Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan tinja
encer dan cair (Suriadi dan Rita, 2001).

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dan dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: Dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).Renjatan hipovelemik,
hipokalimia, (dengan gejala hipotonik otot, lemah, brikardi, meteorismus).
Hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defesiensi enzim lactose. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energiprotein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).

Bayi dan anak merupakan kelompok umur yang sering mengelami diare,
masalah ini biasanya di timbulkan bukan hanya kerena infeksi tetapi dapat
pula di sebabkan karena kebersihan makanandi intoleransiterhadap
karbohidrat, lemak dan protein, jika tidak di tangani akan menyebabkan
kekurangan keseimbangan volume cairan dan elektrolit (dehidrasi, syok
hipovolemik), atau berakibat patal atau kematian. Maka peran perawat
sangatpenting untuk menerapaknan metode sebagai berikut, Promotif
melalui penyuluhan tentang pencegahan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan diare. Preventif untuk meningkatkan kemandirian klien akan
pentingnya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan yang dapat
menyebabkan diare. Kuratif pemberian cairan yang adekuat dan
penatalaksanaan. Rehabilitative yaitu dengan cara memulihkan pasien
sehingga dapat berfungsi secara optimal seperti memberikan makanan yang
bersih, berikan makanan lunak, bubur dan basi tim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diare ?
2. Apa etiologi terjadinya diare ?
3. Apa saja klasifikasi diare ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari diare ?
1
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari diare ?
6. Apa saja komplikasi dari diare ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari diare ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari diare ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada diare ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari diare
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya diare
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi diare
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diare
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dan pathway dari diare
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diare
7. Untuk mengetahu pemeriksaan penunjang dari diare
8. Untuk mengetahu penatalaksanaan dari diare
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada diare

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan tinja
encer dan cair. (Suriadi dan Rita, 2001)
Diare adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
di tandai dengan defikasi encer lebih dari tiga kali sehari atau tampa darah
dalam tinja yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh
kali pada anak dan bayi yang sebelumnya sehat (Dr. Henra T. Laksamana,
2000).
Diare adalah Inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus dan
di tandai dengan muntah-muntah dan gastroenteritis yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolityang menimbulkan dehidrasi dan ganguan
keseimbangan elektrolit (Betz, swoden, 2001).
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi
buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang
tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam
seminggu (Yulinah, 2008).

2.2 Etiologi

1. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan


yang merupakan penyebab utama diare, meliputi, Infeksi virus, Ecoli
cholera, singela, Infeksi pasif: entovirus, adeno virus, infeksi parasit,
cacing, (ascorosis, oxyuris) protozoa dan jamur.
2. Faktor parenteraladalah infeksi di luar perencanaan makanan
seperti, OMA, paringitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak di bawah dua tahun.
3. Factor malabsorbsi adalah disakarida intoleransi laktosa, mokosa,
sukrosa) monosakarida (intoleransi, glukosa dan galaktosa).

3
4. Factor makanan adalah makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
2.3 Klasifikasi Diare
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang disebabkan oleh virus yang disebut
Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.Diare Rotavirus ini
merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak-anak.
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari dare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
3. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab noninfeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronis lebih dari
30 hari.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah

2. Suhu tubuh meninggi/demam

3. Feces encer, berlendir atau berdarah

4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

5. Anus lecet

6. Muntah sebelum dan sesudah diare

7. Anoreksia

8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang

4
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.

10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer
11. Kram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
2.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya


mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi

5
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1) Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.

2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut


diare atau muntah yang bertambah hebat.

6
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan


diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

7
Pathways

faktor infeksi F malabsorbsi F. makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
kembang dlm tik diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
(isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

D IAR E

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Mual, muntah
Kehilangan Kehilangan cairan & elekt gangguan
nutrisi berlebihan integritas kulit nafsu makan menurun
berlebihan
BB menurun

Gangguan
Perubahan keseimbangan As. Metabl Gangguan Tumbang
nutrisi cairan dan
kurang dari elektrolit
kebutuhan
Sesak

Resiko syok
hipovolemik Gangguan
8
oksigenasi
2.6 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada
keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :
1) Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya
150 ml/kg bb/20 jam.
2) Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian

9
4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg
bb/20 jam.

3) Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
4) Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
5) Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein


2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan
tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi
ginjal.

10
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad
renik atau parasit.
2.8 Penatalaksanaan
 Medis
1) Pemberian cairan.
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Jadwal pemberian cairan

a) Belum ada dehidrasi

 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar

 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b) Dehidrasi ringan

 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau


intragastrik

 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

c) Dehidrasi sedang

11
 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau
intragastrik

 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d) Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB


anak

2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada


klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun
hal yang perlu diperhatikan :

a. Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi


tim) bila anak tidak mau minum susu.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.
3) Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang


hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air
tajin, tepung beras, dll)

a. Obat anti sekresi.


b. Obat anti spasmolitik.
c. Obat pengeras tinja.
d. Obat antibiotik.

12
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum


menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak
benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di
meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci
tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak
jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa membawa
makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di
lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi
standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter
agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan

13
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun
atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya.
b. Keluhan Utama
Feses cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-
ubun besar, cekung, tonus dan turgor kulit kering, selaput lendir
mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
f. Pemeriksaan Fisik

1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun,


lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah
menutup pada anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
14
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40
x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan
lemah, tensi menurun pada diare sedang.
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor
menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2
detik, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai
anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS
bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
g. Pola Fungsi
1) Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu
BAB lebih dari empat kali sehari, BAK sedikit dan jarang.
2) Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan
anorexia, menyebankan penurunan berat badan klien.
3) Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan
adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
4) Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari.
5) Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh
yang lemah dan adanya rasa nyeri akibat distensi abdomen.
h. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS : ibu klien mengatakan Invasi bakteri Gangguan
anaknya BAB >5 x sehari kedalam saluran keseimbangan cairan
Ibu klie mengatakan anaknya
intestinak dan elektrolit

15
lemas
DO : klien tampak lemah
Klien tampak pucat, mata cekung Peristaltik
N : 130X/menit
meningkat
S: 38,5 c

Sari-sari makanan
sulit diserap

Air dan garam


mineral terbawa
keedalam usus

Cairan dan
elektrolit terbuang
melalui feses

Gangguuan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
DS : Urgency, nyeri/kram Diare Ketidakseimbangan
abdomen nutrisi kurang dari
Distensi abdomen
DO: defekasi lebih dari 3x dalam
kebutuhan tubuh
24 jam, feses lembek atau cair, Mual, muntah
frekuensi peristaltik meningkat,
bising usus hiperaktif Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : mengeluh nyeri Faktor infeksi Resiko Infeksi
DO : tekanan darah meningkat,
Masuk dan
pola nafas berubah, nafsu makan
berkembang dalam
berubah, berfokus pada diri
usus
sendiri
Hipersekresi air
dan elektrolit (isi
rongga usus)

16
Diare

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan kebutuhan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare dan mual muntah
3) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakseimbanga NOC NIC
 Fluid Fluid
n kebutuhan
Balance Management
cairan dan
 Hydration a. Pertahan
elektrolit  Nutritional
kan catatan
berhubungan status : Food
intake dan
dengan kehilangan and Fluid
output
 Intake
cairan skunder
yang
Kriteria Hasil
terhadap diare
akurat
Definisi : berisiko  Memperta
b. Monitor
mengalami hankan urine
status
dehidrasi vaskuler, output sesuai
dehidrasi
seluler, atau dengan usia
(kelembaba
intraseluler dan BB, BJ
n membran
Faktor risiko :
urine normal
a. Kehilanga mukosa,
dan HT
n volume nadi
normal
cairaaktif adekuat,
 TTV
b. Kurang
tekanan
dalam batas
pengetahuan
darah
c. Penyimpan normal
 Tidak ada ortostatik)
gan yang
tanda-tanda jika
mempengaruh
dehidrasi diperlukan
i obstruksi
 Elastisitas c. Monitor
cairan
turgor kulit masukan
d. Penyimpan
17
gan yang baik, makanan
mempengaruh membran atau cairan
i akses cairan mukosa dan hidung
e. Penyimpan
lembab, tidak intake
gan yang
ada rasa haus kalori
mempengaruh
yang harian
i asupan d. Kolabor
berlebihan
cairan asikan
f. Kehilanga
pemberian
n berlebihan
cairan IV
melalui rute e. Monitor
normal (mis., status
diare) nutrisi
g. Usia lanjut f. Dorong
h. Berat
keluarga
badan
untuk
ekstrem
membantu
i. Faktor
pasien
yang
makan
mempengaruh
g. Kolabor
i kebutuhan
asi dengan
cairan (mis.,
dokter
status
hipermetaboli
k)
j. Kegagalan
fungsi
regulator
k. Kehilanga
n cairan
melalui rute
abnormal
(mis., selang
menetap)
2. Ketidakseimbanga NOC NIC

18
n nutrisi kurang  Nutritional Nutrition
dari kebutuhan status : Food Management
a. Kaji
tubuh and Fluid
 Intake adanya
berhubungan
 Nutritional
alergi
dengan diare dan
status :
makanan
mual muntah
Nutrien b. Kolabor
Definisi : Asupan
Intake asi dengan
nutrisi tidak cukup
 Weight
ahli gizi
untuk memenuhi
Control
untuk
kebutuhan
Kriteria Hasil
menentuka
metabolik
 Adanya
Batasan n jumlah
peningkatan
Karakteristik : kalori dan
a. Kram berat badan
nutrisi yang
abdomen sesuai
dibutuhkan
b. Nyeri
dengan
pasien
abdomen
tujuan c. Anjurka
c. Menghind
 Berat
n pasien
ari makanan
badan ideal
d. Berat untuk
sesuai
badan 20% meningkatk
dengan
atau lebih an intake
tinggi badan
dibawah berat Fe
 Mngidenti
d. Anjurka
badan ideal
fikasi
e. Diare n pasien
f. Bising kebutuhan
untuk
usus nutrisi
meningkatk
 Tidak ada
hiperaktif
an protein
g. Kurang tanda-tanda
dan
makanan malnutrisi
h. Kurang  Menunjuk Vitamin C
e. Monitor
minat pada kan
jumlah
makanan peningkatan
i. Membran nutrisi dan
fungsi
mukosa pucat kandungan
pengecapan
Faktor-faktor yang kalori
dari menelan
19
brhubungan:  Tidak f. Berikan
a. Faktor terjadi informasi
biologis penurunan tentang
b. Faktor
berat badan kebutuhan
ekonomi
yang berarti nutrisi
c. Ketidakma
g. Kaji
mpuan untuk
kemampua
mengabsorbsi
n pasien
nutrien
untuk
d. Ketidakma
mendapatka
mpuan untuk
n nutrisi
mencerna
yang
makanan
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
a. BB
pasien
dalam batas
normal
b. Monitor
adanya
penurunan
berat badan
c. Monitor
tipe dan
jumlah
aktivitas
yang bisa
dilakukan
d. Monitor
interaksi
anak atau
orangtua
selama
20
makan
e. Monitor
lingkungan
selama
makan
f. Jadwalk
an
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam
makan
g. Monitor
mual dan
muntah
3. Resiko infeksi NOC NIC
Immune Status Infection
berhubungan
Knowledge :
Control
dengan
Infection control
(Kontrol
ketidakadekuatan Risk control
Kriteria Hasil Infeksi)
pertahanan tubuh
 Klien dari a. Bersihka
primer
tanda dan n
Definisi :
gejala infeksi lingkungan
mengalami
 Mendeskri
setelah
peningkatan
psikan proses
dipakai
resiko terserang
penularan
pasien lain
organisme
penyakit, b. Pertahan
patogenik
faktor yang kan teknik
Faktor resiko:
a. Penyakit mempengaruhi isolasi
c. Batasi
kronis penularan
jumlah
(diabetes serta
pengunjung
mellitus dan penatalaksanaa
d. Intruksi
obesitas) nnya
kan pada
b. Pengetahu  Menunjuk

21
an yang tidak kan pengunjung
cukup untuk kemampuan untuk
menghindari untuk mencuci
pemanjangan mencegah tangan saat
patogen timbulnya berkunjung
c. Pertahanan
infeksi dan setelah
tubuh primer  Jumlah
berkunjung
yang tidak leukosit dalam
meninggalk
adekuat batas normal
an pasien
1. Ga  Menunjuk
e. Gunaka
ngguan kan perilaku
n sabun anti
peritalsis hidup sehat
microbia
2. Ker
untuk
usakan
mencuci
integritas
tangan
kulit
f. Gunaka
pemasanga
n baju dan
n kateter
sarung
intavena,
tangan
prosedur
sebaga alat
invasif)
pelindung
3. Per
g. Pertahan
ubahan
kan
sekresi pH
lingkungan
d. Ketidakad
aseptik
ekuatan
selama
pertahanan
pemasanga
sekunder
e. Malnutrisi n alat
h. Tingkatk
an intake
nutrisi
i. Gunaka
n kateter
intermiten

22
untuk
menurunka
n infeksi
kandung
kencing
j. Monitor
tanda dan
gejala
infeksi
sistemik
dan lokal
k. Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
l. Pertahan
kan teknik
apsesis
pada pasien
yang
beresiko
m. Berikan
perawatan
kulit pada
area
epidema
n. Infeksi
kulit dan
membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas,
drainase

23
o. Intruksi
kan pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
p. Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala
infeksi
q. Ajarkan
cara
menghindar
i infeksi
r. Kolabor
asi dengan
dokter

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal
100-200 cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali.

Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan


diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh


makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar
di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih,
bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke
sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat
tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur
atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
3.2 Saran
1. Untuk mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan anak dengan diare sehingga
dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komperhensif.
2. Untuk keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP PPNI

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Jogjakarta:
Mediaction

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/Donna L. Wong ; Alih Bahasa, Monika


Ester,S.Kp ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih,S.Kp.-Ed.4.-
Jakarta EGC,2003.

27
28

Anda mungkin juga menyukai