Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

KASUS

PENYAJI : ROSA LINDA


PEMBIMBING : dr. RANTI WALUYAN

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Identitas Pasien

Nama : Nn. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 6 Maret 1999
Usia : 19 tahun
Tanggal Masuk : 22 Januari 2019
Primary Survey
Keluhan Utama : Nyeri Perut
Airway:
 Jejas (-), Obstruksi (-),
 Stridor (-), Snoring (-), Gurgling (-)
Breathing:
 Bernapas spontan. Simetris saat statis dan dinamis. Frekuensi napas: 20
kali/menit. Retraksi dinding dada (-). Suara napas dasar vesikuler (+/+), Rh (-/-),
Wh (-/-). Saturasi Oksigen 98%
Circulation:
 Tekanan darah: 110/70 mmHg. Capillary Refill Time: <2 detik, Nadi; frekuensi 114
kali/menit. kuat angkat dan reguler, Akral hangat, BJ S1S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
Disability:
 GCS: E4V5M6. Kesadaran: CM. Pupil isokor bulat 3mm/3mm OD/OS. RCL(+/+),
RCTL (+/+). Lateralisasi (-)
Exposure:
 Suhu tubuh: 37,0 ºC. Distensi (+)
Secondary Survey
Riwayat Penyakit Sekarang

A (Allergy) : Pasien tidak ada alergi obat

M (Medication) : Pasien tidak sedang menjalani pengobatan apapun

P (Previous Ilness) : Pasien tidak memiliki penyakit terdahulu

L (Last Meal) : Sarapan pagi pukul 8.00 SMRS

E (Event) : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 4 hari S


MRS. Nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri awalnya dirasakan pada ulu hati dan
menyebar ke seluruh lapang perut. Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 5
kali berisi air. Pasien juga tidak ada BAB dan kentut dalam 4 hari terakhir. BAK tid
ak ada keluhan. Demam tidak ada. Riwayat HPHT tanggal 22/01/2019
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephal, simetris
Mata : Cekung (-/-), CA (-/-), SI (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo:
– I : Pengembangan dada simetris saat statis dan dinamis
– P : Fremitus taktil tidak dinilai
– P : Sonor dikedua lapang paru
– A : Suara napas dasar vesikuler kanan=kiri, Rh(-/-), Wh(-/-)
Cor:
 I : Iktus cordis tidak terlihat
 P: Iktus cordis teraba
 P: Batas jantung normal
 A: S1S2 regular, M(-), G(-)
Pemeriksaan Fisik (2)
Abdomen:
 I : Distensi (+)
 A : BU(+) Normal (menurun)
 P : Soepl, defans muskular (+), Nyeri Tekan (+) epigastrium, rovsing
sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-)
 P : Hipertimpani (+)
Ekstremitas : Edem (-), Akral hangat, CRT <2 detik, Kekuatan motorik 5/
5/5/5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin (22/02/2019)
 WBC = 11,860/µL
 RBC = 4,48 x 106/µL
 Hb = 12,4 g/dL
 Hct = 36,0 %
 PLT = 116 x 103 /µL

Gol darah : A
HIV : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
BNO 3 Posisi
Assessment
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosa Ileus obstruktif ec peritonitis ec susp
apendisitis perforasi
Planning
IVFD Asering 16 tpm
Inj. Ampicillin sodium 4 x 1,5 g (skin test)
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Inj. Ranitidin 3 x 50 mg

Pemasangan DC
Pemasangan NGT
Persiapan operasi Laparotomi
Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : dubia ad bonam
 Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obst
ruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan
 Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60
-70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut
 Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penye
mpitan/penyumbatan lumen usus
 Blokade intralumen (obturasi) ex: fekalit, benda asing atau batu empedu
 Intramural/lesi intrinsik dari dinding usus, ex: malignansi atau inflamasi
 Kompresi lumen/konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari intestinal, ex: adhesi,
hernia, volvulus dan intususepsi.
Lokasi :
 Letak tinggi ( gaster – ileum terminal )
 Letak rendah ( ileum terminal – rectum )

Stadium
 Partial ( makanan masih bisa sedikit lewat, flatus dan defekasi sedikit )
 Simple ( terjadi obstruksi tanpa disertai gangguan vaskularisasi)
 Strangulasi ( terjadi obstruksi disertai gangguan vaskularisasi sehingga
timbul nekrosis, gangren dan perforasi )
4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif

1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan defekasi dan flatus (konstipasi)
Inspeksi
 Distensi perut, darm kontur dan darm steifung.
 Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum suatu hernia
 Pada Intussusepsi massa berbentuk sosis
 Adanya adhesi ada bekas luka operasi sebelumnya
 Obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilikus, Ileus obstruksi usus
besar kolik  di sekitar regio suprapubik
 Terdapat tanda-tanda dehidrasikehilangan turgor kulit maupun mulut terlihat
kering.
Palpasi
 Teraba massa (pada colok dubur teraba massa di rektum atau terdapat
darah dan lendir), invaginasi atau hernia.
 Adanya darah pada colok dubur  strangulasi atau neoplasma
 Volvulus  teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Feses yang me
ngeras skibala, bila feses negatif maka obstruksi usus diduga letaknya lebih
tinggi
 Ampula rekti yang kolaps  dicurigai adanya obstruksi. Palpasi juga bertuju
an untuk mencari jika terdapat tanda-tanda iritasi peritonium atau nyeri tekan
yaitu adanya “defance muskular”
Perkusi

Ditemukan hipertimpani pada pemeriksaan perkusi abdomen

Auskultasi

Pada auskultasi terdengar suara gemerincing logam bernada tinggi (metalic


sound), borborigmi. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit
dan usus bagian atas telah berdilatasi  aktivitas peristaltik telah menurun
sehingga pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang
 Penggantian cairan pada dehidrasi dan elektrolit
 Pemasangan NGT
 Pemasangan DC
 Pemberian antibiotik spektrum luas (sesuai kultur)
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
 Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus
dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau
pada volvulus ringan.
 Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
 Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
Ca stadium lanjut.
 Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangula
ta, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai