Anda di halaman 1dari 1

Tes Psikologi untuk Pengajuan dan Perpanjangan SIM

Gayatri Mayang Handayani (Banyuwangi)

Saat ini di Indonesia sedang darurat kecelakaan lalu lintas. Menurut data dari kepolisian,
setidaknya ada tiga orang meninggal tiap jamnya karena kecelakaan lalu lintas. Dari beberapa
penyebab kecelakaan, faktor manusia yang dengan karakter dan kemampuan pengemudi
menempati peringkat teratas sebanyak 61%. Sehingga semenjak tahun 2018 wacana tes
psikologi bagi pengemudi yang akan mengajukan pembuatan dan perpanjangan SIM terus
mencuat.

Tes psikologi sebagai salah satu syarat lulus tidaknya pengemudi untuk mendapatkan SIM
menjadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan. Mengingat ada beberapa faktor penting
yang melandasinya. Salah satu syarat yang harus dimiliki pengendara kendaraan bermotor
adalah sehat jasmani dan rohani. Hal tersebut sudah tertuang dalam Undang-undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa sehat yang dimaksudkan
adalah sehat jasmani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dan sehat rohani yang
dibuktikan dengan tes psikologi.

Bagaimana pengendara menyikapi berbagai jenis keadaan lalu lintas di jalan merupakan
faktor penting selanjutnya yang harus dipertimbangkan. Banyaknya kemacetan di kota-kota
besar, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat, dan infrastruktur yang belum memadai
merupakan faktor pemicu emosi pengendara. Adanya tes psikologi kemudian sebagai langkah
pencegahan munculnya perilaku beresiko saat berkendara karena dari hasil tes akan diketahui
pemohon SIM memiliki tingkat emosi yang baik atau tidak.

Jika nantinya tes psikologi untuk pengajuan dan perpanjangan SIM ini hanya sekedar wacana
saja tanpa realisasi, tentu kecelakaan lalu lintas semakin meningkat karena tidak ada
penyelesaian terhadap penyebab kecelakaan dari faktor emosi manusia.

Saya sebagai warga Indonesia setuju terhadap penerapan tes psikologi untuk pengajuan dan
perpanjangan SIM.

Anda mungkin juga menyukai