LP Demam Typhoid
LP Demam Typhoid
Sumber: http://www.smartdetoxsynergy.com/deman-tifoid/
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
A. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah
luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong
(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa berotot (> 6 cm),
pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus
tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
2. DEFINISI
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C,
paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009 )
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi. (Sumarno,2002)
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonela
typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara berkembang yang terutama
terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden
600.000 kasus kematian tiap tahun. (Riyanto, 2011)
Jadi, demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi.
Penyakit ini ditandai dengan panas yang berkepanjangan dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi
3. ETIOLOGI
Menurut (Nanda Nic Noc 2015) salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain
adalah bakteri garam-negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,
fakultatif anaeorob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekular limpoposakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resitensi terhadap multiple antibiotic.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (NANDA NIC NOC 2015) manifestasi klinis dari deman typhoid adalah:
1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangan akan
menyebabkan syok, stupor dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistakis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor
11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.
5. PATOFISIOLOGI
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh
asam lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk ke dalam usus, kemudian
berkembang. Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang
baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina
propia. Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag
kemudian dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening
mesenterika melalui duktus torsikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag ini masuk
kedalam sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau tidak
menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa diorgan-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi
darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda
penyakit infeksi sistemik.
6. PATHWAY
1. Non farmakologi
- Bed rest
- Diet; diberikan bubur sering kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
2. Farmakologi
- Kloramfenikol, dosis 50mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau
IV selama 14 hari.
- Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat
minum obat, selama 21 hari, atau amoksilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kontrimoksasol
dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari
- Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg/BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari.
- Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolom.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (NANDA NIC NOC 2015) pemeriksaan penunjang meliputi:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukoponi, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukosotisis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi
maka penderita membuat antibody (agglutinin)
4. Kultur
Kultur darah : bias positif pada minggu pertama
Kultur urin : bias positif pada akhir mingu kedua
Kultur feses : bias positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibody lgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya demam.
9. KOMPLIKASI
-Takikardi
-Insufisiensi jantung
-Insufisiensi pulmonal
-Kejang demam
Diagnosa 1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit pasien menujukan temperatur
dalan batas normal
kriteria hasil:
3. Turunkan panas dengan melepaskan selimut atau menanggalkan pakian yang terlalu
tebal, beri kompres dingin pada aksila dan liatan paha.
Rasional : Meningkatkan kenyaman, menurunkan temperatur suhu tubuh
4. Pantau dan catat denyut dan irama nadi, vekanan vena sentral, tekanan darah,
frekuensi napas, tingkat responsitas, dan suhu kulit minimal 4 jam
Rasional: Peningkatan denyut nadi, penurunan tekan vena sentral, dan penurunan
tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia yang mengarah pada perfusi
jaringan. Kulit yang dingin, pucat dan burik dapat juga mengindikasikan peunurunan
perfsi jaringan. Peningkatan frekuensi pernapasan berkompensasi pada hipoksia
jaringan.
5. Observasi adanya konfusi disorientasi
Rasional: Perubahan tingkat kesadaran dapat merupakan akibat dari hipoksia jaringan
6. Berikan cairan IV sesuai yang dianjurkan.
Rasional: Menghindari kehilangan air natrium klorida dan kalium yang berlebihan.
Diagnosa 2
Diagnosa 4 :
Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, turgor kulit, nadi adekuat,
tekanandarah ortostatik) jika diperlukan.
Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa, turgor kulit
menggambarkan berat ringannya kekurangan cairan.
2. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum klien.
3. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
Rasional: Memberikan pedoman untuk menggantikan cairan.
4. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Rasional: Keluarga sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan cairan klien.
5. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan IV.
Rasional: Pemberian cairan IV untuk memenuhi kebutuhan cairan
Diagnosa 5
Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastroentistinal (penurunan motilitas usus)
Tujuan : Selama dalam perawatan kebutuhan eliminasi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Tidak terjadi gangguan pada eliminasi, BAB kembali normal.
Intervensi :
1. Kaji pola BAB pasien.
Rasional : Untuk mengetahui pola BAB pasien.
2. Pantau dan catat BAB setiap hari.
Rasional : Mengetahui konsistensi dari feses dan perkembangan pola BAB pasien.
3. Pertahankan intake cairan 2-3 liter / hari.
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan dan membantu memperbaiki konsistensi feses.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet tinggi serat tapi rendah lemak.
Rasional : Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal.
DAFTAR PUSTAKA
Mukti Bagus Wiobowo. Dokumen Laporan Pendahuluan Demam Typhoid. Diambil dari
https://www.scribd.com/doc/124500764/Laporan-Pendahuluan-Typhoid (15 juli 2017)
http://eprints.ums.ac.id/21070/26/naskah_publikasi.pdf
http://eprints.ums.ac.id/34198/1/Naskah%20Publikasi.pdf