HIDROLIK Penerapan Ke Mesin Pertanian Rev 1 Aplot
HIDROLIK Penerapan Ke Mesin Pertanian Rev 1 Aplot
Ditulis oleh :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertanian merupakan bidang yang sudah sangat lama di Indonesia, bahkan Indonesia dikenal
dengan negara agraris, karena luas wilayah yang besar. Pertanian tersebut meliputi tanaman padi
sebagai makanan pokok, disamping beberapa komoditas pertanian atau perkebunan yang jenisnya
bermacam-macam. Dengan luas tanah yang begitu besar, diperlukan alat-alat pertanian yang
mendukung supaya hasil dari pertanian lebih besar, dan juga tidak memerlukan sumber daya
manusia yang tidak memenuhi kebutuhan baik dari segi kemampuan dan jumlah.
Peralatan pertanian yang digunakan di Indonesiasebagian besar masih impor dari Negara-negara
lain sehingga selain harganya mahal, juga beberapa kasus tidak sesuai dengan kondisi lahan
pertanian yang ada, serta suku cadang yang tidak selalu tersedia untuk perawatan dan perbaikan.
Di Indonesia, perancangan dan pembuatan alat pertanian sudah dilakukan, baik dengan merancang
sendiri atau menggunakan produk dari luar negri sebagai acuan. Salah satu masalah yang ada pada
perancangan tersebut adalah merancang system pemindah daya dari mesin sebagai sumber tenaga.
Perlu diketahui bahwa pada alat pertanian, selain mesin menggerakkan keseluruhan alat pertanian
itu sendiri, mesin juga harus menggerakkan perlengkapan untuk memproses pekerjaan yang lain,
misalnya alat untuk menanam selagi mesin bergerak dan sebagainya, sehingga diperlukan peralatan
untuk membagi tenaga dan meneruskan daya ke masing-masing bagian, yang tidak jarang posisinya
tidak menguntungkan apakah itu berupa sudut, atau berupa posisi yang tidak tetap (variable).
Apabila menggunakan penerus daya mekanikal, hal ini akan menjadikan perancangan tidak mudah
karena pada penerus daya mekanikal, sudut dan posisi bias dikatakan sangat kecil tolerasi
perubahannya, juga rasio yang dihasilkan terbatas jika menggunakan perlengkapan yang tersedia.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan desain Variable Displacement Hydraulic Motor
yang sebelumnya sudah dirancang dan dibuat oleh penulis. Pengembangan yang dilakukan adalah
menyesuaikan desain Variable Displacement Hydraulic Motor menjadi system transmisi hidrolik,
yaitu pompa hidrolik variable, moto hidrolik variable dan katup sebagai pengendali aliran oli.
1.2 Tujuan
a. Membuat rancangan system pemindah daya hidrolik untuk alat pertanian.
b. Membuat komponen Pompa Hidrolik Variabel dan Motor Hidrolik Variabel.
c. Membuat data hasil pengujian system pemindah daya hidrolik untuk alat pertanian.
1.3 Manfaat
a. Mendapatkan data pengujian dari kinerja perancangan yang telah dilakukan.
b. Mendapatkan data kemampuan pembuatan (Manufaktur) komponen Pompa Hidrolik Variabel
dan Motor Hidrolik Variabel.
c. Mendapatkan data perbandingan harga dan kualitas alat jika membeli dari luar negri dan
membuat sendiri (Manufaktur di dalam negri).
d. Mendapatkan data untuk penelitian selanjutnya.
1.4 Batasan
a. Penelitian ini hanya membahas system transmisi hidrolik.
b. System transmisi hidrolik yang dibahas dirancang untuk alat pertanian.
c. Fluida yang digunakan adalah oli dengan nilai kekentalan SAE 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum Pascal
Gambar 2.1
Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan ke segala arah dengan sama besar
F1 dan F2 adalah gaya yang terjadi akibat tekanan hidrostatik yang sama tetapi berbeda
luasannya.
Tekanan ( P ) adalah sama besar, tetapi karena berbeda luas penampang ( A1 dan A2), gaya
yang terjadi berbeda.
Gambar 2.2
Gambar 2.2 memperlihatkan pada bidang yang miring, yang memperlihatkan nilai FA1 dan FR1, bergerak
kea rah FA2 dan FR2. Jika sudut bidang kemiringan semakin besar, maka dengan nilai FA yang tetap nilai
FR semakin besar. Namun bila sudut kemiringan bartambah, jarak Y1 – Y2 juga bertambah, sehingga jarak
lintasan semakin besar.
Gambar 2.3
Gambar 2.3 memperlihatkan konstruksi dari pompa hidrolik variabel, bila swashplate semakin miring
(sudut bertambah) maka lintasan piston akan semakin panjang untuk setiap putaran, sehingga volume
tiap putaran dapat diatur. Untuk menghasilkan tekanan yang tinggi, maka nilai sudut swashplate kecil,
sedangkan untuk menghasilkan volume yang besar namun tekannya kecil, nilai sudut swashplate besar.
Gambar 2.4
Gambar 2.4 memperlihatkan konstruksi dari sebuah motor hidrolik, jika pada piston diberi tekanan
maka piston akan menekan swashplate. Jika swashplate dalam kondisi miring, maka gaya dari piston
yang menekan swashplate akan diproyeksikan sesuai arah anak panah F, sehingga poros akan berputar.
Sudut swashplate akan menentukan besarnya pergerakan piston. Semakin panjang pergerakan piston,
maka usaha yang dilakukan piston semakin besar. Dengan mengatur sudut kemiringan swashplate
tersebut, maka kita dapat mengatur Tenaga keluaran dari motor hidrolik tersebut.
3.6 Assembling/merakit
Pada tahap ini, part-part dirakit menjadi sebuah system transmisi hidrolik dan diperiksa sesuai
gambar rakitan.
3.7 Pengujian
Pada tahap ini, penulis menguji kinerja system transmisi hidrolik mengacu pada tujuan yang
ditetapkan, jika perlu dilakukan penyesuaian/penyetelan. Adapun proses pengujiannya adalah
dengan memutar pompa hidrolik dengan suatu putaran, misalnya dengan motor bakar atau motor
listrik, kemudian diukur putaran keluaran pada motor hidrolik variabel dalam berbagai kondisi,
antara lain : kecepatan putaran pompa hidrolik variabel dan sudut kemiringan swashplate.
mesin diesel 5 PK
5 Rp8,000,000.00 1 Rp8,000,000.00
(sebagai sumber tenaga)
Total Rp96,000,000.00
bulan
no kegiatan keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 studi literatur
2 membuat desain
4 pengadaan kebutuhan
5 pembuatan (manufaktur)
6 perakitan
8 membuat laporan
BAB 5 REFERENSI
1. Irving P.Church, Hydaulic Motors, Knowledge Publication 2009
2. M.Wiston, Essential Hydraulic, Create Space Independent Publisher 2014