KULIAH – 1
HIDRODINAMIKA
HIDRODINAMIKA DASAR
DASAR
E Djatmiko- Wisnu W - Sujantoko
Departemen Teknik Kelautan - FTK
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya - 2022
1
1. PENDAHULUAN
• HIDRODINAMIKA secara keilmuan adalah merupakan cabang ilmu FISIKA yang dikonsentrasikan untuk
mempelajari dasar statika dan dinamika fluida, dalam disiplin ilmu MEKANIKA FLUIDA, dan selanjutnya
dikembangkan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai perilaku dinamis fluida air, khususnya air laut
yang terrefleksi dalam bentuk arus dan gelombang, serta pengaruhnya terhadap struktur laut, baik yang
dioperasikan dalam mode terpancang ataupun terapung.
• Catatan: Ilmu FISIKA yang telah dikonsentrasikan dalam MEKANIKA FLUIDA juga telah dikembangkan untuk disiplin ilmu
lain: DINAMIKA FLUIDA (T Mesin), HIDROLIKA (T Sipil), dan AERODINAMIKA (T Penerbangan)
• HIDRODINAMIKA di bidang teknologi kelautan dapat secara khusus dikelompokkan lagi menjadi: HIDRODINAMIKA KAPAL
(SHIP HYDRODYNAMICS), HIDRODINAMIKA LEPAS PANTAI (OFFSHORE HYDRODYNAMICS), dan HIDRODINAMIKA PANTAI
(COASTAL HYDRODYNAMICS)
FISIKA
MEKANIKA FLUIDA
Hidrodinamika Kapal
HIDRODINAMIKA (Tekn Kelautan) Hidrodinamika Lepas Pantai
DINAMIKA FLUIDA (T Mesin) Hidrodinamika Pantai
HIDROLIKA (T Sipil)
AERODINAMIKA (T Penerbangan)
RESPONS/REAKSI STRUKTUR:
1. Mekanika Benda Padat (Solid Mechanics)
2. Hidro-elastisitas (Hydroelasticity)
4
3. STATIKA FLUIDA
3.1 VARIASI TEKANAN:
• Tekanan pada Sebuah Titik
• Medan Tekanan
• Variasi Tekanan dalam Fluida Statis
3.2 PENGUKURAN TEKANAN:
• Tekanan Absolut dan Tekanan Alat Ukur,
• Barometer,
• Manometer,
• Piezometer
3.3 GAYA HIDROSTATIS:
• Gaya Hidrostatis pada Bidang Datar,
• Prisma Tekanan,
• Gaya Hidrostatis pada Bidang Lengkung
3.4 GAYA APUNG:
• Gaya Apung dan Hukum Archimedes,
• Dasar Stabilitas Benda Apung
5
4. KINEMATIKA FLUIDA
4.1 DISKRIPSI ALIRAN:
• Metode Euler
• Metode Lagrange
4.2 ALIRAN STEADY DAN UNSTEADY:
• Aliran Steady → Property fluida independent terhadap waktu (kecepatan pada sembarang titik dalam medan aliran
tidak berubah terhadap waktu)
• Aliran Unsteady → Property fluida dependent terhadap waktu (mis. aliran turbulen)
4.3 STREAMLINE, STREAKLINE, DAN PATHLINE:
• Streamlines adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu pada sembarang titik
dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor kecepatan. Garis-garis atau kurva-kurva
tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen fluida akan bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu.
Streamline dapat dijelaskan juga sebagai garis atau kurva yang menghubungkan titik-titik dengan harga stream
function y yang sama.
• Streakline adalah garis atau kurva yang menghubungkan posisi partikel-partikel yang telah melewati suatu titik yang
sama
• Pathline adalah garis atau kurva yang merupakan lintasa yang dilewati oleh suatu partikel fluida yang
bergerak.(metode Lagrange)
6
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
8
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
4.5.1 Vortisitas ..... lanjut
• Vektor rotasi:
𝝎 = 𝜔𝑥 𝒊 + 𝜔𝑦 𝒋 + 𝜔𝑧 𝒌 = 12∇ × 𝑽 = 12(curl 𝑽)
𝒊 𝒋 𝒌
1 𝜕 𝜕 𝜕 1 𝜕𝑤 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕𝑤 𝜕𝑣 𝜕𝑢
= = − 𝒊+ − 𝒊+ − 𝒌
2 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 2 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑢 𝑣 𝑤
• Di mana operasi vektor (∇ × 𝑽) adalah disebut sebagai ‘CURL’ dari vektor kecepatan V.
• Kemudian vektor vortisitas z didefinisikan sebagai dua kali vektor rotasi, yi:
𝜻 = 2𝝎 = ∇ × 𝑽
• Bila vortisitas dituliskan dalam bentuk sumbu polar akan mempunyai bentuk:
• Aliran dikatakan irrotasional bila pada elemen fluida tidak terjadi rotasi → sehingga secara matematis aliran dikatakan
irrotasional bila vortisitas dari curl kecepatan adalah sama dengan nol, yaitu:
𝜻=∇×𝑽=0
9
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
4.5 ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.2 Potensial Kecepatan (Velocity Potential)
• Dari teori vektor kalkulus dapat diketahui bahwa ‘curl’ dari setiap ‘gradien’ akan sama
Bukti Potensial Kecepatan:
dengan nol, jadi:
∇ × ∇𝜙 = 0
• Persamaan tersebut di atas dapat diterapkan untuk aliran irrotasional jika memenuhi persyaratan:
𝑽 = ∇𝜙
• Parameter f disebut sebagai potensial kecepatan → bukan merupakan besaran fisik fluida, tetapi
merupakan identitas matematis (besaran skalar) yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
fluida (medan kecepatan) dan berkaitan erat dengan streamline aliran
• Potensial kecepatan adalah persamaan matematis, yang bila diturunkan terhadap suatu sumbu tertentu
akan menghasilkan persamaan kecepatan pada arah sumbu tersebut:
𝜕𝜙 𝜕𝜙 𝜕𝜙
𝑢= ; 𝑣= ; 𝑤=
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Dalam sumbu polar dituliskan sebagai:
𝜕𝜙 1 𝜕𝜙 𝜕𝜙
𝑣𝑟 = ; 𝑣𝜃 = ; 𝑣𝑧 =
𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧
Gambar 4.5. Equipotential lines • Kurva dalam medan aliran (lihat Gambar 4.5) yang menghubungkan titik-titik dengan harga f konstan
dan streamlines disebut sebagai equipotential lines, kurva-kurva tersebut akan selalu tegak lurus dengan streamlines,
yakni kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai harga stream function y konstan.: 10
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
• ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.3 Aliran Potensial
• Konsep potensial kecepatan secara khusus akan berguna bila dikombinasikan dengan kekekalan massa untuk fluida
incompressible.
• Di mana untuk aliran steady dan incompressible, kekekalan massa dalam bentuk vektor akan menjadi persamaan
kontinyuitas, berikut:
∇∙𝑽=0
• Bila aliran incompressible juga irrotasional, maka persamaan kontinyuitas dapat dituliskan:
∇ ∙ ∇𝜙 = 0 ∇2 𝜙 = 0
• Persamaan ini secara umum dikenal sebagai persamaan Laplace, dan persamaan yang memenuhi persamaan tersebut
diistilahkan sebagai aliran potensial.
• Dalam koordinat Cartesius, persamaan kontinyuitas dapat diekspresikan dalam bentuk potensial kecepatan sebagai
berikut:
𝜕2𝜙 𝜕2𝜙 𝜕2𝜙
+ + =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
• Sejumlah aliran elementer yang diklasifikasikan sebagai aliran potensial (mis. aliran seragam, source, sink, vortex dan
doublet) akan dibahas kemudian.
11
5. HUKUM DASAR FLUIDA
5.1 KEKEKALAN MASSA:
5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS:
• Prinsip kekekalan massa menyatakan bahwa massa untuk suatu sistem akan tidak berubah (kekal)
• Pertimbangkan suatu elemen kecil seperti dalam Gambar 5.1; Bila ditetapkan densitas dan kecepatan-
kecepatan dalam arah x-, y- dan z- pada titik tengah elemen adalah r, u, v dan w.
• Jumlah massa fluida yang mengalir per satuan waktu (mass flow rate) pada setiap permukaan elemen
kemudian akan dapat diperoleh dengan menggunakan deret Taylor orde-1.
• Dengan mengabaikan besaran orde tinggi (pangkat 2 dst), maka rate aliran massa pada permukaan x-
dapat dihitung sebagai:
𝜕(𝜌𝑢) ∆𝑥 𝜕(𝜌𝑢) ∆𝑥
𝛿 𝑚ሶ 𝑥− = (𝜌𝑢)𝑥− 𝛿𝐴𝑥− = 𝜌𝑢 − 𝛿𝐴𝑥− = 𝜌𝑢 − ∆𝑦∆𝑧
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2
• Rate aliran massa netto yang melewati permukaan kontrol dari elemen kecil kemudian akan
diberikan sebagai selisih antara dua permukaan yang paralel, atau
rate aliran massa netto
= 𝛿 𝑚ሶ 𝑥+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑥− + 𝛿 𝑚ሶ 𝑦+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑦− + 𝛿 𝑚ሶ 𝑧+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑧−
melewati permukaan kontrol
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
= + + ∆𝑥∆𝑦∆𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Persamaan kekekalan massa untuk elemen kecil (untuk aliran unsteady dan compressible) kemudian dapat dituliskan :
𝜕𝜌 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
+ + + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka persamaan menjadi
lebih sederhana:
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
+ + =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Bila aliran bersifat incompressible (yi. mempunyai massa jenis konstan, maka turunan
substansial dari massa jenis akan sama dengan nol (Dr/dt = 0),
• Sehingga persamaan kekekalan massa akan menjadi persamaan kontinyuitas:
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ + =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
14
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
15
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
16
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
17
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
18
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
• Dengan melihat Gambar 5.5, hukum Newton ke-2 menyangkut gaya pada elemen fluida akan berlaku
dan dituliskan sebagai:
𝛿𝑭 = 𝛿𝑚 𝒂
• Di mana δF adalah resultan gaya yang bekerja pada elemen fluida, dengan massa δm, serta a
adalah percepatan elemen fluida yang mempunyai persamaan (lihat sub-bab 4.4):
𝐷𝑽 𝜕𝑽
𝒂= = + (𝑽 ∙ ∇)𝑽
𝐷𝑡 𝜕𝑡
Gambar 5.5. Hukum Newton ke-2 • yang dalam koordinat Cartesius ekspansi komponennya adalah:
pada elemen fluida
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝑎𝑥 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑤
𝑎𝑦 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝑎𝑧 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
19
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
• Di sini gaya yang bekerja pada elemen fluida akan terdiri dari dua jenis, yakni gaya benda (body force)
δFB dan gaya permukaan (surface force) δFS :
𝛿𝑭 = 𝛿𝑭𝐵 + 𝛿𝑭𝑆
• Gaya benda yang dipertimbangkan di sini adalah gaya berat elemen fluida, yaitu:
𝛿𝑭𝐵 = 𝛿𝑚 𝒈 = 𝛿𝑚 𝑔𝑥 𝒊 + 𝑔𝑦 𝒋 + 𝑔𝑧 𝒌
• Secara umum gravitasi hanya akan bekerja pada satu arah, namun karena sistem koordinat
adalah merupakan satu kesatuan maka ketiga komponen telah dimasukkan sebagai bentuk
umumnya.
• Gaya benda yang lain, seperti akibat medan magnet dan medan listrik dapat dimasukkan ke
dalam persamaan tersebut, namun untuk lingkup hidrodinamika dasar kedua hal tersebut tidak
akan dibahas.
• Gaya permukaan yang bekerja adalah berupa tegangan yang terjadi pada permukaan elemen
(lihat Gambar 5.6); yang terdiri dari tegangan normal (σij) dan tegangan geser (τij).
• Gaya normal bekerja tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan gaya geser bekerja pada
arah tangensial terhadap permukaan.
Gambar 5.6. Notasi tegangan
• Subskrip i menyatakan arah sumbu yang tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan j adalah
pada permukaan elemen fluida
menyatakan arah tegangan, seperti dalam Gambar 5.6.
20
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
21
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
• Massa elemen fluida dapat diekspresikan dalam bentuk volume serta densitasnya (δm = ρ δxδyδz),
sehingga persamaan momentum linier dalam koordinat Cartesius akan menyadi:
𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝜕𝜏𝑧𝑥 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝜌𝑔𝑥 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝜎𝑦𝑦 𝜕𝜏𝑥𝑦 𝜕𝜏𝑧𝑦 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
𝜌𝑔𝑦 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝜎𝑧𝑧 𝜕𝜏𝑥𝑧 𝜕𝜏𝑦𝑧 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝜌𝑔𝑧 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Untuk fluida Newtonian, seperti air, minyak dan udara, medan tegangan geser adalah simetris, dan ini akan
berkorelasi dengan rate regangan geser secara linier.
• Sehingga akan dapat dihasilkan:
25
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
𝑒𝜌 𝐴 𝑉 = 𝑄ሶ 𝐶𝑉 − 𝑊ሶ 𝐶𝑉
26
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.5.3 Panas:
• Perpindahan panas adalah perpindahan energi akibat perbedaan temperatur.
• Panas akan selalu dipindahkan dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur
rendah.
• Perpindahan panas dinyatakan positip jika ada panas yang ditambahkan ke volume kontrol, dan
sebaliknya negatip jika panas ke luar dari volume kontrol.
• Bila suatu volume kontrol dikatakan mengalami proses adiabatik, maka berarti perpindahan
panas tidaklah terjadi (yi. 𝑄ሶ 𝐶𝑉 =0) pada volume kontrol.
• Perpindahan panas dapat terjadi dengan tiga cara: konduksi, konveksi, dan radiasi
• Panas tidak secara langsung diterapkan dalam hidrodinamika dasar. Namun pada kasus fluida
tertentu akan diperhitungkan, mis efek viskositas dalam aliran juga akan menimbulkan panas.
28
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
𝑊ሶ 𝑓𝑙𝑜𝑤 = න 𝑝𝑽 ∙ 𝒏 𝑑𝐴
𝐶𝑆
• di mana p adalah tekanan, A adalah luas penampang, dan V adalah kecepatan fluida.
• Bila kecepatan adalah tegak lurus terhadap permukaan dA, dan A adalah konstan, maka persamaan di atas
akan mempunyai bentuk yang lebih sederhana:
𝑊ሶ 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 = 𝑝𝐴𝑉
• Kerja akibat dari tekanan bisa positip ataupun negatip, tergantung bagaimana aksi tekanan terhadap aliran,
yi. jika bersama (searah) dengan aliran maka didefinisikan sebagai negatip (n·V = -V) dan bila berlawanan
dengan aliran maka didefinisikan positip.
29
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
30
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
31
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.5 Persamaan Energi Tetap dengan Inlet dan Outlet ..... lanjut
• Subskrip ‘pump’ menyatakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem dan ‘turbine’
menyatakan energi yang dikeluarkan dari sistem (untuk melakukan kerja).
• Kedua besaran tersebut adalah merupakan energi absolut yang masuk atau keluar, dan
tidak mempertimbangkan efisiensi pompa ataupun turbin.
Gambar 5.10. Sistem energi tetap • Dalam aplikasi praktis, kehilangan energi internal dalam pompa ataupun turbin harus
dengan inlet dan outlet
diperhitungkan.
• Persamaan di atas mengasumsikan hanya ada satu inlet dan satu outlet untuk
sebuah volume kontrol, dan dalam keadaan tetap.
• Persamaan ini adalah sama dengan persamaan Bernoulli, hanya saja mengikutkan
juga faktor kerja dan efek viskositas.
32
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
• Dalam banyak kasus, head loss yang terjadi akibat efek viskositas dapat diabaikan.
• Selanjutnya, bila sistem tidak dilengkapi dengan pompa ataupun turbin, maka persamaan di atas akan menjadi:
2 2
𝑉𝑖𝑛 𝑝𝑖𝑛 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑜𝑢𝑡
+ 𝑧𝑖𝑛 + = + 𝑧𝑜𝑢𝑡 +
2𝑔 𝛾𝑖𝑛 2𝑔 𝛾𝑜𝑢𝑡
• Hubungan ini adalah merupakan bentuk dari persamaan Bernoulli.
• Hubungan yang sama, namun dengan bentuk yang sedikit berbeda, dapat diturunkan dengan mengaplikasikan
konservasi momentum pada suatu elemen fluida sepanjang suatu streamline aliran, dan memberikan:
33
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
𝛤 = ර 𝑽 ∙ 𝑑𝑺
𝐶
38
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
𝛤 = ර 𝑑𝜙 = 0
𝐶
• Namun jika kurva tertutup memuat titik singularitas, seperti halnya vortex, maka sirkulasi
menjadi tidak sama dengan nol, sebagai berikut:
2𝜋
𝐾
𝛤=න 𝑟 𝑑𝜙 = 2𝜋𝐾
0 𝑟
• Sebagai kesimpulannya, kekuatan vortex adalah sebanding dengan sirkulasinya.
Gambar 6.4. Aliran pusaran
(vortex)
39
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
• Aliran yang kompleks dapat disusun dengan melakukan superposisi atau kombinasi sejumlah aliran elementer.
• Superposisi ini secara konsepnya cukup sederhana, yakni dengan melakukan penjumlahan aljabar potensial
kecepatan dan/atau fungsi aliran dari semua komponen aliran yang membentuknya.
• Jadi suatu aliran yang kompleks, yang tersusun dari sejumlah n aliran elementer, akan mempunyai potensial
kecepatan dan fungsi aliran sebagai berikut:
𝜙 = 𝜙1 + 𝜙2 + 𝜙3 … … + 𝜙𝑛
𝜓 = 𝜓1 + 𝜓2 + 𝜓3 … … + 𝜓𝑛
40
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
41
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
𝜇 cos 𝜃
𝜙=
2𝜋 𝑟
• Dengan melakukan manipulasi matematis seperti halnya pada potensial kecepatan, maka persamaan fungsi aliran
untuk doublet akan diperoleh:
𝜇 sin 𝜃
𝜓=−
2𝜋 𝑟
42
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
43
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut
• Menarik untuk diketahui di sini, bahwa streamlines yang merupakan hasil dari superposisi
tersebut akan berbentuk kurva oval.
• Titik stagnasi yang terjadi akan dapat dipakai untuk mendefinisikan bentuk setengah benda.
• Lokasi dari titik stagnasi dapat ditentukan dengan menetapkan kecepatan radial dan
tangensialnya, vr dan vq , sama dengan nol, dan menghasilkan:
𝑄
𝜃𝑠𝑡𝑎𝑔 = 𝜋 𝑑𝑎𝑛 𝑟𝑠𝑡𝑎𝑔 = 𝑏 =
2𝜋𝑈
• Nilai dari streamline yang melewati titik stagnasi, yang selanjutnya akan mendefinisikan bentuk
Gambar 6.7. Aliran di sekitar setengah benda oval, adalah:
setengah benda 𝑄
𝜓𝑠𝑡𝑎𝑔 = = 𝜋𝑏𝑈
2
• Jika streamline tersebut digantikan dengan batas benda pejal, maka kita akan dapat melihat
dengan jelas aliran di sekitar bentuk setengah benda ini, yang merepresentasikan superposisi
aliran seragam dan source.
• Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik dalam medan aliran kemudian akan dapat
dihitung dengan:
2
𝑄𝑈 𝑄
𝑉 2 = 𝑣𝑟2 + 𝑣𝜃2 = 𝑈 2 + cos 𝜃 +
𝜋𝑟 2𝜋𝑟
44
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
45
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
𝜃2 𝜃 𝜃1
𝑧𝑜𝑢𝑡
x
Source 𝛿𝑎 ≈ 0 Sink
47