Anda di halaman 1dari 16

IV.

SIKLUS HIDROLOGI
Presipitasi

Evaporasi (penguapan)

Air permukaan

Presipitasi

Uap Air Curah hujan

Kelembaban tanah
Dan air tanah

Evaporasi (penguapan)
Presipitasi
Presipitasi : Uap air yang mengkondensasi dan jatuh
dari atmosfer ke bumi dalam segala bentuknya dalam
rangaian dan siklus hidrologi

Karakteristik hujan:
- Intensitas (i) : laju hujan = tinggi air / satuan waktu
(mm/menit, mm/jam, atau mm/hari)
- Lama waktu (durasi) t : panjang waktu dimana hujan
turun (menit atau jam)
- Tinggi hujan d : kedalaman hujan yang terjadi selama
durasi hujan dan dinyatakan dalam ketebalan air di
atas permukaan datar (mm)
- Frekuensi : frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan
dalam kala ulang T (misal T = 2 tahun)
- Luas : luas geografis daerah sebaran hujan
Pengukuran Hujan
- Penakar hujan manual

- Penakar hujan otomatis (ARR = Automatic


Rainfall Recorder)
Daerah Aliran Sungai
Analisis Hujan Kawasan
 Metode Arithmatik
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 + ⋯ 𝑃𝑛
𝑃=
𝑛

 Metode Polygon Thiessen


𝑃1 . 𝐴1 + 𝑃2 . 𝐴2 + 𝑃3 . 𝐴3 + ⋯ 𝑃𝑛 . 𝐴𝑛
𝑃=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ 𝐴𝑛

 Metode Isohyet
((𝑋1 +𝑋2 )/2). 𝐴1 + ((𝑋2 +𝑋3 )/2). 𝐴2 + ((𝑋3 +𝑋4 )/2). 𝐴3 + ⋯ ((𝑋𝑛1 +𝑋𝑛2 )/2). 𝐴𝑛
𝑃=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + ⋯ 𝐴𝑛
Interpretasi Data Hujan
Penyimpangan data hujan disebabkan:
- Perubahan letak stasiun hujan
- Perubahan sistem data hujan
- Perubahan iklim
- Perubahan lingkungan

Koreksi penyimpangan data  dilakukan analisa “Double


Mass Curve Test”
Double Mass Curve Test
Double Mass Curve Test
Prosedur yang digunakan oleh “U.S.Environmental Data Service” untuk melakukan uji
konsistensi data ini adalah menggunakan analisa kurva massa ganda sebagai berikut :
 Menghitung hujan tahunan untuk masing–masing stasiun.
 Menghitung rata-rata hujan tahunan untuk stasiun pembanding.
 Menghitung komulatif hujan tahunan untuk stasiun yang akan diuji.
 Menghitung komulatif hujan tahunan untuk stasiun pembanding.
 Melakukan penggambaran dalam bentuk diagram pencar (scatter diagram) antara
stasiun yang akan diuji dan stasiun pembanding, Stasiun yang akan diuji pada
sumbu Y dan stasiun pembanding pada sumbu X.
 Melakukan analisa terhadap konsistensi data hujan dengan cara membuat garis
lurus pada diagram pencar dan melakukan analisa menentukan apakah ada
perubaan slope atau tidak pada garis lurus yang dibuat pada diagram pencar, jika
terjadi perubaan slope , maka pada titik setelah mengalami perubaan perlu adanya
koreksi terhadap pencatatan data hujan dengan cara mengalikan dengan koefisien
(K) yang dihitung berdasarkan perbandingan slope setelah mengalami perubahan
(S2) dan Slope sebelum mengalami perubahan (S1) atau K = S2/S1.
Perkiraan Data Hujan Hilang
Disebabkan oleh:
 Alat ukur hujan rusak
 Pengamat stasiun hujan berhalangan
 Data pencatatan hujan hilang

Perkiraan data hujan hilang:


 Metode perbandingan normal (normal ratio
method)
 Metode inverse square distance
Perkiraan Data Hujan Hilang
 Metode Perbandingan Normal
1 𝑁𝐴 𝑁𝐴 𝑁𝐴 𝑁𝐴
𝑃𝐴 = . 𝑃1 + . 𝑃2 + . 𝑃3 + ⋯ + . 𝑃𝑛
𝑁 𝑁1 𝑁2 𝑁3 𝑁𝑛

 Metode Inverse Square Distance


1 1 1 1
𝑎 2 . 𝑃𝐴 + 𝑏 2 . 𝑃𝐵 + 𝑐 2 . 𝑃𝐶 + ⋯ + 𝑛2 . 𝑃𝑁
𝑃𝑋 =
1 1 1 1
+ + + ⋯+ 2
𝑎2 𝑏 2 𝑐 2 𝑛
Intensitas Hujan
 Intensitas hujan = jumlah hujan per satuan waktu yang
biasanya dinyatakan dalam mm/jam

 Intensitas hujan sangat penting untuk perencanaan seperti


perhitungan banjir rencana, drainase, dan erosi tanah

𝑅𝑡
 𝐼𝑡 =
𝑡
Intensitas Hujan
 Talbot (untuk hujan 5 menit sampai 2 jam)
𝑎
𝐼=
𝑡+𝑏
𝐼. 𝑡 𝐼2 − 𝐼2 . 𝑡 𝐼
𝑎=
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
𝐼 𝐼. 𝑡 − 𝑁 𝐼 2 𝑡
𝑏=
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
 Ishiguro
𝑎
𝐼=
𝑡+𝑏
𝐼. 𝑡 𝐼2 − 𝐼2 . 𝑡 𝐼
𝑎=
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
𝐼 𝐼. 𝑡 − 𝑁 𝐼 2 𝑡
𝑏=
𝑁 𝐼2 − 𝐼 𝐼
Intensitas Hujan
 Sherman (untuk hujan yang lamanya lebih dari 2 jam)
𝑎
𝐼= 𝑘
𝑡
log 𝐼 log 𝑡 2 − log 𝑡. log 𝐼 log 𝑡
𝑎=
𝑁 log 𝑡 2 − log 𝑡 log 𝑡
log 𝐼 log 𝑡 − 𝑁 log 𝑡. log 𝐼
𝑘=
𝑁 log 𝑡 2 − log 𝑡 log 𝑡

 Mononobe (untuk sembarang hujan)


2
𝑅24 24 3
𝐼=
24 𝑡

Anda mungkin juga menyukai