Makalah Meningitis Proses Fix Banget
Makalah Meningitis Proses Fix Banget
PENDAHULUAN
Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
spinal cord(Meningitis Foundation of America). Classic triad dari meningitis
adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental(van de
Beek, 2004). Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh
Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada
pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen
(van de Beek, 2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000
orang (Centers for Disease Control and Prevention).
Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus pneumonie
(51%) dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004). Vaksinasi berhasil
mengurangi meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal C (Tidy,
2009). Faktor resiko meningitis antara lain: pasien yang mengalami defek dural,
sedang menjalani spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus,
alkoholisme, splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian (Tidy,2009). Patogen
penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Pada neonatus, patogen
penyebab meningitis yang paling sering adalah Group B beta-haemolitic
streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Pada bayi dan anak-
anak, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Haemophilus
influenza (bila lebih muda dari 4 tahun dan belum divaksinasi), meningococcus
(Neisseria meningitis), dan Streptococcus pneumonie(pneumococcus). Pada orang
remaja dan dewasa muda, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah
S. pneumonie, H. influenza, N. meningitis, gram negative Bacilli, Streptococci,
dan Listeria monocytogenes. Pada dewasa tua dan pasien immunocompromised,
patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Pneumococcus, Listeria
monocytogenes, tuberculosis, gram negative organis, dan Cryptococcus.
Sedangkan penyebab meningitis bukan infeksi yang paling sering antara lain sel-
1
sel malignan (leukemia, limpoma), akibat zat-zat kimia (obat intratekal,
Universitas Sumatera Utara kontaminan), obat (NSAID, trimetoprim),
Sarkoidosis, sistemis lupus eritematosus (SLE), dan Bechet’s disease (Tidy,2009).
Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5%
pasien yang menjalani craniotomy mengalami meningitis. 4 sampai 17% pasien
yang memakai I.V. Cath. mengalami meningitis. 8% pasien yang memakai E. V.
Cath. mengalami meningitis. 5% pasien yang menjalani lumbar catheter
mengalami meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien
yang menjalani lumbar puncture (van de Beek, 2010). Secara keseluruhan,
mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien
pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van
de Beek, 2004). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat
704.000 kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Diantara tahun 1998 dan
2002 dilaporkan adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi
angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem
pelaporan penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum
mencapai pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal dicatatan
resmi (Centers for Disease Control and Prevention).
Otitis media merupakan penyakit peradangan sebagian atau seluruh
mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid (Soepardi,
2008). Di Amerika Serikat, otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap
tahunnya, dan merupakan alasan paling banyak dituliskannya resep antibiotik
untuk anak-anak (Hendley, 2002). Otitis media biasanya diikuti dengan infeksi
virus di nasofaring yang kemudian mengganggu fungsi dari tuba Eustachius, yang
kemudian mengganggu ventilasi dan menimbulkan tekanan negatif di telinga
tengah (Hendley, 2002).
2
adalah yang ekstrakranial yang berupa antara lain mastoiditis, kolesteatoma, dan
otitis media dengan perforasi. Sedangkan komplikasi intrakranial, yang jarang
terjadi, antara lain meningitis, abses otak, dan trombosis sinus lateral. 60% anak
yang menderita otitis media akan mengalami komplikasi, baik itu ekstrakranial
maupun intrakranial (O'Connor, 2009). Otitis media supuratif kronik (OMSK)
merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani
disertai sekret yang terus menerus atau hilang timbul (Nursiah, 2003). Otitis
media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi OMSK apabila
prosesnya telah berlangsung lebih dari 2 bulan (Soepardi, 2008). Gejala klinisnya
berupa otorrhoea disertai kehilangan pendengaran konduktif. Di dunia, terdapat
65-330 juta penderita OMSK dan 60%-nya menderita kehilangan pendengaran
yang signifikan (Borton, 2009).
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen
atau
tipe sekunder atau OMSK tipe jinak) dan tipe atikoanteral (tipe primeratau tipe
mastoid atau OMSK tipe ganas). Otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe ganas
ini dapat menimbulkan komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial
yang dapat berakibat fatal (Aboet, 2007). Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap
negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor
sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan
Indian Amerika. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK
ini dipikul oleh negara-negara di Asia Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan kumuh, status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan
faktor yang menjadi dasar
meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang (Aboet,
2007).
Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006
menunjukkan
pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien (Aboet, 2007).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara otitis media supuratif kronik dengan
meningitis.
3
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan meningitis ?
2) Apa sajakah etiologi meningitis?
3) apa saja tipe dari meningitis ?
4) apa patologi dari meningitis ?
5) apa patofisiologi dari meningitis ?
6) apa histopology dari meningitis ?
7) apa epidemiologi dari meningitis ?
8) apa sajakah factor risiko meningitis ?
9) apa sajakah insiden meningitis ?
10) bagaimana manifestasi klinis meningitis ?
11) apa saja yang menjadi gejala klinis meningitis ?
12) bagaimana diagnosis banding meningitis ?
13) bagaimanakah pemeriksaan penunjang meningitis ?
14) bagaimana diagnosis meningitis ?
15) bagaimana tata laksana meningitis ?
16) Apa prognosis dari meningitis ?
17) Untuk menjelaskan cara pencehagan meningitis.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oelh dosen pengajar mata
kuliah mikrobiologi dan untuk memberitahukan kepada teman-teman
tentang meningitis.
1.3.2. Tujuan kusus
1) Untuk menjelaskan lapisan meninges
2) Untuk menjelaskan defenisi meningitis
3) Untuk menjelaskan etiologi meningitis.
4) Untuk menjelaakan tipe meningitis.
5) Untuk menjelaskan patologi meningitis
6) Untuk menjelaskan patofisiologi meningitis.
4
7) Untuk menjelaskan histopology meningitis.
8) Untuk menjelaskan epidemiologi meningitis.
9) Untuk menjelaskan factor riiko meningitis.
10) Untuk menjelaskan insiden meningitis.
11) Untuk menjelaskan manifestasi klinis meningitis.
12) Untuk menjelaskan gejala klinis meningitis.
13) Untuk menjelaskan diagnosis banding meningitis.
14) Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang meningitis.
15) Untuk menjelaskan diagnosis meningitis.
16) Untuk menjelaskan tata laksana meningitis.
17) Untuk menjelaskan prognosis meningitis.
18) Untuk menjelaskan cara pencehagan meningitis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui apa itu meningitis tentu kita harus tahu terlebih dulu
mengenai apa itu meninges dan bagaimana struktur anatominya karena meningitis
merupakan penyakit yang menyerang di bagian ini.
Otak dan medulla spinalis dilapisi oleh meningens yang melindungi
struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal (Wordpress, 2009). Selaput meningens terdiri
dari 3 lapisan yaitu :
2.1.1. Duramater
6
meningea media yang terletak pada fossa temporalis (fossa media)
(Komisi trauma IKABI, 2004).
2.1.3. Piamater
7
(Long Barbara C, 1996). Efek peradangan dapat mengenai jaringan otak yang
disebut dengan meningoensefalitis (Wordpress, 2009).
2.3. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
serosa.macam-macam penyebab meningitis:
1) Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2) lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3) Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita.
4) Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
5) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6) Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan.
Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptikokus. Jamur ini bisa
masuk ketubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang
kering. Kriptikokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh
8
lain. Meningitis kriptikokus ini paling sering terjadi pada orang dengan
CD4 dibawah100.
Diaknosis: Darah atau cairan sumsum tulang belakang dalam dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen
(sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba
menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat
dilakukan dan dapat member hasil pda hari yang sama. Tes biakan akan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukan hasil
positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila
diwarnai dengan tintah india. (Yayasan Spiritia., 2006)
9
Diagnosis : meningitis tuberkulosis dapat di tegakkan dengan pemeriksaan
cairaan otak, darah, radiologi, testuberkulin. (harsono., 2003)
10
o Sebagian besar kasus meningitis pada periode neonates disebabkan oleh flora
dalam saluran genitalia ibu. Streptococcus grup B berkapsul dan Escherichia
coli, khususnya merupakan pathogen yang sangat penting bagi kelompok usia
ini.
o Pada anak berusia 6 bulan atau lebih, Haemophilus influenza dahulu
merupakan penyebab sebagian besar kasus meningitis akut; frekuensinya
telah jauh menurun selama tahun-tahun terakhir berkat diperkenalkannya
vaksin yang efektif. Streptococcus pneumoneae saat ini merupakan penyebab
tersering meningitis akut pada anak berusia muda.
o Neisseria meningitides merupakan penyebab tersering epidemi
leptomeningitis akut dan meningitis akut pada anak yang lebih tua, remaja,
dan dewasa muda.
o Pada orang dewasa yang lebih tua, sebagian besarb kasus meningitis akut
disebabkan oleh espneumoneae dan berbagai basil gram-negatif.
o Listeria monocytegenes merupakan penyebab penting leptomeningitis akut
pada usia lanjut, pasien dengan gangguan kekebalan tertentu, dan neonates.
o Staphylococcus aureus dan batang gram-negatif merupakan patogen yang
sering ditemukan pada pasien yang menderita meningitis setelah pemasangan
pirau secara bedah untuk mengalirkan CSS dari ventrikel cerebrum kedalam
rongga peritoneum pada pengobatan hydrosefalus
11
neoformans, dan yang lebih jarang, spesias brucella dan treponema palidiu.
Meningitis criptococcus merupakan penyebab penting leptomeningitis pada
pasien dengan sindrom imuno defisiensi didapat (AIDS).
12
intraserebrum juga terkena dan menimbulkan iskemia serebrum serta demensia
khas untuk sifilis tersier.
Komponen – komponen susunan saraf. Neuron memiliki sebuah inti besar
dengan nukleolus yang mencolok. Sitoplasma disekitar inti (perikarion)
mengandung retikulum endoplasma granular (substansi Nissl), yang pada sediaan
rutin yang diwarnai hematoksilin eosin tampak basofilik. Dendrit dan akson yang
keluar dari perikarion tidak terlihat pada sediaan rutin tetapi dapat diperlihatkan
dengan impregnasi perak. Astrosit memiliki inti vesikular besar dan sitoplasma
dengan jumlah sedang. Sel oligodendroglia memiliki inti bulat dikelilingi oleh
sitoplasma jernih (gambaran seperti “telur ceplok”). Sel mikroglia memiliki inti
kecil yang memanjang dengan kromatin padat. Tonjolan sitoplasma sel-sel ini
membentuk neutrofil, tampak sebagai bahan eosinofilik. Tonjolan sitoplasma sel
glia dapat diperlihatkan dengan impregnasi perak. Sel ependimal berbentuk
kuboid dan membentuk suatu lapisan kontinyu.
13
B. Infeksi-infeksi penting pada SSP.
14
Gambar C. Gambar D.
15
Gambar A. Meningitis virus. Tampak sedikit eksudat dipermukaan otak
yang terutama terdiri dari limfosit.
2.8. Epidemiologi
16
African outbreaks terjadi selama musim panas dari bulan Desember hingga
juni. Di daerah Sub-saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana dan
Mali di barat, hingga Niger, Nigeria, Chad, Sudan di timur) di mulai pada musism
panas/winter dry season (November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir
April-awal Mei, saat angin gurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu
udara sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim
penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang
virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk
lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain,
hygiene yang rendah dan lingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk
terjadinya infeksi epidemik.
Infeksi N. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia. Telah
terbukti bahwa tidak didapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari
hewan ke manusia pada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan
reservoar alami bagi meningococcus, transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat
saluran pernafasan (airbone droplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau
situasi recruit training.
Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa
sebagian besar partikel dari droplet saluran nafas mengandung meningococcus.
Meningococcus bisa didapatkan pada kultur dari nasofaring dari manusia sehat,
keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut dapat meningeal tergantung kepada
kemampuan dari kapsel polisakarida untuk menghambat aktivitas sistim
komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisi phagositosis neutrophil.
Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal yang sangat penting dalam
mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis. Pasien dengan defisiensi
dari komponen terminal komponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan
resiko tinggi untuk terinfeksi Neisseria (termasuk N. Meningitidis).
17
2.9.1. Faktor Usia
Kebanyakan meningitis disebabkan oleh virus dan bakteri terjadi
pada anak-anak dibawah usia 5 thn namun, sejak pertengahan tahun 1980-
an, setelah adanya vaksin untuk anak, pasien miningitis bergeser dari usia
15bln sampai 25thn.
18
2) Orang yang sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan
o Pendrita penyakit kronis seperti kanker dan diabetes, penderita
HIV
o Pengguna obat immunosuppresan juga lebih rentan terhadap
meningitis
2002)
19
1) Aktivitas/istirahat: malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan dan hipotonia.
2) Sirkulasi: riwayat endokarditis, abses otak, TD, nadi, tekanan nadi berat,
takikardi dan disritmia pada fase akut.
3) Eliminasi : adanya inkontinensia atau retensi urin.
4) Makanan/cairan: anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek,
mukosa kering.
5) Nyeri/kenyamanan : sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh.
6) Pernapasan : riwayat infeksi sinus atau paru, napas, letargi dan gelisah.
7) Keamanan : riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,
abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel
sabit, imunisasi yangbaru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks,
demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
20
Meningitis bakteri biasanya di dahului oleh gejala ganguan alat pernafasan
dan gastrointestinal.meningitis pada bakteri neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi ,mual,muntah,gangguan pernapasan ,kejang,nafsu makan
berkurang ,dehidrasi dan konstipasi,biasanya selalu di tandai dengan pontanella
yang mencebung.kejang di alami lebih kurang dari 44% anak dengan penyebab
haemopehilus influenzae, 25% oelh stretococcus pneumoniae, 21% oleh
streptococcus, dan 10% oleh infeksi miningococcus. Pada anak-anak dan dewasa
biasanya dimulai dengan gangguan sluran oernafasan bagian atas, penyakitjuga
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepla hebat, malaise, nyeri otot dan
nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Miningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium , yaitu stadium 1 atau
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti
gejala infeksi biasa. Pada anak-anak permulaan penyakit bersifat subakut, serig
tampak demam , muntah-muntah, nafsu makan berkurang , murung, berat badan
turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu, dan gangguan
kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang ilang timbul,
nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,fotopobia, nyeri punggung,
halusinasi, dan sangat gelisa.
Stadium II atau stadium transisi berlanggsung selama 1-3 minggu dengan
gejala penyakit yang lebih berat dimana pederita mengalami nyeri kepala yang
hebat dan kadang disertai kejag terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda tanda
rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku terdapat
tanda tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih
hebat.
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu 3minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.
21
2.13. Diagnosis Banding Meningitis
Beberapa penyakit yang memiliki gejala hamper mirip dengan meningitis antara
lain:
1) Abscess serebral
Merupakan radang suppurativa local pada jaringan otak dan penyebab
yang terbanyak dari abscess dilobus temporal. Mikroorganisma penyebab
bisa bakteri aerob dan anaerob. Streptococci, staphylococci, proteus,
E.coli, pseudomonas merupakan organism yang terbanyak. Abscess
serebral dapat terjadi oleh karena penyebaran bacterial piogenik secara
langsung akibat infeksi dari otitis media, mastoiditis ataupun sinus
paranasal. Gejala klinis dari abscess serebral : nyeri kepala yang
progressif, demam, muntah, papiledema, bradikardi, serta hemiparesis dan
homonymouse hemianopia.
Pada pemeriksaan laboraturium dan cairan serebrospinal biasanya tidak
memberikan hasil yang spesifik. Pada pemeriksaan CT scan tanpa contrast
(non contrast computerize tormograpy NCCT), stadium serebritis pada
permulaannya nampa sebagai suatu area hipodens diwhite matter dengan
batas yang tidak jelas dan efek masa regional ataupun yang menyebar luas
yang mengambarkan konggesti vaskuler dan edema pada pemberian
contrast ( contrast Enhancement computerized termograpy/CECT).
Enhancement bisa dijumpai atau hanya sedikit. Dan pada perkembangan
proses inflamasi selanjutnya terjadi perlunakan otak (softening) dan
petechial hemorrhage, yang menggambarkan kerusakan sawar darah otak
progresif. Pada stadium ini, CECT menunjukan area bercorak yang tidak
teratur yang enhance, terutama digraymatter.
Dalam mengevaluasi serebritis tahap ini, pemeriksaan MRI lebih akurat
dari pada head CT scan. Oleh karena sensitivitasnya terhadap perubahan
kandungan air, MRI dapat mendeteksi perubahan infeksi pada fase
permulaan dengan cepat. T1-W1 menunjukan hipointensitas yang ringan
dan efek masa. Sering terlihat sulkus yang hilang. Pada T2-W1 nampak
hiperintensitas dari area inflamasi sentral dan edama sekelilingnya.
22
2) Empiema subdural
Empiema subdural biasanya merupakan komplikasi dari sinusitis
paranasalis dan dapat sangat mirip dengan absess serebri. Gejala klinis
ditandai dengan peninggian tekanan intracranial seperti sakit kepala,
muntah proyektil dan kejang. Gambaran MRI dan CT scan akan
membedakan kedua kondisi ini.
3) Lateral sinus thrombosis
Merupakan suatu thrombophlebitis dari lateral sinus dan merupakan
komplikasi intracranial dari otitis media yang sangat berbahaya. Gejala
klinis : demam yang intermitten meningkat secara irregular, kedinginan,
nyeri kepala, anemia, serta adanya tanda greisingger’s (adanya edema pada
daerah post auricular yang melalui vena emissarymastoid ). Pada
funduscopy terlihat adanya papil edema.
23
2.14.2. Pemeriksaan darah
24
Tes tuberkulin terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil. Hasilnya
sering kali negatif karena anergi, terutama pada stadium terminal. Pemeriksaan
lainnya meliputi foto thoraks dan kolumna vertebralis, rekaman EEG, dan CT
scan. Semuanya disesuaikan dengan temuan klinik yang ada, atau didasarkan atas
tujuan tertentu yang jelas arahnya (Harsono, 2005).
2.16. Tatalaksana Meningitis
2.16.1. Farmakologis
2) Pengobatan simtomatis :
(1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 –
0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
(2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
(3) Turunkan panas :
a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM atau es.
3) Pengobatan suportif :
25
(1) Cairan intravena.
(2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
2.16.2. Perawatan
1) Pada waktu kejang
(1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
(2) Hisap lender
(3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
(4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
4) Pemantauan ketat.
(1) Tekanan darah
(2) Respirasi
(3) Nadi
(4) Produksi air kemih
(5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
26
3) Tanda rangsang meningeal
4) Penurunan kesadaran
27
2.17. Prognosis
28
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate
vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat
digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan
MMR.20 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena
meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis
dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan
interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis
imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena
dinilai belum dapat membentuk antibodi.
29
dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi
test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .
1) Meningitis Purulenta
30
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi- kondisi yang tidak
diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak
neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk
belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah
dan mengurangi cacat.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater
dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS).
Peradangan yang terjadi pada meningens, yaitu membran atau selaput yang melapisi
otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak, macam-macam penyebab meningitis:
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan. Meningitis dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai
yaitu Meningitis Kriptikokus, Viral Meningitis, Bakterial Meningitis, Meningitis,
Tuberkulosis Generalisata, Meningitis purulenta. Faktor resiko orang-orang yang
32
mudah terkena menengitis adalah Faktor Usia, Faktor Tempat Tinggal , Ibu
hamil, Faktor Lingkungan Kerja dan Faktor Imunitas. Dan pencegahan meningitis
dapat di lakukan dengan pencegahan primer, sekunder serta tersier.
3.2 Saran
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
33
Daftar Pustaka
http://www.Patient.co.uk/Doctor/meningitis.htm
http://www.NHS.uk/conditions/meningitis/Pages/diagnosis.aspx
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
34