Tuba Ovarium Abses (Leo)
Tuba Ovarium Abses (Leo)
Disusun Oleh :
Leo Suganda
Pembimbing :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Paper yang berjudul “Tuba
bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Haji Medan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. H.
Ahmad Khuwalid, Sp.OG atas segala bimbingan dan arahan sehingga paper ini
Saya menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan dan kelengkapan dikemudian hari agar bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, 2018
Penulis
Leo Suganda
DAFTAR ISI
Abses ini dapat terjadi pada pasien yang post histerektomi supraservikal.
TOA dapat juga terjadi pada pasien yang sebelumnya mengalami servitis dan
parametritis (Tohya et al., 2003).
TOA umumnya disebabkan oleh mikroorganisme umum yang menjadi
penyebab STD (sexually transmitted diseases), berhubungan seks dengan partner
yang memiliki agen infeksius ini merupakan faktor risiko yang sangat penting
dalam terjadinya TOA. Selain itu, operasi ginekologi, kanker organ genital
(genital malignancy), IVF treatment, dan apendisitis yang mengalami perforasi
juga diketahui menjadi penyebab TOA (Protopapas et al., 2004; Canas et al.,
2004; Vyas et al., 2008).
2.1 Definisi
2.1.1 Tuba, Ovarium, dan abses (abscess)
- Tuba fallopii adalah saluran ovum yang memiliki panjang bervariasi antara
8 hingga 14 cm dan ditutup oleh peritonium serta lumennya dilapisi oleh
membran mukosa. Tuba terbagi menjadi 3 bagian, yakni pars interstitial,
ismus, ampula, dan infundibulum (Cunningham et al., 2006). Tuba
berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
- Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita bagian dalam.
Ovarium berjumlah dua buah dan terletak di kiri dan kanan. Ovarium ke
arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan
melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
- Abses adalah ronga yang terbentuk karena adanya kerusakan
jaringan/bengkak karena proses infeksi.
b. USG
Dapat membantu untuk mendeteksi perubahan seperti terjadinya progressi.
regresi, ruptur atau pembentukan pus. Ultrasound adalah modalitas
pencitraan pilihan pertama untuk diagnosis dan evaluasi TOA. USG
menawarkan akurasi, siap ketersediaan, biaya rendah dan kurangnya
radiasi pengion. Namun, tetap memerlukan keahlian teknis untuk
mencapai potensi diagnostik yang akurat. Ini dapat dilakukan baik
transvaginal atau transabdominal: pencitraan yang transvaginal
memberikan gambaran lebih detail, dimana transduser berada di dalam
dekat dengan daerah pemeriksaan, sedangkan pencitraan pelvis yang
transabdominal menawarkan keuntungan imaging dalam satu tampilan
organ
besar seperti rahim. Habitus tubuh besar dan adanya loop dari usus di
pelvis dapat menimbulkan kesulitan dalam pencitraan dengan US
transabdominal.
c. CT (computed tomography)
Computed tomography telah digunakan, sejak perkembagan dari US dan
MRI, peran terbatas dalam evaluasi radiologi dari PID. Penggunaan radiasi
pengion yang membatasi faktor lainnya, karena mayoritas pasien tersebut
dalam usia reproduksi (Tukeva et al., 1999). Kinerja CT dengan
penggunaan media kontras oral dan intravena meningkatkan metode dari
akurasi diagnostik karena karakterisasi jaringan yang lebih baik. Sejumlah
kecil cairan dalam cul de sac bisa dideteksi oleh CT. Suatu abses Tubo-
ovarium mungkin tergambar sebagai massa peradangan dengan komponen
padat dan kistik, dengan peningkatan semua atau bagian dari komponen
padat. Tampilan paling sering dari Tubo-ovarium abcess adalah adanya
cairan yang mengandung massa dengan dinding tebal. Septations mungkin
juga ada. Salah satu tanda yang lebih spesifik dari abses Tubo-ovarium,
yang tidak umum pada PID, adalah munculnya gelembung gas pada
massa. Limfadenopati biasanya ada di daerah paraaortic pada tingkatan
dari hila ginjal (limfatik ovarium dan limfatik salpingial sejajar dengan
vena gonad) (Hricak et al., 2000). Kadang-kadang ovarium dapat dideteksi
dalam massa. Dalam kasus seperti diagnosis abses Tubo-ovarium tidak
sulit, jika tidak, massa yang mengalami inflamasi bisa dibedakan dari
proses peradangan yang timbul dari appendiks (abses appendiceal) atau
divertikula (Abses divertikular) atau bahkan keganasan kandung kemih.
d. Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita denagn TOA yang tidak ruptur
memperlihatkan gambaran reaction fluid yang sama seperti di salpingitis
akut. Apabila terjadi ruptur TOA maka akan ditemukan cairan yang
purulen.
Diagnosa banding :
a. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
- Kistoma ovari, tumor ovari
- KET
- Abses peri, apendikuler
- Mioma uteri
- Hidrosalping
b. TOA utuh dengan keluhan
- Perforasi apendik
- Perforasi divertikel/abses divertikel
- Perforasi ulkus peptikum
- Kelainan sistematis yang memberi distres akut abdominal
- Kista ovari terinfeksi atau terpuntir
2.6 Komplikasi
a. TOA yang utuh: pecah sampai sepsis reinfeksi di kemudian hari,
infertilitas
b. TOA yang pecah: syok sepsis, abses intraabdominal, abses subkronik,
abses paru/otak.
2.7 Penatalaksanaan
a. Curiga TOA utuh tanpa gejala
- Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x
500 mg / hari, selama 1 minggu.
- Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi
2.8 Prognosis
a. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medidinaslis
tidak ada perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya
lebih baik dikerjakan laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah
yang mungkin perlu tindakan lebih luas. Kemampuan fertilitas jelas
menurun kemungkinan reinfeksi harus diperhitungan apabila terapi
pembedahan tak dikerjakan