Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PARAGRAF
Paragraf adalah suatu tulisan karya ilmiah atau karangan dalam sebuah kalimat dimana
penulisannya diawali dengan baris baru. biasanya dalam sebuah tulisan atau kalimat paragraf dibuat
agak masuk kedalam dengan beberapa ketukan spasi dengan tujuan dapat memberikan gagasan atau
ide-ide dari penulis.

Fungsi Paragraf

Dalam penulisan paragraf memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan kalimat
penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.

1. Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat dalam
bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.

2. Paragraf tak hanya mencurahkan segala sesuatu tentang pemikiran dan perasan, tetapi
paragraf juga dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan
topik dalam sebuah tulisan.

3. Dalam penulisan paragraf dapat memudahkan penulis untuk menyusun segala sesuatu
mengenai isi pemikiran sang penulis.

4. Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis oleh penulis menjadi sebuah
karya tulis yang akan dibuat.

1
Ciri-Ciri Paragraf

Selain memiliki fungsi, paragraf juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pada kalimat pertama atau utama paragraf harus masuk agak kedalam dengan beberapa
ketukan spasi. Ketukan spasi dalam paragraf sekitar lima ketukan, biasanya ketukan lima
spasi ini digunakan untuk jenis kalimat atau karangan yang biasa.
2. Paragraf biasanya digunakan sebagai pikiran utama dalam sebuah kalimat atau topik yang
telah ditentukan oleh penulis.
3. Kalimat topik dan kalimat pengembang dalam paragraf memiliki fungsi dalam penulisan
dimana fungsi tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan pikiran utama dari penulis
dalam menuliskan sebuah karya atau karangan dalam sebuah kalimat topik.
4. Selain itu pada poin keempat paragraf juga memakai sebuah kalimat penjelas dalam tulisan
dimana kalimat penjelas tersebut berisikan tentang kedetailan dari kalimat topik. Paragraf
memang bukan kumpulan dari kalimat topik, tetapi paragraf disini berisi beberapa kalimat
penjelas dan hanya satu kalimat topik.

Jenis-Jenis Paragraf

Berikut ada beberapa jenis paragraf berdasarkan isi dan letak kalimat pokok :Paragraf Berdasarkan
Letak Kalimat Pokok Dan Contohnya:
 Paragraf Deduktif

Paragraf ini adalah ditandai oleh suatu kalimat atau paragraf yang terletak di awal paragraf.
Contohnya : membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seseorang
yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca buku-buku terkait dalam
bidang kesehatan.

2
Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi, cukup mempelajari buku-buku ilmu
komunikasi. Sama seperti halnya mengenai ilmu pengetahuan lainnya, hanya cukup membaca
buku-buku pengetahuan berdasarkan bidang anda pilih.

 Paragraf Induktif

Paragraf ini adalah sebuah kalimat atau paragraf dimana ide pokoknya berada di akhir paragraf.

Contohnya: seseorang yang ingin memiliki pengetahuan di bidang kesehatan, hanya cukup
membaca buku-buku tentang kesehatan. Jika ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi
cukup membaca buku-buku terkait bidang ilmu komunikasi. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan
lain. Jadi membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

 Paragraf Campuran

Paragraf ini adalah suatu kalimat atau paragraf yang dicampur antara paragraf awal dan paragraf
akhir.

Contohnya : membaca memang penting dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seseorang
yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca buku terkait dalam bidang
kesehatan. Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu komunikasi, cukup mempelajari buku-buku
ilmu komunikasi.

Sama halnya mengenai ilmu pengetahuan lainnya hanya cukup membaca buku-buku pengetahuan
berdasarkan bidang yang di pilih. Sekali lagi membaca memang penting dalam menguasai berbagai
ilmu pengetahuan.

 Paragraf Narasi

Dalam jenis paragraf ini tidak memiliki kalimat ide pokok maupun kalimat yang dijelaskan, karena
semua kalimat pada paragraf ini dianggap semuanya penting.

Contohnya : seseorang yang ingin memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, cukup membaca
buku-buku terkait dalam bidang kesehatan. Ingin memiliki kemampuan dibidang ilmu ilmu
komunikasi, hanya cukup membaca buku tentang ilmu komunikasi. Sama halnya dengan ilmu
pengetahuan lainnya cukup membaca buku-buku yang terkait dengan ilmu yang dipelajari.

Paragraf Berdasarkan Yang Ditinjau Dari Isinya Beserta Contohnya Dibedakan Sebagai
Berikut :

3
1. Paragraf Eksposisi

Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan sebuah isi paragraf terhadap suatu masalah atau
sebuah peristiwa.

Contohnya: kegiatan dalam merayakan ulang tahun TNI ke 72 tanggal 5 Oktober 2017 di lapangan
blang padang banda aceh. Semua warga banda aceh turut hadir menyaksikan serangkaian acara
ulang tahun TNI ke 72 dengan berbagai ragam acara seperti : Drumband, Tari Saman dan acara
lainnya.

2. Paragraf Deskripsi

Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan isi gambaran pada suatu keadaan atau sebuah
peristiwa yang bentuk tulisan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar dan
merasakan serta mengalami peristiwa tersebut.

Contohnya: saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi brownis coklatnya
langsung tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba memakannya, bentuk dan rasa manisnya
langsung membuat lidahku bergoyang. Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat brownis
coklat ini.

3. Paragraf Persuasi

Paragraf ini adalah sebuah kalimat atau paragraf dimana isinya dapat mempengaruhi atau
membujuk pembaca untuk memperoleh pendapat dan gagasan yang sama dengan penulis.

Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu
pengetahuan. sebab seseorang tak memiliki niat untuk membaca pasti tidak banyak memiliki tingkat
pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan biasanya bersumber dari buku. Misalnya anak yang pandai
dalam pelajaran, biasanya dia akan menjadi kutu buku. Bagi siapa saja yang tidak memiliki niat
untuk membaca pasti pengetahuannya tidak luas dan terbatas. Oleh karena itu membaca menjadi hal
yang penting dan biasakanlah membaca buku.

4. Paragraf Argumentasi

Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya dapat menyakinkan pembaca sehingga
memperoleh dan menerima gagasan dalam sebuah karya yang ditulis oleh penulis.

4
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu
pengetahuan. Seorang penasihat hukum pasti selalu membaca buku-buku yang terkait dengan
hukum, sebab jika tidak membaca buku hukum pasti ia akan merasa kesulitan dan tidak tahu apa
saja pasal-pasal yang tertera dibuku hukum. Seorang mahasiswa, tidak mau membaca buku maka
akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal dari dosen.

5. Paragraf Narasi

Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya menceritakan suatu peristiwa atau sebuah
masalah, sehingga membuat pembaca menjadi tehibur atau terharu.

Contohnya: beberapa hari yang lalu kami pergi ke sebuah pusat wisata yang berada di Jakarta.
Kami pergi dengan 2 mobil pribadi. Mobil kami melaju cukup cepat secara beriringan dengan mobil
lainnya. Perjalanan menjadi sangat menyenangkan, semua orang tampak gembira. Cahaya sinar
matahari menyinari kami sehingga membuat pemandangan dari dalam kacamata mobil cukup indah.

5
BAB 2

FAKTA DAN OPINI

A. FAKTA
Pengertian Fakta
Fakta adalah sesuatu diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena
mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah
melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya

Ciri-Ciri Fakta

 Berupa kenyataan
 Sumbernya berasal dari kejadian atau peristiwa atau hal atau objek yang ada di sekitar kita. Oleh
karena itu fakta selalu bersifat faktual (sesuai dengan kenyataan atau apa adanya)
 Kebenarannya dapat dibuktikan sesuai dengan kejadian, peristiwa, hal atau objek yang
diungkapkan atau dilaporkan
 Mengedepankan hasil temuan, sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai
penguat argumen,misalnya "berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci...", "mengutip kata
Shakespeare...", "menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI...", dll
 Kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian misalnya
seperti "kebakaran yang terjadi di tanah abang senin kemarin telah memakan 8 orang korban
jiwa
 Pengungkapannya dalam bentuk kalimat berita atau pernyataan, contoh: pada tahun 2007,
internet telah dimanfaatkan orang indonesia untuk berbagai keperluan

Manfaat Fakta
 Bagi pendengar, fakta berguna untuk melengkapi informasi dan menambah pemahaman suatu
kosep tertentu
 Bagi penyaji, dengan berbicara fakta maka penyaji dapat dipercaya oleh pendengar atau orang
lain, karena fakta sudah pasti kebenarannya

6
B. OPINI

Pengertian Opini
Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu
terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan
pemastian atau pengujian.
Dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku di masa depan dan
kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan misalnya menurutpembuktian
melalui induksi. Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat
dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta

Ciri-Ciri Opini
 Sumber didapat dari hasil pemahaman seseorang mengenai fakta atau apa saja dan kemudian
diungkapkan dalam pernyataan. Oleh karena itu opini bisa benar bisa juga salah
 Kebenaran opini bergantung pada dua hal, yakni kebenaran faktanya dan kebenaran
pemahamannya. Oleh karena itu, kebenaran opini bersifat relatif, yakni tergantung kebenaran
fakta, pemahaman, dan cara pengungkapannya
 Belum pasti kejadiannya dan biasanya diawali dengan kata-kata seperti "menurut
saya","sepertinya","saya rasa"
 Penggunaan kata-kata "menurut saya", "menurut hemat saya", "berdasarkan sepengetahuan
saya", dan lain sebagainya, karena kalimat opini adalah bentuk pendapat pribadi
 Informasi yang belum dibuktikan kebenarannya.
 Penggunaan dalam kalimat berita atau pernyataan. Contoh: penggunaan internet oleh orang
indonesia cenderung digunakan dalam hal-hal negatif (pernyataan ini bisa benar bisa salah,
bergantung pada kenyataan yang ada)
Manfaat Opini
 Bagi pendengar, opini membantu memahami sesuatu yang diuraikandalam berita atau
laporan
 Bagi penyaji, apabila opini yang diutarakan terbukti kebenarannya, maka oleh masyarakat
penyaji akan dipercaya opininya

7
CONTOH:
Penting !!!!
Fakta : hal yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi
Opini : pernyataan yang merupakan pribadi seseorang

Menentukan Fakta dan Opini pada Kalimat dalam Berita


Teks berita:
Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta
Dideklarasikan

Sebanyak 31 “Radio Komunitas” di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),


Senin (6/5), mendeklarasikan berdirinya Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta
(JRKY). Pendeklarasian di Gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro tersebut, didukung
23 organisasi nonpemerintah.
Pernyataan deklarasi dibacakan Surowo (dari Radio Balai Budaya
Minomartani). Sebelum pembacaan deklarasi, diadakan dialog publik tentang radio
komunitas. Setidaknya empat pembicara yang tampil, masing-masing Danil Sunandar
(perwakilan radio warga), YS. Matyastiadi (perwakilan radio kampus), Martinus
Ujianto (perwakilan lembaga swadaya masyarakat), dan Nur Achmad Affandi (Wakil
Ketua DPRD DIY).
Dialog menyimpulkan, kehadiran radio komunitas merupakan proses
pemberdayaan secara mandiri. Sayangnya, negara tidak memberi ruang gerak dan
malah cenderung represif terhadap mereka. Tindakan represif berupa sweeping justru
sebuah upaya yang menghambat pemberdayaan rakyat mengelola informasi.
Nur Achmad Affandi berkomentar, dengan berdirinya JRKY, diharapkan
upaya penyadaran terhadap aparat pemerintah semakin gencar. “Selama ini, aparat
pemerintah belum sepenuhnya melihat radio komunitas sebagai bagian dari
partisipasi masyarakat membangun komunitasnya. Mereka baru melihatnya dari satu
sisi,” papar wakil rakyat dari PKB itu.
Koordinator JRKY, Adam Agus S., menjelaskan agenda utama yang
mendesak diperjuangkan adalah terakomodasinya lembaga penyiaran komunitas
dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyiaran. RUU yang akan dibahas DPR
dan Pemerintah pertengahan Mei 2002, sama sekali tidak merangkum keberadaan
radio komunitas. Pemerintah menolak pencantuman lembaga penyiaran komunitas,

8
dengan alasan radio komunitas tergolong gelap sehingga harus di-sweeping.
Padahal, kata Adam, radio komunitas telah berkembang sebagai bagian dari
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola informasi. Dengan kekuatan pemancar
10 watt, radio komunitas di Yogyakarta mampu memberi layanan informasi kepada
komunitas tertentu, baik geografis maupun sesama kepentingan.
“Saat ini tercatat 31 radio komunitas di DIY yang menyatakan tergabung
dalam JRKY. Akan tetapi, sesungguhnya, secara riil di lapangan jumlahnya berkisar
50. Radio semacam itu terus menjamur sejak tahun 1997 hingga sekarang,” tandas
Agam.

(Sumber: harian Kompas , 7 Mei 2007)

Fakta yang ada di dalam berita


1. Pendeklarasian di Gedung DPRD DIY, didukung 23 organisasi nonpemerintah.
2. Setidaknya empat pembicara yang tampil, masing-masing Danil Sunandar (perwakilan
radio warga), YS. Matyastiadi (perwakilan radio kampus), Martinus Ujianto (perwakilan
lembaga swadaya masyarakat), dan Nur Achmad Affandi (Wakil Ketua DPRD DIY).
3. Dengan kekuatan pemancar 10 watt, radio komunitas di Yogyakarta mampu memberi
layanan informasi kepada komunitas tertentu, baik geografis maupun sesama kepentingan.
4.

9
Opini yang ada di dalam berita
1. Nur Ahmad Affandi berkomentar, dengan berdirinya JRKY diharapkan upaya penyadaran
terhadap aparat pemerintah semakin gencar.
2. Padahal, kata Adam, radio komunitas telah berkembang sebagai bagian dari pemberdayaan
masyarakat dalam mengelola informasi.
3. Pemerintah menolak pencantuman lembaga penyiaran komunitas, dengan alasan radio
komunitas tergolong gelap sehingga harus di-sweeping.

10
BAB 3

RINGKASAN,RANGKUMAN DAN IKHTISAR

 RINGKASAN

Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan
efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami
atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara
seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar
menuju gagasan penunjang, melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan
penulis.

Ciri-ciri ringkasan:

 Inti tidak meninggalkan urutan dasar karangan


 Kerangka dasar masih tampak jelas
 Memangkas gagasan utama menjadi lebih ringkas
 Tujuannya untuk memangkas gagasan.

Cara Membuat Ringkasan

Ada beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur, yaitu
sebagai berikut:

 Membaca Naskah Asli


 Digunakan untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang serta sudut pandangnya.
 Mencatat Gagasan Utama
 Mengadakan Reproduksi
 Dari catatan-catatan yang diperoleh pada langkah kedua dan kesan umum yang diperoleh
pada langkah pertama, maka sudah siap untuk membuat ringkasan, menyusun kalimat-

11
kalimat baru, merangkai semua gagasan kedalam suatu wacana yang jelas dan dapat
diterima oleh akal sehat.
 Ketentuan Tambahan

Ada beberapa ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan dalam menyusun ringkasan, yaitu:

 Sebaiknya menggunakan kalimat majemuk.


 Bila mungkin, ringkaslah kalimat menjadi frasa, dan frasa menjadi kata.
 Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yamg dimasukkan
kedalam ringkasan.
 Bila mungkin, semua kata keterangan atau kata sifat dibuang.
 Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaslah gagasan itu dalam urutan seperti urutan
naskah asli.
 Untuk membedakan ringkasan atas tulisan biasa dan sebuah pidato atau ceramah yang
menggunakan sudut pandang Orang Pertama Tunggal atau Jamak, maka ringkasan pidato itu
harus ditulis dengan sudut pandang Orang Ketiga.
 Biasanya untuk suatu ringkasan ditentukan panjang ringkasan finalnya.

 Rangkuman

Rangkuman artinya kegiatan menyusun gagasan pokok / intisari suatu karangan atau buku menjadi
bentuk yang pendek. suatu rangkuman tidak boleh mengubah ide pokok (gagasan pokok) teks
aslinya.

 Manfaat Rangkuman

Adapun beberapa manfaat dari suatu rangkuman, antara lain sebagai berikut:

 Menemukan secara cepat informasi yang dibutuhkan.


 Menemukan bagian-bagian penting isi buku.
 Dapat menggambarkan keadaan mengenai isi buku.
 Waktu yang digunakan untuk membaca jauh lebih singkat.

12
 Membantu keperluan yang sifatnya praktis. Misalnya butuh intisari buku dalam waktu yang
singkat.
 Langkah-Langkah Merangkum

Langkah-langkah merangkum adalah sebagai berikut:

 Bacalah teks secara cermat dan efektif, sampai kamu dapat menangkap gagasan utama,
kesan umum, sudut pandang, dan tema utama dari teks.
 Catatlah bagian-bagian yang kamu anggap penting.
 Tulislah informasi berdasarkan bagian-bagian yang kamu anggap penting tersebut.
 Tulislah ulang intisari bacaan ke dalam bentuk kalimat tidak langsung, bergaya orang ketiga
(penceritaan). Gunakan bahasa sendiri, bukan bahasa teks/buku yang diambil secara utuh,
menyeluruh, lengkap, sekalipun dalam bentuk penuturan yang singkat.
 Tidak memasukkan pikiran, ilustrasi, atau contoh sendiri.
 Tidak mengubah keseimbangan dan penekanan pengarang asli.
 Menyusun draf atau kerangka untuk membuat intisari bacaan.
 Susun draf menjadi bentuk rangkuman yang baik.
 IKHTISAR

Pada dasarnya sama dengan ringkasan dilihat dari tujuannya, keduanya mengambil betuk kecil dari
suatu karangan panjang. Perbedaannya ikhtisar tidak mempertahankan urutan gagasan yang
membangun karangan itu, terserah pada pembuat ikhtisar. Untuk mengambil inti ikhtisar bebas
mengambil kata-kata, asal tetap menunjukan inti dari bacaan tersebut.

Ciri- ciri ikhtisar:

 Tidak mempertahnkan urutan gagasan


 Bebas mengkombinasikan kata-kata asal tidak menyimpang dari inti.
 Tujuannya untuk mengambil inti.

13
BAB 4
MAJAS

 Pengertian majas

Menurut Slamet Muljana, majas merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang
timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembaca.

Majas juga bisa di sebut sebagai suatu gaya bahasa.

Gaya bahasa seseorang ketika hendak atau sedang mengungkapkan perasaannya, baik secara lisan
maupun tulisan yang kemudian dapat menimbulkan atau memberikan reaksi pembaca berupa
tanggapan.

Pengunaan majas ini banyak kita jumpai dalam suatu karya- karya sastra. Seperti puisi, cerita
pendek atau cerpen, novel, atau pun drama. Di dalam karya karya sastra tersebut, penulis atau
penyair memilih kata- kata tertentu untuk mengungkapkan suatu maksud sesuai dengan apa yang di
rasakannya.

Majas secara garis besar dibagi dalam empat golongan;

Majas Perbandingan
Majas Pertentangan
Majas Sindiran
Majas Penegasan
Dari keempat golongan majas masih dibagi lagi dalam beberapa jenis;

1. Majas Perbandingan:

Majas perbandingan adalah suatu gaya bahasa berkias yang menyatakan perbandingan dengan
tujuan untuk menambah kesan atau memberi pengaruh pada yang mendengar dan membacanya.
Jenis-jenis majas perbandingan;

14
Asosiasi

Majas asosiasi adalah ungkapan yang membandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena
persamaan sifat.
Contoh :

 Semangatnya keras bagai baja.


 Wajahnya bagai pinang dibelah dua.
 Bagai laksana tak bertuan.

Personifikasi

Majas personifikasi ialah gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat
manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah seperti benda hidup.
Contoh :

 Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam.


 Pena itu menari-nari diatas meja.
 Angin berbisik lembut menyampaikan salamku padanya.

Alegori

Majas alegori ialah gaya bahasa yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran.
Contoh :

15
 Imam ialah kemudi dalam mengarungi zaman.

Simbolik

Majas Simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan memakai simbol atau
lambang untuk menyatakan maksud.
Contoh :

 Ungkapan perasaan cinta dengan bunga dan coklat.

Metonimia

Majas metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk
melukiskan sesuatu yang diperguanakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh :

 Lidahku digoyang oleh Sarimi Soto Koya.


 Lion Air selalu membawaku terbang keliling dunia.
 Pop Ice selalu melegakan tenggorokanku disaat kehausan.

Sinekdok

Majas Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara
keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdok terdiri atas dua bentuk berikut.
1. Pars pro toto = Menggambarkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh :

 Sudah sebulan lamanya dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16
2. Totum pro parte = Menggambarkan seluruh untuk sebagian.
Contoh:

 Indonesia bertanding voli melawan Thailand.

Simile

Majas Simile ialah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung, seperti layaknya, laksana, bagaikan, dan lain-lain.
Contoh:

 Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
 Tatapannya laksana macan menerkam.
 Raut wajahnya bagai bola api.

Hiperbola

Majas hiperbola ialah pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga tidak masuk akal.
Contoh :

 Harga bahan bakar bensin membumbung tinggi.


 Ibu itu terkejut setengah mati ketika mendengar anaknya tidak lulus UN.
 Bapakku membanting tulang demi menghidupi keluarga.

Litotes

17
Majas litotes ialah ungkapan yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya
dengan kenyataan yang sesungguhnya dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh :

 Apa yang kami berikan memang tak berarti bagimu.


 Mampirlah ke gubuk jelek kami ini.
 Perjuangan kami hanyalah setitik air di seluruh luas samudera.

Eufimisme

Majas eufimisme ialah pengungkapan kata-kata yang dianggap tabu atau dirasa kasar dan
mengganti dengan kata-kata lain yang lebih halus atau pantas.
Contoh :

 Tunanetra itu berjalan beriringan.


 Maaf, Ibu ini pendengarannya sudah berkurang.
 Pemerintah sedang memberantas tunasusila

Alusio

Majas alusio ialah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh :

 Apakah peristiwa Semanggi bisa terjadi lagi disini?

Metafora

18
Majas metafora ialah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas
dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh :

 Aku ialah angin yang membara.


 Dewi malam telah pergi keluar dari balik awan.
 Bumi layaknya perempuan jalang.
 Majas Antropomorfisme

Merupaakan majas metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.Contoh :

 Setelah tiba di kaki gunung ia beristirahat di mulut sungai.

Sinestesia

Merupakan majas metafora ialah ungkapan yang menghubungkan dengan suatu indra untuk
dikenakan pada indra lain.
Contoh :

 Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai bersolek.

Aptronim

Majas aptronim ialah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh :

 Karena di depan rumahnya ada pohon rambutan, ia dipanggil Juragan Rambutan.

19
Fabel

Majas fabel ialah menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur
kata.
Contoh :

 Semut-semut itu saling bekerja sama untuk membawa pulang makanan besar itu.
 Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.

Parabel

Majas Parabel ialah ungkapan atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Contoh :

 Cerita Adam dan Hawa.

Majas Perifrase

Ungkapan yang panjang untuk mengganti ungkapan yang lebih pendek.


Contoh :

 Kemanapun ia pergi, ia selalu menunggangi besi tua bertuliskan Honda tahun 1945.

Majas Eponim

Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.


Contoh :

20
 Gelora ‘Bung Karno’.

Bandara Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang.

Majas Disfemisme

Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh:

 Apa kabar, Anton? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri).

Majas Depersonifikasi

Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa


Contoh :

 Andai engkau jadi buku, aku akan jadi penanya.

Majas Hipokorisme

Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh:

 Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.

2. Majas Sindiran:

21
Adalah gaya bahasa yang mengandung sindiran untuk menguatkan kesan dan pengaruhnya terhadap
yang mendengarnya dan membacanya. Adapun jenis-jenisnya:

Ironi

Majas ironi adalah majas sindiran yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan
maksud untuk menyindir seseorang.
Contoh :

 Rapormu sungguh indah, dihiasi dengan warna merah merona.


 Apalah artinya aku yang cuma anak ingusan dan tak mengerti apa-apa.
 Cepat benar kau datang sehingga undangan telah lama meninggalkan tempat ini.

Sinisme

Majas sinisme yaitu majas sindiran yang menggunakan kata-kata sebaliknya, seperti ironi tetapi
kasar.
Contoh :

 Tak berkata pun aku sudah bosan mendengar ocehan mulutmu.


 Rasanya ingin kupatahkan kepalamu jika hal seperti ini terus terjadi.

Sarkasme

Majas sarkasme ialah majas sindiran yang sangat kasar dan menyakitkan
Contoh :

 Dasar buaya!, seenaknya kau perlakukan aku sesuka hatimu.

22
 Dasar gajah!, tak lihat kah kau aku berdiri di hadapanmu.

3. Majas Penegasan:

Suatu gaya bahasa atau kiasan yang dipergunakan untuk memberikan penegasan atau meningkatkan
kesan serta pengaruh terhadap pendengar atau pembaca”. Adapun jenis-jenisnya:

Pleonasme

Majas pleonasme yaitu majas yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu
dikatakan lagi.
Contoh :

 Kucing itu naik ke atas meja.


 Budi naik ke atas atap rumah.
 Adik mundur ke belakang.

Repetisi

Majas repetisi yaitu majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata
berkali-kali.
Contoh :

 Cinta ialah anugrah. Cinta ialah kesetiaan. Cinta ialah kerinduan. Cinta ialah pengorbanan.
 Hidup ialah perjalanan. Hidup ialah belajar. Hidup ialah perjalanan menuju kematian.

Paralelisme

23
Majas paralelisme hampir sama dengan majas repetisi, tetapi lebih banyak dipakai dalam puisi.
Paralelisme dibagi menjadi dua, yaitu anafora dan epifora.
Anafora ialah pengulang kata atau frase yang terdapat di awal kalimat.
Contoh :

 Kamu lah segalanya untukku.


 Kamu lah pujaan hati ini.
 Kamu lah pelipur keresahan jiwa ini.

Epifora

Ialah pengulangan kata atau frase yang terdapat di akhir kalimat.


Contoh :

 Kalau Kamu mau, aku akan datang.


 Jika Kamu berkenan, aku akan datang.
 Bila Kamu minta, aku akan datang.

Klimaks

Majas klimaks ialah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan
urutan kata yang makin lama, makin memuncak pengertiannya.
Contoh :

 Psikologi perkembangan mempelajari usia parental, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa,


sampai usia lanjut.

24
Anti Klimaks

Majas anti klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata yang makin lama bertambah lemah pengertiannya.

Contoh :

 Jangankan seribu atau seratus, serupiah pun aku tak punya.

Okupasi

Majas okupasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi
penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh :

 Merokok dapat mengganggu kesehatan, tetapi si perokok tidak bisa menghentikan


kebiasaannya. Maka bermunculanlah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.

4. Majas Pertentangan:

Gaya bahasa atau kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan maksud sebenarnya oleh
pembicara atau penulis dengan tujuan untuk memberikan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca
atau pendengar”. Jenis-jenisnya dibedakan menjadi berikut.

Majas Paradoks

Majas ini terlihat seolah-olah ada pertentangan atau majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu
yang bertentangan.
Contoh :

25
 Dia merasa kesepian di antara banyaknya orang yang sedang berpesta.
 Gajinya besar, tapi hidupnya melarat. (Artinya, uang cukup, tetapi jiwanya menderita).

Majas Antitesis

Majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.


Contoh :

 Tua muda, besar kecil, semuanya hadir di tempat itu.


 Besar-kecil, tua-muda, hitam-putih, semua bisa merasakan kebahagiaan bersama di hari raya
Idul Fitri.

Majas Kontradiksio Interminis

Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah dikatakan semula.
Apa yang sudah dikatakan, disangkal lagi oleh ucapan kemudian.
Contoh :

 Semuanya sudah hadir, kecuali Si Amir. (Kalau masih ada yang belum hadir, mengapa
dikatakan “semua” sudah hadir).
 Wajahmu sungguh sangat sempurna, tapi sayang banyak jerawatnya

BAB 5

Kalimat

26
Pengertian Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah
subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan
makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang
utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan (http://id.wikibooks.org). Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Unsur – Unsur Kalimat
1. Subjek

Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Biasanya berupa kata
benda/frasa (konkret/abstrak) yang merujuk kepada benda. Selain itu, subjek akan dapat menjawab
suatu pertanyaan dengan menggunakan kata tanya : apa dan siapa.

Contoh:

Beckham sedang bermain bola.


S

Siapa yang sedang bermain bola? Beckham.

2. Predikat

Predikat merupakan bagian kalimat yang akan memberitahukan tindakan/keadaan dari subjek yang
biasanya berupa kata/frasa. Predikat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata
tanya mengapa dan bagaimana.

Contoh:

27
Beckham sedang bermain bola.
S P

Bagaimana Beckham? Sedang bermain.

3. Objek

Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi predikat yang biasanya berjenis nomina, frasa,
dan klausa. Objek dapat diubah menjadi subjek jika kalimat tersebut dipasifkan (dirubah dari aktif
menjadi pasif)

Contoh:

Bola sedang dimainkan oleh Beckham.


S P (pasif) O

4. Pelengkap

Pelengkap juga bagian kalimat yang melengkapi predikat. Biasanya berjenis kata/frasa nominz,
frasa adjektiva dan frasa preposisional.

Contoh:

Dia mengambilkan ayahnya air minum.


S P O Pel

5. Keterangan

Keterangan merupakan bagian kalimat yang akan menerangkan berbagai hal tentang konjungsi
(kata hubung).

Contoh:

Ayah mengikuti seminar di Inggris.

28
S P O K

Macam-macam konjungsi:

1. Alat : dengan+gunting

2. Waktu : di, ke, dari

3. Tujuan : supaya, bagi, untuk, demi, …

4. Cara : dengan hati-hati, dengan…

5. Penyertaan : dengan ibu

6. Penyebab : karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu

7. Saling : satu sama lain…, saling…

Pola Dasar Kalimat


Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat ditentukan sebagai berikut:

1. KB + KK → Kata Benda + Kata Kerja

Contoh: Romeo belajar.

2. KB + KS → Kata Benda + Kata Sifat

Contoh: Dokter itu ramah.

3. KB + KBil → Kata Benda + Kata Bilangan

Contoh: Harga sepatu itu delapan puluh lima ribu.

4. KB + (KD + KB) → Kata Benda + (Kata Depan + Kata Benda)

Contoh: Dia di kantor.

5. KB1 + KK + KB2 → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2

Contoh: Becks bermain bola.

6. KB1 + KK + KB2 +KB 3 → Kata Benda1 + Kata Kerja + Kata Benda2

Contoh: Paman mencarikan kakak pekerjaan.

29
7. KB1 +KB2 → Kata Benda1 + Kata Benda2

Contoh: Rohan peneliti..

Jenis – Jenis Kalimat

A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung
juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau
kalimat perintah.

Contoh:

– Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”

– “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

2. Kalimat Tak Langsung


Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain.
Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat
berita.

Contoh:

– Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.

– Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Tunggal

30
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan
satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang
dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-
pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh: Victoria bernyanyi


. S P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh: Ika sangat rajin


. S P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh: Masalahnya seribu satu.


. S P

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.


Contoh : Saya siswa kelas VI.

2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.


Contoh : Adik bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya.
Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat
tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:

1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.

2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu
kedua bulan ini.

3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.

4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.


31
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.

6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.

7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.

8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.

9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.

10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.

Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:

1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.

2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.

3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik
kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

2.1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)


Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:

* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:

– Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

– Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh


kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan
pertentangan.
Contoh:

32
– Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.

– Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:

– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

– Aku atau dia yang akan kamu pilih.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:

– Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.

– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:

– Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.

2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)


Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak
bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki
kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang
lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat,
yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu

3. Akibat: hingga, sehingga, maka

4. Syarat: jika, asalkan, apabila

33
5. Perlawanan: meskipun, walaupun

6. Pengandaian: andaikata, seandainya

7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar

8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

9. Pembatasan: kecuali, selain

10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat

11. Kesertaan: dengan+ orang

Contoh:

– Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.

Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

2.3 Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
atau kebalikannya.

Contoh:

– Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.

. Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h

– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

34
.

C. Berdasarkan Isi atau Fungsinya


Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya.
Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.

Macam-macam kalimat perintah :

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

Contoh : Gantilah bajumu !

* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !

* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya
diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat
ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.

Macam-macam kalimat berita :

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran

Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

35
* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan
dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan.

Contoh:

– Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

– Kapan Becks kembali ke Inggris?

4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau
yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya
dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.

Contoh:

– Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

– Bukan main, eloknya.

D. Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu
buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.

Contoh :

36
– Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
. S P K

– Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.


. S P O

2. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau
predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:

– Selamat sore

– Silakan Masuk!

– Kapan menikah?

– Hei, Kawan…

E. Berdasarkan Susunan S-P


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang
pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan
tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya
dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

Contoh:

– Ambilkan koran di atas kursi itu!


. P S

– Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.


. S P K

2. Kalimat Versi

37
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:

– Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.


. S P O K

– Aku dan dia bertemu di cafe ini.


. S P K

F. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)


Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Kalimat Yang Melepas


Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-
akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah
bermakna lengkap.

Contoh;

– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

– Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di
negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

2. Kalimat yang Klimaks


Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya.
Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh
karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.

Contoh:

– Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

38
– Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu
dibebaskan juga.3.

3. Kalimat Yang Berimbang


Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam
bangun kalimat yang simetri.

Contoh:

– Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.

– Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.

G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi,
tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).

Contoh:

– Mereka akan berangkat besok pagi.

– Kakak membantu ibu di dapur

Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1 Kalimat Aktif Transitif


Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.

39
Contoh: Eni mencuci piring.
. S P O1

1.2 Kalimat Aktif Intransitif


Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat
pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1.
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:

– Mereka berangkat minggu depan.


. S P K

– Amel menangis tersedu-sedu di kamar.


. S P K

1.3 Kalimat Semi Transitif


Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.

Contoh:

– Dian kehilangan pensil.


. S P Pel.

– Soni selalu mengenderai sepeda motor ke kampus.


. S P Pel K

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1 Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan
di-,ter-,ke-an.

Contoh:

– Piring dicuci Eni.


40
. S P O2

2.2 Kalimat Pasif Zero


Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa
disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan
awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat
pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:

– Ku pukul adik.
. O2 P S

– Akan saya sampaikan pesanmu.


. O2 P S

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :

1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.

2. Awalan me- diganti dengan di-.

3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)

. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)

4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian
subjek dan predikat dirapatkan.

Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)

. PR harus kukerjakan. (pasif)

BAB 6
Kalimat Baku & Tidak Baku

41
Kalimat baku adalah kalimat yang memiliki keseuaian dengan kaidah berbahasa Indonesia baik
dalam hal diksi (pilihan kata), stuktur kalimat, dan ejaannya. Kalimat baku juga memiliki kesamaan
dengan kalimat efektif jika diperhatikan dari sisi bentuknya. Namun terkadang kalimat efektif tidak
perlu memperhatikan sisi ideal dari kalimat baku. Kesimpulannya adalah kalimat baku sudah pasti
efektif, sedangkan kalimat efektif belum tentu baku.

Sedangkan kalimat tidak baku adalah kalimat yang tidak memenuhi syarat penggunaan kaidah
berbahasa Indonesia. Dalam beberapa kasuistik, kalimat efektif juga masuk ke dalam ranah kalimat
tidak baku dengan hanya memperhatikan efektivitas maksud dan tujuan yang hendak disampaikan.

A. Ciri Kalimat Baku

Kalimat baku adalah kalimat yang memenuhi syarat kaidah berbahasa Indonesia. Di bawah ini
adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi suatu kalimat agar menjadi kalimat baku. Syarat ini
juga merupakan ciri mutlak yang harus ada pada kalimat baku. Penjabarannya adalah sebagai
berikut :

1. Logis

Kalimat baku haruslah dapat diterima dengan akal sehat. Walaupun sebuah kalimat tersebut
seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun jika tidak memenuhi syarat kelogisan
kalimat baku, maka kalimat tersebut bukanlah kalimat baku. Contoh :

– Bagi yang membawa rokok harap dibuang sekarang juga sebelum ada yang memeriksa nanti!

Walaupun kalimat di atas dinilai sangat komunikatif, kalimat tersebut tidaklah logis. Dilihat dari
struktur penyampaiannya, maka dapat ditafsikan sebagai perintah seseorang untuk membuang orang
yang membawa rokok. Kesalahan penafsiran ini mungkin saja terjadi jika hal tersebut disampaikan
diluar konteks. Seharusnya kalimatnya menjadi seperti berikut ini :

– Bagi yang membawa rokok harap membuangnya sekarang, sebelum ada petugas yang akan
memeriksa barang bawaan anda!

2. Hemat

42
Kalimat baku selalu menggunakan kata yang efektif dan tidak melakukan pemborosan kata di
dalamnya.

Contoh :

– Masakan ibumu sungguh enak sekali. (tidak efektif / tidak baku)

Kalimat di atas menggunakan kata yang berlebihan sehingga menjadikan kalimat tersebut tidak
efektif. Kalimat di atas akan menjadi hemat (efektif) jika hanya menggunakan salah satu dari kata
“sungguh” atau “sekali.” Perhatikan dua contoh kalimat berikut :

Masakan ibumu sungguh enak. (efektif / baku)

Masakan ibumu enak sekali. (efektif / baku)

– Pemandangan di desa ini sangat indah sekali. (kalimat tidak baku)

Pemandangan di desa ini indah sekali. (kalimat baku)

Pemandangan di desa ini sangat indah. (kalimat baku)

3. Padu

Kalimat baku adalah kalimat yang memiliki kepaduan antar unsur kalimatnya.

Contoh :

– Dari temuan yang didapatkan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia.

Kalimat di atas tidak memenuhi unsur penyusun kalimat secara utuh yang ditunjukkan dengan tidak
adanya unsur subyek di dalamnya. Kalimat di atas akan menjadi baku jika diubah menjadi :

“nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia.”

4. Kesesuaian Struktur

Kalimat baku memiliki kesesuaian struktur yang tidak menimbulkan makna rancu.

Contoh :

43
– Ayah mebelikan tas adik.

Maksud dari kalimat di atas adalah ayah membelikan tas untuk adik. Akan tetapi kaliamt di atas
sangat rancu sehingga tak dapat ditafsirkan demikian. Seharusnya kalimat di atas adalah sebagai
berikut :

“Ayah membelikan tas untuk adik.”

B. Ciri Kalimat Tidak Baku

Kalimat tidak baku memiliki beberapa ciri utama yang membedakan dengan kalimat baku dalam
penulisannya. Berikut beberapa ciri yang terdapat dalam kalimat baku :

1. Penulisan Tanda Baca yang Tidak Tepat

Kalimat yang tidak memperhatikan ketepatan penulisan tanda baca bukanlah tergolong kalimat
baku. Sebaliknya kalimat tersebut adalah kalimat yang tidak baku meskipun memenuhi syarat
kesesuian kaidah berbahasa Indonesia.

Contoh :

– Pak guru bertanya, “Memangnya kamu bisa pintar tanpa belajar!” (kalimat tidak baku)

Kalimat langsung di atas seharunya menggunakan tanda baca tanga (?) di akhir kalimatnya.
Seharusnya kalimat di atas adalah sebagai berikut :

Pak guru bertanya, “Memangnya kamu bisa pintar tanpa belajar?” (kalimat baku)

– Dani bersepeda di sore hari!

Kalimat di atas tidak menggunakan tanda baca yang tepat. Seharusnya kalimat berita di atas pada
akhir kalimatnya menggunakan tanda baca titik (.). Maka kalimatnya yang benar adalah: “Dani
bersepeda di sore hari.”

2. Ketidaktepatan Penulisan Huruf Kapital

Kalimat menjadi tidak baku jika tidak tepat dalam menggunakan huruf kapital.

44
Contoh :

– Susan dan ani pergi bersama menuju sekolah. (kalimat tidak baku)

Penulisan nama orang yakni “ani” dalam kalimat di atas seharusnya menggunakan huruf kapital.
Kalimat di atas seharusnya adalah seperti contoh berikut :

Susan dan Ani pergi bersama menuju sekolah. (kalimat baku)

3. Ketidaktepatan Struktur dan Ketatabahasaan Kalimat

Kalimat yang tidak memenuhi syarat ketepatan struktur ketatabahasaan pada kalimat termasuk ke
dalam kalimat tidak baku.

Contoh :

– Dino ke Bandung (Tidak Baku)

Kalimat di atas tidak terdapat unsur kalimat predikat (Verba) sehingga kalimat tersebut bukanlah
kalimat baku. Seharusnya kalimat tersebut dilengkapi dengan unsur predikat (V) “pergi.” Sehingga
kalimatnya menjadi :

Dino pergi ke Bandung. (baku)

45

Anda mungkin juga menyukai