Anda di halaman 1dari 49

PEDOMAN TEKNIS

BANGUNAN RUMAH SAKIT,


RUANG FARMASI

KEMENTERIAN KESEHATAN - RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA
KESEHATAN
2014
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

DAFTAR ISI
BAB - I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Sasaran 2
1.5 Istilah dan Pengertian 3
1.6 Ruang Lingkup 4

BAB - II Ruang Farmasi Rumah Sakit


2.1 Fungsi dan Kegiatan 5
2.2 Alur Kegiatan 6
2.3 Kebutuhan Ruang 11

BAB - III Persyaratan Teknis Ruangan-ruangan di Ruang Farmasi


3.1 Ruangan Penyimpanan 13
3.2 Ruangan Penyimpanan Nutrisi Parenteral 15
3.3 Ruangan Produksi 15
3.4 Laboratorium Farmasi 25
3.5 Ruangan Distribusi 26
3.6 Ruangan Konsultasi/ Konseling Obat 27

BAB - IV Persyaratan Teknis Ruang Farmasi RS


4.1 Persyaratan Umum Bangunan 28
4.2 Persyaratan Umum Prasarana (Utilitas Bangunan) 29

BAB - V Penutup 33

Lampiran Program Ruang 35

Lampiran Contoh Gambar 39

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang medik dan Sarkes, BUK v


SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi
dapat disusun.
Ruang Farmasi adalah bagian dari bangunan rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kefarmasian yang harus ada di semua kelas rumah sakit. Ruang tersebut
mempunyai persyaratan teknis tertentu.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka
harus disusun “Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi” agar ruang
farmasi yang ada di rumah sakit dalam melaksanakan fungsinya dapat memenuhi standar
pelayanan, keamanan dan keselamatan serta kesehatan.
Dengan demikian kami sangat mengharapkan peran serta dari stake holder terkait,
yaitu asosiasi profesi, pengelola rumah sakit, konsultan perencanaan rumah sakit dan
pihak lainnya dalam membantu Kementerian Kesehatan mendukung amanat Undang-
Undang tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit, Ruang Farmasi. Diharapkan Pedoman Teknis ini dapat menjadi petunjuk agar suatu
perencanaan pembangunan atau pengembangan Ruang Farmasi di rumah sakit dapat
menampung kebutuhan pelayanan yang fasilitas fisiknya memenuhi standar aman.
Demikian kami sampaikan, semoga bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu
fasilitas rumah sakit di Indonesia.

Jakarta, Desember 2014


Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)


NIP 195507271980101001

i
PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT, RUANG FARMASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya buku Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi dapat
diselesaikan.
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi, disusun sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai dengan amanah
Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta peraturan
perundangan lain yang terkait.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28
bahian H ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 19 menyatakan
bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan
yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit pasal 10 ayat
(2) menyebutkan, bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit terdiri atas ruang, salah satunya ruang farmasi. Dimana dalam Bagian Ketiga
tentang Bangunan, Pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan teknis bangunan
rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Hal ini sejalan dengan dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut
diperlukan suatu pedoman teknis yang dapat dijadikan acuan bagi seluruh rumah sakit dan
stake holder terkait dalam melaksanakan perannya dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, maupun pemeliharaan suatu ruang farmasi rumah sakit.
Pedoman teknis ini dimungkinkan untuk dievaluasi dan dilakukan penyempurnaan
terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hal-hal lainnya yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.

ii
PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT, RUANG FARMASI
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu diterbitkannya Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit, Ruang Farmasi. Diharapkan Pedoman ini dapat menjadi petunjuk agar suatu
perencanaan pembangunan atau pengembangan Ruang Farmasi di rumah sakit dapat
menampung kebutuhan pelayanan yang memperhatikan aspek keselamatan, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan baik bagi petugas maupun pengguna rumah sakit lainnya.

Jakarta, Desember 2014


Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik
dan Sarana Kesehatan

dr. Deddy Tedjasukmana B,Sp.KFR(K),MARS,MM


NIP. 196004301989011001

iii
PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT, RUANG FARMASI
TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab :
dr. Deddy Tedjasukmana B,Sp.KFR(K),MARS,MM – Direktur Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan

Kontributor :
Sri Bintang L, SSi, Apt, Msi; Dra. Debby Daniel, Apt, M.Epid; Cristina Mahdalena, S.Farm;
Fauzan Arafat, SSi, Apt; Helsy Pahlemy, SSi, Apt, MFarm; Dra. Renni Septini, Apt, MARS;
Ir. Soekartono Soewarno, PII; Ir. Fadjrif H. Bustami, MARS; Ir. H. Torang P. Batubara,
MARS, MMR.

Penyunting :
Ir. Sodikin Sadek, M.Kes; Erwin Burhanuddin, ST; Tosan Pambudi Witjaksono, SE, MM;
Siti Ulfa Chanifah, ST,MM; Romadona, ST; Heri Purwanto, ST; M.Rofi’udin, ST.

iv
PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT, RUANG FARMASI
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

a. Dasar Hukum.
1. Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
7. PERMENKES RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara
Penyimpanan Narkotika.
8. Permenkes No. 1045 tahun 2006 tentang Organisasi Rumah Sakit
9. Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
10. Permenkes No.58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
11. PERMENPU No.45/PRT/2007 tentang Persyaratan teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.
12. Kepmenkes nomor 1204 /MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
13. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril tahun 2009
14. Pedoman Pelayanan Nutrisi Parenteral 2010
b. Gambaran umum singkat
Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 15 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial
bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 10
ayat (2) menyebutkan bahwa paling sedikit rumah sakit terdiri atas ruang rawat jalan,
ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang operasi, ruang tenaga kesehatan,
ruang radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang kantor
dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan
masyarakat rumah sakit, ruang menyusui, ruang mekanik ruang dapur, laundri,
kamar jenasah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi.
Diantara persyaratan minimal tersebut, terdapat beberapa ruang yang
merupakan penunjang operasional kegiatan pelayanan di rumah sakit.Walaupun
memilki fungsi sebagai penunjang operasional namun peran ruang-ruang ini sangat

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 1


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

penting dan tidak dapat dipisahkan dalam keberlangsungan penyelenggaraan


kesehatan suatu rumah sakit.
Ruang-ruang penunjang operasional seperti tercantum dalam Undang-
Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, diantaranya adalah ruang
farmasi, ruang mekanik, ruang laundri dan kamar jenasah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 bagian II
menjelaskan bahwa semua rumah sakit harus mampu menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan harus menyiapkan perangkat pedoman
Teknis Ruang Farmasi Rumah Sakit sebagai upaya mendukung tersedianya
bangunan dan prasarana yang memenuhi standar aman sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terutama dalam rangka mendukung
program Jaminan Kesehatan Nasional 2014. Pedoman Teknis ini memuat
persyaratan-persyaratan teknis mengenai bangunan dan prasarana di rumah sakit
dan menjadi acuan bagi penyelenggara rumah sakit sebagai dasar perencanaan dan
pembangunan rumah sakit.
Diharapkan dengan tersusunnya materi Pedoman Teknis ini, pembangunan
rumah sakit dapat terkendali dengan baik dan tidak menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan sekitarnya.
Kegiatan penyusunan “Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang
Farmasi” ditujukan agar Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Propinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta penyelenggara Rumah Sakit memiliki suatu
acuan standar yang mengikat dalam merencanakan fasilitas fisik ruang farmasi yang
meliputi desain bangunan dan prasarana kesehatan yang memenuhi standar.

1.2. MAKSUD

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi ini dimaksudkan


sebagai acuan teknis penyediaan fasilitas fisik bangunan dan
prasarana/utilitasnya agar Ruang Farmasi Rumah Sakit dapat memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang memadai sesuai kebutuhan.

1.3. TUJUAN

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi bertujuan:


 petunjuk agar suatu perencanaan, perancangan dan pengelolaan bangunan
ruang farmasi di rumah sakit memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan
kesehatan, sehingga bangunan ruang farmasi rumah sakit yang akan dibuat
memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan bagi pasien dan pengguna bangunan lainnya serta tidak berakibat
buruk bagi keduanya.
 Arahan bagi penyelenggara ruang farmasi tentang penyelenggaraan bangunan
dan prasarana ruang farmasi yang memenuhi persyaratan teknis.
 Acuan bagi pengelola ruang farmasi di Rumah Sakit terhadap kaidah-kaidah
bangunan dan prasarana ruang farmasi yang memenuhi persyaratan teknis.

1.4. SASARAN
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 2
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi ini akan


menjadi acuan bagi pengelola rumah sakit, khususnya pengelola ruang farmasi dan
dapat menjadi acuan bagi pihak penyedia jasa konstruksi dalam membuat
perencanaan dan pembangunan konstruksi fisik ruang farmasi rumah sakit,
sehingga masing-masing pihak dapat memiliki persepsi yang sama.

1.5. ISTILAH/ PENGERTIAN

1. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat dan kedudukannya.

2. Rumah Sakitadalah institusi Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

3. Bangunan rumah sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, yang berfungsi penyelenggaraan pelayanan
pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai standar pelayanan Rumah Sakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan
pendidikan dan latihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.

4. Prasaranaadalah benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu bangunan


yang ada bisa berfungsi dengan tujuan yang diharapkan.

5. Prasarana rumah sakitadalah utilitas bangunan/ prasarana yang digunakan untuk


penyelenggaraan Bangunan Rumah Sakit.

6. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.

7. Ruang adalah Gabungan/kumpulan dari ruangan-ruangan sesuai fungsi dalam


pelayanan rumah sakit yang saling berhubungan dan terkait satu sama lain dalam
rangka pencapaian tujuan pelayanan kesehatan dari suatu ruang.

8. Ruangan adalah Bagian dari ruang merupakan tempat yang dibatasi oleh bidang-
bidang fisik maupun non fisik yang memiliki fungsi spesifik.

9. Ruang farmasi adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pelayanan kefarmasian di


Rumah Sakit, meliputi kegiatan manajemen logistik dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan manajemen logistik meliputi pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.

10. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasiandi Rumah Sakit.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 3


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

11. Pelayana kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

12. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient
safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin

13. Alat kesehatan yang dikelola instalasi farmasi adalah alat medis habis pakai/
peralatan non elektromedik antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung,
implant, dan stent.

14. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

15. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

16. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

17. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

18. Laminar Air Flow (LAF) adalah Aliran udara konstan searah, terdapat dua tipe
yaitu tipe aliran udara horizontal (Horizontal airflow) dan tipe aliran udara vertical
(Vertical airflow).

1.6. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman teknis adalah :


1. Fungsi dan kegiatan kefarmasian
2. Alur kegiatan kefarmasian
3. Kebutuhan dan hubungan antar ruangan pada ruang farmasi
4. Persyaratan khusus ruangan di ruang farmasi
5. Persyaratan teknis bangunan ruang farmasi
6. Persyaratan teknis utilitas bangunan (prasarana) ruang farmasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 4


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

BAB II
RUANG FARMASI RUMAH SAKIT

2.1. FUNGSI DAN KEGIATAN

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Sesuai dengan Permenkes No.56 Tahun 2014 menjelaskan bahwa
pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sedian farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Tujuan penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit adalah:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa


maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaliasi
pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
Fungsi pelayanan kefarmasian di rumah sakit, meliputi :
I. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai meliputi :
a. Pemilihan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Pengadaan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Penerimaan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
e. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
f. Pendistribusian perbekalan farmasi ke ruang-ruang pelayanan lainnya di
rumah sakit.
g. Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
h. Pengendalian terhadap jenis dan jumlah perbekalan farmasi.
i. Administrasi harus dilaksanakan secara tertib dan berkesinambungan.
II. Pelayanan farmasi klinik
a. pengkajian dan pelayanan resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan obat;

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 5


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

c. rekonsiliasi obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
f. visite mandiri maupun tim;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
Pelayanan farmasi klinik berupa sediaan farmasi steril hanya dapat
dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas untuk melakukan produksi
sediaan steril.
Ketentuan mengenai fungsi dan kegiatan pelayanan kefarmasian meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai serta
pelayanan farmasi klinik mengacu Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

2.2. ALUR KEGIATAN

Secara umum alur kegiatan di Ruang/ instalasi farmasi ada 2 (dua):


1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai.
2. Pelayanan farmasi klinik

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 6


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

PERBEKALAN
FARMASI

Ruang Penerimaan PENERIMAAN


DAN VERIVIKASI

Ruang
Penyimpanan
Farmasi Sentral GAS OBAT BAHAN
B3 ALKES REAGENSIA
MEDIK JADI BAKU

PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI

Ruang Produksi
PRODUKSI
FARMASI
Satelit/ Depo/
Ruang PENYIMPANAN DAN
Penyimpanan/ PELAYANAN
Pelayanan Farmasi
GARIS
DISTRIBUSI

Alur kegiatan Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 7


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Alur kegiatan pengadaan perbekalan farmasi

OBAT BAHAN PETUGAS


PERALATAN
PRODUKSI BAKU FARMASI

PELABELAN DAN PELABELAN DAN


GANTI PAKAIAN
PENYIMPANAN PENYIMPANAN
LUAR
OBAT PRODUKSI BAHAN BAKU

PEMAKAIAN APD

PENYIAPAN
PERLENGKAPAN
ASEPTIC
JALUR SEDIAAN
FARMASI

PENYIAPAN DAN
DISINFEKSI JALUR
PERALATAN LAF/ PERALATAN
BSC

JALUR PETUGAS

PRODUK TEKNIK ASEPTIC


SEDIAAN STERIL YANG BENAR

Alur kegiatan produksi sediaan steril

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 8


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

PENGKAJIAN RESEP PENELUSURAN RIWAYAT


(Administrasi, Farmasetik, PENGGUNAAN OBAT (Administrasi,
Farmasi Klinik) Farmasetik, Farmasi Klinik)

REKONSILIASI OBAT
(Administrasi, Farmasetik, Farmasi
Klinik)

KONSELING OBAT
PELAYANAN INFORMASI
(Administrasi,
OBAT (Administrasi,
Farmasetik, Farmasi
Farmasetik, Farmasi Klinik)
Klinik)

VISITE /
KUNJUNGAN KE
PASIEN

PEMANTAUAN KADAR PEMANTAUAN MONITORING EFEK


OBAT DALAM DARAH TERAPI OBAT SAMPING OBAT

EVALUASI
PENGGUNAAN OBAT

Alur kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 9


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

PENGKAJIAN RESEP
PENERIMAAN (Administrasi,
RESEP Farmasetik, Farmasi
Klinik)

ENTRY DATA

PENGECEKAN
IRJ PASIEN DAN
PENERIMAAN

PEMBUATAN PENYIMPANAN
PUYER DAN PERACIKAN PERBEKALAN
KAPSUL FARMASI

Pengecekan
Ulang Obat dan
Identitas Pasien

PENYERAHAN PENYERAHAN
OBAT DAN OBAT
KONSELING LANGSUNG

Alur Kegiatan Pelayanan Kefarmasian untuk Pelayanan Rawat Jalan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 10


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

PENGKAJIAN RESEP
PENERIMAAN (Administrasi,
RESEP Farmasetik, Farmasi
Klinik)

INSTRUKSI GUDANG FARMASI


DOKTER SENTRAL
IRNA ENTRY DATA

PERAWAT PENGECEKAN
RUANGAN DAN
PENERIMAAN

PEMBUATAN PENYIMPANAN
PUYER DAN PERACIKAN PERBEKALAN
KAPSUL FARMASI

Pengecekan
Ulang Obat dan
Identitas Pasien

PENYERAHAN PENYERAHAN
OBAT DAN OBAT
KONSELING LANGSUNG

Alur Kegiatan Pelayanan Kefarmasian untuk Pelayanan Rawat Inap

2.3. KEBUTUHAN RUANG

Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kefarmasian harus didukung oleh


sumber daya manusia, bangunan, prasarana dan peralatan yang memadai.
Bangunan/ruang yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
meliputi:
1. Ruangan Administrasi dan Kantor
a. Ruangan pimpinan
b. Ruangan staf
c. Ruangan kerja/ administrasi tata usaha
d. Ruangan pertemuan
2. Ruangan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai
a. Ruangan penyimpanan dengan kondisi umum
- Ruangan penyimpanan obat jadi
- Ruangan penyimpanan obat produksi
- Ruangan penyimpanan bahan baku obat
- Ruangan penyimpanan alat kesehatan
b. Ruangan penyimpanan dengan kondisi khusus
- Ruangan penyimpanan obat termolabil

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 11


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

- Ruangan penyimpanan bahan laboratorium dan reagensia


- Ruangan penyimpanan sediaan farmasi yang mudah terbakar (flamemable)
- Ruangan penyimpanan obat/ bahan berbahaya (narkotik/ psikotropik)
3. Ruangan Penyimpanan Nutrisi Parenteral
4. Ruangan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai
a. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek rawat jalan)
b. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
c. Ruangan distribusi untuk pelayanan-pelayanan lain di RS
5. Ruangan konsultasi dan konseling obat
6. Ruangan pelayanan Informasi obat
7. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi
a. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi Non Steril
- Ruangan Pencampuran/ Pelarutan/ Pengemasan Sediaan yang Tidak Stabil
- Ruangan Produksi Non Steril (Obat Luar dan Obat Oral)
b. Ruangan Aseptic Dispensing (Dispensing sediaan steril)
- Ruangan dispensing sediaan Farmasi pencampuran obat suntik
- Ruangan dispensing sediaan Farmasi parenteral Nutrisi
- Ruangan Penanganan Sediaan Sitostatik
8. Laboratorium Farmasi
9. Ruangan Penunjang Lain
a. Ruangan tunggu pasien
b. Ruangan penyimpanan dokumen/ arsip resep dan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan habis pakai
c. Tempat penyimpanan obat di ruang perawatan
d. MK/WC Petugas

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 12


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS RUANGAN-RUANGAN DI RUANG FARMASI

Pada ruang/ instalasi farmasi terdapat ruangan-ruangan yang mempunyai


persyaratan teknis yang lebih khusus dibandingkan ruangan-ruangan lain di rumah
sakit. Pedoman teknis ini hanya membahas persyaratan teknis ruangan-ruangan
khusus yang tercantum di Permenkes no. 58 tahun 2014.

3.1. Ruangan Penyimpanan


Ruangan penyimpanan perbekalan farmasi harus terpisah sesuai dengan
karakteristik perbekalan farmasi yang disimpan. Ruangan penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai hanya boleh di akses oleh
petugas farmasi. Ruangan penyimpanan secara garis besar dibagi menjadi
dua kondisi untuk persyaratan ruangannya, yaitu:
A. Ruangan penyimpanan dengan kondisi umum
Ruangan penyimpanan perbekalan farmasi yang mempunyai persyaratan teknis
seperti umumnya bangunan gedung digunakan untuk penyimpanan obat yang
tidak terpengaruh suhu, tingkat sterilitas, dan kondisi ruangan mempunyai
persyaratan teknis sebagai berikut:.
a. Pengaturan rak penyimpanan
Pengaturan rak penyimpanan harus sesuai Permenkes no. 58 tahun 2014
yaitu:
- Rak diatur yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya.
- Penyimpanan perbekalan farmasi harus memperhatikan keselamatan
pengguna ketika mengambil dan menyimpan alat tersebut.
- Perbekalan farmasi yang berat atau mengandung bahan berbahaya harus
diletakkan di tempat yang mudah terjangkau
- Pengelompokan penyimpanan perbekalan farmasi harus dibedakan menurut
jenisnya.
- Perbekalan farmasi yang sering dipakai harus diletakkan di dekat pintu
masuk.
b. Persyaratan ruangan
- Ruangan penyimpanan tidak langsung terkena cahaya matahari
- Lantai mudah dibersihkan
- Lantai dilengkapi dengan pallet.
- Suhu ruangan < 250C
B. Ruangan penyimpanan dengan kondisi khusus
Ruangan ini mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut:
a. Pengaturan rak penyimpanan
- Rak diatur yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya.
- Dipisahkan berdasarkan sifat bahan/ obat yang disimpan
- Penyimpanan media mikrobiologi sesuai dengan labelnya.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 13


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

- Penyimpanan sediaan farmasi yang mudah terbakar (flamemable) harus


terpisah dengan penyimpanan sediaan farmasi yang mudah teroksidasi
b. Persyaratan ruangan
- Ruangan tertutup dan terpisah dengan ruangan penyimpanan yang lain.
- Ruangan penyimpanan tidak langsung terkena cahaya matahari
- Lantai mudah dibersihkan
- Suhu ruangan terkontrol maksimal 250C
- Ventilasi baik
- Lampu ruangan harus fire proof.
- Ruangan dilengkapi smoke detector dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
c. Persyaratan wadah/ peralatan penyimpanan
1. Pewadahan obat termolabil
- Almari khusus berpendingin 2 - 80C untuk wadah obat termolabil
2. Pewadahan bahan laboratorium dan reagensia
Pewadahan bahan laboratorium dan reagensia menyesuaikan
karakteristik masing-masing bahan yang disimpan a.l:
- Almari khusus berpendingin 2 - 80C untuk wadah bahan laboratorium.
- Wadah reagen harus melindungi reagen dari kerusakan fisik,
kontaminasi, perubahan kadar dan cahaya.
- Wadah reagen harus jelas identitasnya, mudah dibuka tutup, dan
mempunyai ukuran yang sesuai dengan jenis reagen
- Penyimpanan reagen yang anhidrat disimpan dalam oven dengan suhu
100-1100C
- Penyimpanan reagen yang hidrat disimpan dalam eksikator.
3. Pewadahan sediaan farmasi yang mudah terbakar (flamemable)
- Almari khusus
- Dilapisi material tahan api.
- Wadah mempunyai ventilasi yang baik
4. Pewadahan obat/ bahan berbahaya (narkotik/ psikotropik)
Almari khusus yang sesuai PERMENKES RI No.
28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, yaitu
pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek harus mempunyai tempat
khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
- Harus dibuat dari bahan yang kuat.
- Harus mempunyai kunci yang kuat.
- Lemari dibagi dua cabinet dengan masing-masing kunci yang berlainan,
bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan
garam-garamnya, serta persediaan narkotika; bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-
hari.
- Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran tertentu,
maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
- Pada pasal 6, dinyatakan sebagai berikut: Apotek dan rumah
sakit harus menyimpan narkotika pada tempat khusus sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 5, dan harus dikunci dengan baik.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 14


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

- Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain


selain narkotika.
- Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung
jawab/asisten apoteker atau pegawai lain yang dikuasakan.
- Lemari khusus harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh
terlihat oleh umum.
3.2. Ruangan Penyimpanan Nutrisi Parenteral
Ruangan penyimpanan nutrisi parenteral adalah tempat penyimpanan
produk farmasi hasil dari kegiatan dispensing sediaan farmasi nutrisi parenteral yang
dilaksanakan secara aseptic. Ruangan ini mempunyai persyaratan teknis sebagai
berikut:
a. Pengaturan rak penyimpanan
- Pengaturan berdasarkan jenis nutrisi parenteral yang disimpan
- Nutrisi patenteral yang sering digunakan disimpan ditempat yang mudah
dijangkau.
b. Persyaratan ruangan
- Ruangan tertutup dan terpisah dengan ruangan penyimpanan obat/ bahan
baku obat yang lain.
- Ruangan penyimpanan tidak langsung terkena cahaya matahari
- Lantai mudah dibersihkan
- Suhu ruangan < 250C
- Almari khusus berpendingin 2 - 80C
- Ventilasi baik
- Ruangan dilengkapi smoke detector dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
- Lebih effisien menyimpan nutrisi parenteral di area ruangan dispensing
sediaan Farmasi Nutrisi parenteral jika sediaan yang dihasilkan tidak banyak.
3.3. Ruangan Produksi
Ruangan Produksi sediaan farmasi digunakan oleh rumah sakit untuk
memproduksi sediaan farmasi yang tidak ada dipasaran, lebih murah jika diproduksi
sendiri, mempunyai formula khusus, repacking, untuk penelitian, atau tidak stabil
dalam penyimpanan. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi meliputi:
a. Ruangan Produksi Sediaan Farmasi Non Steril
- Ruangan Pencampuran/ Pelarutan/ Pengemasan Sediaan yang Tidak Stabil
- Ruangan Produksi Non Steril (Obat Luar dan Obat Oral)
b. Ruangan Aseptic Dispensing (Dispensing sediaan steril)
- Ruangan dispensing sediaan Farmasi pencampuran obat suntik
- Ruangan dispensing sediaan Farmasi parenteral Nutrisi
- Ruangan Penanganan Sediaan Sitostatik
Persyaratan umum ruang produksi adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan Lokasi
- Lokasi harus jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah, dan air tanah)
dan bebas banjir.
- Lokasi tidak boleh dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil
dan bahan atau produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 15


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

selain yang sedang diproses.


2. Persyaratan Bangunan
- Konstruksi bangunan harus kokoh, tahan terhadap cuaca, dan bebas dari
rembesan.
- Konstruksi bangunan harus tahan asam, alkali, zat kimia, dan bahan pereaksi
lain.
3. Persyaratan zoning/ pembagian ruangan
- Ruangan terpisah antara bahan baku obat dan obat jadi
- Ruangan terpisah untuk setiap proses produksi
- Ruangan terpisah antara produksi steril dan non steril
- Ruangan terpisah untuk produksi obat luar dan produksi obat dalam
- Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada)
4. Persyaratan Desain Ruangan
- Desain memperhatikan alur perbekalan farmasi, alur kegiatan pelayanan
kefarmasian, dan alur petugas farmasi.
- Luas ruangan harus memperhatihan kenyamanan petugas, minimal 2 kali
daerah kerja belum termasuk peralatan, dan jarak setiap peralatan minimal
250cm.
- Desain dan tata letak ruang hendaknya memastikan kompatibilitas dengan
kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam zona/ area yang
sama atau zona/ area yang berdampingan.
5. Persyaratan Komponen Bangunan
- Lantai, dinding, dan langit-langit harus dari bahan yang kedap air, tidak
berpori, tidak menjadi media pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan, dan
tahan terhadap bahan pembersih/ disinfektan.
- Kusen, pintu, dan jendela harus dari bahan yang kokoh, tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu dan media pertumbuhan mikroba.
- Komponen bangunan harus mempunyai perlindungan terhadap
berkembangnya binatang atau serangga.
- Hindari komponen bangunan dari bahan kayu, jika dari bahan kayu harus
ditambah pengawet anti serangga dan dilapisi cat anti bakteri.
- Bukaan pintu mengarah ke ruangan yang mempunyai tekanan lebih tinggi.
- Semua peralatan yang terletak di dinding dan langit-langi harus sistem in
bouw ( tertanam pada permukaan)
- Pada ruangan cuci tangan terdapat Eye washer
6. Persyaratan Pencahayaan
- Intensitas pencahayaan pada Ruangan produksi minimal 500 Lux.
- Intensitas pencahayaan pada Koridor Ruangan produksi minimal 300 Lux.
7. Persyaratan instalasi listrik
- Daya dan jaringan listrik harus sesuai dengan kebutuhan peralatan.
- Instalasi listrik harus memenuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3.3.1. Ruangan produksi sediaan farmasi non steril
Fungsi ruangan ini adalah tempat penanganan obat produksi secara non steril
dalam kemasan sesuai dengan kebutuhan pasien. Ruangan produksi ini dapat

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 16


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

berlokasi di apotek rawat jalan, satelit rawat inap, atau satelit pelayanan lainnya.
Ruangan produksi ini biasa disebut ruangan peracikan obat. Ruangan ini mempunyai
persyaratan teknis secara umum sama dengan persyaratan teknis ruang produksi
dengan penekanan sebagai berikut:
1. Persyaratan Tata Udara
- ACH 5 – 20
2. Persyaratan Suhu Ruangan
- Suhu ruangan 20-270C
3. Persyaratan Kelembaban Udara
- Kelembaban udara maksimal 70%
4. Persyaratan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
3.3.1.1. Ruangan Pencampuran/ Pelarutan/ Pengemasan Sedian yang Tidak
Stabil
Fungsi ruangan ini adalah tempat penanganan sediaan farmasi tidak stabil
secara non steril dalam kemasan sesuai dengan kebutuhan pasien. Persyaratan
teknis sama dengan persyaratan teknis ruangan produksi sediaan farmasi non steril.
3.3.1.2. Ruangan Produksi Non Steril
Fungsi ruangan ini adalah tempat penanganan obat luar dan obat oral secara
non steril dalam kemasan sesuai dengan kebutuhan pasien. Persyaratan teknis
sama dengan persyaratan teknis ruangan produksi sediaan farmasi non steril.
Ruangan produksi non steril dapat berada di apotek rawat jalan, satelit rawat
inap, atau disentralkan.
3.3.2. Ruangan Aseptic Dispensing ( produksi sediaan steril)
Fungsi ruangan ini adalah tempat penanganan obat steril secara aseptis
dalam kemasan sesuai dengan kebutuhan pasien. Ruangan ini mempunyai
persyaratan teknis secara umum sama dengan persyaratan teknis ruang produksi
dengan penambahan sebagai berikut:
1. Persyaratan lokasi
Lokasi ruangan produksi sedian steril harus di sentral farmasi rumah sakit.
2. Persyaratan program ruang
a. Ruangan bersih (clean room)
b. Ruangan penyiapan
c. Ruangan antara
d. Ruangan ganti pakaian
e. Ruangan Penyimpanan
3. Persyaratan zoning/ pembagian ruangan
Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) Ruangan Aseptic Dispensing dapat
dibagi kedalam beberapa zona (lihat gambar 3.3.2.1).
a. Area Hitam/ Zona Terkendali (Normal dengan Pre Filter)
Salah satu ruangan yang termasuk dalam area ini adalah koridor antara
ruangan ganti dengan ruangan aseptic dispensing.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 17


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Zona ini mempunyai jumlah maksimum cemaran partikel dan mikroba per m3,
pertukaran udara per jam, serta efisiensi saringan udara tidak dikualifikasikan
pada ruangan ini.
b. Area Kelabu (Semi Steril dengan Medium Filter)
Zona ini meliputi ruangan penyiapan (preparation), ruangan antara (ante
room), ruangan ganti pakaian, dan ruangan cuci tangan.
Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000
partikel dengan dia. 0,5 μm (kelas 100.000 ; ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom
standards Tahun 1999).
c. Area Steril/ Putih (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa Filter)
Zona ini adalah ruangan bersih (clean room), dengan tekanan udara positif
ruangan produksi nutrisi parenteral dan ruangan produksi obat suntik
sedangkan untuk ruangan produksi obat sitostatik tekanan udara diruangan
adalah negative. . Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm (kelas 10.000 ; ISO 7 - ISO 14644-
1 cleanroom standards Tahun 1999).
d. Area Kritis
Area ini terletak dibawah area aliran udara searah/ peralatan LAF (;laminair
air flow) dimana Aseptic Dispensing dilakukan. Area ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm
(kelas 100 ; ISO 5 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

AREA KRITIS

AREA STERIL/ PUTIH

AREA KELABU

AREA TIDAK TERKONTROL

ZONING/ PEMBAGIAN RUANGAN PADA RUANGAN ASEPTIC DISPENSING


(Gambar 3.3.2.1)
4. Persyaratan Komponen Bangunan
- Mengikuti persyaratan ruangan produksi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 18


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

- Pertemuan antara dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dan dinding
dengan langit-langit pada ruangan bersih, ruangan penyiapan, dan ruangan
antara harus lengkung (tidak bersudut).
Ruangan produksi steril (Aseptic Dispensing) terdapat di Rumah Sakit Kelas
A, ruangan tersebut digunakan untuk memproduksi obat suntik, nutrisi parenteral,
dan obat sitostatik.
3.3.2.1 Ruangan dispensing sediaan Farmasi pencampuran obat suntik
1. Persyaratan ruangan
- Persyaratan teknis ruangan khusus sama dengan ruangan aseptic dispensing
2. Persyaratan APD
- Persyaratan APD sama dengan APD di ruangan aseptic dispensing
3. Persyaratan Peralatan
a. Peralatan BSC (laminar air flow);
- Aliran udara konstan dengan type aliran udara horizontal (Horizontal
airflow).
- Validasi hepa filter setiap 6 bulan dengan jalan di Kalibrasi (sesuai cara
produksi obat yang baik (CPOB) dari BPOM)
- Hepa filter di ganti setiap 4 tahun sekali (sesuai cara produksi obat yang baik
(CPOB) dari BPOM)
b. Pass Box
- Jendela antar ruang administrasi dan ruangan aseptik berfungsi untuk
keluar masuknya obat ke dalam ruang aseptic.
- System airlock.
4. Persyaratan Tata Udara.
a. Area Kritis
- kelas 100 ; ISO 5 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999)
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara positif
- Pertukaran udara per jam (ACH) > 120
- Aliran udara horizontal (Horizontal airflow); Aliran udara ini langsung
menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi dari partikel
ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial.
- kecepatan aliran udara 0,36-0,54 m/dt
- Efesiensi filter adalah 99,9995% (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter)
b. Area Steril/ Putih
- kelas 10.000 ; ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara positif dan besarnya 10 – 15 Pa lebih tinggi dari area kelabu
- Pertukaran udara per jam (ACH) adalah 20 – 40
- Kecepatan aliran udara 0,3 m/dtk untuk aliran vertical
- Efesiensi filter 99,9995% (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa
Filter)

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 19


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

c. Area Kelabu
- kelas 100.000 ; ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara minimal 45 Pa lebih tinggi dari tekanan udara luar
- Pertukaran udara per jam (ACH) > 20
- Efesiensi filter 95% (Steril dengan Medium Filter)
d. Area Hitam

Ket : + berarti Tekanan udara positif, jumlah berarti perbedaan


tekanan

CONTOH GAMBAR DENAH RUANGAN ASEPTIC DISPENSING


(Gambar 3.3.2.2)

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 20


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

(Gambar 3.3.2.2)
5. Persyaratan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
- Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat dan harus menutupi
seluruh anggota bahan kecuali muka
- Topi harus menutupi dari kepala sampai leher
- Sarung tangan dibuat rangkap 2 dan berasal dari latex
- Sepatu terbuat dari yang tidak tembus benda tajam
- Masker harus mempunyai kaca plastic, untuk melindungi mata jika petugas
tidak menggunakan google
3.3.2.2 Ruangan dispensing sediaan Farmasi Nutrisi parenteral
Fungsi ruangan ini tempat kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptic sesuaia kebutuhan pasien dengan
menjaga stabilitas sediaan, formula standar, dan kepatuhan terhadap prosedur yang
menyertai. Ruangan dispensing sediaan farmasi nutrisi parenteral mempunyai
persyaratan teknis seperti ruang aseptic dispensing dengan penekanan sebagai
berikut:
1. Persyaratan ruangan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 21


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

- Persyaratan teknis ruangan khusus sama dengan ruangan aseptic dispensing


2. Persyaratan APD
- Persyaratan APD sama dengan APD di ruangan aseptic dispensing
3. Persyaratan Peralatan
a. Peralatan BSC (laminar air flow);
- Mempunyai spesifikasi teknis sama dengan Peralatan LAF ruangan
dispensing sediaan farmasi pencampuran obat suntik.
b. Pass Box
- Mempunyai spesifikasi teknis sama dengan Pass Box ruangan dispensing
sediaan farmasi pencampuran obat suntik
c. Kantong kosong untuk nutrisi parenteral
- Spesifikasi kantong menyesuaikan jenis nutrisi parenteral yang disimpan.
4. Persyaratan tata udara sama dengan persyaratan ruangan dispensing sediaan
farmasi pencampuran obat suntik.
5. Persyaratan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) dengan persyaratan
ruangan dispensing sediaan farmasi pencampuran obat suntik.
3.3.2.3 Ruangan Penanganan Sediaan Sitostatik
Fungsi ruangan ini adalah tempat penanganan obat kanker dan obat yang
mempunyai efek toksik dan kontaminasi secara aseptis dalam kemasan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Ruangan penanganan sediaan sitostatik mempunyai
persyaratan teknis seperti ruangan aseptic dispensing, dengan penekanan sebagai
berikut:
1. Persyaratan ruangan
- Persyaratan teknis ruangan khusus sama dengan ruangan aseptic dispensing
2. Persyaratan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
- Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat dan harus menutupi
seluruh anggota bahan kecuali muka
- Topi harus menutupi dari kepala sampai leher
- Sarung tangan dibuat rangkap 2 dan berasal dari latex
- Sepatu terbuat dari yang tidak tembus benda tajam
- Gown pelapis
- Masker Respirator.
- untuk melindungi mata petugas menggunakan kaca mata google
3. Persyaratan Peralatan
a. Peralatan BSC (laminar air flow);
- Tekanan udara di dalam lebih negatif dari tekanan udara di luar sehingga
aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC
- Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada
peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas
- Validasi alat ini harus di kalibrasi setiap 6 bulan
b. Pass Box
- Jendela antar ruang administrasi dan ruangan berfungsi untuk keluar
masuknya obat ke dalam ruang aseptic
- System airlock
4. Persyaratan Tata Udara (contoh gambar 3.3.2.4 dan 3.3.2.5).

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 22


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

a. Area Kritis
- kelas 100 ; ISO 5 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999)
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara negatif
- Pertukaran udara per jam (ACH) > 120
- Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow). Aliran udara langsung
mengalir ke bawah dan jauh dari petugas sehingga memberikan
lingkungan kerja yang lebih aman.
- Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan LAF vertikal
kecepatan aliran udara 0,3 m/dtk untuk aliran vertikal.
- Efesiensi filter adalah 99,9995% (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter,
Hepa Filter).
- Peralatan BSC menggunakan 65% udara sirkulasi
b. Area Steril/ Putih
- kelas 10.000 ; ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara negatif dan besarnya 10 – 15 Pa lebih rendah dari area
kelabu
- Pertukaran udara per jam (ACH) adalah 20 – 40
- Kecepatan aliran udara 0,3 m/dtk untuk aliran vertical
- Efesiensi filter 99,9995% (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa
Filter)
c. Area Kelabu
- kelas 100.000 ; ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999
- Suhu = 16-250C
- kelembaban 35-50 %
- tekanan udara10 – 15 Pa lebih rendah dari area hitam.
- Pertukaran udara per jam (ACH) > 20
- Efesiensi filter 95% (Steril dengan Medium Filter)
d. Area Hitam

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 23


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

CONTOH GAMBAR DENAH RUANGAN SEDIAAN SITOSTATIK


(Gambar 3.3.2.4)

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 24


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

(Gambar 3.3.2.5)
3.4. Laboratorium Farmasi
Laboratorium farmasi digunakan untuk kegiatan pengembangan dan
penelitian. Rumah Sakit Pendidikan disarankan memiliki laboratorium farmasi.
Persyaratan teknis laboratoium farmasi sebagai berikut:
1. Persyaratan Lokasi
- Lokasi terpisah dengan ruangan produksi.
2. Persyaratan Bangunan
- Konstruksi bangunan harus tahan asam, alkali, zat kimia, dan bahan pereaksi
lain.
- Konstruksi bangunan harus memperhatikan aspek keselamatan dan
keamanan
3. Persyaratan program ruangan
Laboratorium farmasi terdiri dari ruangan:
a. Ruangan pengelola laboratorium
b. Ruangan praktek peserta didik
c. Ruangan kerja dan persiapan dosen

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 25


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

d. Ruangan penyimpanan alat


e. Ruangan penyimpanan bahan
4. Persyaratan Desain Ruangan
- Desain ruangan harus memungkinkan pengajar dapat melihat semua peserta
didik tanpa terhalang material di ruangan.
- Jarak maksimal peserta ke meja demonstrasi adalah 2m
- Ruangan kerja untuk satu peserta didik minimal 2,5m2
- Jarak antara dinding dan meja kerja minimal 1,7m
- Jarak antar meja peserta didik minimal 1,5m
- Luas ruangan penyimpanan bahan dan alat menyesuaikan jumlah peserta
didik dan jenis pendidikannya.
- Ruangan penyimpanan bahan dan alat harus memperhatikan karakteristik
bahan dan alat yang disimpan.
5. Persyaratan Komponen Bangunan
- Lantai tidak boleh licin, harus mudah dibersihkan, dan tahan terhadap
tumpahan bahan-bahan kimia.
- Alat-alat atau bahan yang dipasang di dinding tidak boleh menonjol sampai ke
bagian ruangan tempat peserta didik berjalan dan sirkulasi alat.
- Meja praktikum harus tidak tembus air, tahan asam dan basa.
6. Persyaratan air bersih
- Tersedianya outlet air bersih (kran) dengan aliran air yang terus menerus.
7. Persyaratan Tata Udara
- Persyaratan tata udara menyesuaikan jenis ruangan, alat dan bahan yang
disimpan serta jenis pendidikannya. (sesuai persyaratan ruangan-ruangan di
ruang farmasi)
8. Persyaratan Suhu Ruangan
- Persyaratan suhu ruangan menyesuaikan jenis ruangan, alat dan bahan yang
disimpan serta jenis pendidikannya. (sesuai persyaratan ruangan-ruangan di
ruang farmasi)
9. Persyaratan Kelembaban Udara
- Persyaratan suhu ruangan menyesuaikan jenis ruangan, alat dan bahan yang
disimpan serta jenis pendidikannya. (sesuai persyaratan ruangan-ruangan di
ruang farmasi)
10. Persyaratan Pencahayaan
- Persyaratan pencahayaan ruangan menyesuaikan jenis ruangan dan jenis
pendidikannya. (sesuai persyaratan ruangan-ruangan di ruang farmasi)
11. Persyaratan instalasi listrik
- Persyaratan instalasi menyesuaikan jenis ruangan dan jenis pendidikannya.
(sesuai persyaratan ruangan-ruangan di ruang farmasi)
12. Persyaratan Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
- Jenis APD yang dipakai dan persyaratan menyesuaikan jenis ruangan dan
jenis pendidikannya. (sesuai persyaratan ruangan-ruangan di ruang farmasi)
3.5. Ruangan Distribusi
Ruangan distribusi adalah tempat distribusi sediaan farmasi ke ruang/
instalasi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mengingat luasnya area Rumah

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 26


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Sakit, maka untuk memudahkan pengunjung RS mendapatkan pelayanan


kefarmasian, disarankan memiliki apotek-apotek satelit dengan fasilitas yang sama
dengan apotek utama. Ruangan distribusi terdiri dari:
1. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)
- Mempunyai ruangan khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan
persiapan obat.
- Ruangan ini berada di area publik dengan ruangan tunggu yang cukup.
- Disediakan fan yang berada di belakang petugas dan mengarah ke loket
distribusi.
2. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
a. Ruangan terpisah dari ruang perawatan
b. Dilengkapi kereta dorong trolley,
c. Pot, box obat untuk melakukan Unit Dose Dispensing
3. Ruangan distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
a. Mempunyai ruangan khusus/terpisah untuk ruangan penerimaan
barang dan penyimpanan barang
b. Dilengkapi kereta dorong trolley
3.6. Ruangan Konsultasi/ Konseling Obat
Ruangan khusus ini adalah tempat untuk apoteker memberikan
konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan pasien.
Rumah Sakit minimal mempunyai ruangan
- Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (Apotek)
- Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap (Satelit)
Intensitas pencahayaan di ruangan ini minimal 200 lux

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 27


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS RUANG FARMASI
RUMAH SAKIT

4.1 PERSYARATAN UMUM BANGUNAN


Tata bangunan pada ruang farmasi rumah sakit harus memenuhi persyaratan
peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan
pengendalian dampak lingkungan.

1. Persyaratan Lokasi
Lokasi ruang farmasi rumah sakit harus memperhatikan rencana induk (master plan)
rumah sakit dan terletak pada zona penunjang medik.
2. Persyaratan Massa Bangunan

Intensitas antar Bangunan ruang farmasi rumah sakit harus memperhitungkan jarak
antara massa bangunan dalam rumah sakit dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut ini :

a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;


b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
3. Persyaratan Zona

Ruang farmasi rumah sakit harus memperhatikan pengkategorian pembagian area


atau zona farmasi rumah sakit yang sesuaikan dengan:
 zona berdasarkan tingkat sterilitas ruangan; area putih (kelas A, B, dan C), area
kelabu (kelas D), area hitam (kelas E), dan area yang tidak dikendalikan.
 zona berdasarkan privasi; area pasien dan area pengunjung/pasien.
 zona berdasarkan pelayanan; area produksi, area penyimpanan, area
penunjang, area pelayanan pasien.
4. Persyaratan Perencanaan Bangunan
Setiap ruang farmasi rumah sakit, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan
agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi
persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kemampuan layanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan
konstruksinya.
Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan memiliki daktilitas yang tinggi
(didesain mampu berdeformasi yang besar) sehingga pada kondisi pembebanan
maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih
dapat memungkinkan pengguna bangunan rumah sakit menyelamatkan diri
Perencanaan bangunan ruang farmasi rumah sakit harus mengikuti SNI terkait.
5. Persyaratan Komponen Bangunan
Komponen bangunan pada ruang farmasi rumah sakit secara umum harus mengikuti
Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang telah diterbitkan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 28
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementerian


Kesehatan, dan mengikuti SNI terkait.
a. Komponen Struktur
Komponen struktur harus kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety),
serta memenuhi persyaratan kemampuan layanan (serviceability) selama
umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi
bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan
konstruksinya.
b. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
c. Langit-langit
Langit-langit harus kuat, tidak berpori, berwarna terang dan mudah
dibersihkan
Tinggi langit-langit minimal 2.80m
d. Dinding & Partisi

Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, mempunyai
tingkat ketahanan api tertentu, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
e. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan
f. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
g. Jendela
Jendela harus memiliki bukaan yang cukup, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
h. Toilet

Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali


penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas
umum lainnya
Toilet atau kamar kecil harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk
dan keluar oleh pengguna.
i. Balkon, beranda, dan talang
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
4.2 PERSYARATAN UMUM PRASARANA (UTILITAS BANGUNAN)
Prasarana (Utilitas Bangunan) pada ruang farmasi rumah sakit harus memenuhi
persyaratan keandalan bangunan yaitu keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan. Perencanaan, pengoperasionalan, dan pemeliharaan utilitas bangunan harus

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 29


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

memperhatikan kebutuhan pelayanan sehingga tercapai keefektifitasan dan keefisienan


bangunan.
1. Persyaratan Keselamatan
a. Proteksi Kebakaran

Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap
bahaya kebakaran yang berbasis pada desain atau pengaturan terhadap
komponen arsitektur dan struktur rumah sakit sehingga dapat melindungi
penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang tetap
atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk
mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit.
Sistem proteksi kebakaran pada ruang farmasi rumah sakit harus mengikuti
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem Proteksi Kebakaran Aktif dan
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem Keselamatan Jiwa yang
diterbitkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, dan mengikuti SNI terkait.
b. Proteksi Petir

Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua bagian dari bangunan
rumah sakit, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta
peralatan lainnya terhadap bahaya sambaran petir.
Proteksi petir pada ruang farmasi harus mengikuti SNI terkait.
c. Proteksi Kelistrikan
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati,
dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu, dan tidak merugikan
lingkungan, komponen bangunan dan instalasi lain.
Perencanaan, pengoperasionalan, dan pemeliharaan instalasi listrik harus sesuai
dengan Permenkes 1203 tahun 2011 tentang pedoman teknis istalasi listrik di
rumah sakit dan Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011.
d. Proteksi Struktur
Perencanaan struktur bangunan pada ruang farmasi rumah sakit harus dapat
menjaga keselamatan bagi penggunannya.
Proteksi struktur pada ruang farmasi rumah sakit harus mengikuti Pedoman
Teknis Bangunan aman dalam menghadapi kondisi darurat dan bencana yang
diterbitkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Kementerian Kesehatan dan SNI terkait.
e. Sarana Evakuasi
Setiap ruang penunjang operasional RS harus menyediakan sarana evakuasi bagi
orang yang berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat.
Sarana Evakuasi pada ruang-ruang penunjang operasional RS harus mengikuti
Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sarana Keselamatan Jiwa yang
diterbitkan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
Kementerian Kesehatan dan SNI terkait.
2. Persyaratan Kesehatan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 30


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

a. Sistem Ventilasi/ Tata Udara


Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
Sistem ventilasi pada ruang farmasi rumah sakit harus mengikuti Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit, Istalasi Tata Udara yang diterbitkan Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan
SNI terkait.
b. Sistem Pencahayaan
Setiap rumah sakit untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan/ mekanik,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
c. Sistem Sanitasi

Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit dapat dilihat pada Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.

Sistem Plambing air bersih/minum, air buangan, air kotor, dan air hujan mengikuti
persyaratan teknis sesuai SNI 03-6481-2000 atau edisi terbaru, Sistem Plambing
2000.
Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas, baik limbah medis maupun non-medis dapat dilihat pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

d. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang dipakai pada ruang farmasi rumah sakit harus bahan yang
ramah lingkungan dan tidak mengganggu pelayanan pada ruang-ruang tersebut.
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi SNI terkait.
3. Persyaratan Kenyamanan
a. Ruang Gerak
Penataan ruangan dan peralatan pada ruang tersebut harus memungkinkan
kenyamanan gerak bagi para pengguna ruang-ruang penunjang operasional.
b. Kondisi Termal

Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan :
- fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,
orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan
bangunan;
- kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
- prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan
c. Pandangan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 31


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Penataan ruangan dan komponen bangunan pada ruang farmasi rumah sakit
harus meningkatkan kenyamanan pandangan para pengguna.
d. Kebisingan dan Getaran

Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan


yang tidak menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan, dan kenyamanan
bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.
Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran
yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang
dalam melakukan kegiatannya.
Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau getaran seismik baik
yang berasal dari penggunaan peralatan atau sumber getar lainnya baik dari
dalam bangunan maupun dari luar bangunan.

Tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


No. 48 Tahun 1996, untuk lingkungan kegiatan rumah sakit adalah 55 dB(A)

4. Persyaratan Kemudahan
a. Hubungan Antar Ruang
Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam ruang farmasi rumah sakit meliputi
tersedianya fasilitas (pintu, koridor, ram, tangga) dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang
cacat.
Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan
fungsi ruang dan aspek keselamatan.
b. Aksesibilitas Penyandang Cacat
Setiap ruang farmasi rumah sakit, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut usia
masuk dan keluar ke dan dari bangunan RS serta beraktivitas dalam bangunan
RS secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum, jalur
pemandu, rambu dan marka, pintu, ramp, tangga, dan lif bagi penyandang cacat
dan lanjut usia.
c. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan ruang farmasi rumah


sakit untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan RS untuk kepentingan
umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan
bangunan RS, meliputi: ruang ibadah, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta
fasilitas komunikasi dan informasi.
Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas bangunan
RS, serta jumlah pengguna bangunan RS

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 32


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

BAB V
PENUTUP

Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi diharapkan dapat


digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia jasa
konstruksi, instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait dengan
kegiatan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan bangunan rumah
sakit dalam pencegahan dan penanggulangan serta menjamin keamanan dan
keselamatan bangunan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi oleh masing-
masing daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan daerah.

Bagi daerah yang belum dapat menerapkan pedoman teknis ini secara menyeluruh
maka berkewajiban untuk menerbitkan pedoman teknis yang disesuaikan dengan kondisi
dan kesiapan daerah.

Sebagai pedoman/ petunjuk pelengkap, dapat digunakan Standar Nasional


Indonesia (SNI) terkait lainnya.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 33


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.
4. Peraturan Kementerian Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 1197/Menkes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
7. Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.
8. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers,
Handbook, Applications, 1974 Edition, ASHRAE.
9. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, HVAC
Design Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
10. G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, 2004.
11. Ernst Neufert (Alih Bahasa : Sjamsu Amril), Data Arsitek, Edisi kedua, Jilid 1,
Penerbit Erlangga, 1995.
12. Departemen Kesehatan RI, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit, 2007.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 34


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

LAMPIRAN

PROGRAM RUANG DAN GAMBAR

1. Kebutuhan ruangan, fungsi dan luas ruang serta kebutuhan fasilitas ruang
farmasi

No Nama Ruangan Fungsi Besaran Ruangan/Luas Kebutuhan Fasilitas RS RS RS RS


A B C D
1 Ruangan Administrasi dan Kantor
a. Ruangan Kepala Tempat kerja Sesuai kebutuhan lemari, meja, kursi
dan istirahat
kepala instalasi + + +
farmasi RS +

b. Ruangan Staf kerja dan Sesuai kebutuhan lemari, meja, kursi


istirahat staf + + ±

c. Ruangan Kerja dan melaksanakan Sesuai Kebutuhan Alat tulis kantor, meja,
Administrasi Tata kegiatan pencatatan kursi, computer,
Usaha keluar masuknya printer, dan alat + + + +
obat, penerimaan dan perkantoran lainya
distribusi obat
d. Ruangan Ruang tempat Sesuai kebutuhan Meja, Kursi, peralatan
Pertemuan melaksanakan meeting, lainnya, Audio
kegiatan visual,
+ + + ±
pertemuan dan
diskusi farmasi

2 Ruangan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan habis pakai

a. Ruangan penyimpanan kondisi umum


- Ruangan penyimpanan obat Sesuai Kebutuhan Lemari/ rak, AC, Pallet
penyimpanan Obat jadi + +
Jadi
+
- Ruangan penyimpanan obat Sesuai Kebutuhan Lemari/ rak, AC, Pallet
penyimpanan Obat produksi + +
Produksi
+
- Ruangan penyimpanan bahan Sesuai Kebutuhan Lemari/rak, AC, Pallet
penyimpanan Bahan baku obat + + +
Baku Obat
- Ruangan penyimpanan alat Sesuai Kebutuhan Lemari/rak, AC, CCTV,
penyimpanan Alat kesehatan Pallet + + +
Kesehatan
b. Ruangan penyimpanan kondisi khusus
- Ruangan penyimpanan obat Sesuai Kebutuhan Lemari Khusus,
penyimpanan Obat termolabil refrigator dan freezer
Termolabil dan AC, container + + + +
khusus untuk limbah
sitostotik,dll
- Ruangan penyimpanan Bahan Sesuai Kebutuhan Lemari Khusus,
penyimpanan Laboratorium dan refrigator dan freezer
Bahan Laboratorium Reagensia dan AC, container + + + +
dan Reagensia khusus untuk limbah
sitostotik,dll
- Ruangan penyimpanan sediaan Sesuai Kebutuhan Lemari Khusus, + + + +

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 35


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

penyimpanan farmasi yang mudah refrigator dan freezer


sediaan farmasi terbakar (flamemable) dan AC, container
yang mudah khusus untuk limbah
terbakar sitostotik,dll
(flamemable)
- Ruangan penyimpanan obat/ Sesuai Kebutuhan Lemari Khusus,
penyimpanan obat/ bahan obat refrigator dan freezer
bahan obat berbahaya (narkotik/ dan AC, container + + + +
berbahaya (narkotik/ psikotropik) khusus untuk limbah
psikotropik) sitostotik,dll
3 Ruangan penyimpanan nutrisi Sesuai Kebutuhan Lemari/ rak, AC, Pallet
penyimpanan nutrisi parental + ± - -
parental
4 Ruangan produksi sediaan farmasi
a. Ruangan Produksi Tempat dilaksanakannya produki sediaan non steril
sediaan farmasi non
steril

- Ruangan Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang


Pencampuran/ dilaksanakanny pencucian, gudang
Pelarutan/ a bahan baku dan
Pengemasan Pencampuran/ produksi jadi, ruang
Sediaan yang Tidak Pelarutan/ labeling/etiket, ruang + ± - -
Stabil Pengemasan pemeriksaan, ruang
Sediaan yang administrasi, ruang staf
Tidak Stabil dll sesuai CPOB

- Ruangan Produksi Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang


non steril/ peracikan dilaksanakanny pencucian, gudang
obat a Produksi Obat bahan baku dan
Luar dan Obat produksi jadi, ruang
+ + + +
Oral labeling/etiket, ruang
pemeriksaan, ruang
administrasi, ruang staf
dll sesuai CPOB
b. Ruangan Aseptic Tempat dilaksanakannya aseptic dispensing
Dispending

- Ruangan Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang


dispensing sediaan dilaksanakanny pencucian, gudang
farmasi a dispensing bahan baku dan
pencampuran obat sediaan farmasi produksi jadi, ruang
+ ± - -
suntik pencampuran labeling/etiket, ruang
obat suntik pemeriksaan, ruang
administrasi, ruang staf
dll sesuai CPOB
- Ruangan Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang
dispensing sediaan dilaksanakanny pencucian, gudang
farmasi nutrisi a dispensing bahan baku dan
parential sediaan farmasi produksi jadi, ruang
+ ± - -
nutrisi parential labeling/etiket, ruang
pemeriksaan, ruang
administrasi, ruang staf
dll sesuai CPOB
- Ruangan Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang
Penanganan dilaksanakanny pencucian, gudang + ± - -
a Penanganan bahan baku dan

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 36


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Sediaan Sitostatik Sediaan produksi jadi, ruang


Sitostatik labeling/etiket, ruang
pemeriksaan, ruang
administrasi, ruang staf
dll sesuai CPOB
5 Laboratorium Tempat Sesuai Kebutuhan
Farmasi dilaksanakannn
ya Laboratorium
Farmasi untuk
± - - -
kegiatan
penelitian dan
pengembangan

6 Ruangan Penunjang Lainnya (menyesuaikan manajemen RS)


2
a. R. tunggu tempat pasien 1-1,5 m / orang Tempat duduk, televisi,
dan ATM, telpon umum(bila
2
pengantarnya (min.36 m ) Rs mampu)
menunggu + + + +
menerima
pelayanan dari
konter farmasi

b. R. arsip dokumen Tempat Sesuai kebutuhan Lemari arsip, kartu


dan perpustakaan menyimpan arsip, CCTV
dokumen resep
+ + + +
dan buku-buku
kefarmasian

c. Ruangan tempat penyimpanan Sesuai Kebutuhan Lemari/rak, pallet, AC,


Penyimpanan Obat Obat di Ruang CCTV + + + +
di Ruang Perawatan Perawatan
d. KM/WC KM/WC @KM/WC Pria dan Kloset, wastafel, bak
(pasien/pengunjung, wanita untuk air
pengunjung dan
+ + + +
Petugas) petugas dengan luas 2-
2
3m

e. Dapur Kecil tempat untuk Sesuai kebutuhan Kursi, meja, untuk


menyiapkan makan, dan
makanan dan perlengkapan makan
minuman bagi lainnya
+ + ± ±
petugas di
Instalasi
Farmasi

7 Depo/ Satelit/ Apotik


Farmasi
a. Ruangan Distribusi
Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan
Bahan Habis Pakai
(Depo/ Satelit)
- Ruangana Distribusi Distribusi untuk 3~5 m2/ petugas Rak/lemari obat, meja,
untuk Pelayanan Pelayanan Rawat kursi, omputer, + + + +
Rawat Jalan/ Jalan (Apotek);

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 37


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Apotek Rawat Jalan menyelenggarakan printer, dan alat


(termasuk Loket kegiatan
penerimaan penerimaan resep perkantoran lainnya
resep, loket pasien, penyiapan
pembayaran obat, pembayaran,
dan loket dan pengambilan
pengambilan obat
obat)
- Ruangana Distribusi Distribusi untuk 3~5 m2/ petugas Rak/lemari obat, meja,
untuk Pelayanan Pelayanan Rawat kursi, omputer,
Rawat Inap/ Satelit Inap (Satelit); printer, dan alat
Rawat Inap menyelenggarakan
(termasuk Loket kegiatan perkantoran lainnya
+ + + +
penerimaan penerimaan resep
resep, dan loket pasien, penyiapan
pengambilan obat, dan
obat) pengambilan obat

- Ruangana Distribusi Distribusi untuk 3~5 m2/ petugas Rak/lemari obat, meja,
untuk Pelayanan Pelayanan Lain di kursi, omputer,
Lain di RS/ Satelit RS (Satelit); printer, dan alat
(termasuk Loket menyelenggarakan
penerimaan kegiatan perkantoran lainnya
+ + + +
resep, dan loket penerimaan resep
pengambilan pasien, penyiapan
obat) obat, dan
pengambilan obat

b. Ruangan Produksi Tempat Sesuai kebutuhan Tersedianya ruang


non steril/ Ruang dilaksanakanny pencucian, gudang
Racik Obat a Produksi Obat bahan baku dan
Luar dan Obat produksi jadi, ruang
+ + + +
Oral labeling/etiket, ruang
pemeriksaan, ruang
administrasi, ruang staf
dll sesuai CPOB
c. Ruangan Tempat Sesuai jenis obat yang
Penyimpanan penyimpanan disimpan
+ + + +
sediaan farmasi sedian farmasi

d. Ruangan tempat Sesuai kebutuhan Meja, kursi, alat


Konsultasi/ dilaksanakanny peraga, brosur, leaflet
Konseling Obat a konsultasi/ dll
konseling obat + + + ±
(di setiap apotek/
satelit di RS)

e. Ruangan Pelayanan Tempat Sesuai kebutuhan Meja, kursi, komputer,


Informasi Obat dilaksanakanny fax, telp, jaringan
a pelayanan 200TT: 20m2 internet, buku literatur
2
(untuk RS dengan informasi obat 400-600TT: 40m + + + ±
2
100TT bisa di 1300TT: 70m
ruangan kepala)

Catatan: jumlah, jenis, dan ukuran ruangan berdasarkan SDM dan kebutuhan pelayanan rumah
sakit.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 38


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

2. Contoh layout ruang farmasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 39


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 40


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Sumber: pedoman rs kelas C

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 41


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 42


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Farmasi

3. Lampiran lainnya

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarkes, BUK 43

Anda mungkin juga menyukai