Anda di halaman 1dari 7

Modul 2 – Aliran turbulen dan konsep Reynolds

Referensi: Svendsen, Ib. A. (2006) Introduction to Nearshore Hydrodynamics. World Scientific Publishing.
Chapter 2.5.

2.5 Basic ideas for turbulent flow


Kebanyakan aliran di alam ini merupakan aliran turbulen. Aliran turbulen terjadi di sungai, laut, keran-keran
yang mengaliri rumah kita, hingga aliran udara atmosfer. Di perairan sekitar pantai, aliran turbulen terutama
berlaku untuk gelombang dan arus pada dearah selancar (Surf zone).

(a) (b)

a) Skema aliran laminar dan turbulen (Ameri, 2019),


b) transisi aliran laminar ke turbulen di dunia nyata (Heidarian, 2018)

Gambar 2.5.1 menunjukkan contoh plot kecepatan u versus t (plot deret waktu) dalam aliran turbulen. Dapat
dilihat terjadi fluktuasi yang relatif kecil namun sering dari waktu ke waktu.

Gambar 2.5.1 Kecepatan u dalam aliran turbulen tunak

Aliran pada prinsipnya diatur oleh persamaan Navier-Stokes. Solusi persamaan lengkap Navier-Stoke
masih belum dapat dilakukan, bahkan oleh super komputer. Solusi yang selama ini ada masih belum signifikan
untuk menyelesaikan dunia keteknikan, dan tentu saja untuk bidang hidrodinamika pantai. Bahkan jika kita
dapat memecahkan persamaan tersebut, kita hanya akan mendapatkan jawaban pada persoalan yang sangat
sederhana. Hal ini karena banyaknya detail-detail kecil yang mesti diperhatikan. Untuk dapat melangkah ke hal-
hal yang praktis, kita perlu menyederhanakan beberapa asumsi secara signifikan, dengan mendefinisikan ulang
beberapa parameter yang perlu.

Secara teknis, penyederhanaan masalah seperti itu dilakukan dengan memecah (separating) setiap
properti aliran (seperti 𝑢𝑢, 𝑣𝑣, 𝑝𝑝, dan lainnya) menjadi komponen “rata-rata” ⏞
𝒇𝒇 dan fluktuasi turbulen f’.

1
2.5.1 Dekomposisi Reynolds

Pemecahan aliran menjadi bagian rata-rata dan bagian fluktuasi dilakukan dengan mengamati bahwa setiap
besaran yang berhubungan dengan aliran dapat ditulis

𝑓𝑓 = ⏞
𝑓𝑓 + 𝑓𝑓′ (2.5.1)


𝑓𝑓 = Nilai rata-rata

𝑓𝑓′ = fluktuasi

(tanpa kehilangan keumuman).

Ini disebut dekomposisi Reynolds (Reynolds decomposition), dan menurut definisi kita memiliki


𝑓𝑓 = 0 (2.5.2)

Menggunakan (2.5.1) dan (2.5.2), kita mendapatkan beberapa aturan berikut:



𝑓𝑓 = ⏞
𝑓𝑓 (2.5.3)

���
𝑓𝑓 + 𝑔𝑔= ⏞ ⏞
𝑓𝑓 + 𝑔𝑔 (2.5.4)

⏞� � ⏞ =0
𝑓𝑓 𝑔𝑔 = ⏞ ⏞ ; khususnya ⏞
𝑓𝑓 . 𝑔𝑔 𝑓𝑓 𝑔𝑔′ = ⏞
𝑓𝑓 𝑔𝑔′ s (2.5.5)


𝜕𝜕𝜕𝜕 ⏞
𝜕𝜕 𝑓𝑓 ����� ��
= ; ∫𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 = ∫𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 ⏞
𝑓𝑓 𝑑𝑑𝑑𝑑 (2.5.6)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕

Hubungan-hubungan di atas sangat berguna untuk diingat, ketika bekerja dengan persamaan aliran
turbulen. Mereka berlaku selama persamaan (2.5.2) terpenuhi atau valid. Alasan di balik pemecahan setiap
kuantitas aliran total (komponen kecepatan, tekanan, dll.) menjadi 2 bagian tersebut telah diteliti oleh beberapa
referensi misalnya, Tennekes dan Lumley (1972) atau Hinze (1975).

Dalam basasa yang sederhana, filosofinya adalah sebagai berikut: kita tidak pernah bisa
memprediksi perkembangan rinci mengenai realisasi aliran turbulen. Apa yang dapat kita duga adalah bahwa
efek dari aliran adalah dapat diprediksi. Caranya dengan memodelkan efek tersebut dengan benar sehingga dapat
kita prediksi nilai rata-rata (mean) (yaitu ⏞ 𝑓𝑓 ). Memang proses dekomposisi Reynolds berrgantung pada
kemampuan kita untuk menentukan rata-rata ⏞ 𝑓𝑓 . Dan ternyata hal ini tidak selalu mudah. Hal tersebut akan
dibahas pada subbab berikut, dengan menggunakan komponen kecepatan horizontal u sebagai contoh.

2.5.2 Determination of the turbulent mean flow

Pertama, dilakukan penyusunan konsep “rata-rata”. Diasumsikan kita melakukan percobaan pada sebuah saluran
buatan di laboratorium. Kita alirkan cairan dengan sifat fisika yang sama secara berulang-ulang. Jika kita tulis
hasilnya, maka keduanya akan menghasilkan plot kecepatan u (dalam deret watku) yang hampir sama. Inilah
yang dinamakan “rata-rata mirip” (ensemble average). Keduanya mungkin tidak sama persis secara rinci, tapi
dapat dikatakan relatif sama. Plot u untuk dua eksperimen ditampilkan pada Fig. 2.5.2.

2
Kita dapat gunakan ⏞ untuk menyatakan rata-rata mirip tersebut. Konsep ini dapat juga digunakan pada konsep
rata-rata rata waktu. Rata-rata mirip pada suatu waktu 𝑡𝑡0 adalah:
1
⏞ (𝑡𝑡0 ) = ∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝑢𝑢𝑖𝑖 (𝑡𝑡0 )
𝑢𝑢 dimana i adalah nomor eksperimen. (2.5.7)
𝑛𝑛

Pada kenyataannya, proses membuat rata-rata mirip di laboratorium tersebut sangat sulit. Dan karenanya, para
peneliti menggunakan konsep lain, yakni rata-rata waktu (time averaged mean value). Pada aliran tunak (steady)
rata-rata mirip dan rata-rata waktu akan menghasilkan nilai yang sama. Ilustrasi aliran berubah waktu yang
dilakukan rata-rata pada 𝑡𝑡0 ditunjukkan di Fig. 2.5.4.

Secara matematis, konsep rata-rata waktu adalah

� 1 𝑡𝑡+∆𝑡𝑡
𝑢𝑢 (𝑡𝑡) = ∫ 𝑢𝑢(𝑡𝑡)𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan ∆𝑡𝑡 → ∞ (2.5.8)
∆𝑡𝑡 𝑡𝑡

Persoalan akan berkembang pada aliran berubah secara rata-rata waktu (Fig. 2.5.5). Nilai 𝑢𝑢 � (𝑡𝑡) dapat ditentukan

pada titik sekitar 𝑡𝑡0 , namun yang jadi persoalan berapa nilai rentang ∆𝑡𝑡 yang tepat? Nilai 𝑢𝑢 (𝑡𝑡) yang diambil
pada rentang ∆𝑡𝑡 yang relatif sempit akan tentu berbeda jika digunakan yang berbeda jika diambil ∆𝑡𝑡 pada
rentang yang relatif lebih lebar.

3
Karenanya, ∆𝑡𝑡 haruslah lebih besar dari skala waktu turbulensi (𝑇𝑇𝑡𝑡 ) dan harus lebih kecil dari skala waktu
tertentu (𝑇𝑇𝑚𝑚 ) (yang ditentukan oleh tipe persoalan). Jadi 𝑇𝑇𝑡𝑡 ≪ ∆𝑡𝑡 ≪ 𝑇𝑇𝑚𝑚 .


Syarat tersebut dapat ditulis dalam bentuk fluktuasi turbulen 𝑢𝑢′ (𝑡𝑡), yakni


𝑢𝑢′ (𝑡𝑡) = 𝑢𝑢 − 𝑢𝑢′ (𝑡𝑡) (2.5.9)

dimana ∆𝑡𝑡 harus dipilih cukup panjang sehingga

� 1 𝑡𝑡+∆𝑡𝑡 ′(𝑡𝑡)
𝑢𝑢′ (𝑡𝑡) = ∫ 𝑢𝑢 𝑑𝑑𝑑𝑑 =0 (2.5.10)
∆𝑡𝑡 𝑡𝑡

Ini dapat dipenuhi selama 𝑇𝑇𝑡𝑡 ≪ 𝑇𝑇𝑚𝑚 . Lalu ∆𝑡𝑡 dapat diambil cukup panjang sehingga


⏞ ≈ 𝑢𝑢
𝑢𝑢 (𝑡𝑡) (2.5.11)

Selanjutnya, kita dapat menggunakan konsep aliran rata-rata di atas kepada fenomena aliran turbulen yang
terjadi di laboratorium atau dunia nyata. Beberapa kejadian pola vortex, yang nampak turbulen dengan skala
spasial yang cukup besar (juga skala waktu), dapat terulang dari satu percobaan ke percobaan yang lain. Dengan
materi yang sudah dibahas, kejadian tersebut dapat dipandang dengan konsep aliran rata-rata yang lebih mudah
untuk diselesaikan.

Pada subbab selanjutnya, dekomposisi Reynold akan diterapkan kepada persamaan aliran fluida (persamaan
Navier Stoke).

2.5.3 Persamaan Reynolds

Konsep dekomposisi Reynold lalu digunakan untuk mendekomposisi persamaan Navier Stoke. Ketika kita
memasukkan dekomposisi Reynolds (2.5.1) ke dalam persamaan kekekalan massa (persamaan kontinuitas), dan
momentum (persamaan Navier-Stokes), sebuah sistem persamaan menghasilkan yang disebut persamaan
Reynolds (Reynolds equations). Berikut ini memberikan garis besar singkat dari derivasi atau turunan untuk
persamaan massa dan momentum.

Persamaan Navier-Stokes dapat ditulis

Kontinuitas:
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
+ + =0 (2.5.12)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝑧𝑧

Momentum:
𝑣𝑣 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 1 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧
Arah x: + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 = �− + + + �
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕

𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 1 𝜕𝜕𝜕𝜕
Arah y: + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 = �− + + + �
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕

𝑣𝑣 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑣𝑣
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 1 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑥𝑥𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜏𝜏𝑧𝑧𝑧𝑧
Arah z: + 𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 + 𝑤𝑤 = −𝑔𝑔 + �− + + + �
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕

(2.5.13)
𝑣𝑣
di mana 𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖 ; menyatakan tegangan viskos yang diberikan oleh

𝑣𝑣 𝜕𝜕𝑢𝑢 𝜕𝜕𝑢𝑢𝑗𝑗
𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝜌𝜌𝜌𝜌 �𝜕𝜕𝑥𝑥 𝑖𝑖 + 𝜕𝜕𝑥𝑥 � (2.5.14)
𝑗𝑗 𝑖𝑖

dengan v adalah viskositas kinematik.

Kita amati bahwa struktur ketiga komponen persamaan momentum di atas adalah sama. Untuk mengurangi
jumlah persamaan yang akan diperhitungkan, akan lebih mudah (dan biasa ketika berhadapan dengan
turbulensi) untuk menggunakan notasi tensor daripada yang setara (tetapi lebih rumit) koordinat 𝑥𝑥, 𝑦𝑦, 𝑧𝑧 yang
digunakan dalam (2.5.12) dan (2.5.13).

4
Turunan dari persamaan Reynolds (Derivation of the Reynolds equations)

Dalam notasi tensor (menggunakan aturan penjumlahan), kita dapat menulis (2.5.12) dan (2.5.13) dalam bentuk
𝜕𝜕𝑢𝑢
Kontinuitas : 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 = 0 dengan 𝑖𝑖 = 1,2,3 (2.5.15)
𝑖𝑖

(ketidakmampatan (incompressible) sudah diasumsikan pada persamaan Navier-Stokes). Momentum, komponen


ke-j:
𝜕𝜕𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑢𝑢 1 𝜕𝜕 𝑣𝑣
+𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 = 𝑔𝑔𝑗𝑗 + �−𝑝𝑝𝛿𝛿𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖 � dengan 𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,3 (2.5.16)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

di mana 𝑔𝑔𝑗𝑗 = (0,0, −𝑔𝑔).


𝜕𝜕𝑢𝑢𝑗𝑗
Sebelum memulai dekomposisi Reynolds, kita ubah suku percepatan konvektif 𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥 ke bentuk yang lebih
𝑖𝑖
mudah. Kami menulis
𝜕𝜕𝑢𝑢𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑢𝑢𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑢𝑢
𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥 =𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥 +𝑢𝑢𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 (2.5.17)
𝑖𝑖 𝑖𝑖 𝑖𝑖

Yang mana, menurut (2.5.15), untuk aliran tak termampatkan (incompressible) berarti menambahkan 0. Oleh
karena itu
𝜕𝜕𝑢𝑢𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑢𝑢𝑖𝑖 𝑢𝑢𝑗𝑗
𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥 = (2.5.18)
𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

Jadi (2.5.16) dapat ditulis


𝜕𝜕𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑢𝑢𝑖𝑖 𝑢𝑢𝑗𝑗 1 𝜕𝜕 𝑣𝑣
+ = 𝑔𝑔𝑗𝑗 + �−𝑝𝑝𝛿𝛿𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖 � (2.5 .19)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

Lalu diberlakukan dekomposisi Reynolds yang diberikan oleh

𝑢𝑢𝑖𝑖 = 𝑢𝑢⏞𝑖𝑖 + 𝑢𝑢′𝑖𝑖 dan 𝑝𝑝 = ⏞


𝑝𝑝 + 𝑝𝑝′𝑗𝑗 (2.5.20)

Dalam persamaan kontinuitas, ini menghasilkan


𝜕𝜕 �
𝑢𝑢𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑢𝑢 ′
+ 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 = 0 (2.5.21)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑖𝑖

Seluruh persamaan ini dapat menjadi “turbulen" yang memberikan


𝜕𝜕 �
𝑢𝑢𝑖𝑖 �′
𝜕𝜕𝑢𝑢
+ 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 = 0 (2.5.22)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑖𝑖

atau karena
�𝑖𝑖
𝜕𝜕𝜕𝜕′ �𝑖𝑖
𝜕𝜕 𝑢𝑢′
+ =0 (2.5.23)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

kita mendapatkan
𝜕𝜕 �
𝑢𝑢𝑖𝑖
=0 (2.5.24)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

Karenanya, bagian rata-rata dan fluktuasi turbulen memenuhi persamaan kontinuitas secara independen seperti
yang ditunjukkan pada (2.5.23) dan (2.5.24)

Untuk persamaan momentum (2.5.19), kita mendapatkan


�𝑗𝑗
𝜕𝜕 𝑢𝑢 𝜕𝜕𝑢𝑢𝑖𝑖 𝑢𝑢𝑖𝑖 ′ 𝑖𝑖 �� 𝑢𝑢
𝜕𝜕� �+𝑢𝑢 �+𝑢𝑢
𝑗𝑗
′ �
𝑗𝑗 1 𝜕𝜕 𝑣𝑣 1 𝜕𝜕 𝑢𝑢𝑖𝑖 ′ 𝑖𝑖�
𝜕𝜕� �+𝑢𝑢 �+𝑢𝑢
𝜕𝜕� 𝑢𝑢 𝑗𝑗
′ �
𝑗𝑗
+ + =− ⏞ + 𝑝𝑝′ �𝛿𝛿𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖
�−�𝑝𝑝 � + 𝑔𝑔𝑗𝑗 + 𝑣𝑣 � + �
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖
(2.5.25)

Persamaan ini dirata-ratakan mirip (ensemble averaged) menggunakan:

5
�𝑗𝑗
= 0; 𝑢𝑢�
𝜕𝜕 𝑢𝑢 𝜕𝜕 �
⏞𝑖𝑖 𝑢𝑢⏞𝑗𝑗 = 𝑢𝑢⏞𝑖𝑖 𝑢𝑢⏞𝑗𝑗 ; ⏞′ = 0
𝑢𝑢𝑖𝑖
=0; (2.5.26)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗

(2.5.25) kemudian menjadi

�𝑗𝑗 �𝑢𝑢 � 𝜕𝜕𝑢𝑢� �𝑖𝑖 �


𝜕𝜕 𝑢𝑢 𝜕𝜕𝑢𝑢 𝑖𝑖 �𝑗𝑗 �𝑢𝑢
𝜕𝜕𝑢𝑢 𝑖𝑖 𝑗𝑗 �𝑗𝑗
𝑖𝑖𝑢𝑢 𝜕𝜕𝑢𝑢′ 𝑢𝑢′𝑗𝑗 1 𝜕𝜕 𝜕𝜕 �
𝑢𝑢𝑖𝑖 �𝑗𝑗
𝜕𝜕 𝑢𝑢
+ + + + =− �− ⏞
𝑝𝑝 𝛿𝛿𝑖𝑖𝑖𝑖 + 𝑣𝑣 + � + 𝑔𝑔𝑗𝑗 (2.5.27)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

dan karenanya kita mendapatkan

�𝑗𝑗
𝜕𝜕 𝑢𝑢 �𝑢𝑢
𝜕𝜕𝑢𝑢 𝑖𝑖 �𝑗𝑗 ⏞ 𝜕𝜕 � �𝑗𝑗
𝜕𝜕 𝑢𝑢
+ =−
1 𝜕𝜕𝑝𝑝
+
1 𝜕𝜕
�𝑣𝑣 �
𝑢𝑢𝑖𝑖
+ �𝑖𝑖 𝑢𝑢′
�� − 𝜌𝜌 𝑢𝑢′ �𝑗𝑗 + 𝑔𝑔𝑗𝑗 (2.5.28)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑖𝑖

Persamaan. (2,5.24) dan (2.5.28) adalah persamaan Reynolds untuk kekekalan massa dan momentum
dalam aliran rata-rata. Persamaan serupa dapat diturunkan untuk energi aliran rata-rata fluida, untuk energi
turbulen (kinetik), dan sebenarnya untuk besaran turbulen lainnya. Untuk referensi lebih lanjut lihat mis.
Tennekees dan Lumley (1972), Hinze (1975), atau Wilcox (1998).

Persamaan yang telah kita peroleh di sini menggambarkan aliran rata-rata fluida. Kita melihat dari
(2.5.28) bahwa turbulensi mempengaruhi aliran rata-rata hanya melalui suku


𝜕𝜕 �𝑖𝑖 𝑢𝑢′
𝜌𝜌 𝑢𝑢′ �𝑗𝑗 (2.5.29)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗

Gambar 2.5.6 Tegangan atau tekanan untuk 𝑖𝑖 = 1, 𝑗𝑗 = 1.

Tegangan tersebut ekuivalen dengan tegangan permukaan tambahan.

Contoh 1

Kami menganggap kasus 𝑖𝑖 = 1, 𝑗𝑗 = 1. Hal ini diilustrasikan pada Gambar 2.5.6. Kontribusi bersih pada elemen
fluida adalah

𝜕𝜕 𝜕𝜕 �2

𝜌𝜌 𝑢𝑢 𝑖𝑖 𝑢𝑢𝑗𝑗 = 𝜌𝜌 𝑢𝑢′𝑖𝑖 (2.5.30)
𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗 𝜕𝜕𝑥𝑥1

�2
𝜕𝜕 𝑢𝑢′𝑖𝑖
Menggunakan aturan untuk komponen tegangan kita melihat bahwa −𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥1
adalah tegangan (tekanan) normal.

Contoh 2

𝑖𝑖 = 1, 𝑗𝑗 = 2, Lihat Gambar 2.5.7 untuk ilustrasi.

���
Di setiap sisi elemen fluida dalam Contoh 2, kita memiliki kontribusi tipe -−𝜌𝜌 𝑢𝑢′1 𝑢𝑢′2 ; tetapi efek bersih pada
elemen fluida adalah tegangan geser dengan ukuran

−𝜌𝜌
𝜕𝜕 ���
�𝑢𝑢′
𝜕𝜕𝑥𝑥2 1 𝑢𝑢′2 � 𝑑𝑑𝑥𝑥2 (2.5.31)

6
Gambar 2.5.7 Tekanan untuk 𝑖𝑖 = 1, 𝑗𝑗 = 2.

���
Jadi, sadari bahwa −𝜌𝜌 �𝑢𝑢′ 𝑖𝑖 𝑢𝑢′𝑗𝑗 � memiliki sifat alami dalam mendistribusi tekanan, kami memperkenalkan
persamaan


𝜏𝜏𝑖𝑖𝑖𝑖 ���
= 𝜌𝜌 �𝑢𝑢′ 𝑖𝑖 𝑢𝑢′𝑗𝑗 � 𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,3 (2.5.32)

yang disebut Tekanan Reynolds (Reynolds stresses).

Konsep dekomposisi Reynold akan berguna dalam pembahasan banyak kasus fluida.

Konsep dekomposisi Reynold dan rata-rata waktu juga akan digunakan dalam pembahsan “tegangan radiasi”
yang akan diulas pada Pekan ke 6 dan 7. Tegangan radiasi merupakan properti gelombang mirip energi yang
diturunkan dari konsep gelombang linier.

-- materi habis –

SOAL PR-2

1. Jelaskan kegunaan membahas aliran dengan prinsip dekomposisi Reynold!


2. Apa perbedaan antara “rata-rata mirip” dan “rata-rata waktu”?
3. Jika persamaan kecepatan u periodik adalah
𝑢𝑢(𝑡𝑡) = 0,5 sin (0,63 𝑡𝑡),
dengan periode T = 10 detik. Hitunglah kecepatan rata-rata periode u tersebut!
Petunjuk:
1 𝑡𝑡+𝑇𝑇
Kecepaan rata-rata periode adalah: ������
𝑢𝑢(𝑡𝑡) = ∫𝑡𝑡 𝑢𝑢(𝑡𝑡)𝑑𝑑𝑑𝑑 , dengan t adalah sembarang waktu
𝑇𝑇
4. Jika persamaan kecepatan u periodik adalah
𝑢𝑢(𝑡𝑡) = 0,5 cos (0,78 𝑡𝑡),
dengan periode T = 8 detik. Hitunglah kecepatan rata-rata periode u tersebut!
5. Jika persamaan kecepatan u adalah
𝑢𝑢(𝑡𝑡) = 0,5 cos(0,78 𝑡𝑡) + cos2 (0,78𝑡𝑡),
dengan periode T = 8 detik. Hitunglah kecepatan rata-rata periode u tersebut!

Anda mungkin juga menyukai