Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/365349339

SIMULASI TUMPAHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMODELAN NUMERIK 2D


KEJADIAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK BALIKPAPAN TAHUN 2018

Preprint · November 2022

CITATIONS READS

0 7

4 authors, including:

Muhammad Syarif Lubis Aris Ismanto


Leadership Indonesia Universitas Diponegoro
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    48 PUBLICATIONS   84 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Integrated Coastal Zone Management for Sustainable Development in Central Java View project

SEDIMEN DISTRIBUTION MODEL FOR EROSION AND SEDIMENTATION MITIGATION IN SAYUNG DISTRICT, DEMAK View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Syarif Lubis on 13 November 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SIMULASI TUMPAHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMODELAN NUMERIK 2D
KEJADIAN TUMPAHAN MINYAK DI TELUK BALIKPAPAN TAHUN 2018
Muhammad Syarif Lubis1,2, Wahyu Kusuma Raharja1, Gentio Harsono3,4 dan Aris Ismanto5
1Program Studi Teknologi Informatika, Teknik Elektro Universitas Gunadarma
2StafKonsultan Tumpahan Minyak di PT Leadership Indonesia
3Pushidros TNI AL
4Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan RI
5Departemen Oseanografi, Universitas Diponegoro

Email: lubismuhammadsyarif@gmail.com

Abstraksi
Kejadian tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan merupakan salah satu bencana tumpahan
minyak terbesar di Indonesia dan mencemari Sebagian besar daerah pesisir Teluk Balikpapan.
Pemodelan hidrodinamika 2D digunakan untuk menyimulasikan kondisi dinamika perairan Teluk
Balikpapan dan juga pergerakan tumpahan minyak dari 25 Maret hingga 15 April 2018 Root Mean
Square Error, Mean Absolute Percentage Error dan nilai model skill digunakan untuk memvalidasi hasil
model dengan data observasi dan didapat hasil model dan observasi memiliki kesesuaian yang baik
dengan Root Mean Square Error = 0,11 m, Mean Absolute Percentage Error = 17% Model Skill = 0,995.
Hasil model menunjukkan sirkulasi arus di Teluk Balikpapan didominasi oleh pasang surut, hal ini
ditunjukkan dengan komponen kecepatan meridian yang besar di sirkulasi perairan Teluk. Prediksi
pergerakan tumpahan minyak yang dihasilkan oleh model memiliki kesesuaian dengan citra SAR satelit
Sentinel 1 A. Perbedaan utama adalah luasan tumpahan pada kondisi sebenarnya lebih besar
ketimbang hasil model disebabkan karena pengaruh oil dispersan.
Kata Kunci: Pemodelan Numerik 2D, Tumpahan Minyak, Pipa Bawah Laut, MV Ever Judger, Teluk
Balikpapan

Abstract
The oil spill in the waters of Balikpapan Bay is one of the largest oil spill disasters in Indonesia and
polluted most of the coastal areas of Balikpapan Bay. 2D hydrodynamic modelling is used to simulate
the condition of Balikpapan Bay water dynamics and the movement of oil spill from March 25th to April
15th 2018. Root Mean Square Error, Mean Absolute Percentage Error, and model skill values are used
to validate the model results with observation data and it is found that the model and observation
results have good agreement with Root Mean Square Error = 0.11 m, Mean Absolute Percentage Error
= 17% Model Skill = 0.995. The model results show that the circulation current in Balikpapan Bay is
dominated by tides, this is indicated by the large meridian velocity component in the Bay water
circulation. The prediction of oil spill movement produced by the model has a good agreement with
the SAR image of Sentinel 1 A satellite. The main difference is that the spill area in the actual condition
is larger than the model result due to the influence of oil dispersant.

Keywords: Numerical Modeling 2D, Oil Spill, Underwater Pipeline, MV Ever Judger, Balikpapan Bay

Pendahuluan
Pada tanggal 30 Maret 2018, pukul 22.00 WIT, jangkar dari kapal kargo curah kelas Panama, MV Ever
Judger, mengenai instalasi pipa bawah laut dan menyeret pipa hingga putus. Patahan pipa bawah laut
milik PT Kilang Pertamina Indonesia RU (Refinery Unit) V Balikpapan terpisah sejauh 25 meter, dengan
pergeseran dari lokasi pergeseran Jangkar sejauh 120 meter [1]. Menurut KLHK diambil dari Daton [2],
diperkirakan sebanyak 6.359,492 m3 tumpah mencemari seluas ± 70.000.000 m2 dengan panjang
pantai terdampak disisi Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Pasir Utara mencapai ± 60.000 m
[3].

Beberapa studi pemodelan numerik sudah dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah kejadian
tumpahan minyak, seperti yang dilakukan oleh Siagian et al. [4], namun dengan kondisi skenario yang
berbeda dari kejadian yang terjadi pada tahun 2018. Kemudian Nur et al. [5] melakukan pemodelan
numerik dari kondisi sirkulasi arus yang terjadi pada saat kejadian tumpahan minyak tanggal 30 Maret
– 1 April 2018. Untuk menyimulasi kejadian tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, pada penelitian ini
digunakan perangkat lunak DHI Mike Zero, modul Mike21 Flow Model FM (Flexibel Mesh) yang
dikombinasikan dengan Modul Mike Oilspill (OS). Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menganalisis
kejadian tumpahan minyak di Teluk Balikpapan melalui simulasi tumpahan minyak, seberapa besar
pengaruh interaksi arus di perairan Teluk Balikpapan dalam penyebaran polutan minyak, dan dalam
penelitian ini hasil simulasi tumpahan minyak dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi
dari rekaman citra satelit Sentinel 1A.

Gambar 1 Lokasi kajian studi Teluk Balikpapan

Materi dan Metode


Simulasi Tumpahan Minyak
Deskripsi Model
Perangkat lunak DHI Mike Zero dengan modul Mike21 Flow Model FM (Flexibel Mesh), dikembangkan
oleh DHI Water & Environment dengan tujuan memberikan hasil simulasi aliran fluida dengan detail
yang tinggi. Modul Mike21 Flow Model FM dibuat berdasarkan penyelesaian numerik dari persamaan
Navier Stokes dua/tiga dimensi aliran tidak kompresi dengan bilangan Reynolds rerata. Persamaan
tersebut menggunakan asumsi Boussinesq dan Tekanan hidrostatik. Kemudian, modul Mike21 Flow
Model FM juga tersusun oleh persamaan kontinuitas momentum, temperatur, salinitas dan massa
jenis [6].
Persamaan kontinuitas dua dimensi pada kedalaman ℎ = 𝜂 + 𝑑 dalam perairan dangkal [6]
𝜕ℎ 𝜕ℎ𝑢̅ 𝜕ℎ𝑣̅
𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑦
= ℎ𝑆
( 1)
Persamaan momentum dua dimensi pada kedalaman ℎ = 𝜂 + 𝑑 dalam perairan dangkal [6]
𝜕ℎ𝑢̅ 𝜕ℎ𝑢̅2 ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑣𝑢 𝜕ℎ𝜂 ℎ 𝜕𝑝𝑎 𝑔ℎ 2 𝜕𝜌 𝜏𝑠𝑥 𝜏𝑏𝑥 1 𝜕𝑆𝑥𝑥 𝜕𝑆𝑥𝑦 𝜕
+ + = 𝑓𝑣̅ ℎ − 𝑔ℎ − − − − ( + )+ (ℎ𝑇𝑥𝑥 ) +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜌0 𝜕𝑥 𝜌0 𝜕𝑥 𝜌0 𝜌0 𝜌0 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥
𝜕
𝜕𝑦
(ℎ𝑇𝑥𝑦 ) + ℎ𝑢𝑠 𝑆
( 2)
𝜕ℎ𝑣̅ ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑢𝑣 𝜕ℎ𝑣̅ 2 𝜕ℎ𝜂 ℎ 𝜕𝑝𝑎 𝑔ℎ 2 𝜕𝜌 𝜏𝑠𝑦 𝜏𝑏𝑦 1 𝜕𝑆𝑦𝑥 𝜕𝑆𝑦𝑦 𝜕
𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥 + 𝜕𝑦 = 𝑓𝑢̅ℎ − 𝑔ℎ 𝜕𝑦
−𝜌 − − −𝜌 ( + ) + 𝜕𝑥 (ℎ𝑇𝑥𝑦 ) +
0 𝜕𝑦 𝜌0 𝜕𝑦 𝜌0 𝜌0 0 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝜕
𝜕𝑦
(ℎ𝑇𝑦𝑦 ) + ℎ𝑣𝑠 𝑆
(3

Persamaan transport untuk salinitas dan temperatur [6]


𝜕ℎ𝑇̅ ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑢𝑇 ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑣𝑇
+ + ̂ + ℎ𝑇𝑠 𝑆
= ℎ𝐹𝑇 − ℎ𝐻
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥
( 4)
𝜕ℎ𝑠̅ ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑢𝑠 ̅̅̅
𝜕ℎ𝑣𝑠
𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑥
= ℎ𝐹𝑠 + ℎ𝑠𝑠 𝑆
( 5)
Persamaan transport nilai skalar dua dimensi [6]
𝜕ℎ𝐶̅ ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑢𝐶 ̅̅̅̅
𝜕ℎ𝑣𝐶
𝜕𝑡
+ +
𝜕𝑥
= ℎ𝐹𝑐 − ℎ𝑘𝑝 𝐶̅ + ℎ𝐶𝑠 𝑆
𝜕𝑥
( 6)
Turbulensi dalam kondisi batas permukaan perairan dan dasar perairan [6]
Ketika 𝑧 = 𝜂
1 2 𝜏𝑠 𝑈3
𝑘= 𝑈𝜏𝑠 ; 𝜀 = 𝜅Δz untuk 𝑈𝜏𝑆 > 0
√𝑐𝜇 𝑠

( 7)
3⁄2
𝜕𝑘 (𝑘√𝑐𝜇 )
=0;𝜀 = untuk 𝑈𝜏𝑆 = 0
𝜕𝑧 𝑎𝜅ℎ
( 8)
𝑈𝜏𝑆 adalah geser angin (wind shear), von karman konstanta 𝜅 = 0.4, konstanta empirik 𝑎 = 0.07,
kemudian Δz𝑠 adalah jarak dari permukaan perairan (kondisi batas antara air dengan udara).
Ketika 𝑧 = −𝑑
1 2 𝜏𝑏 𝑈3
𝑘= 𝑈𝜏𝑏 ; 𝜀 = 𝜅Δz
√𝑐𝜇 𝑏

( 9)
Δz𝑠 adalah jarak dari dasar perairan (kondisi batas pada dasar perairan).

Diskritisasi yang digunakan dalam pemodelan Mike21 Flow Model FM adalah metode volume hingga.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dua dimensi, sehingga elemen mesh yang
digunakan dapat berbentuk segitiga dan Kuadrilateral. Bentuk elemen yang digunakan dalam model
ditunjukkan pada Gambar 2. Detail deskripsi mengenai modul ini dapat dilihat pada dokumen Mike 21
& Mike 3 Flow Model FM Hydrodynamic and Transport Module Scientific Documentation [6]. Model
tumpahan minyak yang digunakan dalam penelitian ini modul Mike OS, dengan menggunakan model
Eulerian dikombinasikan dengan model dispersi adveksi dari Mike21 [7]. Kombinasi dari arus laut
(current), dorongan dari angin (wind drag) dan dorongan dari dasar fluida air (bed drag) menyebabkan
pergerakan partikel minyak. Hubungan vektor antara gaya – gaya yang mempengaruhi pergerakan
minyak ini dapat ditulis dalam hubungan sebagai berikut.

𝑎⃗(𝑥, 𝑦, 𝑥, 𝑡) = 𝑓(𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡, 𝑤𝑖𝑛𝑑 𝑑𝑟𝑎𝑔, 𝑏𝑒𝑑 𝑑𝑟𝑎𝑔)


( 10)
Gambar 2 Bentuk elemen mesh “segitiga” yang digunakan dalam model, dengan sudut terkecil
adalah sebesar 22o berada di dalam daerah teluk, dan 60 o untuk di daerah depan teluk (hasil
pengolahan data, 2022)

Batimetri dan Garis Pantai


Data batimetri dapatkan dari Pushidrosal dalam bentuk Peta Batimetri lembar 130 yang diterbitkan
pada tahun 2012, dan lembar 157 yang diterbitkan pada tahun 2013. Sementara itu data garis pantai
diperoleh dari hasil pengolahan citra Landsat 7 dengan skala data 1:60.000. Data batimetri dan garis
pantai diolah terlebih dahulu sehingga sesuai dengan format yang diterima oleh perangkat lunak DHI
Mike Zero. Gambar 3 batimetri adalah hasil pengolahan pre–processing dengan modul mesh
generator yang disediakan oleh perangkat lunak DHI Mike Zero .

Gambar 3 Kondisi Batimetri Teluk Balikpapan (hasil pengolahan data sekunder, 2022)

Kondisi Awal dan Batas Model


Model ini dijalankan dengan kondisi awal nol dengan tujuan untuk memberi nilai nol dari laju leakage
pada kondisi flooding dan drying dalam batas model yang dinamis [6]. Sementara itu kondisi batas
model yang digunakan adalah kondisi batas terbuka, dengan nilai-nilai masukan konstan, digunakan
dua jenis nilai masukan dalam batas model, nilai masukan yang pertama adalah dari sungai. Memiliki
4 sungai utama (pada Tabel 1 [8]), dengan satu sungai dimasukan dengan pendekatan asumsi.
Kemudian kondisi batas berikutnya adalah nilai masukan yang diambil dari model prediksi pasang
surut global yang disediakan oleh modul Mike21 toolbox.
Tabel 1 Data Debit Sungai [8]
Sungai Debit (m3s-1)
Wain 2.45
Semoi 83.5
Sepaku 42.2
Riko 16.6

Kondisi fisis lain yang digunakan dalam batas model adalah dengan menggunakan masukan berupa
kondisi gelombang di perairan Teluk Balikpapan. Data ini didapatkan dari pemodelan penjalaran
gelombang laut menggunakan modul Mike21 Spectral Wave (SW) [6]. Data masukan awal yang
digunakan untuk pemodelan Mike21 SW adalah hasil penelitian Rahmaniar et al. mengenai profil
tinggi gelombang laut di Selat Makassar Bagian Selatan [9]. Hasil dari pemodelan adalah data radiation
stress gelombang laut (Sxx, Syy dan Sxy) yang dibagi dengan massa jenis air laut [6].

Data Masukan Awal


Data masukan awal diperlukan sebagai kondisi batas model yang digunakan. Data masukan awal yang
digunakan adalah data kecepatan dan arah angin, dan tinggi muka pasang surut berdasarkan model
prediksi pasang surut global. Data angin diambil dari data ERA5 ECMWF (European Centre for
Medium–Range Weather Forecasts) yang disediakan oleh DHI Metocean Data Portal. Kemudian untuk
data pasang surut diambil dari model prediksi pasang surut global yang disediakan oleh Mike21
toolbox. Sedangkan data Salinitas dan suhu di Perairan Teluk Balikpapan, digunakan data dari
Penelitian Benita et al. [10].

Skenario Pemodelan
Skenario model yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, tahapan pertama,
untuk menyimulasikan arus di perairan Teluk Balikpapan, dengan menjalankan skenario pemodelan
dengan waktu awal yaitu pada tanggal 25 Maret 2018 hingga 15 April 2018. Tahapan kedua adalah
pemodelan tumpahan minyak dengan skenario tumpahan dimulai dari tanggal 30 Maret 2018, pada
pukul 22.00 waktu setempat. Jenis tumpahan adalah tumpahan dari pipa bawah laut dengan
kedalaman 22 meter di bawah permukaan laut. Lokasi titik koordinat tumpahan berada di
116°47'22,942" BT 1°14'44,767" LS [11], sedangkan lokasi kapal MV Ever Judger berhenti berada di
titik koordinat 116°47'25,499"BT 1°15'18,756" LS [1] (lokasi tumpahan dapat dilihat pada Gambar 1).
Spesifikasi minyak yang digunakan pada pemodelan tumpahan minyak adalah spesifikasi minyak jenis
Belanak crude oil karena minyak yang ditransfer melalui pipa bawah laut dari Terminal Pertamina Lawe
– Lawe menuju fasilitas Pertamina RU V Balikpapan adalah minyak berjenis crude. Sumber data
spesifikasi minyak Belanak crude oil diperoleh dari [12] dan [7].

Validasi Model
Hasil dari model prediksi divalidasi menggunakan data pasang surut hasil pengamatan per jam yang
didapat dari stasiun pasang surut milik Badan Informasi Geospasial (BIG), berlokasi di Pelabuhan
Semayang, Kota Balikpapan dengan data observasi di waktu periode 1 Maret 2018 hingga 30 April
2018. [5] menunjukkan antara hasil model dengan observasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Model menghasilkan bentuk tinggi dan periode gelombang pasut yang sesuai dengan hasil observasi.
Secara statistik validasi data model dilakukan dengan menggunakan rumus RMSE, MAPE dan model
skill , seperti yang dijelaskan dalam [5]. Perhitungan nilai RMSE didapat sebesar 0,11 m, nilai MAPE
sebesar 17%, dengan model skill didapat sebesar 0,995 dari skala 0 – 1.
(a)

(b) (c)
Gambar 4 (a) Validasi antara data observasi dengan data model prediksi (b) Grafik mawar angin
pada rentang 25 Maret – 15 April 2018 (c) Grafik time series kecepatan vs arah datang angin (hasil
pengolahan data sekunder, 2022)

Hasil dan Diskusi


Pada bab ini membahas hasil dari simulasi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Bagian pertama
pada bab ini membahas hasil model numerik arus di perairan Teluk Balikpapan saat kejadian
tumpahan minyak yang terjadi pada Tanggal 30 Maret 2018 Pukul 22.00 waktu setempat, kemudian
pada bagian kedua membahas pemodelan pergerakan tumpahan minyak dan menganalisis hasil dari
pemodelan tumpahan minyak dengan kondisi sebenarnya yang terekam pada citra satelit Sentinel 1A.
Dalam menganalisis hasil pemodelan, dua lokasi untuk analisis data time series digunakan berdasarkan
hasil model. Lokasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Lokasi studi dari hasil model, lokasi A (1°16'8.57"LS 116°48'15.94"BT), lokasi B (
1°21'56.63"LS 116°52'41.15"BT).
Pemodelan Arus Perairan Teluk Balikpapan
Kondisi Pasang Surut, Sungai dan Pengaruh Angin
Hasil dari simulasi arus di Perairan Teluk Balikpapan memperlihatkan kuatnya pengaruh pasang surut
dan masukan arus dari lima sungai yang bermuara di Perairan Teluk Balikpapan. Gambar 4 b
menunjukkan arah dominan dari angin yang mempengaruhi pergerakan arus dari Selat Makassar
memasuki perairan teluk, namun sirkulasi arus di perairan Teluk Balikpapan terlihat dipengaruhi oleh
dinamika pasang surut dan sungai, hal ini terlihat pada gambar menunjukkan perubahan dari kondisi
waktu pasang tertinggi menuju surut terendah (Gambar 6). Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan
kondisi pasang surut di dua lokasi yang berbeda dengan pola gelombang yang kurang lebih sama. Pada
Lokasi A, tinggi muka laut saat awal terjadinya tumpahan minyak, yaitu pada 30 Maret 2022 Pukul
22.00 waktu setempat sebesar 0,916 m sementara di Lokasi B didapat tinggi muka laut sebesar 0,853
meter, baik di Lokasi A maupun B kondisi perairan saat itu berada di kondisi pasang, dengan arah angin
bergerak dari Arah Tenggara. Kemudian setelah tumpahan terjadi, kondisi arus berubah menuju surut,
dan terjadi arus surut menuju keluar Teluk. Tinggi muka laut pada Lokasi A saat surut sebesar 0,765 m
hingga -0,608 m, pada Lokasi B tinggi muka laut sebesar 0,693 m hingga -1,022 m. kondisi
mengindikasikan pergerakan minyak menuju arah mulut teluk pada saat awal minyak tumpah ke
perairan Teluk Balikpapan.

Gambar 6 Komponen kecepatan U, V dan tinggi permukaan laut, diambil dari hasil model pada lokasi
A (1°16'8.57"LS 116°48'15.94"BT)

Kondisi Arus Permukaan di Perairan Teluk Balikpapan


Hasil pemodelan menunjukkan kondisi sirkulasi arus permukaan di perairan Teluk Balikpapan pada
waktu awal terjadinya tumpahan minyak (pada Gambar 8 dan Gambar 9). Kecepatan komponen U
saat awal tumpahan minyak di lokasi A memiliki rentang kecepatan -0,041 m/dtk hingga -0,00980
m/dtk, kemudian kecepatan komponen v dengan rentang kecepatan -0,104 m/dtk hingga -0,028
m/dtk. Hasil yang berbeda didapat pada Lokasi B dengan kecepatan komponen u dengan rentang
kecepatan -0,0135 m/dtk hingga 0,125 m/dtk, dan kecepatan komponen v dengan rentang kecepatan
-0.0477 m/dtk hingga -0.1785 m/dtk. Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan adanya perbedaan pola
dari kecepatan arus baik di mulut Teluk Balikpapan (ditunjukkan pada Lokasi A) dan di perairan lepas
pantai (pada Lokasi B), walau masing-masing memiliki pola pasang surut yang sama namun memiliki
pola kecepatan arus yang berbeda, hal ini dimungkinkan karena sirkulasi diperairan lepas pantai
terdapat pengaruh arus laut yang dipengaruhi oleh angin. Kondisi sirkulasi di mulut teluk berdasarkan
pemodelan terlihat memiliki komponen kecepatan v yang lebih tinggi dan komponen u yang kecil,
sebaliknya pada perairan laut lepas, memiliki komponen kecepatan u yang tinggi ketimbang
komponen kecepatan u saat di mulut Teluk Balikpapan. Hal ini menunjukkan kecepatan komponen
meridional mendominasi di perairan Teluk ketimbang kecepatan komponen zonal.
Gambar 7 Komponen kecepatan U, V dan tinggi permukaan laut, diambil dari hasil model pada lokasi
B ( 1°21'56.63"LS 116°52'41.15"BT)

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 8 Arus permukaan pada kondisi awal terjadinya tumpahan minyak, pada Tanggal 30 Maret
2018 Pukul 22.00 waktu setempat. (a) Pasang Tertinggi, (b) Arus Surut, (c) Surut Terendah, (d) Arus
Pasang
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 9 Arus permukaan Tanggal 31 Maret 2018, (a) Pasang Tertinggi, (b) Arus Surut, (c) Surut
Terendah, (d) Arus Pasang

Pemodelan Pergerakan Tumpahan Minyak


Hasil pemodelan sirkulasi arus di Teluk Balikpapan menunjukkan pengaruh kuat pasang surut pada
perairan Teluk, sesuai dengan hasil yang didapat oleh Nur et al. [5] dalam memodelkan sirkulasi arus
tumpahan minyak. Kondisi ini menunjukkan awal minyak tumpah pada 24 jam pertama ditunjukkan
pada Gambar 11, minyak bergerak menuju arah Tenggara, ke arah mulut Teluk Balikpapan. Hasil
model menunjukkan efek pengaruh pasang surut terjadi karena keluar masuknya pergerakan
tumpahan di sekitar perairan mulut Teluk Balikpapan, minyak bergerak keluar Teluk karena
dipengaruhi oleh arus surut menuju keluar Teluk, namun saat kondisi pasang tinggi, minyak bergerak
balik menuju ke dalam Teluk. Berdasarkan hasil model, 24 jam pertama setelah tumpahan terjadi,
minyak mengalami pengendapan dilokasi terjadinya tumpahan, 24 berikutnya terjadi pengendapan
tumpahan minyak disekeliling pesisir Teluk Balikpapan, pengendapan banyak berada di muara Sungai
Wain, dan Sungai Somber, pesisir Tanjung Batu dan sepanjang Pantai Barat Teluk Balikpapan, hasil ini
memiliki persebaran daerah tumpahan yang tidak jauh berbeda dengan laporan hasil monitoring
pasca tumpahan. [13].
Gambar 10 Perubahan fisis tumpahan minyak di Teluk Balikpapan

Minyak yang tumpah di Teluk Balikpapan mengalami beberapa serangkaian perubahan baik fisika
maupun kimia. Gambar 10 menunjukkan minyak yang tersuspensi dipermukaan laut mengalami
pengurangan ketebalan yang cukup signifikan pada 12 jam pertama setelah terjadinya tumpahan
minyak. Minyak yang tersuspensi mengalami pengendapan didaerah pesisir pantai dan juga
mengalami pengurangan ketebalan yang signifikan pada 24 jam pertama setelah minyak tumpah.
Kedua hal ini dipengaruhi oleh proses evaporasi yang terjadi pada 24 jam pertama setelah minyak
tumpah, hal ini sesuai dengan Hollenbone [14], tahapan yang dominan terjadi pada proses awal
pelapukan pada minyak adalah evaporasi. Gambar 10 menunjukkan perubahan luasan tumpahan
terhadap waktu, menurut Fingas [15] perubahan luasan tumpahan minyak akan mempengaruhi
ketebalan tumpahan minyak, dalam hal ini semakin besar luasan tumpahan ketebalan minyak semakin
berkurang.
(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 11 Proses pergerakan dan sedimentasi minyak berdasarkan simulasi tumpahan minyak
bagian satu, (a) tumpahan minyak pada 30/03/2018 pukul 22.00, (b) 31/03/2018 pukul 18.00, (c)
31/03/2018 pukul 23.00, (d) 02/04/2018 pukul 14.00
(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 12 Proses pergerakan dan sedimentasi minyak berdasarkan simulasi tumpahan minyak
bagian kedua (a) tumpahan minyak pada 03/04/2018 pukul 12.00, (b) 04/04/2018 pukul 12.00, (c)
05/04/2018 pukul 12.00, (d) 06/04/2018 pukul 12.00
Hasil pemodelan tumpahan minyak yang ditunjukkan pada Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan
perubahan ketebalan tumpahan pada 24 jam awal tumpahan minyak dengan luasan yang makin
meluas. Validasi hasil model dengan citra SAR Sentinel 1 A yang diambil pada tanggal 2 April 2018
ditunjukkan pada Gambar 13. Terlihat perbedaan luas tumpahan antara hasil model dengan citra SAR,
namun terdapat kesamaan dalam hal arah pergerakan tumpahan minyak, baik model dan citra SAR
menghasilkan arah tumpahan yang bergerak menuju Tenggara. Perbedaan luasan daerah tumpahan
dikarenakan adanya intervensi dari pihak Pertamina pada periode awal tumpahan minyak. Disebutkan
dalam Laporan KNKT [1], bahwa pada Tanggal 31 Maret Pukul 02.30 waktu setempat, tim
penanggulangan tumpahan minyak Pertamina menyemprotkan cairan oil dispersan di lokasi perairan
sekitar daerah tumpahan. Penyemprotan cairan ini mengakibatkan penyebaran cairan minyak yang
tumpah dan menambah luasan tumpahan minyak [16]. Kondisi arus di perairan Teluk Balikpapan pada
saat waktu penyemprotan adalah saat arus surut, sehingga, minyak mengalami pemecahan dan
penyebaran [16].

Gambar 13 Perbandingan hasil pemodelan dengan citra SAR tumpahan minyak pada Tanggal 2 April
2018 (hasil pengolahan data, 2022)

Kesimpulan
Pemodelan yang dihasilkan dapat memprediksi kondisi sirkulasi arus permukaan Teluk Balikpapan
yang sebagian besar dipengaruhi oleh dinamika pasang surut setempat. Dari hasil model didapat,
pengaruh pergerakan minyak pada awal terjadinya tumpahan minyak dipengaruhi oleh rentang
kecepatan arus 0,2 m/dtk (menuju Arah Selatan) dan 0,2 m/dtk (menuju Arah Utara). Prediksi
pergerakan tumpahan minyak yang dihasilkan oleh model memiliki kesesuaian dengan citra SAR satelit
Sentinel 1 A. Perbedaan utama adalah luasan tumpahan pada kondisi sebenarnya lebih besar
ketimbang hasil model disebabkan karena pengaruh oil dispersan. Oil dispersan disemprotkan pada
waktu 12 jam pertama setelah terjadinya tumpahan menyebabkan meluasnya persebaran minyak.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini disponsori oleh DHI Group dan DHI Indonesia. Penulis juga ingin berterima kasih kepada
PT Leadership Indonesia atas dukungan sumber daya.

Referensi

[1] KNKT, Pipeline Damage and Crude Oil Pollution in Balikpapan Bay Balikpapan, East Kalimantan
Republic of Indonesia 30 March 2018, DKI Jakarta: Kemenhub, 2019.

[2] Z. D. Daton, "Sudah 3 Tahun, Tragedi Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Tunggu Putusan
Banding," 2021. [Online]. Available:
https://regional.kompas.com/read/2021/04/07/224854278/sudah-3-tahun-tragedi-tumpahan-
minyak-di-teluk-balikpapan-tunggu-putusan?page=all. [Accessed 25 Juni 2022].

[3] KLHK, "Laporan Tim Penanganan Kejadian Tumpahan Minyak (OIl Spill) di Perairan Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam Pasir Utara, Provinsi Kalimantan Timur," Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2018.

[4] Y. S. Siagian, A. Rifai and A. Ismanto, "Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Teluk
Balikpapan Kalimantan Timur," vol. 5, no. 2, 2016.

[5] A. A. Nur, I. Radjawane, T. Suprijo and I. Mandang, "Numerical Modeling of Currents


Circulation in Balikpapan Bay during Oil Spill Event on March 31, 2018," vol. 618, 2020.

[6] DHI, Mike 21 & Mike 3 Flow Model FM Hydrodynamic and Transport Module Scientific
Documentation, Horslom, Denmark: Dansk Hydraulisk Institut, 2017.

[7] DHI, DHI Oil Spill Model Oil Spill Template Scientific Description, Hørsholm: Dansk Hydraulisk
Institut, 2017.

[8] Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi, "Kajian Erosi dan Sedimentasi Pada DAS Teluk
Balikpapan Kalimantan Timur," USAID-BAPPENAS dan USAID-CRC/URI, Jakarta, 2002.

[9] R. J, M. Arsyad and V. A. Tiwow, "Pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) terhadap Tinggi
Gelombang Laut di Selat Makassar," Seminar Nasional Fisika Universitas Negeri Makassar, vol.
3, 2020.

[10] I. Benita, Y. Naulita and I. W. Nurjaya, "Freshwater intrusion during ebb and flood tide in the
Balikpapan Bay," IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, vol. 2020, 2020.

[11] Pemprov Kaltim, "Pernyataan Resmi Pemprov Kaltim Tentang Tumpahan Minyak di Teluk
Balikpapan," 19 April 2018. [Online]. Available: https://kaltimprov.go.id/berita/pernyataan-
resmi-pemprov-kaltim-tentang-tumpahan-minyak-di-teluk-balikpapan. [Accessed 15 Oktober
2022].

[12] PT Leadership Indonesia, Hasil Asesmen di Pertamina RU V Balikpapan, Jakarta: PT Leadership


Indonesia, 2018.
[13] Yayasan RASI, BPSPL Pontianak, "Hasil Monitoring di Teluk Balikpapan Pasca Kejadian
Tumpahan Minyak," Yayasan RASI, Pontianak, 2018.

[14] B. P. Hollenbone, "Oil Physical Properties: Measurement and Correlation," in Handbook of Oil
Spill Science and Technology, Hoboken, John Wiley & Sons, 2015.

[15] M. Fingas, "Oil and Petroleum Evaporation," in Handbook of Oil Spill Science and Technology,
Hoboken, Wiley & Sons, 2015.

[16] Committee on Understanding Oil Spill Dispersant Ocean Studies Board. National Research
Council, Oil Spill Dispersants: Efficacy and Effects, Washington D.C.: The National Academies
Press, 2005.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai