل
غلى الىدُجت وهي أن مػىكاث اهدشاز اللغت في إهدوٍىِظُا جدخىي غلى مػىكاث:
احخماغُت ودًيُت واكخطادًت وحػلُمُت وطُاطُت .واإلاػىكاث الاحخماغُت حشمل أ)
إغساع املجخمؼ غً حػلم اللغت الػسبُت وأطبابها الاغخلاد بطػىبت حػلم اللغت الػسبُت
وغدم الشػىز بأهمُتها والاوشغاٌ بمىاشـ الخُاة ومخؿلباتها ،ب) أزس اطخػماز
الهىلىدي والُاباوي ،وج) الطساع بين اللغت الػسبُت واللغاث ألاخسي والدغىة إلى اللغت
الػامُت .واإلاػىكاث الدًيُت حشمل أ) بػد اإلاظلمين غً حػالُم الدًً ،ب) اخخالف
مرهبي بين الجماغاث ؤلاطالمُت ،ج) وشىء الفىسة الػلماهُت واللُبرالُت والخسهت
الخىطيرًت .واإلاػىكاث الاكخطادًت حشمل أ) غػف الخمىٍل واهدؿاؽ اإلاظخىي
الاكخطادي ،ب) ازجفاع السطىم والخيلفت لخػلم اللغت الػسبُت .واإلاػىكاث التربُت
حشمل أ) ألاهداف الخػلُمُت ،ب) ألاهظمت اللغىٍت ،ج) اإلاىاهج الخػلُمُت ،د) اإلاػلمين.
واإلاػىكاث الظُاخُت حشمل أ) طلبُت هظام الدًملساؾُت ،ب) الدغاًت إلى مدازبت
ؤلازهاب ،ج) غػف غالكت الخيىمت اإلاسهصٍت بالبالد الػسبُت (مظسووان2112 ،م-73 :
.).84
والػالج منها هى أوال ،للجاهب التربىي ،مً الالشم غلى اإلادزطين حشجُؼ غلى
إحادة اللغت الػسبُت ببُان اإلاىافؼ الػدًدة التي ًخمخؼ بها الدازطىن اإلااهسون في اللغت
19
الػسبُت ،واطخخدام الؿسائم الشائلت .والثاوي ،للمشىالث الاحخماغُت والثلافُت ،مً
الالشم غلى اإلاظلمين أن يهخمىا بها وَشجػىا أخىانهم اإلاظلمين وأبىائهم غلى حػلمها.
والثالث ،للجاهب اللغىي ،مً الالشم غلى اإلادزطين هثرة جدزٍب الدازطين غلى ألاهماؽ
اللغىٍت التي ال ملابل لها في لغت الدازطين ألام .والسابؼ ،إلاشىالث الجاهب الظُاس ي
ًمىىىا إوشاء مساهص الدزاطاث اللغىٍت الػسبُت وجفػُل IMLAأي اجداد اإلادزطين للغت
الػسبُت خاضت في إهدوهِظُا في جلىٍت الىطػت الظُاطُت في جؿىٍس اللغت الػسبُت في
إهدوهِظُا .وفي الفطىٌ الدزاطُت للغت في الجامػاث ؤلاطالمُت هدخاج إلى شٍادة
الخطظ الدزاطُت ختى ًدظنى لىا حػلُم الػسبِىت غً ؾسٍم الػلىم ألاخسي غير
الػلىم ؤلاطالمُت (مثنى2117 ،م.).73-67 :
وأما فسص جدزَع الػسبُت فهي أوال ،بالػسبُت ًمىىىا اطدُػاب وجؿىٍس الدزاطاث
ؤلاطالمُت .والثاوي ،بالػسبُت ًمىىىا جؿىٍس مهىت الخػلُم لُيىن مػلما مهىُا .والثالث،
هدخاج إلى وشئت واللُام بالػىد في البدث والخؿىٍس لؿسائم جدزَع اللغت الػسبُت.
والسابؼ ،جىطُؼ جسحمت الترار الػسبُت خىٌ الػلىم الػامت وؤلاطالمُت مً إو إلى
ؤلاهدوهِظُت .والخامع ،جىطُؼ الخػاون والىضىٌ مؼ الجاهب وىشازة الشؤون الدًيُت
للىظُفت الدبلىمُاطُت فيها .والظادض ،جؿىٍس الىطائل والخلىُت الخدزَظُت للغت
الػسبُت .والظابؼ ،مً الالشم غلُىا جىلُد ألاغماٌ ألاوادًمُت الىافػت لخىىٍس املجمخمػت
مثل هخائج البدىر الػلمُت ،والىظسٍاث الخدًثت والىخب والىطائل وما إلى ذلً ()غبد
الىهاب2117 ،م.)16-14 :
هره اإلاشىالث في جدزَع الػسبُت ًمىً خُلها بىطػت شدًدة مً حمُؼ هىاحي
جدزَع اللغت الػسبُت مً اإلادازض الابخدائُت ؤلاطالمُت وختى الجامػاث ؤلاطالمُت
20
وبجاهب اإلاشىالث هىان فسص جدزَع اللغت الػسبُت التي ًمىىىا حػلها خؿت.والػامت
.لتركُت جدزَع الػسبُت وهجاخها في إهدوهِظُا
5. Rangkuman
memeroleh bahasa ibu seorang anak dilaksanakan dengan tahapan yang sama dan
6. Tugas
7. Tes Formatif
acquisition !
21
4) Jelaskan mengenai teori kognitivisme dalam pemerolehan bahasa Arab!
6) Jelaskan tahap pemerolehan bahasa pada masa bayi atau masa balita (di
! بُنها،) ًخخلف جدٌع الػسبُت بظب اخخالف وظُفت اللغت التي ًبني غليها الخدزَع9
! بين، اللغىٍت وغير اللغىٍت،) هىان مشيلخان في جدزَع اللغت الػسبُت11
ما،) وهىان جددًاث وفسص جدزَع اللغت الػسبُت في إهدوهِظُا هما كدمها مدبب11
جلً الخددًاث؟
بالػسبُت ًمىىىا اطدُػاب وجؿىٍس الدزاطاث،) وأما فسص جدزَع الػسبُت فهي أوال12
! بُنها،ؤلاطالمُت
22
KB.2
PENGEMBANGAN
MATERI AJAR BAHASA ARAB
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok-pokok materi pembelajaran pada KB2 ini meliputi:
a. Materi pembelajaran bahasa Arab
b. Komponen bahasa Arab
c. Keterampilan bahasa Arab
d. Mengembangkan materi ajar pembelajaran bahasa Arab
4. Uraian Materi
Materi ajar merupakan seperangkat informasi yang menjadi isi pelajaran yang
mencerminkan tujuan pembelajaran. Bahan ajar menuntut pendidik menguasai isi
23
pelajaran maupun strategi pengajarannya. Oleh karena itu, hendaknya pendidik
mampu mendalami setiap target materi yang akan diajarkan, disamping itu juga
harus memiliki kecakapan menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Banyak
dijumpai seorang guru bahasa Arab yang menguasai materi namun tidak cakap
dalam mengajarkannya, demikian juga terdapat guru bahasa Arab yang kurang
menguasai materi namun memiliki kecakapan dalam mengajarkan pelajaran. Hal ini
sangat ironis karena pembelajaran bahasa Arab menuntut kecakapan baik
penguasaan materi maupun strategi pengajarannya.
Dalam kegiatan belajar KB 6 ini akan dijabarkan mengenai materi
pembelajaran bahasa Arab, komponen bahasa Arab, keterampilan bahasa Arab dan
mengembangkan materi ajar pembelajaran bahasa Arab. Berikut jabaran dari
masing-masing:
24
مً الفتراث التي مسث عليها اللغت العسبُت مً علماء أحالء ال ًألىن حهدا عً دزاطتها،
والرود عنها أو الخُلىلت بُنها وبحن ما كد ًللل مً شأنها أو ًمظها بظىء.
وَعد املعلم أخد السوائص السئِظُت في العمل التربىي ،وهى ًدخل مياهت هبحرة فُه،
وبدوهه ال ًمىً أن ًىجح العمل التربىي مهما جىافس له إلامياهاث ،باإلطافت إلى أهه
ٌعخبر أخد املدخالث املؤزسة في الجىاهب الىمُت والىُفُت ملخسحاث أي مىظمت
حعلُمُت.
ومً الاججاهاث التي ظهسث في جدزَع اللغت العسبُت الاججاه هدى الخيامل في
جلدًم اللغت ،باعخبازه أخد الاججاهاث الخدًثت في جدزَظها ،هما اججه أًظا إلى الىظس
إلى اللغت على أنها وطُلت الاجصاٌ بحن الخلمُر والخُاة خىله ،ولرلً هظس إلى فً
الىخابت على أنها فً واخد له أبعاد زالزت ،هي حماٌ الخؽ ،وصخت السطم ،ودكت
الفىسة وجىظُمها ،هما ًىظس إلى فني الاطخماع والىالم هظسة فُه هثحر مً الاهخمام
باعخبازهما فىحن ٌظىدان معظم ْلاوشؼت اللغىٍت للفسد.
وهدً في مدازطىا إلاهدوهِظُت نهخم بخعلُم اللغت العسبُت على أبىائىا الؼلبت
والؼالباث مً مدخل الخيامل هرا ،ومً خالٌ فىىنها ْلازبعت ،وهي الاطخماع والىالم
واللساءة والخددر والىخابت .هما نهخم بخدزَع فسوعها املخخلفت مً الىدى والصسف
والبالغت وغحرها .ومً زم فئن أي بسهامج لخدزٍب معلمي اللغت العسبُت أزىاء الخدمت
البد مً الاهخمام بخلً الفىىن والفسوع مجخمعت .ومً هرا املىؼلم فظىدىاوٌ فُما ًلي
الفصىٌ آلاجُت:
أوال :وظيفت اللغت
هىان عدة آزاء لىظُفت اللغت ،منها:
.1الخعبحر عً ْلافياز والعىاػف والاهفعاالث
ًىظس بعع اللغىٍحن إلى اللغت هما لى واهذ جابعت ملُادًً الفلظفت واملىؼم
والعىاػف والاهفعاالث .وحعسف هره املدزطت باملدزطت الفلظفُت أو الىفظُت
أو املىؼلُت في الدزاطاث اللغىٍت.
.2جصسٍف شؤون املجخمع إلاوظاوي
25
إن الىظُفت ْلاطاطُت للغت عىد هؤالء حظُحر دكت ْلامىز وجصسٍف شؤون
املجخمع إلاوظاوي ،ومً أهصاز هره املدزطت العالم ْلاهثروبىلىجي
مالُىىفظيي ،إذ ًسي أنها وطُلت لخىفُر ْلاعماٌ وكظاء خاحاث إلاوظان.
.3وطُلت مً وطائل الساخت
فاللغت ال حظخخدم في الىالم فدظب ،بل في الغىاء أًظا ،والخدًث الري ال
هدف له إال مجسد اللعب باألصىاث لُمخع هفظه وآلاخسًٍ .فلِظذ الخُاة
الُىمُت حادا ولها ،بل هىان فسصت أال هفىس فيها ،وذلً خُىما هترن العمل
حاهبا .ففي مثل هره الظسوف ال جؤدي اللغت وظُفت خل املشىالث ،بل هي
وطُلت مً وطائل الساخت وجللُل الاطؼساب ،وهظس خىاحص الغسبت بحن الفسد
ومً ٌشازوىهه الخدًث الىالم ،وإكامت العالكاث بُنهم جىأي عً الخللُدًت.
ثاهيا :أهداف جدريس اللغت العربيت
مً أهداف حعلُم اللغت العسبُت في املدازض إلاهدوهِظُت جمىحن الخالمُر مً
اهدظاب املهازاث اللغىٍت ْلاطاطُت والعىاصس اللغىٍت املهمت واطخخدامها في الاجصاٌ
مع غحرهم شفهُا وان أم جدسٍسٍا .وأما عىد الفىشان وآلاخسون أن أهداف حعلُم اللغت
العسبُت هي:
.1الىفاًت اللغىٍت
وحعنى بالىفاًت اللغىٍت طُؼسة املخعلم على الىظام الصىحي للغت العسبُت،
جمُحزا وإهخاحا ،ومعسفخه بتراهُب اللغت وكىاعدها ْلاطاطُت هظسٍا ووظُفُا،
وإلاملام بلدز مالئم مً مفسداث اللغت للفهم والاطخعماٌ.
.1الىفاًت الاجصالُت
وحعنى بها كدزة املخعلم على اطخخدام اللغت العسبُت بصىزة جللائُت والخعبحر
بؼالكت عً أفيازه وخبراجه ،مع جمىىه مً اطدُعاب ما ًخللى مً اللغت في ٌظس
وطهىلت.
26
.3الىفاًت الثلافُت
وٍلصد بها فهم ما جدمله اللغت العسبُت مً زلافت حعبر عً أفياز أصخابها
وججازبهم وكُمهم وعاداتهم وآدابهم وفىىنهم .وعلى مدزض اللغت العسبُت جىمُت
هره الىفاًاث الثالر لدي ػالبه مً بداًت بسهامج حعلُم اللغت العسبُت إلى
نهاًخه وفي حمُع املساخل واملظخىٍاث.
ثالثا :مهاراث اللغت العربيت وعناصرها
جخيىن اللغت مً أزبعت فىىن أو مهازاث ،هي :الاطخماع والخدًث واللساءة
والىخابت .والعالكت بحن هره الفىىن عالكت عظىٍت وعالكت جأزس وجأزحر ،والصالث بحن
الفىىن اللغىٍت مخداخلت ،فيل شيل مً أشيالها له وحىد في آلاخس ،والىفاءة في فً
منها ًىعىع على الفىىن ْلاخسي .وأما عً فسوع اللغت العسبُت فهي جخيىن مً اللساءة
وإلاوشاء واملؼالعت وإلامالء والىدى والصسف والبالغت والخؽ العسبي والعسوض
واللىافي وغحرها.
وجلظُم اللغت إلى فىىنها أفظل مً جلظُمها إلى فسوع مىفصلت .ألن الخلظُم
ْلاوٌ ًصف ْلاوشؼت اللغىٍت بدال مً الفسوع اللغىٍت التي ال جمثل اليشاغ اللغىي في
بعع حىاهبه.
27
.)Ltd/National Center for Competency Based Trainingوهى أًظا مجمىعت املىاد التي
جم جصمُمها مىظما مىخىبا وغحر مىخىب ليي جىحد البِئت والجى الري ًجلب الخالمُر
على الخعلم.)SKTSP( .
ومً أشياٌ املادة الدزاطُت هي( :هىاوي)
-1الخبرة الدزاطُت ()pengalaman belajar
-1الخلُلت واملعلىماث ()fakta dan informasi
-3مبدأ الخُاة واللُم ()pandangan hidup dan nilai-nilai
-4مهازاث الخدسٍياث ()gerakan motorik
28
)5الخدزٍباث والخمسٍىاث
)6حعلُماث العمل
)7الخلُُم
29
)1الخىظُم الظُيىلىجي :جلدًم املخخىي في طىء خاحاث الؼالب ،وظسوفهم
الخاصت
30
الدزاطُت ،الظمظخحر واملىكع )1 ،حعلُماث الخعلم )3 ،الىفاءاث الي ًخعحن جدلُلها،
)4املؤشساث )5 ،املعلىماث الداعمت )6 ،املهام والخؼىاث )7 ،والخلُُم)SKTSP( .
وهىان فسق بحن املىاد الدزاطُت والىخب املدزطُت أما املىاد الدزاطُت فهي مىاد
جدزطُت جم جصمُمها مىظما وَظخخدمها املدزض والخالمُر في عملُت الخدزَع .وأما
الىخب املدزطُت فهي مصادز املعلىماث التي جم جصمُمها بالهُيل والترجِب على أطاض
مجاٌ العلم املعحن)SKTSP( .
وللمىاد الدزاطُت مىصفاث منها جدفع مُىٌ اللساءة ،جىخب وجصمم للخالمُر،
جصف ْلاهداف إلاحسائُت ،جصىف على أطاض أهماغ الخعلم املسوهت ًبني الهُيل على
أطاض اخخُاحاث الخالمُر والىفاءاث ْلاخحرة التي ًجب الخصىٌ عليها ،حعؼي الؼالب
الفسصت على املمازطت والخدزٍباث والخمسٍىاثٌ ،ظخىعب صعىباث الخالمُر ،جلدم
الخالصت ،أطلىب الىخابت على أطاض الخىاصلُت وشبه السطمُت ،الىثافت على أطاض
اخخُاحاث الخالمُر ،حعبئتها لعملُت جدزَظُت ،لديها آلُاث لجمع زدود فعل مً
الخالمُر ،وحشسح هُفُت حعلم املىاد الدزاطُت.)SKTSP( .
وللىخب املدزطُت أًظا مىصفاث منهاً :فترض مُىٌ اللازء ،جم هخابها لللازء
(املدزض ،املخاطس) ،مصممت لدظىٍلها على هؼاق واطع ،ال ًفظس بالظسوزة ْلاهداف
الخدزَظُت ،جم جصمُمها خؼُا ( )linearالهُيل ٌظدىد إلى مىؼم مجاالث العلىم ،لِع
بالظسوزة حعؼي املمازاطاث والخدزٍباث والخمسٍىاث ،ال جخىكع صعىباث حعلم الخالمُر،
ال حعؼي بالظسوزة ملخصا ،أطلىب الىخابت في صىزة الظسد وال الخىاصلُت ،في صلبت
حدا ( ،)sangat padatلِع لديها آلُت لجمع زدود الفعل مً اللساء.)SKTSP( .
الوحداث ()Modul
الىخداث هي املىاد الدزاطُت التي جم جصمُمها مىظما وممخعا وهي جدخىي على
مدخىي املادة والؼسٍلت والخلىٍم التي ًمىً اطخخدامها مظخلال .واللغت املظخخدمت
بظُؼت خظب مظخىي جفىحر الخالمُر .وهي حظخخدم مظخللُا :الخعلم خظب طسعت
ول الخالمُر أهفظهم ،ولها صفت stand aloneبمعنى ال حعخمد على الىطائؽ ْلاخسي،
31
ودًت مع املظخخدًً وحظاعدهم على الاطخجاباث والىصىٌ إليها .واملىصفاث ْلاخسي
لها ما جلي(:)SKTSP
)1جلدز على جدزَع هفظً
ْ )1لاهداف املخىطؼت وْلاهداف ْلاخحرة ًجب جصمُمها واضخا وكابال لللُاض
)3املىاد معبأة في وخداث صغحرة وشاملت وْلامثلت مخاخت وْلامثلت الخىطُدُت
واضخت
)4جخاح أطئلت املمازطت واملهام وما شابه ذلً
)5املىاد واكعُت (ػبلا للصمً الىاكع) وطُاكُت
)6اللغت املظخخدمت بظُؼت وجىاصلُت ومباشسة
)7هىان ملخص للمىاد الخدزَظُت
)8جدُذ الخلُُم الري ٌظمذ للخالمُر واملخدزبحن إلحساء الخلُُم الراحي.
)9كُاض مظخىي اطدُعاب املىاد ذاجُت
)11هىان زدود فعل لخلُُم املخدزبحن
)11جدُذ املعلىماث خىٌ املساحع/الخخصِب أو إلازساء/املىازد التي جدفع املىاد.
والىخداث خلُلت جىخب لآلخسًٍ لِع لىاطعها ( .)SKTSPلرلً مً أهداف
هره الىخداث هما ًلي:
( )1جىضح وجِظس عسض السطالت ختى ال ًيىن لفظُت حدا
( )1جدل مددودًت الىكذ والفظاء والؼاكت الخظُت طىاء الخالمُر أو املخدزبحن أو
املعلمحن أو املدزبحن.
(ً )3مىً اطخخدامها بشيل مىاطب ومخىىع ،مثل:
-شٍادة الخدفحز والعاػفت للخعلم لدي الخالمُر واملخدزبحن
-جؼىٍس كدزة الخالمُر على الخفاعل املباشس مع البِئت ومىازد الخعلم ْلاخسي.
-حظمذ للخالمُر أو املخدزبحن للخعلم بشيل مظخلل وفلا للدزاتهم ودوافعهم.
-حظمذ للخالمُر واملخدزبحن كُاض أوجلُُم هخائج الخعلم الخاصت بهم.
32
ومً مىصفاث الىخداث هي (:)SKTSP
)1الخدزَع الراحي ()self instruction
)1الىازدة الراًت ()self contained
)3جلف وخدها ()stand alone
)4الخىُف لخؼىز العلىم والخىىىلىحُا ()adaptif
)5طهل الاطخخدام ()user firendly
)6الاحظاق في اطخخدام الخؼىغ واملظافاث والخخؼُؼاث ()konsistensi
)7الشيل (ً )formatدخىي على جيظُم العمىد الىاخد أو املخعدد وجيظُم الىزق
عمىدًا وأفلُا ،والسمص الري ٌظهل كبظه
الخىظُم في الىخداث (:)SKTSP
( )1إظهاز الخسٍؼت/املخؼؽ ()bagan
( )1الدظلظل والخىظُم املىظمان
( )3طع الىص والصىز والسطىماث الخىطُدُت مثحرة
( )4طع بحن ْلابىاب والىخداث والفلساث الخىظُماث وْلاخادًد التي ٌظهل فهمها
( )5املىطىع والترحماث/املىطىع الفسعي (أوشؼت الخعلم) والىصف الري وان طهلت
الاجباع به.
والجرابت مً الىخداث جخجلى في (:)SKTSP
أ) الجمع بحن ْلالىان والصىز (السطىم البُاهُت) ومؼابلت الشيل والدجم
ب) وطع املخفصاث في شيل صىز أو زطىم بُاهُت وػبع الخسوف الجسٍئت واملائلت
والدظؼحر أو ْلالىان.
ث) املهام والخمازًٍ جم حعبئتها في مثل هره الؼسٍلت
33
واملىاد الدزاطُت ًجب جصمُمها حُدة وٍجب أن ًيىن مىافلا لؤلهداف
وفي املىهج الجدًد.الدزاطُت ألن حمُع طىي ْلاهداف ًجسي على جِظحر الىصىٌ إليها
املىاد لِع هدفا مً الخدزَع ولىىه أًظا مً الىطائل التي جىصل إلى ْلاهداف مثل
.العىاصس ْلاخسي مً العىاصس الخدزَظُت
34
melakukan evaluasi sumatif. Kesepuluh komponen tersebut dapat dijabarkan lebih
jauh sebagai berikut.
Pertama, langkah pertama dalam model pendekatan sistem adalah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis aktivitas
apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menyelesaikan
pembelajaran. Kedua, setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, secara bertahap
menunjukkan apa yang sedang dilakukan orang ketika mereka melaksanakan tujuan
itu. Langkah terakhir dalam proses analisis pembelajaran adalah untuk menunjukkan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap apa yang diketahui sebagai entry behavior,
pengetahuan awal, yang diperoleh peserta didik untuk dapat memulai pembelajaran.
Pada tahap analisis pembelajaran, yang dilakukan adalah menjabarkan perilaku
umum menjadi perilaku khusus yang disusun secara sistematis.
Ketiga, menganalisis peserta didik dan konteks. Sebagai tambahan di dalam
menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap pebelajar,
konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks yang mana yang
mereka akan digunakan. Keterampilan yang dimiliki pebelajar, kesukaan, dan sikap
ditunjukkan bersama dengan karakteristik terhadap penentuan pembelajaran dan
penentuan di mana keterampilan itu pada akhirnya digunakan.
Keempat, merumuskan sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di
dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan
dicapai oleh peserta didik pada akhir proses instruksional. Kelima, mengembangkan
instrumen penilaian misalnya dengan menyusun butir tes yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang telah dicantumkan
dalam rumusan tujuan.
35
Keenam, mengembangkan strategi pembelajaran, yang merupakan prosedur
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dalam hal ini tujuan
pembelajaran khusus. Ketujuh, mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar mengacu pada tujuan khusus pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Strategi yang dimaksud adalah pembelajaran yang digunakan oleh
peserta didik baik dengan bantuan guru maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan
ajar dapat digunakan oleh peserta didik secara mandiri. Kedelapan yakni merancang
dan melakukan evaluasi formatif. Tujuan dari melakukan evaluasi formatif adalah
untuk mengukur tingkat keefektifan dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi
pembelajaran.
Kesembilan, melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai usaha
untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan
ajar.Kesepuluh, melakukan evaluasi sumatif yang dilaksanakan untuk mengetahui
apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak digunakan oleh peserta
didik. Untuk mengetahui kelayakan tersebut perlu kiranya dibandingkan dengan
bahan ajar lain yang digunakan oleh peserta didik di tempat lain dengan standar
yang sama. (Bambang Warsita, 2008: 26-36) dan (Muhammad Yaumi, 2011: 7-9)
Bahan ajar itu sendiri menurut Dick & Carey (1996) dalam Syukri Hamzah
merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun
secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. (Syukri Hamzah: 7)
Bahan ajar adalah untuk membuat para peserta didik cepat memahami
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, kalau perlu disiapkan bahan ajar
36
secara multimedia. Penyediaan bahan ajar yang sangat lengkap dan mudah diperoleh
serta penggunaan alat peraga yang dilengkapi dengan gambar yang menarik, gerak,
bunyi, simulasi dan dipandu oleh instruktur secara maya serta dapat dilakukan
berulang-ulang (replay) membuat para mahasiswa akan betah dan mudah mencerna
pengetahuandengan baik . (Said Suhil Achmad: 2009: 1)
Bahan ajar yang efektif menurut Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip oleh
Karim (1980) harus memenuhi syarat: (1) ketepatan kognitif (cognitive
appropriateness); (2) tingkat berpikir (level of shopisication); (3) biaya (cost); (4)
ketersediaan bahan (availability); dan (5) mutu teknis (technical quality). (Syukri
Hamzah: 10)
Sedangkan dalam hal pengembangan bahan ajar, Dick dan Carey (1996),
mengajukan hal-hal berikut untuk diperhatikan, yakni: (1) memperhatikan motivasi
belajar yang diinginkan, (2) kesesuaian materi yang diberikan , (3) mengikuti suatu
urutan yang benar, (4) berisikan informasi yag dibutuhkan, dan (5) adanya latihan
praktek, (6) dapat memberikan umpan balik, (7) tersedia tes yang sesuai dengan
materi yang diberikan, (8) tersedia petunjuk untuk tindak lanjut ataupun kemajuan
umum pembelajaran (9) tersedia petunjuk bagi peserta didik untuk tahap-tahap
aktivitas yang dilakukan. (Walter Dick and Lou Carey, 1990: 202)
Pembuatan bahan ajar merupakan pendekatan sistemik dalam merancang,
mengevaluasi, dan memanfaatkan keterhubungan fakta, konsep, prinsip, atau teori
yang terkandung dalam mata pelajaran/matakuliah atau pokok bahasan yang
mengacu pada tujuan. (Joseph Mbulu dan Suharto, 2004: 5).
Berkaitan dengan bahasa Arab, pembuatan bahan ajar bahasa Arab memiliki
dasar-dasar yang harus dipenuhi. Mahmud Kamil al-Naqah dalam tulisannya yang
berjudul Usus I’dad Mawad Ta’lim al-Lugah al-Arabiyah wa Ta’lifuha, mengatakan
37
bahwa dalam pembuatan dan penyusunan materi atau bahan ajar berlandaskan atas
empat aspek, yaitu: 1) aspek psikologi, 2) aspek budaya, 3) aspek pendidikan, dan 4)
aspek bahasa.(al-Naqah, hlm. 11). Dalam bahasa lain, Abdul Hamid Abdullah dan
Nashir Abdullah al-Ghali juga mengatakan bahwa dasar-dasar
pembuatan/pengembangan buku ajar bagi non-Arab adalah: 1) dasar budaya dan
masyarakat, 2) dasar psikologi, dan 3) dasar bahasa dan pendidikan. (Abdul Hamid
Abdullah dan Nashir Abdullah al-Ghali: 19)
Pentingnya bahan ajar dalam proses pembelajaran sudah tidak diragukan lagi.
Al-Fauzan mengatakan bahwa bahan ajar adalah merupakan bagian dari proses
pembelajaran antara guru dan murid (Al-Fauzan: 2).
Sementara berkenaan dengan bahan ajar dalam penyusunannya menurut Dewey
hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Bahan ajaran hendaknya
konkret, dipilih yang benar-benar berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara
sistematis dan mendetail, 2. Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar,
hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan
dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang lebih menyeluruh. Bahan
pelajaran bagi peserta didik tidak bisa semata-mata diambil dari buku pelajaran.
Bahan pelajaran harus berisikan kemungkinan-kemungkinan, dan harus mendorong
peserta didik untuk bergiat dan berbuat. Bahan pelajaran harus memberikan
rangsangan peserta didik untuk bereksperimen.(Abdul Majid dan Dian Andayani,
2004: 40-44)
38
pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan
antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya,
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi
yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-
buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Dalam pandangan Fuad Effendi, ada 3 prinsip dalam pemilihan bahan ajar
dalam pendekatan komunikatif, yaitu:
1) Prinsip kebermaknaan. Ini berarti bahwa setiap bentuk bahasa yang disajikan
harus jelas konteksnya, partisipannya, atau situasinya.
2) Prinsip pemakaian bahasa bukan pengetahuan bahasa. Oleh karena itu bahan ajar
berupa unsur bahasa (mufradat, qawaid) harus tidak terpisah dengan konteks
kalimat atau wacana, karena tujuannya bukan hanya untuk memahami mufradat
atau kaidah melainkan menggunakannya dalam ungkapan komunikatif.
3) Prinsip kemenarikan bahan ajar. Dalam hal ini harus diperhatikan variasi bahan,
minat dan kebutuhan pelajar. (Ahmad Fuad Effendi, 2005: 66)
Sementara faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi ajar
bahasa Arab, yaitu: 1. Isi bahan ajar yang berhubungan dengan validitas atau
kebenaran isi secara keilmuan. 2. Ketepatan cakupan yang berkaitan dengan isi
bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi. 3. Ketercernaan materi yang
meliputi pemaparan yang logis, penyajian materi yang runtut, ada contoh dan
39
ilustrasi yang memudahkan pemahaman, alat bantu yang memudahkan, format yang
tertib dan konsisten, dan penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar. 4.
Penggunaan bahasa. 5. Pengemasan. 6. Ilustari, dan 7. Kelengkapan komponen
meliputi komponen utama, pelengkap dan evaluasi hasil belajar. (H. Abdul Hamid
dkk, 2008: 102-110)
40
Azies dan Alwasilah mengatakan bahwa ada tiga jenis utama bahan ajar yang
banyak digunakan di dalam pengajaran bahasa komunikatif, yaitu (1) Bahan ajar
Tekstual, seperti buku Communicate (1979) karangan Morrow dan Johnson,
misalnya, yang tidak memiliki satu pun dialog, pengulangan, atau pola kalimat
seperti biasanya. (2) Bahan ajar tugas, yaitu bahan ajar yang berisi permainan,
simulasi, dan aktivitas berdasarkan tugas yang telah disiapkan untuk menunjang
pengaran bahasa komunikatif. Dan (3) Realia, yaitu bahan-bahan ”otentik”, ”dari
kehidupan” dalam ruang kelas. Misalnya bersumber dari majalah iklan, surat kabar;
atau sumber-sumber visual dan grafis. (Furqanul Azies dan A. Caedar Alwasilah,
2000: 75-76) dan (Richard & Rodger, 1992: 79-80)
Sementara itu Nawawi memaparkan peran bahan ajar dalam metodologi
pengajaran bahasa komunikatif yaitu: (1) bahan ajar akan fokus pada kemampuan
komunikatif meliputi interpretasi, ekspresi, dan negoisasi; (2) bahan ajar akan fokus
pada pertukaran informasi yang bisa dipahami, relevan, dan menarik, tidak sekedar
menyajikan bentuk-bentuk gramatika; dan (3) bahan ajar akan terdiri atas berbagai
jenis teks dan media yang dapat digunakan pembelajar guna mengembangkan
kompetensi komunikatifnya melalui beragam kegiatan dan penugasan. (Mukhshon
Nawawi, 2010: 116-117)
Sementara itu Thu’aimah dan al-Naqah mengatakan bahwa bahan ajar yang
baik adalah bahan ajar yang mengarahkan kompetensi bahasa siswa kepada
kompetensi komunikatif sesuai dengan kondisi. Terkadang di antara siswa ada yang
sudah punya pengalaman terdahulu terhadap bahasa, terkadang pula tujuan belajar
bahasa di antara mereka berbeda satu dengan yang lain. Juga kemampuan dan
motivasi mereka yang berbeda. Itulah beberapa variabel yang dijadikan acuan dalam
pembuatan bahan ajar. Dengan demikian pembuatan bahan ajar tersebut berdasarkan
41
analisis yang mendalam terhadap kebutuhan para pembelajar. (Thu’aimah dan al-
Naqah, 2006: 75)
Adapun tujuan analisis kebutuhan yang dilakukan dalam pembuatan bahan
ajar adalah:
1) untuk menentukan kemampuan bahasa yang dibutuhkan oleh pelajar untuk
melakukan peran tertentu.
2) Untuk membantu menentukan peran yang digunakan terhadap pemenuhan
kebutuhan siswa yang bergabung dengan program ini.
3) untuk mengidentifikasi siswa yang sangat membutuhkan pelatihan keterampilan
untuk bahasa tertentu.
4) untuk mengidentifikasi setiap perubahan orientasi yang dirasa penting oleh
individu-individu dalam kelompok yang saling berhubungan.
5) untuk mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang dapat dilakukan siswa dan
apa yang mereka butuhkan untuk dapat melakukannya.
untuk mengumpulkan informasi tentang masalah khusus yang dihadapi oleh
peserta didik. (Jack C. Richard: 81)
5. Rangkuman
Materi ajar merupakan seperangkat informasi yang menjadi isi pelajaran yang
mencerminkan tujuan pembelajaran. Bahan ajar menuntut pendidik menguasai isi
pelajaran maupun strategi pengajarannya. Komponen bahasa Arab terdiri dari bunyi,
kosakata, kaidah dan makna. Keterampilan bahasa Arab meliputi menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Mengembangkan materi ajar pembelajaran bahasa
Arab. beberapa pertimbangan penting yang perlu dipahami mencakup (1)
mengidentifikasi tujuan pembelajaran (standar kompetensi), (2) melakukan analisis
42
pembelajaran, (3) menganalisis peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan
instruksional khusus (kompetensi dasar), (5) mengembangkan instrument asesmen,
(6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi
materi pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan
revisi, dan (10) mendesain dan melakukan evaluasi sumatif
6. Tugas
Lakukan langkah-langkah berikut:
a. Bukalah KMA 165 tahun 2014
b. Kemudian cari KI-KI kelas X Semeseter 1
c. Analisislah hal-hal berikut:
c.1. materi pembelajaran bahasa Arab
c.2. jelaskan komponen bahasa Arab
c.3. jelaskan keterampilan bahasa Arab
c.4. kembangkan materi ajar pembelajaran bahasa Arabnya
7. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan berikut!
1) Apa yang dimaksud dengan materi pembelajaran bahasa Arab !
2) Jelaskan komponen bahasa Arab !
3) Jelaskan keterampilan bahasa Arab !
4) Bagaimana mengembangkan materi ajar pembelajaran bahasa Arab!
5) Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran
43
6) Thu’aimah dan al-Naqah mengatakan bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan
ajar yang mengarahkan kompetensi bahasa siswa kepada kompetensi
komunikatif sesuai dengan kondisi
)7ما معنى "املعلم أخد السوائص السئِظُت في العمل التربىي"
)8ما املساد بـ"الاججاه هدى الخيامل" !
)9مً وظائف اللغت الخعبحر عً ْلافياز والعىاػف والاهفعاالث ،جصسٍف
شؤون املجخمع إلاوظاوي ،بُنها!
)11مً أهداف جدزَع اللغت العسبُت :الىفاًت اللغىٍت ،الىفاًت الاجصالُت
والىفاًت الثلافُت ،بُنها!
)11اذهس وبحن أشياٌ املادة الدزاطُت!
)11اذهس وبحن أهىاع املادة الدزاطُت !
)31بين مواصفاث املواد التدريسيت !
)31بين كيفيت اختياراملادة الدراسيت !
)15بين كيفيت جنظيم املحتوى !
)16بحن معاًحر جىظُم املخخىي حشمل !
44
KB3.
PENGEMBANGAN MEDIA DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
3. Pokok-Pokok Materi
Materi pokok buku ini meliputi:
a. Definisi Media Pembelajaran
b. Media sebagai Alat Bantu Pembelajaran Bahasa Arab
c. Media yang Tepat dalam Pembelajaran Bahasa Arab
d. Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber Pembelajaran Bahasa Arab
e. Konsep Strategi Pembelajaran
f. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
g. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
h. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar
Proses Pendidikan Nasional
4. Uraian Materi
Dalam KB 3 ini akan dijabarkan mengenai pengertian media dan macam-
macamnya, media sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Arab, media yang tepat
dalam pembelajaran bahasa arab dan pengembangan dan pemanfaatan media sumber
pembelajaran bahasa Arab, konsep strategi pembelajaran, jenis-jenis strategi
45
pembelajaran bahasa arab, pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran bahasa
arab dan prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks standar
proses pendidikan nasional. Jabarannya akan dipaparkan sebagai berikut:
46
ABSTRAK
KK
Verba
l
Lambang
Visual
Radio
Film
Televisi
KONKRET Karyawisata
Demontrasi
Pengalaman Langsung
47
memaksimalkan proses pembelajaran. Dalam mempelajari kuman dalam bidang studi
IPA (Ibrahim dan Syaodih 2010: 122), microscop merupakan alat bantu
pembelajaran yang sangat urgen. Dalam kelas kita pun sering menggunakan spidol,
penghapus, penggaris dls itu semua merupakan media yang berfungsi sebagai alat
bantu pembelajaran.
Jenis alat bantu pembelajaran menurut Ibrahim dan Nana, alat bantu
pembelajaran dapat dibagi dua; pertama, alat bantu pembelajaran yang berifat umum
untuk semua mata pelajaran missal white board, sipdol, penggaris, OHP, LCD
projector. Kedua, yang bersifat khusus untuk pelajaran tertentu misal perangkat lab
bahasa Arab hanya untuk bahasa Arab, jangka hanya untuk matematika, mikrosop
hanya untuk IPA, pakaian kaos hanya dipergunakan pada materi pelajaran kesenian
menggambar, bola hanya untuk materi olah raga dsb. Dan selain itu bisa dibagi pula
menjadi alat bantu pembelajaran klasikal semisal white board, spidol, penghapus dll,
dan yang individual seperti pensil, kuas, mikrosop dls (Ibrahim dan Syaodih 2010:
123).
Apapun pembagian media sebagai alat bantu yang dimaksud media ini adalah
segala yang bisa mempertajam pembelajaran namun di dalamnya tidak ada pesan
atau isi materi pembelajaran dan jenisnya akan terus berkembang seiring dengan
perkembangan media pembelajaran baik soft maupun hard.
48
f. Media cetak seperti buku, modul dan pamplet.
Oleh kerenanya Ibrahim dan Nana mengkalsifikasikan media kepada tiga
jenis berdasar pada bentuk media tersebut yaitu media cetak, media elektronik dan
media nyata. Ada juga yang mengkalsifikasikan media menjadi audio, visual dan
audio visual saja sebagaimana yang telah disebutkan di sub bab sebelumnya karena
melihat media berdasar pada sifat media ketika ditangkap oleh indra.
Sesungguhnya kesemua jenis media masing-masing ada kelebihan dan
kekurangan, tidak ada media yang sempurna, tidak ada media yang lebih baik secara
mutlak dibanding dengan yang lainnya. Yang ada hanyalah media yang cocok untuk
bidang tertentu namun kurang cocok untuk bidang yang lainnya. Dalam bahasa Arab
semua media sangat cocok, namun media audio mungkin lebih tepat digunakan
untuk pembelajaran menyimak (istima’), visual lebih tepat digunakan untuk
membelajarkan kemampuan membaca (qira’ah), sementara untuk kemahiran
berbicara (al-kalam) dan kemahitan menulis (al-kitabah) media audio visual lebih
bermanfaat jika digunakan. Sementara tatkala membelajarkan komponen bahasa;
bunyi, kosakata, gramatika dan makna bisa menggunakan audio, vidual bahkan lebih
baik lagi jika menggunakan audio visual.
Factor-faktor yang mempengaruhi prioritas penggunaan media adalah sebagai
berikut (Harjanto 1997: 238):
a. Relevansi pengadaan media pembelajaran
b. Kelayakan pengadaan media pembelajaran
c. Kemudahan pengadaan media pembelajaran
Jabaran ketiga faktor pemilihan prioritas media pembelajaran adalah sebagai
berikut (Harjanto 1997: 238-239):
1. Tujuan pembelajaran: media harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
2. Keterpaduan (validitas): media harus tepat memahamkan materi pembelajaran
atau kompetensi pemnbelajaran
3. Keadaan peserta didik: daya pikir dan daya serap peserta didik perlu
dipertimbangkan dalam penentuan media pembelajaran
4. Ketersediaan: apakah media tersebut ada di sekolah dan pembuatannya mudah
dilakukan
5. Mutu teknis: media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.
6. Biaya: apakah biaya yang dikeluarkan seimabng dengan hasil yang dicapai
melalui media tersebut.
Keberadaan media harus benar-benar berdayaguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Kemudahan dan faktor biaya pun menjadi
pertimbangan utama dalam penentuan media pembelajaran.
49
Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa adalah alat komunikasi antara sseseorang dengan orang lainnya untuk
menyampaikan maksud dan idenya.. Al-Khuli sebagaimana dikutip oleh Acep
mengemukakan membelajarkan kemahiran bahasa harus berurutan mulai dari
menyimak kemudian bercakap, membaca dan terakhir menulis. Penggunaan media
sangat penting dilakukan terutama media elektrik, karena media langsung agak sulit
dilakukan dengan cara menghadirkan orang arab langsung. Berikut adalah media
yang bisa dijadikan alat bantu dan sumber belajar bahasa Arab (Hermawan 2011:
227-256):
1. Media audio: radio transistor (seperti yang dilakukan oleh BBC, VOA, Radio
Autralia, dan Radio Kairo telah digunakan sebagai pembelajaran bahasa asing.
Selain radio transistor adalah tape recorder yang bisa digunakan untuk latihan
mendengar dan mengulang, efektif untuk pengembangan latihan percakapan dan
dialog, merekam percakapan untuk dinilai, melatih pemahaman menyimak
(fahm al-masmu’) dan bisa digunakan untuk media dikte.
2. Media visual: pertama, papan tulis baik yang hitam maupun yang putih, seiring
dengan perkembangan zaman, di tempat-tempat yang semakin maju sudah
meninggalkan papan tulis dan beralih ke papan tulis putih yang menggunakan
spidol, di sekolah dan lembaga-lembaga yang lebih maju bahkan lebis sering
menggunakan papan elektronik. Kedua, OHP (Overhead Projector). Ketiga,
stick figure adalah gambar tangan yang dibuat oleh guru sewaktu memberikan
materi pembelajaran atau yang telah disiapkan sebelumnya. Contohnya adalah
sebagai berikut:
how-to-draw-funny-cartoons.com
Keempat, strip story (kepingan kertas) merupakan kepingan-kepingan kertas
yang menampilkan pesan yang mudah dibaca dan difahami oleh peserta didik.
Kelima, papan kantong, papan yang digunakan untuk menempel kantong-
kantong kertas kecil yang bisa diisi dengan kertas yang bertuliskan kata atau
kalimat. Papan yang kira-kira sebasar ubin ditempeli beberapa kantong kertas
sesuai kebutuhan. Kemudian peserta didik diberi penggalan-penggalan tulisan di
kertas berupa kata-kata atau kalimat bahkan bisa juga paragraf. Pada tahap
selanjutnya peserta didik harus memasukan kertas itu ke dalam kantong kertas
berdasarkan urutan kalimat, paragraf bahkan satu cerita lengkap ke dalam
50
kantong yang sudah ditempel rapi di papan. Dari situ akan kelihatan mana yang
betul dan mana yang kurang.
Keenam, flash cards (kartu pengingat) adalah kartu-kartu yang ditempelkan
dipapan dan diberi waktu kepada siswa untuk mengingat-kata-kata yang ada
dalam kartu itu secara berurutan. Biasanya materi yang biasa menggunakan
media ini adalah alat-alat rumah tangga, binatang, buah-buahan, pakaian dan
anggota keluarga dan latihan yang bisa dilakukan adalah mengenai bentuk kata
benda (tunggal, dual dan jamak), mudzakar maupun muannats, huruf jar
(preposisi) yang tepat untuk suatu kalimat. Tugas guru adalah menunjukkan
kartu tadi dan menyiapkan perintah untuk peserta didik lakukan. Misal sebutkan
arti kata-katanya secara berurutan, menentukan mana yang mutsanna, merubah
kalimat berita menjadi kalimat Tanya, atau membuat kalimat berdasar gambar.
Bisa juga flash card ini menggunakan slide power point yang telah disiapkan
oleh guru dan penyimpanannya akan lebih praktis dilakukan.
3. Media Audio-Visual; pertama, laboratorium bahasa multimedia yaitu
seperangkat elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai
mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape
recorder, DVD Player, video monitor, hadset dan student booth yang dipasang
dalam satu ruang kedap suara; biasanya menggunakan AC. Teknik
pemanpaatannya digunakan untuk menyimak (istimậ’) yang diintegrasikan
dengan kemahiran bahasa lainnya, kaset audio, VCD/DVD Player, dubbing
(sulih suara), dan computer multimedia. Kedua, LCD Projector adalah singkatan
dari liquid crystal display adalah jenis video untuk menampilkan gambar atau
data computer pada layar atau permukaan datar lainnya, namun kelemahannya
dengan media ini audionya perlu menggunakan alat lain yang mestinya
disandingkan bersamaan supaya tampilan yang menarik bisa didukung oleh
suara yang memadai.
Ketiga, internet, terdiri dari dua kata ‘inter’ yang artinya antara atau diantara
dan ‘net’ artinya jala, rajut-rambut, jaringan dan keuntungan. Jadi internet
sebetulnya adalah jaringan antar computer di seluruh dunia yang dihubungkan
dengan media telepon atau satelit yang bisa digunakan untuk menjalin
komunikasi tanpa batas baik waktu maupun ruang. Pemanfaatan internet dalam
pembelajaran bahasa Arab bisa dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa, meningkatkan kemampuan penterjemahan. Keempat, TV arab,
chanel tv yang berasal dari Negara Arab yang bisa diakses melalui tv kabel atau
parabola semakin canggih parabola semakin banyak chanel berbahasa Arab bisa
diakses. Bahkan dalam parabola sederhana yang kini sudah menjamur di
pedesaan sekalipun sudah mampu mengkases chanel berbahasa Arab missal
51
قىاط املىار,
ini berguna dalam melatih istima’, memahami budaya arab,
memperbanyak uslub bahasa dls.
52
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah: "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar." Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar dengan baik.
Selain definisi di atas model pembelajaran dimaknai sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Model dapat difahami sebagai: (a) suatu tipe atau desain, (b) suatu
deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu
yang tidak dapat langsung diamati, (c) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data,
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan obyek atau peristiwa secara
sistematis, (d) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan, (e) suatu sistem yang mungkin atau
imajiner, dan (f) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan
sifat bentuk aslinya (Sagala 2001).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya karena model
sesungguhnya bukan realitas itu sendiri. Ia ibarat miniatur dari suatu realita. Maka
Sagala menyimpulkan bahwa model mengajar dideskripsikan sebagai kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pembelajaran bagi guru
ketika melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala 2001: 176).
3. Strategi Pembelajaran
Strategi sebagaimana dikutip Sanjaya dari J. R. David adalah a plan, method,
or series of activities designed to achieves a particular educational goals. Merupakan
sebuah rencana, metode, rangkain aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Ada dua hal penting dari definisi ini yang perlu dicermati,
bahwa strategi adalah rencana tindakan dan disusun untuk mencapai tujuan tertentu
(Sanjaya 2010: 126). Mengutip pendapat yang lain di antaranya Kemp yang
menjeaskan bahwa strategi adalah sutau kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien dan
efektif. Dan menurut Dick and Carey, strategi adalah satu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk dapat menimbulkan hasil
belajar pada siswa (Sanjaya 2010: 126). Jadi yang paling inti dalam strategi adalah
53
adanya prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain
strategi adalah rencana jitu untuk mencapai apa yang diinginkan..
Pendapat Syaiful dan Aswan, strategi dimaknai sebagai sutau garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Ketika
dikaitkan dengan pembelajaran maka strategi pembelajaran dimaknai sebagai pola-
pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujuan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah dan Zain 2010: 5).
Jadi strategi pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang sistematis yang
dilakukan oleh guru dan masih merupakan rencana garis besar untuk mencapai
tujuan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Jika materi pembelajarannya bahasa
Arab maka strategi pembelajaran bahasa Arab adalah perencanaan yang sistematis
yang dilakukan oleh guru dan masih merupakan rencana garis besar untuk mencapai
tujuan pembelajaran bahasa Arab.
Syaiful dan Aswan mengemukakan empat strategi dasar strategi pembelajaran
(Djamarah dan Zain 2010: 5) yaitu sebagai berikut:
a) Spesifikasi dan perubahan tingkah laku yang diharapkan sebagai hasil
pembelajaran. Sasaran atau tujuan pembelajaran tersebut harus jelas dan
terarah dengan cara perumasannya dilakukan dengan jelas dan konkret.
Tentunya menggunakan kata kerja operasional.
b) Memilih pendekatan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. Pendekatan
dimaknai sebagai cara pandang guru mengenai suatu persoalan, konsep,
pengertian dan teori untuk memcahkan suatu masalah dan hasilnya pun akan
berbeda. Teori asosiasi dan problem solving berbeda dalam memahami esensi
belajar. Teknik diskusi dan menghafal akan menghasilkan hasil belajar yang
berbeda, pun jika menggunakan teknik kombinasi dari keduanya.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang
efektif dan tepat sasaran. Jika tujuannya agar memotivasi siswa agar
menerapkan pengetahuan dan pengalamannya dalam memecahkan masalah
akan berbeda dengan tujuan untuk berfikir bebas dan berani mengemukakan
pendapatnya sendiri. Dalam bahasa Arab, tujuan pembelajaran untuk bisa
berbicara dengan bahasa Arab ketika seorang TKI bekerja di Saudi Arabia akan
berbeda dengan tujuan belajar bahasa Arab calon diplomat agar bisa ditugaskan
di Negara-negara Arab dalam hal pemilihan dan penetapan prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
d) Menetapakn norma atau kriteria atau indikator keberhasilan pembelajaran agar
bisa menjadi standar keberhasilan guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Evaluasi lah yang merupakan pengejwanatahan untuk
menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar. Tentu evaluasi
54
dilakukan secara relevan, objective, refresentatif, holistik (kognitif, afektif dan
psikomotorik) mengacu kepada tujuan,berkelanjutan, didaktis dan terbuka
(Sopyan dan Raswan: 14).
4. Metode Pembelajaran
Menurut Pupuh (2007) sebagaimana metode secara harfiah berarti cara. Dalam
pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode
didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih motode
(Junaedi 2008: 11). Termasuk di dalamnya juga adalah kemampuan menggunakan
metode agar bisa mengoptimalkan kelebihannya dan bisa meminimalisir bahkan sampai
menghilangkan kelemahan metode tersebut.
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Ia bersifat procedural (Effendi 2009: 8).
Sanjaya menyampaikan bahwa metode adalah upaya yang dilakukan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal, ia merupakan implementasi dari strategi.
Dengan bahasa lain jika strategi a plan of operation achieving maka metode
merupakan a wan in achieving something artinya tatkala strategi merupakan
perencanaan untuk mencapai sesuatu maka metode merupakan cara untuk
melaksanakan strategi tersebut. Jadi satu strategi bisa menggunakan banyak ragam
metode (Sanjaya 2010: 126-127).
Macam-macam metode pembelajaran terdiri dari; metode proyek, eksperimen,
tugas dan resitasi, diskusi, Tanya jawab, latihan, ceramah sosiodrama, demontrasi,
problem solving, karyawisata. Metode-metode tersebut biasa digunakan untuk
materi pelajaran social dan bukan untuk pembelajaran bahasa. Dalam praktiknya
metode-metode ini dipakai dalam pembelajaran secara kombinasi, diantaranya (1)
ceramah, tanya jawab dan tugas, (2) ceramah, diskusi dan tugas, (3) ceramah
demonstrasi dan eksperimen, (4) ceramah, sosiodrama dan diskusi, (5) ceramah,
problem solving dan tugas (6) ceramah, demonstrasi dan latihan (Djamarah dan Zain
2010: 82-104), dan tentunya bisa dikembangkan lagi menjadi banyak ragam
kombinasi. Karena itu guru harus memahami semua metode. Dan guru yang tahu
metode selalu menggunakan ragam metode. Sebaliknya guru yang hanya
menggunakan satu metode berarti tidak tahu dan paham aadanya keragaman metode.
Metode dalam pembelajaran bahasa Arab, selain metode yang umum di atas ada
metode pembelajaran khusus bahasa Arab misal metode terjemah dan gramatika
55
()طريقة القواعد والترجمة, metode langsung()الطريقة املباشرة, metode dengar
bicara ()الطريقة السمعية الشفوية, metode ekelktik (التوليفية/)طريقة الاهتقائية,
metode sugestopedia dls. Metode-metode ini pun bisa diintegrasikan dalam
pembelajaran bahasa Arab, digabung beberapa metode digabung kembali dengan
metode-metode pembelajaran umum sebagaimana telah disebutkan.
5. Teknik Pembelajaran
Teknik adalah kegiatan spesisifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras
dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Sifatnya operasional (Effendy 2009: 8).
Teknik menurut sanjaya merupakan penjabaran dari metode pembelajaran, teknik
adalah cara yang dilakukan sesorang dalam rangka mengimplementasikan metode.
Teknik menurut Junaidi dkk adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang
dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan
proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi (Junaedi 2008: 11). Misal
bagaimana agar metode ceramah berhasil, efektif dan efisien? Maka guru harus
memperhatikan situasi yang dihadapinya. Ceramah dengan jumlah siswa 20 berbeda
dengan ketika berjumlah 30, ceramah dalam kondisi siang hari berbeda dengan
kondisi pagi hari, ceramah dalam ruangan AC dan tidak ber-AC berbeda dls (Sanjaya
2010: 127). Maka satu metode akan diimplementasikan dengan beragam teknik
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran yang berlangsung.
6. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, misalnya ada dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama persis, sudah
pasti cara yang mereka lakukan akan berbeda misal dengan ilustrasi gaya bahasa
yang digunakan akan berbeda (Sanjaya 2010: 127-128 dan Junaedi 2008: 11) sesuai
dengan karakter masing-masing guna memahamkan materi pelajaran dengan mudah.
Jika teknik berkaitan dengan situasi dan kondisi di luar guru maka taktik adalah
berkaitan dengan kepribadian dan karakter guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kedudukuan antara pendekatan, model, strategi,
metode teknik dan taktik dapat digambarkan seperti pada bagan berikut:
56
Pendekatan
Model
Strategi
Metode
Teknik
Taktik
57
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran‛. Oleh karenanya penguasaan
mendalam terhadap strategi pembelajaran dalam mengajarkan bahasa Arab sangat
penting keberadaannya agar tujuan pembelajaran berhasil dengan cepat dan tepat.
Berikut adalah jenis strategi pembelajaran bahasa Arab (Iskandarwassid dan
Dadang Suhendar 2009: 25-33).
1. Strategi Pembelajaran Berdasarkan Penekanan Komponen Program
Pembelajaran
Berdasarkan komponen program pembelajaran terdapat tiga macam strategi
pembelajaran, yaitu: pertama, strategi pembelajaran yang berpusat pada
pengajar/guru. Strategi ini adalah strategi yang paling tua dan disebut juga strategi
tradisional dimana mengajar dimaknai sebagai menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Pengajar merupakan sumber informasi yang dominan. Guru aktif dan
mendominasi waktu, sementara siswa pasif. Nama lain strategi ini disebut dengan
teacher centra strategies. Teknik pembelajaran yang mungkin dilakukan adalah
ceramah, teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik demontrasi dan teknik
sumbang saran .
Kedua, strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centre
strategies) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa mengajar merupakan usaha
untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
Mengajar adalah mencipta susasna agar peserta didik dapat belajar dengan optimal,
yang menjadi pusat perhatian adalah peserta didik dan menitikberakan pada
kemampuan menemukan, memproses, memahami dan menggunakan informasi. Atau
menggunakan konsep EEK yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Peserta didik
dianggap sebagai subjek dan objek pendidikan, oleh karenanya ia dituntut aktif
dalam pembelajaran atas bimbingan dari pengajar. Peserta didik lebih diarhkan agar
dirinya dapat mengembangkan kemanusiaannya sebagai pribadi yang memiliki
kemampuan tertentu dan unik serta perlu dikembangkan (actualization). Peran
pengajar adalah fasilitator yang harus memahami potensi-potensi yang harus
dikembangkan dari peserta didik. Teknik penyajian yang bisa digunakan adalah
teknik inkuiri (inquiry), tekniK satuan pengajaran (unit teaching), teknik advokasi,
teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik penemuan (discovery), teknik
eksperimen, teknik kerja lapangan, teknik sosiodrama, teknik nondirektif dan teknik
penyajian kasus.
Dan ketiga strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pembelajaran
(Material center strategies). Materi dibedakan antara metro formal dan non-formal.
Formal itu yang bersumber dari teks-teks buku sumber resmi di sekolah dan non-
formal adalah berupa sumber dari lingkungan. Materi non-formal digunakan agar
pembelajaran menjadi kontekstual bukan tekstual. Material center strategies
58
kemunculannya disebabkan oleh pendapat yang mengatakan bahwa belajar adalah
usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Sebagaimana Gulo yang dikutip
Iskandarwassid dan Dadang mengemukakan bahwa ciri strategi ini ada dua: pertama,
mengedepankan kognitif dibanding afektif dan psikomotorik. Dan kedua materi
yang disampaikan di kelas dan di buku teks akan semakin usang dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Kecuali terkait dengan bahasa Arab
baku yang ada di dalam kitab suci. Materi pada tahap selanjutnya hanya sebagai
masukan dalam proses pembelajaran.
Strategi ini diilhami oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta
globalisasi yang menjadikan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dan sekolah
tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber informasi karena sangat banyak sumber
lain seperti media cetak, elektronik bahkan internet. Teknik penyajian dengan
strategi ini di antaranya dapat dilakukan dengan tutorial, modular, teknik pengajaran
terpadu (antar disiplin), teknik secara kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik
eksperimen dan teknik demonstrasi.
59
Kedua, strategi pembelajaran heuristic atau kuriorstik, kebalikan ekspositoris
karena memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan dominan dalam
pembelajaran. Guru menyiapkan instruksi-instruksi yang membuat peserta didik
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.
Pengajar berfungsi sebagai pengarah/pembimbing dimana peserta didik diarahkan
atas data-data dan diinstruksikan agar menyimpulkannya, jika kesimpulan benar
maka sudah selesai dan apabila belum maka guru lah yang bertugas meluruskan.
Teknik penyajian yang mungkin digunakan adalah inkuiri (inquiry), pemecahan
masalah (problem solving/)حل املشكالت, eksperimen ()التجربة, teknik penemuan
()الكشف, teknik nondirektif, penyajian secara kasus ()دراسة حالة, dan teknik
penyajian kerja lapangan (( )التدريس امليداويIskandarwassid dan Suhendar 2009:
30).
60
4. Strategi pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan
Berdasarkan cara memproses penemuan dibedakan atas strategi pembelajaran
ekspositoris dan discovery (Iskandarwassid dan Suhendar 2009: 32-33). Pertama,
ekspositori sebagaimana sudah dijelaskan di atas bahwa yang dimaksud dengan
ekspositori atau penemuan adalah Strategi ini juga dimaknai sebagai strategi
berbentuk penguraian baik berupa bahan tertulis ataupun bahan lisan. Pengajar
mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan di depan kelas dan bertujuan
agar materi pembelajaran sampai kepada siswa sudah matang. Guru lebih dominan
siswa menjadi cenderung pasif dalam strategi ini. Teknik penyajian pembelajaran
yang bisa digunakan dalam Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah teknik
ceramah, teknik diskusi, teknik interaksi masa, teknik antardisiplin, teknik simulasi,
teknik demontrasi, dan teknik team teaching (Iskandarwassid dan Suhendar 2009:
29-30).
Kedua, strategi pembelajaran penemuan/diskoveri (discovery/)الاكتشاف
sebagaimana pendapat Roestiyah bahwa strategi ini adalah proses mental peserta
didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
menduga atau memperkirakan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimlpulan,
guru dalam hal ini sebagai pasilitator pembelajaran dan harus berusaha
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Strategi ini dapat
membantu peserta didik dalam mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitifnya, memperoleh pengetahuan yang
individual khas masing-masing peserta didik, membangkitkan kegairahan belajar,
berkembang sesuai kemampuan masing-masing, membuat motivasi peserta didik
semakin tinggi dan menambah peserta didik percaya diri.
Kelemahan strategi penemuan (discovery/ )الاكتشافtidak cocok jika
kelasnya besar, syaratnya memberikan kesempatan berfikir kretif jika tidak maka
akan gagal, peserta didik harus benar-benar siap dalam pembelajaran serta
kemampuan daya fikir dan kreasi mereka sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Diantara teknik yang bisa digunakan dalam strategi penemuan
(discovery/ )الاكتشافadalah teknik discovery itu sendiri, teknik karyawisata,
teknik kerja lapangan, dan teknik nondirektif.
61
1. Apakah tujuannya untuk ranah Kognitif, afektif, psikomotor?
2. Bagaimana kempleksitas materi pembelajarannya; cocok untuk tingkat
mana?
3. Apakah memerlukan keterampilan akademis?
B. Berdasar bahan/materi dan kompetensi pembelajaran
1. Bagaimana tingkatan kompleksitas kompetensi yang akan diajarkan apakah
tinggi, sedang ataukah rendah?
2. Apakah untuk mencapai kompetensi tersebut memerlukan keterampilan
akademis?
3. Apakah materi merupakan fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
4. Apakah diperlukan prasyarat tertentu?
5. Apakah tersedia buku sumber?
C. Berdasar peserta didik
1. Apakah sesuai dengan kematangan siswa?
2. Sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa?
3. Sesuai dengan gaya belajar siswa?
D. Pertimbangan lain
1. Apakah mencapai tujuan cukup dengan satu strategi?
2. Apakah strategi yang ditetapkan merupakan satu-satunya yang dapat
digunakan?
3. Apakah strategi yang digunakan efektif dan efisien?
4. Bagaimana dukungan lembaga-lembaga masyarakat terhadap strategi yang
digunakan?
Pertanyaan di atas harus dituntaskan dijawab dalam rangka menentukan strategi
pembelajaran bahasa Arab yang tepat. Jika kompetensi berbeda maka akan
memunculkan strategi berbeda, tujuan berbeda akan mengakibatkan strategi
berbeda, jika peserta didik berbeda maka pasti akan menggunakan strategi lain
bahkan jika guru dan pendukung lain berbeda maka strategi yang akan dipakai pun
pasti berbeda.
62
kondisi menyenangkan dan menantang, 3) mengintegrasikan nilai, etika, estetika,
logika, kinestetika dan 4) menyediakan pengalaman belajar yang beragam tentunya
dengan strategi yang beragam pula.
Killen (1998) sebagaimana dikutip oleh Sanjaya : ‚no teaching strategi is better
than others in all circumtance, so you have to be able to use a variety of teaching
strategies, and make rational decisiones about when each of the teaching strategies
is likely to most effective‛ bahwasannya guru harus mampu memahami strategi
yang tepat dengan bekal pemahamannya terhadap prinsif strategi pembelajaran.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran bahas Arab dalam konteks
standar proses pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan; tujuan adalah poros pembelajaran. Apapun strategi
yang dipilih harus berupaya mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab. Jika
tujuannya adalah mampu menterjemah maka strategi yang digunakan adalah kea
rah mencapai kemampuan terjemah tersebut.
2. Aktivitas: belajar adalah aktifitas baik fisik maupun psikis. Aktifitas fisik itu
berupa gerakan-gerakan fisik, seperti kepala, kaki, tangan dan badan secara
keseluruhan. Sementara aktifitas non-fisik adalah berupa mental dengan berfikir
mengenai pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran akan berhasil jika siswa
bisa aktif dalam pembelajaran baik fisik maupun psikis.
3. Individualitas: pada dasarnya pembelajaran merupakan usaha mengembangkan
setiap individu siswa. Strategi yang digunakan harus mampu mengayomi
seluruh siswa yang diajar oleh guru. Oleh karenanya dalam prkateknya guru
selalu membutuhkan penelitian tindakan kelas (PTK). Guru jangan terkecoh
oleh hanya beberapa siswa saja yang mampu mencapai kompetensi yang
diajarkannya karena keberhasilan pembelajaran sesungguhnya ditentukan oleh
keseluruhan peserta didik. Guru dikatakan berhasil dalam pembelajaran
manakala hasil pembelajaran peserta didik seluruhnya mencapai tujuan yang
diharapkan. Keefektifan strategi itu diukur sebesar apa kemampuannya
mencapai tujuan pembelajara pada seluruh peserta didik.
4. Integritas: strategi pembelajaran yang pilih oleh guru harus mencapaikan
seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik harus dicapai oleh peserta didik secara bersamaan: ketika
menggunakan strategi inkuiri, guru berusaha agar siswa bisa menemukan sendiri
materi pembelajaran berupa kognitif dalam prosesnya siswa harus mengikuti
aturan dalam menemukan pengetahuan dengan saling berbagi dengan teman
manakala teman membutuhkan bantuan penjelasan atas hal-hal yang belum
difahami. Berani dan mau berusaha menemukan pengetahuan dilakukan dengan
jujur dan kerja keras.
63
Sementara prinsif pembelajaran kekinian sebagaimana yang tertuang dalam
Bab IV Pasal 19 PP NO. 19 tahun 2005 memiliki prinsif bahwa proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik berpartisipasi aktif, memberikan ruang khusus bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, serta perkembangan pisik dan
psikologis peserta didik.
Prinsip khusus pengelolaan pembelajaran diatas adalah (Hamid dan
Bahrissalim 2012: 13-15):
1. Interaktif: biasanya terlihat dalam terjadinya dialog antar siswa, dialog antar
siswa dengan pendidik, dan penggunaan aneka media dan sumber belajar.
2. Inspiratif: ciri-cirinya adalah memancing rasa ingin tahu siswa, menimbulkan
banyak pertanyaan siswa dan memancing munculnya ide baru dari siswa.
3. Menyenangkan: suasana pembelajaran dimana siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Rumusan
menyenangkan; bangkitnya minat, keterlibatan penuh dalam belajar, terciptanya
makna, pemahaman yang kuat akan materi, dan nilai yang membahagiakan
(Fachrurrozi dan Erta 2010: 226). Ciri lainnya adalah Susana hangat dalam
kelas, betah belajar dan suasana biasanya lebih informal.
4. Menantang: ciri-cirinya adalah mendorong kompetisi antar siswa, mendorong
siswa terlibat penuh dan membangkitkan gairah belajar siswa.
5. Motivasi: ciri-cirinya adalah mendorong siswa aktif mengemukakan pendapat,
aktif berbuat dan aktif mencari sumber belajar.
6. Prakarsa: ciri-cirinya adalah terbuka peluang mencari sendiri, melakukan sendiri
dan mengembangkan kerjasama dengan peserta didik lain
7. Tercipta ruang kretivitas: ciri-cirinya adalah terbuka peluang mencari model
baru yang dibuat, melakukan kegiatan sendiri membangun kerjasama baru
dengan peserta didik lain.
8. Tercipta ruang kemandirian sesuai dengan bakat: ciri-cirinya adalah terbuka
peluang mencari sesuai dengan bakat sendiri, melakukan sesuai bakat sendiri
dan membangun kerjasama dengan peserta didik lain atas kesamaan bakat
masing-masing.
9. Tercipta ruang kemandirian sesuai dengan minat : ciri-cirinya adalah terbuka
peluang mencari sesuai dengan minat sendiri, melakukan sesuai dengan minat
sendiri, dan membangun kerjasama dengan peserta didik lain sesuai dengan
minat sendiri.
10. Tercipta ruang kemandirian sesuai dengan perkembangan fisik : ciri-cirinya
terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan kemampuan fisik sendiri,
64
melakukan kegiatan dengan kemampuan fisik sendiri dan membangun kerjasama
dengan siswa lain yang memiliki kesamaan fisik.
11. Tercipta ruang kemandirian sesuai dengan perkembangan psikologis: ciri-cirinya
terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan cara berfikir sendiri, melakukan
kegiatan dengan cara berfikir sendiri dan membangun kerjasama dengan siswa
lain yang memiliki kesamaan cara berfikir.
12. Pendidik yang memberikan keteladanan: ciri-cirinya adalah datang tepat waktu,
berpenampilan rapi, berbicara dengan bahasa yang baik dan santun, demokratis,
peduli orang lain dan peduli kualitas.
Jika ke-12 prinsip benar-benar ada dan diterapkan dalam pembelajaran maka
sudah dapat dipastikan secara haqqul yakin pembelajaran bahasa Arab akan
mencapai target yang diharapkan.
5. Rangkuman
Media sesungguhnya merupakan segala bentuk benda yang digunakan untuk
menyalurkan pesan antara guru dan murid dalam rangka merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik bisa berupa hard dan berupa soft.
Bahkan juga segala hal yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan.
Apapun pembagian media sebagai alat bantu yang dimaksud media ini adalah segala
yang bisa mempertajam pembelajaran namun di dalamnya tidak ada pesan atau isi
materi pembelajaran dan jenisnya akan terus berkembang seiring dengan
perkembangan media pembelajaran baik soft maupun hard. Keberadaan media harus
benar-benar berdayaguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kemudahan dan faktor biaya pun menjadi pertimbangan utama dalam penentuan
media pembelajaran. Penggunaan media sangat penting dilakukan terutama media
elektrik, karena media langsung agak sulit dilakukan dengan cara menghadirkan
orang arab langsung.
Strategi adalah rencana tindakan dan disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
prinsip khusus pengelolaan pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, motivasi, prakarsa, tercipta ruang kretivitas, tercipta ruang kemandirian
sesuai dengan bakat, tercipta ruang kemandirian sesuai dengan minat, tercipta ruang
kemandirian sesuai dengan perkembangan fisik, tercipta ruang kemandirian sesuai
dengan perkembangan psikologis, dan pendidik yang memberikan keteladanan.
65
6. Tugas
Laksanakanlah kegiatan berikut dengan teman kelompok kamu!
a. Buatlah masing-masing satu media untuk setiap kelompok KD dari RPP yang
dibuat! (di K.13 satu RPP merupakan gabungan dari beberapa KD dan
otomatis gabungan dari beberapa komponen dan keterampilan bahasa Arab)
b. Buatlah langkah-langkah pembelajaran untuk satu RPP di no (a) di atas!
7. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1) Jelaskan pengertian Media dan Macam-Macamnya yang anda pahami dan
ketahui!
2) Jelaskan media sebagai Alat Bantu Pembelajaran Bahasa Arab !
3) Bagaimana memilih media yang Tepat dalam Pembelajaran Bahasa Arab
4) Jelaskan bagaimana Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber
Pembelajaran Bahasa Arab
5) Apa yang anda ketahui tentang Strategi Pembelajaran !
6) Sebutkan jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Arab yang anda ketahui !
jelaskan !
7) Ada beberapa pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
jelaskan!
8) Ada beberapa pinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam
Konteks Standar Proses Pendidikan Nasional jelaskan masing-masing prinsip
tersebut !
66
KB.4
PENGEMBANGAN PENILAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok materi dalam KB4 ini adalah sebagai berikut:
a. Penilaian hasil belajar
b. Tujuan dan fungsi penilaian
c. Konsep Penilaian Autentik ()مفهىم الخلُُم ألاصُل
d. Tujuan penilaian Autentik
e. Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik ()ألادواث للخلُُم ألاصُل
f. Beberapa Pendekatan dalam Penilaian
g. Pengembangan Tes ( )جطىٍش ادخباسsebagai Alat Penilaian Bahasa Arab
h. Pengembangan Tes Berdasarkan Cara Menskor
i. Pengembangan TBA Menurut Responnya
67
4. Uraian Materi
Dalam KB.4 ini akan diuraikan beberapa hal terkait dengan dengan
pengembangan penilaian bahasa arab yakni: penilaian hasil belajar, tujuan dan fungsi
penilaian, konsep penilaian autentik ()مفهىم الخلُُم ألاصُل, tujuan penilaian
autentik, teknik dan instrumen penilaian autentik ()ألادواث للخلُُم ألاصُل,
beberapa pendekatan dalam penilaian, pengembangan tes ( )جطىٍش ادخباسsebagai
alat penilaian bahasa arab, pengembangan tes berdasarkan cara menskor,
pengembangan tba menurut responnya dan langkah-langkah pengembangan
penilaian dalam pembelajaran bahasa arab. Rincian pembahasannya adalah sebagai
berikut:
68
b. Fugsi Diagnostik, yaitu untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa,
sehingga diketahui sebab- musababnya.
c. Fungsi Penempatan (placement), untuk menempatkan siswa dalam kelompok
yang mana ia ditempatkan dalam proses pembelajaran. Sebab dari sebuah
penilaian dapat diketahui perbedaan kemampuan siswa.
d. Fungsi Pengukur Keberhasilan, Untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan. Keberhasilan sebuah program ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu: guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem
administrasi. (Suharsimi, 2006; 10).
69
Selanjutnya O’Malley dan Pierce dalam Imam dkk (2006, 142) sebagai
penilaian yang dapat menggambarkan hasil belajar siswa, motivasi, pemerolehan
belajar, dan sikap-sikap terhadap kegiatan kelas yang relevan dengan pembelajaran.
di buku yang sama dijelaskan bahwa penilaian autentik adalah penilaian untuk
mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Meski beberapa ahli menganggap bahwa PBK, Penilaian autentik dan
penilaian alternatif sama akan tetapi secara spesifik (Zainal, 2012: 180-181)
memberikan penjelasan yang berbeda antara ketiganya. Dimana PBK dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan data dan informasi
hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sementara penilaian
alternatif dimaknai sebagai suatu teknik penilaian yang digunakan sebagai alternatif
disamping penilaian yang lain dimana penilaian tidak bergantung pada satu model
dan isntrumen mpenilaian. Begitu juga penilaian autentik dimaknai sebagai suatu
teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi
berupa kemampuanya nyata atau real, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau hanya
diperoleh di dalam kelas. Kenyataan yang dimaksud bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Permendikbud no 66 tahun 2013 dijelaskan bahwa Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,
ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan
secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan
keluaran (output) pembelajaran dan penilaian otentik dilakukan oleh guru secara
berkelanjutan. Jadi penilaian autentik merupakan salah satu jenis penilaian
pendidikan, memiliki posisi yang utama dibanding dengan jenis penilaian lainnya
dan hanya bisa dilakukan oleh seorang guru, artinya jika tidak ada guru maka tidak
akan bisa dilakukan penilaian autentik.
Untuk pemnatapan konsep dalam permendikbud no 104 tahun 2014 tentang
“Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah” dijelaskan bahwa Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang
menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian Autentik adalah
penilaian secara menyeluruh dan berkelanjutan terhadap siswa dari aspek kinerja
70
untuk mengukur hasil belajar siswa, motivasi, pemerolehan belajar, dan sikap siwa
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran
(output) pembelajaran serta meliputi kemampuan menggunakan kognitif dan
psikomotortik serta menampilkan afektif secara ril dan nyata, sehingga apa yang
diperoleh siswa merukapan pengetahuan dan keterampilan yang betul-betul bisa
menyelesaikan problem nyata di lingkungan dan masyarakat siswa.
71
diri/evaluasi diri, kartu perkembangan ()الخدبعُت البطاكت, bertaubat dan pemberian
maaf dalam rangka perbaikan dalam pendidikan Islam. Instrument hasil belajar
terdiri dari tes lisan dan tes hasil belajar yang terdiri dari tes objektif dan non-
objektif (uraian) (As-Sa’dun 2013: 1171-1174).
Dalam Permendikbud no 104 tahun 2014 ditambahkan bahwa teknik
penilaian autentik terdiri dari Tes tertulis,observasi dan penugasan. Bentuk soal tes
tertulis terdiri dari a) memilih jawaban (1) (pilihan ganda), (2) dua pilihan (benar-
salah, ya-tidak), (3) menjodohkan, (4) sebab-akibat, b) mensuplai jawaban, terdiri
dari (1) isian atau melengkapi, (2) jawaban singkat atau pendek, (3) uraian. Soal tes
tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta
didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian
menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis
bentuk uraian antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan
membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban. Observasi dilakukan
pada Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan yang merupakan cerminan dari penilaian
autentik. Dan penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
72
Kedua, fase tes objektif yang sudah mengenal analisis statistik dalam menghitung
kualitas sebuah tes. Pada fase ini sudah dikenal istilah seperti tes masuk, tes hasil
belajar, tes diagnosis, tes kompetensi. Tes pada fase ini juga dikenal dengan istilah
tes deskrit ( )املنفصلةatau tes komponen atau tes kemahiran terpisah ( اختبارات
)العناصر واملهارات املنفصلة. Ketiga, tes komunikatif yang sudah menggunakan
teori psikososiolinguistik. Orientasi tes ini adalah komprehensif dalam berbahasa
dan pandangan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara satu manusia dengan
manusia yang lainnya. (Muhammad 1989: 1-3).
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam mengembangkan sebuah tes bahasa
Arab yaitu menganalisis standar kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD); menyusun peta konsep utama berdasarkan SK/KI dan KD;
menyusun kisi-kisi tes; memilah peta konsep berdasarkan indikator yang ingin
dikembangkan menjadi item tes; menyusun spesifikasi untuk satu atau lebih butir
soal; menuliskan butir soal berdasarkan spesifikasi butir soal yang telah
dikembangkan. (Alwasilah 2011: 280), kemudian menelaah, soal, uji coba soal,
analisis soal secara statistik, revisi soal, penggandaan soal, pelaksanaan tes,
penafsiran hasil tes dan pelaporan hasil.
Tujuan Pengembangan Tes Bahasa Arab ()هدف ثطوير اختبار اللغة العربية
Tujuan pengembangan tes bahasa Arab pada hakikatnya terbagi menjadi dua
yaitu tes tentang bahasa dan tes kemahiran bahasa. Yang pertama berikaitan dengan
pengetahuan peserta didik terhadap bunyi/huruf, kosa kata, tata bahasa, makna,
budaya, dls yang erat kaitannya dengan bahasa Arab. Sementara yang kedua
mengenai kemampuan peserta didik atau kemahirannya dalam menggunakan
berbagai komponen bahasa dalam kegiatan berbahasa baik reseptif maupun
produktif. Kemahiran reseptif yaitu menyimak dan membaca, kemampuan produktif
yaitu berbicara dan menulis. Tes kemahiran bahasa sebetulnya yang menjadi kor
pengembangan tes bahasa Arab dibanding dengan tes tentang bahasa, meskipun guru
bahasa Arab tidak akan bisa menutup mata pentingnya penguasaan terhadap
komponen-komponen bahasa tersebut. Dikarenakan orang yang bisa menggunakan
bahasa tidak akan mungkin jika tidak ditopang oleh penguasaan tentang bahasa Arab
itu sendiri. Bahkan orang yang mampu berbahasa sudah dapat dipastikan ia akan
menguasai bahasa, begitu pun sebaliknya bahwa orang yang menguasai tentang
bahasa juga sudah bisa dipastikan kecenderungannya PD menggunakan bahasa yang
komponennya ia kuasai. Meski ada beberapa kasus peserta didik yang faham tentang
komponen bahasa Arab namun karena kurang latihan maka yang bersangkutan
seringkali kepletot ketika berbicara menggunakan bahasa Arab. akan tetapi teori
penulis sendiri lebih cenderung kepada bahwa penguasaan yang baik dan maksimal
tentang bahasa Arab akan menentukan kemahiran berbahasa Arab dan kemahiran
73
yang baik dan maksimal dalam berbahasa Arab menentukan penguasaan komponen-
komponen (tentang) bahasa Arab.
ّ
Pengembangan Tes Bahasa Arab Berdasarkan Pendekatan Bahasa ) ثطوير اختبار
)اللغة العربية على أساس مدخل اللغة
Sebagai suatu usaha yang titik berat kegiatannya adalah bahasa,
penyelenggaraan pembelajaran bahasa senantiasa dipengaruhi oleh pendekatan
tertentu dalam ilmu bahasa. kadang-kadang seluruh penyelenggaraan
pembelajarannya bahkan dirancang atas dasar pendekatan yang digunakan.
Bagaimana bahasa dimengerti dan disikapi menurut suatu pendekatan ilmu bahasa
tertentu, pertama-tama dapat mempengaruhi penentuan tujuan pembelajarannya.
(Richard and Rodgers). (Matsna dan Mahyudin 2012: 45)
Kajian tentang pendekatan tes bahasa dapat dilakukan dengan kriteria yang
berbeda. Dengan memperhatiakan rincian yang berbeda-beda seperti dikemukakan
oleh berbagai ahli, pendekatan tes bahasa secara keseluruhan dapat dibedakan
menjadi: (1) pendekatan tradisional; (2) pendekatan diskret; (3) pendekatan
integratif; (4) pendekatan pragmatik; dan (5) pendekatan komunikatif. Berikut
uraian masing-masing: (Matsna dan Mahyudin 2012: 45)
ّ
1. Pendekatan Tradisional ( الخللُذي )اإلاذدل
Dalam pendekatan tradisional, tes bahasa diselenggarakan tanpa mengacu
kepada teori kebahasaan tertentu sebagai dasar. Penerapannya tidak menuntut
kemampuan khusus dalam bidang tes bahasa, sehingga siapa pun yang mampu
membelajarkan bahasa dianggap mampu pula menyelenggarakan tes bahasa.
bahan yang digunakan dalam tes banyak merujuk kepada karya sastra, dan
bentuk tes yang banyak dipakai khususnya meliputi terjemahan, atau menulis
esai. Pendekatan tradisional ini sering juga disebut sebagai pendekatan esai dan
terjemahan. Selain terjemahan dan menulis esai, terdapat juga bentuk tes tata
bahasa yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang bahasa, bukan tentang
penggunaan bahasa. (Matsna dan Mahyudin 2012: 45)
ّ
Contoh dari Pendekatan Tradisional (الخللُذي )اإلاذدلialah tes kemahiran
menulis yaitu salah satu contohnya menulis bebas atau mengarang (حش ّ )إوؽاء:
berarti penuangan buah pikiran melalui kalimat yang dirangkai secara utuh,
lengkap dan jelas sehingga buah pikiran penulisnya berhasil dikomunikasikan
kepada orang lain. Dalam tes menulis bebas peserta didik dituntut untuk
menuangkan gagasan secara bebas dan leluasa. Materinya berkisar; narasi
()اللصص ى, eksposisi ()الؽشحى, deskripsi()الىصفى, argumentasi()الاظخذالل.
(Matsna dan Mahyudin 2012: 161). Pengembangan tes yang tradisional, masih
menggunakan cara tradisional, tidak menggunakan langkah-langkah
perencanaan yang matang dan tentunya validitas soal atau tesnya sangat belum
74
teruji. Biasanya yang membuat soal langsung guru yang mengajar materi bahasa
Arab, bisa mengajar dianggap bisa menyiapkan tesnya dengan baik.
75
Arab. Contoh lainnya adalah soal yang menanyakan arti kata البِذdengan
pilihan rumah, sekolah, masjid, lapangan. Dalam hal kosa kata contohnya soal
yang menanyakan isim maf’ul dari kata ؼشبdengan disediakan pilihan
jawaban jika bentuk soal pilihan ganda dan tanpa disediakan pilihan jika berupa
isian singkat atau melengkapi jawaban.
Contoh: (UAMBN 2012)
.... ضذ كلمت "ددل" هى
سكب-أ
دشج-ب
سجع-ج
رهب-د
ظفش-ه
.... مشادف "الضخمت" هي
الصؼيرة-أ
الطىٍلت-ب
الىظُعت-ج
الكبيرة-د
الشفُعت-ه
76
أوكاث الكخب
ِ سجب الكلماث آلاجُت لخكىن جملت مفُذة " جلشأ في الفشاغ صاهشة واملجالث
"الذًيُت
أًً ػشفت الدؽشٍح؟، مً فضلك: الشجل
! في الذوس الثاوي: أحمذ
! ؼكشا: الشجل
.... العؤال = أًً ًجشي الحىاس؟ هى ًجشي في
اإلاذس ّظت-أ
املحطت-ب
اإلاخحف-ج
اإلاطاس-د
اإلاعدؽفى-ه
4. Pendekatan Pragmatik ()اإلاذدل البرجماجضي
Dalam pendekatan ini, bahasa dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang
senyatanya yang melibatkan tidak saja unsur-unsur kebahasaan seperti kata-
kata, frasa, atau kalimat, melainkan juga unsur-unsur diluarnya yang selalu
terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa. secara pragmatik, pemahaman
itu ditentukan pula oleh pemahaman terhadap unsur-unsur diluar unsur bahasa.
(Matsna dan Mahyudin 47). Tes ini muncul sebagai reaksi terhadapa
ketidakpuasan tes diskret, yang digagas oleh Oller. Akan tetapi tes model ini
sangat sulit dilakukan berbeda dengan tes diskret yang berkembang sebelumnya.
Tes ini mampu mengurangi keartifisialan tes sebelumnya. Perbedaanya dengan
tes integratif sangat tipis akan tetapi bisa disimpulkan dengan ungkapan “tes
pragmatis pasti integratid dan tidak semua tes integratif itu pragmatis” (Imam
dkk 2012:46)
Unsur-unsur kebahasaan, seperti penambahan atau pengurangan kata-kata
secara tidak sengaja. Unsur dapat pula berupa unsur nonkebahasaan, seperti
peristiwa dan keadaan sekitar, tingkah laku orang-orang sekitar, yang terjadi
pada saat bersamaan dengan suatu penggunaan bahasa. Dalam tes bahasa,
pendekatan pragmatik mendasari penggunaan beberapa jenis tes terntentu,
khususnya dikte, tes cloze1 dan menulis. Tes yang dikembangkan atas dasar
pendekatan pragmatik, ditandai adanya tugas untuk memahami wacana.
(Matsna dan Mahyudin 48). Selain test cloze jenis tes lainnya yang termasuk
1 Tes Cloze merupakan tes yang mengandalkan kemampuan memahami teks atau wacana tertulis
yang ditunjang oleh kemampuan tata bahasa, kosakata serta susunan wacana secara umum. Khas tes
ini adalah adanya pelepasan kata-kata dari wacana tulis per ke-6, ke-7, ke-8 secara konsisten.
Bentuknya bisa tradisional dan bisa juga berbentuk pilihan ganda (Djiwandono 2008:139-142)
77
kategori pragamatis adalah dikte (dictation), jawaban pertanyaan (question
answering), berbicara dan wawancara (oral interview), menulis (composition or
easy writing), bercerita (naration), dan terjemah (translation) (Imam dkk
2012:47-48). Misalnya adalah peserta didik diinstruksikan menulis paragraf
berikut:
ّ
وَعشف البعض العلىم الاجخماعُت بأنها " الىخاجاث اإلاعشفُت لجهذ ؤلاوعان البؽشي في
ِ
بالخاسٍخ والجؼشافُا والاكخصاد والعُاظت وؤلاوعان وعلم2اإلاُادًً اإلاعشفُت الخاصت
وعشفها آدشون بأنها "عالكت ؤلاوعان البؽشي مع بُئخه 3
. "الىفغ وعلم الاجخماع
وكذم مشؼذ الُىوعكى حعشٍفا ؼامال للذساظاث. "الحضاسٍت وبُئخه الطبُعُت
الاجخماعُت على أنها " جلك اإلاىاد التي جحخىي على مىاد التربُت الىطىُت وعلم الىفغ
والاجخماع والاكخصاد وؤلاهثروبىلىجُا والخاسٍخ والجؼشافُا" (بللم عادل فىاسعه وظاسة
)ؼاوس بالخصشف
ّ
5. Pendekatan Komunikatif ()اإلاذدل ؤلاجصالي
Pendekatan komunikatif mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan
bahasa dalam komunikasi sehari-hari senyatanya. Suatu pendekatan dengan orientasi
psikolinguistik dan sosiolinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan
unsur-unsur nonkebahasaan. Pendekatan komunikatif secara rinci mempersoalkan
seluk-beluk komunikasi, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa. (Matsna
dan Mahyudin 49). Simpulnya tes bahasa secara komunikatif bertujuan untuk
mengukur bagaimana orang yang diuji mampu menggunakan bahasa di dalam situasi
kehidupan nyata. (Alwasilah: 286)
Seluk-beluk komunikasi itu diantaranya meliputi unsur-unsur seperti siapa yang
berkomunikasi, bagaimana hubungan antara mereka melakukan komunikasi, apa
maksud dan tujuan dilakukannya komunikasi, dalam keadaan bagaimana komunikasi
terjadi, kapan dan bagaimana komunikasi terjadi, dan sebagainya. (Matsna dan
Mahyudin 49).
Dalam tes bahasa, penerapan pendekatan komunikatif berdampak terhadap
beberapa segi penyelenggaraannya, terutama jenis dan isi wacana yang digunakan,
kemampuan berbahasa yang dijadikan sasaran, serta bentuk tugas, soal atau
pertanyaannya. Semua itu ditentukan atas dasar ciri komunikatifnya, yaitu hubungan
dan kesesuaiannya dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi senyatanya.
(Matsna dan Mahyudin 50).
Langkah-langkah dalam merancang tes komunikatif adalah 1) Deskripiskan
peserta didiknya; usia, jenis kelamin dan bahasa nasionalnya, 2) Analisis kebutuhan
komunikasinya, 3) Mendeskripsikan materi tes, 4) Menentukan kemahiran bahasa
78
yang akan dites dan 5) Mengoreksi dan mengevaluasi. Sementara Carrol
mengemukakakan sepuluh langkah dalam menyusun tes komunikatif sebagai berikut
(Muhammad 1989: 28-29):
No Keterangan Deskripsi
1 Identifikasi Menjelaskan gambaran umum peserta didik terdiri dari
Peserta didik bahasa ibu, usia, jenis kelamin, tempat tinggal dls.
2 Tujuan Menjelaskan tujuan umum penggunaan bahasa:
menggunakan akademis, professional, atau kehidupan sosial.
bahasa
3 Kegiatan Menentukan kegiatan utama yang akan dihadappi misal
mencatatat pengamatan masyarakat, menghadiri
perkuliahan dll.
4 Media Menentukan media; menyimak, berbicara, membaca,
menulis atau gabungan keduanya. Siarang: langsung,
rekaman, cetak, film dls,
5 Budaya dan Menentukan hubungan sosial masyarakat, dialek serta
masyarakat faktor sosial dan budaya.
6 Tingkat Menentukan tingkat performance setiap media pada
performance nomor empat: kecepatan, kelenturan, keraguan dan
pengulangan.
7 Ranah setiap Menentukan tempat kegiatan pada nomor tiga
tema
8 Kemahiran Menentukan kemahiran yang dibutuhkan dalam kegiatan
bahasa dan tingkat tujuan yang beragam.
9 Fungsi Membuat fungsi bahasa yang diinginkan serta membuat
Bahasa/Satuan intonasi yang tepat
intonasi
10 Bentuk tes Menentukan jenis item tes apakah item terbuka
()مفخىحت, tertutup ( )مؼللتataukah item terstruktur
()معلذة
ّ
Contoh dari Pendekatan Komunikatif ()اإلاذدل ؤلاجصالي, adalah tes kemahiran
berbicara ( )ادخباساث مهاسة الكالمyaitu Tes مهاسة الكالمTingkat Menengah. Teknik
yang digunakan untuk tes keterampilan berbicara tingkat menengah sebagai berikut;
Mengungkapkan perasaan pribadi, Berdiskusi ( )اإلاىاكؽتdan Percakapan ()املحادزت
(Matsna dan Mahyudin 157). Sementara (Djiwandono 2008:111-113) menjelaskan
bahwa contoh tes komunikatif yang paling jelas ada pada tes bahasa Inggris
terstandar yang bernama IELTS (The International English Language Testing
System) meskipun sepintas tesnya menguji hal-hal konvensional seperti menyimak,
kemampuan memahami bacaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menulis
79
akan tetapi ia telah menggambarkan tes yang berkadar komunikatif tinggi guna
mewujudkan relevansi dan keotentikan konteks. Diantara ciri soal yang berkarakter
komunikatif adalah isi dan pilihan topik beragam dan disesuaikan dengan
latabelakang dan studi lanjut testee, sumber pemilihan bahan penguasaan bahasa
diorientasikan pada masalah bidang kajian umum, untuk kajian umum untuk
program akademik dan penggunaan bahasa harian untuk linguistik survival, jenis
bahannya beragam dari buku, jurnal, majalah, surat kabar, serta formatnya beragam
yaitu subjektif dan objektif dengan jawaban ya atau tidak, monolog, interview dan
pembicaraan dengan penguji.
Dari kelima model pengembangan tes bahasa Arab berdasarkan pendekatan
bahasa bisa juga diketegorikan ke dalam dua yaitu sistem terpisah ()هظشٍت الفشوع
dan sistem kesatuan ()هظشٍت الىحذة. Yang termasuk kategori terpisah adalah tes
diskret dan yang termasuk kategori kesatuan adalah tes tradisional, tes integratif, tes
pragmatik dan tes komunikatif.
80
وادتر (خ) إرا كاهذ داطئت وفلا للصىسة،ادتر (ص) إرا كاهذ العباسة صحُحت
هزا كخاب: ص – خ
هزا ملعب: ص – خ
81
1. Menjodohkan (Matching test; al-muzâwajah) (Zaenal Arifin: 143-144)
Soal bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda adalah pilihan ganda terdiri atas stem
dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap
paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan
kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu
kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan jawaban, dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan soal. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada
persoalan. Bentuk soal menjodohan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta
didik untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan hubunngan yang sederhana dan
kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan dua hal.
Tarik َ Garis!
1. عؽ َشة
َ
2. َ حععت
َ َ
3. ز َما ِهُت
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
ََ
4. أ ْسبعت
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
Nama : ..............
Kelas : ..............
Pel :...............
82
3. Tes Melengkapi (completion test; al-tak-milah)
Tes melengkapi yaitu salah satu jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.
b. bagian-bagian yang dihilangkan diganti dengan titik-titik.
c. Titik-titik itu harus diisi dengan jawaban.
Jadi sebenarnya tes melengkapi ini mirip sekali dengan tes bentuk isian.
Letak perbedaannya adalah pada tes bentuk melengkapi bahan yang diteskan
merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes bentuk isian tidak harus
demikian. Dengan kata lain, pada tes bentuk isian butir-butir soal dapat saja dibuat
berlainan antara yang satu dengan yang lain. (Sudijono: 116-118)
Contoh : (Matsna dan Mahyudin 74)
ّ ) صباحا مبكشا1( _____ ًأكىم م
و بعذ رلك أرهب, ) فى الحمام2( _____ زم
)4( _____ و فى العادظت و الىصف صباحا. ) لصالة الصبح جماعت3( _____ إلى
. ) للزهاب إلى اإلاذسظت5( _____ الفطىس و
Tes Non Objektif
Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif karena dalam
pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh factor subjektivitas guru. Penilaian dilihat
dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons item) dan uraian bebas
(extended respons item). (Zaenal Arifin: 125)
1. Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang
telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
اركش زالزت مً أهىاع اظماء الخمعت ؟
ما عمل ّإن و أدىتها واعط زالزت أمثلت منها؟
2. Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sitematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru harus mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik.
Contoh :
كُف جىمي اللؼت العشبُت فى إهذووعُا ؟
83
!ما سأًكم حىل سئاظت جىكىوٍذودوا في عاصمت جاكشجا
Pengembangan TBA Menurut Responnya
Tes Tulis
Tes tulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
tulisan. Peserta didik akan menuliskan jawaban dengan bahasanya sendiri atau
memeberikan tanda tertentu sesuai dengan instruksi pada jawaban yang dianggap
paling benar jika bentuk soalnya pilihan ganda. Pertanyaannya dapat berupa tulis
dan dapat berupa lisan (Imam dkk 2012:85). Tes tulis bisa dilakukan untuk menguji
kemampuan menyimak (istima’), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah) serta tes
komponen bahasa yang meliputi tes bunyi/huruf, kosa kata, tes tata bahasa (qawaid)
dan tes makna (dalalah). Tes tulis ini banyak digunakan di sekolah-sekolah,
madrasah, bahkan hampir di semua lembaga karena dianggap memiliki kelebihan
dibanding dengan tes jenis lainnya apalagi jika peserta tesnya dalam jumlah yang
banyak.
Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. (Zaenal Arifin 2012: 148-149). Tes
ini tepat sekali dalam mengukur kemampuan berbicara (kalam atau hadits) dan
membaca (qira’ah). Kemampuan berbicara terkait dengan aspek aksen,
kegramatikalan, kelancaran, ketepatan, diksi, uslub, ketepatan memberi dan
merespon informasi, tekanan dan kefasihan. Kemampuan membaca berkaitan dengan
pemahaman teks, kelancaran, kefasihan, intonasi, ketepatan dan kecepatan membaca
(Imam dkk 2012:85)
Tes Perbuatan
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Misal dalam bahasa Arab, tes
membaca nyaring, tes dialog dls. (Zaenal Arifin 2012: 149-151). Tes ini tepat dalam
menguji tes praktik berbahasa yang real seperti tes dengan pendekatan pragmatik
dan komunikatif. Contohnya adalah tes percakapan dalam bahasa Arab, dialog,
sosiodrama, membaca puisi, berpidato, membuat kaligrafi dls. Dalam jenis tes ini
ada keterlibatan psikomotor anak dalam melaksanakan instruksi-instrtuksi di dalam
tes. Jika dilihat dari aspek berfikir maka tes jenis perbuatan ini merupakan tes yang
paling komprehensif dalam pembelajaran bahasa karena ia mampu mengungkap
kemampuan dan skill berbahasa Arab secara ril, bukan menguji tentang bahasa Arab.
84
5. Rangkuman
Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka,
deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru
melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil
belajar/kompetensi siswa. Penilaian dilakukan secara terpadu, terus-menerus dan
berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak pernah mengenal waktu kapan
seharusnya penilaian dilakukan.
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam mengembangkan sebuah tes bahasa
Arab yaitu menganalisis standar kompetensi (SK)/Kompetensi Inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD); menyusun peta konsep utama berdasarkan SK/KI dan KD;
menyusun kisi-kisi tes; memilah peta konsep berdasarkan indikator yang ingin
dikembangkan menjadi item tes; menyusun spesifikasi untuk satu atau lebih butir
soal; menuliskan butir soal berdasarkan spesifikasi butir soal yang telah
dikembangkan. (Alwasilah 2011: 280), kemudian menelaah, soal, uji coba soal,
analisis soal secara statistik, revisi soal, penggandaan soal, pelaksanaan tes,
penafsiran hasil tes dan pelaporan hasil.
Pendekatan tes bahasa secara keseluruhan dapat dibedakan menjadi: (1)
pendekatan tradisional; (2) pendekatan diskret; (3) pendekatan integratif; (4)
pendekatan pragmatik; dan (5) pendekatan komunikatif. Pengembangan tes bahasa
arab dibagi atas dasar pertama, Pengembangan TBA Menurut Responnya,
Pengembangan Tes Berdasarkan Cara Menskor, dan Pengembangan Tes Bahasa
ّ Berdasarkan Pendekatan Bahasa ) جطىٍش ادخباس اللؼت العشبُت على أظاط
Arab
)مذدل اللؼت
6. Tugas
Lakukan langkah-lang berikut:
a. Diskusikan dengan anda mengenai ulangan harian bahasa Arab, UTS, UKK,
UAMBN dan UN
b. Jenis-jenis penilaian diatas analisislah berdasarkan hal-hal berikut:
1) Penilaian hasil belajar
2) Tujuan dan fungsi penilaian
3) Konsep Penilaian Autentik ()مفهىم الخلُُم ألاصُل
4) Tujuan penilaian Autentik
5) Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik ()ألادواث للخلُُم ألاصُل
6) Pendekatan dalam Penilaian
7) Pengembangan Tes ( )جطىٍش ادخباسsebagai Alat Penilaian Bahasa Arab
8) Pengembangan Tes Berdasarkan Cara Menskor
9) Pengembangan TBA Menurut Responnya
85
7. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian hasil belajar !
2) Jelaskan Tujuan dan fungsi penilaian !
3) Jelaskan apa itu Penilaian Autentik (!)مفهىم الخلُُم ألاصُل
4) Sebutkan dan jelaskan Tujuan penilaian Autentik!
5) Sebutkan dan jelaskan Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik ( ألادواث
!)للخلُُم ألاصُل
6) Sebutkan dan jelaskan Beberapa Pendekatan dalam Penilaian!
7) Apa yang dimaksud dengan pengembangan Tes ( )جطىٍش ادخباسsebagai Alat
Penilaian Bahasa Arab!
8) Sebutkan beberapa Pengembangan Tes Berdasarkan Cara Menskor !
9) Sebutkan beberapa Pengembangan TBA Menurut Responnya !
10) Sebutkan beberapa Pengembangan TBA Menurut pendekatan pembelajaran
bahasa!
86
DAFTAR PUSTAKA
87
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010, cet. ke. 4, edisi revisi.
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab ( طرٍقت حعلُم اللغت
)العربُت, Malang: Misykat, 2009.
Ginnis, Paul, Trik & Taktik Mengajar; Strategi Meningkatkan Pencapaian
Pengajaran di Kelas, Jakarta: Indeks, 2008, cet. ke. 1, (Terjemehan Wasi
Dewanto),
Hamid, Farida dan Bahrissalim, Pembelajaran Aktif Inovatif Kretaif Efektif dan
Menyenangkan
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rinek Cipta, 1997, cet. ke. 1.
Hayat, Bahrul, Authentic Assessment for Active and Creative Learning, disajikan
pada Seminar Nasional Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI)
Lampung, tanggal 29 Januari 2011.
Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011, cet. 1.
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta,
2010, cet. 3.
Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition. Dalam M. Barret (Ed.), The
Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press.
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan Remaja
Rosdakarya, 2009, cet. ke. 2.
Junaedi dkk, Strategi Pembelajaran, Surabayaya: LAPIS-PGMI, 2008, hal. 10.
KBBI (Kamus Bahasa Indoensia), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta 2008.
Kementerian Agama Republik Indonesia , Bahasa Arab: Modul Bahan Ajar
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2016
Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s Development of Language.Dalam American
scientist, No. 82.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, Cet-7. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
88
Media Pembelajaran Berbasis Internet (E-Learning) dalam SMP Laboratorium UPI,
pada http://smp.labschool.upi.edu/2011/10/media-pembelajaran-berbasis-
internet-e-learning/. diakses 28 November 2012.
Multimedia Interaktif dalam proses pendidikan,
http://www.trainforfly.blogspot.com/ diunduh 28 November 2012.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, cet. ke. 9.
Palm, Torulf, Performance Assessment and Authentic Assessment, Practical
Assessment Research and Evaluation: A peer-Reviewed Electronic Jurnal, Vol
13, No. 4, , Umea University, Sweden.
Pantiwati, Yuni (Universitas Muhammadiyah Malang, Hakekat Asesmen Autentik
dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi, JEMS (Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains), Nol. 1, No. 1, Maret 2013.
Purwanto, M. Ngalim,. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Raswan dan Ahmad Sopyan, Slide Power Point Bahan Ajar PLPG Evauasi
Pembelajaran PAI dan Bahasa Arab, tt.
Salmiah, (Widyaiswara BDK.Medan), Kajian Penilaian Berbasis Kelas Untuk
Meningkatkan Kompetensi Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Agama Islam
Pada Madrasah Ibtidaiyah Se-Sumatera Utara Dan Aceh
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, cet. ke-5.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Pranada Media Group, 2010. Cet. ke-7.
89
البطش ،دمحم ولُد موس ى ًوصف (أصخاذ القُاش والخقوٍم/الجامعت ألاردهُت كلُت
العلوم التربوٍت) ،الاججاهاث الحدًثت في مجال القُاش والخقوٍم وجطبُقاتها في
مُدان التربُت الخاصت ،ورقت مقدمت إلى مؤجمر التربُت الخاصت العربي ،الواقع
واإلاأمول3116 ،م.
الضعدون ،عادلت علي هاححي (أصخاذة مناهج القرآن الكرٍم والتربُت ؤلاصالمُت وطرائق
جدرَضها اإلاضاعد حامعت بغداد – كلُت التربُت – ابن رشد) ،مباحث في طرائق
جدرَط التربُت ؤلاصالمُت وأصالُب جقوٍمها ،ألاصخاذ – العدد ( )414لضنت
2544هجرٍت – 3124مُالدًت.
الطراوهت ،دمحم حضن ) أصخاذ مناهج وطرائق جدرَط العلوم اإلاضاعد حامعت السٍخوهت
ألاردهُت الخاصت/كلُت آلاداب/قضم العلوم التربوٍت،dr_mohtrawneh@yahoo.com-
هموذج مقترح إلاعاًير ضمان حودة الخقوٍم الحقُقي للطلبت في مناهج الخعلُم
العالي ( Aproposed Model for Quality Assurance Standards of Students
،)Authentic Assessment in Higher Education Curriculaمقدم في اإلاؤجمر العربي
الدولي لضمان حودة الخعلُم العالي حامعت السرقاء الخاصت ،اإلاملكت ألاردهُت
الهاشمُت 23-21ماًو 3122م.
طعُمت ،رشدي أحمد ومحمود كامل الناقت ،حعلُم اللغت اجصالُا بين اإلاناهج
والاصتراجُجُت ،إصضكو :منشوراث اإلانظمت ؤلاصالمُت للتربُت والثقافت.3117 ،
90