Anda di halaman 1dari 47

HIDRODINAMIKA

KULIAH – 1
HIDRODINAMIKA
HIDRODINAMIKA DASAR
DASAR
E Djatmiko- Wisnu W - Sujantoko
Departemen Teknik Kelautan - FTK
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya - 2022

1
1. PENDAHULUAN
• HIDRODINAMIKA secara keilmuan adalah merupakan cabang ilmu FISIKA yang dikonsentrasikan untuk
mempelajari dasar statika dan dinamika fluida, dalam disiplin ilmu MEKANIKA FLUIDA, dan selanjutnya
dikembangkan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai perilaku dinamis fluida air, khususnya air laut
yang terrefleksi dalam bentuk arus dan gelombang, serta pengaruhnya terhadap struktur laut, baik yang
dioperasikan dalam mode terpancang ataupun terapung.
• Catatan: Ilmu FISIKA yang telah dikonsentrasikan dalam MEKANIKA FLUIDA juga telah dikembangkan untuk disiplin ilmu
lain: DINAMIKA FLUIDA (T Mesin), HIDROLIKA (T Sipil), dan AERODINAMIKA (T Penerbangan)
• HIDRODINAMIKA di bidang teknologi kelautan dapat secara khusus dikelompokkan lagi menjadi: HIDRODINAMIKA KAPAL
(SHIP HYDRODYNAMICS), HIDRODINAMIKA LEPAS PANTAI (OFFSHORE HYDRODYNAMICS), dan HIDRODINAMIKA PANTAI
(COASTAL HYDRODYNAMICS)
FISIKA

MEKANIKA FLUIDA
Hidrodinamika Kapal
HIDRODINAMIKA (Tekn Kelautan) Hidrodinamika Lepas Pantai
DINAMIKA FLUIDA (T Mesin) Hidrodinamika Pantai
HIDROLIKA (T Sipil)
AERODINAMIKA (T Penerbangan)

Gambar 1.1. Rumpun keilmuan fluida 2


1. PENDAHULUAN ... lanjut
• PRINSIP HIDRODINAMIKA adalah menghitung besarnya beban fluida air laut akibat aksi dari arus
dan/atau gelombang yang bekerja pada struktur, yang diawali dengan pemodelan medan aliran di sekitar
struktur, dilanjutkan dengan perhitungan kecepatan aliran yang mengenai struktur serta tekanan yang
ditimbulkannya, dan akhirnya mengintegrasikannya dalam bentuk gaya dan momen aksi fluida.

TEORI PRINSIP HIDRODINAMIKA:


1. Sifat Fisik Fluida 1. Identifikasi bentuk/pola Aliran (di sekitar struktur)
2. Fluida Statis: 2. Komputasi Kecepatan Aliran
- Archimedes 3. Komputasi Tekanan → integralkan menjadi Gaya
3. Fluida Dinamis: dan/atau Momen (beban pada struktur)
- Bernoulli
- Euler
- Navier-Stokes

RESPONS/REAKSI STRUKTUR:
1. Mekanika Benda Padat (Solid Mechanics)
2. Hidro-elastisitas (Hydroelasticity)

Gambar 1.2. Skema prinsip hidrodinamika


3
2. PROPERTI FLUIDA
2.1 MASSA:
• Massa (m) dengan satuan ton
• Massa Jenis (r=m/V) dengan satuan ton/m3
• Berat Spesifik atau Kepadatan Massa (g=rg) dengan satuan kN
• Spesifik Gravitasi (SG=g /gair)
2.2 GAS IDEAL:
• Hukum Gas Ideal (pV=mRT)
• Faktor Kompressibilitas (z=pV/mRT)
2.3 VISKOSITAS:
• Hubungan antara tegangan geser dan rate perubahan regangan geser (t = m (dy/dt)), di mana m adalah besaran yang disebut sebagai
viskositas absolut, viskositas dinamis, atau singkatnya viskositas dengan satuan N-s/m2;
• Viskositas kinematis adalah perbandingan antara viskositas dinamis dengan massa jenis, n = m/r dengan satuan m2/s
2.4 TENSI PERMUKAAN (SURFACE TENSION):
• Gaya yang dikenakan pada permukaan fluida cair per satuan panjang disebut sebagai tensi permukaan, dengan notasi s dan satuan
N/m. Dengan kata lain tensi permukaan adalah gaya (per satuan panjang) yang dibutuhkan untuk merubah bentuk permukaan fluida
cair.
2.5 TEKANAN PENGUAPAN (VAPOR PRESSURE):
• Tekanan yang timbul pada proses perubahan dari fluida cair menjadi gas, pV dengan satuan kPa → mis. diperlukan dalam analisis
kavitasi propeller

4
3. STATIKA FLUIDA
3.1 VARIASI TEKANAN:
• Tekanan pada Sebuah Titik
• Medan Tekanan
• Variasi Tekanan dalam Fluida Statis
3.2 PENGUKURAN TEKANAN:
• Tekanan Absolut dan Tekanan Alat Ukur,
• Barometer,
• Manometer,
• Piezometer
3.3 GAYA HIDROSTATIS:
• Gaya Hidrostatis pada Bidang Datar,
• Prisma Tekanan,
• Gaya Hidrostatis pada Bidang Lengkung
3.4 GAYA APUNG:
• Gaya Apung dan Hukum Archimedes,
• Dasar Stabilitas Benda Apung
5
4. KINEMATIKA FLUIDA
4.1 DISKRIPSI ALIRAN:
• Metode Euler
• Metode Lagrange
4.2 ALIRAN STEADY DAN UNSTEADY:
• Aliran Steady → Property fluida independent terhadap waktu (kecepatan pada sembarang titik dalam medan aliran
tidak berubah terhadap waktu)
• Aliran Unsteady → Property fluida dependent terhadap waktu (mis. aliran turbulen)
4.3 STREAMLINE, STREAKLINE, DAN PATHLINE:
• Streamlines adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu pada sembarang titik
dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor kecepatan. Garis-garis atau kurva-kurva
tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen fluida akan bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu.
Streamline dapat dijelaskan juga sebagai garis atau kurva yang menghubungkan titik-titik dengan harga stream
function y yang sama.
• Streakline adalah garis atau kurva yang menghubungkan posisi partikel-partikel yang telah melewati suatu titik yang
sama
• Pathline adalah garis atau kurva yang merupakan lintasa yang dilewati oleh suatu partikel fluida yang
bergerak.(metode Lagrange)

6
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut

4.4 KECEPATAN DAN PERCEPATAN:


• Medan Kecepatan (Gambar 4.1 dan 4.2):
𝑽 = 𝑽 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡 𝒊 + 𝑣 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡 𝒋 + 𝑤 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡 𝒌
𝑑𝒓 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧 Gambar 4.1. Komponen kecepatan
𝑽= = 𝒊+ 𝒋+ 𝒌
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

• Medan Percepatan (Gambar 4.3): 𝜕𝑽 𝜕𝑽 𝜕𝑽 𝜕𝑽


𝒂= +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝑑𝑽 𝑡 + 𝛿 − 𝑑𝑽(𝑡) 𝛿𝑽 𝑑𝑽 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝒂= = = 𝒂 = 𝑎𝑥 𝒊 + 𝑎𝑦 𝒋 + 𝑎𝑧 𝒌
𝛿𝑡 𝛿𝑡 𝑑𝑡
𝜕𝑽 𝜕𝑽 𝜕𝑽 𝜕𝑽 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝑑𝑽 = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑦 + 𝑑𝑧 + 𝑑𝑡 𝑎𝑥 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 Gambar 4.2. Medan kecepatan
𝑑𝑽 𝜕𝑽 𝑑𝑥 𝜕𝑽 𝑑𝑦 𝜕𝑽 𝑑𝑧 𝜕𝑽 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑤
= + + + 𝑎𝑦 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡 𝜕𝑧 𝑑𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝑎𝑧 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
• Derivatif Material atau Substansial: 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝐷( ) 𝜕( ) 𝜕( ) 𝜕( ) 𝜕( )
= +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝐷𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝐷( ) 𝜕( ) 𝐷𝑽 𝜕𝑽 Gambar 4.3. Medan Percepatan
= + 𝑽 ∙ ∇( ) 𝒂= = + 𝑽 ∙ ∇𝑽
𝐷𝑡 𝜕𝑡 𝐷𝑡 𝜕𝑡
7
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut

4.5 ALIRAN IRROTASIONAL:


4.5.1 Vortisitas Elemen Fluida Berrotasi (lihat Gambar 4.4):
• Dalam interval waktu kecil Δt
• Titik B dan C bergerak tegak lurus dalam aliran linier pada arah x dan y
• Dalam waktu yang kecil Δt → B dan C bergerak menjadi B’ dan C’
• Kemudian garis AB (juga AC) akan berrotasi dengan sudut kecil Δa (juga Δb),
sehingga:

• Garis AB akan mempunyai kecepatan sudut → wAB= Δa / Δt , yang


selanjutnya memberikan:

• Demikian pula kecepatan sudut AC akan diperoleh sebagai:


(tanda negatif menunjukkan rotasi searah jarum jam)
• Kombinasi putaran AB dan AC adalah putaran dengan
sumbu z, yang dituliskan sebagai:

• Analogi, rotasi dengan sumbu x dan y adalah:


Gambar 4.4. Rotasi elemen fluida
(a) Pada waktu t ; (b) pada waktu (t + Δt)

8
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
4.5.1 Vortisitas ..... lanjut

• Vektor rotasi:
𝝎 = 𝜔𝑥 𝒊 + 𝜔𝑦 𝒋 + 𝜔𝑧 𝒌 = 12∇ × 𝑽 = 12(curl 𝑽)
𝒊 𝒋 𝒌
1 𝜕 𝜕 𝜕 1 𝜕𝑤 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕𝑤 𝜕𝑣 𝜕𝑢
= = − 𝒊+ − 𝒊+ − 𝒌
2 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 2 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑢 𝑣 𝑤
• Di mana operasi vektor (∇ × 𝑽) adalah disebut sebagai ‘CURL’ dari vektor kecepatan V.
• Kemudian vektor vortisitas z didefinisikan sebagai dua kali vektor rotasi, yi:
𝜻 = 2𝝎 = ∇ × 𝑽
• Bila vortisitas dituliskan dalam bentuk sumbu polar akan mempunyai bentuk:

1 𝜕𝑣𝑧 𝜕𝑣𝜃 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑣𝑧 1 𝜕𝑣𝜃 1 𝜕𝑣𝑟


𝜻= − 𝒆𝒓 + − 𝒆𝜽 + − 𝒆
𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝒛

• Aliran dikatakan irrotasional bila pada elemen fluida tidak terjadi rotasi → sehingga secara matematis aliran dikatakan
irrotasional bila vortisitas dari curl kecepatan adalah sama dengan nol, yaitu:
𝜻=∇×𝑽=0

9
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
4.5 ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.2 Potensial Kecepatan (Velocity Potential)
• Dari teori vektor kalkulus dapat diketahui bahwa ‘curl’ dari setiap ‘gradien’ akan sama
Bukti Potensial Kecepatan:
dengan nol, jadi:
∇ × ∇𝜙 = 0
• Persamaan tersebut di atas dapat diterapkan untuk aliran irrotasional jika memenuhi persyaratan:
𝑽 = ∇𝜙
• Parameter f disebut sebagai potensial kecepatan → bukan merupakan besaran fisik fluida, tetapi
merupakan identitas matematis (besaran skalar) yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
fluida (medan kecepatan) dan berkaitan erat dengan streamline aliran
• Potensial kecepatan adalah persamaan matematis, yang bila diturunkan terhadap suatu sumbu tertentu
akan menghasilkan persamaan kecepatan pada arah sumbu tersebut:
𝜕𝜙 𝜕𝜙 𝜕𝜙
𝑢= ; 𝑣= ; 𝑤=
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Dalam sumbu polar dituliskan sebagai:
𝜕𝜙 1 𝜕𝜙 𝜕𝜙
𝑣𝑟 = ; 𝑣𝜃 = ; 𝑣𝑧 =
𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧
Gambar 4.5. Equipotential lines • Kurva dalam medan aliran (lihat Gambar 4.5) yang menghubungkan titik-titik dengan harga f konstan
dan streamlines disebut sebagai equipotential lines, kurva-kurva tersebut akan selalu tegak lurus dengan streamlines,
yakni kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai harga stream function y konstan.: 10
4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut
• ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.3 Aliran Potensial
• Konsep potensial kecepatan secara khusus akan berguna bila dikombinasikan dengan kekekalan massa untuk fluida
incompressible.
• Di mana untuk aliran steady dan incompressible, kekekalan massa dalam bentuk vektor akan menjadi persamaan
kontinyuitas, berikut:
∇∙𝑽=0
• Bila aliran incompressible juga irrotasional, maka persamaan kontinyuitas dapat dituliskan:

∇ ∙ ∇𝜙 = 0 ∇2 𝜙 = 0
• Persamaan ini secara umum dikenal sebagai persamaan Laplace, dan persamaan yang memenuhi persamaan tersebut
diistilahkan sebagai aliran potensial.
• Dalam koordinat Cartesius, persamaan kontinyuitas dapat diekspresikan dalam bentuk potensial kecepatan sebagai
berikut:
𝜕2𝜙 𝜕2𝜙 𝜕2𝜙
+ + =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2

• Sejumlah aliran elementer yang diklasifikasikan sebagai aliran potensial (mis. aliran seragam, source, sink, vortex dan
doublet) akan dibahas kemudian.

11
5. HUKUM DASAR FLUIDA
5.1 KEKEKALAN MASSA:
5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS:

• Prinsip kekekalan massa menyatakan bahwa massa untuk suatu sistem akan tidak berubah (kekal)
• Pertimbangkan suatu elemen kecil seperti dalam Gambar 5.1; Bila ditetapkan densitas dan kecepatan-
kecepatan dalam arah x-, y- dan z- pada titik tengah elemen adalah r, u, v dan w.
• Jumlah massa fluida yang mengalir per satuan waktu (mass flow rate) pada setiap permukaan elemen
kemudian akan dapat diperoleh dengan menggunakan deret Taylor orde-1.
• Dengan mengabaikan besaran orde tinggi (pangkat 2 dst), maka rate aliran massa pada permukaan x-
dapat dihitung sebagai:
𝜕(𝜌𝑢) ∆𝑥 𝜕(𝜌𝑢) ∆𝑥
𝛿 𝑚ሶ 𝑥− = (𝜌𝑢)𝑥− 𝛿𝐴𝑥− = 𝜌𝑢 − 𝛿𝐴𝑥− = 𝜌𝑢 − ∆𝑦∆𝑧
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2

Gambar 5.1. Konservasi massa


• Secara analogi rate aliran massa pada kelima permukaan yang lain dapat dituliskan dalam bentuk
pada suatu elemen kecil dalam persamaan: 𝜕(𝜌𝑢) ∆𝑥 𝜕(𝜌𝑤) ∆𝑧
koordinat Cartesius 𝛿 𝑚ሶ 𝑥+ = 𝜌𝑢 + ∆𝑦∆𝑧 𝛿 𝑚ሶ 𝑧− = 𝜌𝑤 − ∆𝑥∆𝑦
𝜕𝑥 2 𝜕𝑧 2
𝜕(𝜌𝑣) ∆𝑦 𝜕(𝜌𝑤) ∆𝑧
𝛿 𝑚ሶ 𝑦− = 𝜌𝑣 − ∆𝑥∆𝑧 𝛿 𝑚ሶ 𝑧+ = 𝜌𝑤 + ∆𝑥∆𝑦
𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
𝜕(𝜌𝑣) ∆𝑦
𝛿 𝑚ሶ 𝑦+ = 𝜌𝑣 + ∆𝑥∆𝑧
𝜕𝑦 2
12
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS: ..... lanjut

• Rate aliran massa netto yang melewati permukaan kontrol dari elemen kecil kemudian akan
diberikan sebagai selisih antara dua permukaan yang paralel, atau
rate aliran massa netto
= 𝛿 𝑚ሶ 𝑥+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑥− + 𝛿 𝑚ሶ 𝑦+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑦− + 𝛿 𝑚ሶ 𝑧+ − 𝛿 𝑚ሶ 𝑧−
melewati permukaan kontrol
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
= + + ∆𝑥∆𝑦∆𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Persamaan kekekalan massa untuk elemen kecil (untuk aliran unsteady dan compressible) kemudian dapat dituliskan :
𝜕𝜌 𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
+ + + =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

• Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam beberapa bentuk:


𝜕𝜌 𝜕𝜌 𝜕𝜌 𝜕𝜌 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+𝑢 +𝑣 +𝑤 +𝜌 +𝜌 +𝜌 =0
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
D𝜌 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤 D𝜌
+𝜌 +𝜌 +𝜌 =0 + 𝜌∇ ∙ 𝑽 = 0
D𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 D𝑡
• Suku ∇ ∙ 𝑽 disebut sebagai divergensi vektor kecepatan.
13
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS: ..... lanjut

• Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka persamaan menjadi
lebih sederhana:
𝜕(𝜌𝑢) 𝜕(𝜌𝑣) 𝜕(𝜌𝑤)
+ + =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Bila aliran bersifat incompressible (yi. mempunyai massa jenis konstan, maka turunan
substansial dari massa jenis akan sama dengan nol (Dr/dt = 0),
• Sehingga persamaan kekekalan massa akan menjadi persamaan kontinyuitas:
𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
+ + =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

14
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.1 KEKEKALAN MASSA:


5.1.2 DALAM KOORDINAT POLAR:
• Memperhatikan elemen dalam koordinat polar seperti dalam Gambar 5.2, pendekatan yang sama
dapat digunakan untuk menurunkan persamaan konservasi massa seperti dalam koordinat Cartesius.
• Untuk ringkasnya prosedur penurunan tidak akan dijelaskan secara rinci.
• Secara langsung persamaan konservasi massa (aliran unsteady dan compressible) dalam koordinat
polar dituliskan sebagai:
𝜕𝜌 1 𝜕(𝑟𝜌𝑣𝑟 ) 1 𝜕(𝜌𝑣𝜃 ) 𝜕(𝜌𝑣𝑧 )
+ + + =0
𝜕𝑡 𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧
• Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka persamaan menjadi lebih
sederhana:
Gambar 5.2. Konservasi massa 1 𝜕(𝑟𝜌𝑣𝑟 ) 1 𝜕(𝜌𝑣𝜃 ) 𝜕(𝜌𝑣𝑧 )
pada suatu elemen kecil dalam
+ + =0
𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧
koordinat polar
• Untuk aliran incompressible maka persamaan kekekalan massa akan menjadi persamaan
kontinyuitas:
1 𝜕(𝑟𝑣𝑟 ) 1 𝜕𝑣𝜃 𝜕𝜌𝑣𝑧
+ + =0
𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑧

15
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION):


• Untuk aliran steady dan incompressible dua dimensi, persamaan kontinyuitas dalam koordinat
Cartesius adalah:
𝜕𝑢 𝜕𝑣
+ =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦
• Persamaan diferensial di atas mempunyai dua besaran yang belum diketahui, yaitu u dan v.
• Seperti halnya korelasinya dengan potensial kecepatan f, kemudian kedua besaran kecepatan
tersebut didefinisikan sebagai turunan dari fungsi matematis tertentu, yang disebut sebagai
fungsi aliran atau stream function, dengan notasi y, sebagai berikut:
𝜕𝜓 𝜕𝜓
𝑢= ; 𝑣=−
𝜕𝑦 𝜕𝑥
• Hubungan kecepatan dengan fungsi aliran tersusun khas seperti di atas, sehingga nantinya
streamlines akan selalu tegak lurus dengan equipotential lines
• Sehingga persamaan kontinyuitas kemudian menjadi:
𝜕 𝜕𝜓 𝜕 𝜕𝜓 𝜕2𝜓 𝜕2𝜓
+ − = − =0
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑥𝜕𝑦 𝜕𝑦𝜕𝑥

16
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION): ..... lanjut


• Selanjutnya perhatikan Gambar 5.3, di mana telah diketahui bahwa streamlines adalah kurva
yang menghubungkan titik-titik dengan posisi tangensial dalam medan kecepatan, yan g
dituliskan:
𝑑𝑦 𝑣
=
𝑑𝑥 𝑢
• Kemudian seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.4, harga fungsi yang berhubungan dengan
Gambar 5.3. Streamline streamline tertentu, yaitu y 1 dan y 2, sebenarnya belum dapat memberikan informasi yang
berarti.
• Namun perbedaan antara harga kedua fungsi aliran tersebut akan menunjukkan nilai rate
volumetrik aliran, dan juga arah alirannya; yang disebut sebagai tabung aliran atau stream
tube, yakni:
𝑞 = 𝜓1 − 𝜓2
• Di mana q adalah rate volume aliran per satuan lebar (arah sumbu z) yang terjadi di antara
streamlines y 1 dan y 2.
Gambar 5.4. Rate vlume aliran • Perlu dicatat bahwa bila nilai (y 1 – y 2) adalah positip maka aliran bergerak dari kiri ke kanan,
di antara dua streamline yang sedangkan bila (y 1 – y 2) adalah negatip maka aliran bergerak sebaliknya, dari kanan ke kiri.
bersebelahan

17
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION): ..... lanjut


• Untuk aliran steady dan incompressible dua dimensi, persamaan kontinyuitas dalam koordinat
polar adalah:
𝜕(𝑟𝑣𝑟 ) 𝜕𝑣𝜃
+ =0
𝜕𝑟 𝜕𝜃
• Oleh karena itu hubungan antara kecepatan dan fungsi aliran dalam koordinat polar, yang
memenuhi persamaan kontinyuitas, akan berbentuk:
1 𝜕𝜓 𝜕𝜓
𝑣𝑟 = ; 𝑣𝜃 = −
𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑟

18
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES:

• Dengan melihat Gambar 5.5, hukum Newton ke-2 menyangkut gaya pada elemen fluida akan berlaku
dan dituliskan sebagai:
𝛿𝑭 = 𝛿𝑚 𝒂
• Di mana δF adalah resultan gaya yang bekerja pada elemen fluida, dengan massa δm, serta a
adalah percepatan elemen fluida yang mempunyai persamaan (lihat sub-bab 4.4):
𝐷𝑽 𝜕𝑽
𝒂= = + (𝑽 ∙ ∇)𝑽
𝐷𝑡 𝜕𝑡
Gambar 5.5. Hukum Newton ke-2 • yang dalam koordinat Cartesius ekspansi komponennya adalah:
pada elemen fluida
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝑎𝑥 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑤
𝑎𝑦 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝑎𝑧 = +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧

19
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut

• Di sini gaya yang bekerja pada elemen fluida akan terdiri dari dua jenis, yakni gaya benda (body force)
δFB dan gaya permukaan (surface force) δFS :
𝛿𝑭 = 𝛿𝑭𝐵 + 𝛿𝑭𝑆
• Gaya benda yang dipertimbangkan di sini adalah gaya berat elemen fluida, yaitu:
𝛿𝑭𝐵 = 𝛿𝑚 𝒈 = 𝛿𝑚 𝑔𝑥 𝒊 + 𝑔𝑦 𝒋 + 𝑔𝑧 𝒌

• Secara umum gravitasi hanya akan bekerja pada satu arah, namun karena sistem koordinat
adalah merupakan satu kesatuan maka ketiga komponen telah dimasukkan sebagai bentuk
umumnya.
• Gaya benda yang lain, seperti akibat medan magnet dan medan listrik dapat dimasukkan ke
dalam persamaan tersebut, namun untuk lingkup hidrodinamika dasar kedua hal tersebut tidak
akan dibahas.
• Gaya permukaan yang bekerja adalah berupa tegangan yang terjadi pada permukaan elemen
(lihat Gambar 5.6); yang terdiri dari tegangan normal (σij) dan tegangan geser (τij).
• Gaya normal bekerja tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan gaya geser bekerja pada
arah tangensial terhadap permukaan.
Gambar 5.6. Notasi tegangan
• Subskrip i menyatakan arah sumbu yang tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan j adalah
pada permukaan elemen fluida
menyatakan arah tegangan, seperti dalam Gambar 5.6.
20
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut


• Semua gaya permukaan yang bekerja dalam arah x pada elemen fluida adalah seperti
ditunjukkan dalam Gambar 5.7.
• Penjumlahan semua gaya permukaan pada arah x akan menghasilkan:
𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝜕𝜏𝑧𝑥
𝛿𝑭𝑆𝑥 = + + 𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Secara analogi, gaya permukaan pada arah y dan z akan dapat dituliskan sebagai:
𝜕𝜎𝑦𝑦 𝜕𝜏𝑥𝑦 𝜕𝜏𝑧𝑦
𝛿𝑭𝑆𝑦 = + + 𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧
𝜕𝜎𝑧𝑧 𝜕𝜏𝑥𝑧 𝜕𝜏𝑦𝑧
𝛿𝑭𝑆𝑧 = + + 𝛿𝑥𝛿𝑦𝛿𝑧
𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦
• Sehingga resultan gaya permukaan adalah:
Gambar 5.7. Gaya permukaan
pada arah x 𝛿𝑭𝑆 = 𝛿𝑭𝑆𝑥 𝒊 + 𝛿𝑭𝑆𝑦 𝒋 + 𝛿𝑭𝑆𝑧 𝒌
• Perhatikan bahwa untuk mendapatkan gaya permukaan adalah tegangan dikalilakn dengan
luas permukaan.

21
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
• Massa elemen fluida dapat diekspresikan dalam bentuk volume serta densitasnya (δm = ρ δxδyδz),
sehingga persamaan momentum linier dalam koordinat Cartesius akan menyadi:
𝜕𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜏𝑦𝑥 𝜕𝜏𝑧𝑥 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢
𝜌𝑔𝑥 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝜎𝑦𝑦 𝜕𝜏𝑥𝑦 𝜕𝜏𝑧𝑦 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
𝜌𝑔𝑦 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕𝜎𝑧𝑧 𝜕𝜏𝑥𝑧 𝜕𝜏𝑦𝑧 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝜌𝑔𝑧 + + + =𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤
𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
• Untuk fluida Newtonian, seperti air, minyak dan udara, medan tegangan geser adalah simetris, dan ini akan
berkorelasi dengan rate regangan geser secara linier.
• Sehingga akan dapat dihasilkan:

• di mana μ adalah viskositas dari fluida.


• Perhatikan bahwa besaran tekanana p hanya bekerja tegak lurus ke setiap permukaan elemen fluida, dan diasumsikan
22
sama pada ketiga bidang, yakni tekanan hidrostatik.
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
• Untuk aliran incompressible, berdasar persamaan kontinyuitas maka 𝛻∙V akan sama dengan nol.
• Jadi persamaan momentum linier akan menjadi:
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑝 𝜕2𝑢 𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑥 − +𝜇 + +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝜕2𝑣 𝜕2𝑣 𝜕2𝑣
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑦 − +𝜇 + +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑝 𝜕2𝑤 𝜕2𝑤 𝜕2𝑤
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑧 − +𝜇 + +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2
• Persamaan di atas secara umum dikenal sebagai persamaan Navier-Stokes, yang biasanya dituliskan dalam
bentuk persamaan vektor tunggal berikut:
𝐷𝑽
𝜌 = 𝜌𝒈 − ∇𝑝 + 𝜇∇2 𝑽
𝐷𝑡
• Meskipun persamaan vektor di atas terlihat sederhana, namun persamaan ini adalah merupakan inti dari mekanika
fluida yang dapat memecahkan permasalahan aliran unsteady, non-linier, order-2, dengan persamaan diferensial
parsial.
• Persamaan tersebut sulit untuk diselesaikan, hanya permasalahan 2-dimensi sederhana yang dapat dipecahkan.
• Penyelesaian persamaan Navier-Stokes biasanya diselesaikan dengan menerapkan Computational Fluid Dynamics
(CFD). 23
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.4 PERSAMAAN EULER:
• Dalam permasalahan aliran inviscid, di mana m = 0, maka bentuk persamaan Navier-Stokes akan menjadi
lebih sederhana seperti di bawah ini:
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑝
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑥 −
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑝
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑦 −
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑝
𝜌 +𝑢 +𝑣 +𝑤 = 𝜌𝑔𝑧 −
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧
• Persamaan di atas secara umum dikenal sebagai persamaan Euler.
• Dengan hilangnya komponen viskositas, persamaan ini sudah sangat jauh lebih sederhana dibanding dengan
persamaan Navier-Stokes.
• Namun demikian tetap juga belum dapat diselesaikan secara analitik karena kompleksitas faktor-faktor non-
liniernya (yi, u ∂u/∂x, v ∂u/∂y, w ∂u/∂z, dll.); jadi harus diterapkan metode numerik untuk pemecahannya: finite
elemen, finite difference, dll.
• Persamaan Euler dapat dituliskan dalam bentuk vektor berikut:
𝐷𝑽
𝜌 = 𝜌𝒈 − ∇𝑝
𝐷𝑡
• Persamaan Euler akan dapat disederhanakan lagi menjadi persamaan Bernoulli, yang akan sesuai diterapkan dalam
permasalahan aliran steady dan incompressible sepanjang streamline, seperti akan dijelaskan kemudian. 24
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.1 Hukum Termodinamika I
• Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak akan dapat diciptakan ataupun
dihilangkan; namun energi dapat berubah bentuk.
• Konsep ini akan dapat dimodelkan dengan satu set persamaan integral, satu volume
kontrol, dan satu permukaan kontrol.
• Bentuk energi baru dapat ditambahkan atau dikurangkan dari sistem, yang ditinjau melalui
panas ataupun kerja.
• Bentuk akhir dari integral persamaan energi untuk suatu volume kontrol, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 5.8, dapat diberikan sebagai:
Gambar 5.8. Unit vektor normal 𝜕
pada permukaan volume kontrol න 𝑒𝜌 𝑑𝑉 + න 𝑒𝜌𝑽 ∙ 𝒏 𝑑𝐴 = 𝑄ሶ 𝐶𝑉 − 𝑊ሶ 𝐶𝑉
𝜕𝑡 𝐶𝑉 𝐶𝑆
• di mana
• e adalah energi total spesifik (energi per satuan massa),
• V adalah kecepatan fluida,
• 𝑄ሶ 𝐶𝑉 adalah rate perpindahan panas yang ditambahkan ke volume kontrol,
• 𝑊ሶ 𝐶𝑉 adalah rate perpindahan kerja (disebut juga sebagai daya) yang ditimbulkan oleh
volume kontrol,
• n adalah unit vektor normal terhadap permukaan volume kontrol.

25
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.1 Hukum Termodinamika I ..... lanjut
• Pada dasarnya persamaan energi menyatakan bahwa:
rate waktu perubahan rate netto energi total rate netto transfer panas rate netto kerja yang
energi total dalam + yang melewati = yang ditambahkan ke dalam − ditimbulkan oleh
volume kontrol permukaan kontrol volume kontrol volume kontrol
• Pernyataan di atas mempunyai arti yang sama dengan Hukum Termodinamika I.
• Untuk aliran steady, suku pertama di sebelah kiri persamaan energi akan hilang.
• Tanda dalam besaran V·n akan tergantung pada kecepatan dan juga orientasi dari permukaan kontrol.
• Unit vektor normal didefinisikan mempunyai harga positip jika mengarah ke luar dari permukaan kontrol.
• Dengan demikian V·n akan positip jika aliran mengalir ke luar volume kontrol.
• Hal ini adalah sama dengan persamaan integral momentum.
• Untuk aliran steady dan luasan yang konstan (dengan mengasumsikan bahwa V dan n adalah saling tegak lurus,
seperti halnya dengan pipa inlet dan outlet), maka persamaan energi akan menjadi:

෍ 𝑒𝜌 𝐴 𝑉 = 𝑄ሶ 𝐶𝑉 − 𝑊ሶ 𝐶𝑉

26
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.2 Energi Total:
• Variabel energi total per satuan massa, e, perlu dijelaskan secara khusus.
• Energi total (E) yang tersimpan pada suatu sistem terbentuk dari tiga komponen dasar, yi.
෩ sehingga dapat
Energi kinetik (KE), energi potensial (PE), dan energi internal (𝑈),
diekspresikan sebagai:

E=KE+PE+U
• Persamaan di atas dapat juga diekspresikan dalam bentuk per satuan massa melalui
pembangian langsung dengan massanya:
e=ke+pe+෤u
• Energi kinetik spesifik adalah energi yang dikaitkan dengan gerakan sistem, dan adalah
Gambar 5.9. Energi kinetik dan
energi potensial sama dengan energi partikel yang dihasilkan dalam dinamika. Energi tersebut dituliskan:
ke=𝑉 2 /2
• di mana V adalah kecepatan dari sistem; dalam hal ini massa tidak disertakan, karena
persamaan tersebut adalah untuk kuantitas per satuan massa.
• Energi potensial spesifik adalah energi yang timbul sehubungan dengan elevasi atau ketinggian
sistem diukur dari sembarang bidang referensi. Sehingga mempunyai persamaan:
pe=𝑔𝑧
• di mana g adalah percepatan gravitasi, dan z adalah elevasi sistem 27
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.2 Energi Total: ..... lanjut
• Energi internal spesifik adalah merupakan penjumlahan dari bentuk-bentuk energi mikroskopis (yi. energi
molekuler atau atom) yang dimiliki oleh sistem.
• Sehingga persamaan energi akan menjadi (ingat bahwa: dm/dt = ρVA):
𝑉2
෍ + 𝑔𝑧 + 𝑢෤ 𝑚ሶ = 𝑄ሶ 𝐶𝑉 − 𝑊ሶ 𝐶𝑉
2

5.5.3 Panas:
• Perpindahan panas adalah perpindahan energi akibat perbedaan temperatur.
• Panas akan selalu dipindahkan dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur
rendah.
• Perpindahan panas dinyatakan positip jika ada panas yang ditambahkan ke volume kontrol, dan
sebaliknya negatip jika panas ke luar dari volume kontrol.
• Bila suatu volume kontrol dikatakan mengalami proses adiabatik, maka berarti perpindahan
panas tidaklah terjadi (yi. 𝑄ሶ 𝐶𝑉 =0) pada volume kontrol.
• Perpindahan panas dapat terjadi dengan tiga cara: konduksi, konveksi, dan radiasi
• Panas tidak secara langsung diterapkan dalam hidrodinamika dasar. Namun pada kasus fluida
tertentu akan diperhitungkan, mis efek viskositas dalam aliran juga akan menimbulkan panas.
28
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.4 Kerja
• Kerja adalah perpindahan energi yang terjadi sehubungan dengan gaya yang bekerja melampaui suatu jarak.
• Kerja yang dilakukan oleh suatu volume kontrol ditetapkan sebagai bernilai positip.
• Contoh kerja antara lain adalah yang ditimbulkan oleh aliran dan poros (propeller).
• Bila aliran fluida melewati suatu volume kontrol, kerja dari aliran akan timbul karena gaya-gaya
tekanan yang dikenakan pada inlet dan outlet.
• Kerja dari aliran dapat dituliskan dalam persamaan:

𝑊ሶ 𝑓𝑙𝑜𝑤 = න 𝑝𝑽 ∙ 𝒏 𝑑𝐴
𝐶𝑆
• di mana p adalah tekanan, A adalah luas penampang, dan V adalah kecepatan fluida.
• Bila kecepatan adalah tegak lurus terhadap permukaan dA, dan A adalah konstan, maka persamaan di atas
akan mempunyai bentuk yang lebih sederhana:

𝑊ሶ 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 = ෍ 𝑝𝐴𝑉

• Kerja akibat dari tekanan bisa positip ataupun negatip, tergantung bagaimana aksi tekanan terhadap aliran,
yi. jika bersama (searah) dengan aliran maka didefinisikan sebagai negatip (n·V = -V) dan bila berlawanan
dengan aliran maka didefinisikan positip.

29
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.4 Kerja ..... lanjut
• Kerja poros seringkali dijumpai dalam sistem rekayasa, mis untuk transmisi daya pada turbin, transmisi daya pada
poros propeller, dll, yang dapat dituliskan sebagai:
𝑊ሶ 𝑆 = 𝑇𝜔
• di mana T adalah torsi dari poros, dan w kecepatan sudut dari poros.
• Sebagai contoh, kerja poros yang dihasilkan dari turbin akan diubah menjadi listrik melalui generator pada
instalasi pembangkit.
• Daya yang keluar dari turbin mempunyai notasi positip.
• Dengan mengombinasikan faktor panas dan kerja, maka keadaan tetap atau steady state dari persamaan
energi menjadi:
𝑉2
෍ + 𝑔𝑧 + 𝑢෤ 𝑚ሶ = 𝑄ሶ 𝐶𝑉 − 𝑊ሶ 𝑆 − ෍ 𝑝𝐴𝑉
2

30
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:


5.5.5 Persamaan Energi Tetap dengan Inlet dan Outlet
• Aplikasi umum dari persamaan energi keadaan adalah untuk kasus volume kontrol dengan
inlet dan outlet, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.10.
• Dengan memakai subskrip ‘in’ dan ‘out’ untuk menjelaskan aliran pada sistem, dan
membaginya dengan g(dm/dt) maka akan didapat:
2
𝑉𝑜𝑢𝑡 2
𝑉𝑖𝑛 𝑢෤ 𝑜𝑢𝑡 𝑢෤ 𝑖𝑛 𝑄ሶ 𝐶𝑉 𝑊ሶ 𝑆 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛
− + 𝑧𝑜𝑢𝑡 − 𝑧𝑖𝑛 + − = − − −
2𝑔 2𝑔 𝑔 𝑔 𝑚𝑔ሶ 𝑚𝑔
ሶ 𝛾𝑜𝑢𝑡 𝛾𝑖𝑛
• Variabel u dan Q lazimnya dikelompokkan menjadi satu, dan diistilahkan sebagai ‘head
Gambar 5.10. Sistem energi tetap loss’, hL
dengan inlet dan outlet
𝑢෤ 𝑜𝑢𝑡 𝑢෤ 𝑖𝑛 𝑄ሶ 𝐶𝑉
ℎ𝐿 = − −
𝑔 𝑔 𝑚𝑔ሶ
• Persamaan di atas memperhitungkan semua efek viskositas, seperti halnya dengan aliran
dalam pipa; termasuk juga memperhitungkan kehilangan energi pada ujung-ujung inlet dan
outlet akibat viskositas.
• Kerja yang dihasilkan oleh pompa (energi masuk) dan turbin (energi keluar) dipisahkan.

31
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut
5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.5 Persamaan Energi Tetap dengan Inlet dan Outlet ..... lanjut

• Sehingga bentuk akhir persamaan adalah:


2
𝑉𝑖𝑛 𝑝𝑖𝑛 𝑊ሶ 𝑝𝑢𝑚𝑝 2
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑊ሶ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
+ 𝑧𝑖𝑛 + + = + 𝑧𝑜𝑢𝑡 + + + ℎ𝐿
2𝑔 𝛾𝑖𝑛 𝑚𝑔ሶ 2𝑔 𝛾𝑜𝑢𝑡 𝑚𝑔

• Subskrip ‘pump’ menyatakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem dan ‘turbine’
menyatakan energi yang dikeluarkan dari sistem (untuk melakukan kerja).
• Kedua besaran tersebut adalah merupakan energi absolut yang masuk atau keluar, dan
tidak mempertimbangkan efisiensi pompa ataupun turbin.
Gambar 5.10. Sistem energi tetap • Dalam aplikasi praktis, kehilangan energi internal dalam pompa ataupun turbin harus
dengan inlet dan outlet
diperhitungkan.

• Persamaan di atas mengasumsikan hanya ada satu inlet dan satu outlet untuk
sebuah volume kontrol, dan dalam keadaan tetap.
• Persamaan ini adalah sama dengan persamaan Bernoulli, hanya saja mengikutkan
juga faktor kerja dan efek viskositas.

32
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 PERSAMAAN BERNOULLI:


• Pada pembahasan tentang konservasi energi telah ditunjukkan bahwa untuk suatu volume kontrol persamaan
energi dapat disimplifikasi menjadi:
2
𝑉𝑖𝑛 𝑝𝑖𝑛 𝑊ሶ 𝑝𝑢𝑚𝑝 2
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑊ሶ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
+ 𝑧𝑖𝑛 + + = + 𝑧𝑜𝑢𝑡 + + + ℎ𝐿
2𝑔 𝛾𝑖𝑛 𝑚𝑔ሶ 2𝑔 𝛾𝑜𝑢𝑡 𝑚𝑔

• Dalam banyak kasus, head loss yang terjadi akibat efek viskositas dapat diabaikan.
• Selanjutnya, bila sistem tidak dilengkapi dengan pompa ataupun turbin, maka persamaan di atas akan menjadi:
2 2
𝑉𝑖𝑛 𝑝𝑖𝑛 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑜𝑢𝑡
+ 𝑧𝑖𝑛 + = + 𝑧𝑜𝑢𝑡 +
2𝑔 𝛾𝑖𝑛 2𝑔 𝛾𝑜𝑢𝑡
• Hubungan ini adalah merupakan bentuk dari persamaan Bernoulli.
• Hubungan yang sama, namun dengan bentuk yang sedikit berbeda, dapat diturunkan dengan mengaplikasikan
konservasi momentum pada suatu elemen fluida sepanjang suatu streamline aliran, dan memberikan:

𝑝 + 12𝜌𝑉 2 + 𝜌𝑔𝑧 = konstan sepanjang streamline


• di mana p adalah tekanan statis, ρV2/2 adalah tekanan dinamis, dan ρgz adalah tekanan hidrostatik.

33
5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut

5.5 PERSAMAAN BERNOULLI: ..... lanjut


• Persamaan Bernoulli memberikan hubungan antara tekanan, kecepatan dan elevasi
sepanjang streamline.
• Persamaan ini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan sederhana (lihat
Gambar 5.11), seperti aliran dalam tanki (free jets), aliran pada pintu air (sluice gate), dan
aliran melewati nozzle.
• Dengan mengaplikasikan persamaan Bernoulli antara titik 1 dan 2 akan dihasilkan:
a) Aliran dari tanki
1 1
𝑝1 + 𝜌𝑉12 + 𝜌𝑔𝑧1 = 𝑝2 + 𝜌𝑉22 + 𝜌𝑔𝑧2
2 2
• Penting untuk dicatat di sini bahwa persamaan Bernoulli mempunyai sejumlah
keterbatasan, dan hanya dapat diterapkan pada situasi tertentu saja.
b) Aliran lewat pintu air • Persamaan Bernoulli juga diturunkan dengan mengambil sejumlah asumsi, berikut:
(1) Steady flow
(2) Incompressible flow
(3) Inviscid flow (zero viscosity)
(4) Flow along a streamline
c) Aliran lewat nozzle
Gambar 5.11. Contoh persoalan
aliran sederhana untuk diselesaikan
dengan persamaan Bernoulli
34
6. ALIRAN ELEMENTER
• Dalam mempelajari aliran elementer (2-dimensi) harap mengingat beberapa hal berikut.
• Aliran 2-dimensi yang incompressible, inviscid, and irrotational dapat dijelaskan dengan memakai
potensial kecepatan f dan fungsi aliran y, yang memenuhi persamaan Laplace:
𝜕2𝜙 𝜕2𝜙 𝜕2𝜓 𝜕2𝜓
+ = 0 dan + =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
• Komponen kecepatan dalam koordinat Cartesius:
𝜕𝜙 𝜕𝜓 𝜕𝜙 𝜕𝜓
𝑢= = dan 𝑣 = =−
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥
• Komponen kecepatan dalam koordinat Polar:
𝜕𝜙 1 𝜕𝜓 1 𝜕𝜙 𝜕𝜓
𝑣𝑟 = = dan 𝑣𝜃 = =−
𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃 𝑟 𝜕𝜃 𝜕𝑟
• Streamlines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan aliran yang mempunyai harga
y konstan
• Streamlines: adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu pada sembarang titik
dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor kecepatan. Garis-garis atau kurva-kurva
tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen fluida akan bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu.
• Equipotential lines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan aliran yang mempunyai
harga f konstan.
• Streamlines dan Equipotential lines dalam medan aliran akan selalu saling tegak lurus.
35
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.1 ALIRAN SERAGAM (UNIFORM FLOW):


• Aliran seragam adalah bentuk aliran potensial paling sederhana, bergerak dengan arah lurus,
bisa paralel ataupun membentuk sudut dengan garis sumbu.
• Persamaan umum potensial kecepatan untuk aliran seragam, dalam koordinat Cartesius, yang
membentuk sudut a terhadap sumbu-x (lihat Gambar 6.1) adalah:
𝜙 = 𝑈 𝑥 cos 𝛼 + 𝑦 sin 𝛼
• Sedangkan persamaan fungsi alirannya , dalam koordinat Cartesius, adalah:
𝜓 = 𝑈 𝑦 cos 𝛼 − 𝑥 sin 𝛼
• di mana U adalah resultan kecepatan awal aliran
Gambar 6. 1. Aliran seragam dengan • Selanjutnya, telah diketahui bahwa dalam koordinat polar:
arah a terhadap sumbu-x dan
Mempunyai kecepatan awal U 𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃
• Maka potensial kecepatan dan fungsi aliran dalam koordinat polar adalah:
𝜙 = 𝑈 𝑟 cos 𝜃 cos 𝛼 + 𝑟 sin 𝜃 sin 𝛼 = 𝑈𝑟 cos(𝜃 − 𝛼)
𝜓 = 𝑈 𝑟 sin 𝜃 cos 𝛼 − 𝑟 cos 𝜃 sin 𝛼 = 𝑈𝑟 sin(𝜃 − 𝛼)
• Komponen kecepatan dalam koordinat Cartesius: • Komponen kecepatan dalam koordinat polar:
𝜕𝜙 𝜕𝜙 𝜕𝜙 1 𝜕𝜙
𝑢= = 𝑈 cos 𝛼 dan 𝑣 = = 𝑈 sin 𝛼 𝑣𝑟 = = 𝑈 cos(𝜃 − 𝛼) dan 𝑣𝜃 = = −𝑈 sin(𝜃 − 𝛼)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑟 𝑟 𝜕𝜃
36
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.2 ALIRAN SUMBER DAN SUMUR (SOURCE AND SINK):


• Aliran sumber: adalah aliran fluida yang mengalir secara radial dari suatu titik (sumber), seperti
ditunjukkan dalam Gambar 6.2.
• Sehingga streamlinesnya adalah merupakan garis-garis radial, dan equipotential linesnya
merupakan lingkaran-lingkaran dengan satu titik pusat.
• Komponen kecepatan dalam koordinat polar dapat dituliskan sebagai:
𝑄
𝑣𝑟 = dan 𝑣𝜃 = 0
2𝜋𝑟
• di mana Q adalah kekuatan source (m2/sec), atau rate volume aliran per satuan panjang, atau
Gambar 6.2. Aliran sumber disebut juga sebagai discharge (debit per satuan panjang).
(source)
• Perhatikan dalam persamaan di atas, jika jari-jari r mendekati nol maka nilai kecepatan radial vr
akan menjadi tidak berhingga → jadi titik pusatnya diistilahkan sebagai singularitas.
• Potensial kecepatan dan fungsi alirannya dalam koordinat polar adalah:
𝑄 𝑄
𝜙= ln 𝑟 dan 𝜓 = 𝜃
2𝜋 2𝜋
• Jika Q mempunyai harga negatip, maka ini mengindikasikan bahwa aliran mengalir secara radial
menuju ke satu titik → disebut sebagai aliran sumur atau sink, seperti diperlihatkan dalam
Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Aliran sumur
(sink)
37
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.3 ALIRAN PUSARAN (VORTEX):


• Aliran pusaran: adalah aliran fluida yang mengalir berpusar dalam bentuk lingkaran, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 6.4.
• Sehingga streamlinesnya adalah merupakan lingkaran-lingkaran dengan satu titik pusat, dan
equipotential linesnya merupakan garis-garis radial.
• Dengan demikian bentuk persamaan komponen kecepatan dari vortex, dalam koordinat polar,
akan merupakan kebalikan dari bentuk persamaan source, yakni:
𝐾
𝑣𝑟 = 0 dan 𝑣𝜃 =
2𝜋𝑟
• di mana K adalah suatu konstanta yang menyatakan kekuatan vortex.
Gambar 6.4. Aliran pusaran • Potensial kecepatan dan fungsi alirannya dalam koordinat polar adalah:
(vortex) 𝐾 𝐾
𝜙= 𝜃 dan 𝜓 = ln 𝑟
2𝜋 2𝜋
• Kekuatan vortex dapat dijelaskan dengan mengacu pada konsep sirkulasi (G ), yang
didefinisikan sebagai integral garis vektor kecepatan di sekitar kurva tertutup dalam fluida:

𝛤 = ර 𝑽 ∙ 𝑑𝑺
𝐶

38
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.3 ALIRAN PUSARAN (VORTEX): ..... lanjut


• Untuk aliran irrotasional, di mana 𝑽 = 𝛻𝜙 maka persamaan sirkulasi menjadi:

𝛤 = ර 𝑑𝜙 = 0
𝐶
• Namun jika kurva tertutup memuat titik singularitas, seperti halnya vortex, maka sirkulasi
menjadi tidak sama dengan nol, sebagai berikut:
2𝜋
𝐾
𝛤=න 𝑟 𝑑𝜙 = 2𝜋𝐾
0 𝑟
• Sebagai kesimpulannya, kekuatan vortex adalah sebanding dengan sirkulasinya.
Gambar 6.4. Aliran pusaran
(vortex)

39
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.4 SUPERPOSISI ALIRAN:

• Aliran yang kompleks dapat disusun dengan melakukan superposisi atau kombinasi sejumlah aliran elementer.
• Superposisi ini secara konsepnya cukup sederhana, yakni dengan melakukan penjumlahan aljabar potensial
kecepatan dan/atau fungsi aliran dari semua komponen aliran yang membentuknya.
• Jadi suatu aliran yang kompleks, yang tersusun dari sejumlah n aliran elementer, akan mempunyai potensial
kecepatan dan fungsi aliran sebagai berikut:

𝜙 = 𝜙1 + 𝜙2 + 𝜙3 … … + 𝜙𝑛
𝜓 = 𝜓1 + 𝜓2 + 𝜓3 … … + 𝜓𝑛

40
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.5 ALIRAN DOUBLET:


• Aliran Doublet: adalah suatu bentuk aliran spesifik yang terbentuk dari kombinasi aliran source
dan aliran sink yang saling mendekati, sehingga jaraknya sama dengan nol.
• Untuk menurunkan persamaan doublet, dapat diawali dengan melakukan superposisi potensial
kecepatan source dan sink yang berjarak 2a berikut (lihat Gambar 6.5):
𝑄 𝑄 𝑄 𝑟2
𝜙 = 𝜙𝑠𝑜 + 𝜙𝑠𝑖 = ln 𝑟2 − ln 𝑟1 = ln
2𝜋 2𝜋 2𝜋 𝑟1
• Jika jarak source dan sink semakin mengecil, sehingga menjadi δa, maka selisih jari-jari r2 dan r1
pun akan semakin mengecil, menjadi δr.
• Kemudian persamaan di atas menjadi:
Gambar 6.5. Kombinasi aliran
source dan sink 𝑄 𝑟1 + 𝛿𝑟 𝑄 𝛿𝑟
𝜙= ln = ln 1 +
2𝜋 𝑟1 2𝜋 𝑟1
• Perhatikan di sini bahwa nilai dari ln(1 + x) ≈ x jika x <<< 1
• Oleh karena itu persamaan di atas akan menjadi:
𝑄 𝛿𝑟 𝑄 𝛿𝑎 cos 𝜃2
𝜙= =
2𝜋 𝑟1 2𝜋 𝑟1

41
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.5 ALIRAN DOUBLET: ..... lanjut


• Pada saat δa ≈ 0 maka Q δa akan mencapai harga berhingga tertentu, m.
• m = Qδa kemudian menjadi kekuatan dari doublet, yang terbentuk dari kombinasi source dan sink yang saling
mendekati tersebut.
• Selanjutnya, saat δa ≈ 0 maka q2 = q dan r1 = r, sehingga persamaan potensial kecepatan di atas menjadi:

𝜇 cos 𝜃
𝜙=
2𝜋 𝑟
• Dengan melakukan manipulasi matematis seperti halnya pada potensial kecepatan, maka persamaan fungsi aliran
untuk doublet akan diperoleh:
𝜇 sin 𝜃
𝜓=−
2𝜋 𝑟

42
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE:


• Superposisi aliran seragam dengan kecepatan U (untuk memudahkan permasalahan aliran
seragam ditetapkan sejajar dengan sumbu-x, sehingga a = 0) dan aliran source dengan
kekuatan Q dapat diformulasikan dengan terlebih dulu memperoleh persamaan potensial
kecepatan dan fungsi alirannya (dalam koordinat polar), sebagai berikut:
𝑄
𝜙 = 𝜙𝑢𝑛 + 𝜙𝑠𝑜 = 𝑈𝑟 cos 𝜃 + ln 𝑟
2𝜋
𝑄
𝜓 = 𝜓𝑢𝑛 + 𝜓𝑠𝑜 = 𝑈𝑟 sin 𝜃 + θ
2𝜋
Gambar 6.6. Superposisi aliran • Selanjutnya, komponen kecepatan radial dan tangensialnya, yang merupakan turunan dari
seragam dan source potensial kecepatan ataupun fungsi aliran, dapat dituliskan:
1 𝜕𝜓 𝑄
𝑣𝑟 = = 𝑈 cos 𝜃 +
𝑟 𝜕𝜃 2𝜋𝑟
𝜕𝜓
𝑣𝜃 = − = − 𝑈 sin 𝜃
𝜕𝑟

43
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut
6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut
• Menarik untuk diketahui di sini, bahwa streamlines yang merupakan hasil dari superposisi
tersebut akan berbentuk kurva oval.
• Titik stagnasi yang terjadi akan dapat dipakai untuk mendefinisikan bentuk setengah benda.
• Lokasi dari titik stagnasi dapat ditentukan dengan menetapkan kecepatan radial dan
tangensialnya, vr dan vq , sama dengan nol, dan menghasilkan:
𝑄
𝜃𝑠𝑡𝑎𝑔 = 𝜋 𝑑𝑎𝑛 𝑟𝑠𝑡𝑎𝑔 = 𝑏 =
2𝜋𝑈
• Nilai dari streamline yang melewati titik stagnasi, yang selanjutnya akan mendefinisikan bentuk
Gambar 6.7. Aliran di sekitar setengah benda oval, adalah:
setengah benda 𝑄
𝜓𝑠𝑡𝑎𝑔 = = 𝜋𝑏𝑈
2
• Jika streamline tersebut digantikan dengan batas benda pejal, maka kita akan dapat melihat
dengan jelas aliran di sekitar bentuk setengah benda ini, yang merepresentasikan superposisi
aliran seragam dan source.
• Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik dalam medan aliran kemudian akan dapat
dihitung dengan:
2
𝑄𝑈 𝑄
𝑉 2 = 𝑣𝑟2 + 𝑣𝜃2 = 𝑈 2 + cos 𝜃 +
𝜋𝑟 2𝜋𝑟
44
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut


• Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik pada permukaan setengah benda adalah:
𝑏2 𝑏
2
𝑉 = 𝑣𝑟2 + 𝑣𝜃2 =𝑈 2
1 + 2 + 2 cos 𝜃
𝑟 𝑟
• Setelah kecepatan diketahui, maka tekanan pada sembarang titik dalam medan aliran juga akan dapat
diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli, sebagai berikut:
𝑈 2 𝑝0 𝑉 2 𝑝 𝑈 2 𝑝0 𝑉 2 𝑝
+ = + atau + = +
2𝑔 𝛾 2𝑔 𝛾 2 𝜌 2 𝜌
• Dalam studi hidrodinamika, utamanya dalam rangka untuk melakukan komparasi karakteristik aliran, tekanan
lazimnya tidak dihitung nilai riilnya. Namun lebih sering diturunkan harga koefisiennya, pada sembarang titik
dalam medan aliran, seperti di bawah ini:
2
𝑄𝑈 𝑄2
𝑝 − 𝑝0 𝑉 2 𝑈 + cos 𝜃 +
𝜋𝑟 2𝜋𝑟
𝐶𝑝 = 1 2 = 1 − 2 = 1 −
2
𝜌𝑈 𝑈 𝑈2
atau
𝑝 − 𝑝0 𝑉2 𝑄 𝑄 2 cos 𝜃
𝐶𝑝 = 1 =1− 2 =− +
2
𝜌𝑈 2 𝑈 2𝜋𝑈 2𝜋𝑈𝑟 2 𝑟

45
6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut

6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut


• Bentuk atau kontur dari stengah benda oval tersebut dapat didefinisikan dengan memasukkan
kembali nilai ystag yang telah diperoleh ke dalam fungsi aliran, dengan mengambil q = p.
• Dari sini akan diperoleh:
𝜋𝑏𝑈 = 𝑈𝑟 sin 𝜃 + 𝑏𝑈𝜃 𝑏 (𝜋 − 𝜃) 𝑄 (𝜋 − 𝜃)
𝑟= 𝑟=
sin 𝜃 2𝜋𝑈 sin 𝜃
• Dengan demikian koefisien tekanan pada permukaan setengah benda adalah:
𝑝 − 𝑝0 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜃 2 cos 𝜃
Gambar 6.7. Aliran di sekitar 𝐶𝑝 = 1 2 = − +
2
𝜌𝑈 𝜋−𝜃 𝑟 𝜋−𝜃 𝑟
setengah benda
atau
𝑝 − 𝑝0 sin 𝜃 sin 𝜃
𝐶𝑝 = 1 =− + 2 cos 𝜃
2
𝜌𝑈 2 𝜋−𝜃 𝜋−𝜃
• Pada titik stagnasi, di mana V = 0 maka:
𝑉2 02
𝐶𝑝 = 1 − 2 = 1 − 2 = 1
𝑈 𝑈
• Lokasi di mana p = p0 adalah:
sin 𝜃 sin 𝜃
𝐶𝑝 = 0 = + 2 cos 𝜃 dengan iterasi diperoleh hasil q = 133.3o
𝜋−𝜃 𝜋−𝜃
46
𝑊ሶ 𝑝𝑢𝑚𝑝 𝑊ሶ 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
y
P
𝑉𝑖𝑛 𝑝𝑖𝑛 ℎ𝐿
𝛿𝜃
volume
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑜𝑢𝑡
kontrol
𝑧𝑖𝑛

𝜃2 𝜃 𝜃1

𝑧𝑜𝑢𝑡
x
Source 𝛿𝑎 ≈ 0 Sink

47

Anda mungkin juga menyukai