Anda di halaman 1dari 29

[Close] Terbaru Headline Rubrik Event Masuk Advertisement PILIHAN HEADLINE Angka

Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh dari Target MDGs 2015 10 November 2014 00:43:01
Diperbarui: 17 Juni 2015 18:13:37 Dibaca : 86,519 Komentar : 5 Nilai : 4 Angka Kematian Ibu
di Indonesia Masih Jauh dari Target MDGs 2015 Ilustrasi (Sumber: Kompas.com) Ibu adalah
orang tua perempuan dari seorang anak yang merupakan sosok yang luar biasa, namun sangat
peka terhadap berbagai masalah kesehatan. Angka kematian ibu masih tinggi di Indonesia.
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll (Budi, Utomo. 1985). Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup. (www.datastatistik-indonesia.com). Cara menghitung AKI adalah membagi jumlah
kematian ibu dengan waktu tertentu didaerah tertentu dengan jumlah kelahiran hidup diwaktu
tertentu didaerah tertentu dikali dengan konstanta. Dua hal yang menjadi indikator terhadap
kualitas pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah adalah Angka
Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
atau Infant Mortality Rate (IMR). Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan
Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan
perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimulai September tahun 2000,
berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai
kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Dari delapan butir tujuan MDGs,
tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu, dengan target menurunkan angka kematian
ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 – 2015, serta yang menjadi indikator untuk monitoring
yaitu angka kematian ibu, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan
angka pemakaian kontrasepsi. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang
harus dicapai pada tahun 2015. Mampukah Indonesia mengejar target AKI di Indonesia pada
tahun 2015 diwaktu yang tersisa ini? Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah
dengan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan
difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2013 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun
2013 adalah sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang
terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah provinsi Jawa Tengah dengan cakupan 99,89%, Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi
Utara 99,59%. Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%, Papua
Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur (74,08%). (Data Profil Kesehatan Indonesia tahun
2013). Kondisi sosial budaya dimasing-masing daerah turut memberikan konstribusi, masih
banyak daerah yang masih menggunakan dukun sebagai penolong persalinan, khususnya didesa-
desa. Berdasarkan data Riskesdas 2013, Penolong saat persalinan dengan kualifikasi tertinggi
dilakukan oleh bidan (68,6%), kemudian oleh dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan
(11,8%). Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3%
kelahiran saja yang ditolong oleh perawat. Hal ini ditunjang pula dengan kondisi sosial ekonomi
sebagian masyarakat yang masih berada digaris kemiskinan. Selain itu, tidak meratanya fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia turut menjadi salah
satu penyebab masalah kesehatan ibu. Dengan pentingnya penurunan AKI di Indonesia, sehingga
diperlukan program terobosan yang memfokuskan pada kesehatan ibu, khususnya didaerah-
daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Meningkatkan pengetahuan para ibu sehingga
mereka mau, sadar dan mampu mencegah masalah kesehatannya, dan perlu ditunjang dengan
peningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya. Referensi :
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas
2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Milenium
http://www.jdih.net/web_bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi-demi-capai-target-mdgs-
2015 http://www.datastatistik-
indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=450&Itemid=450&limit=
1&limitstart=0 Dita Anugrah Pratiwi /ditaanugrah Mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Peminatan Promosi Kesehatan UHO Selengkapnya... IKUTI Share 25 0 0 KOMPASIANA
ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL angkakematianibu medis kesehatan TANGGAPI
DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 4 Beri Nilai Natashia Monika Aktual hartati bahar
Aktual Axtea 99 Aktual Joko Ade Nursiyono Aktual KOMENTAR : 5 Joko Ade Nursiyono10
November 2014 01:36:01 Mantab ulasannya,..sangat menarik dan aktual... :) Salam Balas Humas
Banyumas10 November 2014 03:40:43 di Banyumas dan sekitarnya angka kematian ibu
menurun dengan program EMAS yang di gagas oleh dr. Mambo. Millenium Development Goals
(MDGs) juga masuk dalam instrumen penilaian akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012. terima
kasih informasinya mba... salam Balas hartati bahar10 November 2014 05:25:13 keren de
bahasannya..(y) *keep hamasah dita :) Balas Axtea 9910 November 2014 01:47:34 Bagus nan
Aktual mba Dita. :D Titip ini dong : http://politik.kompasiana.com/2014/11/09/politikus-nurul-
arifin-ingin-muntah-701964.html. Terima kasih. Balas Natashia Monika21 November 2014
05:02:56 bermanfaat artikelnya. dicek ya
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/10/04/insomnia-apa-tuh-692982.html Balas
Featured Article BUT Facebook, Google, Twitter: Hidup Kembali ke Zaman Klasik? Angra
Bramagara 28 Februari Headline 1 Makna dari Tahun Baru Tradisional Thailand “Songkran”
joko gunawan 13 April 2016 2 Menghitung Manfaat dan Mudaratnya Akusisi PGN oleh
Pertamina Priyanto Sukandar 13 April 2016 3 Inspirasi dari Pak Hanafi, Pedagang Sepatu
Lulusan Teknik Geodesi Arif L Hakim 13 April 2016 4 Yusak Nurcahyo Kewalahan Layani
Order Miniatur Bus Bambang Setyawan 13 April 2016 5 Ketika Messi dan Ronaldo Saling
'Berbalas Pantun' Hadi Santoso 13 April 2016 Nilai Tertinggi Ketua BPK Terseret Panama
Papers, Akankah Kasus RS Sumber Waras Berlanjut? Suci Handayani Harjono 13 April (Cagub
Gatot Swandito) Tidak Salah dengan Opini yang Mengatakan Ahok Bersalah dalam Kasus
Sumber Waras Gatot Swandito 13 April Ahok Akan Clean, Balik Serang BPK di Sumber Waras
dan Fakta Pendukung vs Penentang Ahok Asaaro Lahagu 13 April KPK Tidak Punya Stok,
Puluhan Pemirsa ILC Kecewa Ahok Keluar Tanpa Rompi Pendeta Sederhana 13 April Ahok
Mulai “Mabok” dan Makin Culun, Sesumbar Ngaco Pasti Jadi Presiden Revaputra Sugito 13
April Terpopuler Ahok Akan Clean, Balik Serang BPK di Sumber Waras dan Fakta Pendukung
vs Penentang Ahok Asaaro Lahagu 13 April KPK Tidak Punya Stok, Puluhan Pemirsa ILC
Kecewa Ahok Keluar Tanpa Rompi Pendeta Sederhana 13 April Ketua BPK Terseret Panama
Papers, Akankah Kasus RS Sumber Waras Berlanjut? Suci Handayani Harjono 13 April Setelah
Bilang DPRD “Maling”, Ahok Kini Bilang BPK “Ngaco” Syahirul Alim 13 April Berhati-hati
dengan Plat Merah atau RF Rachmat Hidayat 13 April Tren di Google Ahok Akan Clean, Balik
Serang BPK di Sumber Waras dan Fakta Pendukung vs Penentang Ahok Asaaro Lahagu 13
April 2016 KPK Tidak Punya Stok, Puluhan Pemirsa ILC Kecewa Ahok Keluar Tanpa Rompi
Pendeta Sederhana 13 April 2016 Ahok Robek Tradisi, Tantang Megawati, Skak DPR Senayan,
dan Bakar Spirit Teman Ahok Asaaro Lahagu 11 Maret 2016 Ahok Minum Susu, Roy Suryo
yang "Mabok" Bir, Saya Diblokirnya Daniel H.T. 13 April 2016 Akhirnya Esia Tamat Juga!
Dian Kelana 12 April 2016 Gres Kerinduanku Dara Ania 13 April Mendorong Mahasiswa
Menjadi Pengusaha Nuryadin 13 April Pak Ahok dan Bir: Salahnya Dimana? Riyanto Suparno
13 April Merancang Ulang (Redesign) Sistem Antrian pada Layanan Kesehatan (RS/Puskesmas)
hasiholan tiroi simorangkir 13 April Obat Palsu Meresahkan Pedagang dan Konsumen di Ibu
Kota Michael Binyo 13 April Close Ads X Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ditaanugrah/angka-kematian-ibu-di-indonesia-
masih-jauh-dari-target-mdgs-2015_54f940b8a33311ba078b4928
Memperingati Hari Ibu 2015, Bangsa Indonesia diingatkan kembali tentang
berbagai persoalan yang dihadapi kaum ibu. Salah satu yang masih menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) di Tanah Air.

1. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup.

2. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada
tahun 2015.

3.Salah satu cara untuk menurunkan AKI di Indonesia adalah dengan persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan difasilitas
pelayanan kesehatan.

4.Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan


(SpOG), dokter umum, dan bidan.

5.Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2013, cakupan pertolongan


persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada 2013 sebesar 90,88%.

6.Tiga provinsi dengan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih paling tinggi pada 2013 adalah Jawa Tengah (99,89%), Sulawesi Selatan
(99,78%), dan Sulawesi Utara (99,59%).

7.Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%,


Papua Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur (74,08%).

8.Berdasarkan data Riskesdas 2013, penolong saat persalinan dengan kualifikasi


tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%), dokter (18,5%), lalu non tenaga kesehatan
(11,8%).

9.Sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3%
kelahiran saja yang ditolong oleh perawat.
*Jabar Penyumbang Tertinggi

1.Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu 2013, Jawa Barat


menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah AKI di Indonesia.

2.Sekitar 765 kasus kematian ibu terjadi di Jawa Barat dari total 5.019 kasus di
Indonesia. Jawa Barat menjadi penyumbang 50% jumlah kematian ibu.

*4 Daerah Lain Penyumbang AKI Terbanyak

-Sumatera Utara 249 kasus


- Banten 216 kasus
- Jawa Tengah 668 kasus
- Jawa Timur 642 kasus

* Berbagai Penyebab AKI Tinggi

-27% Jumlah kelahiran pada ibu berumur di bawah 20 tahun


- 40% Pendarahan saat persalinan
- 14% Hipertensi
- 22% Infeksi
- 27% Lain-lain

*Definisi AKI

1.Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-
sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

2.Dua hal yang menjadi indikator terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan
derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah menurut Millennium
Development Goals (MDGs adalah Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal
Mortality Rate (MMR) dan Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate
(IMR).

3.Millennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium


adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari
189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimulai September tahun 2000,
berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.

4.Dari delapan butir tujuan MDGs, tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan
ibu, dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ antara 1990 –
2015
*Hari Ibu Indonesia

-Di Indonesia Hari Ibu dirayakan setiap 22 Desember.


-Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara, Hari Ibu (Mother's Day) dirayakan
pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei.
-Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional
(International Women's Day) diperingati setiap 8 Maret.

*Terinspirasi Kongres Perempuan Pertama

1.Hari Ibu di Indonesia terinspirasi Kongres Perempuan Indonesia pertama pada


22-25 Desember 1928.

2. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan
Sumatera.

3. Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran,


yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl.
Brigjen Katamso, Yogyakarta.

4. Kongres ini dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang


pendidikan dan pernikahan.

5. Peringatan Hari Ibu pada 22 Desember diresmikan oleh Presiden Soekarno di


bawah Dekrit Presiden No. 316 tahun 1953, pada ulang tahun kedua puluh lima
Kongres Perempuan Indonesia 1928.

6. Kini arti Hari Ibu telah banyak berubah, di mana hari tersebut kini diperingati
dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu.

*Ann Jarvis Pelopori Hari Ibu Dunia

-Tahun 1907, warga AS Ann Jarvis mulai mempromosikan peringatan Hari Ibu
untuk mengenang jasa mendiang ibunya yang meninggal 9 Mei 1905.
-Mulai tahun 1914, Hari Ibu dirayakan sebagai hari nasional di AS setiap hari
Minggu kedua pada bulan Mei.
-Tradisi itupun menyebar ke Eropa dan negaranegara lain sampai ke Australia

*830 Perempuan di Dunia Setiap Hari Meninggal

Setiap hari, rata-rata 830 perempuan meninggal dunia pada saat masa kehamilan
dan paska proses persalinan. Kematian mereka sebagian besar disebabkan oleh
sesuatu yang sebenarnya bisa dicegah.
1. Pada tahun 1990 kematian perempuan global sebesar 523.000

2. Tahun 2013 kematian perempuan dunia sebesar 289.000

3. Sepertiga dari total kematian perempuan global pada 2013 terjadi di dua
negara yakni India sebanyak 50.000 dan Nigeria sejumlah 40.000

4. Sekitar 99% dari total AKI terjadi di negara-negara berkembang.

5. AKI saat ini lebih tinggi menimpa perempuan yang tinggal dirural area dan di
lingkungan miskin/kumuh.

6. Antara tahun 1990 – 2015, AKI global turun sekitar 44%.

7. Para remaja menghadapi ancaman komplikasi dan kematian lebih tinggi dalam
proses kehamilan daripada perempuan dewasa.

*Negara dengan Jumlah Wanita Lebih Banyak Dibandingkan Pria

- Pada 2012, jumlah penduduk dunia pria sebesar 3.532.503.174 orang atau
sebesar 50.3%.

- Jumlah penduduk dunia wanita sebesar 3.485.040.790 atau sebesar 49.7% dari
total penduduk dunia 7.017.543.964.

*Meski secara global jumlah pria lebih banyak dibanding wanita, uniknya

sejumlah negara memiliki populasi wanita lebih banyak dibanding pria.

1.Estonia Penduduk Estonia sekitar 1,3 juta jiwa(2014). Jumlah pria hanya 0.84
dari jumlah wanita yang ada.

2.Latvia Latvia berpenduduk sekitar 1,9 juta jiwa (2014). Jumlah pria hanya 0.86
dari jumlah wanita

3.Rusia Penduduk Rusia sekitar 143 juta jiwa(2014). Jumlah pria adalah 0.86 dari
jumlah wanita yang ada

4.Ukraina Jumlah penduduk sekitar 45 Juta Jiwa (2014). Jumlah pria adalah 0.86
dari jumlah wanita yang ada.

5.Belarus Penduduk sekitar 9,4 juta jiwa (2014). Jumlah pria adalah 0.87 dari
jumlah wanita.
SDGS
Pengertian SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu
sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara di dunia.

Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di


mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan yang berkaitan
dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang diganti
SDGs.

Tujuan SDGs
Ada banyak tujuan dari konsep SDGs. Namun ada tiga tujuan yang dirangkum redaksi
Berberita.com dari materi yang disampaikan Menteri Sosial Republik Indonesia (RI) Khofifah
Indar Parawansa.

Pertama, SDGs diharapkan bisa mengakhiri segala bentuk kemiskinan di semua negara
manapun.

Kedua, SDGs bertujuan mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi dan mendorong pertanian secara berkelanjutan.
Ketiga, target SDGs adalah menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong
kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia.

Target SDGs
Target utamanya mengentaskan kemiskinan. Tapi, Indonesia akan menggunakan tiga indikator
terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan manusia atau human development yang
meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam skala kecil atau social economic
development dan lingkungan yang besar atau environmental development berupa ketersediaan
kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

Perbedaan dengan MGDs


Pada dasarnya MDDs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan yang sama. Yakni,
SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang ingin konsen menganggulangi kelaparan dan
kemiskinan di dunia.

Namun, dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut habis pada tahun
2015. Para pemimpin dunia merasa agenda Millenium Development Goals perlu dilanjutkan,
sehingga muncul sebuah dokumen usulan bernama sustainable development goals.

Namun, ada sejumlah perbedaan dan pengembangan konsep yang lebih mendalam lagi. Untuk
mempelajari lebih lanjut perbedaan antara MDGs dan SDGs, sebaiknya Anda cari format dalam
bentuk PDF yang diunggah instansi yang memiliki otoritas. Biasanya berbentuk bahasa Inggris

3
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1. Concept of The
Sustainable Development

Konsep pembangunan yang berkelanjutan yang telah disepakati pada tahun 1987 oleh
The Brundtland Comission of The United Nations
. Berikut ini definisi dari pembangunan yang berkelanjutan.

Sustainable Development is development thats meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs

Dalam pengertian di atas memaparkan bahwa pembangunan yang berasaskan kelestarian dimana
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa berdampak terhadap kebutuhan dimasa akan datang. Pada
tahun 2005 dalam pertemuan
The World Summit
menyepakati terhadap 3 pilar yang utama, berikut ini
Gambar 2.1.
mengenai tiga pilar tersebu
Rockstrom (2009)
dalam
Griggs (2012) menyatakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan memiliki 6 aspek yang
perlu dicapai dalam dunia global antara lain: thriving lives and livehoods (kehidupan yang sehat
dan layak), sustainable food security (keamanan dan ketahanan pangan), secure sustainable water
(sumber air bersih), universal clean energy (energi yang aman), healthty and productive
ecosystems (ekosistem yang produktif dan sehat), governance for sustainable Societies
(kebijakan yang berpihak terhadap komunitas). Berikut ini disajikan pada
Gambar 2.2.
ilustrasinya mengenai pembangunan yang berkelanjutan terhadap aspek
economy, society, and Earth’s Life support System
MEA

create a better living for more people


Tuesday, November 25, 2014
Upaya Bidan Dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015

A. Pengertian ASEAN Economic Community


ASEAN Economic Community atau AEC merupakan kesepakatan yang dilakukan negara
anggota ASEAN untuk menjauhkan negara-negara ASEAN dari keterbatasan hubungan ekonomi
antar negara ASEAN. Segala bentuk barang, jasa, investasi, dan modal yang telah disepakati
akan dapat mudah keluar masuk tanpa adanya batasan yang bersifat menghambat alur
perekonomian antar negara anggota.
Indonesia segera akan bergabung dalam masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) 2015. Ini
bisa menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, karena akan adanya persaingan antar negara
anggota ASEAN dan Indonesia harus dapat menanggapi dengan cermat serta dibutuhkan strategi
yang mengutamakan tenaga kerja, infrastruktur dan hal-hal lain yang terkait.
ASEAN Economic Community (AEC) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada tahun 2015 AEC memiliki bayangan karakteristik utama sebagai berikut:
(a) Pasar tunggal dan basis produksi,
(b) Wilayah ekonomi yang sangat kompetitif,
(c) Wilayah pembangunan ekonomi yang adil, dan
(d) Daerah sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling terkait dan saling menguatkan . Menggabungkan unsur-unsur


yang dibutuhkan dari setiap karakteristik dalam satu Blueprint harus memastikan konsistensi dan
koherensi dari unsur-unsur serta pelaksanaan dan koordinasi yang baik antara para pemangku
kepentingan yang relevan.
Area kerjasama AEC meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan
kapasitas; pengakuan kualifikasi profesional; konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro
ekonomi dan keuangan; Langkah-langkah pembiayaan perdagangan; ditingkatkan infrastruktur
dan konektivitas komunikasi; pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sourcing daerah; dan
meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun AEC. Singkatnya, AEC akan
mengubah ASEAN menjadi wilayah dengan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Dalam menghadapi AEC 2015 seluruh negara ASEAN harus bersiap siap dengan pasar bebas
seluas-luasnya yang akan berjalan tahun 2015, banyak peluang dan tantangan yang harus
menjadi perhatian bagi tiap-tiap negara dan kali ini akan di fokuskan kepada peluang dan
tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015.

B. Standar Profesi Tenaga Kesehatan


Era globalisasi mengharuskan tenaga kesehatan berbenah diri. Peluang dan tantangan
yang menghadang harus diterobos (breakthrough) dengan peningkatan mutu dan profesionalisme
tenaga kesehatan Indonesia yang hanya dapat dicapai bila tenaga kesehatan Indonesia dalam
melakukan pelayanannya sesuai dengan Standar Profesinya.
Standar Profesi sebagai acuan oleh tenaga kesehatan merupakan persyaratan yang mutlak
harus dimiliki. Mengukur kemampuan tenaga kesehatan dapat diketahui dari standar profesi yang
harus dipatuhi terlebih lagi apabila dalam penyusunan standar profesi tersebut disusun setelah
mengadakan bedah buku dengan profesi yang sama dari negara lain yang berstandar
internasional.
Profesi Kesehatan di Indonesia diharuskan memiliki standar profesi sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 pasal21 dan 22 menyatakan bahwa
setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi ditetapkan oleh Menteri.
Puspronakes LN (Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaka Keshatan Luar Negeri) sesuai
dengan salah satu dari Tupoksinya yaitu Pemberdayaan Profesi telah memfasilitasi 10 Organisasi
Profesi untuk menyusun standar profesi mulai dari 2002 - 2006 dan telah ditetapkan oleh menteri
Kesehatan.
Ke 10 standar Profesi tersebut adalah:
1. Profesi Bidan
2. Sanitarian
3. Ahli Laboratorium Kesehatan
4. Rekam Medis
5. Keperawatan
6. Tekniker Gigi
7. Gizi
8. Radiologi
9. Elektro medik
10. Fisioteraspis

Pada tahun 2007 proses penyusunan standar profesi untuk Profesi Tenaga kesehatan
Teknik Wicara , Ahli Madya Farmasi, Okupasi Terapi dan Refraksionist Optisien, Perawat dan
Perawat Anaesthesi.
Pada tahun 2008 penyusunan standar Profesi akan difasilitasi oleh Puspropnakes untuk
profesi kesehatan Teknik Tranfusi, Teknik Instalasi Medik, Ahli Kesehatan Masyarakat dan
Kimia Klinik Indonesia.
Dengan ditetapkannya standar profesi oleh Menteri Kesehatan, maka uji kompetensi
untuk setiap jenis tenaga kesehatan dapat dilaksanakan sehingga kualitas tenaga kesehatan sama
baik di seluruh Indonesia.
I. Hak Bidan
1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat/jenjang pelayanan
kesehatan
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien /klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan
perundangan, dan kode etik profesi
4. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai
6. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan keseahteraan yang sesuai

II. Kewajiban bidan


1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja
2. Bidan waib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga
5. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga
6. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami
atau keluarga
7. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami
atau keluarga
8. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuia dengan keyakinan
9. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang pasien
10. Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timbul
11. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atau tindakan yang akan dilakukan
12. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
13. Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal
14. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
III. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit
3.1 Hak Rumah Sakit
1. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit;
2. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;
4. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan;
5. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
6. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;
7. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan
sebagai Rumah Sakit pendidikan.
3.2 Kewajiban Rumah Sakit
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
6. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
7. Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien;
8. Menyelenggarakan rekam medis;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, ,parkir, ruang
tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
10. Melaksanakan sistem rujukan;
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
13. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
14. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional;
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya;
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

C. Peluang, Tantangan dan Strategi dalam Menghadapi MEA 2015


1. Peluang

Manfaat Integrasi Ekonomi. Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 (sembilan)


Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015
tentu saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam
mewujudkan AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan
peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di
kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
Pasar Potensial Dunia. Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN
sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar
(8% dari total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah
penduduk ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook,
2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan usia mayoritas berada
pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu Negara ASEAN juga meningkat dengan
stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga dengan inflasi sektitar 3,5 persen. Jumlah
penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja
merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif
dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.
Negara Pengekspor. Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-
negara pengekspor baik produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based products)
maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional,
sebagian besar.
Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek
perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi
(penanaman modal). Sepuluh (10) komoditi ekspor ASEAN ke dunia pada tahun 2008
(berdasarkan HS-4 digit) yang dilaporkan dalam ASEAN Economic Community
Chartbook(2009) adalah (1) electronic integrated circuits & microassemblies(9%); (2) oil (not
crude) from petrol & bituminous minerals etc. (7%); (3) automatic data processing machines,
magnetic or optical readers, etc. (5%); (4) crude oil from petroleum and bituminous
minerals(4%); (5) petroleum gases & other gaseous hydrocarbons propane, butane, ethylene
(4%); (6) parts and accessories for office macjines & typewriters (3%); (7) palm oil & its
fractions, not chemically modified (3%); (8) natural rubber in primary form or plates balata,
gutta – percha, guayule, chicle (2%); (9) semiconductor devices; light – emiting diodes;
mountedpiez oelectric crystals; parts thereof diodes, etc. (1%); dan (10) electric apparatus for
line telephony or telegraphy telephone sets, teleprinters, modems, facs machine(1%). Pada
umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia meskipun cenderung menurun
dan beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan ASEAN menunjukkan bahwa share
perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari 80,8% pada tahun 1993 turun menjadi
73,2% pada tahun 2008, sedangkan share perdagangan di intra-ASEAN meningkat dari 19,2%
pada tahun 1993 menjadi 26,8% pada tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi dengan Indonesia
dalam 5 tahun terakhir, namun perubahannya tidak signifikan. Nilai ekspor Indonesia ke intra-
ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini
berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju
peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-
ASEAN. Indonesia sudah mencatat 10 (sepuluh) komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia
maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir ini (2004 – 2008) dan 10 (sepuluh) komoditi
ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi unggulan ekspor ke dunia adalah
minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik, produk hasil hutan, karet & produk
karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang, dan kopi, sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN
adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined copper, batubara, karet,
biji kakao, dan emas. Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya
peluang untuk ditingkatkan nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan kantor, rempah-rempah,
perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan, minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat,
peralatan medis, serta kulit & produk kulit. Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi
tujuan pasar sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Negara Tujuan Investor. Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan
bahwa ASEAN merupakan pasar dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan
faktor yang mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota
dan intra-ASEAN serta masuknya investasi
asing ke kawasan. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40%) diantara Negara
Anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan
mendapat peluang ekonomi yang lebih besar.

Negara Anggota ASEAN lainnya. Dari segi peningkatan investasi, berbagai negara
ASEAN mengalami penurunan rasio investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat
berkembangnya regional hub-production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab
penting penurunan rasio investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan keterbatasan
infrastuktur. Dalam rangka AEC 2015, berbagai kerjasama regional untuk meningkatkan
infrastuktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda.
Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui
pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan
infrasruktur domestik. Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi
prakondisi untuk menyesuaikan peraturan invetasi sesuai standar kawasan.
Daya Saing. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus
barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif
dan non-tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan
dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk meproduksi
dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan
produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan
yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling
murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki
tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis
sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di
dalam negeri. Sektor Jasa yang terbuka.Di bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang
memungkinkan agar pengembangan sektor jasa dapat dibuka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa
prioritas yang telah ditetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan
kemudian akan disusul dengan logistik. Namun, perkembangan jasa prioritas di ASEAN belum
merata, hanya beberapa negara ASEAN yang mempunyai perkembangan jasa yang sudah
berkembang seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk perkembangan liberalisasi jasa di ASEAN.
Lebih lanjut, untuk liberalisasi aliran modal dapat berpengaruh pada peningkatan sumber dana
sehingga memberikan manfaat yang positif baik pada pengembangan system keuangan, alokasi
sumber daya yang efisien, serta peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan.
Dari sisi jumlah tenaga kerja, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat
menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri.
Selain itu,
Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan
dilakukan dalam rangka AEC
2015. Standardisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs) dapat
memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.
Aliran Modal. Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal
sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. AEC membuka
peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang
kemudian ditempatkan di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja berupa
porsi dari portfolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan
dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya
manusia, berbagai program kerja sama regional yang dilakukan tidak terlepas dari keharusan
melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun mengikuti MRA yang telah disetujui bersama.
Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan
terkait. Sebagai contoh adalah penerapan ASEAN Single Window yang seharusnya dilakukan
pada tahun 2008 (hingga saat ini masih dalam proses) untuk ASEAN-6 mengharuskan penerapan
sistem National Single Window (NSW) di masing-masing negara.

2. Tantangan
Laju Peningkatan Ekpor dan Impor. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia
memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi
terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti
China dan India. Kinerja ekspor selama periode 2004 – 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah
Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia,
merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah mengakibatkan neraca
perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN tersebut. Ancaman yang
diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN dengan China. Hingga tahun
2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami surplus, akan tetapi pada
tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar +US$ 3600 juta. Apabila kondisi daya saing
Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai defisit perdagangan dengan China akan semakin
meningkat. Akhir-akhir ini para pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor industri
petrokimia hulu, baja, tekstil dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan
kekhawatirannya dengan masuknya produk-produk sejenis dari China dengan harga yang relative
lebih murah dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26 Nopember 2009).
Laju Inflasi.Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi
kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih
rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN membawa
konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN yang lebih baik
dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari Indonesia.
Dampak Negatif Arus Modal yang Lebih Bebas. Arus modal yang lebih bebas untuk
mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan, memfasilitasi perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor
keuangan dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian,
proses liberalisasi arus modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya
pada kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun dampak tidak langsungnya
pada peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi. Selain itu,
aliran modal yang lebih bebas di kawasan dapat mengakibatkan terjadinya konsetrasi aliran
modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini
kemudian dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi.
Kesamaan Produk. Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan
komparatif kawasan ASEAN, khususnya disektor pertanian, perikanan, produk karet, produk
berbasis kayu, dan elektronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu
penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari total
perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk
eskpornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-negara
ASEAN lainnya.
Daya Saing Sektor Prioritas Integrasi.Tantangan lain yang juga dihadapi oleh
Indonesia adalah peningkatan keunggulan komparatif di sektor prioritas integrasi. Saat ini
Indonesia memiliki keunggulan di sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian,
minyak sawit, perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik,
mineral (tembaga, batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan
tingkat keunggulan yang terbatas.

Daya Saing SDM. Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan
baik secara formal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi
ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian
perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (movement of
natural persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu,
Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya
sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya
tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena memerlukan adanya cetak
birum sistem pendidikan secara menyeluruh, dan sertifikasi berbagai profesi terkait.
Tingkat Perkembangan Ekonomi.Tingkat perkembangan ekonomi Negara-negara
Anggota ASEAN hingga saat ini masih beragam. Secara sederhana, penyebutan ASEAN-6 dan
ASEAN-4 dimaksudkan selain untuk membedakan tahun bergabungnya dengan ASEAN, juga
menunjukkan perbedaan tingkat ekonomi. Apabila diteliti lebih spesifik lagi, tingkat kemajuan
berikut ini juga terdapat diantara Negara Anggota ASEAN: (i) kelompok negar
a maju (Singapura), (ii) kelompok negara dinamis (Thailand dan Malaysia), (iii) kelompok
negara pendapatan menengah (Indonesia, Filipina, dan Brunei), dan (iv) kelompok negara belum
maju (CLMV). Tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut merupakan salah satu masalah di
kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan agar tidak menghambat percepatan kawasan
menuju AEC 2015. Oleh karenanya, ASEAN dalam menentukan jadwal komitmen liberalisasi
mempertimbangkan perbedaan tingkat ekonomi tersebut. Dalam rangka membangun ekonomi
yang merata di kawasan (region of equitable economic development), ASEAN harus bekerja
keras di dalam negeri masing-masing dan bekerja sama dengan sesama ASEAN.
Kepentingan Nasional. Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan
nasional merupakan yang utama yang harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN.
Kepentingan kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritas
kedua. Hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi AEC
Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat secara politik serta masalah
kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi kawasan. Selama ini ASEAN selalu
menggunakan pendekatan voluntary approach dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk
di ASEAN sehingga group pressure diantara sesama Negara Anggota lemah. Tentu saja hal ini
berkonsekuensi pada pewujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang
lebih lama. Kedaulatan Negara. Integrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara
untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi
dalam negeri. Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau pengorbanan terbesar yang
”diberikan’ oleh masing-masing Negara Anggota ASEAN. Untuk mencapai AEC 2015 dengan
sukses, diperlukan kesadaran politik yang tinggi dari suatu negara untuk memutuskan
”melepaskan” sebagian kedaulatan negaranya. Kerugian besar lainnya adalah seperti
kemungkinan hilangnya peluang kerja di suatu negara serta kemungkinan menjadi pasar bagi
Negara ASEAN lainnya yang lebih mampu bersaing. Tantangan lainnya yang akan dihadapi oleh
Indonesia adalah bagaimana mengoptimalkan peluang tersebut. Bila Indonesia tidak melakukan
persiapan yang berarti maka Indonesia akan menjadi Negara tujuan pemasaran bagi ASEAN
lainnya. Rendahnya peringkat Indonesia dalam pelaksanaan usaha di tahun 2010 (Doing
Business 2010, International Finance Corporation, World Bank) yaitu 122 dari 185 Negara,
sementara peringkat Negara ASEAN lainnya seperti Thailand (12), Malysia (23), Vietnam (93),
dan Brunei D (96) yang berada jauh di atas Indonesia, merupakan potensi kehilangan bagi
Indonesia karena investor akan lebih memilih negara-negara tersebut sebagai tujuan
investasinya.

3. Strategi Umum Menuju AEC 2015


Indonesia harus segera menyusun langkah strategis yang dapat diimplementasikan secara
target specific agar peluang pasar yang terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal. Langkah
strategis tersebut disusun secara terpadu diantara sektor mulai dari hulu hingga ke hilir dibawah
koordinasi suatu Badan Khusus atau Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Langkah-langkah strategis setiap sektor kemudian dijabarkan kedalam tindakan-tindakan yang
mengarah pada upaya perbaikan dan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik di setiap
sektor dan linie dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mendorong kinerja ekspor harus
dilakukan secara terkoordinasi dengan seluruh
sektor Pembina dan pelaku usaha. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait, terutama dalam
menyusun kesamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku usaha, dan harmonisasi (reformasi)
kebijakan di tingkat pusat dan daerah harus terus dilakukan. Secara garis besar, langkah strategis
yang harus dilakukan antara lain adalah melakukan:
1. Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual
(reformasi regulasi);
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun
professional;
3. Penguatan posisi usaha skala menegah, kecil, dan usaha pada umumnya;
4. Penguatan kemitraan antara publik dan sektor swasta;
5. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi (juga
merupakan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di berbagai bidang
seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi);
6. Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan;
7. Peningkatan partisipasi institusi pemerintah maupun swasta untuk mengimplementasikan AEC
Blueprint;
8. Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan. Pada hakekatnya AEC Blueprint juga
merupakan program reformasi bersama yang dapat dijadikan referensi bagi reformasi di Negara
Anggota ASEAN termasuk Indonesia; dan
9. Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari
berbagai skala;
10. Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi dan restrukturisasi industri, dan
lain-lain.

D. Hal yang Harus Dilakukan Bidan dalam Menghadapi Asean Economic


Community
1. Penguasaan Bahasa
Ketetapan Kemenkes Bahwa Tenaga Kesehatan Asing yang masuk ke Indonesia harus
menguasai Bahasa Indonesia. Maka membalik peraturan kemenkes tersebut, tenaga kesehatan
Indonesia termasuk bidan jika ingin bekerja di suatu Negara harus menguasai Bahasa di Negara
tersebut. Minimal Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional.

2. Bidan Harus Memiliki Keahlian Lain


Bukan hanya keahlian dan pengetahuan dalam membantu proses persalinan, bidan harus
memiliki keahlian lain. Sehingga bidan tidak hanya dikenal sebagai “Bidan” tetapi misalnya:
- bidan yang buka butik baju ibu hamil
- bidan yang buka senam ibu nifas
- bidan penulis buku kesehatan
- bidan yang…
- bidan yang… dsb
Sehingga tercipta bidan sebagai pengabdian dan …..( designer, enterpreuners, dsb) Sebagai
pencaharian.

3. Perluasan jaringan, Kuasai IT


- Buat webpage bidan
- Buat Media Tanya jawab seperti di Facebook, Twitter dsb
- Perluas kekerabatan jalin kerjasama dengan bidan dan Rumah Sakit Luar negeri.

4. Don’t Stay in One Condition


- Upgrade dan Update Keilmuan
- Sekolah yang lebih tinggi lagi
- kursus atau belajar keahlian lagi
Lalu jadi apa konsekuensi dari implementasi AEC? Secara sederhana tentu seperti yang
disebutkan di atas yang tertuang dalam karakteristik kunci AEC. Sebut saja seperti berbagai
pintu lintas sektor terbuka bebas sehingga arus-arus yang ada dalam AEC dapat keluar masuk
dengan bebas. Menurut Meir beberapa dampak dari integrasi ekonomi seperti pembebasan tarif-
tarif, meningkatkan industri local, mendorong efisiensi di suatu kawasan ekonomi dan
mempermudah produksi dari masing masing Negara dan meningkatkan skala ekonomi distribusi
dari masing-masing Negara anggota. Pada beberapa Negara adanya integrasi berbeda-beda
dampaknya di Cina menurunkan angka permintaan namun di Brazil malah meningkatkan angka
permintaan.
Menghadapi AEC yang tujuannya bagus ternyata kondisi Indonesia sangat
memprihatinkan dan malah kemungkinan bukannya tercapai tujuan dari AEC malah Negara kita
merugi dan kalah dengan Negara-negara lainnya termasuk dalam kancah global. Neraca
perdangan Indonesia beberapa tahun terakhir devisit, bahkan rata-rata devisit naik sekitar 2%.
Indonesia sendiri menjadi Negara tujuan investasi nomer 1 di ASEAN dalam bidang perikanan,
kakao, sumberdaya mineral energi, kelapa sawit. Namun bukannya membawa keuntungan minat
investasi yang tinggi malah membuat kekayaan kita dikuasai. Dapat dilihat pada peta kekayaan
Indonesia, 80% dipegang oleh asing. Selain itu berdasarkan data dari ketanaga kerjaan ASEAN
tingkat ketrampilan tenga kerja Indonesia sangat rendah. Padahal ini kondisi sebelum diterapkan
AEC bayangkan bila sudah diterapkan AEC dengan arus perdagangan yang lebih lancar. Devisit
perdagangan kita bisa-bisa lebih besar, lalu investasi hanya berbuah penguasaan kekayaan alam
Indonesia oleh asing, dan pekerja kita bakal kalah bersaing dan banyak terjadi pengangguran,
Indonesia pun hanya menjadi bawahan bukan pemain utama perekonomian. Dan tentu seluruh
tujuan AEC tidak akan tercapai Indonesia hanay menjadi konsumen bukan malah menjadi
produsen sesuai karakteristik AEC, lalu tentu pertumbuhan ekonomi Indonesia malah terhambat
serta seluruh modal kekayaan alam kita terkuras sementara sumber daya manusia kita malah
kalah saing
Lalu bagaimana dengan kondisi tenaga medis di Indonesia. Dengan jumlah tenaga medis
yang masih sangat jauh kurang kemungkinan Indonesia bakal banyak dimasuki tenaga kerja
asing. Hal ini didukung dengan mudahnya akses keluar masuk barang, jasa, investasi, modal dan
tentunya pekerja yang terlatih termasuk tenaga medis. Dengan jumlah konsumen yang masih
banyak atau dengan kata lain permintaan yang tinggi dan ketersedian tenaga medis dalam negeri
masih sedikit kemungkinan lini-lini yang kosong bakal diisi tenaga medis asing.
Yang lebih penting lagi adalah apakah kita dapat bersaing dengan Negara-negara lain.
Karena kawasan ASEAN sudah menjadi satu pasar, kita tak usah berpikir apakah kita bakal
menang kompetisi di dalam negeri, kita sudah harus berpikir lebih luas yaitu dalam kawasan
ASEAN. Tidak penting lagi apakah kamu akan bekerja di Indonesia atau Negara-negara ASEAN
lainnya toh sudah tidak ada gap lagi, yang terpenting adalah apakah kamu bisa sukses
memenangkan pasar, minimal perkembangan ekonomi dan daya saing kita sebagai tenaga medis
setara dengan Negara –negara ASEAN lainnya.
Oleh karena itu kita, calon tenaga medis tidak bisa menutup mata akan diterapkannya
AEC pada 2015 nanti. Dengan kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan, apalagi dengan kondisi
pemenuhan kebutuhan tenaga medis yang masih kurang belum lagi isu kualitas dibandingkan
Negara lain tentu sangat mengkhawatirkan. Sudah jelas kita tidak bisa acuh tak acuh atas kondisi
yang akan kita hadapi
Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa untuk mempersiapkan diri
menghadapi AEC. Tentu yang paling dasar adalah mengetahui tentang AEC. Dengan
mengetahui setidaknya kita tahu dan sadar akan keadaan yang akan kita hadapi. Solusi tidak
akan muncul dan tepat sasaran tanpa tahu apa masalah, keadaan dan realita yang ada. Mulailah
mencari tahu tentang apa itu AEC minimal secara garis besar. Dengan membaca artikel ini
berarti anda telah mulai berusaha memahami apa itu AEC dan realita yang akan kia hadapi.
Setelah mengetahui dan sadar akan datangnya AEC, kita perlu menyesuaikan diri dengan
peraturan baru yang bakal berintegrasi dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tentu bakal ada
perubahan birokrasi, hukum dan kebijakan baru yang punya efek baru pada profesi kita nanti
sebagai tenaga kesehatan termasuk seperti masuknya tenaga medis asing dan mudahnya keluar
masuk barang, jasa, investasi dan modal. Sehingga kita tidak buta dan sudah menyesuaikan diri
sehingga mempermudah langkah kita nantinya. Setelah kita mengetahui tentang AEC dan
kebijakan dan aturan-aturan baru khususnya yang berkaitan mengenai tenaga medis cobalah
sebar informasi-informasi itu agar semua orang mulai tahu dan sadar. Dengan membagi
informasi-informasi tersebut berarti anda telah membantu lebih banyak orang lagi untuk sadar
agar mulai mempersiapkan diri. Dan terakhir tentu hal yang paling mendasar bagi kita sebagai
mahasiswa, yaitu terus belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kompetensi dan nilai
yang baik agar tidak kalah saing dengan tenaga medis asing dan mulailah tanamkan sikap
profesionalisme sebagai bentuk pemupukan kualitas kita di masa depan nanti guna menjadi
pemeran utama pada AEC nanti. Dengan usaha-usaha persiapan tadi minimal kita telah
mempersiapkan diri sebagai mahasiswa sejak dini tentunya agar tujuan AEC itu sendiri tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-dewasa/2883-pengaruh-era-mea-masyarakat-
ekonomi-asean-2015-terhadap-tenaga-kesehatan-profesional-di-indonesia.html
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20
ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-10-II-P3DI-April-2014-
4.pdf
http://active.kadin-indonesia.or.id/front/policy_papers/IMG_20130618091656.pdf

Posted by Nindya Haifa Saqina at 8:30 AM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

Nindya Haifa Saqina


View my complete profile
Blog Archive
 ► 2016 (3)

 ▼ 2014 (4)
o ▼ November (3)
 Upaya Bidan Dalam menghadapi ASEAN Economic Commun...
 Go Away From GALAU
 Bukan Hanya dibidang Kesehatan. Bidan jg Berperan ...
o ► October (1)

Watermark template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai